ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BANGKALAN NOMOR 0610/Pdt.G/PA.Bkl TENTANG CERAI GUGAT KARENA ALASAN PENENTUAN TEMPAT TINGGAL.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN
PENGADILAN AGAMA BANGKALAN NOMOR
0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl TENTANG CERAI GUGAT KARENA
ALASAN PENENTUAN TEMPAT TINGGAL

SKRIPSI
Oleh

Ummi Azizah Aziz
NIM. C01212095

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016

PERI{YATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Iimmi AzizahAnz

Nama

:

w.

:C01212095

Fakultas/Jurusan

: Syariah/ Ahwal

Judul Skripsi

:

Al Syakhsiyyah


"Anqlisis Hukum Islom Terhadap Putusan
Pengadilan Agoma Bangknlst Nomor
0610/P*L.G/2015/PA.BH Tentang Cerai Gugat
Kare*a Alasan Penentusn Tempat Tinggal".

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan
adalahhasil penetitian/ karya sendir! kecuali pada bagian yang dirujuk

srmbemya.

Surabay4 15 Agustus 2016
menyatakan,

NIM:

C01212095

ii


Frq

PERSETUruAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul "Analisis Hukrm Islam Terhadap Putusan Pengadilan
Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.Gi20151PA.Bkl Te,ntang Cerai Gugat
Karena Alasan Penentuan Tempat

linggal"

yang ditulis oleh Ummi Azizah

Aziz Nim : C0L212A95 ini telah diperiksa dan disetujui untuk dimunaqosahkan.

Surabaya, 15 Agustus 2016
Dosen Pernbimbing :

410252006M1002

iii-


PENGESAHAN

dipertahankan di depan
Skripsi yang ditulis aleh Umrrr Azizah Aziz ini telah

UIN Sunan Ampel Surabaya
:rdang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas syariah
....Ja

salah satu
hari Senin Tanggal, 15 Agustus 2016, dan dapat diterima sebagai

.--::s\ arata*

ihnu syariah
unt*k menyelasaikan progTam sarjana strata satu dalarn
Majelis Munaqasah SkriPsi

L


Penguji

III

\ 1F i u-e{)8012011012003

NIP.

1

Sulabal'a. l5 Agustus 2016
Nlengesahka:r.

Fakultas SYari'ah dan Hukum

Universitas Islarn ]'{egeri Sunan Ampel Surabaya
Dekan.

iv


102005

$

KEMENTERIAN AGAMA
UNTVERSITAS ISLAM NEGERI STINAN AMPEL SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Sekretarial Jl. Jendral Achmad Yani 117 Telp. A3l-8/3lyn Fax. 031-8413300
Email: perpus@uinsby.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN PERSETUruAN PUBLIKASI
KARYA TLMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagian civitas akademik UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama

UMMI AZIZNI AZIZ


NIM

c01212095
SYARTAH DAN HUKUM / HUKUM PERDATA ISLAM
qutubramli96@gmail,com

Fakultas/Jurusan

E-mail address

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN
Sunan Ampel Surabaya Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiyah :

Yang berjudul:

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

BANGKALAN NOMOR O61O/PdI.G/20I5/PA.BKI TENTANG CERAI GUGAT
KARENA ALASAN PENENTUAN TEMPAT TINGGAL

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak me,nyimpan, mengalih-mediakan/format-kan,
mengelolanya dalam bentuk pengkalan data (database), mendishibusikannyq dan menampilkan/
mempublikasikannya di Internet atau media lain secarafullt* untuk kepentingan akademis tarrya
perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak perpustakaan UIN Sunan
Ampel Surabay4 segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam
karya ihniah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 22 Agustus 2016
Penulis

/}ilt//

Atwh?,

( Ummi Azizah Aziz)


ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian kajian pustaka tentang ‘’Analisis
Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Bangkalan Nomor
0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat
Tinggal’’. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai
Bagaimana pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan Agama Bangkalan
Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan
Tempat Tinggal? dan Bagaimana analisis hukum Islam terhadap Putusan
Pengadilan Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai
Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal?
Data penelitian ini diperoleh dari Pengadilan Agama Bangkalan yang menjadi
obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi
dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif-analisis, yaitu memaparkan atau menjelaskan data-data yang diperoleh
dan selanjutnya dianalisis dengan metode deduktif, dimulai dari hal-hal yang
bersifat umum, yaitu tentang pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan
Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat
khusus kaitannya dengan analisis hukum Islam terhadap Putusan Pengadilan

Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal serta ditarik kesimpulan.
Dalam pertimbangan hakim berdasarkan bukti-bukti dan tidak hadirnya
tergugat maka permohonan penggugat dikabulkan. Sedangkan dalam analisis
hukum Islam terhadap Putusan Pengadilan Agama Bangkalan Nomor
0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat
Tinggal sudah sesuai baik menurut hukum Islam, diamana alasan-alasan yang
dapat digunakan oleh seseorang untuk mengajukan permohonan perceraian ke
Pengadilan Agama telah ditentukan dalam Penjelasan Pasal 116 Kompilasi
Hukum Islam. Alasan-alasan tersebut anatara lain salah satunya yaitu dalam
huruf (f) yang berbunyi : ‘’Antara suami dan istri terus-menerus terjadi
perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun dalam
rumah tangga’’. Dimana pengggugat dan tergugat dalam perceraian cerai gugat
ini sering terjadi perselisishan serta dari tergugat sudah meninggalkan tergugat
sudah lama yaitu selama 1 tahun 8 bulan.
Sejalan dengan kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran yang perlu
dicantumkan antara lain: pertama dalam mengambil keputusan hukum
hendaknya mempertimbangkan asas kemaslahatan masyarakat dan tidak
bertentangan dengan Al- Qur’an dan Hadis serta dalam bertalak sesuai dengan
hukum yuridis. Kedua Bagi Pasangan Suami Istri Persiapan dan kematangan

yang harus dipenuhi dan dipahami secara baik.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii

PENGESAHAN ...............................................................................................

iv

ABSTRAK .......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR .....................................................................................

vi

MOTTO ...........................................................................................................

viii

PERSEMBAHAN ..........................................................................................

x

DAFTAR ISI ....................................................................................................

xii

TRANSLITERASI........................................................................................... xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah .................................................

6

C. Rumusan Masalah .........................................................................

8

D. Kajian Pustaka ..............................................................................

8

E. Tujuan Penelitian ..........................................................................

9

F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................

10

G. Definisi Operasional .....................................................................

10

H. Metode Penelitian .........................................................................

12

I. Sistematika Pembahasan ...............................................................

17

BAB II: CERAI GUGAT DALAM HUKUM ISLAM
A. Cerai Gugat Menurut Hukum Islam ...........................................

19

1. Pengertian Cerai Gugat..........................................................

19

2. Dasar dan status Hukum Khulu’............................................

21

3. Persyaratan dan Akibat Hukum Khulu’... .............................

28

4. Kedudukan Dan Ketentuan Khulu’ ......................................

34

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III : PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN
AGAMA BANGKALAN NOMOR 0610/Pdt.G/2015/PA.BKL TENTANG
CERAI GUGAT KARENA ALASAN PENENTUAN TEMPAT TINGGAL
A. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Agama Bangkalan
Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal .................... 40
1. Wawancara Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan
Tempat Tinggal ................................................................

40

2. Isi Putusan Tentang Pertimbangan Hakim Dalam Putusan
Pengadilan

Agama

Bangkalan

Nomor

0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl....................................................

46

BAB IV: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN
PENGADILAN AGAMA BANGKALAN NOMOR 0610/Pdt.G/2015/PA.BKL
TENTANG CERAI GUGAT KARENA ALASAN PENENTUAN TEMPAT
TINGGAL
A. Analisis Tentang Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan
Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai
Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal ...................
50
B. Analisis Tentang Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan
Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai
Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal ................... 57
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................

66

B. Saran.............................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

69

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan perpaduan insting manusiawi antara laki-laki
dan perempuan di mana bukan sekedar memenuhi kebutuhan jasmani. Lebih
jelasnya perkawinan adalah suatu perkataan untuk menghalalkan hubungan
kelamin antara laki-laki dan perempuan, dalam rangka mewujudkan
kebahagiaan berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang
dengan cara diridhoi oleh Allah SWT. Sebagai firman Allah SWT dalam
surat Ar-Ruum Ayat 21:

ِ
ِ
ِِ ِ
ْ‫أيت لَِق ْوم‬
ِْ ‫ك‬
َْ ِ‫ف ذل‬
ْ ِ ‫اجا لِتَ ْس ُكنُ ْوا اِلَْي َها َو َج َع َْل بَْي نَ ُك ْْم َم َوَدْةً َوَر ًَْْْة اِ َْن‬
ً ‫َوم ْْن اَيَات ْه اَ ْن َخلَ َْق لَ ُك ْْم م ْْن اَنْ ُفس ُك ْْم اَْزَو‬
‫يَتَ َف َكُرْون‬
Artinya: ‘’Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”1
Kehidupan berkeluarga tidak selalu berjalan harmonis seperti yang
diangankan

pada

kenyataan.

Bahwa

memelihara

kelestarian

dan

keseimbangan hidup bersama suami isteri bukanlah perkara yang mudah
dilaksanakan. Bahkan banyak di dalam hal kasih sayang dan kehidupan
harmonis antara suami isteri itu tidak dapat diwujudkan. Kadangkala pihak
isteri tidak mampu menanggulangi kesulitan-kesulitan tersebut, sehingga

1

Departemen Agama RI, .Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Penerbit JART), 406.

1
1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

perkawinan yang didambakan tidak tercapai dan berakhir dengan perceraian.
Di dalam melakukan perceraian seorang suami mempunyai hak talak sepihak
secara mutlak. Pengadilan juga menerima gugatan perceraian yang disebut
cerai gugat, hal ini atas inisiatif isteri bukan karena ditalak suaminya.
Sedangkan cerai talak adalah percerian atas kehendak suami dan bukan atas
inisiatif isteri.2
Pada saat pasangan suami isteri hendak melakukan perceraian atau
dalam proses pertikaian, Islam mengajarkan agar dikirim hakam yang
bertugas untuk mendamaikan keduanya. Dengan demikian, Islam lebih
menganjurkan untuk melakukan perbaikan hubungan suami-isteri dari pada
memisahkan

keduanya.

Perihal

anjuran

penunjukan

hakam

untuk

mendamaikan perselisihan antara suami-isteri dijelaskan oleh Allah dalam
firman-Nya Surat An-Nisa ayat 35 berikut ini:

ِ
ِِ
ِ َْ ‫وإِ ْن ِخ ْفتُ ْم ِش َق‬
ْ‫ِق اللُّْه بَيْ نَ ُه َما إِ َن‬
ِْ ‫صاَحْاً يُ َوف‬
ْ ِ‫اق بَْين ِه َما فَابْ َعثُوْاْ َح َكمْاً ِم ْْن أَ ْ لْه َو َح َكمْاً ِم ْْن أَ ْ ل َها إِن يُِر َيدا إ‬
ْ
ِ
ِ
ً‫اللَّْه آَا َْن َعليمْاً َخبرْا‬
Artinya: ‘’Dan jika kamu mengkhawatirkan ada pengkengketaan antara
kedunya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika dari kedua orang
hakam bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi
taufik kepada suami isteri itu, sesungguhnya Allah maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.’’3
Dalam konteks hukum positif di Indonesia, prosedur perceraian juga
diatur dalam proses yang terdaftar. Selain proses perdamaian atau mediasi
sebagaimana didasarkan pada hukum Islam, untuk melakukan perceraian
2
3

A. Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Perindo, 2007), 27.
Depertemen Agama RI, Ibid., 123.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

harus ada cukup alasan yang diterima oleh syar’i, bahwa antara suami-isteri
itu tidak akan dapat hidup rukun sebagaimana suami-isteri.4 Setelah adanya
alasan-alasan yang sesuai, tidak berarti perceraian langsung dapat dilakukan
oleh pasangan suami-isteri. Langkah berikutnya adalah pelaksanaan proses
perceraian di depan Pengadilan Agama. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam
Undang-Undang Peradilan Agama No. 3 Tahun 2006 yaitu :
Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah
Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.5
Di dalam Undang-undang tentang perkawinan Kompilasi Hukum
Islam (KHI) pasal 116, yang dalam keduanya sama-sama menyebutkan alasan
perceraian diantaranya:
a.

Salah satu pihak perbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri.
4
5

UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 39 ayat (2)
A. Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), 26.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
g. Suami melanggar taklik-talak.
h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
rukunan dalam rumah tangga.
Dari penjelasan tersebut, alasan yang dapat dijadikan isteri dalam
mengajukan gugatan perceraian salah satunya adalah antara suami dan isteri
terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan
akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Dalam putusan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl, dijelaskan bahwa
pada awal mulanya pernikahan penggugat dan tergugat berjalan sangat
harmonis. Keduanya bertempat tinggal dan menetap di rumah penggugat,
tetapi pada tahun 2013 pernikahan tersebut sering terjadi percekcokan dan
perselisihan antar penggugat dan tergugat tidak betah tinggal di rumah
penggugat dan penggugat diajak tinggal di rumah tergugat tetapi penggugat
tidak mau karena penggugat anak tunggal sehingga untuk meninggalkan
orang tua sangatlah berat.
Di kemudian hari, si tergugat pergi meningggalkan rumah penggugat
dan memilih bertempat tinggal di rumah orangtuanya sendiri selama 1 tahun
8 bulan. Selama meninggalkan penggugat, tergugat tidak menceraikan
penggugat sehingga penggugat mengajukan cerai gugat ke Pengadilan Agama
kabupaten Bangkalan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Bagi orang Madura, ketika seorang isteri tidak mau mengikuti
kemauan suami, sangatlah merasa malu bagi seorang suami apalagi seorang
isteri mengajukan cerai gugat. Oleh sebab itu, di dalam persidangan suami
tidak hadir karena bagi dirinya merupakan martabat jika seorang isteri
mengajukan gugat cerai bagi seorang suami. Dengan demikian dalam putusan
Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl penggugat mempunyai cukup alasan dan
telah terbukti serta memenuhi ketentuan pasal 116 huruf (f) Komplikasi
Hukum Islam pula menyatakan ternyata gugatan penggugat tidak melawan
hak dan tergugat telah tidak hadir , karena itu berdasarkan pasal 125 HIR
dapat dikabulkan dengan verstek.
Ketika penggugat ingin mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan
Agama penggugat tidak mempunyai biaya sehingga proses perceraian
tersebut berlangsung mulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 tidak
dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama dikarenakan faktor ekonomi
dari penggugat. Selain itu seorang suami yang digugat cerai oleh seorang
isteri dan meninggalkan isteri dari rumah selama 1 tahun 8 bulan tanpa
melakukan proses perceraian di Pengadilan Agama biasanya ketika sudah
melakukan perceraian atau sudah meninggalkan seorang isteri dalam 1 bulan
kasus tersebut langsung diajukan kepada Pengadilan Agama tetapi dalam
kasus ini perceraian tersebut sampai 1 tahun 8 bulan baru diproses di
Pengadilan Agama bangkalan.
Sebelum pihak penggugat melimpahkan perkaranya ke Pengadilan
Agama, ia mengajukan perkara tersebut di kelurahan setempat yaitu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

kelurahan penggugat. Mulanya tergugat ingin menempuh jalan perdamaian,
tetapi penggugat bersikeras tidak mau dan tergugat tetap dalam keinginannya
untuk tidak bercerai sampai kapanpun. Oleh sebab itu, proses perceraian yang
hendak diajukan penggunggat terhambat, dan memakan waktu yang lama
hingga berlarut-larut dikarenakan dari pihak penggugat terkendala dengan
tidak adanya biaya untuk mengajukan perkaranya ke Pengadilan Agama.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan sebuah
penelusuran secara ilmiah terkait dengan fenomena yang terjadi dalam
putusan tersebut. Perceraian bisa terjadi disebabkan dari persoalan yang
sepele yaitu karena faktor tempat tinggal. Penelusuran ilmiah tersebut akan
penulis laksanakan dalam wujud penelitian sebagai syarat akademik dengan
judul penelitian. ‘’Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan
Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat
Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang tersebut, terdapat beberapa permasalahan
yang dapat peneliti identifikasi dalam penulisan penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Proses terjadinya Putusan Pengadilan Agama Bangkalan Nomor
0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan
Tempat Tinggal.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

2. Mekanisme

Putusan

Pengadilan

Agama

Bangkalan

Nomor

0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan
Tempat Tinggal.
3. Faktor-faktor yang melatar belakangi permasalahan cerai gugat dalam
Putusan Pengadilan Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl
Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
4. Tinjauan analisis hukum Islam terhadap Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
5. Prosedur penjatuhan gugatan cerai dalam Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
Adapun batasan masalah yang menjadi fokus peneliti dalam
penelitian ini, yaitu peneliti akan mengkaji tentang :
1. Pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan Agama Bangkalan
Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena Alasan
Penentuan Tempat Tinggal.
2. Analisis hukum Islam dan hukum posistif terhadap Putusan Pengadilan
Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat
Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

C. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan
peneliti kaji dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.

Bagaimana pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal?

2.

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal?

D. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai
sedikit relevansi dengan penelian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai
berikut:
1. Skripsi milik Eko Pratama Putra dengan judul ‘’Problematika Talak
diluar Pengadilan Bagi Masyarakat Di Wilayah Tiraraksa’’ dimana dalam
penelitian tersebut dijelaskan tentang perkawinan yang dilakukan secara
kekeluargaan yaitu setelah terjadinya perceraian maka mediasi penjatuhan
talak dilakukan melewati keluarga yang diutuh untuk merujuk mempelai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

serta dilakukan diluar pengadilan karena ketika melakukan akad
pernikahan yaitu merupakan kawin sirri.6
Penelitian tersebut dengan penelitian yang sedang peneliti
lakukan, mempunyai sedikit kesamaan. Sedangkan yang membedakan
penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu dalam
pembahasan penelitian ini peneliti lebih fokus pada penjatuhan gugat cerai
seorang isteri dimana perceraian berakhir sekitar 1 tahun 8 bulan tidak
diproses ke Pengadilan Agama dengan pertimbangan tidak mempunyai dana.
Dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hukum Islam.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti kaji dalam penelitian
ini, maka penulisan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
2. Untuk memahami dan menganalisis hukum Islam dalam Putusan
Pengadilan Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang
Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.

6

Eko Pratama Putra, " Problematika Talak diluar Pengadilan bagi Masyarakat di Wilayah
Tiraraksa ", (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010). 8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian
ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara
praktis, sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoritis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangsih khazanah keilmuan, khususnya dalam studi
kasus analisis hukum Islam terhadap Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal dan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai literatur dan referensi, baik oleh peneliti selanjutnya maupun bagi
pemerhati hukum Islam dalam memahami praktik gugat cerai.
2. Praktis
Secara praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi hakim Pengadilan Agama,
Pegawai KUA dan masyarakat, khususnya dalam studi kasus analisis
hukum Islam terhadap Putusan Pengadilan Agama Bangkalan Nomor
0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan
Tempat Tinggal.

G. Definisi Oprasional
Untuk

mempermudah

pembaca

dalam

memahami

penulisan

penelitian ini, dan untuk berbagai pemahaman interpretatif yang bermacam-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

macam, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Khulu’ adalah: melepaskan atau mengganti pakaian dari badan {pakaian
yang dipakai}), karena perempuan merupakan pakaian dari lelaki dan
sebaliknya lelaki merupakan pakaian bagi perempuan.
2. Prosedur Pengajuan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Bangkalan adalah:
pertama penggugat membuat surat gugatan, kedua gugatan tersebut
diajukan kepada |Pengadilan Agama Bangkalan, ketiga mebayar biaya
perkara. Bagi yang tidak mampu dapat berperkara secara cuma-cuma
(prodeo). Keempat pengggugat dan tergugat menghadiri persidangan.
3. Cerai Gugat Dalam Putusan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl adalah:
Dalam studi kasus pada awal mulanya pernikahan penggugat dan tergugat
sangat harmonis dimana tergugat dan penggugat tinggal di rumah
penggugat tetapi ketika tahun 2013 pernikahan tersebut sering terjadi
cekcok antar penggugat dan tergugat dimana tergugat tidak kerasan
tinggal di rumah penggugat dan penggugat diajak tinggal di rumah
tergugat tetapi penggugat tidak mau karena penggugat anak tunggal
sehingga untuk meninggalkan orang tua sangatlah berat. Dengan
berjalannya waktu tergugat meninggalkan penggugat pergi ke rumah
orang tuanya selama 1 tahun 8 bulan dan tidak menceraikan penggugat
sehinggal penggugat mengajukan cerai gugat ke P
\ engadilan Agama
Kabupaten Bangkalan. Sebuah penjatuhan cerai gugat dimana ketika
penggugat ingin mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

penggugat tidak mempunyai dana sehingga proses perceraian tersebut
tidak dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama selama 1 tahun 8
bulan dikarenakan faktor ekonomi dari penggugat.

H. Metode Penelitian
Adapun penulisan dan pembahasan skripsi ini penulis menggunakan
metode penelitian kualitatif, karena data yang dikemukakan bukan data
angka. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti, peneliti adalah sebagai instumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.7
1. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan judul dan rumusan masalah dalam penelitian ini,
maka data yang dikumpulkan adalah sebagaimana berikut:
a. Prosedur dalam melakukan penjatuhan cerai gugat dalam Putusan
Pengadilan Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl
Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
b. Dampak positif dan negatif yang terjadi dalam Putusan Pengadilan
Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai
Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
c. Pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl
dimana dalam putusan tersebut diputuskan verstek.
7

Sugiyino, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2. Sumber Data
Agar memperoleh data yang kompleks dan komprehensif, serta
terdapat korelasi yang akurat sesuai dengan judul penelitian ini, maka
sumber data dalam penelitian ini di bagi dua, yaitu:
a. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, data primer yang dimaksud adalah:8
1) Pihak Suami Tergugat: yaitu seorang suami yang digugat cerai
oleh seorang isteri dan meninggalkan isteri dari rumah selama 1
tahun 8 bulan tanpa melakukan proses perceraian di Pengadilan
Agama.
2) Pihak Isteri Penggugat: Adalah seorang isteri yang ditinggalkan
oleh seorang suami dari rumah selama 1 tahun 8 bulan dan tanpa
melakukan perceraian tersebut di depan sidang sehingga yang
melakukan cerai gugat adalah seoarng isteri dimana perkara
tersebut di lakukan di depan sidang Pengadilan Agama Bangkalan.
3) Hakim: Adalah yang memutus atau menyidang suatu perkara
dalam persidangan di pengadilan.
4) Putusan

Pengadilan

Agama

Bangkalan

Nomor

0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl.

8

Hukum perkawinan nasional, 1975.216

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dibutuhkan sebagai
pendukung data primer. Data ini bersumber dari referensi dan literatur
yang mempunyai korelasi dengan judul dan pembahasan penelitian ini
seperti buku, catatan, dan dokumen.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk memperoleh data yang akurat dan dibutuhkan oleh
peneliti sesuai dengan judul penelitian, maka dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan beberapa metode, sebagaimana berikut:

a. Interview
Interview adalah sebuah dialog (wawancara) yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.9
Metode wawancara digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data,
yaitu untuk memperoleh data mengenai Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl

Tentang Cerai Gugat

Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
Teknik wawancara digunakan peneliti untuk menanyai
langsung mengenai sejarah dan latar belakang terjadinya penjatuhan
cerai gugat dalam Putusan Pengadilan Agama Bangkalan Nomor
0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena Alassan
Penentuan Tempat Tinggal. Dalam hal ini pihak yang diwawancarai
9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rieneka
Cipta, 2006), 155

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

adalah suami dan isteri, hakim, panitera, serta pihak-pihak yang
terelibat dalam penelitian ini.
b. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi berasal dari kata
dokumen,

yang

artinya

barang-barang

tertulis.

Didalam

melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, dokumen peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.10 Adapun dokumentasi
dalam penelitian ini yaitu berupa Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat
Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
4. Teknik Pengolahan Data
Untuk mensistematisasikan data yang telah dikumpulkan dan
mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data, maka peneliti
mengolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang
diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber adalah
sebagaimana berikut:11
a. Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpulkan.
Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau
mengecek

10
11

sumber

data

yang

diperoleh

melalui

teknik

Ibid., 125.
Ibid., 156.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

pengumpulan data, dan memperbaikinya apabila masih terdapat
hal-hal yang salah.
b. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematisasikan
sumber data. Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan datadata yang telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan
yang

telah

direncanakan

sebelumnya

mengenai

Putusan

Pengadilan Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl
Tentang Cerai Gugat Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan ke orang lain.12
Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan secara
keseluruahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu peneliti mendeskriptifkan dan memaparkan data
yang diperoleh dilapangan mengenai Putusan Pengadilan Agama
Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat Karena
Alasan Penentuan Tempat Tinggal. Lebih lanjut, digunakan pola pikir
deduktif, yaitu mengemukakan data yang besifat khusus mengenai

12

Sugiono, Metode Penelitian, (Jakarta: Perindo,2997), 244.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

pertimbangan hakim dalam Putusan. Kemudian dianalisa dengan paparan
yang bersifat umum sesuai dengan anlisis tinjauan hukum Islam

I. Sistematika Pembahasan
Agar lebih mudah memahami alur pemikiran dalam skripsi ini, maka
penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab, yang saling berkaitan antara
bab satu dengan bab yang lainnya. Dari masing-masing diuraikan lagi
menjadi beberapa sub bab yang sesuai dengan judul babnya. Adapun
sistematika pembahasan dalam skripsi ini selengkapnya adalah sebagai
berikut :
Bab kesatu : Merupakan pendahuluan, membahas latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodologi
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua : Merupakan bab yang bersifat teoritis, berupa tinjauan
umum tentang Pengertian Khulu’ (Cerai Gugat) dalam Hukum Islam, Dasar
Hukum Khulu’ (Cerai Gugat), Rukun Dan Syarat Khulu’ (Cerai Gugat),
Macam-Macam Khulu’ (Cerai Gugat), Persaksian Khulu’ (Cerai Gugat),
Hukum Penjatuhan Khulu’ (Cerai Gugat), Hikmah Khulu’ (Cerai Gugat).
Bab ketiga : Merupakan bab yang menguraikan data hasil penelitian,
berisi

tentang deskripsi pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan

Agama Bangkalan Nomor 0610/Pdt.G/2015/PA.Bkl Tentang Cerai Gugat
Karena Alasan Penentuan Tempat Tinggal.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab keempat : Merupakan bab yang membahas analisis data. Dalam
bab ini diadakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan dalam
rangka mencari jawaban terhadap pertanyaan, sebagaimana yang dimuat
dalam rumusan masalah pada bab satu.
Bab kelima : Merupakan bab penutup, berisi tentang kesimpulan dan
saran. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan analisis terhadap
data yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, dan
merupakan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
CERAI GUGAT DALAM HUKUM ISLAM

A. Cerai Gugat Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Khulu’

Khulu’ berasal

dari

kata Khulu’ al-stawb yang

berarti

melepaskan atau mengganti pakaian dari badan (pakaian yang dipakai),1
karena perempuan merupakan pakaian dari lelaki dan sebaliknya lelaki
merupakan pakaian bagi perempuan mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan dinamakan juga dengan tebusan, yaitu isteri
menebus dirinya dari suaminya dengan mengembalikan apa yang pernah
diterimanya (mahar).2 Isteri memisahkan diri dari suaminya dengan
memberikan ganti rugi. Lalu kata Khulu’ digunakan untuk istilah wanita
yang meminta kepada suaminya untuk melepas dirinya

dari

ikatan

pernikahan. Sedangkan menurut pengertian syari’at, para ulama mengatakan
dalam banyak defenisi, tetapi semuanya
bahwasanya

Khulu’

kembali

kepada pengertian,

adalah terjadinya perpisahan (perceraian) antara

sepasang suami-isteri dengan keridhaan dari keduanya dan dengan
pembayaran diserahkan isteri kepada suaminya.3

A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syari’ah), (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), 251.
2
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974),
181.
3
Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Sejarah Perkembangan Hukum Perceraian di
Indonesia dan di Belanda, (Surabaya: Airlangga University Press, 1996), 33-34
1

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Khulu’ bukanlah talak dalam arti yang khusus atau faskh atau
semacam sumpah, tetapi Khulu’ adalah semacam perceraian yang mempunyai
unsur-unsur talak, fasakh dan sumpah. Dikatakan mempunyai unsur talak
karena suamilah yang menentukan jatuh tidaknya Khulu’, isteri hanyalah
orang yang mengajukan permohonan kepada suaminya agar suaminya
mengKhulu’nya.

Khulu’ merupakan penyerahan harta yang dilakukan oleh isteri
untuk menebus dirinya dari ikatan suaminya.4 Khulu’ disebut juga dengan
talak tebus yang terjadi atas persetujuan suami isteri dengan jatuhnya talak
satu dari suami kepada isteri dengan tebusan harta atau uang dari pihak isteri
yang menginginkan cerai dengan cara itu. Penebusan atau pengganti yang
diberikan isteri kepada suami disebut juga dengan ‘Iwadl.5
Disisi lain Khulu’ juga mengandung unsur-unsur talak karena
suami yang menentukan jatuh dan tidaknya Khulu’. Istri hanya mengajukan
permohonan kepada suami agar suaminya mengKhulu’nya, sebagaimana
dalam talak, suami adalah pihak yang mempunyai otoritas penuh dalam
menentukan terjadi atau tidaknya Khulu’. Khulu’ juga mengandung unsur
fasakh, karena

permohonan Khulu’ dari pihak istri kepada suami adalah

disebabkan timbulnya rasa kurang senang, tidak suka atau timbul rasa benci

4

Muhammad Jawad Mughniyah, Taudhi>hul Ahka>m Min Bulu>ghul Mara>m,
(Makkah:Maktabah al- Asadi, 1423 H), 456.
5
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, cet-2, (Yogyakarta:
Liberty, 1986), 110-111.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

pada istri terhadap suaminya, sehingga istri punya keinginan terhadap
terjadinya perceraian dengan suaminya.
2. Dasar dan Status Hukum Khulu’
Permasalahan

perceraian

atau

talak dalam

hukum

Islam

dibolehkan dan diatur dalam dua sumber hukum Islam, yakni menurut
undang-undang Kompilasi Hukum Islam secara tersirat, dasar hukum
perceraian juga terdapat dalam Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia. Perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas
putusan Pengadilan, al-Qur’an dan Hadist. Hal ini dapat dilihat pada sumbersumber dasar hukum berikut ini, seperti dalam surat Al- Baqarah ayat 231
disebutkan bahwa:

ِ
‫َجلَ ُهنُ فَأ َْم ِس ُكوُ نُ َِِْعُروفُ أ َُْو َسِر ُحوُ نُ َِِْعُروفُ َو ُلَ ُُْ ِس ُكوُ نُ ِضَراراُ لتَ ْعتَ ُدوُاْ َوَمن‬
َ ‫النساء فَبَلَ ْغ َُن أ‬
َ ‫َوإ َذا طَل ْقتُ ُُم‬
ِ ُ ‫ات اللُِّه زواُ وا ْذآُروُاْ نِعم‬
ِ َ‫ك فَ َق ُْد ظَلَ ُم نَ ْفسُه و ُلَ ت‬
‫َنزَُل َعلَْي ُك ُْم ِم َُن‬
ُِ َ‫تخ ُذ َوُاْ آي‬
َُ ِ‫يَ ْف َع ُْل ذَل‬
َ َ ْ ُ َ ُُ
َ ‫ت اللُّه َعلَْي ُك ُْم َوَما أ‬
َ َُ َ
ُ‫اِْ ْك َم ُِة يَعِظُ ُكم بُِِه َوات ُقوُاْ اللَُّه َو ْاعلَ ُموُاْ أَنُ اللَُّه بِ ُك ُِل َش ْيءُ َعلِيم‬
ُِ َ‫الْ ِكت‬
ْ ‫اب َو‬

Artinya: ‘’Apabila kamu mentalaq istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf atau
ceraikanlah mereka dengan cara ma'ruf (pula). Janganlah kamu
rujuki mereka (hanya) unuk memberi kemudlaratan, karena dengan
demikian kamu menganiaya mereka. Barang siapa takut berbuat
zalim pada dirinya sendiri, janganlah kamu jadikan hukum Allah
suatu permainan dan ingatlah nikmat Allah padamu yaitu hikmah
Allah memberikan pelajaran padamu dengan apa yang di turunkan
itu. Dan bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya
Allah maha mengetahui segala sesuatu.(Q.S. Al-Baqarah : 231).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Hadist Rasulullah SAW bahwa talak atau perceraian adalah
perbuatan yang halal yang paling dibenci oleh Allah seperti hadis Nabi
dibawah ini yang berbunyi.6

‫وجل الطاق‬
ُّ ‫عز‬
ُّ ‫ ابغض اْال إى اه‬: ‫عن ابن عمر ان رسول اه صلّى اه عليه وسلم قال‬
Artinya : ‘’Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda : ‚Perbuatan
halal yang sangat dibenci oleh Allah Azza wa Jalla adalah talak”.
Secara tidak langsung, Islam membolehkan perceraian namun di
sisi lain juga mengharapkan agar proses perceraian tidak dilakukan oleh
pasangan suami isteri. Hal ini seperti tersirat dalam tata aturan Islam
mengenai proses perceraian. Pada saat pasangan akan melakukan perceraian
atau dalam proses perselisihan pasangan suami-isteri, Islam mengajarkan agar
dikirim hakam yang bertugas untuk mendamaikan keduanya. Dengan
demikian, Islam lebih menganjurkan untuk melakukan perbaikan hubungan
suami-isteri dari pada memisahkan keduanya. Perihal anjuran penunjukan
hakam untuk mendamaikan perselisihan antara suami-isteri dijelaskan oleh
Allah dalam firman-Nya surat an-Nisa ayat 35 berikut ini:

ِ
ِِ
ِ َُ ‫وإِ ُْن ِخ ْفتُ ُم ِش َق‬
‫ِق اللُّهُ بَيْ نَ ُه َما‬
ُِ ‫صاَحاُ يُ َوف‬
ْ ِ‫اق بَْين ِه َما فَابْ َعثُوُاْ َح َكماُ ِم ُْن أَ ْ لُه َو َح َكماُ ِم ُْن أَ ْ ل َها إِن يُِر َيدا إ‬
ْ
ُ‫إِنُ اللَُّه َعلِيماُ َخبِرا‬
Artinya :’’Dan jika kamu mengkhawatirkan ada pengkengketaan antara
kedunya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika dari kedua orang
hakam bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi
taufik kepada suami istri itu, sesungguhnya Allah maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal’’. (Q.S. An- Nisa: 35).7
6
7

Abi Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar al-Kutub al Ilmiyah, 1996), 34
Depertemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, 123

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Dalam hal ini ditunjukkan pula bahwa Islam sangat berkeinginan
agar kehidupan rumah tangga itu tentram dan terhindar dari keretakan,
bahkan diharapkan dapat mencapai suasana pergaulan yang baik dan saling
mencintai. dan wanita yang menuntut cerai dari suaminya hanya karena
menginginkan kehidupan yang menurut anggapannya lebih baik, dia berdosa
dan diharamkan mencium bau surga kelak di akhirat. Karena perkawinan
pada hakekatnya merupakan salah satu anugerah Ilahi yang patut disyukuri.
Dan dengan bercerai berarti tidak mensyukuri anugerah tersebut (kufur
nikmat). Dan kufur itu tentu dilarang agama dan tidak halal dilakukan kecuali
dengan sangat terpaksa (darurat).8
Perceraian merupakan alternatif terakhir sebagai ‘’pintu darurat’’
yang boleh ditempuh manakala bahtera kehidupan rumah tangga tidak dapat
lagi dipertahankan keutuhan dan kesinambungannya. Sifatnya sebagai
alternatif terakhir, Islam menunjukkan agar sebelum terjadinya perceraian,
ditempuh usaha-usaha perdamaian antara kedua belah pihak, karena ikatan
perkawinan adalah ikatan yang paling suci dan kokoh.
Dasar hukum perceraian dapat ditemui dalam Al Qur'an maupun
dalam Hadist. Dasar hukum perceraian dalam Al Qur'an terdapat dalam Surat
Al Baqarah ayat 231yang berbunyi:

ِ
ِ
ِ
ُۚ‫ُسِر ُحوُ ن َُِِْعُروف‬
َ ‫َجلَ ُهنُفَأ َْمس ُكوُ نَُِْعُروفُأ َْو‬
َ ‫ِساءَُفَبَ لَ ْغ َنُأ‬
َ ‫َوإ َذاُطَل ْقتُ ُمُالن‬
Artinya : ‘’ Apabila kamu menalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, maka rujukilah dengan cara yang ma'ruf (pula)”.
8

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), 268

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Dalam ayat 232 masih dalam surat yang sama, yaitu dalam Surah
Al Baqarah disebutkan pula mengenai perceraian, yang berbunyi:

ِ ‫وإِ َذاُطَل ْقتمُالنِساءُفَب لَ ْغنُأَجلَهنُفََاُتَعضلُوُنُأَ ْنُي نْ ِكحنُأ َْزواجهنُإِ َذاُتَراضواُب ي نَ همُبِالْمعر‬
ُۚ‫وف‬
ُ ُْ
َُ َ َ ْ َ
ُ َ َ َ َ َ ُُ
َ
ُ ْ َ ْ ُ َْ ْ َ َ
Artinya : ‘’Dan apabila kamu mentalak istri-istrimu lalu mereka sampai
kepada waktu yang mereka tunggu, maka janganlah kamu (hai
para wali) menghambat mereka dari menikahi kembali bekasbekas suami mereka (yang telah menceraikannya) apabila mereka
telah ridlo-meridloi di antara mereka secara ma’ruf”.
Asbabul nuzul ayat ini adalah mengenai kejadian yang dialami
oleh sahabat Nabi yang bernama Ma’qil. Pada suatu ketika saudara
perempuan Ma’qil bercerai dari suaminya, setelah habis masa iddahnya
mereka ingin rujuk kembali, Ma’qil melarang saudara perempuannya
tersebut, maka turunlah ayat tersebut.9 Dasar hukum perceraian juga dapat
ditemui dalam Surat At-Talaq ayat 1 yang berbunyi:

ِِ ِ ِ
ِ ِ ‫ياُأَي ه‬
َُۚ‫صواُالْعِدة‬
ُ ‫َح‬
ْ ‫ِساءَُفَطَلِ ُقوُ نُلعدِن َُوأ‬
َ َ
َ ‫اُالنُِإذَاُطَل ْقتُ ُمُالن‬
Artinya : ‘’Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istri kamu maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) iddahnya”.
Mengenai hukum Khulu’, para ulama ahli fiqih berbeda pendapat
mengenai hukumnya, hal ini tentunya sesuai dengan

alasan masing-

masing, yaitu:
1. Mubah (Diperbolehkan).
Ketentuannya, wanita
suaminya

9

sudah

benci

tinggal

bersama

karena kebencian dan takut tidak dapat menunaikan

Hasby Ass Sidiqy, Tafsir Al Bayan, Jilid I, (Bandung, Al Ma’rif, 1966), 11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

hak suaminya tersebut dan tidak dapat menegakkan batasan-batasan
Allah dalam ketaatan kepadanya, Al-Hafizh Ibnu Hajar memberikan
ketentuan
bahwasanya

dalam

Khulu’,

masalah

Khulu’

ini dengan pernyataannya,

ialah seorang suami menceraikan isterinya

dengan penyerahan pembayaran ganti kepada suami. Ini dilarang, kecuali
jika keduanya atau salah satunya merasa khawatir tidak dapat
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah.
Hal ini bisa muncul karena adanya ketidaksukaan dalam pergaulan
rumah tangga, bisa jadi karena jeleknya akhlak atau bentuk fisiknya.
Demikian juga larangan ini hilang, kecuali jika keduanya membutuhkan
penceraian, karena khawatir dosa yang menyebabkan timbulnya albainunah al-kubra (Perceraian besar atau talak tiga).10 Syaikh Al-Bassam
mengatakan, diperbolehkan Khulu’ (gugat

cerai) bagi wanita, apabila

sang isteri membenci akhlak suaminya atau khawatir berbuat dosa karena
tidak dapat menunaikan haknya. Apabila sang suami mencintainya, maka
disunnahkan bagi sang isteri untuk bersabar dan tidak memilih
perceraian.11
2.

Haram.

Khulu’ bisa haram hukumnya apabila dilakukan dalam dua kondisi
berikut ini :

10

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, Juz 9, (Berut : Dal al-Fikri,1997), 318.
Abdullah bin Abdurrahman Al-Basam, Taudhi>hul Ahka>m Min Bulu>ghul
Mara>m, Juz 5 (Makkah : Maktabah Al-Asadi, 1423H), 469.\
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

a). Dari Sisi Suami.
Apabila suami menyusahkan isteri dan memutus hubungan
komunikasi dengannya, atau dengan sengaja ti