Perataan Laba (Income Smoothing)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 5:29:19 2017 / +0000 GMT

Perataan Laba (Income Smoothing)
LINK DOWNLOAD [30.77 KB]
Perataan Laba (Income Smoothing)

Pengertian Perataan Laba
Menurut Belkaoui perataan laba (income smoothing) adalah
pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke
periode-periode yang kurang menguntungkan.[1]
Fuddenberg dan Tirole dalam penelitian Budileksamana dan Andriani berpendapat bahwa :
Perataan laba adalah suatu proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan terlihat stabil.[2]
Beidleman dalam Ghozali dan Chariri mengartikan perataan laba sebagai berikut :[3]
Perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba
sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukan suatu usaha
manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan
prinsip manajemen yang wajar (sound).
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perataan laba adalah suatu tindakan manipulasi yang sengaja, yang
dilakukan oleh manajemen terhadap fluktuasi laba yang dilaporkan agar laba perusahaan berada di tingkat yang dianggap normal
oleh perusahaan atau dengan kata lain agar laba yang dilaporkan perusahaan terlihat stabil sepanjang diizinkan oleh prinsip

akuntansi dan manajemen yang sehat.

Tujuan Dilakukannya Perataan Laba
Menurut Nasser dan Parulian tujuan dilakukannya perataan laba adalah[4]
perataan laba mempunyai tujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham
perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan.
Menurut Foster dalam penelitian Dwimulyani dan Abraham, tujuan perataan laba adalah sebagai berikut :[5]

- Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang.
- Memprediksi citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah.
- Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemajuan manajemen.
- Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
- Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

Dimensi Perataan Laba
Ada berbagai dimensi atau media yang biasanya digunakan manajemen dalam melakukan praktik perataan laba. Dimensi parataan
laba pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk menyelesaikan perataan angka pendapatan.
Menurut Eckel yang didukung oleh Nesser dan Parulina, perataan laba dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu :[6]

Artificial Smoothing

Yaitu perataan laba yang dilakukan melalui prosedur akuntansi yang diterapkan untuk memidahkan biaya atau pendapatan dari satu

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 5:29:19 2017 / +0000 GMT

periode ke periode yang lain yaitu dengan mengubah kebijakan akuntansi.

Real Smoothing
Yaitu perataan laba yang dimanipulasi melalui transaksi nyata dengan mengatur ( menunda atau mempercepat) transaksi.
Selain yang disebutkan di atas, ada dimensi lain dari perataan laba yang dibahas oleh Barnea et. al. dalam Belkaoui mengenai
dimensi atau jenis ketiga dari perataan laba yaitu classificatory smoothing. Belkaoui juga membedakan tiga dimensi perataan laba,
antara lain:[7]

- Perataan melalui terjadinya peristiwa dan atau pengakuan peristiwa
Artinya manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi aktual sehingga pengaruhnya terhadap laba yang dilaporkan akan
cendrung rata sepanjang waktu.

Cara yang pertama ini merupakan rekayasa laba berdasarkan pada penetapan waktu terjadinya transaksi yang lebih fokus pada
pilihan manajemen dari pada persoalan akuntansi. Oleh karena itu, perataan laba jenis ini tidak hanya dibahas pada literatur
akuntansi. Disamping karena sulit untuk diidentifikasi, hal ini juga hampir dapat dikatakan menyimpang.
Contoh yang paling sederhana mungkin dapat ditunjukan dengan penetuan nilai saat penjualan. Menyadari bahwa laba perusahaan
pada tahun berjalan sudah terlalu tinggi dan mengkhawatirkan sehingga pihak manajemen memutuskan untuk menangguhkan
transaksi penjualan yang seharusnya terjadi pada akhir tahun berjalan menjadi penjualan awal tahun. Dengan bertambahnya laba
tersebut akan mengakibatkan penurunan laba pada periode yang akan datang.

- Perataan melalui alokasi sepanjang waktu
Atas dasar terjadinya dan diakuinya peristiwa tertentu, manajemen memiliki media pengendalian dalam penentuan laba pada periode
yang terpengaruh oleh kualifikasi peristiwa tersebut.

- Perataan melalui klasifikasi
Jika angka-angka dalam laporan laba rugi selain laba bersih merupakan objek dari perataan laba, maka manajemen dapat dengan
mudah mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan laba rugi sehingga dapat mengurangi variasi laba setiap periodenya.
Kedua cara perataan laba ini dapat digolongkan menjadi satu karena rekayasa laba cara ini sama-sama jatuh pada permasalahan
akuntansi terlepas dari apa yang menjadi kebijakan pihak manajemen. Kedua cara ini juga telah menarik minat banyak peneliti,
terutama karena dua hal ini berkaitan dengan SAK.

Objek Perataan Laba

Sasaran dalam melakukan perataan laba dapat difokuskan pada aktivitas yang umumnya dilakukan oleh pihak manajemen untuk
mempengaruhi aliran dana atau informasi. Artinya untuk menciptakan laporan keuangan yang diinginkan, manajemen dapat
memasukkan informasi yang seharusnya dilaporkan pada periode yang telah lalu atau yang akan datang ke dalam laporan periode
saat ini atau sebaliknya.
Beberapa unsur dalam laporan keuangan yang sering kali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba, antara lain :[8]

- Unsur Penjualan, yaitu:

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 5:29:19 2017 / +0000 GMT

1) Pada saat pembuatan faktur penjualan, misalnya pihak manajemen melakukan transaksi penjualan yang sebenarnya terjadi untuk
periode yang akan datang tetapi pembuatan fakturnya dilakukan dan dilaporkan sebagai penjualan pada periode saat ini.
2) Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar penghasilan perusahaan periode saat ini menjadi
lebih tinggi dari yang seharusnya dilaporkan.
3) Dengan cara downgrading (menurunkan nilai produk), misalnya dengan cara menuliskan dalam faktur penjualan bahwa produk

yang dijual termasuk dalam kelompok produk rusak atau cacat, sehingga harga yang tercantum menjadi lebih rendah dari harga yang
sebenarnya terjadi. Dengan hasil akhir dalam laporan keuangan bahwa penghasilan dari penjualan perusahaan menjadi lebih rendah
dari penjulan yang seharusnya terjadi.

Unsur Biaya, Yaitu:
- Mencegah faktur pembelian misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian
atau pesanan dan selanjutnya dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda, sehingga kemudian
dilaporkan ke dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda.
- Dengan memecah faktur pembelian juga memungkinkan terjadinya peningkatan biaya angkut barang dan atau peningkatan
baiaya administrasi yang semula hanya satu kali menjadi beberapa kali.
Mencatat biaya dibayar dimuka (prepayment) sebagai biaya. Misalnya melaporkan sewa dibayar dimuka untuk periode yang akan
datang sebagai biaya sewa untuk periode saat ini.

Alasan Manajemen Melakukan Perataan Laba
Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaaan seperti kreditor dan investor.
Hal ini terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif
lebih cepat. Manajemen sebagai agen yang mengetahui lebih banyak informasi, akan memanfaatkan informasi yang tidak diketahui
oleh prinsipal (pemilik) untuk memaksimalkan kepentingannya. Dalam hal ini adalah pada nilai perusahaan dan manajer percaya
bahwa pasar mendasarkan pada angka akuntansi. Oleh karena itu, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahui untuk
memanipulasi laporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmuran.

Menurut Hepworth dalam penelitian Nasser dan Parulina mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk melakukan
perataan laba karena ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomis dan psikologis, yaitu:[9]

- Mengurangi total pajak yang terutang.
- Meningkatkan kepercayaan diri manajer karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil.
- Mengingkatkan hubungan antar manajer dan karyawan karena pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.
- Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dengan gelombang optimisme dan pesimisme dapat
diperlunak.
Secara rasional, manajer ingin meratakan penghasilan yang dilaporkannya dengan alasan memperkecil tuntutan pemilik perusahaan.
Menurut Dwimulyana dan Abraham, ada dua alasan mengapa manajemen melakukan praktik perataan laba. Alasan tersebut antara
lain:[10]

- Skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang digambarkan melalui laba akuntansi yang
dilaporkan, karena itu setiap fluktasi dalam laba akan berpengaruh langsung dalam kompensasinya.
- Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/4 |


This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 5:29:19 2017 / +0000 GMT

pengambilalihan atau pengganti manajemen secara langsung. Ancaman penggantian ini mendorong manajemen untuk
membuat laporan kinerja yang sesuai dengan keinginan pemilik.
[1] Belkaoui, op. cit, hlm.73
[2] Budileksamana dan Andriani, loc. cit
[3] Ghozali dan Chariri, op. cit, hlm. 370
[4]Nasser dan Parulina, Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6 No. 1, Jakarta: FE Usakti, 2006, hlm. 79
[5] Dwimulyani dan Abraham, op.cit, hlm. 6
[6] Nasser dan Parulina, loc.cit
[7] Belkaoi, op.cit, hlm. 196
[8] Dwimulyana dan Abraham, op.cit, hlm. 7
[9] Nasser dan Paulina, loc.cit
[10] Dwimulyana dan Abraham, op.cit, hlm. 7

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/4 |


Dokumen yang terkait

Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 23 97

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

2 10 83

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 12 47

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

0 8 51

ANALISIS PENGARUH SIZE (UKURAN PERUSAHAAN), WORKING CAPITAL TURNOVER DAN DANA EKSTERNAL PIHAK KETIGA TERHADAP NET PROFIT MARGIN PADA PERUSAHAAN MEDIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

1 16 50

Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

1 12 105

Faktor-Faktor Financial Ratios dan Good Corporate Governance yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2011-2014)

2 25 127

Faktor faktor yang mempengaruhi perataan Laba (income smoothing) dan bukan perataan laba (non income smoothing) (studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2002 2006)

0 6 94

ANALISIS PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING): FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DAN PENGARUHNYA TERHADAP RETURN ANALISIS PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING): FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DAN PENGARUHNYA TERHADAP RETURN DAN RISIKO SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI B

0 2 12

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing).

0 3 38