Faktor-Faktor Financial Ratios dan Good Corporate Governance yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2011-2014)

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR FINANCIAL RATIOS DAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA

(INCOME SMOOTHING)

(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2011-2014)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: RITA SUGIARTI NIM: 1112082000038

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii 1437 H/2016 M


(3)

(4)

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rita Sugiarti

No. Induk Mahasiswa : 1112082000038 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 22 Maret 2016


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Rita Sugiarti

2. Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 12 Januari 1994

3. Alamat : Jl. Anggrek No. 46 Rt. 003/005, Kel.

Petukangan Utara, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12260

4. Telepon : 087880347474

5. Email : ritasugiarti1201@gmail.com

ritasugiarti89@yahoo.co.id

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri Srengseng 1 Tahun 2000-2006

2. MTs Annajah Tahun 2006-2009

3. SMA Negeri 47 Jakarta Tahun 2009-2012

4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Kerohanian Islam (Rohis) SMA N 47 Jakarta Periode 2010-2011 2. Anggota Divisi Data dan Informasi HMJ Akuntansi

UIN Jakarta

Periode 2013-2014

3. Koordinator Divisi Data dan Informasi HMJ Akuntansi UIN Jakarta


(7)

vii IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar Motivasi dan Kewirausahaan ―Burn Your Spirit! Be A Super Student

2. Bedah Buku dan Seminar Islami

3. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi 2012 4. Sekolah Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia

V. KEPANITIAAN 1. Dekan Cup 2012

2. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi 2013 HMJ Akuntansi 3. OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) 2013/2014

4. OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) 2014/2015

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Agus Muksin

2. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 17 Agustus 1974

3. Ibu : Sanirih

4. Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 29 September 1977 5. Alamat : Jl. Anggrek No. 46 Rt. 003/005, Kel.

Petukangan Utara, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12260


(8)

viii ABSTRACT

Factors of Financial Ratios and Good Corporate Governances that Affect Practice of Income Smoothing

This research aimed to get empirical evidence of factors in Financial Ratios (return on equity, net profit margin, and dividend payout ratio) and good corporate governance (independent board of comittee, and public ownership structure) that affect practice of income smoothing.

This research uses purposive sampling as sampling method. There are 13 corporates from 30 corporates that listed in Jakarta Islamic Index (JII) during 4 (four) years observation started from 2011 to 2014, thus 52 research samples were being collected. Agency Theory is the base theory used in the research to explain the relation between variables. Income smoothing measured with Eckel Index (1981). Statistical tool used to test the hyphothesis is Binary Logistic Regression.

This result discovers that net profit margin has effect on practice of income smoothing, whereas return on equity, dividend payout ratio, independent board of committee and public ownership structure have no effect in practice of income smoothing.

Keywords: Income smoothing, financial ratios, return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, good corporate governance, independent board of commitee, public ownership structure


(9)

ix ABSTRAK

Faktor-Faktor Financial Ratios dan Good Corporat Governance yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor Financial Ratios (return on equity, net profit margin, dan dividend payout ratio) dan good corporate governance (dewan komisaris independen, dan struktur kepemilikan publik) yang mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing)

Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam menentukan pemilihan sampel. Sebanyak 13 perusahaan dari 30 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) dengan 4 tahun pengamatan yaitu mulai 2011 sampai 2014, sehingga diperoleh 52 sampel penelitian. Agency Theory merupakan teori dasar yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Perataan laba diukur dengan menggunakan indeks Eckel (1981). Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis Regresi Binary Logistic.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa net profit margin memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan return on equity, dividend payout ratio, dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan publik tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba.

Kata kunci : Perataan laba (income smoothing), financial ratios, return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, good corporate governance, dewan komisaris independen, struktur kepemilikan public


(10)

x

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil‘alamin, segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kemudahan dan kelancaran selalu penulis rasakan, serta sholawat yang senantiasa penulis junjung kepada Rasullah SAW, sehingga skripsi yang berjudul ―Faktor-Faktor Financial Ratios dan Good Corporate Governance yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing)‖ ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang dialami penulis sehingga penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, bantuan, serta doa tulus yang tiada henti-hentinya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Mama tercinta yaitu Ibu Sanirih (alm), terima kasih untuk doa yang tidak pernah penulis dengar tetapi selalu penulis rasakan sehingga penulis selalu termotivasi untuk terus menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak dan ibu yang selalu mencurahkan kasih sayang melalui doa, dukungan, dan nasihat, terutama untuk bapak terima kasih untuk pertanyaan ―rita kapan wisuda?‖ yang benar-benar dirasakan penulis, sehingga selalu menjadi motivasi kedua bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Adik-adikku tersayang Lucki Anjani dan Raffy Ramadhan yang selalu ikut mendoakan dan memberikan dukungan, motivasi, dan hiburan kepada penulis saat penulis merasa jenuh dalam penyelesaian skripsi ini.


(11)

xi 4. Keluarga besar di Indramayu dan Cirebon, Minu dan Uwa di Jakarta yang sudah penulis anggap orang tua sendiri yang tidak pernah bosan memberikan dukungan dan doa kepada penulis

5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC.,MA selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Ibu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak selaku ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin,MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini

9. Ibu Putriesti Mandasari, SP.,M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak Ibu atas segala bantuan, dukungan, perhatian, bimbingan, saran, dan waktu yang selalu Ibu luangkan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 10.Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya dan

karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat kesayangan ABDR, Ani, Chika, Arum, Bety, Dwi, Nana, terima kasih banyak semangat, motivasi, dan bantuannya serta ilmu yang telah dibagi kepada penulis.

12.Keluarga AKUNTANSI B 2012 Galih, Fai, Ajay, Dara, Dina, Dita, Dwi, Fadil, Farid, Fitri, Hery, Ilman, Ida, Jian, Kia, Latul, Mayeda, Nisa, Randi, Revam, Seren, Vivi, Yudhi, Nindy, Intan dan Abel terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis, terutama untuk yang masuk grup ―KITA‖ terima kasih semangat yang tidak pernah berhenti dari kalian.


(12)

xii 13.Ahmad Rifai, terima kasih atas semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih telah menjadi pendengar yang baik saat penulis sedang jenuh ditengah-tengah penulisan skripsi ini, dan terima kasih karena tidak pernah bosan untuk menemani dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

14.Teman-teman seperjuangan Elsa, Inayah, Nida, Rifan, dan Yudhi. Terima kasih telah berjuang bersama, dan tidak pernah bosan untuk saling mendoakan dan mendukung satu sama lain. Kalian luar biasa.

15.Teman-teman AKUNTANSI 2012 yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa hormat, dan terima kasih penulis atas masukan dan bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengatahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan penelitian selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 22 Maret 2016


(13)

xiii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Literatur ... 13

1. Teori Keagenan ... 13

2. Perataan Laba (Income Smoothing) ... 15

3. Financial Ratios ... 21

4. Good Corporate Governance ... 24

B. Keterkaitan Antarvariabel ... 30


(14)

xiv

2. Hubungan antara net profit margin dengan praktik perataan laba ... 31

3. Hubungan antara dividend payout ratio dengan praktik perataan laba ... 33

4. Hubungan antara komisaris independen dengan praktik perataan laba ... 34

5. Hubungan antara struktur kepemilikan publik dengan praktik perataan laba ... 35

C. Penelitian Terdahulu ... 38

D. Kerangka Pemikiran ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

B. Metode Penentuan Sampel ... 50

C. Jenis Data ... 51

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 52

1. Variabel Dependen (Y) ... 52

2. Variabel Independen ... 53

E. Metode Analisis Data ... 58

1. Regresi Logistik ... 58

2. Tahapan Regresi Logistik... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 65

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 66

2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 68

BAB V PENUTUP... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Implikasi ... 82

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ... 39

Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel... 56

Tabel 4. 1 Pengambilan Sampel ... 64

Tabel 4. 2 Sampel Penelitian ... 65

Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif ... 66

Tabel 4. 4 Block 0: Beginning Block ... 68

Tabel 4. 5 Block 1:Method= Enter ... 69

Tabel 4. 6 Hosmer and Lemeshow Test ... 70

Tabel 4. 7 Nagelkerke‘s R Square ... 70

Tabel 4. 8 Hasil Uji Regresi Logistik ... 71

Tabel 4. 9 Hasil Uji simultan ... 79


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nama-nama Perusahaan Sampel ... 93

Lampiran 2 Perhitungan Return On Equity ... 94

Lampiran 3 Perhitungan Net Profit Margin... 96

Lampiran 4 Perhitungan Dividend Payout Ratio ... 98

Lampiran 5 Perhitungan Persentase Komisaris Independen ... 99

Lampiran 6 Perhitungan Persentase Struktur Kepemilikan Publik ... 100

Lampiran 7 Perhitungan Praktik Perataan Laba ... 102


(18)

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1, Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan laba rugi merupakan salah satu fokus utama dari pengguna laporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam periode waktu tertentu. Penilaian atas kinerja yang dijalankan perusahaan tercermin dari perolehan laba atau rugi yang dihasilkan dalam periode tersebut (Yatulhusna, 2015). Dari seluruh laporan keuangan, laporan laba rugi merupakan laporan yang paling banyak diperhatikan, karena di dalam laporan laba rugi terdapat informasi laba, dimana biasanya laba dijadikan tolok ukur kualitas suatu perusahaan (Christiana, 2012). Karena pentingnya laba


(20)

2 sebagai pengukur kinerja dan pertanggungjawaban operasional perusahaan, maka manajemen berusaha memilih prosedur akuntansi yang menghasilkan angka laba yang menguntungkan bagi kinerjanya, tetapi tetap sesuai dengan target yang dikehendaki oleh pemilik perusahaan. Oleh karena penyusun laporan keuangan adalah pihak manajemen, manajer perusahaan dapat dengan leluasa melakukan berbagai alternatif tindakan untuk mengubah kebijakan akuntansi sesuai dengan kepentingan perusahaan dan memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih satu dari sekumpulan kebijakan akuntansi tersebut. Kondisi ini yang mendorong manajer untuk secara oportunistik memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya (Setiawan, 2011).

Perusahaan memiliki tujuan selain memperoleh keuntungan tentu harus mampu memaksimumkan kekayaan bagi para pemegang saham (investor). Namun, seringkali para manajer sebuah perusahaan membuat keputusan yang bertentangan dengan tujuannya yaitu memaksimumkan kekayaan bagi para pemegang saham (investor). Selain itu, berdasarkan kenyataan yang ada, sering kali pengguna laporan keuangan terutama investor hanya ditunjukkan dan lebih menyenangi data mengenai informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan (Damayanti, 2013). Kecenderungan untuk memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan laba rugi dilakukan oleh banyak pihak. Situasi ini didasari oleh manajemen terutama dari kalangan manajemen yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya disfunctional behavior.


(21)

3 Manajer sebagai pengelola perusahaan sekaligus yang diberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan, tentunya lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan dan kondisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Hal tersebut dikarenakan para manajer yang mengelola perusahaan dan melaksanakan kegiatan operasionalnya, sehingga mereka mengetahui seluk beluk perusahaan, yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara manajer dengan pemilik. Asimetri informasi inilah yang nantinya bisa mendorong terjadinya management opportunistic behavior. Selain itu, Mohebi et. al (2013) menyatakan bahwa para pemegang saham tidak memiliki alat lain selain laporan keuangan tahunan untuk mengetahui bagaimana aset yang mereka tanamkan dalam perusahaan tersebut dikelola, dan para pemegang saham hanya bisa memastikan kinerja, efisiensi, dan produktivitas manager melalui laporan keuangan tersebut. Salah satu penyebab mengapa pemegang saham sangat terikat pada laporan keuangan karena pemegang saham dibatasi atau tidak semua pelaporan akuntansi perusahaan dapat diakses oleh pemegang saham (Saringat et. al, 2013).

Walaupun manajer adalah perantara dari pemilik, pengalaman menyatakan bahwa manajer tidak selalu bertindak dalam kepentingan terbaik bagi pemilik. Motivasi para manajer, kadang-kadang berbeda dengan pemilik (Keown et. al, 2011). Namazi (2011) menyatakan bahwa manajer memiliki informasi tersendiri tentang kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya, sedangkan pemegang saham tidak. Selain itu, manajer seringkali lebih mengutamakan kepentingannya


(22)

4 dibandingkan dengan kepentingan pemilik (pemegang saham), dan dengan informasi yang dimilikinya, manajer berupaya memenuhi kepentingannya tersebut dengan melakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan manipulasi angka-angka keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan manajemen laba (earnings management). Earnings Management terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan yang dapat menyesatkan pemangku kepentingan mengenai kondisi yang mendasar yang ada dalam suatu perusahaan dan mempengaruhi kontrak-kontrak yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Kamran dan Shah (2014) menyatakan bahwa manajemen laba mengarah pada tindakan yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk memanipulasi angka-angka akuntansi, dengan demikian akan membuat laporan keuangan menjadi kurang transparan. Salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan manajer perusahaan adalah praktik perataan laba (Income Smoothing).

Perataan laba merupakan fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Tindakan perataan laba ini telah dianggap tindakan yang logis dan rasional, namun bisa merugikan pihak lain (Pradana, 2013). Jelas saja, karena tindakan perataan laba bisa membohongi pihak-pihak yang menggunakan informasi yang diberikan, sehingga bisa menyesatkan dalam pengambilan keputusan terkait informasi tersebut.


(23)

5 Manajemen perusahaan memiliki beberapa alasan untuk melakukan praktik perataan laba, (1) rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi utang pajak; (2) tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor karena mendukung kestabilan laba sesuai dengan keinginan; (3) tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah oleh karyawan; (4) tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, sebab akan menurunkan harapan yang terlalu optimistik dan menaikkan harapan yang terlalu pesimistik (Pradipta dan Susanto, 2012).

Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menilai kinerja dan pertanggungjawaban manajemen (Pradana, 2013). Hal tersebut pulalah yang mendorong manajemen untuk melakukan praktik perataan laba dengan tujuan agar kinerja dan tanggungjawab manajemen terlihat baik dimata pemilik (pemegang saham). Sehingga, ketika kinerja dan tanggungjawab pihak manajemen dinilai baik, maka akan memberikan nilai tambah yang mana akan menguntungkan pihak manejemen itu sendiri.

Praktik manajemen laba merupakan fenomena yang umum dan banyak dilakukan oleh berbagai negara. Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain perusahaan Enron. Sebelum bangkrut pada akhir 2001, Enron mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan mengaku penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah $101 milyar. Penghasilan yang besar


(24)

6 tersebut berasal dari kutak-katik laporan keuangan, penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Dikenal juga dengan istilah financial engeneering. Kebangkrutan Enron tersebut menyebabkan dibubarkannya Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen, yang berdiri sejak tahun 1913, sehingga karyawannya sebanyak 85.000 kehilangan pekerjaan. Kesalahan yang ditimpakan kepada Athur Andersen, KAP yang mengaudit Laporan Keuangan Enron karena memberikan Opini Wajar, tidak menemukan atau bahkan dengan sengaja menutupi kecurangan penipuan akuntansi yang dilakukan Enron (http://www.kompasiana.com, 2010). Selain itu, praktik perataan laba juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti Merck, WorldCom, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al, 2006)

Di Indonesia sendiri pernah terjadi kasus terkait dengan praktik perataan laba antara lain terjadi pada PT. Waskita Karya. Pada penghujung 2009, Waskita Karya menjadi sorotan karena kasus manipulasi laporan keuangan. Dimana terjadi kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2007. Pada rentang waktu itu Waskita seharusnya mencatat rugi namun dalam laporannya malah terlihat untung. Hal ini disebabkan karena direksi melakukan rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2007 dengan memasukkan proyeksi multitahun kedepan sebagai pendapatan tertentu. Pemalsuan keuangan perusahaan ini terdeteksi sejak Agustus 2009 dan menyebabkan Waskita mengalami defisit modal sebesar Rp 475 miliar. Rekayasa laporan keuangan BUMN bidang jasa konstruksi ini hanya bersifat


(25)

7 administratif (accounting). Oknum direksi yang terlibat, diakui tidak secara sengaja memalsukan laporan keuangan guna kepentingan pribadi. Ini hanya pelangaran standar sisi akuntansi saja. Kondisi perusahaan yang sulit menyebabkan mereka mencari jalan dengan memalsukan laporan (http://finance.detik.com, 2014). Selain itu, kasus serupa juga terjadi pada PT Katarina Utama Tbk. Kasus tersebut terjadi ketika manajemen Katarina Utama yang seluruhnya ekspatriat asal Malaysia diduga telah menyelewengkan perolehan dana IPO, penggelembungan aset serta memanipulasi laporan keuangan auditan 2009. Dari perolehan dana IPO sebesar Rp 33,6 miliar, manajemen diduga menggelapkan sebesar Rp 29,6 miliar. Akibatnya, kas perusahaan pun bolong dan manajemen tidak dapat menyelesaikan kewajiban kepada karyawan. Saat ini, hampir seluruh kegiatan operasi Katarina Utama berhenti, sehingga tidak ada pemasukan (http://finance.detik.com, 2010).

Berdasarkan banyak kasus perataan laba yang dilakukan perusahaan, sudah banyak juga penelitian yang dilakukan terkait dengan perataan laba itu sendiri, namun hasil yang disimpulkan menunjukkan ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya untuk variabel yang sama.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba, beberapa diantaranya adalah return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dividend payout ratio (DPR), komisaris independen dan struktur kepemilikan publik. Saeidi (2012), Lubis (2012), dan Siregar (2015) menyatakan bahwa variabel independen profitability ratio yang diproksikan


(26)

8 dengan ROA dan ROE berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan Monalisa (2015) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas yang di proksikan dengan ROE bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perataan laba.

Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa variabel net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan Sherlita dan Kurniawan (2013) dan Mohebi et. al (2013) menyatakan bahwa variabel net profit margin tidak mempengaruhi perataan laba. Budiasih (2009) menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba. Sedangkan Santoso dan Salim (2012) menyatakan bahwa variabel dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap tindakan perataan laba. Hal tersebut berbeda dengan Manuari dan Yasa (2015), Monalisa (2015), dan Supriastuti dan Warnanti (2015) yang menyatakan bahwa variabel dividend payout ratio tidak mempengaruhi perataan laba.

Gaganis et al (2015) dan Dewantari dan Badera (2015) menyatakan bahwa corporate governance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap income smoothing. Namun, Ghader dan Muhsen (2014) menyatakan bahwa size dan board independence pada perusahaan yang melakukan praktik perataan laba lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, hal tersebut berarti size dan board independence mempengaruhi perataan laba. Sedangkan Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Akhooridnejad et al (2013) menyatakan bahwa public ownership memiliki


(27)

9 pengaruh terhadap perataan laba, sedangkan Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan ketidakkonsistenan sehingga menarik untuk dikaji kembali, maka penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (Income Smoothing) dengan mengambil judul “FAKTOR-FAKTOR FINANCIAL RATIOS DAN GOOD

CORPORATE GOVERNANCE YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK

PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING); (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2011-2014)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah return on equity berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)?

2. Apakah net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)?

3. Apakah dividend payout ratio berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)?


(28)

10 4. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan

laba (income smoothing)?

5. Apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)?

6. Apakah return on eqity, net profit margin, dividend payout ratio, komisaris independen dan kepemilikan publik secara simultan berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apakah return on equity berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)

b. Untuk mengetahui apakah net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)

c. Untuk mengetahui apakah dividend payout ratio berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)

d. Untuk mengetahui apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)

e. Untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)


(29)

11 f. Untuk mengetahui apakah return on eqity, net profit margin, dividend payout ratio, komisaris independen dan kepemilikan publik secara simultan berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing).

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak dibawah ini:

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana pengembangan kemampuan untuk peneliti dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang diperoleh dari bangku kuliah, serta memberikan informasi tambahan untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih terutama mengenai perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

b. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dibidang Ekonomi. Khususnya akuntansi dan manajemen terkait praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.

c. Bagi emiten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan dan menjadi informasi yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai praktik perataan laba. Karena apabila


(30)

12 masyarakat mengetahui bahwa perusahaan melakukan praktik perataan laba dalam membuat laporan keuangannya, maka perusahaan bisa dianggap memberi laporan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, dan laporan keuangan tersebut bisa saja menyesatkan dalam pengambilan keputusan.

d. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para investor dalam mengambil keputusan dalam hal investasi saham terutama dalam hal menilai kualitas laba yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan.

e. Bagi pembaca

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para pembaca, yang nantinya bisa memberikan tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk lebih memahami dalam kaitannya tentang praktik-praktik perataan laba di dalam suatu perusahaan.


(31)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan

Hubungan keagenan didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Godfrey (2010) sebagai kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Walaupun terdapat kontrak, agen tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini karena agen juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan utilitasnya sendiri.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269) hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa, principal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Pada teori keagenan yang disebut principal adalah pemegang saham dan yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Principal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan.


(32)

14 Konsep teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya (Salno dan Baridwan, 2000).

Dalam konteks perilaku oportunis (the opportunistic behaviour), manajer diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran pribadinya, yang mana kemakmuran tersebut sangat tergantung pada seberapa besar kinerja yang dicapai terkait dengan bonus tunai (the bonus plan). Sama halnya dengan agen, prinsipal juga memiliki kepentingan yaitu menginginkan laba perusahaan selalu stabil agar dana yang telah diinvestasikan di perusahaan tersebut tetap aman (safety) dan dapat menghasilkan tingkat return yang diharapkan. Konflik antara principal dan agent diperparah oleh adanya asymmetry information, yaitu ketika manajer sebagai agent mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya untuk


(33)

15 melakukan tindakan disfunctional behavior (adverse selection dan moral hazard) (Wulandari, 2013).

Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja yang selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah informasi akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada informasi lainnya. Informasi akuntansi juga digunakan oleh para principal untuk menilai kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian reward (biasanya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai satu-satunya dasar dalam pemberian reward tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan (smoothing) dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar kinerjanya tampak bagus (Dewi, 2010).

2. Perataan Laba (Income Smoothing) a. Pengertian Laba

Belkaoui (2007) menyatakan bahwa laba adalah hal yang mendasar dan penting bagi laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan diberbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai dasar untuk perpajakan, penentu dari kebijakan pembayaran dividen, panduan dalam melakukan investasi dan pengambilan keputusan, dan satu elemen peramalan. Menurut Harahap (2009) Laba adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang bersifat insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kegiatan lainnya yang


(34)

16 mempengaruhi entity selama satu periode tertentu, kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik. Sedangkan menurut Kurniawan (2012) laba akuntansi (accounting income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Kasmir (2011) laba dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Laba kotor (gross profit) artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang pertama sekali perusahaan peroleh.

2. Laba bersih (net profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak.

Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif. Hal ini didukung FASB yang menerbitkan SFAC No.1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba dimasa yang akan datang (Yusuf dan Soraya, 2004). Informasi laba di laporkan oleh perusahaan dalam laporan Laba Rugi. Menurut Hery (2009) tujuan keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi


(35)

17 dan kredit. Sehingga, informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

b. Manajemen Laba

Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi (Belkaoui, 2007). Menurut Molenaar (2009) manajemen laba didefinisikan sebagai penggunaan penilaian dalam pelaporan dan penataan transaksi keuangan untuk mengubah laporan keuangan sehingga menunjukkan angka yang menguntungkan. Penelitian empiris sebelumnya menyimpulkan bahwa manajemen laba terjadi karena alasan-alasan seperti persepsi pasar keuangan, kompensasi manajemen, perjanjian utang, dan menghindari intervensi pemerintah (biaya politik).

Scoot (2000) mengidentifikasi adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan manajemen laba yaitu sebagai berikut:

1. Taking a Bath

Pola ini terjadi selama periode tekanan organisasi berkaitan dengan reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Jika perusahaan harus melaporkan kerugian, maka manajemen berusaha menutupinya dengan cara menangguhkan aset, menyediakan biaya yang dapat diperkirakan dimasa depan, dan secara umum ―clear the decks. ― Hal ini diharapakan dapat meningkatkan laba dimasa depan.


(36)

18 2. Income Minimization

Pola ini dilakukan saat perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, sehingga jika pada periode mendatang laba diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengalokasikan laba periode sebelumnya.

3. Income Maximization

Manajer yang terlibat dalam income maximization memiliki tujuan bonus. Perusahaan yang mendekati pelanggaran perjanjian hutang juga dapat memaksimalkan laba.

4. Income Smoothing

Merupakan upaya yang dilakukan manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan akan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.

Seringkali manajer melakukan satu atau kombinasi dari empat strategi ini pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen. Dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang praktik perataan laba.

c. Perataan Laba (Income Smoothing)

Menurut Belkaoui (2007), pengertian terbaik tentang perataan laba adalah yang disajikan oleh Beidleman yang didefinisikan sebagai pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian ini, perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi yang abnormal


(37)

19 dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik. Sedangkan menurut Kustono (2009), perataan laba dapat didefinisi sebagai suatu cara yang dipakai manajemen untuk mengurangi variabilitas laba di antara deretan jumlah laba, yang timbul karena adanya perbedaan antara jumlah laba yang seharusnya dilaporkan dengan laba yang diharapkan (laba normal).

Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu pola dari manajemen laba dan dapat dipandang sebagai proses manipulasi waktu terjadinya laba yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income (laba) agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil dan diharapkan mempunyai pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen. Tindakan tersebut sengaja dilakukan manajemen guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Di samping itu laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberikan rasa lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasaan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku (Yulfita, 2014).

Perataan laba dilakukan oleh manajer menggunakan teknik-teknik tertentu. Berikut adalah berbagai teknik yang digunakan manajer dalam melakukan praktik perataan laba (Sugiarto, 2003):


(38)

20 1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu.

2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.

3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan nonoperasi.

Perataan laba meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah periode sebelumnya. Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan


(39)

21 jumlah laba periode sebelumnya. Namun, usaha ini bukan untuk membuat laba suatu periode sama dengan jumlah laba tahun sebelumnya, karena dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut. Dapat disimpulkan bahwa praktik perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual (laba yang direalisasikan) lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal (Yulianto, 2007).

3. Financial Ratios

Menurut Harahap (2006) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Sedangkan menurut Van Horne (2005), Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri.

Menurut Keown et.al (2011), rasio keuangan adalah penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti: (1) dapat meneliti rasio antar-waktu untuk meneliti arah pergerakannya; (2) dapat


(40)

22 membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dua kelompok yang ditemukan dalam penggunaan rasio keuangan. Pertama, terdiri atas para manajer yang biasa menggunakan rasio keuangan untuk mengukur dan mengetahui kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Fokus analisis mereka sering dihubungkan dengan berbagai ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari perspektif pemilik. Kelompok pemakai rasio keuangan yang kedua meliputi penganalisis diluar perusahaan yaitu seorang yang dikarenakan satu alasan atau lainnya, tertarik dengan kesejahteraan ekonomi suatu perusahaan. Rasio keuangan bisa digunakan untuk menjawab empat pertanyaan: (1) seberapa likuid suatu perusahaan, (2) apakah manajemen cukup efektif untuk menghasilkan laba usaha atas aktiva perusahaan, (3) bagaimana perusahaan didanai, (4) apakah tingkat pengembalian yang didapatkan oleh pemegang saham biasa sesuai dengan investasi yang mereka tanamkan.

Terdapat banyak rasio keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan untuk menilai likuiditas, proftitabilitas, solvabilitas dan tingkat pengembalian. Berikut adalah rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Return On Equity

Menurut Brigham & Houston (2010) rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang


(41)

23 tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat yang mereka peroleh.

Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (Kasmir, 2011). Tingkat pengembalian saham biasa menunjukkan rata-rata penghitungan pengembalian atas investasi pemegang saham yang diukur dengan membandingkan pendapatan bersih terhadap ekuitas saham biasa (Keown et al, 2011). Sedangkan menurut Irham (2012), ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.

b. NetProfit Margin

Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan. Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih (Kasmir, 2011)


(42)

24

c. Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan. DPR yang mengecil dapat berakibat merugikan para investor tetapi dari aspek keuangan di dalam perusahaan tentunya akan semakin tangguh (solid) (Ginantra dan Putra, 2015). Menurut Simatupang (2010) Dividend Payout Ratio adalah rasio perbandingan antara dividen yang dibagikan dibandingkan dengan laba perlembar saham yang diperoleh perusahaan. Dengan mengetahui dividend payout ratio ini, investor akan dapat mengetahui berapa besar rasio laba yang dibagikan dari laba per-lembar saham yang diperoleh perusahaan.

Menurut Gitman (2003) Dividend payout ratio menunjukkan persentase dari setiap dolar yang diterima yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk uang tunai. Hal ini dihitung dengan membagi dividen kas perusahaan per saham dengan laba per saham perusahaan.

4. Good Corporate Governance

Corporate governance menurut Turnbull Report dalam Effendi (2009) adalah:

“Corporate governance is a company system of internal control, which has an its principal aim the management of risk that are significant to the fulfillment of its business objectives, with a view to safeguarding the company’s assets and enhancing over time the value of the shareholders investment”


(43)

25 Berdasarkan pengertian diatas, corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham (Effendi, 2009).

Organization of Economic Corporation and Development (OECD, 2004) mendefinisikan corporate governance merupakan suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggungjawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari Corporate Governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertangungjawabkan dan dilakukan dengan baik.

Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG (2006) menyatakan bahwa setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip-prinsip pokok GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip-prinsip pokok tersebut adalah :


(44)

26 1. Transparasi (Transparency)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.


(45)

27 4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Good Coporate Governance merupakan komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika yang mengatur hubungan antara shareholder dengan stakeholders untuk menciptakan nilai tambah (Value Added) bagi perusahaan. Pada awalnya corporate governance lahir sebagai prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh perusahaan agar tetap survive. Karena menyangkut prinsip dan nilai tersebut maka dalam praktiknya corporate governance muncul di setiap Negara dengan isu yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan sistem ekonomi yang ada disetiap Negara. Selain itu untuk dapat dilaksanakan, prinsip dan nilai corporate governance harus disesuaikan dengan kondisi yang ada pada suatu perusahaan dan sangat tergantung dengan bentuk perusahaan, jenis perusahaan, dan komposisi kepemilikan modal perusahaan (Wulandari, 2009).


(46)

28 Mekanisme good corporate governance yang dapat mengontrol tindakan perataan laba diantaranya adalah komisaris independen dan kepemilikan publik. a. Komisaris Independen

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pasal 1, Dewan Komisaris (Dewan Pengawas) adalah organ perusahaan yang menjalankan tugas pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar yang telah ditetapkan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi.

Keberadaan komisaris maupun komisaris independen tidak hanya sebagai pelengkap, karena dalam diri dalam komisaris melekat tanggung jawab secara hukum (yuridis). Oleh karena itu, peranan komisaris sangatlah penting. Namun, dalam praktik yang selama ini terjadi di Indonesia, terdapat kecenderungan bahwa komisaris sering kali melakukan intervensi terhadap direksi dalam menjalankan tugasnya. Sementara, disisi lain, kedudukan direksi biasanya tidak kuat, bahkan ada direksi yang enggan membagi wewenang serta tidak memberikan informasi yang memadai kepada komisaris. Selain itu, terdapat kendala yang cukup menghambat kinerja komisaris yang masih lemahnya kompetensi dan integritas mereka. Hal ini dapat terjadi karena pengangkatan komisaris biasanya hanya didasarkan pada penghargaan, hubungan keluarga, atau hubungan dekat lainnya (nepotisme). Masalah independensi dan kapablitas komisaris merupakan sesuatu yang


(47)

29 sifatnya sangat mendasar (fundamental). Oleh karena itu, dalam merekrut anggota komisaris, kedua hal ini menjadi prioritas utama agar GCG di perusahaan dapat terwujud (Effendi, 2009).

b. Struktur Kepemilikan Publik

Struktur kepemilikan adalah struktur kepemilikan saham yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan (Sugiarto, 2009). Struktur kepemilikan menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Yunitasari (2014) dibedakan menjadi tiga, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik.

Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal. Sumber pendanaan eksternal diperoleh dari saham masyarakat (publik) (Yunitasari, 2014).

Menurut Wijayanti (2009) kepemilikan publik adalah proporsi atau jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat umum yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Sedangkan


(48)

30 Febriantina (2010) menyatakan bahwa kepemilikan publik adalah kepemilikan saham perusahaan oleh masyarakat umum atau oleh pihak luar.

B. Keterkaitan Antarvariabel

1. Hubungan antara return on equity dengan praktik perataan laba

Hanafi (2009) menyebutkan bahwa Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu yang merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham diduga mempengaruhi tindakan perataan laba. ROE sering kali menjadi rasio pertimbangan investor dalam memilih beberapa pilihan untuk berinvestasi. ROE ini merupakan bagian dari keuntungan (return) dalam berinvestasi. Secara teoritis, return on equity merupakan ukuran profitabilitas dari segi investor dan alat ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu, return on equity seringkali menjadi pertimbangan investor dalam menentukan pilihan untuk berinvestasi (Munawir, 2007).

Lubis (2012) dan Siregar (2015) menyatakan bahwa ROE berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Karena return on equity merupakan salah satu faktor penentu dasar dalam penentuan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan yang merupakan indikator yang dapat mencerminkan kinerja keuangan yang berkorelasi dengan earning perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang profitabilitasnya lebih rendah akan cenderung melakukan


(49)

31 praktik perataan laba karena untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik walaupun profitabilitasnya rendah (Haryadi, 2011). Tingkat profitabilitas yang stabil (smooth) akan memberikan keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba, karena investor lebih menyukai tingkat profitabilitas yang stabil disetiap tahunnya (Amanza, 2012). Hal ini senada Aini (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka:

Ha1 : return on equity berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing).

2. Hubungan antara net profit margin dengan praktik perataan laba

Net profit margin diduga mempengaruhi perataan laba karena secara logis marjin ini terikat langsung dengan obyek perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus kepada pihak manajemen. Diduga pihak manajemen akan melakukan praktik perataan laba untuk mendapatkan bonus yang mereka inginkan (Salno dan Baridwan, 2000).


(50)

32 Net Profit Margin (NPM) adalah rasio antara rupiah laba yang dihasilkan perusahaan dibagi oleh setiap satu rupiah penjualan. Ginantra dan Putra (2015) dan Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Karena apabila rasio NPM yang dihasilkan manajemen stabil, hal ini akan memperlihatkan bahwa kinerja manajemen tersebut baik dibanding dengan kinerja manajemen yang menghasilkan rasio NPM yang berfluktuatif. Hal ini akan memberikan keyakinan pada calon investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Ketika rasio NPM yang dihasilkan suatu perusahaan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen, maka manajemen cenderung melakukan praktik perataan laba untuk menurunkan tingkat NPM, dan apabila NPM lebih rendah dibandingkan dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen, maka manajemen akan melakukan praktik perataan laba untuk menaikkan NPM sampai dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen.

Berdasarkan uraian diatas, maka:

Ha2 : net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing).


(51)

33 3. Hubungan antara dividend payout ratio dengan praktik perataan laba

Investor memilih perusahaan untuk investasi dengan pertimbangan dividendnya. Perusahaan menentukan jumlah dividen (dividen per share) yang akan dibagikan kepada pemegang saham dengan membuat kebijakan dividen. Untuk meningkatkan kepercayaan investor, perusahaan berusaha menunjukkan laba yang stabil yang akan menghasilkan dividen yang stabil juga. Oleh karena itu, manajer dapat melakukan tindakan perataan laba untuk menstabilkan laba (Mukhtaruddin dan Abukosim, 2013). Selain itu, manajer akan meratakan laba yang dilaporkan dalam GAAP untuk meningkatkan kepuasan pemegang saham, karena tingkat laba yang stabil akan meningkatkan dividen dan meningkatkan harga saham (Monalisa, 2015).

Budiasih (2009) menyatakan bahwa Dividend Payout Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini terjadi karena besar kecilnya dividen tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh sehingga perusahaan cenderung melakukan perataan laba. Selain itu, investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang dapat memberikan dividen yang besar. Tidak hanya dividen yang besar, investor juga akan cenderung menanamkan modal pada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil karena akan membuat dividen yang dibagikan kepada investor juga akan stabil. Jika kucuran dari hasil keuntungan perusahaan stabil tentunya akan berakibat pada dukungan dividen dengan tingkat yang lebih besar daripada kucuran hasil keuntungan yang lebih


(52)

34 bervariasi, maka dapat memacu manajemen untuk melakukan perataan laba (Ginantra dan Putra, 2015).

Berdasarkan uaraian diatas, maka:

Ha3 : Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap praktik perataan laba (Income Smoothing)

4. Hubungan antara komisaris independendengan praktik perataan laba Siallagan dan Machfoedz (2006) menyebutkan bahwa Dewan komisaris mampu mengurangi tingkat perataan laba atas pelaporan keuangan melalui fungsi pengawasan. Ghader dan Mohsen (2014) juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah board independence antara perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, yang mana perusahaan yang melakukan perataan laba memiliki jumlah board independence yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Ukuran dewan yang lebih besar akan lebih memungkinkan untuk mendapatkan masalah agensi, karena akan lebih banyak orang yang berada dibawah aktivitas manajemen. Ketika ukuran dewan lebih besar, akan memungkinkan lebih banyak anggota independen dengan keahlian yang berharga. Keahlian anggota dewan diharapkan bisa lebih baik untuk mencegah atau membatasi perilaku oportunitis manajemen (income smoothing). Menurut Haryadi (2011)


(53)

35 Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap perataan laba, karena semakin banyak anggota komisaris independen dalam perusahaan maka proses pengawasan oleh komisaris independen akan semakin berkualitas sehingga dapat mencegah tindakan kecurangan terhadap laporan keuangan.

Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi sebagai penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan yang memihak kepada pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan. Komisaris independen diharapkan dapat menciptakan good corporate governance melalui fungsinya dan tanggungjawabnya atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan (Kharisma dan Agustina, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, maka:

Ha4 : Komisaris Independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba

5. Hubungan antara struktur kepemilikan publikdengan praktik perataan laba

Kepemilikan publik merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh


(54)

36 baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal. Sumber pendanaan eksternal diperoleh dari saham masyarakat (publik) (Yunitasari, 2014).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda terkait dengan hubungan antara struktur kepemilikan publik dengan praktik perataan laba. Menurut Ginantra dan Putra (2015) Proporsi kepemilikan publik yang tinggi dalam suatu perusahaan membuat manajemen selalu dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Hal ini dilakukan agar investor tetap menginvestasikan dana pada perusahaan, karena kondisi tersebut manajemen cenderung melakukan perataan laba agar selalu dapat menampilkan kinerja yang terbaik dalam perusahaan. Kinerja perusahaan yang selalu baik akan mempengaruhi para keputusan investor untuk berinvestasi.

Pengelolaan laba dapat bersifat efisien, tidak selalu oportunis. Jika pengelolaan laba efisien maka kepemilikan publik yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif). Proporsi kepemilikan publik yang besar, menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan tinggi karena itu manajemen cenderung untuk melakukan perataan laba untuk menunjukkan tingkat laba dan kinerja perusahaan yang baik (Nur‘aeni, 2010). Semakin tinggi kepemilikan publik dalam struktur


(55)

37 kepemilikan perusahaan, maka perusahaan cenderung melakukan perataan laba agar menghasilkan variabilitas laba yang rendah yang mengindikasikan risiko yang rendah. Risiko yang rendah ini lah yang direspon positif oleh investor (Noviana dan Yuyetta, 2011).

Mohebi et al (2013) dan Akhooridnejad et al (2013) menyatakan bahwa kepemilikan publik mempengaruhi perataan laba. Kepemilikan publik yang besar cenderung membuat perusahaan untuk tidak melakukan praktik perataan laba karena semakin besar kepemilikan saham oleh publik maka semakin banyak informasi yang diketahui oleh masyarakat (Setyani dan Liffa, 2012). Namun, berbeda dengan Mohebi et. al (2013) dan Akhooridnejad et. al (2013), Witjaksono dan Tediyanto (2011) menyatakan bahwa struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba tetapi memiliki hubungan yang positif yaitu semakin kecil struktur kepemilikan publik, semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk melakukan perataan laba. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan publik yang kecil akan mengakibatkan pengawasan yang dilakukan oleh publik menjadi tidak ketat.

Berdasarkan uraian diatas, maka:

Ha5 : Struktur Kepemilikan Publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba.


(56)

38 C. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Praktik Perataan Laba ternyata menunjukkan hasil yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini ditampilkan pada Tabel 2.1.


(57)

39 Tabel 2. 1

Penelitian Terdahulu No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

1. Chrysovalantis Gaganis, Iftekhar Hasan, and Fotios Pasiouras (2015) Regulations, institutions, and income smoothing by managing technical reserve: international evidence from the insurance industry. 1. Variabel independen corporate governance 2. Menggunakan variabel Dependen Income Smoothing

1. Variabel independen The institutional development dan the regulatory condition 2. Objek penelitian

menggunakan 770 perusahaan asuransi yang beroperasi di 87 negara untuk tahun 2000-2009

The paper also finds that institutional characteristics, e.g., the rule of law,

common law legal origin, economic freedom, and regulations relating to technical provisions and supervisory power constrain income smoothing but other factors such as capital requirements, tax

deductibility of provisions, auditing, and corporate governance do not have a significant effect.


(58)

40 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

2. Monalisa (2015) Income Smoothing in India – An

Empirical study of BSE 200 Index Companies

1. Variabel independen dividend rate paid out. 2. Menggunakan variabel independen profitability yang diproksikan dengan ROE

3. Variabel dependen income smoothing

1. Menggunakan variabel independen size of the company 2. Menggunakan

variabel independen the degree of debt 3. Objek penelitian

yang digunakan adalah BSE 200 index perusahaan in India tahun 2002-2012

1. 60% of the company

smooth their income.

2. The other objective is to

analyze the factors affecting the income smoothing behavior like the company size, profitability, degree of debt and dividend rate. It was found that there are other factors that influence the income smoothing behavior among the sample under study.

Tabel 2.1 (Lanjutan)


(59)

41 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

3. Fatemeh Mohebi, Mohammad Mahmoodi, dan Naser Ail Yadollahzadeh Tabari (2013) The investigation of the effect of firm-spesific accounting variables on income smoothing of companies: evidence from Tehran Stock Exchange 1. Menggunakan variabel Profitability yang diproksikan dengan Net Profit Margin 2. Menggunakan variabel dependen income smoothing 1. Menggunakan variabel independen firm size 2. Menggunakan variabel independen debt ratio 3. Menggunakan variabel ownership structure

4. Objek penelitian menggunakan perusahaan yang terdaftar diTehran Stock Exchange tahun 2010

1. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara firm size dan income smoothing 2. Terdapat hubungan

positif dan signifikan antara ownership structure dan income smoothing.

3. Tidak melihat hubungan yang signifikan antara variabel debt ratio dan profitability ratio dengan income smoothing 4.

Tabel 2.1 (Lanjutan)


(60)

42 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

4. Ghader,

Dadashzadeh dan Mohsen, Zakeri (2014)

The effect of board structure and information asymmetry on firm income smoothing: evidence from listed companies in Iranian 1. Menggunakan variabel independence board 2. Menggunakan variabel income smoothing 1. Menggunakan variabel board size 2. Menggunakan

variabel information asymmetry

3. Objek penelitian menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Tehran Stock Exchange tahun 2004-2011

The results of testing hypotheses show that the size and board

independence (board structure measure) is firm income smoothing less than firm non income smoothing and information asymmetry in firm income smoothing is more than firm non income smoothing.

5. Jeren

Akhoondnejad, Dr. Mansoor Garkaz, dan Dr. Mohammadreza Shoorvarzi (2013) Political costs factors affecting income smoothing evidence from Tehran Stock Exchange (TSE) 1. Menggunakan variabel independen public ownership 2. Menggunaka variabel dependen 1. Menggunakan variabel independen firm size 2. Menggunakan variabel independen number of employee

Terdapat hubungan yang signifikan antara firm size, number of employee, public ownership, dan income tax terhadap income smoothing Tabel 2.1 (Lanjutan)


(61)

43 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

income smoothing 3. Menggunakan variabel independen income tax

4. Objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock

Exchange untuk lima periode yaitu tahun 2006-2011

6. Parviz Saeidi (2012)

The relationship between income smoothing and income tax and profitability ratio in Iran Stock Market 1. Menggunakan variabel independen profitability ratio yang diproksikan dengan ROE 2. Menggunakan 1. Menggunakan variabel independen profitability ratio yang diproksikan dengan ROA 2. Menggunakan variabel independen

Terdapat hubungan yang signifikan antara income smoothing, tax income, dan profitability ratio

Tabel 2.1 (Lanjutan)


(62)

44 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

variabel dependen income smoothing

tax income 3. Objek penelitian

yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di iran stock market tahun 2001-2007

7. Sri Supriastuti dan Asri Warnanti (2015)

Ukuran Perusahaan, Winner/Loser Stock, Debt To Equty Ratio, Dividend Payout Ratio pengaruh terhadap Perataan Laba 1. Variabel independen dividend payout ratio

2. Variabel dependen perataan laba 1. Menggunakan variabel independen ukuran perusahaan 2. Menggunakan variabel independen winner/loser stock 3. Menggunakan variabel independen debt to equity ratio 4. Objek penelitian

yang digunakan

1. Ukuran perusahaan dan winner/loser stock berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba

2. Debt to equity ratio dan dividend payout ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Tabel 2.1 (Lanjutan)

Tabel 2.1 (Lanjutan)


(63)

45 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling

8. Akbar Kharisma dan Linda Agustina (2015) Pengaruh mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba 1. Variabel independen corporate governance 2. Variabel independen perataan laba

1. Variabel independen ukuran perusahaan 2. Objek penelitian

yang digunakan adalah menggunakan perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2011-2013

1. Kepemilikan

institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap dan signifikan terhadap perataan laba

2. Kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit, dan Tabel 2.1 (Lanjutan)


(64)

46 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

kualitas audit tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba 9. Ida Ayu Ratih

Manuari dan Gerianta Wirawan Yasa (2015)

Praktik perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya 1. Menggunakan variabel independen dividend payout ratio 2. Menggunakan variabel independen net profit margin 3. Menggunakan variabel independen kepemilikan publik 4. Menggunakan variabel dependen 1. Menggunakan variabel independen profitabilitas 2. Menggunakan variabel independen financial leverage 3. Objek penelitian ini

menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2012.

1. Variabel net profit margin berpengaruh terhadap parktik perataan laba, sedangkan variabel dividend payout ratio, profitabilitas, financial leverage, dan

kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Tabel 2.1 (Lanjutan)


(65)

47 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

income smoothing 10. Ni Putu Santi

Dewantari dan I Dewa Nyoman Badera (2015) Good Corporate Governance, ukuran perusahaan, dan Financial Leverage sebagai predictor perataan laba 1. Menggunakan variabel independen Good Corporate Governance 2. Menggunakan variabel dependen perataan laba

1. Variabel ukuran perusahaan 2. Menggunakan

variabel independen Financial Leverage 3. Objek penelitian

menggunakan perusahaan yang terdaftar di BEI yang masuk dalam CGPI tahun 2010-2012

1. Good corporate

governance dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada probabilitas perataan laba.

2. Financial Leverage berpengaruh negative dan signifikan pada probabilitas praktik perataan laba 11. I Komang Gede

Ginantra dan I Nyoman Wijana Asmara Putra (2015) Pengaruh profitabilitas, Leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, dividend 1. Variabel independen dividend payout ratio 2. Variabel independen good 1. Menggunakan variabel independen profitabilitas 2. Menggunakan variabel independen leverage

1. Variabel NPM berpengaruh positif terhadap perataan laba 2. Variabel profitabilitas,

financial leverage, ukuran perusahaan, Tabel 2.1 (Lanjutan)


(66)

48 No. Peneliti (Tahun) Judul

Penelitian

Variabel dan Metode Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

payout ratio, dan net profit margin terhadap perataan laba

corporate

governance yang di proksikan dengan kepemilikan publik 3. Menggunakan

variabel

independen net profit margin 4. Variabel dependen

perataan laba

3. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2012. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling

kepemilikan public dan DPR tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba.

Sumber: Diolah dari berbagai referensi.


(1)

104

Lampiran 8 Hasil Output SPSS 22

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROE 52 .09 1.26 .3012 .27397

NPM 52 .06 .50 .2013 .08627

DPR 52 .13 1.00 .4702 .22095

DKI 52 .30 .80 .4425 .14047

SKP 52 .15 .82 .4213 .15287

Valid N (listwise) 52

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent Selected Cases Included in Analysis 52 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 52 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 52 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value BUKAN PERATA LABA 0


(2)

105

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant Step 0 1 56.334 1.077

2 56.181 1.200

3 56.181 1.204

4 56.181 1.204

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 56.181

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted IS

Percentage Correct BUKAN

PERATA LABA PERATA LABA

Step 0 IS BUKAN PERATA LABA 0 12 .0

PERATA LABA 0 40 100.0

Overall Percentage 76.9

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant 1.204 .329 13.380 1 .000 3.333


(3)

106

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables ROE 2.434 1 .119

NPM 2.793 1 .095 DPR 1.823 1 .177

DKI .056 1 .813

SKP 4.881 1 .027 Overall Statistics 9.478 5 .091

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant ROE NPM DPR DKI SKP Step 1 1 47.733 .519 -1.621 -5.274 .156 2.491 2.212

2 43.614 -1.222 -2.934 -7.243 .136 6.629 4.908 3 41.696 -4.026 -4.820 -8.300 .140 12.678 8.128 4 41.506 -5.049 -5.768 -8.900 .128 15.355 9.244 5 41.504 -5.155 -5.885 -8.981 .127 15.664 9.356 6 41.504 -5.156 -5.886 -8.982 .127 15.667 9.357 7 41.504 -5.156 -5.886 -8.982 .127 15.667 9.357 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 56.181

d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 14.677 5 .012

Block 14.677 5 .012 Model 14.677 5 .012


(4)

107

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 41.504a .246 .372

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 14.233 8 .076

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

IS = BUKAN PERATA LABA IS = PERATA LABA

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 3 3.610 2 1.390 5

2 2 2.563 3 2.437 5

3 5 1.859 0 3.141 5

4 0 1.258 5 3.742 5

5 0 .916 5 4.084 5

6 1 .721 4 4.279 5

7 0 .540 5 4.460 5

8 1 .335 4 4.665 5

9 0 .155 5 4.845 5


(5)

108

Classification Tablea

Observed

Predicted IS

Percentage Correct BUKAN

PERATA LABA PERATA LABA

Step 1 IS BUKAN PERATA LABA 4 8 33.3

PERATA LABA 4 36 90.0

Overall Percentage 76.9

a. The cut value is .500

Correlation Matrix

Constant ROE NPM DPR DKI SKP Step 1 Constant 1.000 .544 -.098 -.417 -.713 -.749

ROE .544 1.000 .116 -.369 -.846 -.058 NPM -.098 .116 1.000 .190 -.213 -.194 DPR -.417 -.369 .190 1.000 .041 .187 DKI -.713 -.846 -.213 .041 1.000 .312 SKP -.749 -.058 -.194 .187 .312 1.000

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a ROE -5.886 3.729 2.491 1 .114 .003 .000 4.150

NPM -8.982 4.556 3.886 1 .049 .000 .000 .950 DPR .127 2.675 .002 1 .962 1.135 .006 214.945 DKI

15.667 8.012 3.824 1 .051 6371417.491 .965 420597434090 06.190 SKP 9.357 4.824 3.762 1 .052 11581.313 .907 147950566.388 Constant -5.156 3.719 1.922 1 .166 .006


(6)

109

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

8 + +

I I

I I

F I I

R 6 + +

E I I

Q I PI

U I PI

E 4 + P P P+

N I P P PI

C I P P P P PI

Y I P P P P PI

2 + B P P P P P P P P P+

I B P P P P P P P P PI

I B P P B B B PPP B BB B B P P PP PPPPBPP P PPB P PPPI

I B P P B B B PPP B BB B B P P PP PPPPBPP P PPB P PPPI

Predicted ---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1

Group: BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP

Predicted Probability is of Membership for PERATA LABA

The Cut Value is .50

Symbols: B - BUKAN PERATA LABA

P - PERATA LABA


Dokumen yang terkait

Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 23 97

ANALISIS PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING): FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEJ

0 3 1

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

2 10 83

Faktor faktor yang mempengaruhi perataan Laba (income smoothing) dan bukan perataan laba (non income smoothing) (studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2002 2006)

0 6 94

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

1 3 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

0 2 17

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

0 1 9

DAFTAR PUSTAKA Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

0 3 4

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing).

0 3 38