Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

(1)

PENGARUH STABLE SHAREHOLDING, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

PERATAAN LABA

(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Arif Setiawan NIM 1111082000079

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii PENGARUH STABLE SHAREHOLDING, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

PERATAAN LABA

(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ARIF SETIAWAN NIM: 1111082000079

Dibawah Bimbingan

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Nur Wachidah SE., MS., Ak.

NIP.196902032001121003 NIP.

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 11 Agustus 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Arif Setiawan 2. NIM : 1111082000079 3. Jurusan : Akuntansi Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Agustus 2015

1. M Nur Rianto Al Arif, M.Si ( _______________________ ) NIP. 198110132008011006

2. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak ( _______________________ ) NIP. 198004162009012006

3. Fitri Damayanti, SE., M.Si ( _______________________ ) NIP. 198107312006042003


(4)

iv LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 24 November 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Arif Setiawan

2. NIM : 1111082000079 3. Jurusan : Akuntansi Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 November 2015

1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA. ( _______________________ ) NIP. 197207112005011007 Ketua

2. Yessi Fitri SE, Ak., M.Si. ( _______________________ ) NIP. 197609242006042002 Sekertaris

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( _______________________ ) NIP. 196902032001121003 Pembimbing 1

4. Nur Wachidah SE., MS., Ak. ( _______________________ ) Pembimbing 2

5. Atiqah SE., MS., Ak. ( _______________________ ) NIP. 198201202009122004 Penguji Ahli


(5)

v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Arif Setiawan Nomor Induk Mahasiswa : 1111082000079

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan saya telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 November 2015 Yang Menyatakan


(6)

vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Arif Setiawan

Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 9 November 1994

Alamat : Jl. PDAM Gang Hibah 1 No. 828 RT. 70 RW. 03 Bukit Lama Kec. Ilir Barat 1 Palembang 30139 Email : arifsetiawan.as@outlook.com

II. Riwayat Pendidikan

TK Aisyiyah Palembang (1999 – 2000)

SD Muhammadiyah 1 Palembang (2000 – 2006) SMP Negeri 1 Palembang (2006 – 2009)

MAN 3 Palembang (2009 – 2011)

S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011 – 2015) III. Latar Belakang Keluarga

Nama Ayah : Sutima

Nama Ibu : Sulistiani

Alamat Orang Tua : Jl. PDAM Gang Hibah 1 No. 828 RT. 70 RW. 03 Bukit Lama Kec. Ilir Barat 1 Palembang 30139 Anak ke/ dari : ke-2 dari 2 bersaudara

IV. Pengalaman Organisasi

1. Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013 – 2014)


(7)

vii

THE INFLUENCE OF STABLE SHAREHOLDING, PROFITIBILITY, FINANCIAL LEVERAGE, AND FIRM SIZE ON INCOME SMOOTHING

(EMPIRICAL STUDY ON REAL ESTATE AND PROPERTY COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE 2011-2014)

By: Arif Setiawan

Abstract

This research aims to examine the influence of stable shareholding, profitability, financial leverage, and firm size toward income smoothing practice among real estate and property listed companies at Indonesian Stock Exchange. This research is using 37 real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange, with a period between 2011-2014. The hypothesis was tested using binary logistic regression. The result of this study showed that profitability and firm size have positive significant influence on income smoothing. Financial leverage has negative significant influence on income smoothing. Stable shareholding has no significant influence on income smoothing

Keywords: profitability, stable shareholding, firm size, financial leverage, income smoothing.


(8)

viii PENGARUH STABLE SHAREHOLDING, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

PERATAAN LABA

(Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014)

Oleh: Arif Setiawan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh stable shareholding, profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan 37 perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, periode 2011-2014. Pengujian hipotesis menggunakan model analisis regresi binari logistik. Hasil penelitian ditemukan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap tindakan perataan laba. Financial leverage menunjukkan hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap tindakan perataan laba. Stable Shareholding tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.

Kata kunci : profitabilitas, stable shareholding, ukuran perusahaan, financial leverage, perataan laba


(9)

ix KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai uswatun khasanah yang telah menuntun umatnya dari kegelapan munuju jalan yang terang benderang.

Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan atas izin Allah SWT skripsi ini dapat selesai. Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari telah banyak mendapat arahan, bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, yang dengan ikhlas dan penuh kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, cinta, kasih sayang, nasihat, dan dukungan moril maupun materil serta doa tiada henti kepada penulis.

2. Kakakku Agung yang telah menyemangati dan memberikan banyak motivasi serta do’a terbaiknya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak, M.M, selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat bergarga untuk


(10)

x membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberika selama ini.

7. Ibu Nur Wachidah SE, M.S.Ak.,selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 10.Alaena Saroya yang selalu menemani dan memberikan semangat selama ini. 11.Sahabat-sahabat luar biasa CORE-I7 Wahyu, Irvan, Andi, Rizki, Opi, dan Fahmi. Terimakasih atas kegilaan selama ini sahabat. Tetap kompak selalu. 12.Teman-teman kosan Kausar selama empat generasi Bang Adi, Bang Manto, Bang Ali, Bang Faqih, Bang Bagus, Bang Isnan, Imam, Zezen, Altaf, Rian, Inez, Afwa, Otul, Karima, Zunah, Ato, Ilham, Putra dan lain-lain.

13.Teman-teman band Bang Eki, Bang Fajri, Hans, Ibem, Irul, Wildan, Refli, dan Ari. Terimakasih atas pengalaman bermusik selama ini.

14.Teman-teman rantau dari Palembang Rois, Bahtiar, Aji, Raka, dan lain-lain. 15.Teman-teman AKUKECE (Akuntansi Kelas C) yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu. Semoga kita semua bisa sukses selalu.

16.Teman-teman konsentrasi Audit 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semangat dan sukses untuk kita semua.

17.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh


(11)

xi karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 12 November 2015

Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...vi

ABSTRACT......vii

ABSTRAK...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR GAMBAR...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...16

A. Landasan Teori...16

1. Teori Agensi...16

2. Stable Shareholding...20

3. Profitabilitas...21

4. Tingkat Hutang (Financial Leverage)...26

5. Ukuran Perusahaan...29

6. Perataan Laba...32

B. Penelitian terdahulu...39

C. Kerangka Pemikiran...45

D. Hipotesis...46


(13)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...49

A. Ruang Lingkup Penelitian...49

B. Metode Pemilihan Sampel...49

C. Metode Pengumpulan Data...50

D. Metode Analisis...51

1. Statistik Deskriptif...51

2. Analisis Regresi Logistik...51

E. Operasional Variabel Penelitian...52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...58

A. Deskripsi Objek Penelitian...58

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian...59

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif...59

2. Hasil Uji Statistik Regresi Logistik...62

a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)...63

b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Negelkerke R. Square)...63

c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi...64

d. Hasil Matriks Klasifikasi...64

e. Hasil Uji Regresi Logistik...66

BAB V PENUTUP...74

A. Kesimpulan...74

B. Saran...75

DAFTAR PUSTAKA...76

LAMPIRAN...80


(14)

xiv DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu...39

3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel...57

4.1 Proses Seleksi Sampel...59

4.2 Statistik Deskriptif...60

4.3 Fit Model...63

4.4 Koefisien Determinasi...64

4.5 Kelayakan Model regresi...64

4.6 Matriks Klasifikasi...65

4.7 Hasil Uji Regresi Logistik...66


(15)

xv DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Grafik Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial...7

1.2 Fase Perkembangan Properti Residensial...8

1.3 Kota Asia-Pasifik Dengan Prospek Investasi Terbaik...9

2.1 Kerangka Pemikiran...45


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu indikator dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Dengan laporan keuangan diharapkan dapat membantu para investor dalam menentukan keputusan akan investasi mereka. Adanya kecenderungan perhatian dari stakeholders yang hanya tertuju pada informasi laba, memaksa manajer meningkatkan citra perusahaan dengan melakukan dysfunctional behavior (perilaku tidak semestinya) melalui tindakan perataan laba (Budiasih, 2009).

Para ahli ekonomi banyak yang membahas masalah konsep laba menurut ilmu ekonomi. Misalnya Adam Smith menjelaskan bahwa income adalah kenaikan dalam kekayaan. Kemudian pada awal abad XX Fischer, Lindahl, dan Hick menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap. Pertama Physical Income yaitu konsumsi barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur. (1) Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan yaitu biaya hidup (cost of living). Dengan kata lain, kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi. (2) Money Income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi


(17)

2 kebutuhan hidup. Kedua adalah Laba menurut konsep akuntansi (accounting income). Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi itu adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Menurut Belkaoui definisi tentang laba ini mengandung lima sifat, yaitu (1) Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut. (2) Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu. (3) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu. (4) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching, artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

Perhatian investor sering kali hanya terpusat pada informasi laba yang diberikan oleh perusahaan, sehingga tidak jarang memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan tindakan manipulasi laba dengan salah satu caranya adalah melakukan perataan laba. Perataan laba dilakukan manajemen untuk memperbaiki citra perusahaan dimata pihak eksternal. Selain itu, perataan laba dilakukan manajemen untuk memberi informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba dimasa yang akan datang. Perataan laba dilakukan untuk meningkatkan relasi- relasi usaha, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen dan meningkatkan kompensasi manajemen.


(18)

3 Memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Disamping pihak intern perusahaan, beberapa pihak di luar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Pihak-pihak tersebut antara lain (calon) pemodal dan kreditur. Praktik Perataan laba merupakan fenomena yang umum dan dilakukan banyak negara. Namun demikian, praktik perataan yang dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Sebagai akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat, dan memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio mereka.

Suwito dan Arleen (2005) mendefinisikan perataan laba sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi atau transaksi. Perataan laba (income smoothing) menjadi hal yang penting terutama karena praktek ini dapat menimbulkan disfunctional behaviour (perilaku yang tidak semestinya) yang muncul sebagai akibat dari konflik yang timbul diantara pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.

Untuk meratakan laba, manajer mengambil tindakan yang meningkatkan laba yang dilaporkan ketika laba tersebut rendah dan mengambil tindakan yang menurunkan laba ketika laba tersebut relatif tinggi. Manajer perusahaan ingin meratakan laba yang dilaporkan untuk memberikan persepsi pemegang saham atas variabilitas earnings karena tindakan seperti itu dapat memberi pengaruh yang positif pada nilai pasar saham. Tindakan manajemen dalam melakukan manajemen


(19)

4 laba ini berkaitan dengan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan pemilik perusahaan yang sering terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri (dysfunctional behavior) dan atau perusahaannya.

Menurut Suwito dan Arleen (2005) perataan laba dapat melalui beberapa dimensi perataan laba, yaitu: (1) perataan laba melalui kajadian atau pengakuan suatu peristiwa, (2) perataan laba melalui alokasi selama satu periode tertentu, (3) perataan laba melalui klasifikasi. Dilakukanya tindakan perataan laba ini biasanya untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor yang beranggapan laba yang stabil akan mengurangi kebijakan deviden yang stabil dan menjaga hubungan antara manajer dan pekerja untuk mengurangi gejolak kenaikan laba dalam pelaporan laba yang cukup tajam.

Investor atau calon investor yang ingin menanamkan dananya dalam surat berharga perlu melakukan analisis surat berharga dan kondisi yang berkaitan dengan pihak yang menerbitkan surat berharga tersebut. Sebagai dasar pengambilan keputusan investor, maka informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung resiko ketidakpastian. Karena resiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi resiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor.


(20)

5 Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Oleh karena itu perataan laba meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah laba periode sebelumnya. Namun usaha ini bukan untuk membuat laba periode sebelumnya, karena dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut. Situasi ini didasari oleh manajemen terutama dari kalangan manajemen yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya disfunctional behaviour.

Manfaat dari informasi laba yaitu untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi laba juga dapat membantu pemilik atau pihak lain dalam melakukan penaksiran earning power perusahaan di masa yang akan datang. Bagi kreditor laporan laba rugi digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas di masa yang akan datang yang diperlukan untuk membayar utang-utang perusahaan. Investor memiliki kecenderungan untuk memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan laba rugi. Hal inilah yang menjadikan informasi earnings memainkan suatu peranan yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan. Artinya, manajemen berusaha untuk mengelola earnings dalam usahanya membuat entitas tampak bagus secara finansial (Agriyanto, 2006).


(21)

6 Perataan laba baik dilakukan jika dalam pelaksanaannya tidak melakukan fraud. Ada yang berpendapat bahwa income smoothing bukanlah suatu masalah dalam pelaporan keuangan karena memperbaiki kemampuan laba untuk mencerminkan nilai ekonomi suatu perusahaan dan dinilai oleh pasar tidak efisien. Disisi lain, perataan laba dianggap tindakan yang harus dicegah. Perataan laba merupakan sesuatu yang rasional yang didasarkan atas asumsi dalam Agency Theory.

Rasionalitas yang mendasari studi ini adalah adanya hubungan antara laba dengan stable shareholding, profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan. Bila laba dimanipulasi maka rasio keuangan dalam laporan keuangan juga akan dimanipulasi. Pada akhirnya, bila pengguna laporan keuangan menggunakan informasi yang telah dimanipulasi untuk tujuan pengambilan keputusannya, maka keputusan tersebut secara tidak langsung telah termanipulasi. Disisi lain, laporan keuangan dimanfaatkan oleh investor dalam pengambilan keputusan ekonominya. Pengaruh kepada investor tersebut diperoleh dari informasi yang ada di laporan keuangan dan laporan lainnya yang mencakup stable shareholding, profitabilitas, financial leverage dan ukuran perusahaan

Dengan alasan ini penulis akan meneliti lebih lanjut mengenai praktik perataan laba. Penulis menggunakan data laporan keuangan dari 2011-2014. Dengan menggunakan data laporan keuangan terbaru selama empat tahun terakhir penulis berharap penelitian ini bisa menggambarkan kondisi sesungguhnya dan seakurat mungkin. Penulis juga memilih perusahaan real estate dan properti sebagai sampel dari penelitian karena jenis perusahaan real estate dan properti sedang


(22)

7 dalam masa perkembangan yang meskipun sekarang mulai memasuki perlambatan di Indonesia sehingga berharap dapat mewakili sampel penelitian ini.

Gambar 1.1

Grafik Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial

sumber:survey Bank Indonesia

Tren perlambatan properti di Indonesia juga diungkap oleh data Jones Lang Lasalle (JLL) yang terangkum dalam Asia Pacific Property Digest Q1 2015. Data tersebut menunjukan bahwa perkembangan properti residensial di Jakarta bersama dengan Bangkok sudah berada dalam fase "Growth Slowing" atau perlambatan.


(23)

8 Gambar 1.2

Fase perkembangan Properti Residensial

sumber: JLL Real Estate Intelegence Service 1Q2015

Presiden Joko Widodo menghembuskan angin segar bagi bisnis properti yang belakangan mengalami perlambatan. Presiden dalam pertemuannya dengan Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) memberi lampu hijau untuk kepemilikan asing atas produk properti di Indonesia.

Pemerintah berencana merevisi PP No 41/1996 untuk membolehkan investor asing melakukan pembelian properti di Indonesia. Tetapi dalam kajiannya perubahan ini tetap memiliki batasan diantaranya kepemilikan masih hanya berdasar pada hak menggunakan dan kepemilikan terbatas pada apartemen mewah dengan minimum harga jual tertentu. Tetapi, ternyata perlambatan yang saat ini sedang terjadi tidak membuat investor asing berpandangan negatif terhadap prosopek investasi properti di Indonesia. Survei yang dilakukan Prince Waterhouse


(24)

9 Coopers (PWC) terhadap sejumlah profesional di bidang properti menunjukan bahwa Jakarta berada di urutan ke-2 sebagai kota dengan prospek investasi dan pengembangan real estate terbaik di wilayah asia pasifik.

Perlambatan yang saat ini sedang terjadi tidak membuat investor asing berpandangan negatif terhadap prosopek investasi properti di Indonesia. Survei yang dilakukan Prince Waterhouse Coopers (PWC) terhadap sejumlah profesional di bidang properti menunjukan bahwa Jakarta berada di urutan ke-2 sebagai kota dengan prospek investasi dan pengembangan real estate terbaik di wilayah Asia Pasifik.

Gambar 1.3

Kota Asia-Pasifik Dengan Prospek Investasi Terbaik Tahun 2015


(25)

10 Jakarta hanya kalah 0,06 poin dari Tokyo yang berada di urutan teratas, Sementara unggul 0,09 poin dari Osaka. Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia, bahkan mengalahkan beberapa kota besar lain di kawasan Asia Pasifik seperti Sydney, Shanghai, Seoul, Manila, dan Kuala Lumpur. Sehingga, prospek positif Jakarta bagi sejumlah investor asing dan dukungan kebijakan pemerintah dapat mendorong bisnis properti yang sudah melambat sejak setahun yang lalu.

Dalam hal ini, penulis melihat potensi dan kemungkinan yang dapat terjadi dalam lingkup real estate dalam melakukan penerapan praktik perataan laba. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian bagaimana keterkaitan stable shareholding, profitabilitas, financial leverage dan ukuran perusahaan terhadap tindakan praktik perataan laba yang dilakukan oleh pihak managemen perusahaan.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fengju, et al (2013) yang meneliti pengaruh financial leverage dan proitabilitas terhadap perataan laba, diperoleh 60 sampel perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange selama periode 2006-2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa financial leverage dan profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, sedangkan tidak terdapat pengaruh signifikan antara financial leverage dan profitabilitas terhadap perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Zulia, dkk (2014) yang meneliti pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan kepemilikan institusional terhadap perataan laba, diperoleh 46 sampel perusahaan manufaktur


(26)

11 yang terdapat di Bursa Efek Indoneisa selama periode 2009-2013. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan ukuran perusahaan dan financial leverage tidak mempengaruhi income smoothing.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ginantra dan Wijana (2015) yang meneliti pengaruh profitabilitas, financial leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, dividend payout ratio dan net profit margin pada perataan laba, diperoleh 17 sampel perusahaan manufaktur yang teradapat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwavariabel NPM berpengaruh positif terhadap perataan laba sedangkan variabel profitabilitas, financial leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan publik dan DPR tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Murtini dan Aditya (2012) yang meneliti ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dividend payout ratio dan kecenderungan perataan laba, diperoleh 56 sampel perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2000-2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitbilitas berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan variabel financial leverage dan devidend pay out ratio tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Pada penelitianyang dilakukan oleh Taufik, dkk (2014) yang meneliti profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perataan laba diperoleh 19 sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(27)

12 selama periode 2009-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap perataan laba dan financial leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh siginfikan positif terhadap perataan laba.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yustiari dan Sujana (2014) yang meneliti ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap praktik perataan laba dengan jenis industri sebagai variabel pemoderasi diperoleh 56 sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan jenis industri tidak dapat memoderasi ukuran perusahaan dan profitabilitas pada praktik perataan laba.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewantari dan Badera (2015) yang meneliti good corporate governance, ukuran perusahaan dan financial leverage terhadap perataan laba diperoleh 11 sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good corporate governance dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada probabilitas perataan laba, sedangkan financial leverage berpengaruh negatif dan signifikan pada probabilitas praktik perataaan laba.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Benny (2014) yang meneliti faktor-faktor perataan laba di Indonesia di peroleh 10 perusahaan perankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage berpengaruh terhadap tindakan praktik perataan laba.


(28)

13 Penelitian merupakan replikasi dari penelitian Ginantra (2015) dan penelitian Shotu (2014). Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggunakan stable shareholding, profitabilitas, financial leverage,dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen sedangkan peraataan laba sebagai variabel dependen. Periode pada penelitian ini menggunakan periode data dari tahun 2011 sampai 2014 yang merupakan data terbaru saat ini. Penelitian ini menggunakan perusahaan real estate dan properti sebagai sampel penelitian yang saat ini Indonesia sedang berada di urutan ke-2 dengan propek investasi dan pengembangan real estate terbaik di wilayah Asia Pasifik.

Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan seperti jenis sampel yang hanya menggunakan jenis perusahaan real estate dan properti sehingga kurang mengeralisasikan perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini hanya menggunakan periode 4 tahun. Penelitian ini menggunakan indeks Model Eckel yang merupakan model yang ditemukan tahun 1981, hal ini mungkin kurang sensitif terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan pada tahun 2011-2014.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengambil judul

“Pengaruh Stable Shareholding, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba.”


(29)

14 B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh stable shareholding terhadap praktik perataan laba?

2. Bagaimana pengaruh profitabilitasterhadap praktik perataan laba? 3. Bagaimana pengaruh financial leverage terhadap praktik perataan laba? 4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaanterhadap praktik perataan laba?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis pengaruh positif stable shareholding terhadap praktik perataan laba.

b. Untuk menganalisis pengaruh positif profitabilitas terhadap praktik perataan laba.

c. Untuk menganalisis pengaruh positif financial leverage terhadap praktik perataan laba.

d. Untuk menganalisis pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba.

2. Manfaat Penelitian


(30)

15 a. Bagi Akademisi, diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba. Serta untuk penelitian yang akan datang diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian, terutama penelitian yang berkaitan dengan praktik perataan laba

b. Bagi praktisi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba dan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas dan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.


(31)

16 BAB II

Tinjauan Pustaka A. Landasan Teori

1. Teori Agensi

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan, melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham merupakan prinsipal dan CEO adalah agen mereka. Pemegang saham menyewa CEO agar bertindak sesuai keinginan mereka.

Topik income smoothing terkait erat dengan konsep manejemen laba (earnings management). Seperti manejemen laba, penjelasan konsep income smoothing juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory). Teori ini menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manjemen (agent) dengan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran perusahaan.

Salah satu sifat dasar manusia adalah self interest artinya mementingkan diri sendiri dan tidak mau berkorban untuk orang lain. Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh


(32)

17 dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan (Anthony dan Govindarajan, 2005). Sesuai dengan asumsi tersebut, maka manajer akan mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya sebelum memberikan manfaat kepada pemegang saham.

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlihat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal, diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut. Dengan demikian teori keagenan (agency theory) berkaitan dengan usaha-usaha untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan. Masalah keagenan muncul jika terdapat perbedaan tujuan (goals) antara agent dan principal serta terdapat kesulitan atau membutuhkan biaya yang mahal bagi principal untuk senantiasa memantau tindakan-tindakan yang diambil oleh agent.

Konsep teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan,


(33)

18 manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal tersebut. Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya. Pihak principal dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agent dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan untuk mencegah kecurangan yang dilakukan oleh agent (Jensen and Meckling, 1976).

Selain itu, masalah keagenan juga akan terjadi jika antara agent dan principal mempunyai sikap atau pandangan yang berbeda terhadap risiko. Di dalam sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major participant) yang memiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham (sebagai pemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih tindakan tindakan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Atau dengan kata lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan manajemen (agen) namun harus mengacu pada kepentingan pemegang saham (principal).

Namun kenyataan yang terjadi di banyak perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan tindakan yang menguntungkan


(34)

kepentingan-19 nya misalnya yang dapat memaksimalkan kekayaannya daripada menguntungkan pemegang saham. Untuk mengatasi hal itu pihak pemegang saham sebagai principal melakukan pengendalian dengan tiga cara yaitu: monitoring, kebijakan pemberian insentif atau hukuman dan dengan cara menanggung secara bersama-sama atas risiko yang mungkin terjadi. Selanjutnya dijelaskan bahwa didalam suatu organisasi cara yang paling efektif untuk mengubah perilaku anggota organisasi agar sesuai dengan yang diinginkan adalah dengan pemberian reward atau dengan kata lain, dengan positif reinforcement, bukan dengan pemberian hukuman (punishment). Pemberian reward (berupa penghargaan atau insentif) akan berdampak baik dalam arti perilaku yang diinginkan tersebut besar kemungkinan akan terulang lagi. Sebaliknya, bila digunakan hukuman, pengaruh yang bisa timbul adalah munculnya rasa tertekan, tidak tenang dan sebagainya. Adanya asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis guna memaksimalkan keuntungan pribadi (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja yang selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah informasi akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada informasi lainnya informasi akuntansi juga digunakan oleh para principal untuk menilai kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian reward (biasanya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai satu-satunya dasar dalam


(35)

20 pemberian reward tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya (dysfunctional behaviour) di kalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan (smoothing) dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar kinerjanya tampak bagus.

Teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004).

2. Stable Shareholding

Stable shareholding adalah saham yang tidak diperjualbelikan. Saham ini dimiliki oleh internal dari perusahaan atau perusahaan induk yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk membatasi kepemilikan perusahaan oleh publik. Jika pengelolaan laba efisien maka kepemilikan publik yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif).

Shuto (2014) mengungkapkan bahwa dari perspektif manajerial, diperkirakan bahwa manajer perusahaan dengan stable shareholding lebih mungkin untuk melaporkan pendapatan yang stabil, sehingga memberikan informasi yang kredibel tentang diri mereka kepada pemegang saham lainnya untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan mereka. Hal Ini


(36)

21 mungkin mendorong manajer untuk mengejar perilaku oportunistik untuk meningkatkan manfaat pribadi mereka, dan dengan demikian, akan terjadi kerusakan nilai perusahaan dalam jangka panjang.

Manajer perusahaan mungkin juga bertindak untuk meningkatkan manfaat pribadi mereka dan dengan demikian merusak nilai perusahaan dalam jangka panjang. Tentu saja, stable shareholding tidak memungkinkan manajer untuk melakukan perilaku oportunistik dengan tanpa batasan. (Shuto, 2014)

Pengelolaan laba dapat bersifat efisien, tidak selalu oportunis. Jika pengelolaan laba efisien maka kepemilikan publik yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif). Semakin tinggi kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan perusahaan, maka perusahaan cenderung melakukan perataan laba agar menghasilkan variabilitas laba yang rendah yang mengindikasikan risiko yang rendah. Risiko yang rendah ini lah yang direspon positif oleh investor.

3. Profitabilitas

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang


(37)

22 rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Profitabilitas sendiri menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dan dinyatakan dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta merupakan salah satu aspek yang penting sebagai pertimbangan oleh investor atau pemilik dalam menilai kinerja suatu perushaan.

Perusahaan pada umumnya lebih mementingkan masalah profitabilitas daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belum tentu merupakan ukuran bahwa perusahaan telah bekerja secara efektif dan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh tersebut dengan kekayaan atau modal yang digunakan untuk menghasikan laba tersebut. Perusahaan sebaiknya tidak hanya lebih memperhatikan masalah bagaimana usaha untuk memperbesar labanya saja, tetapi juga yang lebih penting adalah bagaimana usaha untuk meningkatkan profitabilitasnya sehingga perusahaan biasanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik profitabilitas maksimal dan bukan laba maksimal.

Menurut Suwito dan Herawaty (2005), profitabilitas sebagai indikator untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan. Profitabilitas diketahui dengan membandingkan laba bersih dengan total aset perusahaan. Rasio profitabilitas dapat ditunjukkan dengan beberapa model, yaitu ROA, ROI dan lain – lain.


(38)

23 Macam-macam rasio profitabilitas, diantaranya sebagai berikut: 1. Margin laba atas penjualan (Profit Margin on Sale)

Profit margin menghitung tingkat kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2009:83). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

NPM =� ℎ ℎ �

� ×100%

Profit margin yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Margin laba yang rendah akan mengindikasikan adanya masalah operasional, perusahaan dengan margin laba yang rendah mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi pemegang sahamnya karena penggunaan leverage keuangan (Brigham dan Houston, 2006:107).

2. Pengembalian atas total aset (Return on Asset)

Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Menurut Hanafi dan Halim (2009:84) Return on Asset (ROA) juga sering disebut sebagai Return on Investment


(39)

24 (ROI). Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aset.

ROA=� ℎ ℎ � × %

ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset. ROA yang rendah disebabkan oleh:

a. kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan yang rendah ditambah,

b.biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya di atas rata-rata, dimana keduanya menyebabkan laba bersih menjadi relatif rendah (Brigham dan Houston, 2006:109).

3. Pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return on Equity)

Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001:91). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

ROE=� ℎ ℎ �

� ℎ × %

Profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Hanafi (2009) menyebutkan bahwa Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu yang merupakan ukuran


(40)

25 profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham diduga mempengaruhi tindakan perataan laba. ROE sering kali menjadi rasio pertimbangan investor dalam memilih beberapa pilihan untuk berinvestasi. ROE ini merupakan bagian dari keuntungan (return) dalam berinvestasi. Profitabilitas dalam penelitian ini yang diduga mempengaruhi perataan laba diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Li-Jung dan Chien-Wen (2007) yang menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan yang yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE) dapat mempengaruhi kecenderungan perusahaan melakukan praktik perataan laba.

Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas yaitu Return On Asset (ROA). Perusahaan yang memiliki tingkat ROA yang tinggi lebih memungkinkan untuk melakukan tindakan perataan laba karena manajemen mengetahui kemampuan dalam mendapatkan laba di masa mendatang, sehingga memudahkan manajemen untuk mempercepat laba (Budiasih, 2009).

Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan pengelolaan laba yang dilakukan oleh manajemen karena sesuai dengan hipotesis biaya politik bahwa profitabilitas yang semakin tinggi dalam perusahaan akan mengakibatkan tingginya harapan dari regulator dan masyarakat kepada perusahaan tersebut untuk


(41)

26 memberikan kompensasi kepada mereka berupa pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada masyarakat.

Untuk menarik minat investor dalam berinvestasi, manajemen akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laba pada setiap periodenya. Akan tetapi jika laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan akan memicu tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen agar laba yang dihasilkan sesuai yang diharapkan. Profitabilitas dijadikan alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Manajemen yang tidak efektif akan menghasilkan profitabilitas yang rendah, sehingga dianggap gagal dalam mencapai tujuan perusahaan. Manajemen yang tidak ingin dianggap gagal, akan berusaha meningkatkan laba perusahaan dan stabilitas labanya (Belkaoui, 2005:57).

4. Tingkat Hutang (Financial Leverage)

Financial leverage merupakan hal penting dalam penentuan struktur modal perusahaan. Menurut Weston (2009) menyebutkan financial leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku seluruh hutang terhadap total aset. Menurut Hanafi (2004;332) leverage keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan yang digunakan oleh perusahaan. Lebih umum leverage juga diartikan sebagai alat untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan utang. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan


(42)

27 menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu.

Sutrisno (2000) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan aktiva tetap atau sumber dana dimana atas penggunaan dana tersebut, perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Financial leverage menunjukkan seberapa efisien perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek perusahaan. Hutang yang besar berarti rasio financial leverage yang besar. Hutang yang besar mengakibatkan risiko semakin meningkat. Perusahaan yang mempunyai rasio financial leverage tinggi akibat besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan praktik perataan laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang dari pihak kreditor.

Pihak manajemen berusaha melakukan praktik perataan laba agar kinerjanya terlihat baik. Dengan kinerja yang baik tersebut, maka diharapkan kreditur tetap memiliki kepercayaan teradap perusahaan, tetap mengucurkan dana dan memperoleh kemudahan dalam proses pembayaran.

Weston dan Copeland (2009) mengemukakan bahwa penggunaan hutang akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Karena dengan menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri


(43)

28 maka beban tetap yang ditanggung perusahaan tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan profitabilitas menurun. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada struktur modal optimal, nilai perusahaan akan semakin menurun dengan semakin besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada penggunaan hutang menjadi lebih kecil dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan hutang tersebut.

Untuk mengatasi kekhawatiran investor manajer berusaha menstabilkan laba perusahaan dimana pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi dari pada perusahaan yang memiliki laba yang tidak stabil. Hal ini yang memicu manajer perusahaan untuk melakukan perataan laba.

Leverage mencerminkan risiko keuangan perusahaan karena dapat

menggambarkan struktur modal perusahaan dan mengetahui resiko tak tertagihnya suatu utang. Semakin tinggi financial leverage perusahaan maka semakin besar motivasi manajer melakukan praktik perataan laba. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan. sumber yang berasal dari


(44)

29 modal asing akan meningkatkan resiko perusahaan. Oleh karena itu, makin banyak menggunakan modal asing maka besar pula rasio leverage-nya dan berarti semakin besar pula resiko yang dihadapi perusahaan.

Lukman Syamsudin (2004:113) mendefinisikan financial leverage adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa (earning per share/eps). R. Agus Sartono (2001:120) menyatakan bahwa Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya atau menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.

Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:70) menyatakan bahwa

Rasio leverage mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang.

Beberapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya.

5. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Total aset yang dimiliki perusahaan mencerminkan ukuran perusahaan. Suryandari (2012) menyebutkan perusahaan dengan ukuran yang lebih besar dan memiliki industri yang strategis mampu untuk melakukan praktik perataan laba karena aktivitas


(45)

30 perusahaannya diketahui dan mendapat perhatian besar di mata investor, pemerintah, dan masyarakat.

Panjaitan dan Desinta (2004) menyebutkan ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, kapitalisasi pasar, dan lain lain yang semuanya berkorelasi tinggi. Semakin besar total aktiva, penjualan, log size, nilai pasar saham, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm).

Perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan besar, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mendapat tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini mendorong manajemen untuk memenuhi harapan tersebut. Hal ini juga diperkuat dalam teori akuntansi positif yang menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya peraturan baru dari pemerintah, seperti menaikkan pajak penghasilan perusahaan.

Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan


(46)

31 dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba.

Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba. Berdasarkan political cost hypothesis dalam teori akuntansi positif dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukan income decreasing (penurunan laba) saat memperoleh laba tinggi untuk menghindari munculnya peraturan baru dari pemerintah, contohnya menaikkan pajak penghasilan. (Herawaty, 2005)

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu: perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Besaran perusahaan secarai umum dinilai dari besarnya aset perusahaan. Menurut Nasseridan Herlina (2003) beranggapan bahwa memiliki aset yang besar biasanya disebut perusahaan besari dan akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti para analisis, investor maupun pemerintah. Untuk itu perusahaan besar juga diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan labai yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak.

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar cenderung melakukan perataan laba, disamping itu juga cenderung memiliki return saham yang


(47)

32 lebih tinggi. Perusahaan besar akan selalu menciptakan suatu keadaan yang dapat memberikan kesan kepada masyarakat bahwa kinerja perusahaan tersebut baik dengan cara menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Dengan demikian perusahaan berukuran besar diperkirakan memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba, karena kenaikan laba yang terlalu drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak bagi perusahaan, dan sebaliknya apabila jika terjadi penurunan laba secara drastis maka akan memberikan kesan terjadinya krisis di dalam perusahaan tersebut.

6. Perataan Laba

Ahmed (2011) mendefinisikan bahwa perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Akibatnya laporan keuangan yang disajikan kepada para pemakai laporan keuangan tidak dapat diandalkan. Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar.

Perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal. Selain itu, perataan laba didefinisikan sebagai pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi


(48)

33 pada beberapa level laba supaya dianggap normal bagi perusahaan. (Oviani, 2014)

Praktek perataan laba dilakukan oleh manajemen perusahaan yang dapat menyebabkan pengungkapan laba di laporan keuangan menjadi tidak memadai, bahkan terkesan menyesatkan. Hal ini berakibat investor tidak memiliki informasi yang akurat tentang laba, sehingga investor gagal dalam menaksir risiko investasi mereka. Pemilihan metode akuntansi yang menyajikan adanya laba yang rata dari tahun ke tahun merupakan salah satu hal yang sangat disukai oleh manajemen dan para investor, karena laba yang rata mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil (Atik, 2008).

Ada beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer melakukan perataan laba. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Belkaoui (2007) mempertimbangkan dua alasan menejemen meratakan laporan laba.

Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan.


(49)

34 Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar. Hal tersebut merupakan hasil dari kebutuhan manajemen untuk menetralisir ketidakpastian lingkungan dan menurunkan fluktuasi yang luas dalam kinerja operasi perusahaan terhadap siklus waktu baik maupun waktu buruk yang berganti-ganti.

Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Oleh karena itu perataan laba meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah laba periode sebelumnya. Namun usaha ini bukan untuk membuat laba periode sebelumnya, karena dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut. Oleh karena itu, pihak manajemen cenderung memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu yang biasanya bersifat jangka pendek (Kusuma, 2003).

Dua faktor utama perusahaan melakukan praktik perataan laba adalah:

1. skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang digambarkan melalui laba akuntansi yang dilaporkan, karena itu


(50)

35 setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung dalam kompensasinya;

2. fluktuasi dalam kinerja manajemen akan mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen secara langsung. Ancaman penggantian ini mendorong manajemen untuk membuat laporan kinerja yang sesuai dengan keinginan pemilik.

Manajemen laba berbeda dengan kecurangan. Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan (Ahmed, 2011). Dipandang dari sisi manajemen, manajer yang termotivasi melakukan perataan laba atau penghasilan pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, antara lain; mengurangi total pajak terutang, meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula, meningkatkan hubungan manajer dengan karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah, siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang optimisme atau pesimisme dapat diperlunak.

Menurut Nasser dan Herlina (2003:292), perataan laba mempunyai tujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat


(51)

36 meningkatkan harga pasar perusahaan.Sasaran dalam melakukan perataan laba dapat difokuskan pada aktivitas yang umumnya dilakukan oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi aliran dana atau informasi. Dengan kata lain untuk menciptakan laporan keuangan yang sesuai dengan yang diinginkan,manajer dapat memasukkan informasi yang seharusnya dilaporkan pada periode yang telah lalu atau yang akan datang ke dalam laporan periode ini dan sebaliknya.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:245), Income smoothing biasanya dilakukan dengan berbagai cara:

1. Mengatur waktu kejadian transaksi. 2. Memilih prinsip atau metode alokasi.

3. Mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan dari operasi normal.

Dalam Ghozali dan Chariri (2007) ada beberapa proporsi berkaitan dengan perataan laba sebagai berikut:

a. Kriteria yang dipakai oleh manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kesejahteraannya.

b. Kepuasan merupakan kunci pengamanan pekerjaan, level, dan tingkat pertumbuhan gaji serta level dan tingkat pertumbuhan dan besaran (size) perusahaan.

c. Kepuasan dari pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat meningkatkan status dan reward bagi manajer.


(52)

37 d. kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan

stabilitas laba perusahaan.

Unsur-unsur laporan laba-rugi yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba, antara lain:

a. unsur penjualan, yaitu:

Saat membuat faktur (misalnya: penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang tetapi pembuatan fakturnya dilakukan dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini). pembuatan pesanan atau penjualan fiktif. Downgrading (menurunkan nilai produk) misalnya dengan cara menuliskan dalam fitur penjualan bahwa produk yang dijual termasuk dalam kelompok produk rusak atau cacat, sehingga harga yang tercantum menjadi lebih rendah dari harga yang sebenarnya terjadi;

b. unsur biaya, yaitu:

Memecah faktur (misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda, kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi). Mencatat biaya dibayar dimuka (prepayment) sebagai biaya (misalnya melaporkan sewa dibayar di muka untuk periode yang akan datang sebagai biaya sewa untuk periode saat ini).


(53)

38 Ghozali dan Chariri (2007) membedakan ketiga dimensi perataan tersebut sebagai berikut:

a. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan peristiwa. Artinya, manajemen dapat menentukan waktu transaksi aktual terjadi sehingga pengaruh transaksi tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata sepanjang waktu. b. Perataan melalui alokasi sepanjang periode. Atas dasar

terjadinya dan diakuinya atas peristiwa tertentu, manajemen memiliki media pengendalian tertentu dalam penetuan laba pada periode yang terpengaruh oleh kuantifikasi peristiwa tersebut. c. Perataan melalui klasifikasi (classificarity smoothing).Jika

angka-angka dalam laporan laba rugi selain laba bersih merupakan proyek dari perataan laba, maka manajemen dapat dengan mudah mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan laba rugi sehingga dapat mengurangi variasi laba setiap periodenya.


(54)

39 B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO. Peneliti

(Tahun) Judul Teknik Analisis Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan

1. I Komang Gede Ginantra dan I Nyoman Wijana Asmara Putra (2015) Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Publik, Dividend Payout Ratio Dan Net Profit Margin Pada Perataan Laba Menguji Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Publik, Dividend Payout Ratio Dan Net Profit Margin Pada Perataan Laba

Regresi Logistik

Profitabilitas, financial leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan publik dan dividend payout ratio tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Variabel net profit margin berpengaruh positif terhadap perataan laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012

- Objek penelitian perusahaan manufaktur - Periode penelitian tahun 2008-2012

2. Zulia Oviani, Errin Yani Wijaya, SE., MM dan Drs.

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Menguji Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Regresi Berganda Ukuran perusahan, profitabilitas, financial leverage, dan kepemilikan institusional terbukti

- Objek Penelitian perusahaan mannufaktur Bersambung KeHalaman Berikutnya


(55)

40 NO. Peneliti

(Tahun) Judul Teknik Analisis Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan

Sjahruddin, MA (2014) Leverage dan Kepemilikan Institusional Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013 Financial Leverage Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2013

berpengaruh secara bersama-sama terhadap perataan laba.

- Periode

penelitian tahun 2009-2013 - Uji statistik

menggunakan regresi

berganda

3. Benny, Mohammad Alexandri dan Winny Karina Anjani (2014) Income Smoothing: Impact Factors, Evidence In Indonesia Menganalisa Penyebab Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia Regresi data Panel

Hasil dari penelitian yang mengambil sampel perusahaan perbankan di Indonesia menunjukkan bahwa size of the company, profitability, dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. - Objek penelitian perusahaan perbankan - Periode penelitian 2009-2013 - Uji statistik

menggunakan regresi data panel 4. Akinobu

Shuto dan Takuya Iwasaki (2014) Stable Shareholdings, the Desicion Horizon Problem, and Menguji Stable Shareholding Sebagai Penyebab Pengambilan Regresi Berganda Stable Shareholding

mempunyai pengaruh positif terhadap penyebab perataan laba

- Periode

penelitian tahun 2000-2008 - Uji statistik

menggunakan


(56)

41 NO. Peneliti

(Tahun) Judul Teknik Analisis Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan

Earning Smoothing Keputusan Perataan Laba regresi berganda 5. Ni Putu Santi

Dewantari dan I Dewa Nyoman Badera (2015) Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Financial Leverage Sebagai Prediktor Perataan Laba Menguji Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Financial Leverage Sebagai Prediktor Perataan Laba Regresi Logistik

Good corporate governance dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada

probabilitas perataan laba sedangkan financial leverage berpengaruh negatif dan signifikan pada probabilitas perataan laba - Objek penelitian perusahaan yang termasuk dalam CGPI - Periode penelitian tahun 2010-2012 6. Made

Yustiari dan Dewi I Ketut Sujana (2014) Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Pada Praktik Perataan Laba Dengan Jenis Industri Sebagai Variabel Pemoderasi Di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Pada Praktik Perataan Laba Dengan Jenis Industri Sebagai Variabel Pemoderasi Di Bursa Efek Indonesia Regresi Logistik

Ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan jenis industri tidak dapat memoderasi ukuran perusahaan dan profitabilitas pada praktik perataan laba

- Periode

penelitian tahun 2010-2012

7. Fengju Xu, Rasool Yari Fard, Leila Ghassab The Relationship Between Financial Leverage And Profitability With An Emphasis On

The Relationship Between Financial Leverage And Profitability With Regresi Berganda

Pada perusahaan yang melakukan income smoothing tidak ada pengaruh signifikan antara rasio hutang jangka pendek

- Objek penelitia perusahaan yang terdapat di Tehran Stock Exchange Bersambung Kehalaman Berikutnya


(57)

42 NO. Peneliti

(Tahun) Judul Teknik Analisis Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan

Maher, Nader Akhtegan (2013) Income Smoothing In Iran’s Capital Market

An Emphasis On Income

Smoothing In Iran’s Capital Market

terhadap profitabilitas, untuk rasio hutang jangka panjang terdapat pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pada perusahaan yang tidak melakukan income

smoothing terdapat pengaruh signifikan antara rasio hutang jangka pendek

terhadap profitabilitas, untuk rasio hutang jangka panjang tidak ada pengaruh

signifikan terhadap profitabilitas. 8. Saeidi, Parviz

(2012)

The Relationship between Income Smoothing and Income Tax and Profitability Ratios in Iran Stock

Market

The Relationship between Income Smoothing and Income Tax and Profitability Ratios in Iran Stock

Regresi Logistik

Hasil menunjukkan terdapat pengaruh siginifikan antara taxincome dan income smoothing.

Hasil juga menunjukkan tax income pada perusahaan yang melakukan income smoothing lebih kecil dibanding perusahaan yang tidak melakukan income

- Periode penelitian tahun 2001-2007 - Objek penelitian perusahaan yang terdapat di Iran Stock Exchange


(58)

43 NO. Peneliti

(Tahun) Judul Teknik Analisis Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan

smoothing. Hasil juga menunjukkan terdapat pengaruh signifikan antara profitability dan income smoothing.

9. Taufik, Muhammad, Haryetti, Ahmad Fauzan Fathoni (2014) The Influence Profitability, Financial Leverage, and Firm Size on Income Smoothing Empirical studies on banking companies listed on stock exchanges in Indonesia 2009-2012 Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Regresi Berganda Profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap perataan laba, financial leverage berpengaruh signifikan positif terhadap perataan laba, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap perataan laba. - Periode penelitian tahun 2009-2012 - Objek penelitian perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI

10. Murtini, Umi, Aditya Denny O.S (2012) Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Dividend Payout Ratio Dan Menguji Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, DPR

Regresi Logistik

Variabel ukuran perusahaan dan return on asset

berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Variabel financial leverage dan dividend payout ratio

- Periode penelitian tahun 2009-2012 - Objek penelitian perusahaan manufaktur Bersambung Kehalaman Berikutnya


(59)

44 NO. Peneliti

(Tahun) Judul Teknik Analisis Uji Statistik Hasil Penelitian Perbedaan

Kecenderungan Perataan Laba

Terhadap Perataan Laba

tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.

yang terdaftar di BEI


(60)

45 C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran tersebu digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Pengaruh Stable Shareholder, Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Teori Agensi

Stable Shareholder

Leverage Profitabilitas

Perataan Laba

Binari Logistik

Hasil Pengujian dan Pembahasan Ukuran


(1)

85

Sample Tahun DER ROA Ln TA SS IS

JRPT

2011 0,00005 0,08480 29,03820 0,6624 1 2012 0,00000 0,08550 29,24011 0,6624 1 2013 0,00000 0,08880 29,44961 0,6629 1 2014 0,00000 0,10810 29,53078 0,6641 1

KIJA

2011 0,60000 0,05800 29,35332 0,2346 0 2012 0,78000 0,05400 29,58799 0,1753 0 2013 0,97000 0,01200 29,74186 0,1997 0 2014 0,82000 0,04600 29,77169 0,1997 0

KPIG

2011 0,08000 0,02340 28,29817 0,4269 0 2012 0,23000 0,04020 28,63489 0,6007 0 2013 0,21000 0,03780 29,62728 0,8296 0 2014 0,24000 0,03880 29,93006 0,5211 0

LAMI

2011 1,08650 0,06240 27,08463 0,9288 0 2012 0,93000 0,06550 27,11839 0,9288 0 2013 0,71000 0,08880 27,14012 0,9288 0 2014 0,59000 0,06080 27,17120 0,9288 0

LPCK

2011 1,49000 0,12620 28,34493 0,4220 1 2012 1,31000 0,14370 28,67200 0,4220 1 2013 1,12000 0,15320 28,98018 0,4220 1 2014 0,61000 0,19590 29,09192 0,4220 1

LPKR

2011 0,20000 0,04000 30,53568 0,1812 1 2012 0,30000 0,04000 30,84464 0,1812 1 2013 0,50000 0,04000 31,07464 0,2345 1 2014 0,40000 0,07000 31,26230 0,2345 1

MDLN

2011 1,12560 0,02930 28,51081 0,5621 0 2012 1,06280 0,05670 29,15532 0,4116 0 2013 1,06340 0,25410 29,89775 0,3691 0 2014 0,95960 0,06810 29,97733 0,3596 0

OMRE

2011 0,30000 0,12300 27,32751 0,9050 1 2012 0,40000 0,05200 27,37488 0,9050 1 2013 0,50000 -0,02900 27,43524 0,9050 1 2014 0,30000 0,13100 27,42687 0,9050 1

PLIN

2011 0,84230 0,01960 29,07389 0,7678 0 2012 0,76960 0,05940 29,00480 0,9729 0 2013 0,91080 0,00810 29,04852 0,8907 0 2014 0,92000 0,07880 29,14503 0,8946 0

PUDP

2011 0,41560 0,06170 26,55441 0,8655 1 2012 0,41960 0,05850 26,61264 0,8655 1 2013 0,32260 0,07200 26,62761 0,7145 1 2014 0,39370 0,03750 26,71921 0,7145 1


(2)

86

Sample Tahun DER ROA Ln TA SS IS

PWON

2011 1,40000 0,06000 29,37935 0,8477 0 2012 1,40000 0,09900 29,65469 0,7039 0 2013 1,30000 0,12200 29,86082 0,5221 0 2014 1,00000 0,15000 30,45067 0,5762 0

RBMS

2011 0,08340 -0,10270 25,63546 0,6949 0 2012 0,07710 0,01260 25,75247 0,6949 0 2013 0,24380 -0,08800 25,79216 0,7617 0 2014 0,17990 0,01920 25,77274 0,7617 0

RODA

2011 0,57360 0,05600 28,43380 0,6890 1 2012 0,78230 0,02900 28,52386 0,6890 1 2013 0,59830 0,13700 28,64293 0,6831 1 2014 0,45780 0,16870 28,75195 0,6831 1

SCBD

2011 0,34000 0,02090 28,87759 0,8241 0 2012 0,30000 0,02000 28,90047 0,8241 0 2013 0,30000 0,31600 29,34489 0,8241 0 2014 0,40000 0,02400 29,34827 0,8253 0

SMDM

2011 0,19400 0,01200 28,52913 0,8709 0 2012 0,24700 0,01800 28,60092 0,8709 0 2013 0,37600 0,00900 28,71293 0,9519 0 2014 0,43000 0,01400 28,78042 0,8916 0

SMRA

2011 0,46000 0,05000 29,72276 0,3817 1 2012 0,29000 0,07000 30,01758 0,4210 1 2013 0,54000 0,08000 30,24542 0,3792 1 2014 0,73000 0,09000 30,36402 0,3792 1

SSIA

2011 1,57900 0,08700 28,70875 0,4176 0 2012 1,99200 0,14600 29,21103 0,3667 0 2013 1,38100 0,11900 29,39129 0,3992 0 2014 1,11500 0,06900 29,42161 0,4227 0


(3)

87

Lampiran 3:

Hasil Output SPSS 21 For Windows

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N

Minimu

m

Maximu

m

Mean

Std.

Deviation

DER

148

,00000

2,84900

,6538645

,48786347

ROA

148

-,10340

,31600

,0548171

,05695893

LnTA

148 25,63546 31,26230 28,670437

3

1,39778446

SS

148

,1542

,9729

,601809

,2132347

IS

148

0

1

,41

,493

Valid N

(listwise)

148

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Cases

a

N

Percent

Selected Cases

Included in Analysis

148

100,0

Missing Cases

0

,0

Total

148

100,0

Unselected Cases

0

,0

Total

148

100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total

number of cases.

Dependent Variable

Encoding

Original Value Internal Value

Bukan Perata

0


(4)

88

Block 0: Beginning Block

Classification Table

a,b

Observed

Predicted

IS

Percentage

Correct

Bukan Perata

Perata Laba

Step 0

IS

Bukan Perata

88

0

100,0

Perata Laba

60

0

,0

Overall Percentage

59,5

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Step 0 Constant

-,383

,167

5,233

1

,022

,682

Variables not in the Equation

Score

df

Sig.

Step 0

Variables

DER

6,389

1

,011

ROA

5,433

1

,020

LnTA

16,811

1

,000

SS

4,441

1

,035

Overall Statistics

26,529

4

,000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square

df

Sig.

Step 1

Step

29,342

4

,000

Block

29,342

4

,000


(5)

89

Model Summary

Step

-2 Log

likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1

170,500

a

,180

,243

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step

Chi-square

df

Sig.

1

9,906

8

,272

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

IS = Bukan Perata

IS = Perata Laba

Total

Observed Expected Observed Expected

Step 1

1

12

13,639

3

1,361

15

2

13

12,386

2

2,614

15

3

12

11,547

3

3,453

15

4

11

10,761

4

4,239

15

5

12

9,752

3

5,248

15

6

10

8,486

5

6,514

15

7

8

7,356

7

7,644

15

8

7

6,164

8

8,836

15

9

1

4,907

14

10,093

15

10

2

3,002

11

9,998

13

Classification Table

a

Observed

Predicted

IS

Percentage

Correct

Bukan Perata

Perata Laba

Step 1

IS

Bukan Perata

72

16

81,8

Perata Laba

24

36

60,0

Overall Percentage

73,0


(6)

90

Variables in the Equation

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Step 1

a

DER

-1,281

,456

7,899

1

,005

,278

ROA

7,643

3,802

4,042

1

,044

2085,867

LnTA

,427

,179

5,711

1

,017

1,532

SS

-,895

1,039

,742

1

,389

,408

Constant

-11,762

5,507

4,561

1

,033

,000


Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, NILAI PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Dan financial leverage Terhadap Praktik perataan laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Ya

0 7 15

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, NILAI PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Dan financial leverage Terhadap Praktik perataan laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Ya

0 3 17

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN , PROFITABILITAS ,DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 0 8

Analisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage ratio terhadap praktik perataan laba.

0 4 147

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage terhadap Perataan Laba pada Sektor Industri Perbankan

0 0 15

View of PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA

0 0 7

UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN KECENDERUNGAN PERATAAN LABA

0 0 9

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kompensasi Bonus, Profitabilitas Terhadap Perataan Laba Perusahaan Manufaktur

0 1 20

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, OPERATING PROFIT MARGIN (OPM) DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA

0 1 18

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58