- LP2KD BUKU LP2KD 2016
(2)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
KATA PENGANTAR
Dalam rangka meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah menerbitkan Surat Keputusan Bupati Aceh Tamiang Nomor 213 Tahun 2013, tentang Pembentukan Tim Koordinasi, Sekretariat, Kelompok Kerja dan Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan Perpres No. 15 tahun 2010. Sebagai mitra TNP2K, dibentuklah Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kab/Kota berdasarkan Permendagri No. 42 tahun 2010.
Sebagai wujud pertanggungjawabanTKPK terhadap tugas koordinasi, dan pengendalian penanggulangan kemiskinan di daerah perlu dilaksanakan evaluasi terhadap usaha-usaha penanggulangan kemiskinan di daerah. Sebagai tindak lanjut, disusunlah Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan (LP2KD) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016 guna melihat perkembangan pelaksanaan dan capaian penanggulangan kemiskinan di daerah serta untuk menjelaskan kinerja TKPK dalam menyelenggarakan tugas koordinasi penanggulangan kemiskinan dan pengendalian pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan
Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan (LP2KD) Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2016 diharapkan bisa menjadi acuan dalam rangka menyusun perencanaan dalam bidang penanggulangan kemiskinan khususnya bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, infrastruktur, ketahanan pangan di Kabupaten Aceh Tamiang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penanggulangan kemiskinan di Indonesia dan khususnya di Kabupaten Aceh Tamiang.
Karang Baru, Nopember 2016 Kepala Bappeda
Kabupaten Aceh Tamiang
Dto
(Ir. Adi Darma, M.Si) Pembina Utama Muda NIP. 19650920 199503 1 003
(3)
Kemiskinan masih menjadi isu utama dalam pembangunan sosial ekonomi di Indonesia termasuk di Kabupaten Aceh Tamiang. Upaya mengatasi kemiskinan telah dilakukan antara lain dengan menyediakan beberapa kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan pembangunan pertanian. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang pada Tahun 2011-2014 terus mengalami penurunan, dari 45.300 jiwa (17,49 %) pada tahun 2011 menjadi sebanyak 39.900 jiwa (14,58 %) dan terjadi sedikit kenaikan sebanyak 40.380 jiwa (14,57 %) pada tahun. Meskipun jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang telah mengalami penurunan namun pada hakekatnya jumlahnya masih relatif tinggi, hal ini mengharuskan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dengan kerja keras dan serius dari seluruh pemangku kepentingan baik Pemerintah Daerah maupun seluruh komponen (Masyarakat, Dunia Usaha, Perguruan Tinggi, LSM dan lain-lain).
Kemiskinan adalah isu yang kompleks dan multidimensional, karena banyaknya pendekatan yang dilakukan terhadap kondisi yang disebut miskin, maka banyak definisi tentang kemiskinan. Menurut Bank Dunia (2000), pada umumnya definisi kemiskinan mengacu kepada ide dasar bahwa kemiskinan adalah masalah “kekurangan” dalam “kesejahteraan”. Dilihat dari posisi relatif, tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2015 sebesar 14,57% berada dibawah rata-rata provinsi (17,11%) dan diatas rata-rata nasional (11,13%).
Dibidang ketenagakerjaan Kabupaten Aceh tamiang Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Aceh Tamiang relatif tinggi, karena angkanya diatas 5 persen. TPT merupakan perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap total angkatan kerja. Pada tahun 2014 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Aceh Tamiang 9,75%; yang mengalami penurunan dari tingkat pengangguran pada tahun 2013 sebesar 10,49%.Namun tahun 2015 terjadi kenaikan dengan angka 14,03%.
Di bidang Pendidikan untuk Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015 sebesar 99,28%, Angka Partisipasi Murni (APM)
(4)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Pada tahun 2015 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 99,80%, APK SMP/MTs sebesar 94,67%, APK SMA/MA tahun 2015 sebesar 76,49% . Angka Putus Sekolah (APS) juga sangat mempegaruhi tingkat kemiskinan masyarakat. penting untuk mendapatkan penanganan khusus dari sektor yang terkait. Pada bidang kesehatan ada beberapa indikator yang digunakan yaitu Indikator-indikator tersebut adalah kondisi Mortalitas (Angka Kematian), Morbiditas (Angka Kesakitan) dan Status Gizi. Derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor utama yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika.
Untuk bidang Prasarana Dasar Persentase Rumah Tangga yang menggunakan air bersih di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 78,01 persen berada di atas rata-rata Provinsi sebesar 67,46 persen. Tingkat penggunaan air bersih di Kabupaten Aceh Tamiang berada di urutan ke 6 (enam) se Provinsi Aceh.
Berbagai kebijakan yang diambil dalam rangka untuk menanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan di bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan, yang meliputi usaha
untuk meningkatkan Sumber Daya manusia, membina dan
memberdayakan IKM dan UKM serta koprasi, mengembangkan kawasan sentra industri dan one village one product agar meningkatkan nilai tambah produk lokal unggulan.
2. Kebijakan di bidang Pendidikan yaitu meliputi peningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan, meningkatkan profesionalisme aparatur, mutu tenaga pendidik dan kependidikan dan memberdayakan masyarakat dan kelembagaan kampung dalam pelaksanaan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
3. Kebijakan di bidang Kesehatan yaitu meliputi meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat serta meningkatkan penerapan Manajemen Inovasi Pelayanan.
4. Kebijakan di bidang Prasarana Dasar yaitu meliputi meningkatkan pembangunan infrastruktur perkotaan dan desa, meningkatkan penyediaan air baku, dan pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
(5)
Rendah (MBR).
5. Kebijakan di bidang Ketahanan Pangan yaiutu meliputi meningkatkan sarana dan prasarana lumbung pangan masyarakat dan pemerintah, Menumbuhkembangkan produk lokal yang handal dan meningkatkan kemampuan SDM dalam rangka penanganan rawan pangan.
Program penanggulangan kemiskinan haruslah diletakkan pada kerangka dasar yang lebih berkelanjutan agar mampu memberikan manfaat yang nyata, jangkapanjang dan berkelanjutan. Implementasi program-program penanggulangan
kemiskinan yang langsung diarahkan kepada kelompok
sasaran/targetgroup/kelompok miskin, membangun infrastruktur
sosial-kelembagaan yang baik harus juga dibangun agar dapat menjadi penopang bagi program-program penanggulangan kemiskinan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi program penanggulangan kemiskinan pada dasarnya dilakukan oleh semua pelaku atau pemangku kepentingan (stakeholders) penanggulangan kemiskinan. Keberhasilan pelaksanaan monitoring dan evaluasi perlu dilandasi oleh kejujuran, motivasi dan kesungguhan yang kuat dari para pelaku. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah 1) Obyektif dan Profesional;
2) Transparan; 3) Partisipatif; 4) Akuntabel; 5) Tepat Waktu; 6) Berkesinambungan; 7) Berbasis Indikator Kinerja; 8) Jujur; Tahapan-tahapan pelaksanaan Monitoring dan evaluasi yaitu : 1) PembentukanTim Pemantau (Monitoring); 2) Pembahasan Materi Pemantauan; 3) Penentuan Lokasi Sasaran; 4) Pelaksanaan Monitoring oleh Tim Pemantau; 5) Pembahasan Hasil Monitoring; 6) Pelaporan Hasil Monitoring dan Evaluasi; 7) Diseminasi Hasil Monitoring dan Evaluasi; dan 8) Pemanfaatan dan Tindak Lanjut.
(6)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2 Maksud Tujuan ... I-2 1.3 Landasan Hukum ... I-3 1.4 Sistematika Penulisan ... I-4
BAB 2. PROFIL KEMISKINAN DAERAH
2.1. Kondisi Kemiskinan Daerah ... II-1 2.1.1 Geografi ... II-1 2.1.2 Demografi ... II-3 2.2. Kondisi Kemiskinan Multidimensial ... II-6 2.2.1 Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan ... II-8 2.2.2 Dimensi Pendidikan ... II-16 2.2.3 Dimensi Kesehatan ... II-22 2.2.4 Dimensi Prasarana Dasar ... II-27 BAB 3. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
3.1. Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan ... III-1 3.2. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ... III-5 3.3. Evaluasi APBD untuk Penanggulangan Kemiskinan ... III-29
3.3.1. Analisis Pendapatan Daerah ... III-29 3.3.2. Analisis Belanja Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan ... III-31 BAB 4. KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
4.1. Kelembagaan TKPK ... IV-1 4.2. Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan ... IV-1 4.3. Pengendalian Penaggulangan Kemiskinan ... IV-4 4.3.1. Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Kemiskinan ... IV-4 4.3.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat ... IV-7 BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ... V- 1 5.2. Rekomendasi ... V-2
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel 2.1 Ibu Kota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kampung di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015
II-2 Tabel 2.2 Distribusi Penggunaan Lahan di Kabupaten Aceh
Tamiang, Tahun 2015
II-2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut
Kecamatan
II-3 Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut
Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun 2015
II-4 Tabel 2.5 Jumlah Penduduk dan Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008-2012
II-5 Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut
Kelompok UmurTahun 2011-2015
II-5 Tabel 2.7 Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan
di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013– 2015
II-6 Tabel 2.8 Indikator Bidang Kesehatan di Kabupaten Aceh Tamiang II-26 Tabel 3.1 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan
(APBK/OTSUS T.A 2015)
III-6
Tabel 3.2 Kegiatan Monitoring dan Evaluasi SKPK III-23
Tabel 3.3 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 – 2015
III-29
(8)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Kabupaten Aceh Tamiang
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Nama Gambar Halaman
Gambar 2.1 Posisi Relatif Garis Kemiskinan Provinsi Aceh Tahun 2015 II-7 Gambar 2.2 Perkembangan Garis Kemiskinan (Rp) Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2010-2015
II-7 Gambar 2.3 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan (%) Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2015
II-8 Gambar 2.4 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2010-2015
II-8 Gambar 2.5 Analisis Efektivitan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2010 – 2015
II-9 Gambar 2.6 Relevansi Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2010 - 2015
II-9 Gambar 2.7 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang
Provinsi Aceh Tahun 2015
II-10 Gambar 2.8 Perkembangan dan Analisis Efektivitas Penduduk Miskin
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015
II-10 Gambar 2.9 Analisis Efektivitas Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Kab.
Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015
II-11 Gambar 2.10 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten
Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015
II-11 Gambar 2.11 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-12 Gambar 2.12 Analisis Efektivitas dan Relevansi Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-12 Gambar 2.13 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten
Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015
II-13 Gambar 2.14 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015
II-14 Gambar 2.15 Analisis Efektivitas dan Relevansi Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-14 Gambar 2.16 Perkembangan Tigkat Pengangguran Terbuka (%)
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011-2015
II-15 Gambar 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%)
Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-15 Gambar 2.18 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs
(%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009-2014
II-16 Gambar 2.19 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA
(%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-17 Gambar 2.20 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%)
Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-18 Gambar 2.21 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs
(%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
(9)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Gambar 2.23 Posisi Relatif Angka Putus Sekolah Usia 13-15 (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
II-20 Gambar 2.24 Posisi Relatif dan perkembangan Angka Putus Sekolah
SMA/MA Kab. Aceh Tamiang
II-20 Gambar 2.25 Posisi Relatif Angka Kematian Bayi Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2015
II-23 Gambar 2.26 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000
Kelahiran Hidup) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-23
Gambar 2.27 Analissis Efektivitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-24
Gambar 2.28 Posisi Relatif Angka Kematian Balita (AKABA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2015
II-24 Gambar 2.29 Perkembangan dan Analisis Efektivitas Angka Kematian
Balita (AKBA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup)Kab. Aceh Tamiang, Tahun 2010-2015
II-25
Gambar 2.30 Perkembangan Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
II-26
Gambar 2.31 Posisi Relatif Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih Menurut Kab. Aceh Tamiang di Provinsi Aceh Tahun 2015
II-27
Gambar 2.32 Posisi Relatif Rumah Tangga Yang Menggunakan Jamban Sendiri/Bersama Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh
II-27
Gambar 3.1 Proporsi Belanja Sektor Ekonomi dan Ketenagakerjaan terhadap Total Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Tamiang
III-32 Gambar 3.2 Proporsi Total Belanja Sektor Ekonomi dan Tenaga Kerja di
Kabupaten Aceh Tamiang
III-33 Gambar 3.3 Efektifitas Belanja Sektor Ekonomi dan Ketenagakerjaan
terhadap Angka Kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang
III-34 Gambar 3.4 Proporsi Total Belanja Daerah dengan Total Belanja Sektor
Pendidikan
III-35 Gambar 3.5 Efektifitas Anggaran Belanja Kegiatan Reguler
pembangunan dan rehab gedung sekolah terhadap APK SMA/MA di Kabupaten Aceh Tamiang
III-36
Gambar 3.7 Proporsi Total Belanja Sektor Kesehatan terhadap Total Belanja APBK Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011-2013
III-37 Gambar 3.8 Efektifitas Anggaran Belanja Program Peningkatan
Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak terhadap AKI, AKB, dan AKBA di Kabupaten Aceh Tamiang
III-38
Gambar 3.9 Proporsi Total Belanja Sektor Prasarana Dasar terhadap Total Belanja Daerah di Kabupaten Aceh Tamiang
(10)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Kabupaten Aceh Tamiang
ix Gambar 3.11 Efektifitas Anggaran Belanja Program Sanitasi Lingkungan
berbasis masyarakat terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Masyarakat miskin diakui mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.
Masyarakat miskin secara umum ditandai dengan ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam hal memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Di samping itu masyarakat miskin juga ditandai dengan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan usaha produktif serta ketidakmampuan dalam menjangkau/mengakses sumberdaya sosial dan ekonomi. Kemiskinan dapat menghambat pencapaian demokrasi, persatuan dan keadilan, sehingga penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu kebijakan utama yang diperlukan untuk memperkuat landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Salah satu permasalahan penanggulangan kemiskinan selama ini adalah database kemiskinan yang belum akurat maupun variabel yang digunakan untuk menentukan tingkat kemiskinan seseorang (kepala keluarga) serta keterpaduan program antar SKPK dan dengan BUMN/BUMD serta masyarakat.
Secara nasional, penanggulangan kemiskinan menghadapi triple-track problem,yaitu kemiskinan yang meskipun terus menurun namun penurunannya melambat. Kedua, kerentanan kemiskinan, yaitu banyaknya penduduk miskin di sekitar Garis Kemiskinan (GK) yang mengakibatkan mudahnya kelompok yang berada di atas GK jatuh ke bawah GK. Ketiga, kesenjangan baik kesenjangan antar wilayah/provinsi (wilayah timur dan wilayah barat) maupun kesenjangan pendapatan/konsumsi antar penduduk secara keseluruhan dan antar penduduk miskin (indeks keparahan kemiskinan). Dengan tantangan tersebut, penanggulangan kemiskinan perlu ditingkatkan akselerasinya.
(12)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Selanjutnya untuk mendukung semua kebijakan tersebut diatas, maka pada tahun 2010 diterbitkan kebijakan operasional berupa Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas upaya pemerintah dan masyarakat, serta sektor swasta dalam penanggulangan kemiskinan. Efektivitas tersebut berjalan melalui penguatan kapasitas pemerintah dan peran masyarakat oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Oleh karena itu percepatan penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya penanganan secara menyeluruh dan terpadu dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkoordinasi dan
berkesinambungan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang adalah untuk mengukur capain kinerja Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) terkait dalam penanganan masalah penanggulangan kemiskinan, termasuk permasalahan-permasalahan yang ada serta prioritas penyelesaiannya yang akan digambarkan oleh capaian indikator pendukung. Sedangkan isu multi dimensi ini akan dijabarkan kedalam bidang-bidang sebagai indikator utama kemiskinan yaitu, Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur (prasarana) Dasar, Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan, serta Ketahanan Pangan.
Dan tujuan Penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015 adalah untuk:
a. Memberikan gambaran tentang kondisi kemiskinan di Kabupaten Aceh
Tamiang.
b. Memberikan gambaran tentang perkembangan dan permasalahan yang terjadi
dalampelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang.
c. Memberikan rekomendasi dan saran dalam rangka meningkatkan perencanaan
dan pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan untuk mendukungkeberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang.
(13)
1.3. Landasan Hukum
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang No.32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No.59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
• Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
Dan Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International
Covenant On Economic, Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya);
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin;
• Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
(14)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
• Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;
• Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan yang mendelegasikan pembentukan, tugas pokok dan fungsi TKPK di daerah;
• Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan sebagai arah implementasi program-program percepatan penanggulangan kemiskinan;
• Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan
dan Perluasan Program Pro-Rakyat.
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
• Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 16 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-2017;
1.4. Sistematika Penulisan
Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015terdiri dari 6 (enam) BAB. Dimana masing-masing BAB berisikan: BAB I PENDAHULUAN; berisi gambaran umum tentang proses penyusunan dan format dokumen LP2KD.
1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Landasan Hukum 1.4 Sistematika Penulisan
BAB II KONDISI KEMISKINAN KABUPATEN ACEH TAMIANG; berisi tentang analisis terhadap indikator kemiskinan sebagai pokok analisis dan analisis terhadap indikator utama maupun indikator pendukung bidang-bidang yang merupakan dimensi kemiskinan.
(15)
2.2. Bidang Kesehatan
2.3. Bidang Infrastruktur (Prasarana) Dasar 2.4 Bidang Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan 2.5. Bidang Ketahanan Pangan
BAB III TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN; merupakan analisis anggaran yang dimaksudkan untuk melihat kemampuan fiskal daerah, komposisi sumber pembiayaan dan komposisi belanja pada bidang prioritas, kesesuaian antara anggaran dengan prioritas (relevansi) dan efektivitas anggaran penanggulangan kemiskinan terhadap pencapaian indikator utama.
3.1 Komposisi Sumber Pembiayaan
3.2 Komposisi Belanja pada Bidang Prioritas
3.3 Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan
BAB IV KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN; berisi
gambaran tentang kebijakan, strategi dan program penanggulangan
kemiskinanKabupaten Aceh Tamiang.
4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan 4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan
4.3 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan
BAB V KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN; bagian ini berisi gambaran struktur dan tugas TKPKKabupaten/Kota serta langkah-langkah dan permasalahan koordinasi, serta pengendalian pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan.
5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
5.2 Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 5.3 Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2015
(16)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI; berisi rekomendasi prioritas intervensi bidang/sektoral dan wilayah, penyesuaian program dan anggaran belanja, dan rencana koordinasi ditahun mendatang, serta rencanatindak lanjut, mencakup:
(17)
BAB II
PROFIL KEMISKINAN DAERAH
2.1 KONDISI KEMISKINAN DAERAH
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Oleh karena itu, keberhasilan pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan merupakan bagian dari keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, sehingga pengentasan kemiskinan menjadi prioritas yang paling utama dalam melaksanakan pembangunan. Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mengurangi penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
2.1.1. Geografi
Kabupaten Aceh Tamiang berada di jalur Timur Sumatera yang strategis yang berjarak lebih kurang 236 km dari Kota Medan Ibukota Provinsi Sumatera Utara, dan berjarak 470 km dari Kota Banda Aceh ibukota Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada 030 53’ 18,81’’ - 040 32’ 56,76’’ Lintang Utara, 970 43’ 41,51’’ -
980 14’ 45,41’’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.957,02 km2 yang sebagian besar terdiri dari wilayah perbukitan. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pintu gerbang memasuki Provinsi Aceh. Secara geografis batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sebagai berikut:
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utara
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh
Tenggara
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
(18)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang 1.957,02 km2 yang terdiri dari 12
Kecamatan dengan 213 Kampung dan 705 dusun, dapat kita lihat dari tabel berikut : Tabel 2.1
Ibu Kota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kampung di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015
No Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jarak ke Ibukota Kab. (Km) Luas Wilayah
(km2)
Jumlah Kampung
1 Tamiang Hulu Pulo Tiga 34 194,63 9
2 Bandar Pusaka Babo 33 252,37 15
3 Kejuruan Muda Sungai Liput 11 124,48 15
4 Tenggulun Simpang Kiri 28 295,55 5
5 Rantau Alur Cucur 15 51,71 16
6 Kota Kuala Simpang Kuala Simpang 3 4,48 5
7 Seruway Tangsi Lama 24 188,49 24
8 Bendahara Sungai Iyu 24 132,53 33
9 Banda Mulia Telaga Meuku 25 48,27 10
10 Karang Baru Karang Baru 5 139,45 31
11 Sekerak Sekerak Kanan 6 257,95 14
12 Manyak Payed Tualang Cut 17 267,11 36
1.957,02 213
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang, 2016
Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari beberapa jenis penggunaan lahan meliputi hutan, perkebunan, sawah, pemukiman dan tambak dengan rincian jenis sebagai berikut :
Tabel 2.2
Distribusi Penggunaan Lahan di Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2015
No Jenis Penggunaan Luas (Km2) Persentase (%)
1 Hutan 40. 789,50 20,84
2 Perkebunan 46. 788,00 23,91
3 Perkebunan Rakyat 44 .192,00 22,58
4 Pemukiman 13. 287,00 6,79
5 Pertanian Lahan Kering/Ladang 17 .798,25 9,13
6 Sawah 16. 215,00 9,09
7 Rawa 1 .018,00 0,52
8 Padang Rumput 296,00 0,15
9 Kolam/Tambak 3 .602,50 1,84
10 Tanah Terbuka/Lahan Kosong 6. 108,50 3,12
11 Lainnya 5 607,75 2,86
Total 195.702,50 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang , 2016
Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tamiang menurut BPS Tahun 2015, didominasi oleh perkebunan seluas 46.788 Ha atau sebesar 23,91% dari total luas
(19)
wilayah Kabupaten Aceh Tamiang dan untuk permukiman/tempat tinggal hanya 13.287 Ha atau sebesar 6,79%.
2.1.2. Demografi
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan
N o
Kecamatan/ Tahun 2011 2012 2013 2014
2015
1 Tamiang Hulu 17.663 17.987 18.197 18.740 19.100
2 Bandar Pusaka 11.867 12.022 12.132 12.471 12.663
3 Kejuruan Muda 32.740 32.924 33.361 34.365 35.312
4 Tenggulun 16.570 16.913 17.118 17.596 17.763
5 Rantau 33.749 34.051 34.487 35.559 36.490
6 Kota Kuala Simpang 18.115 18.689 19.019 19.621 20.075
7 Seruway 24.132 24.491 24.799 25.513 26.217
8 Bendahara 19.066 19.229 19.473 20.027 20.463
9 Banda Mulia 10.873 11.033 11.153 11.485 11.663
10 Karang Baru 37.178 37.551 38.036 39.179 40.110
11 Sekerak 6.243 6.249 6.289 6.464 6.630
12 Manyak Payed 29.485 29.986 30.356 3.208 31.838
Jumlah 257.681 261.125 264 420 272 228 278.324
Sumber: Badan Pusat Statistik Aceh Tamiang, 2016
Tingkat kepadatan penduduk rata-rata 142 jiwa per-km2 di tahun 2015, dengan
kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kota Kuala Simpang yaitu 4.481 jiwa per-km2.
Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2015 sebesar 2,24% dengan Kecamatan Kota Kuala Simpang merupakan Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk tertinggi mencapai 2,31%, dan Kecamatan Sekerak merupakan Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk terendah hanya mencapai 2,57%.
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2015 sebanyak 278.324 jiwa yang terdiri atas 140.307 jiwa laki-laki dan138.017 jiwa perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki masih mendominasi dibandingkan
(20)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) jumlah penduduk perempuan. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2015 mencapai 102%, yang berarti bahwa banyaknya penduduk laki-laki per 100 jiwa penduduk perempuan adalah 102 jiwa. Untuk lebih lengkapnya dapat kita dari tabel berikut :
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun 2015
NO Kecamatan
Jenis Kelamin
Jumlah Sex Ratio Laki-laki Perempuan
1 2 3 4 5 6
1 Tamiang Hulu 9.658 9.442 19.100 102
2 Bandar Pusaka 6.428 6.235 12.663 103
3 Kejuruan Muda 17.712 17.600 35.312 101
4 Tenggulun 9.069 8.694 17.763 104
5 Rantau 18.327 18.163 36.490 101
6 Kota Kuala Simpang 10.113 9.962 20.075 102
7 Seruway 13.150 13.067 26.217 101
8 Bendahara 10.322 10.141 20.463 102
9 Banda Mulia 5.918 5.745 11.663 103
10 Karang Baru 20.193 19.917 40.110 101
11 Sekerak 3.332 3.298 6.630 101
12 Manyak Payed 16.085 15.753 31.838 102
JUMLAH 140.307 138.017 278.324 102
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang , 2016
Secara umum jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang sejak tahun 2011 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang berjumlah 278.324 jiwa dengan jumlah penduduk miskin berjumlah 40.380 jiwa.
(21)
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008-2012
Tahun Jumlah
Penduduk (jiwa)
Penduduk
Miskin (Jiwa) Persentase
2011 257.681 45.300 17,49
2012 261.125 44.100 16,70
2013 264.420 40.800 15,43
2014 272.228 39.909 14.58
2015 278.324 40.380 14.57
Jumlah penduduk miskin di Aceh Tamiang menunjukkan kecenderungan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Aceh Tamiang sebanyak 45.300 jiwa (17,49%). Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin turun menjadi 44.100 jiwa (16,70%). Pada tahun 2013 turun lagi menjadi 40.800 jiwa (15,43%), dan pada tahun 2014 turun menjadi 39.909 jiwa (14,58%). Namun pada tahun 2015 secara persentase turun menjadi 14,57% namun jumlah masyarakat miskin meningkat menjadi 40.380 jiwa. Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa Aceh Tamiang masih menghadapi masalah kemiskinan.
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kelompok UmurTahun 2011-2015
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
0-4 28.320 28.697 29.660 32.056 32.130
5-9 27.611 27.982 29.539 30.295 31.298
10-14 28.168 28.546 28.903 27.226 27.744
15-19 24.374 24.699 24.544 24.010 24.047
20-49 115.106 116.641 118.740 23.710 125.213
50-64 24.436 24.755 23.818 26.685 27.986
65+ 9.675 9.805 9.216 9.554 9.906
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tamiang , 2015
Jika dilihat menurut kelompok umur di tahun 2015 jumlah penduduk terbanyak ada di kelompok umur 20-49 tahun sebesar 125.213jiwa dan terendah di usia 65+ tahun. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang terus meningkat.
(22)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Tabel 2.7
Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013– 2015
Tahun/ Usia 0-14 15-64 65+ Angka Beban Ketergantungan
2013 33,05 63,48 3,47 57,53
2014 32,91 63,59 3,50 57,27
2015 32,76 63,68 3,56 57,03
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
Berdasarkan tabel diatas maka pada tahun 2015 Angka Beban Ketergantungan di Kabupaten Aceh Tamiang mencapai sebesar 57,03 artinya setiap 100 orang produktif harus menanggung sekitar 57 penduduk usia tidak produktif (Usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun +).
2.2 Kondisi Kemiskinan Multidimensial
Kemiskinan adalah isu yang kompleks dan multidimensional, karena banyaknya pendekatan yang dilakukan terhadap kondisi yang disebut miskin, maka banyak definisi tentang kemiskinan. Menurut Bank Dunia (2000), pada umumnya definisi kemiskinan mengacu kepada ide dasar bahwa kemiskinan adalah masalah “kekurangan” dalam “kesejahteraan”.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu situasi dimana suatu standar kehidupan yang “layak” tidak tercapai. Dalam menentukan standar kehidupan yang “layak”, BPS melakukan pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar, dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran).
Dengan pendekatan ini kemudian ditentukan Garis Kemiskinan (yang merupakan gabungan dari Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan non-Makanan), penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan penduduk miskin. Cara penentuan penduduk miskin semacam ini disebut penentuan kemiskinan absolut. Garis Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada gambar berikut.
(23)
Gambar 2.1
Posisi Relatif Garis Kemiskinan Provinsi Aceh Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa garis kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015 bulan Mei sebesar (Rp. 343,246,00) berada di bawah rata-rata Provinsi Aceh (Rp. 390.150,00) dan diatas rata-rata nasionasesebsar (Rp. 330.776,00).
Gambar 2.2
Perkembangan Garis Kemiskinan (Rp) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2010sampai dengan 2013 cenderung mengalami kenaikan.
(24)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.1. Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan
2.2.1.1. Persentase Penduduk Miskin (P0)
Dilihat dari posisi relatif, tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2015sebesar 14,57% berada dibawah rata provinsi (17,11%) dan diatas rata-rata nasional (11,13%).
Gambar 2.3
Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015
Perkembangan tingkat kemiskinan di Kabuapaten Aceh Tamiang dari Tahun 2010 sampai dengan 2015 mengalami penurunan menjadi 14,57%.
Gambar 2.4
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Analisis efektivitas persentase tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2010 - 2013 dapat dikatakan bahwa kabupaten Aceh Tamiang sangat efektif dalam menurunkan tingkat kemiskinan, namun dari tahun 2013-2015 meskipun
(25)
tingkat kemiskinan menurun tetapi kurang efektif. Hal ini dapat kita lihat dari semakin menurunnya tingkat kemiskinan dari 17,99 persen pada tahun 2010 menjadi 15,13 persen pada tahun 2013. Dilihat dari trendlinenya penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang cenderung melambat.
Gambar 2.5
Analisis Efektivitan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 – 2015
Persentase tingkat kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2010 -2015 dengan tingkat kemiskinan Provinsi Aceh dan Nasional penurunannya relevan.
Gambar 2.6
(26)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.1.2. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Tamiang sebesar 40.380 jiwa. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang menempati urutan tertinggi ketujuh di Provinsi Aceh. Walaupun secara persentase tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang tergolong rendah namun dilihat dari jumlah penduduk miskin tergolong tinggi.
Gambar 2.7
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015
Dilihat dari perkembangannya, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang sama dengan angka kemiskinan yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun meskipun di tahun 2011 terjadi kenaikan namun tidak terlalu signifikan dan turun menjadi 39.900 jiwa di tahun 2014 dan terjadi kenaikan di tahun 2015.
(27)
Gambar 2.8
Perkembangan dan Analisis Efektivitas Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015
Analisis efektivitas penduduk miskin di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2011- 2014 dapat dikatakan bahwa kabupaten Aceh Tamiang sangat efektif dalam menurunkan tingkat kemiskinan, meskipun di tahun 2015 naik menjadi 40.380 jiwa. Dilihat dari trendlinenya penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang cenderung melambat.
Gambar 2.9
Analisis Efektivitas Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015
(28)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.1.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan (GK).Semakin tinggi nilai P1 maka semakin tinggi kesenjangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang.
Gambar 2.10
Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015
Indeks kedalaman kemiskinan (P1) di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 1,88% berada di bawah rata-rata Nasional (1,97%) dan di bawah rata-rata Provinsi (3,1%).
Gambar. 2.11
Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Berdasarkan gambar diatas perkembangan indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2010 sampai dengan 2015cenderung fluktuatif.
(29)
Tingkat penurunan terbesar terlihat pada tahun 2013 ke tahun 2014 dengan penurunan sebesar 0,52 %.
Gambar 2.12
Analisis Efektivitas dan Relevansi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Analisis efektivitas indeks kedalaman kemiskinan (P1) Kabupaten Aceh Tamiang cenderung fluktuatif dan penurunannya melambat.Relevansi indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2014-2015 relevan dengan Nasional.
2.2.1.4. Indeks Keparahan Kemiskinan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) adalah distribusi peyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.Semakin tinggi nilai P2 maka semakin tinggi intensitas kemiskinan.
Pada tahun 2015, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Aceh Tamiang (0,44%) berada di bawah rata-rata Provinsi (0,83%) dan berada di atas rata-rata Nasional (0,54%).
(30)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Gambar 2.13
Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Tahun 2015
Selama periode 2010-2015 perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung fluktuasi.
Gambar 2.14
Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 - 2015
(31)
Gambar 2.15
Analisis Efektivitas dan Relevansi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
2.2.1.5. Tingkat Pengangguran Terbuka
Angka TPT Kabupaten Aceh Tamiang relatif tinggi, karena angkanya diatas 5 persen. TPT merupakan perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap total angkatan kerja.
Pada tahun 2014 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Aceh Tamiang 9,75%; yang mengalamipenurunan dari tingkat pengangguran pada tahun 2013 sebesar 10,49%.Namun tahun 2015 terjadi kenaikan dengan angka 14,03%.
Gambar 2.16
Perkembangan Tigkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2011-2015
(32)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Dari tahun 2011-2015 perkembangan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Aceh Tamiang cenderung menaik, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2015 mencapai 4,25%.
2.2.2. Dimensi Pendidikan
2.2.2.1. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara jumlah siswa usia sedang sekolah dijenjang tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia tertentu. APM SD/MI adalah perbandingan antara siswa usia 7-12 tahun di SD dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun.
Gambar 2.17
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwaAngka Partisipasi Murni (APM) SD/MI di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015 sebesar 99,28%. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI dalam waktu kurun 5 tahun cenderung fluktuatif.APM SD/MI dari tahun 2013-2015 cenderung naik.
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs adalah perbandingan antara siswa usia 13-15 tahun di SLTP dengan jumlah penduduk usia 13-15 tahun.
(33)
Gambar 2.18
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009-2014
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs Kabupaten Aceh Tamiang selama 2010-2013 cenderung fluktuatif, namun pada tahun 2013-2015 mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs di Kabupaten Aceh Tamiang adalah 75,90%, tahun 2014 sebesar 77,61% dan 78,89% pada tahun 2015.
Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA adalah perbandingan antara siswa usia 16-18 tahun di SLTA dengan jumlah penduduk usia 16-18 tahun.
Gambar 2.19
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
.
Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2015 sebesar 63,73%. APM dengan capain terendah selama kurun waktu
(34)
2010-Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2015.Secara keseluruhan perkembangan APM SMA/MA di Kabupaten Aceh Tamiang cenderung menaik.
2.2.2.2. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia sedang sekolah di jenjang tertentu dengan jumlah murid kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya.
APK SD/MI adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bersekolah di SD/MI dengan jumlah murid kelompok usia 7-12 tahun.
Gambar 2.20
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Perkembangan APM SD/MI Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 cenderung menurun. Pada tahun 2015 APK SD/MI di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 99,80%.
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bersekolah di SMP/MTs dengan jumlah murid kelompok usia 13-15 tahun.
Dari gambar di bawah dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi KAsar (APK) SMP/MTs tahun 2015 di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 94,67%. Perkembangan APK SMP/MTs kondisinya cenderung menaik dan menurun dengan capaian tertinggi pada tahun 2014 sebesar 98,36%.
(35)
Gambar 2.21
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bersekolah di SLTA dengan jumlah murid kelompok usia 16-18 tahun.
Gambar 2.22
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA tahun 2010 sebesar 65,94% naik menjadi 74,75% pada tahun 2011. Dari tahun 2012 sampai tahun 2015 Angka Partisipasi Murni SMA/MA cenderung mengalami kenaikan, dengan capaian APM SMA/MA tahun 2015 sebesar 76,49% .
(36)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.2.3. Angka Putus Sekolah
Angka Putus Sekolah adalah Proporsi anak menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Adapun kelompok umur yang dimaksud adalah kelompok umur 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun.
Untuk APS Usia 7-12 tahun Kabupaten Aceh Tamiang tidak ada data. Gambar 2.23
Posisi Relatif Angka Putus Sekolah Usia 13-15 (%) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 6,39% lebih buruk dari capaian Provinsi Aceh sebesar 4,46% dan lebih baik dari capaian Nasional sebesar 8,54%.
Gambar 2.24
Posisi Relatif dan perkembangan Angka Putus Sekolah SMA/MA Kab. Aceh Tamiang
(37)
Angka Putus Sekolah (APS) SMA/MA Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2013 sebesar 33,97%, lebih buruk dari capaian rata-rata Provinsi (24,87%) dan lebih baik dari capaian nasional (35,66%). Perkembangan APS SMA/MA dari tahun 2009(29,78%) mengalami kenaikan menajadi (36,64%) di tahun 2010 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2011(33,04%). Pada tahun 2012 sedikit mengalami kenaikan (34,3%) dan mengalami penurunan sebesar 0,51% pada tahun 2013.
Tabel 1
Indikator-indikator prioritas di bidang pendidikan yang menjadi determinan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang
INDIKATOR CAPAIAN DAERAH (2015) CAPAIAN DAERAH (2014) CAPAIAN DAERAH (2013)
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) (2014)
99,80 93,91 105,64
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%)(2014)
94,67 85,81 90,50
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%)(2014)
76,49 67,87 67,64
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%)(2014)
99,28 77,16 94,79
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%)(2014)
78,89 61,73 75,90
Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%)(2014)
63,73 44,63 57,31
Angka Putus Sekolah
Penduduk Usia 7 - 12 Tahun (2013)
Tidak ada data
Tidak ada data Angka Putus Sekolah
Penduduk Usia 13 - 15 Tahun (2013)
Tidak ada data
6,39
Angka Putus Sekolah
Penduduk Usia 16 - 18 Tahun (2013)
Tidak ada data
33,97
Angka Buta Huruf Penduduk Usia 15+(2012)
2,58 Tidak ada
data
(38)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2.2.3 Dimensi Kesehatan
Selain dilihat berdasarkan bidang pendidikan, kemiskinan juga dapat ditinjau dari bidang kesehatan. Bidang kesehatan berkaitan dengan kondisi kesehatan masyarakat dan akses pada pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi Mortalitas (Angka Kematian), Morbiditas (Angka Kesakitan) dan Status Gizi. Derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor utama yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika.
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada.Angka kematian meliputi Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
2.2.3.1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat.
(39)
Gambar 2.25
Posisi Relatif Angka Kematian Bayi Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang, Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2014 sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup. Kecamatan dengan AKB terendah adalah Kecamatan Bandar Psaka sebesar 3,8 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB tertinggi adalah Kecamatan Sekerak sebesar 28,4 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 2.26
Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Perkembangan Angka Kematian Bayi (Per 1.000 Kelahiran Hidup) di Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2010 sampai 2015 cenderung fluktatif. Pada tahun 2010 AKB di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 8,4 per 1.000 KH, AKB tertinggi
(40)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Gambar 2.27
Analissis Efektivitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
2.2.3.2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 2.28
Posisi Relatif Angka Kematian Balita (AKABA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2015
Pada tahun 2015, Angka Kematian Balita di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 12,7 per 1.000 kelahiran hidup. Wilayah yang memiliki Angka Kematian Balita (AKABA) yang rendah terdapat di Kecamatan Bandar Pusaka sebesar 3,80 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan daerah yang memiliki Angka Kematian Balita (AKABA) yang tinggi dan berada diatas rata-rata AKABA Kabupaten Aceh Tamiang terdapat di Kecamatan Sekerak sebesar 35,50 per 1.000 kelahiran hidup.
(41)
Gambar 2.29
Perkembangan dan Analisis Efektivitas Angka Kematian Balita (AKBA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup)Kab. Aceh Tamiang, Tahun 2010-2015
Perkembangan AKABA di Kabupaten Aceh Tamiang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan di tahun 2014 bila dibandingkan dengan tahun 2013. Meskipun Angka Kematian Balita tertinggi dari tahun 2010 sampai 2015 terjadi di tahun 2012 sebesar 17,20 per 1.000 Kelahiran Hidup. dari tahun 2012 – 2015 menunjukkan bahwa AKABA mulai menurun kembali walaupun penurunannya melambat.
2.2.3.3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat.AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.AKI mengacu pada jumlah
kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan
nifas.AngkaKematian Ibu (AKI) di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
(42)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Gambar 2.30
Perkembangan Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Kab. Aceh Tamiang Tahun 2010-2015
Dilihat dari perkembangannya Angka Kematian Ibu di tahun 2015sebesar 181,00 per 100.000 Kelahiran Hidup jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2014 mencapai angka sebesar 259,86 per 100.000 kelahiran hidup.
Tabel 2
Indikator Bidang Kesehatan di Kabupaten Aceh Tamiang
INDIKATOR CAPAIAN DAERAH (2015) CAPAIAN DAERAH (2014) CAPAIAN DAERAH (2013)
Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup (Jiwa)
181
159 321,43
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup (Jiwa)
12
14,56 13,04
Angka Kematian Balita (AKBA) per 1000 Balita (Jiwa)
13
15,87 14,29
Proporsi Kelahiran yang Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%)
84,4
99,44 92,57
Angka Morbiditas (%) (2013) 13,33 17,03
Proporsi Penduduk dengan Pengobatan
Sendiri (%) 54,43 69,74
AFP rate per 100.000 penduduk < 15 Th 0 5,58 1,13
Prevalensi Malaria (API) per 1000 penduduk 0,15
0,62 Tidak ada
data Persentase cakupan penemuan Penderita
Pneumonia Balita)
8,95
8,38 4,99
Persentase Penemuan pasien baru TB BTA+ 221 74,57 101,73 (TB)
Kasus DBD ditemukan dan ditangani 85 58,41 4,55
Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS 3 12 6
(43)
2.2.4. Dimensi Prasarana Dasar
2.2.4.1 Proporsi Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih Gambar 2.31
Posisi Relatif Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih Menurut Kab. Aceh Tamiang di Provinsi Aceh Tahun 2015
Persentase Rumah Tangga yang menggunakan air bersih di Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 78,01 persen berada di atas rata-rata Provinsi sebesar 67,46 persen. Tingkat penggunaan air bersih di Kabupaten Aceh Tamiang berada di urutan ke 6 (enam) se Provinsi Aceh.
2.2.4.2 Proporsi Rumah Tangga Yang Menggunakan Jamban Sendiri/Bersama
Gambar 2.32
Posisi Relatif Rumah Tangga Yang Menggunakan Jamban Sendiri/Bersama Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh
(44)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Posisi relatif persentase penduduk yang menggunakan jamban sendiri/bersama di Kabupaten Aceh Tamiang adalah 92,99 persen angka ini berada di atas rata-rata Provinsi sebesar 73,74 persen. Kabupaten Aceh Tamiang termasuk sudah bagus untuk pemakain jamban, hal ini dapat dilihat dari grafik yang menunjukkan bahwa Kabupaten Aceh Tamiang berada di urutan persentase tertinggi ke 3 (tiga) se Provinsi Aceh.
(45)
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
3.1 Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan
Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Aceh Tamiang dalam rangka penanggulangan kemiskinan terkait dimensi ekonomi dan ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, prasarana dasar, dan ketahanan pangan, sebagaimana Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 16 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 – 2017, diarahkan kepada :
A. Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan :
1. Meningkatkan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat penyandang
masalah sosial;
2. Meningkatkan pelayanan sosial dan rehabilitasi kesejahteraan sosial;
3. Meningkatkatan jumlah wirausaha produktif baik kelompok maupun
mandiri;
4. Meningkatkan koordinasi dengan Instansi terkait dalam rangka penyaluran
bantuan kepada masyarakat kurang mampu dan penyandang cacat;
5. Meningkatkan Program Pengembangan wilayah Strategis dan cepat tumbuh
(PNPM);
6. Menumbuh kembangkan produk lokal yang handal (One Village One Product);
7. Mengembangkan kawasan sentra industri;
8. Meningkatkan nilai tambah produk lokal unggulan;
9. Membina dan memberdayakan IKM, koperasi dan UKM serta peningkatan
SDM;
10. Menetapkan kawasan wisata sesuai struktur dan pola ruang;
11. Meningkatkan pengembangan tempat usaha perdagangan;
12. Meningkatan kesempatan kerja dan lapangan usaha melalui sistem padat
karya;
13. Mengintensifkan, pembinaan kewirausahaan dan pengembangan usaha
(46)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
14. Menumbuh kembangkan potensi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di
masyarakat;
15. Meningkatkan perlindungan pengusaha dan pekerja di perusahaan;
16. Meningkatkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3);
17. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja pemuda dan
perempuan.
B. Pendidikan :
1. Memfasilitasi PKBM;
2. Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya lembaga pendidikan perguruan
tinggi vokasi;
3. Meningkatkan profesionalisme aparatur, mutu tenaga pendidik dan
kependidikan;
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan stakeholder dalam
penyelenggaraan pendidikan;
5. Menjamin ketersediaan bantuan beasiswa kepada fakir/miskin;
6. Meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan;
7. Menumbuhkan budaya gemar membaca melalui pengembangan dan
pendayagunaan perpustakaan dan arsip;
8. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan kampung dalam pelaksanaan
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
C. Kesehatan :
1. Meningkatkan penerapan Manajemen Inovasi Pelayanan;
2. Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat;
3. Meningkatkan upaya keselamatan ibu melahirkan dan anak;
4. Meningkatkan kesehatan anak balita;
5. Memperbaiki gizi masyarakat;
(47)
1. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan akses pendidikan;
2. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan;
3. Meningkatkan pembangunan perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR);
4. Meningkatkan pemberdayaan komunitas perumahan;
5. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana
permukiman;
6. Meningkatkan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan;
7. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perkotaan dan desa;
8. Meningkatkan penyediaan air baku, dan pengembangan kinerja pengelolaan
air minum dan air limbah;
E. Ketahanan Pangan :
1. Meningkatkan optimalisasi dan reklamasi lahan sebagai kawasan pangan
lestari;
2. Meningkatkan kemampuan SDM dalam rangka penanganan rawan pangan;
3. Meningkatkan sarana dan prasarana lumbung pangan masyarakat dan
pemerintah;
4. Menumbuhkembangkan produk lokal yang handal;
5. Menumbuhkembangkan agribisnis pertanian, peternakan dan Perikanan;
6. Menyusun Regulasi dibidang pertanian, peternakan dan Perikanan;
7. Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi terapan tentang pertanian,
peternakan dan perikanan;
8. Pemanfaatan Sungai Tamiang sebagai kawasan industri ketahanan pangan;
9. Meningkatkan produksi hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan
perikanan;
10. Pembangunan dan optimalisasi pemanfaatan air irigasi melalui perbaikan
jaringan irigasi tingkat usaha tani;
11. Mengembangkan tanaman utama lokal lainnya;
12. Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi penggunaan bahan pangan
(48)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
13. Meningkatkan jalan produksi pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan;
14. Meningkatkan pemasaran produksi hasil pertanian, peternakan dan
Perikanan;
15. Meningkatkan teknologi, sarana dan prasarana pertanian, perkebunan,
peternakan serta perikanan.
Sedangkan kebijakan pembangunan daerah di tahun 2015 menurut Peraturan Bupati Aceh Tamiang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014, terkait dimensi ekonomi dan ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, prasarana dasar, dan ketahanan pangan, diantaranya adalah :
A. Ekonomi dan Ketenagakerjaan
1. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
2. Menjamin akses penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) untuk
mendapatkan pelayanan dasar bidang sosial.
3. Mendukung pertumbuhan dan penguatan ekonomi masyarakat dan desa.
B. Pendidikan :
Meningkatkan sarana dan infrastruktur pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan.
C. Kesehatan :
Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan dasar.
D. Prasarana Dasar :
1. Penataan perkotaan
2. Pembangunan rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat
dan aman, didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)
E. Ketahanan Pangan :
Melakukan pengembangan potensi ekonomi daerah melalui produk unggulan daerah.
(49)
3.2.1 Sinkronisasi antar dokumen perencanaan
Pelaksanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan Tahun Anggaran 2015 yang didanai APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2015, disajikan pada tabel berikut:
(50)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Tabel 3.1 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan (APBK/OTSUS T.A 2015)
NO Kebijakan RPJM Tahun Ketiga (2015)
SKPK
Pelaksana Program Kegiatan
Realisasi Anggaran (Rp) Kesesuaian Program / Kegiatan dgn Renaksi Daerah
1 2 3 4 5 6 7
1. Meningkatkan
pemberdayaan dan pembinaan masyarakat
Dinsosnakertrans 1. Pemberdayaan Fakir
Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya
1. Pemberdayaan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS)
19.990.000
×
2. Pelatihan Keterampilan Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) bagi Keluarga Rentan
49.377.000
√
3. Pelatihan Keterampilan Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) bagi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE)
50.157.000
√
4. Dana Sharing Kegiatan-kegiatan
program Keluarga Harapan (PKH)
193.201.710
×
2. Pelayanan dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial
5. Buffer Stock Logistik dan Mobilisasi
Bantuan untuk Korban Bencana Sosial
47.500.000
×
6. Rehab Rumah Tidak Layak 56.537.000
√
7. Pengadaan Bahan Bangunan Rumah
Bagi Masyarakat Tidak Mampu
99.680.000
×
8. Rehab Rumah di Kecamatan Seruway 143.133.000
×
9. Rehabililtasi Rumah Warga Miskin 79.505.000
×
10. Sosialisasi Bahaya HIV-AIDS bagi Eks
Wanita Penyandang Masalah Tuna Sosial (WNPTS)
100.108.000
×
11. Pelatihan Keterampilan Bagi
Penyandang Cacat dan Trauma
(51)
3. Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma
12. Pelatihan Keterampilan Kecantikan dan
Tata Rias Pengantin Bagi Penyandang Cacat Tuna Rungu/Tuna Wicara
66.082.000
√
13. Pengadaan Sarana dan Prasarana Bagi
Penyandang Cacat Fisik
126.663.750
√
14. Pelatihan dan Keterampilan Usaha
Ekonomi Produksi (UEP) Bagi Penyandang Disabilitas
152.940.000
×
15. Pembinaan Sarana dan Prasarana
Pendukung Usaha Bagi Penyandang Disabilitas
206.852.000
×
BPM 4. Program Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Teknologi Tepat Guna
16. Penyelenggaraan Gelar Teknologi Tepat
Guna
117.986.390
×
17. Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna
Pedesaan (Posyantekde)
58.324.550
×
18. Lomba Inovasi Tknologi Tepat Guna Tk.
Kabupaten/Propinsi
30.908.350
×
2. Meningkatkan usaha
perlindungan terhadap tenaga kerja
Dinsosnakertrans 5. Perlindungan
Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
19. Penyebaran Informasi Tentang
Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Bagi Masyarakat
54.336.000
×
20. Fasilitasi Lembaga Kerjasama (LKS)
Tripartit Kabupaten Aceh Tamiang
34.980.000
×
21. Fasilitasi Penyelesaian Hubungan
Industrial dan PHK Bagi Pekerja dan Pengusaha
32.285.000,
×
22. Penyuluhan Bagi Tenaga Kerja Wanita
di Perusahaan
27.032.500
×
23. Sosialisasi Peraturan
Perundang-undangan Ketenagakerjaan
34.800.000
×
3. Meningkatkan
kesempatan tenaga kerja dan kesempatan kerja
Dinsosnakertrans 6. Penempatan dan Perluasan
Kesempatan Kerja
24. Pengembangan Kelembagaan
Produktifitas dan Pelatihan Masyarakat Wirausaha
73.400.000
√
4. Mengembangkan
kawasan berpotensi
Dinsosnakertrans 7. Pengembangan Wilayah
Transmigrasi
25. Penyuluhan dan Sosialisasi
Transmigrasi
(52)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi
26. DED Revitalisasi Kawasan Wilayah
Transmigrasi
148.590.000
×
5. Meningkatkan
kelembagaan ekonomi masyarakat
BPM 8. Pengembangan Lembaga
Ekonomi Pedesaan
27. Bimbingan teknis pengelolaan program
PEPG, UEPG dan UEDSP
13.795.700
×
28. Pelatihan Keterampilan Manajemen
Badan Usaha Milik Kampung (BUMK)
28.055.840
×
29. Pembinaan Badan Usaha Milik
Kampung (BUMK)
29.399.800
×
30. Fasilitasi Kebutuhan Masyarakat
Pedesaan
670.544.000
×
Disperindagkop 9. Program Penciptaan Iklim
Usaha Usaha Kecil Menengah yang Konduksif
31. Fasilitasi Usaha Kecil Menengah
√
10. Program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetetif Usaha Kecil menengah
32. Penyelenggaraan Pelatihan
Kewirausahaan
35.910.000
×
11. Program Pengembangan
Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
33. Penyelenggaraan Promosi Produk
Usaha Mikro Kecil Menengah
132.780.000
×
34. Pengembangan Kebijakan dan Program
Peningkatan Ekonomi Lokal
233.491.550
√
12. Program Peningkatan
Kualitas Kelembagaan Koperasi
35. Pembinaan, Pengawasan dan
penghargaan Koperai Berprestasi (dalam rangka HARKOP)
233.491.550
×
36. Fasilitasi Bagi Pelayanan Koperasi
(DED)
14.874.450
×
37. Revitalisasi Koperasi 62.460.000
×
38. Fasilitas Bagi Pelayanan Koperasi,
Bantuan Perlengkapan Bagi Gedung Tempat Pelayanan Koperasi
(TPK)(Otsus)
(53)
39. Pembangunan Gedung Tempat Pelayanan Koperasi (TPK)(Otsus)
370.593.300
×
13. Program Pengembangan
Pembinaan Koperasi dan UKM
40. Pembuatan Data Base Koperasi 19.284.000
×
41. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan 12.760.000
×
42. Perkuatan Modal Koperasi Makmur
Bersama
47.190.000,
×
14. Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia
43. Pelatihan Management dan
Pengembangan Produk dan Usaha Bagi Pengurus Koperasi
44. Pelatihan Akuntansi dan
Pengembangan Produk dan Usaha Bagi Pengurus Koperasi
38.895.000 33.449.250
×
15. Program Pembinaan
Pedagang Kaki Lima dan Asongan
45. Penataan Tempat Baru Usaha Bagi
Pedagang Kaki Lima dan Asongan
40.264.900
√
16.Pengembangan Industri
Kecil dan Menengah
46. Pemberdayaan Industri Rumah Tangga
dan Kerajinan Industri Kreatif
437.141.850
×
47. Pemberdayaan Industri Rumah Tangga
Bidang IKAHH
152.880.850
×
48. Promosi Hasil Kerajinan Daerah 54.150.000
×
49. Kegiatan Dekranas 54.150.000
×
50. Pembinaan Kemampuan teknologi
industry, Pemanfaatan Gedung Workshop Industri
35.729.790
×
17.Pengembangan
kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah
51. Penyelenggaraan Pelatihan
Kewirausahaan (Bagi Pelaku UMKM)
35.910.000
×
6. Meningkatkan produksi
komoditi unggulan lokal
Dishutbun 18. Peningkatan produksi
pertanian/perkebunan
52. Pengadaan Fungisida Tricoderma Sp utk
Karet
(54)
53. Pengadaan Herbisida (Karet & Kelapa Sawit)
117.978.000
×
54. Pengadaan Bibit Karet Okulasi Siap
Salur (OTSUS)
298.600.000
×
55. Pengadaan Bibit Kelapa Sawit Siap
Salur (OTSUS)
324.984.000
×
56. Pembangunan Jalan Produksi Kebun 455.753.000
×
57. Pengadaan Pupuk (Karet dan Kelapa
sawit)(OTSUS)
268.277.000
×
58. Pengadaan Timbangan Gantung
Kapasitas 110kg
68.310.000
×
59. Pengadaan Bibit Serai Wangi 127.898.000
×
60. Pengadaan Bibit Sawit dan Karet 59.415.000
×
61. Pembuatan Jalan Produksi
Kp.Seumadam
167.942.000
×
62. Pengadaan Kereta Sorong 74.415.000
×
63. Pengadaan Hand Sprayer 56.478.400
×
64. Pengerasan Jalan Produksi Perkebunan 98.970.000
×
65. Pembangunan Jalan Produksi Kp.Bukit
Keranji
74.675.000
×
DKP 19. Pengembangan perikanan
tangkap
66. Pengadaan Sarana Penangkapan Ikan
Perahu Motor Tempel (OTSUS)
361.445.000
√
67. Pengadaan Sarana Penangkapan Ikan
Perahu Motor Tempel (DAK)
717.603.800
√
68. Pengadaan Sarana Perikanan Tangkap 610.758.000
√
69. Pengadaan Sampan 49.820.800
×
70. Pengadaan Alat Tangkap Ikan dan
Perlengkapannya
(55)
20. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
71. Pembangunan Jembatan Produksi
Perikanan (termasuk pengawasan) (OTSUS)
1.214.071.000
√
72. Rehab Pematang Tambak Masyarakat
(OTSUS)
851.460.000
×
73. Pengadaan Sarana Produksi Ikan Air
Payau
163.750.000
×
74. Pengadaan Agroinput Budidaya Ikan Air
Tawar
63.800.000
√
75. Pelatihan Pembuatan Briket
Pengembangan Budidaya Air Tawar/Pokdakan
175.630.000
×
76. Rehab. Pematang & Pintu Air Tambak
(DAK)
509.714.800
×
77. Pengembangan BBI dan BBAP (Silpa
DAK)
951.649.000
×
78. Rehabiliatasi Tambak Masyarakat (Silpa
DAK)
424.795.000
×
79. Pembuatan Keramba 29.563.000
×
80. Rehabilitasi Tambak Masyarakat 638.508.000
×
81. Konservasi Tuntung 50.440.000
×
82. Pembangunan Balai Pertemuan
Kelompok Budi Daya
214.562.000
×
7. Meningkatkan fungsi
kawasan penyangga, konservasi dan lindung
Dishutbun 21. Rehabilitasi Hutan dan
Lahan
83. Pengembangan Jenis tanaman Bakau
Untuk Olahan Pangan Peningkatan Ekonomi Rakyat
127.767.500
×
84. Pengambangan Pola Agroforestry 162.055.000
×
85. Pengembangan Budidaya Jamur Tiram 143.921.000,
×
86. Pengembangan Budidaya Jamur
Tiram(DAK)
(56)
87. Pengadaan Bibit Tanaman Masyarakat 149.620.000
×
88. Pengadaan Bibit Kayu Gaharu/Kayu
Halim
149.569.000
×
8. Mengembangkan dan
memperkuat kemampuan
pengelolaan cadangan pangan
Distanak 22. Peningkatan Ketahanan
Pangan
89. Pengadaan Benih Padi Unggul 380.653.700
√
90. Pengembangan Jagung(OTSUS) 552.975.000
√
91. Penanaman Pisang 149.474.900
√
92. Pengadaan Bibit Pepaya 39.355.300
√
93. Pengadaan Bibit Buah Buahan 658.843.700
√
94. Pengadaan Tray Pembibitan Padi 32.592.000
×
Bepeluh 23. Peningkatan ketahanan
pangan
pertanian/perkebunan
95. Pengembangan Cadangan Pangan
Daerah
119.366.400
×
96. Pengembangan lumbung pangan desa 323.814.000
×
97. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan
Kegiatan Bappeluh
49.850.000
×
Dinas Pendidikan 24. Program pendidikan anak
usia dini
98. Pembangunan Ruang Kelas Sekolah
(Otsus)
453.618.000
√
99. Pengadaan Mubelair TK(Otsus) 72.289.400
√
100. Pengadaan Alat Peraga dan Alat
Keperluan Lainnya Tk.Melati Dsn.Suka Jadi Kp.Suka Makmur
25.000.000,
×
101. Pembangunan Pagar sekolah RA
AI-Bayan Kp. Cinta Raja Kec. Bendahara
59.738.000
×
102. Pengadaan Alat Permainan Luar TK
YASPENDI Kec. Bendahara
30.000.000
×
25. Program wajib belajar
pendidikan dasr sembilan tahun
103. Penambahan Ruang Kelas sekolah 191.175.000
√
104. Penyelenggaraan Paket B setara SMP 10.730.000
√
105. Pembangunan Ruang Kelas Sekolah SD
dan SMP (Otsus)
(1)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
IV- 5 LP2KD Kabupaten Aceh Tamiang 2016 untuk penanggulangan kemiskinan dalam pencapaian indicator kondisi kemiskinan. Oleh karena itu kegiatan evaluasi merupakan kegiatan tahap akhir suatu program/kegiatan untuk menilai atau mengevaluasi apakah sebuah program dinilai berhasil atau gagal, sehingga dapat dilihat efektif atau tidaknya program/kegiatan dengan output dan outcome nya yang telah dilaksanakan dengan kategori prioritas intervesi terhadap capaian indikator masing-masing bidang yang diperoleh pada satu tahun. Selanjutnya kegiatan evaluasi itu sendiri dilakukan untuk mengkaji sejauh mana relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak suatu kebijakan penanggulangan kemiskinan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan ukuran-ukuran capaian (indikator) yang telah ditetapkan.
Keberhasilan pelaksanaan monitoring dan evaluasi perlu dilandasi oleh kejujuran, motivasi dan kesungguhan yang kuat dari para pelaku. Selain itu, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah obyektif dan profesional, transparan, partisipatif, akuntabel, tepatwaktu, berkesinambungan, serta berbasis indikator kinerja.
Rancangan sistem monitoring terhadap rencana aksi daerah untuk penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang dibuat untuk kendali dan hasil dari program dan kegiatan tersebut dapat terukur. Rancangan sistem monitoring dilakukan untuk melihat apakah program dan kegiatan berjalan baik, apakah program dan kegiatan memiliki ukuran-ukuran capaian (indikator). Bagaimana program dan kegiatan tersebut mempunyai hasil dan dampak yang dapat ditunjukkan dari perubahan indikator yang sudah ditentukan indikator monitoring.
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Tim TKPK Aceh Tamiang meliputi:
1. Evaluasi dan Sinkronisasi Dokumen – Dokumen Perencanaan. Dokumen - Dokumen Perencanaan yang dimaksud berupa :
Ø Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Aceh Tamiang.
(2)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
IV- 6 LP2KD Kabupaten Aceh Tamiang 2016
Ø Rencana Kerja (Renja)SKPK yang terkait dengan program penanggulangan kemiskinan.
Ø Dokumen Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Tamiang yang merupakan dokumen perencanaan terpadu yang mengacu pada arahan kebijakan nasional dengan memperhatikan potensi serta masalah daerah akan meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan terutama oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Ø Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) yang merupakan dokumen perencanaan sanitasi dan mengakomodasikan pencapaian target 100–0–100.
Ø Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Aceh Tamiang. Pada evaluasi ini, tim TKPK beserta perwakilan SKPK mengevaluasi dan mensinkronisasi dokumen perencanaan untuk memastikan bahwa program-program kemiskinan yang tercantum pada rencana aksi daerah Kabupaten Aceh Tamiang yang termuat pada dokumen SPKD terakomodir dalam dokumen perencanaan lainnya.
2. Monitoring Program Kemiskinan
Dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembangan program dilaksanakan. Pada tahun 2015, tim TKPK melakukan beberapa kegiatan diantaranya :
Ø Penilaian Status Gizi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang.
Ø Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Program Kesehatan terpadu yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang.
Ø Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan (Survei IKM) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang.
Ø Survei / Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) yang dilakukan oleh Bappeda dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang.
Ø Monitoring dan Evaluasi KUBE – FM yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tamiang.
(3)
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
IV- 7 LP2KD Kabupaten Aceh Tamiang 2016
Ø Pemuktahiran Data UKM, Data Industri Kecil dan Menengah dan Rumah Tangga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.
Ø Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Program Pendataan dan Pembinaan Industri Menengah dan Industri Kecil Menengah yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.
Ø Monitoring pelaksanaan Pendistribusian RASKIN RTS - TM yang dilakukan oleh Bagian Ekonomi Setda kab. Aceh Tamiang.
Ø Monitoring Pendistribusian LPG Tabung 3 Kg yang dilakukan oleh Bagian Ekonomi Setda kab. Aceh Tamiang.
Ø Monitoring Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Masyarakat (CSR) yang dilakukan oleh Bagian Ekonomi Setda kab. Aceh Tamiang.
Ø Monitoring dan Evaluasi Program UEDSP, UEPG, PEPG, KUHEGAM, BEMK dan Otsus yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat.
4.3.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat.
Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) dibentuk sebagai wadah untuk menampung aspirasi, kepedulian dan pengaduan atas penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan. Selanjutnya Pokja Pengaduan Masyarakat TKPKD yang terdiri dari unsur Pemerintah danLembaga kemasyarakatan yang bertanggungjawab terhadap pengaduan masyarakat terkait dengan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan di daerah. Pokja Pengaduan Masyarakat TKPKD Kabupaten Aceh Tamiang berada di bawah pengawasan Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten Aceh Tamiang. Salah satu anggota UPM Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang yang berada di bawah payung Pokja Pengaduan Masyarakat TKPK Aceh Tamiang adalah Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) yang merupakan program lanjutan dari PNPM Mandiri Perkotaan yang berakhir pada bulan April 2015.
(4)
LP2KD Kabupaten Aceh Tamiang 2016
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
V - 1
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULANPenanggulangan kemiskinan sebenarnya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat semata. Sangat banyak faktor eksternal dan internal yang tidak dapat dikontrol (uncontrollable), justru sangat berpengaruh terhadap berbagai upaya pengentasan kemiskinan. Untuk mengatasi masalah kemiskinan ini diperlukan suatu gerakan penanggulangan yang bersifat komprehensif dan terus menenerus, yang didukung secara penuh dari berbagai unsur, baik Pemerintah (Daerah maupun Pusat), Pengusaha, LSM, dan masyarakat luas.
Koordinasi merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan secara terus menerus. Peran Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang, yang dibentuk berdasarkan SK Bupati Nomor: 423 Tahun 2016 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016. merupakan faktor kunci bagi terselenggaranya koordinasi intern TKPK, juga koordinasi dengan seluruh stakeholder yang ada, baik SKPK maupun swasta dan masyarakat
Harus diakui koordinasi belum terlaksana sesuai yang diharapkan. Masih banyak kendala-kendala yang ada. Diperlukan kelembagaan yang kuat sampai tingkat kampung di seluruh Kabupaten Aceh Tamiang demi terpadunya program penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian penanggulangan kemiskinan bisa dilaksanakan secara menyeluruh sampai ke tingkat Kampung. Hal lain yang tidak kalah penting adalah monitoring dan evaluasi program penanggulangan kemiskinan.
Prioritas intervensi sektoral dan wilayah untuk program kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Tamiang lebih difokuskan pada bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Masing-masing bidang telah terpogram kegiatan yang membantu tercapainya tujuan pembangunan Aceh Tamiang untuk 5 (lima) tahun ke depan yang tertuang dalam dokumen RPJM Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, pada dasarnya untuk mencapai standar kehidupan masyarakat Aceh Tamiang yang lebih baik. Khususnya yang tertuang pada Misi ke-3
(5)
LP2KD Kabupaten Aceh Tamiang 2016
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
V - 2 adalah menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah berbasis potensi lokal dengan semangat kerakyatan menuju masyarakat yang sejahtera. Tujuannya adalah untuk mewujudkan penanggulangan kemiskinan berbasis partisipasi masyarakat. Jamkesmas dan Jampersal adalah prioritas utama dalam bidang kesehatan yang menjadi target Dinas Kesehatan sebagai bentuk pelayanan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin. Seluruh masyarakat miskin yang termasuk di dalam database masyarakat penerima dana jamkesmas dan sedang mendapatkan pelayanan kesehatan di pusat-pusat kesehatan baik tingkat dasar maupun lanjutan di Aceh Tamiang berhak atas jaminan kesehatan. Pembangunan sanitasi lingkungan berbasis masyarakat, Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah dan Rehabilitasi rumah tidak layak huni yang di laksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum merupakan prioritas Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dalam mewujudkan rumah yang layak untuk dihuni bagi masyarakat miskin di Aceh Tamiang.
Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan adalah salah satu program prioritas yang menjadi bagian dari Badan Pemberdayaan Masyarakat, Peningkatan ketahanan pangan adalah salah satu program Dinas Pertanian dan Perikanan serta Bappeluh dalam memberdayakan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu, diharapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perencanaan program dan kegiatan sebaiknya disatukan dengan visi dan misi Kabupaten Aceh Tamiang dalam mewujudkan penurunan angka kemiskinan.
5.2 REKOMENDASI
Koordinasi dan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pada tahun ini perlu dilakukan penyempurnaan sehubungan dengan peningkatan dan program percepatan penanggulangan kemiskinan di tahun selanjutnya. Monitoring dan evaluasi yang merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi dari Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dilakukan dalam rangka memantau sejauh mana program kegiatan yang selama ini dilakukan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, memperbaiki kinerja yang kurang optimal, dan melihat perkembangan yang dihasilkan. Koordinasi yang intens dan perencanaan yang tepat akan membantu terwujudnya percepatan di dalam
(6)
LP2KD Kabupaten Aceh Tamiang 2016
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Aceh Tamiang
V - 3 pengentasan kemiskinan sebagaimana target yang telah disepakati bersama, baik yang tertuang di dalam RPJMD Kabupaten Aceh Tamiang, MDG’s, maupun target di dalam SPM masing-masing bidang.