Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pada Proses Pemeriksaan Di Tingkat Kepolisian Chapter III IV

BAB III
PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 PADA POLISI
YANG MELAKUKAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM PROSES
PEMERIKSAAN DI TINGKAT KEPOLISIAN DALAM PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI NO. 628/PID.B/2012/PN.SMDA, PUTUSAN PT NO.
40/PID/2013/PT.KT.SMDA, DAN PUTUSAN MA NO. 1309K/PID.SUS/2013)
A. Ruang Lingkup Tindak Pidana Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak jo. Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2016
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, hal-hal mengenai ketentuan pidana diatur dalam Bab XII mulai dari
Pasal 77 sampai dengan Pasal 90. Adapun hal-hal yang diancam pidana
undang-undang tersebut adalah sebagai berikut:
− Pasal 77
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan:
a. Diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami
kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi
sosialnya; atau


Universitas Sumatera Utara

b. Penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami
sakit atau penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial,
c. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahu dan/atau
denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
− Pasal 78
Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak dalam situasi
darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, anak yang berhadapan
dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang
tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang
diperdagangkan, anak yang mejadi korban penyalahgunaan narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban
penculikan, anak korban perdagangan, atau anak korban kekerasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, padahal anak tersebut
memerlukan petolongan dan harus dibantu, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (serratus juta rupiah).
− Pasal 79
Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak yang bertentangan

dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1), ayat
(2), dan ayat (4), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Universitas Sumatera Utara

− Pasal 80
(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman
kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda
paling banyak Rp. 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat,
maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling bayak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan
penganiayaan tersebut orang tuanya.
− Pasal 81
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan paling singkat (3) tahun dan denda paling

Universitas Sumatera Utara

banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiaj) dan paling sedikit
Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula
bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
− Pasal 82
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan

perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
− Pasal 83
Setiap orang yang memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk
diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
− Pasal 84

Universitas Sumatera Utara

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana degan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
− Pasal 85

(1) Setiap orang yang melakukan jual beli organ tubuh dan/atau jaringan
tubuh anak dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan pengambilan
organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan
kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak
sebagai objek penelitian tanpa seizin orang tua atau tidak
mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
− Pasal 86
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan tipu muslihat, rangkaian
kebohongan, atau membujuk anak untuk memilih agama lain bukan atas
kemauannya sendiri, padahal diketahui atau patut diduga bahwa anak

Universitas Sumatera Utara

tersebut belum berakal dan belum bertanggung jawab sesuai dengan
agama yang dianutnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
− Pasal 87
Setiap orang yang secara melawan hukum merekrut atau memperalat anak
untuk kepentingan militer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 atau
penyalahguaan dalam kegiatan politik atau pelibatan dalam sengketa
bersenjata atau pelibatan dalam kerusuhan sosial atau pelibatan dalam
peristiwa yang mengandung unsur kekerasan atau pelibatan dalam
peperangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
− Pasal 88
Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
− Pasal 89
(1) Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, membiarkan,
melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan,


Universitas Sumatera Utara

produksi atau distribusi narkotika dan/atau psikotropika dipidana
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, membiarkan,
melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan,
produksi, atau distribusi alkohol dan zat adiktif lainnya dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan paling
singkat 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan denda paling sedikit Rp. 20.000.000,00
(dua puluh juta rupiah).
− Pasal 90
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, Pasal
78, Pasal 79, Pasal 80, Pasal 81, Pasal 82, Pasal 83, Pasal 84, Pasal 85,
Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88, dan Pasal 89 dilakukan oleh korporasi,
maka pidana dapat dijatuhkan kepada pengurus dan/atau korporasinya.

(2) Pidana yang dijatuhkan kepada korporasi hanya pidana denda dengan
ketentuan pidana denda yang dijatuhkan ditambah 1/3 (sepertiga)
pidana denda masing-masing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
− Pasal 77
Ketentuan Pasal 77 diubah menjadi sebagai berikut, “Setiap orang yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 A dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 76A melarang setiap orang untuk:
a. Memperlakukan anak secara diskriminatif yang mengakibatkan anak
mengalami kerugian, baik materiil maupun moril sehingga
menghambat fungsi sosialnya; atau
b. Memperlakukan anak penyandang disabilitas secara diskriminatif.
− Pasal 77A
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap anak
yang masih dalam kandungan dengan alasan dan tata cara yang tidak

dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45A, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kejahatan.

Universitas Sumatera Utara

− Pasal 77B
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76B, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 76B melarang setiap orang untuk menempatkan, membiarkan,
melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam situasi perlakuan salah dan
penelantaran.
− Pasal 80
Ketentuan Pasal 80 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 72.000.000,00

(tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah)

Universitas Sumatera Utara

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan
tersebut orang tuanya.
Pasal 76C melarang setiap orang menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan
kekerasan terhadap anak.
− Pasal 81
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula
bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
(3) Dalam hal tidak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik, atau tenaga
kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

Pasal 76D melarang setiap orang untuk melakukan kekerasan
atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain.
− Pasal 82
Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik, atau tenaga
kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 76E melarang setiap orang untuk melakukan kekerasan
atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat,
melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.
− Pasal 83
Ketentuan Pasal 83 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun

Universitas Sumatera Utara

dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Pasal 76F melarang setiap orang untuk menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan,
penjualan, dan/atau perdagangan anak.
− Pasal 86A
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76G dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 76G melarang setiap orang untuk menghalang-halangi anak
untuk menikmati budayanya sendiri, mengakui dan melaksanakan ajaran
agamanya dan/atau menggunakan bahasanya sendiri tanpa mengabaikan
akses pembangungan masyarakat dan budaya.
− Pasal 87
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76H dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 76H melarang setiap orang untuk merekrut atau memperalat
anak untuk kepentingan militer dan/atau lainnya dan membiarkan anak
tanpa perlindungan jiwa.

Universitas Sumatera Utara

− Pasal 88
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76I dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 76I melarang setiap orang untuk menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi
secara ekonomi dan/atau seksual terhadap anak.
− Pasal 89
Ketentuan Pasal 89 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76J ayat (1), dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76J ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan denda paling
banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Universitas Sumatera Utara

Pasal 76J ayat (1) melarang setiap orang untuk dengan sengaja
menempatkan, membiarkan melibatkan, menyuruh melibatkan anak
dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi narkotika
dan/atau psikotropika.
Pasal 76J ayat (2) melarang setiap orang untuk dengan sengaja
menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak
dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi alkohol dan zat
adiktif lainnya.
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016
− Pasal 81
Ketentuan Pasal 81 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula
bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
(3) Dalam hal tidak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai

Universitas Sumatera Utara

hubungan keluarga, pengasuh anak, pendidik, tenaga kependidikan,
apparat yang menangani perlindungan anak, atau dilakukan oleh lebih
dari satu orang secara bersama-sama, pidananya ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
penambahan 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan
kepada pelaku yang pernah dipidana karena melakukan tidak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D.
(5) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D
menimbulkan korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka
berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu atau hilangnya
fingsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia, pelaku dipidana
mati, seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 10 (sepuluh)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
(6) Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3),
ayat (4), dan ayat (5), pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa
pengumuman identitas pelaku.
(7) Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
dapat dikenai tindakan berupa kebiri kimia dan pemasangan alat
pendeteksi elektronik.

Universitas Sumatera Utara

(8) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diputuskan bersamasama dengan pidana pokok dengan memuat jangka waktu pelaksanaan
tindakan.
(9) Pidana tambahan dan tidnakan dikecualikan bagi pelaku anak.
− Pasal 81A
(1) Tidnakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (7) dikenakan
untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dilaksanakan
setelah terpidana menjalani pidana pokok.
(2) Pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibawah
pengawasan secara berkala oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum, sosial, dan kesehatan.
(3) Pelaksanaan kebiri kimia disertai dengan rehabilitasi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tindakan dan
rehabilitasi diatur dengan Peraturan Pemerintah.
− Pasal 82
Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

Universitas Sumatera Utara

(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga, pengasuh anak, pendidik, tenaga kependidikan,
aparat yang menangani perlindungan anak, atau dilakukan oleh lebih
dari satu orang secara bersama-sama, pidananya ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
penambahan 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan
kepada pelaku yang pernah dipidana karena melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E.
(4) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E
menimbulkan korba lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka
berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu atau hilangnya
fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia, pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(5) Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4), pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa
pengumuman identitas pelaku.
(6) Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan
ayat (4) dapat dikenai tindakan berupa rehabilitasi dan pemasangan
alat pendeteksi elektronik.

Universitas Sumatera Utara

(7) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diputuskan bersamasama dengan pidana pokok dengan memuat jangka waktu pelaksanaan
tindakan.
(8) Pidana tambahan dikecualikan bagi pelaku anak.
− Pasal 82A
(1) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (6) dilaksanaka
selama dan/atau setelah terpidana menjalani pidana pokok.
(2) Pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bawah
pengawasan secara berkala oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum, sosial, dan kesehatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tindakan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
B. Posisi Kasus
1. Kronologis
Terdakwa M. ANWAR Bin NASIR SIMU pada hari Minggu tanggal 16
Oktober 2011 sekitar pukul 04.00 WITA atau setidak-tidaknya pada suatu waktu
dalam bulan Oktober tahun 2011 bertempat di Jalan Bhayangkara Samarinda
(kantor Polresta Samarinda) atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Samarinda, yang melakukan
kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak
menyebabkan mati, yang dilakukan terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

− Bahwa awalnya pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2012, terdakwa M.
ANWAR Bin NASIR SIMU bersama-sama dengan Anggota Opsnal
Janras Reskrim Polresta Samarinda melakukan pengembangan terhadap
kasus pencurian motor yang diduga dilakukan oleh saksi FIKRI
SUPRIYADI Bin H. SOPYAN, saksi NURDIN Alias UDIN, saksi
LABOMBO Bin LA ABU, saksi JEMY PRANSISU Bin JEPRI
PRANSISU, saksi ANTON SUJARWO Bin ARASE, saksi NUR FADLY
Bin ABDUL MALIK dan korban RAMADHAN Alias MADAN Bin
SAHUDDIN;
− Selanjutnya sekitar pukul 02.00 WITA bertempat di Jalan Antasari,
BRIGPOL EKO SUPRAPTO bersama-sama BRIGPOL ALAMSYAH,
BRIPTU ARMANSYAH, BRIPTU ARI SYAHBANDI melakukan
penangkapan terhadap saksi ANTON SUJARWO Bin ARASE dan saksi
NUR FADLY Bin ABDUL MALIK yang sedang mengendarai kendaraan
bermotor R2 jenis Yamaha Jupiter Z yang merupakan hasil pencurian
kendaraan bermotor R2 di Asrama Bulungan Jalan Arif Rahman Hakim
sebagaimana Laporan Polisi Nomor: LP/1092/IK2011, selanjutnya
dilakukan interogasi terhadap saksi ANTON SUJARWO Bin ARASE
oleh BRIPTU ARMANSYAH dan diperoleh informasi bahwa kendaraan
bermotor R2 jenis Yamaha Jupiter Z tersebut adalah milik korban
RAMADHAN Alias MADAN;

Universitas Sumatera Utara

− Bahwa setelah mendapatkan informasi tersebut selanjutnya IPTU DENI
WAHYUDI membagi anggota Opsnal Janras Reskrim Polresta Samarinda
menjadi 2 (dua) regu untuk melakukan pengembangan, Regu I terdiri dari
IPTU DENI WAHYUDI bersama BRIGPOL SUGIONO, BRIGPOL ARI
SYAHBANDI, AIPDA BAHRI dan BRIGPOL EKO SUPRAPTO dengan
membawa saksi ANTON SUJARWO Bin ARASE bertugas untuk mencari
korban RAMADHAN Alias MADAN dengan mengendarai kendaraan R4
ke daerah Sungai DAMAK dan Regu II terdiri dari NGAIDI bersama
terdakwa M. ANWAR Bin NASIR SIMU dan saksi NUR FADLI bertugas
untuk melakukan pengembangan terhadap saksi NUR FADLI dan
mengjear saksi NURDIN Alias UDIN;
− Selanjutnya Regu I dengan menggunak mobil warna hitam melakukan
pencarian terhadap korban RAMADHAN Alias MADAN dan didalam
pencarian tersebut korban RAMADHAN Alias MADAN, saksi
LABOMBO Bin LA ABU, saksi JEMY PRANSISU Bin JEPRI
PRANSISU dan saksi FIKRI SUPRIYADI Bin H. SOPYA dibawa ke
mako Polresta Samarinda dengan menggunakan mobil warna hitam
sedangkan terhadap korban RAMADHAN Alias MADAN bersama
BRIPTU ARMANSYAH dan BRIGPOL ALAMSYAH dengan
menggunakan sepeda motor, terhadap korban RAMADHAN Alias
MADAN bersama BRIPTU ARMANSYAH dan BRIGPOL

Universitas Sumatera Utara

ALAMSYAH telah sampai terlebih dahulu di mako Polresta Samarinda
sekitar pukul 03.00 WITA yang tidak lama kemudian datang saksi
LABOMBO Bin LA ABU, saksi JEMY PRANSISU Bin JEPRI
PRANSISU dan saksi FIKRI SUPRIYADI Bin H. SOPYAN, selanjutnya
langsung dilakukan pemeriksaan dan interogasi terhadap para saksi yang
diduga sebagai pelaku pencurian kendaraan bermotor R2 jenis Yamaha
Jupiter Z tersebut;
− Bahwa pemeriksaan atau interogasi terhadap para saksi yang diduga
sebagai pelaku pencurian kendaraan bermotor R2 jenis Yamaha Jupiter Z
tersebut dilakukan secara terpisah, pemeriksaan terhadap saksi FIKRI
SUPRIYADI Bin H. SOPYAN dan saksi LABOMBO Bin LA ABU
dilakukan oleh AIPDA BAHRI dan BRIGPOL EKO SUPRAPTO dan
pemeriksaan terhadap korban RAMADHAN Alias Madan Bin
SAHUDDIN, saksi ANTON SUJARWO Bin ARASE, saksi NUR
FADLY Bin ABDUL MALIK, saksi JEMY PRANSISU Bin JEPRI
PRANSISU dan saksi NURDIN Alias UDIN dilakukan Oleh BRIPKA H.
KAHARUDDIN menanyakan kepada korban RAMADHAN Alias
MADAN bin SAHUDDIN “kamu waktu Razia sama lalu lintas kamu
lempar mobil lalu lintas / mobil polisi lantas?” dan dijawab oleh korban
“Ya” selanjutnya BRIPKA H. KAHARUDDIN memanggil terdakwa
untuk membantu interogasi terhadap saksi korban, tidak lama kemudian

Universitas Sumatera Utara

datang terdakwa dan langsung bertanya kepada korban “Apakah benar
kamu melempar mobil patrol lalu lintas?” dan dijawab korban “Ya”,
kemudian setelah mendengar jawaban korban, terdakwa langsung emosi
dan melakukan kekerasan atau penganiayaan terhadap saksi korban
dengan cara mendorong korban dengan kuat dari arah depan dengan
menggunakan tangan kosong hingga korban terjatuh ke belakang dengan
kaki tersangkut di meja dan kepalanya terbentur di kursi/sofa yang berada
di ruangan Opsnal Polresta Samarinda dan pada saat terjatuh korban
muntah (mengeluarkan cairan kuning dari mulutnya) dan tidak sadarkan
diri, selanjutnya sekitar pukul 05.00 WITA BRIPKA H. KAHARUDDIN
bersama terdakwa, BRIPTU ARMANSYAH, AIPTU BAHARI dan IPTU
DENY langsung membawa korban ke Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda
dan tidak lama setelah mendapatkan perawatan media sekitar pukul 06.20
WITA korban menghembuskan napas yang terakhir/meninggal dunia;
− Bahwa pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap korban RAMADHAN
Alias MADAN Bin SAHUDDIN, saksi ANTON SUJARWO Bin
ARASE, saksi NUR FADLY Bin ABDUL MALIK, saksi JEMY
PRANSISU Bin JEPRI PRANSISU dan saksi NURDIN Alias UDIN,
berdasarkan keterangan dari saksi NURDIN Alias UDIN dan saksi JEMY
PRANSISU Bin JEPRI PRANSISU pada saat dilakukan pemeriksaan
terhadap mereka, mata mereka ditutup dengan lakban kuning dan pada

Universitas Sumatera Utara

saat itu saksi NURDIN Alias UDIN dan saksi JEMY PRANSISU Bin
JEPRI PRANSISU mendengar suara korban RAMADHAN Alias
MADAN dipukul dan pada saat itu mereka mendengar suara saksi korban
merintih, menangis menahan sakit sambil berkata “aduh aduh”, tidak lama
kemudian ada suara benturan di dinding dan pada saat yang bersamaan
saksi NURDIN Alias UDIN dan saksi JEMY PRANSISU Bin JEPRI
PRANSISU mendengar percakapan Polisi “sudah sudah bawa ke rumah
sakit cepat” dan saksi NURDIN Alias UDIN mendengar korban
RAMADHAN Alias MADAN Bin SAHUDDIN batuk-batuk sambil
muntah;
− Berdasarkan Visum et Repertum (Jenazah) Nomor: 040/SK-II/KFtu/XI/2011 tanggal 05 Nopember 2011 yang dibuat dan ditandatangani
oleh dr. DANIEL UMAR, S.H., SpF yaitu dokter Spesialis Forensik pada
Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Daerab A. WAHAB
SJAHRANIE, telah melakukan pemeriksaan dalam dan luar pada hari
Minggu tanggal 16 Oktober 2011 pukul 12.45 WITA di Rumah Sakit
Umum Daerah A. WAHAB SJAHRANIE, dengan kesimpulan hasil
pemeriksaan sebagai berikut:
1. Telah diperiksa seorang laki-laki, berumur sekitar enam belas tahun,
dengan panjang tubuh serratus enam puluh sembilan sentimeter;
2. Pada pemeriksaan ditemukan:

Universitas Sumatera Utara

a. Luka-luka memar pada hidung, bibir atas sebelah kanan, daun
telinga kiri dan daun telinga kanan;
b. Luka-luka lecet pada hidung, punggung, dan ujung jari kelima kaki
kiri;
c. Resapan darah dibawah kulit pada kepala bagian belakang dan
bagian atas;
d. Pendarahan dibawah selaput tebal otak pada sisi sebelah kanan dan
pendarahan dibawah selaput lunak otak pada bagian belakang,
bagian atas dan bagian samping kanan;
e. Adanya kandungan etanol dalam darah sebesar 0,1672%
f. Kelainan-kelainan tersebut diatas pada huruf a, b, c, dan d dapat
diakibatkan oleh persentuhan dengan benda tumpul;
3. Sebab kematian korban dapat disebabkan oleh karena kegagalan
fungsi otak akibat dari adanya pendarahan dibawah selaput otak yang
dapat terjadi karena adanya kekerasan benda tumpul pada kepala.
Adanya kandungan etanol dalam darah korban dengan kadar sebesar
0,1672% dapat menyebabkan terjadinya penurunan daya tahan
sehingga dapat mempercepat proses kematian korban.
2. Putusan Pengadilan Negeri Samarinda No. 628/Pid.B/2012/Pn.Smda
a. Dakwaan

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan kronologis peristiwa yang diuraikan sebelumnya, bahwa
terdakwa,

Nama Lengkap

: M. Anwar Bin Nasir Simu

Tempat lahir

: Jeneponto

Umur/Tanggal lahir

: 34 Tahun/ 31 Agustus 1978

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Kebangsaan

: Indonesia

Tempat tinggal

: Jalan Aspol Loa Janan Blok A 61 Samarinda

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Polri

Jaksa Penuntut Umum mengajukan Terdakwa ke depan sidang Pengadilan
Negeri Samarinda dengan dakwaan sebagai berikut, bahwasanya perbuatan
terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 80 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
b. Tuntutan Pidana
Dalam hal ini Terdakwa M. Anwar Bin telah dituntut oleh Jaksa Penuntut
Umum dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama masa

Universitas Sumatera Utara

penahanan yang telah dijalani, dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan
denda sebesar Rp. 5.000.000.- (lima juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan
kurungan.
c. Fakta Hukum dan Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri
1) Keterangan Saksi
a) Saksi dari Penuntut Umum

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Samarida telah mendengar
keterangan saksi-saksi yang memberikan keterangan dibawah sumpah
yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Suhudin bin Latagu
Yang keterangannya di depan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
− Bahwa saksi adalah teman dengan Terdakwa yang samasama anggota Polri yang bertugas di Polresta Samarinda
dan Saksi tidak ada hubungan keluarga dengan Terdakwa;
− Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2011
sekitar pukul 09.30 WITA saksi mendapat informasi dari
IPDA Muhadi yang mengatakan bahwa anak saksi yang
bernama Ramadhan sedang dirawat di Rumah Sakit
Dirgahayu Samarinda, dan ketika saksi dalam perjalanan ke
rumah sakit dikabarkan anaknya sudah meniggal dunia;

Universitas Sumatera Utara

− Bahwa setelah saksi sampai di rumah sakit langsung
menuju ke kamar dimana anak saksi dirawat, menjumpai
anak saksi telah meninggal dunia dan setelah saksi
mengamati sekujur tubuhnya memang ada luka-luka diduga
anak saksi telah dilakukan penganiayaan sebelumnya; saksi
mendengar bahwa penganiayaan itu dilakukan di Kantor
Polisi Resort Samarinda, sedangkan pelakunya masih
dalam penyelidikan;
− Bahwa di tubuh korban Ramadhan terdapat luka-luka
memar pada telinga sebelah kiri, pada hidung terdapat luka
gores, bibir memar dan pada bajunya terdapat bercak darah
serta pada kemaluannya mengeluarkan cairan yang
menempel pada celana dalamnya;
− Bahwa pada waktu saksi diperiksa di Kantor Polresta
Samarinda pada hari Selasa tanggal 18 Oktober 2011
sekitar jam 10.00 WITA, setelah saksi bertemu dengan
IPDA Muhadi (Kanit Res Polsek Kawasan Pelabuhan
Samarinda) dan saksi dibawa ke ruangannya bersama
dengan Kanit Sabhara (IPTU Mahfudz) disampaikan
perihal kesehatan anaknya: Ramadhan dalam keadaan sehat
dan tidak pernah sakit tetapi begitu sampai di Polres

Universitas Sumatera Utara

anaknya itu langsung kejang-kejang dan muntah-muntah
dan sewaktu dalam perjalanan ke rumah sakit tidak berapa
lama anak saksi Ramadhan sudah meninggal dunia, dan
menurut keterangan Sdr. La Bombo anaknya sewaktu di
Polresta mengalami penyiksaan, dipukul serta dibanting
oleh oknum anggota Polresta Samarinda;
− Bahwa yang ditangkap bersama anaknya adalah Anton,
Jimmy, Fadli dan La Bombo yang dicurigai melakukan
tindak pidana pencurian motor, selanjutnya menurut
keterangan saksi, Ramadhan alias Madan berumur 16 tahun
yang lahir di Samarinda pada tanggal 10 Pebruari 1995;
2. La Bombo bin La Abu
Yang keterangannya di depan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
− Bahwa saksi mengetahui tentang penganiayaan dan
pengeroyokan terhadap korban yang bernama
Ramadhan alias Madan yang dilakukan oleh oknum
anggota Polresta Samarinda yang sebagian saksi tidak
kenal namanya tetapi masih ingat bila ditunjukkan
fotonya atau orangnya; Sedangkan pelaku
pengeroyokan atau penganiayaan kurang lebih ada

Universitas Sumatera Utara

empat orang, semuanya anggota Polresta Samarinda
yang saksi tidak kenal namanya, tetapi yang dikenal
saksi namanya adalah pak Kawan saja;
− Bahwa yang menjadi korban adalah Ramadhan alias
Madan alamat di Jalan Sultan Sulaiman Gang H.
Salman RT. 10 No. 18, Kelurahan Sambutan,
Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda;
Sedangkan kejadiannya hari Minggu tanggal 16
Oktober 2011, sekitar jam 04.00 WITA, tempat
kejadian di Polresta Samarinda; Sebelumnya saksi
bersama denga teman-temannya yaitu Jimi, Fikri, Nur
Fadli, Anton, Nurdin dan korban Ramadhan alias
Madan telah ditangkap oleh anggota Polres Samarinda
karena dicurigai telah melakukan tindak pidana
curanmor;
− Bahwa pada awalnya penangkapan terhadap saksi dan
teman-temannya dilakukan di Jalan Tongkol di pinggir
sungai. Ketika itu saksi sedang duduk-duduk bersama
dengan korban Ramadhan alias Madan dan Jimi.
Selanjutnya ada orang yang saksi tidak kenal berjumlah
4 (empat) orang berpakaian preman lalu menangkap

Universitas Sumatera Utara

saksi bersama dengan ketiga temannya, Jimi, Fikri dan
Anton. Lalu mereka dinaikkan ke mobil dan dibawa ke
Polresta Samarinda, sedangkan Ramadhan dibawa
dengan menggunakan sepeda motor. Sesampainya di
Polresta mereka dimasukkan ke raungan tahanan dan
disitu saksi melihat sudah ada Sdr. Fadli yang telah
ditangkap duluan, selanjutnya mereka semua
diinterogasi ditanya siapa pelaku curanmor di Jalan
Muso Salim, Samarinda;
− Bahwa selanjutnya dijawab oleh Sdr. Fadli bahwa yang
melakukan pencurian sepeda motor di Jalan Muso
Salim adalah Sdr. Anton, dan pada saat Sdr. Anton
masih ditanya-tanya, saksi disuruh keluar ruangan
maka disitu dibalik jendela kaca saksi melihat adanya
penyiksaan terhadap korban Ramadhan alias Madan;
− Bahwa ke empat pelaku tersebut melakukan
penganiayaan terhadap korban sebagai berikut: Pelaku
yang bernama pak Kawan menempeleng korban dengan
menggunakan tangan kosong sebanyak satu kali yang
mengenai muka korban sambil berkata, “Biar anak
polisi kamu tetap tak pukul”, sedangkan pelaku yang

Universitas Sumatera Utara

kedua dengan ciri badan kurus dengan rambut keriting
diikat, memukul dada korban sebanyak satu kali dengan
menggunakan tangan kosong, sedangkan pelaku yang
ketiga, yang mempunyai ciri badan sedang, rambut
lurus dan dibagian kelopak matanya agak hitam
melakukan penganiyaan dengan cara memukul dada
korban sebanyak satu kali dengan menggunakan tangan
kosong, sehingga kepala korba membentur ke tembok,
kemudian pelaku ke empat, yang mempunyai ciri badan
gemuk, memakai anting-anting sebelah kiri melakukan
pemukulan terhadap korban sebanyak satu kali dengan
menggunakan kursi lipat yang mengenai kepala
belakang korban sehingga mengakibatka korban tidak
sadarkan diri, namun demikian walalupun korban tidak
sadarkan diri pelaku tadi masih memukul perut korban
dengan menggunakan sapu sambil berkata, “Bangun
kamu, kamu ini pura-pura pingsan saja”, dan tak lama
kemudian mulut korban terlihat ada cairan makanan
yang keluar, selanjutnya pelaku-pelaku tersebut
mermbawa korban ke Rumah Sakit Dirgahayu
Samarinda;

Universitas Sumatera Utara

− Bahwa pada waktu korban disiksa dan dianiaya oleh
para pelaku, saksi ada di tempat kejadian di samping
jendela ruangan dimana korban dianiaya oleh para
pelaku tersebut. Saksi dapat melihatnya dengan jelas
karena jendela memiliki kaca bening dan bagian dalam
ruangan tersebut ada penerangan lampu yang terang,
sedangkan jarak saksi dengan para pelaku sekitar lima
meter;
− Bahwa setelah korban Ramadhan alias Madan dibawa
ke rumah sakit, maka saksi mendengar bahwa korban
meninggal dunia;
− Bahwa selanjutnya di persidangan telah diperlihatkan
foto-foto yang diduga sebagai pelaku penganiayaan
maka saksi mengenal dan membenarkannya, goto yang
bernomor (1) adalah Sdr. Armansyah, Nomor (2)
adalah Sdr. Sugiyono, Nomor (3) adalah Sdr. Frengky,
Nomor (4) adalah Sdr. Kawan, Nomor (5) adalah Sdr.
Alamsyah, Nomor (8) adalah Sdr. Saiful Anwar,
Nomor (10) adalah Sdr. Ngaidi dan foto Nomor (12)
adalah Sdr. Eko Suprapto;

Universitas Sumatera Utara

− Bahwa benar sebelum saksi bersama dengan temantemannya (Korban Ramadhan, Jimmi, dan Anton)
sebelum ditangkap oleh Petugas KEpolisian sedang
minum-minuman keras yaitu Mizone dicampur dengan
Kuku Bima rasa anggur dan anggur 70% botol kecil di
depan Kantor Camat Pelita II, Kecamatan Sambutan
serta ditemani 2 wanita yang saksi tidak kenal yang
sedang “Ngelem Rajawali”;
− Bahwa pada saat dilakukan interogasi yang saksi lihat:
o AIPDA Kawan memukul korban Ramadhan
menggunakan tangan kosong mengenai mulut
sebanyak satu kali;
o Brigpo l Alamsyah memukul korban Ramadhan
menggunakan tangan kosong mengenai ulu hati
sebanyak satu kali;
o Brigpo l Saiful Anwar memukul korban
Ramadhan menggunakan kursi lipat warna
hitam juga menggunakan kayu gagang sapu
warna hitam panjang ±1 m mengenai peut yang
saksi tidak ketahui berapa kali korban dipukul.

Universitas Sumatera Utara

o Brigpol Eko Suprapto memukul korban
Ramadhan dengan tangan kosong mengenai ulu
hati sebanyak satu kali;

3. Jemy Pransisu bin Jepri Pransisu
Yang keterangannya di depan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
− Bahwa saksi mengerti dan pada waktu diperiksa dan
dalam keadaan sehat sehubungan dengan adanya
penganiayaan yang dilakukan oleh oknum Polresta
Samarinda terhadap korban yang bernama Ramadhan
alias Madan, yang terjadi pada hari Minggu tanggal 16
Oktober 2011 sekitar jam 03.30 WITA dan tempat
kejadian di Kantor Polresta Samarinda;
− Bahwa pada awal mulanya saksi pada hari Sabtu
tanggal 15 Oktober 2011 sekitar pukul 20.00 WITA
bersama dengan teman-temannya, Ramadhan, Anton,
Nur Fadli, Fikri dan La Bombo kumpul-kumpul di
parkiran Kantor Camat Jalan Pelita II Samarinda Ilir,
kemudia jalan-jalan dengan menggunakan empat buah

Universitas Sumatera Utara

sepeda motor sampai pada Jalan Antasari kami
berhenti, kemudian sekitar pukul 02.30 WITA Sdr.
Anton dan Nur Fadli ditangkap oleh polisi yang
berpakaian preman, oleh karena saksi dan Ramadhan
serta Fikri dan La Bombo melarikan diri; Namun
akhirnya pukul 03.00 WITA dini hari di Jalan Tongkol
kami ditangkap oleh polisi berpakaian preman dan
dimasukkan ke dalam mobil menuju kantor Polresta
Samarinda; Sedangkan kami ditangkap oleh Polisi
karena diduga melakukan tindak pidana curanmor;
− Bahwa setelah sampai di Polresta Samarinda, saksi
ditutup matanya oleh oknum polisi yang saksi tidak
kenal namanya, dengan memakai lakban sekitar satu
jam, selanjutnya saksi dalam pemeriksaan ditempeleng
oleh oknum polisi yang saksi tidak kenal namanya,
setelah ditunjukkan foto di persidangan saksi
mengenalnya yaitu foto nomor 10: AIPTU Ngaidi;
− Bahwa posisi ketika kami dimasukkan ke ruangan
pemeriksaan Sdr. Fikri posisinya di depan saksi, Sdr.
Nurdin disamping Ramadhan dengan jarak sekitar 1
meter, Sdr. Nur Fadli disamping Anton berdekatan

Universitas Sumatera Utara

dengan saksi; Pada saat dalam pemeriksaan tersebut
mata saksi ditutup dengan lakban warna coklat, maka
saksi mendongakkan kepalanya masih bias mendengar
suara Ramadhan sedang dipukul oleh oknum polisi
dengan pukulan yang kencang, korban berteriak
“aduh…aduh…ampun…ampun”; Sekitar 3 (tiga) menit
kemudian korban Ramadhan muntah-muntah;
− Bahwa yang melakukan pemukulan terhadap korban
Ramadhan jumlahnya ada 3 (tiga) orang, sedangkan
oknum polisi siapa namanya saksi tidak mengetahui;
saksi mengenalinya setelah ditunjukkan foto-foto di
persidangan, pelaku 3 (tiga) orang Oknum Polisi
Polresta Samarinda adalah foto nomor 5 (Brigpol
Alamsyah), nomor 6 (IPTU Deny Wahyudi) dan foto
nomor 13 (Brigpol M. Anwar);
− Bahwa sekitar 2 (dua) jam korban Ramadhan diperiksa
dalam ruangan tersebut dan pada pukul 05.30 WITA
korban Ramadhan dibawa ke rumah sakit, sedangkan
saksi dipindahkan ke ruangan penitipan tahanan;
− Bahwa saksi mengalami pemukulan juga oleh oknum
polisi Polres Samarinda, saksi ditempeleng sebanyak

Universitas Sumatera Utara

dua kali pada bagian pipi sebelah kiri sewaktu saksi di
dalam mobil pada saat masih di Jalan Tongkol di
Samarinda;
− Bahwa selanjutnya saksi mendengar kabar korban
Ramadhan alias Madan setelah dibawa dan dirawat di
Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda akhirnya jiwanya
tidak tertolong;
4. Fikri Supriyadi bin H. Sopyan
Yang keterangannya di depan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
− Bahwa saksi adalah teman korban Ramadhan yang
dilakukan penganiayaan dalam pemeriksaan di Polresta
Samarinda, sedangkan kejadiannya pada hari Minggu
tanggal 16 Oktober 2011, sekitar jam 04.00 WITA di
Kantor Polresta Jalan Bhayangkara No. 4 Samarinda;
− Bahwa pada awalnya dilakukan penangkapan terhadap
saksi dan teman-temannya yaitu La Bombo dan Jemy di
Jalan Tongkol sekitar pukul 03.00 WITA, yang
kemudian saksi bersama dengan La Bombo dan Jemmy
dibawa ke Polresta Samarinda dengan menggunakan
mobil untuk dilakukan pemeriksaan; Saksi dibawa ke

Universitas Sumatera Utara

ruangan Opsnal Reskrim dan melihat Sdr. Anton
Sujarwo tangannya diborgol dan matanya juga
dilakban, korban Ramadhan duduk disebelah tetapi
saksi tidak tahu apakah matanya dilakban atau tidak;
− Bahwa setelah sampai di Polresta, maka selanjutnya
saksi, La Bombo dan Jemy diperiksa pada ruangan
yang terpisah, pada saat polisi yang berpakaian preman
tersebut memeriksa saksi dengan memukul
menggunakan rotan di bagia kaki saksi, selanjutnya
saksi dipukul dengan kursi plastic di bagian kepala, dan
mata saksi ditutup dengan lakban; Pada ruangan
pemeriksaan ada lampu penerangan hingga seluruh
ruangan dapat terlihat dengan jelas;
− Bahwa saksi ketika diperiksa dalam ruangan terpisah
karena terhalang tembok mendengar ada suara dari
korban Ramadhan berteriak kesakitan: “Aduh, aduh”,
karena dipukul oleh polisi yang memeriksa; selanjutnya
saksi melihat korban Ramadhan muntah-muntah dan
tidak sadarkan diri, terus diangkat oleh polisi sebanyak
4 (empat) orang ke dalam mobil dan dibawa ke rumah
sakit; Selanjutnya saksi mendengar korba Ramadhan

Universitas Sumatera Utara

telah meninggal dunia beberapa jam kemudian setelah
dirawat di rumah sakit;

5. Anton Sujarwo bin Arase
Yang keterangannya di depan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
− Bahwa yang saksi ketahui adalah masalah
penganiayaan yang dilakukan oleh polisi Polresta
Samarinda terhadap teman saksi yang bernama
Ramadhan alias Madan, kejadiannya di ruang
pemeriksaan Polres Samarinda, Jalan Bhayangkara No.
4 Kota Samarinda pada hari Minggu tanggal 16
Oktober 2011 sekitar jam 04.00 WITA dini hari;
− Bahwa benar sebelumnya saksi bersama dengan temantemannya yaitu Nur Fadli, La Bombo, Jemy, Fikri dan
korban Ramadhan alias Madan telah dilakukan
penangkapan oleh polisi yang berpakaian preman
sehubungan dengan adanya tindak pidana curanmor;
Saksi ketika ditangkap lokasinya di Jalan Pangeran

Universitas Sumatera Utara

Antasari di depan SD saat itu saksi ditangkap bersama
dengan Nur Fadly;
− Bahwa setelah dilakukan penangkapan maka kami
dipeiksa di ruang pemeriksaan Polresta Samarinda,
awalnya saksi dan korban Ramadhan diperiksa opleh
IPTU Deny di sebuah ruangan kecil, kemudia setelah
korba Ramadhan keluar dari ruang IPTU Deny tersebut
korban disiksa dan saksi melihat terdakwa M. Anwar
bin Nasir Simu ikut juga melakukan pemeriksaan;
− Bahwa dalam pemeriksaan itu saksi ditutup matanya
dengan lakban, kemudian saksi dipukul pakai rotan dan
kaki saksi ditendang, setelah itu saksi dipukul dengan
kursi plastic pada bagian kepala; Selain saksi, temanteman saksi yang lain juga mengalami hal yang sama,
mata ditutup pakai lakban dan dipukul kecuali La
Bombo tidak ditutup matanya;
− Bahwa pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap
korban Ramadhan, terdakwa M. Anwar bin Nasir Simu
menhempaskan tubuh korba ke tembok sehingga
korban terjatuh dan korban berdiri sendiri, yang
selajutnya korba dipukul dengan menggunakan kursi

Universitas Sumatera Utara

lipat, dan pada saat itu korban berteriak-teriak minta
ampun; Pada saat korban ramadha dibenturkan di
tembok, jarak korban dengan tembok kurang lebih satu
meter, awalnya mengenai muka/wajah koban,
kemudian korban jatuh ke kursi kemudian kepala korba
dipukul dengan menggunakan kursi lipat;
− Bahwa pemeriksaan dengan cara penganiayaan tersebut
dilakukan oleh Polisi Polresta Samarinda supaya saksi
dan teman-temannya termasuk korban Ramadhan
mengakui perbuatannya yakni sehubungan dengan
pencurian sepeda motor;
− Bahwa benar kondisi korban Ramadhan segar dan sehat
sebelum diperiksa, korban memang sebelumnya minum
bir tetapi tidak sampai mabuk, dan kondisi korban sehat
dan dapat berkomunikasi dengan baik; Saksi
mendengar bahwa korban meninggal dunia setelah
sebelumnya dibawa ke rumah sakit;
6. Nur Fadli bin Abdul Malik
Yang keterangannya di depan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

− Bahwa saksi tidak kenal dengan terdakwa dan tidak ada
hubungan keluarga dengan terdakwa, tetapi saksi kenal
dengan korban yang bernama Ramadhan alias Madan
yang merupakan teman asksi sejak masih sekolah di
SMP 9 Samarinda;
− Bahwa awal mulanya Minggu tanggal 16 Oktober 2011
saksi ikut balapan motor liar bersama dengan saksi
Anton Sujarwo kemudian ditangkap oleh polisi di Jalan
Pangeran Antasari Samarinda, ditanyakan apakah ada
STNKnya dan SIMnya dan saksi tidak bias
menunjukkan lalu saksi bersama dengan asaksi Anton
Sujarwo dibawa ke Kantor Polresta Samarinda, setelah
itu ditangkap pula saksi La Bomobo, saksi Fikri
Supriyadi, saksi Nurdin alias Udin, saksi Jemy Fransisu
dan korban Ramadhan alias Madan bin Suhudin; Dalam
penangkapan tersebut saksi dan teman-temannya
diduga telah melakukan tindak pidana pencurian sepeda
motor;
− Bahwa selanjutnya saksi bersama dengan teman-teman
dimasukkan di ruang belakang Polresta Samarinda
(Ruangan Opsnal Reskrim) disana ada 10 (sepuluh)

Universitas Sumatera Utara

polisi berpakaian preman, selanjutnya saksi ditanya
tentang sepeda motor yang saksi gunakan Yamaha
Jupiter yang memang saksi curi di Jalan Muso Salim,
Samarinda. Lalu Saksi dibawa keluar ruangan, saat itu
saksi mendengar saksi Anton Sujarwo berteriak
kesakitan kemungkinan dipukuli oleh petugas
kepolisian;
− Bahwa selanjutnya saksi bersama dengan teman-teman,
korban Ramadhan, saksi Jemy Fransisu, saksi Anton
Sujarwo, saksi La Bombo, saksi Fikri Supriyadi
diperiksa di ruangan belakang Polresta. Saksi dalam
keadaan duduk kemudian tiba-tiba mata saksi ditutup
dengan lakban warna coklat oleh polisi berpakaian
preman sekitar 5 (lima) orang, saksi menengadah dan
melihat lewat celah-celah di lakban semua teman-teman
saksi dianiaya oleh polisi yang memeriksa tersebut,
kecuali La Bombo ada di luar ruangan;
− Bahwa saksi masih bisa melihat lewat celah-celah
lakban korban Ramadhan dianiaya/dipukul oleh
anggota polisi yang berpakaian preman, sedangka jarak
saksi dengan korban Ramadhan kruang lebih 3 (tiga)

Universitas Sumatera Utara

meter, saat itu masih suasana malam menjelang subuh
sekitar jam 05.30 WITA tetapi dalam ruangan tampak
terang disinari oleh lampu ruangan;
− Bahwa korban Ramadhan dalam posisi berdiri dipukul
oleh anggota polisi sebanyak 3 orang, dengan
menggunakan tangan kosong dan menggunakan kursi
lipat, sedangkan pukulan tersebut mengenai tengah
dadanya (ulu hati), perut dan punggung; Setelah itu
korban Ramadhan muntah-muntah lalu pingsan, saksi
mendengar suara polisi, “cepat bawa ke rumah sakit”;
− Bahwa benar sebelum saksi dan teman-temannya
ditangkap pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2011
sekitar jam 22.00 WITA saksi bersama dengan temanteman tadi termasuk korban Ramadhan sedang jalanjalan dan duduk-duduk di Kantor Camat Sambutan dan
minum minuman yang diracik yaitu Mizone dicamput
dengan alcohol 70% dan Kuku Bima Rasa Anggur;
− Bahwa benar setelah ditunjukkan foto-foto pelaku
penganiayaan terhadap korban Ramadhan maka saksi
mengenalinya takni: 1) Foto nomor (5) Brigpol
Alamsyah memukul denga tangan mengenai dada (ulu

Universitas Sumatera Utara

hati), kurang lebih dua kali, 2) Foto nomor (6) IPTU
Deny Wahyudi menendang dengan kakiu kanan
mengenai bahu kiri sebanyak dua kali, 3) Foto Nomor
13 Brigpol M. Anwar (Terdakwa) memukul dengan
tangan kanan mengenai punggung berkali-kali namun
saksi tidak bisa menghitung berapa kali;
− Bahwa benar kondisi korban Ramadhan sebelum
diperiksa dalam keadaan segar dan sehat, korban
memang sebelumnya minum bir tetapi tidak samapi
mabuk, dan kondisi korban sehat dan dapat
berkomunikasi denga baik; Saksi mendengar bahwa
korban Ramadhan meninggal dunia setelah sebelumnya
dibawa ke rumah sakit;
7. Nurdin alias Udin
Yang keterangannya di depan persidangan pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
− Bahwa saksi adalah teman dari korban Ramadhan alias
Madan yang merupakan korban penganiayaan yang
dilakukan oleh polisi Polresta Samarinda yang
mengakibatkan korban meninggal dunia;

Universitas Sumatera Utara

− Bahwa peristiwanya terjadi pada hari Minggu tanggal
16 Oktober 2011 sekitar pukul 04.00 WITA, tempat
kejadian di Polresta Samarinda Jalan Bhayangkara
Nomor 4 Samarinda; Kejadian itu berawal ketika saksi
ditangkap oleh polisi Porlesta Samarinda karena saksi
diduga telah membeli motor Yamaha Mio Seul hasil
curian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Anton;
Selanjutnya saksi dinaikkan ke dalam mobil dan
dibawa ke Kantor Polresta Samarinda lalu dimasukkan
ke suatu ruangan pemeriksaan dan