Analisa Keseimbangan Lintasan Produksi dengan Metode Algoritma Genetik dan Peta Regu Kerja di PT. Suryamas Lestari Prima Chapter III VII
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Definisi Line Balancing
Line balancing adalah suatu sistem untuk mendistribusikan atau
menempatkan unit-unit dan elemen-elemen kerja dimana operasi-operasi produksi
diatur secara berurutan dan material bergerak secara kontinu (seimbang) sehingga
mencapai penyeimbangan lini pada stasiun kerja guna mencapai efisiensi kerja
yang tinggi dan meminimalisir waktu menunggu (delay time) dan waktu
menganggur (idle time) serta penumpukan material yang akan terjadi dan juga
dapat meminimalisir biaya produksi [5].
Area kerja atau stasiun kerja yang ditangani seorang atau lebih operator
dengan berbagai alat akan mengerjakan elemen kerja ketika unit produk melewati
stasiun kerjanya. Jadi, dalam proses pengerjaan suatu produk, semua atau hampir
semua stasiun kerja terlibat dan item yang mengalami pengerjaan akan bertambah
lengkap pada setiap stasiun yang dilaluinya.
Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan pada masingmasing stasiun kerja biasanya disebut service time atau station time, sedangkan
waktu yang tersedia pada masing-masing stasiun kerja disebut waktu siklus (cycle
time). Cycle time biasanya sama dengan waktu stasiun kerja yang paling besar.
Jangka waktu yang diperbolehkan untuk melakukan operasi pada stasiun kerja
ditentukan oleh kecepatan assembly line sehingga seluruh work center atau stasiun
kerja memiliki cycle time yang sama. Waktu menganggur (float time) terjadi jika
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang ditugaskan pada suatu stasiun membutuhkan waktu yang lebih
sedikit daripada waktu siklus yang telah diberikan. Maka selain untuk membentuk
dan menyeimbangkan beban kerja, line balancing bertujuan juga untuk
meminimisasikan waktu menganggur ketika operasi pengerjaan pada workcenter
berlangsung sesuai dengan urutan prosesnya sehingga keseimbangan yang
sempurna terjadi apabila dalam penugasan pekerjaan tidak menimbulkan waktu
menganggur.
Perhatian utama adalah tidak harus memperoleh kesimbangan yang
sempurna tetapi untuk memperoleh tata letak dan aliran yang optimal sehubungan
dengan operasi produksi lainnya. Pengalokasian elemen-elemen pada stasiun kerja
dibatasi oleh dua kendala utama yaitu precedence constrain dan zoning constrain.
3.1.1. Precedence Constraint
Pembagian elemen pekerjaan dapat diselesaikan dengan beberapa
alternatif. Dalam proses assembling ada dua kondisi yang biasanya muncul, yaitu:
1. Tidak
ada
pengerjaan.
ketergantungan
Jadi,
setiap
dari
komponen-komponen
komponen
mempunyai
dalam
proses
kesempatan
untuk
dilaksanakan pertama kali dan disini dibutuhkan prosedur penyeleksian untuk
menentukan prioritas.
2. Apabila suatu komponen telah dipilih untuk disassembling maka urutan untuk
merakit komponen lain dimulai. Disinilah dinyatakan batasan precedence
untuk pengerjaan komponen-komponen.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara untuk menggambarkan kondisi precedence secara
efektif yaitu dengan menggunakan diagram precedence. Maksud dari diagram ini
adalah untuk menggambarkan situasi lintasan yang nyata dalam bentuk diagram.
Precedence diagram dapat disusun menggunakan dua simbol dasar, antara
lain seperti pada Gambar 3.1. (Rosnani Ginting, 2007).
2
b
atau
Gambar 3.1. Elemen Simbol
Hubungan antar simbol biasanya menggunakan anak panah untuk
menyatakan hubungan dari elemen simbol yang satu terhadap elemen lainnya.
Precedence dinyatakan dengan perjanjian bahwa elemen pada ekor panah harus
mendahului elemen pada kepala panah seperti pada Gambar 3.2. (Rosnani
Ginting, 2007).
1
2
3
Gambar 3.2. Hubungan Antar Simbol
3.1.2. Zoning Constraint
Selain precedence constraint, pengalokasian dari elemen-elemen kerja
pada stasiun kerja juga dibatasi oleh zoning constraint yang menghalangi atau
mengharuskan pengelompokan elemen kerja tertentu pada stasiun tertentu. Zoning
constraint yang negatif menghalangi pengelompokkan elemen kerja pada stasiun
kerja yang sama. Sebaliknya zoning constraint yang positif menghendaki
Universitas Sumatera Utara
pengelompokan elemen-elemen kerja pada stasiun kerja yang sama dengan alasan
tertentu.
3.2.
Terminologi Lintasan
Terminologi atau istilah-istilah yang ditemukan dalam line balancing
dapat diuraikan sebagai berikut [12]:
1. Elemen Kerja
Adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan perakitan.
2. Stasiun Kerja
Adalah lokasi-lokasi tempat elemen kerja dikerjakan.
3. Waktu Stasiun Kerja (WSK)
Adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah stasiun kerja untuk mengerjakan
semua elemen kerja yang didistribusikan pada staiun kerja tersebut.
4. Waktu Siklus / Cycle Time
Adalah waktu yang ditetapkan untuk membuat satu unit produk pada satu
stasiun kerja. Cycle Time adalah waktu stasiun terbesar.
5. Waktu Operasi
Adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi/pekerjaan.
6. Balance Delay
Adalah rasio antara waktu idle dalam lini perakitan dengan waktu yang
tersedia.
7. Precedence Diagram
Universitas Sumatera Utara
Adalah diagram yang menggambarkan urutan dan keterkaitan antar elemen
kerja perakitan sebuah produk. Pendistribusian elemen kerja yang dilakukan
untuk setiap stasiun kerja harus memperhatikan precedence diagram.
8. Efisiensi Lini
Adalah rasio anatara waktu yang digunakan dengan waktu yang tersedia.
Berkaitan dengan waktu yang tersedia, lini akan mencapai keseimbangan
apabila semua stasiun kerja mempunyai waktu yang sama.
9. Indeks Penghalusan (Smoothness Index / SI)
Adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari penyeimbangan
lini perakitan tertentu.
3.3.
Beberapa Teknik Line Balancing
Untuk penyeimbangan lintasan peralitan, terdapat beberapa teori yang
dikemukakan oleh para ahli yang meneliti bidang ini. Secara garis besar, metode
ini dibagi dalam dua bagian, yaitu pendekatan analitis dan pendekatan heuristik
[11].
Pada
awalnya,
teori-teori
line
balancing
dikembangkan
dengan
pendekatan matematis/ analitis yang akan memberikan solusi optimal, tapi lambat
laun akhirnya para ahli yang meneliti bidang ini mulai menyadari bahwa
pendekatan secara matematis tidak ekonomis. Hal tersebut membuat para ahli
mengembangkan metode heuristik. Metode ini didasarkan pada pendekatan
matematis dan akal sehat. Batasan heuristik menyatakan pendekatan trial and
error dan teknik ini memberikan hasil yang secara matematis belum optimal,
Universitas Sumatera Utara
tetapi cukup mudah untuk memakainya. Pendekatan heuristik merupakan suatu
cara yang praktis, mudah dimengerti dan mudah diterapkan.
3.3.1. Algoritma Genetik
Algoritma genetik (Genetic Algorithm) ini pertama kali dikembangkan di
awal tahun 1970 oleh John Holland yang memulai penelitiannya pada awal tahun
1960. Algoritma genetik merupakan suatu metode untuk optimasi yang meniru
proses genetika organ-organ biologis pada makhluk hidup [9].
Langkah-langkah dalam melakukan pengelompokan stasiun kerja dengan
metode genetic algorithm adalah sebagai berikut:
1. Membangkitkan populasi awal
2. Mengevaluasi fungsi kesesuaian (fitness) setiap kromosom induk.
3. Membentuk populasi baru.
Pada bagian pembetukan populasi baru ini terdiri atas 3 bagian yaitu seleksi
(selection), kawin silang (crossover), dan mutasi (mutation).
a. Seleksi (selection)
Seleksi digunakan untuk memilih individu-individu mana saja yang akan
dipilih untuk proses kawin silang dan mutasi. Seleksi digunakan untuk
mendapatkan calon induk yang baik. Induk yang baik akan menghasilkan
keturunan yang baik. Langkah pertama yang dilakukan dalam seleksi ini
adalah pencarian nilai fitness. Nilai fitness ini yang nantinya akan
digunakan pada tahap-tahap seleksi berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Kawin Silang (crossover)
Kawin silang (crossover) adalah operator dari algoritma genetika yang
melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru. Pindah silang
menghasilkan titik baru dalam ruang pencarian yang siap untuk diuji.
Operasi ini tidak selalu dilakukan pada semua indvidu yang ada. Salah
satu model crossover yang digunakan adalah partial-mapped crossover
(PMX). PMX merupakan rumusan modifikasi dari pindah silang dua poin.
Langkah-langkah model PMX adalah:
1) Menentukan dua posisi pada kromosom dengan aturan acak. Substring
yang berada dalam dua posisi ini dinamakan daerah pemetaan.
2) Menukar dua substring antar induk untuk menghasilkan proto-child.
3) Menentukan hubungan pemetaan di antara dua daerah pemetaan.
4) Menentukan kromosom keturunan mengacu pada hubungan pemetaan.
c. Mutasi (mutation)
Mutasi ini dilakukan setelah diketahui fungsi suaian terbaik dari proses
kawin silang, jadi hanya dipilih dari satu kromosom saja untuk dimutasi
lalu ditentukan besarnya probabilitas mutasi baru. Tentukan titik tempat
mutasi terjadi, dimana proses penentuan titik ini dilakukan secara acak
namun jumlahnya sesuai dengan probabilitas mutasi yang telah ditentukan.
Pada bagian ini yang direkonstruksi adalah bagian ekor, sedangkan untuk
bagian kepalanya tetap. Setelah itu dihitung nilai suaian jika kromosomkromosom tersebut telah layak.
Universitas Sumatera Utara
4. Penerimaan (Accepting)
Penerimaan kromosom anak akan dilakukan untuk menggantikan posisi
kromosom induk apabila anak menghasilkan nilai fungsi suaian yang lebih
baik dibandingkan dengan fungsi suaian yang dihasilkan oleh kromosom
induk.
5. Pengulangan (Looping)
Pengulangan ini akan terus dilakukan hingga kriteria pemberhentian tercapai.
3.4.
Pengukuran Waktu Kerja dengan Stopwatch Time Study
Pengukuran waktu kerja dengan stopwatch time study diaplikasikan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang [14]. Dari hasil
pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus
pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian
pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama.
Langkah langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti
adalah :
1.
Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktu kerjanya.
2.
Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan.
3.
Bagi operasi kerja ke dalam elemen elemen kerja sedetil- detilnya.
4.
Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator.
5.
Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat.
6.
Tetapkan rate of performans dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja
yang diukur dan dicatat waktunya.
Universitas Sumatera Utara
7.
Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance rating yang
ditunjukkan oleh operator.
8.
Tetapkan waktu longgar guna memberikan fleksibilitas.
9.
Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu
kerja normal dan waktu kerja longgar.
3.4.1. Pengujian Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data perlu dilakukan untuk memperoleh waktu
standar dengan cara mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Peta kontrol
(control chart) adalah suatu cara untuk memperoleh keseragaman data yang
diperoleh dari hasil pengamatan [14].
Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas seragam
tidaknya data. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada di antara kedua
batas kontrol. Data in control adalah data yang berada di antara batas kontrol atas
dan batas kontrol bawah. Sedangkan data out of control adalah data yang berada
di luar batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.
Dalam penggunaan peta kontrol, data yang diharapkan dari hasil
pengamatan akan ditetapkan dalam sebuah peta kontrol yang memiliki batasan
kontrol sebagai berikut :
1. Batas Kontrol Atas (BKA) = x + z σ
2. Batas Kontrol Bawah (BKB) = x − z σ
3. Standar deviasi
Universitas Sumatera Utara
σ =
∑ ( xi - x)
2
N −1
Keterangan:
x = rata-rata waktu siklus
z = nilai absis pada grafik distribusi normal untuk luasan sebesar tingkat
kepercayaan
σ = standar deviasi
xi = data pengamatan
N = jumlah data pengamatan
3.4.2. Pengujian Kecukupan Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
pengamatan memenuhi syarat ketelitian yang ditetapkan [14].
��
2
�(∑ � 2 ) − (∑ �)
�
⎞
�′ = ⎛
(∑ �)
⎝
⎠
2
Keterangan:
k : Tingkat ketelitian
s : Nilai absis pada grafik distribusi normal untuk luasan sebesar tingkat
kepercayaan
N : Jumlah data awal
N’ : Jumlah data minimal yang diperlukan
x
: Waktu pengukuran
Jika N’< N maka data dikatakan cukup.
Waktu normal diperoleh dengan mempertimbangkan rating factor operator
yaitu dengan rumus:
Rf = 1 + westinghouse factor
WN = Wt x Rf
Waktu standar diperoleh dengan mempertimbangkan allowance operator.
100
WS = WN x 100-All
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
WN : Waktu Normal
Wt : Waktu siklus
WS : Waktu Standar
All : Allowance
3.4.3.
Rating Factor dan Allowance
Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang
dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Adapun 4
faktor tersebut antara lain [13] :
a. Keterampilan atau skill, didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara
kerja yang ditetapkan.
b. Usaha, adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau yang diberikan operator
ketika melakukan pekerjaannya.
c. Kondisi kerja atau condition, adalah kondisi fisik lingkungannya seperti
keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan.
d. Konsistensi, adalah keseragaman hasil pengukuran yang diperoleh selama
operator bekerja. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah
tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus
diperhatikan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu:
1.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal)
Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum
sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap
dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun
kejenuhan dalam sewaktu bekerja
Universitas Sumatera Utara
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique.
2.
Fatique merupakan kelelahan yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai
akibat dari melakukan suatu pekerjaan.
3.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan (delay).
Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaan/kendali pekerja.
3.5.
Peta Proses Regu Kerja
Peta proses regu kerja digunakan untuk menunjukkan beberapa aktivitas
dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu proses atau
prosedur kerja, dimana satu aktivitas dengan aktivitas lainnya saling
bergantungan, artinya suatu hasil kerja secara kelompok dapat berhasil, jika
aktivitas dari anggota kelompok tersebut berlangsung dengan lancar [13].
Langkah-langkah pembuatan peta proses regu kerja, adalah sebagai
berikut:
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
4. Membuat ringkasan kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Suryamas Lestari Prima yang berlokasi di
Jl. Batang Kuis, Km. 5.5, Desa Dalu Sepuluh A No.18, Kec. Tanjung Morawa,
Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Februari
2017 – Juni 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian analisis kerja
dan aktivitas. Penelitian analisis kerja dan aktivitas disini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas dan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang secara
terperinci agar mendapatkan suatu keseimbangan lintasan produksi yang efisien.
4.3.
Objek Penelitian
Objek penelitian meliputi elemen-elemen kerja dalam proses produksi,
waktu siklus setiap elemen kerja, hubungan ketergantungan antar elemen kerja,
dan data historis permintaan konsumen di PT. Suryamas Lestari Prima.
4.4.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Waktu siklus
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi yang dibutuhkan
sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja tersebut.
2. Rating factor
Rating factor adalah perbandingan performance seorang operator dengan
konsep
normalnya
yang
ditentukan
dengan
menggunakan
metode
Westinghouse.
3. Allowance
Allowance adalah kelonggaran waktu yang diberikan kepada operator karena
adanya kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah (fatique) dan hambatanhambatan lain yang tidak dapat dihindarkan.
4. Waktu standar
Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dalam kondisi standar.
5. Precedence diagram
Precedence diagram adalah suatu bentuk diagram yang menggambarkan
hubungan dan ketergantungan elemen kerja.
6. Algoritma genetik
Algoritma genetik adalah metode yang menghasilkan pengurangan jumlah
stasiun kerja dengan efisiensi lintasan maksimum.
Universitas Sumatera Utara
7. Peta proses regu kerja
Peta proses regu kerja adalah peta yang menunjukkan beberapa aktivitas dari
sekelompok orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu proses atau
prosedur kerja.
8. Lintasan produksi yang seimbang adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan
peralatan) yang bekerja seimbang dalam pembuatan produk.
4.5.
Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir sebagai pendekatan
dalam memecahkan masalah. Umumnya konsep berpikir ini dinyatakan dalam
bentuk diagram yang memperlihatkan hubungan antara variabel-variabel
keputusan sehingga dapat dianalisis.
Gambar kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Waktu Siklus
Rating Factor
Allowance
Waktu
Standar
Precedence
Diagram
Algoritma
Genetik
Lintasan Produksi
yang Seimbang
Peta Proses
Regu Kerja
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.6.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Data waktu siklus diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan metode
stopwatch time study.
2. Rating factor diperoleh dari pengamatan terhadap kerja operator dengan
menggunakan cara Westinghouse.
3. Allowance diperoleh dari pengamatan terhadap kegiatan operator, kondisi kerja
dan lingkungan kerja dengan mempertimbangkan kelelahan, kebutuhan pribadi
dan hambatan tak terhindarkan.
4. Waktu standar diperoleh dari waktu siklus dengan mempertimbangkan rating
factor dan allowance operator.
5. Precedence diagram diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan dan
informasi pihak perusahaan.
6. Algoritma genetik diperoleh dari hasil perhitungan waktu standar berdasarkan
precedence diagram.
7. Peta proses regu kerja diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan.
4.7.
Metode Pengolahan Data
4.7.1. Pengolahan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data
Uji keseragaman dan kecukupan data dilakukan sebagai berikut :
1.
Uji keseragaman data dilakukan untuk melihat apakah data seragam agar
dapat dihitung waktu standarnya. Bila data tidak seragam, maka data yang out
of control akan dikeluarkan dan dilanjutkan dengan pengujian kembali hingga
semua data in control. Rumus uji keseragaman data adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Batas Kendali Atas (BKA) = x + z σ
Batas Kendali Bawah (BKB) = x − z σ
2.
Keterangan:
x = rata-rata waktu siklus
z = nilai absis pada grafik distribusi normal untuk luasan sebesar tingkat
kepercayaan
σ = standar deviasi
Uji kecukupan data dilakukan untuk melihat apakah data mencukupi untuk
tingkat penelitian yang dipersyaratkan. Rumus uji kecukupan data adalah
sebagai berikut :
N’ = �
�
�
�� ∑ � 2 − (∑ �)2
∑�
2
�
Jika data tidak cukup maka harus dilakukan pengambilan data tambahan dan
dilakukan kembali uji keseragaman. Data dinyatakan cukup apabila
memenuhi N’ < N.
3.
Waktu standar dihitung dengan mengalikan faktor waktu terpilih, allowance
dan rating factor. Rumus perhitungan waktu standar adalah sebagai berikut :
WN = Waktu terpilih x Rf
100%
WS = WN x 100%−%���
4.7.2. Tahapan – Tahapan Pembuatan Peta Proses Regu Kerja
Langkah-langkah pembuatan peta proses regu kerja dapat diuraikan
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
4. Membuat ringkasan kegiatan.
4.7.3. Tahapan – Tahapan Keseimbangan Lintasan
Langkah-langkah pemecahan masalah dengan algoritma genetika adalah
sebagai berikut :
1. Membangkitkan populasi awal
2. Mengevaluasi fungsi kesesuaian (fitness) setiap kromosom induk
3. Membentuk populasi baru, yang terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Seleksi (selection)
Seleksi digunakan untuk mendapatkan calon induk yang baik. Langkah
pertama yang dilakukan dalam seleksi ini adalah pencarian nilai fitness.
Nilai fitness ini yang nantinya akan digunakan pada tahap-tahap seleksi
berikutnya.
b. Kawin silang (crossover)
Kawin silang (crossover) adalah operator dari algoritma genetika yang
melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru. Model crossover
yang digunakan
adalah
partial-mapped
crossover
(PMX).
PMX
merupakan rumusan modifikasi dari pindah silang dua poin. Langkahlangkah model PMX adalah:
Universitas Sumatera Utara
1) Menentukan dua posisi pada kromosom dengan aturan acak. Substring
yang berada dalam dua posisi ini dinamakan daerah pemetaan.
2) Menukar dua substring antar induk untuk menghasilkan proto-child.
3) Menentukan hubungan pemetaan di antara dua daerah pemetaan.
4) Menentukan kromosom keturunan mengacu pada hubungan pemetaan.
c. Mutasi (mutation)
Mutasi ini dilakukan setelah diketahui fungsi suaian terbaik dari proses
kawin silang. Jadi hanya dipilih dari satu kromosom saja untuk dimutasi
lalu ditentukan besarnya probabilitas mutasi baru.
4. Penerimaan (accepting)
Penerimaan kromosom anak akan dilakukan untuk menggantikan posisi
kromosom induk apabila anak menghasilkan nilai fungsi suaian yang lebih
baik dibandingkan dengan fungsi suaian yang dihasilkan oleh kromosom
induk.
5. Pengulangan (looping)
Pengulangan ini akan terus dilakukan hingga kriteria pemberhentian tercapai.
4.8.
Metode Analisis
Analisis dilakukan terhadap kondisi aktual, memperhatikan jenis kegiatan
operator yang diamati pada stopwatch time study dan peta proses regu kerja, juga
terhadap hasil penyeimbangan lintasan dengan pengukuran waktu standar
menggunakan metode stopwatch time study, kemudian membandingkan hasil
penyeimbangan lintasan dengan lintasan aktual yang ada di lantai produksi.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan prosedur
penelitian. Metodologi penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Studi Pendahuluan
1. Kondisi Pabrik
2. Proses Produksi
1.
2.
Studi Literatur
Teori Buku
Jurnal Penelitian
Identifikasi Masalah
Adanya ketidakseimbangan lintasan produksi pada stasiun kerja
Pengumpulan Data
Data Sekunder
1. Jumlah pekerja di lantai pabrik
2. Penggolongan keterampilan
Data Primer
1. Waktu Siklus
2. Rating Factor
3. Allowance
Pengolahan Data
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian di PT. Suryamas
Lestari Prima digunakan untuk penyusunan keseimbangan lintasan produksi
meliputi:
1. Data elemen kerja pada proses produksi pintu Carolina 5P
2. Data waktu siklus proses produksi pintu Carolina 5P
3. Data penggolongan keterampilan operator
4. Data rating factor dan allowance
5. Data waktu proses, waktu perpindahan dan jaraknya
5.1.1.
Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P
Data elemen kerja pada proses produksi pintu Carolina 5P dimulai dari
stasiun pemotongan sampai pengepakan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Elemen
Kerja
EK-1
EK-2
EK-3
EK-4
EK-5
EK-6
EK-7
EK-8
EK-9
EK-10
Elemen Kegiatan
Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting
Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin cutting
Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin radial arm saw
Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin radial arm saw
Pengetaman sisi style dengan moulder
Pengetaman sisi panel dengan moulder
Pengetaman top rail dengan menggunakan moulder
Pengetaman bottom rail dengan menggunakan moulder
Penghalusan permukaan style dengan menggunakan belt sandler
Penghalusan permukaan panel dengan menggunakan belt sandler
Jumlah
Operator
1 (Op 1)
1 (Op 2)
1 (Op 3)
1 (Op 4)
1 (Op 5)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P
(Lanjutan)
11
Elemen
Kerja
EK-11
12
EK-12
13
14
15
16
EK-13
EK-14
EK-15
EK-16
17
EK-17
18
EK-18
19
EK-19
20
21
22
23
24
EK-20
EK-21
EK-22
EK-23
EK-24
No.
Elemen Kegiatan
Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan belt
sandler
Penghalusan permukaan bottom rail dengan menggunakan belt
sandler
Pemberian lem pada sisi style
Pemberian lem pada sisi panel
Pemberian lem pada sisi top rail
Pemberian lem pada sisi bottom rail
Pemberian lubang pada style dengan menggunakan single head
borer
Pemberian lubang pada top rail dengan menggunakan single head
borer
Pemberian lubang pada bottom rail dengan menggunakan single
head borer
Perakitan komponen daun pintu menggunakan dowel
Pengepresan daun pintu dengan doorpress
Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
Packing daun pintu
Jumlah
Operator
1 (Op 6)
1 (Op 7)
1 (Op 8)
1 (Op 9)
1 (Op 10)
1 (Op 11)
1 (Op 12)
1 (Op 13)
1 (Op 14)
1 (Op 15)
Sumber : Pengumpulan Data
5.1.2.
Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P
5.1.2.1. Defenisi Satu Siklus untuk Masing-masing Kegiatan
Waktu siklus mencakup waktu proses produksi pintu Carolina 5P untuk
masing-masing stasiun kerja dan pengukuran dilakukan dengan stopwatch.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
e. Memindahkan kayu untuk style ke bagian pengetaman secara manual
Universitas Sumatera Utara
Satu siklus pemotongan dimulai mengambil kayu hingga memindahkan kayu
(elemen kerja a hingga e).
Satu siklus pada masing-masing elemen kegiatan dimulai dari aktivitas
pertama hingga aktivitas terakhir.
2.
Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin cutting
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
e. Memindahkan kayu untuk panel ke bagian pengetaman secara manual
3.
Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin radial arm saw
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
e. Memindahkan kayu untuk top rail ke bagian pengetaman secara manual
4.
Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin radial arm saw
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
Universitas Sumatera Utara
e. Memindahkan kayu untuk bottom rail ke bagian pengetaman secara
manual
5.
Pengetaman sisi style dengan moulder
a. Mengambil style
b. Mengetam sisi style
c. Meletakkan ke tumpukan style
d. Memindahkan style ke bagian penghalusan secara manual
6.
Pengetaman sisi panel dengan moulder
a. Mengambil panel
b. Mengetam sisi panel
c. Meletakkan ke tumpukan panel
d. Memindahkan panel ke bagian penghalusan secara manual
7.
Pengetaman top rail dengan menggunakan moulder
a. Mengambil top rail
b. Mengetam sisi top rail
c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top rail ke bagian penghalusan secara manual
8.
Pengetaman bottom rail dengan menggunakan moulder
a. Mengambil bottom rail
b. Mengetam sisi bottom rail
c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
d. Memindahkan bottom rail ke bagian penghalusan secara manual
Universitas Sumatera Utara
9.
Penghalusan permukaan style dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil style
b. Menghaluskan permukaan style
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan style ke bagian pengeleman secara manual
10. Penghalusan permukaan panel dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil panel
b. Menghaluskan permukaan panel
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan panel ke bagian pengeleman secara manual
11. Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil top rail
b. Menghaluskan permukaan top rail
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan top rail ke bagian pengeleman secara manual
12. Penghalusan permukaan bottom rail dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil bottom rail
b. Menghaluskan permukaan bottom rail
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan bottom rail ke bagian pengeleman secara manual
13. Pemberian lem pada sisi style
a. Mengambil style
b. Mengelem sisi style dengan menggunakan lem kayu
Universitas Sumatera Utara
c. Meletakkan ke tumpukan style
d. Memindahkan style ke bagian perakitan secara manual
14. Pemberian lem pada sisi panel
a. Mengambil panel
b. Mengelem sisi panel dengan menggunakan lem kayu
c. Meletakkan ke tumpukan panel
d. Memindahkan panel ke bagian perakitan secara manual
15. Pemberian lem pada sisi top rail
a. Mengambil top rail
b. Mengelem sisi top rail dengan menggunakan lem kayu
c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top rail ke bagian perakitan secara manual
16. Pemberian lem pada sisi bottom rail
a. Mengambil bottom rail
b. Mengelem sisi bottom rail dengan menggunakan lem kayu
c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
d. Memindahkan bottom rail ke bagian perakitan secara manual
17. Pemberian lubang pada style dengan menggunakan single head borer
a. Mengambil style
b. Melubangi style sesuai dengan ukuran
c. Meletakkan ke tumpukan style
d. Memindahkan style ke bagian perakitan secara manual
Universitas Sumatera Utara
18. Pemberian lubang pada top rail dengan menggunakan single head borer
a. Mengambil top rail
b. Melubangi top rail sesuai dengan ukuran
c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top rail ke bagian perakitan secara manual
19. Pemberian lubang pada bottom rail dengan menggunakan single head borer
a. Mengambil bottom rail
b. Melubangi bottom rail sesuai dengan ukuran
c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
d. Memindahkan bottom rail ke bagian perakitan secara manual
20. Perakitan komponen daun pintu menggunakan dowel
a. Menyusun style, panel, top rail dan bottom rail
b. Merakit style, panel, top rail dan bottom rail
d. Memindahkan komponen daun pintu untuk dipress secara manual
21. Pengepresan daun pintu dengan doorpress
a. Mengambil daun pintu
b. Mengepress daun pintu
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan daun pintu ke bagian finishing menggunakan forklift
22. Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
a. Mengambil daun pintu
b. Mendempul daun pintu
c. Meletakkan ke lantai
Universitas Sumatera Utara
d. Memindahkan daun pintu untuk dihaluskan secara manual
23. Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
a. Mengambil daun pintu
b. Menghaluskan daun pintu
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan daun pintu ke bagian packing menggunakan forklift
24. Packing daun pintu
a. Memasukkan daun pintu ke dalam kotak
b. Menutup kotak dengan lem
c. Memindahkan daun pintu ke bagian pengangkutan menggunakan forklift
5.1.2.2. Data Waktu Siklus
Pengukuran waktu dilakukan selama 20 kali pengukuran untuk setiap
aktivitas di stasiun kerja. Data waktu siklus untuk proses produksi pintu Carolina
5P ditunjukkan pada Tabel 5.2.
5.1.3.
Data Penggolongan Keterampilan Operator
Data penggolongan keterampilan operator adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3. Penggolongan Keterampilan Operator
No. Operator
Keterampilan
Keterampilan
Utama
Lainnya
1
Pemotongan
2
Pemotongan
3
Pengetaman
4
Pengetaman
5
Penghalusan
6
Penghalusan
7
Pemberian lem
-
Tingkat
Kesulitan
Sulit
Sulit
Sulit
Sulit
Sulit
Sulit
Sulit
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Penggolongan Keterampilan Operator (Lanjutan)
No. Operator
Keterampilan
Keterampilan
Tingkat
Utama
Lainnya
Kesulitan
8
Pemberian lem
Sulit
9
Pemberian lubang
Sulit
10
Pemberian lubang
Sulit
11
Perakitan komponen
Sulit
12
Pengepresan
Sulit
13
Pendempulan
Sulit
14
Penghalusan pintu
Packing
Tidak sulit
15
Packing
Sulit
Sumber: Pengumpulan Data
Pada tabel diatas terlihat bahwa hampir semua elemen kegiatan
mempunyai pengerjaan yang sulit kecuali penghalusan pintu sehingga kegiatankegiatan tersebut tidak mungkin digabungkan dengan kegiatan yang lain.
5.1.4.
Data Rating Factor dan Allowance
Rating Factor (faktor penyesuaian) pada penelitian ini ditentukan
berdasarkan metode Westinghouse yang terdiri dari empat faktor yaitu
keterampilan, kondisi kerja, usaha dan konsistensi. Operator utama setiap stasiun
kerja hanya ada satu dimana operator tersebut dianggap sebagai pekerja normal.
Oleh karena itu, rating factor untuk semua stasiun kerja = 1.
Allowance diberikan untuk pekerja berdasarkan stasiun kerjanya yang
dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Nilai Allowance
Departemen
Total Allowance (%)
Pemotongan
14
Pengetaman
15
Pengeleman
14
Perakitan
13
Finishing
17
Pengepakan
11
Sumber: Pengumpulan Data
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P
Pengamatan
ke –
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
No. Kegiatan
1
2
W.Op
W. Mesin
50
56
53
46
45
48
43
55
51
43
44
42
57
46
59
43
55
46
42
47
62
64
62
63
60
62
63
62
61
60
63
62
62
64
63
60
63
61
60
62
W.Op
55
52
61
65
50
52
48
55
57
63
48
62
52
50
55
57
52
65
49
48
3
W. Mesin
77
75
78
76
74
77
73
75
78
76
74
78
79
75
73
76
78
77
78
75
W.Op
64
48
53
49
65
60
61
56
52
54
55
48
56
61
62
56
55
61
54
53
4
W. Mesin
162
165
164
162
167
165
168
165
160
160
164
162
166
164
168
163
161
162
164
162
W.Op
60
54
52
55
43
51
50
45
44
56
51
58
54
46
59
56
57
55
49
47
W. Mesin
61
60
58
62
59
58
61
62
60
63
61
62
61
62
62
60
61
59
57
62
5
6
7
8
9
10
11
12
117
128
121
114
130
116
122
129
119
124
121
112
118
131
116
127
120
119
113
126
152
146
137
160
158
151
144
140
155
159
150
147
145
153
160
149
154
143
158
162
205
212
209
203
220
215
213
208
210
217
223
220
214
211
204
207
215
218
221
216
201
214
206
208
211
218
223
206
203
210
219
215
224
213
205
209
223
217
203
222
122
128
133
118
110
119
114
121
115
119
123
127
132
124
120
113
126
117
111
130
119
132
125
138
129
120
134
139
118
122
127
133
120
128
131
125
123
118
126
139
135
128
122
125
133
129
137
126
130
134
141
129
136
123
134
142
139
131
127
135
120
131
127
129
122
133
136
140
132
139
126
130
139
127
131
138
142
130
122
136
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P (Lanjutan)
Pengamatan
ke –
13
14
107
122
1
112
109
2
119
116
3
106
128
4
109
114
5
118
116
6
114
120
7
126
122
8
118
126
9
106
111
10
113
117
11
115
129
12
110
121
13
119
116
14
123
110
15
108
127
16
116
129
17
120
118
18
124
132
19
118
113
20
Sumber: Pengukuran Data
No. Kegiatan
15
16
131
124
129
135
139
121
143
132
124
119
129
140
133
120
127
136
125
120
141
129
17
116
127
136
142
125
129
131
119
128
140
135
131
117
126
119
121
138
115
124
140
18
114
119
128
123
137
115
126
141
132
135
118
129
136
139
127
114
130
139
121
132
19
122
141
135
129
124
134
117
126
138
120
131
138
119
126
121
140
137
124
116
129
20
118
133
123
128
141
136
122
139
145
119
132
120
127
138
130
143
119
132
120
141
21
426
418
432
425
420
431
416
437
419
426
433
421
431
415
429
432
441
428
416
439
22
128
140
131
137
119
125
130
141
120
135
127
117
140
132
121
134
119
125
120
136
23
235
239
216
224
240
228
214
222
236
242
224
218
234
214
226
240
227
233
219
223
24
94
102
110
105
92
97
105
109
116
104
101
92
111
103
97
106
114
95
103
99
183
195
181
176
171
188
167
174
182
190
177
186
193
180
171
179
166
172
169
175
Universitas Sumatera Utara
5.1.5.
Data Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan untuk
Peta Proses Regu Kerja
Data yang dikumpulkan untuk peta proses regu kerja merupakan data
pengukuran waktu proses produksi pintu di lantai pabrik yang diambil dalam 1
siklus produksi pintu. Data uraian proses produksi untuk pembuatan peta proses
regu kerja terdiri dari 98 uraian proses yang berasal dari uraian 24 elemen kerja
untuk keseimbangan lintasan. Sebagai contoh, elemen kerja 1 memiliki uraian
proses yaitu mengambil kayu, mengukur kayu, memotong kayu, meletakkan ke
tumpukan kayu, memindahkan kayu style ke bagian pengetaman. Data uraian
proses dan jarak perpindahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan
No
Uraian Proses
A
Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan
(Meter)
3
1
1
Bagian Pemotongan
Pemotongan kayu untuk
dengan mesin cutting
Mengambil kayu
2
Mengukur kayu
20
-
3
Memotong kayu
55
-
4
2
-
30
2
6
Meletakkan ke tumpukan kayu
Memindahkan kayu untuk style ke
bagian pengetaman
Pemotongan kayu untuk panel
dengan mesin cutting
Mengambil kayu
3
1
7
Mengukur kayu
20
-
8
Memotong kayu
64
-
9
2
-
30
2
11
Meletakkan ke tumpukan kayu
Memindahkan kayu untuk panel ke
bagian pengetaman
Pemotongan kayu untuk top rail
dengan mesin radial arm saw
Mengambil kayu
3
1
12
Mengukur kayu
20
-
13
Memotong kayu
155
-
14
Meletakkan ke tumpukan kayu
2
-
EK-1
5
EK-2
10
EK-3
style
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No
Uraian Proses
Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan
(Meter)
30
2
3
1
16
Memindahkan kayu untuk top rail
ke bagian pengetaman
Pemotongan kayu untuk bottom rail
dengan mesin radial arm saw
Mengambil kayu
17
Mengukur kayu
20
-
18
Memotong kayu
45
-
19
2
-
30
2
21
Meletakkan ke tumpukan kayu
Memindahkan kayu untuk bottom
rail ke bagian pengetaman
Bagian Pengetaman
Pengetaman sisi style dengan
moulder
Mengambil style
3
1
22
Mengetam sisi style
68
-
23
2
-
30
2
25
Meletakkan ke tumpukan style
Memindahkan style ke bagian
penghalusan
Pengetaman sisi panel dengan
moulder
Mengambil panel
3
1
26
Mengetam sisi panel
105
-
27
2
-
30
2
29
Meletakkan ke tumpukan panel
Memindahkan panel ke bagian
penghalusan
Pengetaman top rail dengan
menggunakan moulder
Mengambil top rail
30
Mengetam sisi top rail
31
33
Meletakkan ke tumpukan top rail
Memindahkan top rail ke bagian
penghalusan
Pengetaman bottom rail dengan
menggunakan moulder
Mengambil bottom rail
34
Mengetam sisi bottom rail
35
37
Meletakkan ke tumpukan bottom rail
Memindahkan bottom rail ke bagian
penghalusan
Penghalusan
permukaan
style
dengan menggunakan belt sandler
Mengambil style
38
Menghaluskan permukaan style
39
Meletakkan ke lantai
15
EK-4
20
B
EK-5
24
EK-6
28
EK-7
32
EK-8
36
EK-9
3
1
172
-
2
-
30
2
3
1
167
-
2
-
30
2
3
1
75
-
2
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No
Uraian Proses
41
Memindahkan style ke bagian
pengeleman
Penghalusan
permukaan
panel
dengan menggunakan belt sandler
Mengambil panel
42
Menghaluskan permukaan panel
43
Meletakkan ke lantai
40
EK-10
45
Memindahkan panel ke bagian
pengeleman
Penghalusan permukaan top rail
dengan menggunakan belt sandler
Mengambil top rail
46
Menghaluskan permukaan top rail
47
Meletakkan ke lantai
44
EK-11
48
EK-12
49
50
51
52
C
EK-13
53
54
55
56
EK-14
57
58
59
60
EK-15
61
62
63
Memindahkan top rail ke bagian
pengeleman
Penghalusan permukaan bottom rail
dengan menggunakan belt sandler
Mengambil bottom rail
Menghaluskan permukaan bottom
rail
Meletakkan ke lantai
Memindahkan bottom rail ke bagian
pengeleman
Bagian Pengeleman
Pemberian lem pada sisi style
Mengambil style
Mengelem
sisi
style
dengan
menggunakan lem kayu
Meletakkan ke tumpukan style
Memindahkan style ke bagian
perakitan
Pemberian lem pada sisi panel
Mengambil panel
Mengelem sisi panel dengan
menggunakan lem kayu
Meletakkan ke tumpukan panel
Memindahkan panel ke bagian
perakitan
Pemberian lem pada sisi top rail
Mengambil top rail
Mengelem sisi top rail dengan
menggunakan lem kayu
Meletakkan ke tumpukan top rail
Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan
(Meter)
30
2
3
1
77
-
2
-
30
2
3
1
85
-
2
-
30
2
3
1
90
-
2
-
30
2
3
1
65
-
2
-
30
2
3
1
74
-
2
-
30
2
3
1
82
-
2
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No
64
EK-16
65
66
67
68
D
EK-17
69
70
71
72
EK-18
73
74
75
76
EK-19
77
78
79
80
EK-20
81
82
83
EK-21
84
Uraian Proses
Memindahkan top rail ke bagian
perakitan
Pemberian lem pada sisi bottom rail
Mengambil bottom rail
Mengelem sisi bottom rail dengan
menggunakan lem kayu
Meletakkan ke tumpukan bottom rail
Memindahkan bottom rail ke bagian
perakitan
Bagian Perakitan
Pemberian lubang pada style dengan
menggunakan single head borer
Mengambil style
Melubangi style sesuai dengan
ukuran
Meletakkan ke tumpukan style
Memindahkan style ke bagian
perakitan
Pemberian lubang pada top rail
dengan menggunakan single head
borer
Mengambil top rail
Melubangi top rail sesuai dengan
ukuran
Meletakkan ke tumpukan top rail
Memindahkan top rail ke bagian
perakitan
Pemberian lubang pada bottom rail
dengan menggunakan single head
borer
Mengambil bottom rail
Melubangi bottom rail sesuai dengan
ukuran
Meletakkan ke tumpukan bottom rail
Memindahkan bottom rail ke bagian
perakitan
Perakitan komponen daun pintu
menggunakan dowel
Menyusun style, panel, top rail dan
bottom rail
Merakit style, panel, top rail dan
bottom rail
Memindahkan komponen daun pintu
ke bagian pengepresan
Pengepresan daun pintu dengan
doorpress
Mengambil daun pintu
Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan
(Meter)
30
2
3
1
80
-
2
-
30
2
3
1
77
-
2
-
30
2
3
1
85
-
2
-
30
2
3
1
81
-
2
-
30
2
80
1
300
-
30
2
3
1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No
Uraian Proses
85
Mengepress daun pintu
86
Meletakkan ke lantai
88
Memindahkan daun pintu ke bagian
finishing
Bagian Finishing
Pendempulan daun pintu dengan alat
dempul
Mengambil daun pintu
89
Mendempul daun pintu
90
Meletakkan ke lantai
87
E
EK-22
92
Memindahkan daun pintu ke bagian
penghalusan
Penghalusan daun pintu dengan
kertas pasir
Mengambil daun pintu
93
Menghaluskan daun pintu
94
Meletakkan ke lantai
91
EK-23
95
F
EK-24
96
97
Memindahkan daun pintu ke bagian
packing
Bagian Pengepakan
Packing daun pintu
Memasukkan daun pintu ke dalam
kotak
Menutup kotak dengan lem
Memindahkan daun pintu ke bagian
98
pengangkutan
Sumber: Pengukuran Waktu
5.2.
Pengolahan Data
5.2.1.
Uji Keseragaman Data
Waktu
(Detik)
85
Jarak Perpindahan
(Meter)
-
2
-
30
2
3
1
175
-
2
-
30
2
3
1
56
-
2
-
30
2
20
3
110
-
30
2
Uji keseragaman data perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum
menggunakan data yang diperoleh dalam penentuan waktu standar. Pengujian
keseragaman data dilaksanakan untuk mengetahui apakah data waktu berada
dalam batas kontrol (BKA dan BKB) atau tidak (out of control). Contoh uji
Universitas Sumatera Utara
keseragaman data elemen kegiatan pemotongan kayu untuk style adalah sebagai
berikut:
1.
Perhitungan rata-rata.
Perhitungan dilakukan berdasarkan data Tabel 5.2.sehingga diperoleh
X stasiun1 =
x1 + x2 + ... + xn
n
X stasiun1 =
112 + 120 + ... + 109
20
X stasiun1 = 110,50
2.
Perhitungan standar deviasi
s=
σ=
∑ ( xi - x)
2
N −1
(112 − 110,50) 2 + (120 − 110,50) 2 + ..... + (109 − 110,50) 2
19
σ = 6,18
3.
Menghitung BKA (batas kontrol atas) dan BKB (batas kontrol bawah)
Tingkat keyakinan = 95 %, maka nilai Z = 2
Nilai BKA dihitung dengan:
BKA
= x+z σ
= 110,50 + 2 (6,18) = 122,85
Nilai BKB dihitung dengan:
BKB
= x−z σ
= 110,50 – 2 (6,18)= 98,15
Universitas Sumatera Utara
Peta kontrol untuk elemen kegiatan pemotongan kayu untuk style dapat
dilihat pada Gambar 5.1.
125
120
115
Elemen Kegiatan ke-1
110
BKA
BKB
105
100
95
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
Gambar 5.1. Uji Keseragaman Data Pemotongan Kayu untuk Style
Berdasarkan gambar diatas, tidak ada data waktu siklus yang melewati
batas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa data waktu siklus pemotongan
kayu untuk style dikatakan seragam.
5.2.2.
Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan dilakukan untuk mengetahui apakah data waktu siklus
yang telah diambil sudah memenuhi syarat ketelitian yang ditetapkan. Pada
penelitian ini digunakan tingkat keyakinan 95%, dan tingkat ketelitian 5 %. Uji
kecukupan ini dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
z�
2
N( ∑ x2 )-( ∑ x)
' ⎛s
⎞
N=
( ∑ x)
⎝
⎠
2
Universitas Sumatera Utara
dimana : x
k
s
N
N’
= data ke-i dari N sampel x
= nilai absis pada tabel distribusi normal untuk luasan sebaran
tingkat kepercayaan
= tingkat ketelitian yang digunakan sebesar 5%
= jumlah data yang aktual untuk sampel tersebut
= jumlah data yang seharusnya
Data dinyatakan cukup jika nilai N > N’ berdasarkan hasil perhitungan.
Namun sebaliknya, jika N < N’ maka harus menambah jumlah data sebagai
sampel. Sebagai contoh perhitungan uji kecukupan data, maka diambil waktu
pemotongan kayu untuk style yaitu sebagai berikut:
2
�
��(∑ � 2 ) − (∑ �)2
�
�′ = � �
(∑ �)
2
2
�20(244930) − (4884100)
0,05
�′ = �
�
(2210)
� ′ = 4,75
Setelah dilakukan kedua uji diatas, maka data tersebut dapat digunakan
dalam perhitungan selanjutnya. Waktu terpilih proses produksi pintu ditunjukkan
pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Waktu Terpilih Proses Produksi Pintu
No.
Elemen Kegiatan
1 Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting
Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin
2
cutting
Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin
3
radial arm saw
Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin
4
radial arm saw
5 Pengetaman sisi style dengan moulder
6 Pengetaman sisi panel dengan moulder
Pengetaman top rail dengan menggunakan
7
moulder
Waktu Terpilih (detik)
W.Op
W.Mesin
48,55
61,95
54,80
76,10
56,15
163,70
52,10
60,55
121,15
151,15
213,05
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Waktu Terpilih Proses Produksi Pintu (Lanjutan)
No.
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Elemen Kegiatan
Pengetaman bottom rail dengan menggunakan
moulder
Penghalusan
permukaan
style
dengan
menggunakan belt sandler
Penghalusan
permukaan
panel
dengan
menggunakan belt sandler
Penghalusan permukaan top rail dengan
menggunakan belt sandler
Penghalusan permukaan bottom rail dengan
menggunakan belt sandler
Pemberian lem pada sisi style
Pemberian lem pada sisi panel
Pemberian lem pada sisi top rail
Pemberian lem pada sisi bottom rail
Pemberian
lubang
pada
style
dengan
menggunakan single head borer
Pemberian lubang pada top rail dengan
menggunakan single head borer
Pemberian lubang pada bottom rail dengan
menggunakan single head borer
Perakitan komponen daun pintu menggunakan
dowel
Pengepresan daun pintu dengan doorpress
Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
Packing daun pintu
Waktu Terpilih (detik)
W.Op
W.Mesin
212,50
121,10
-
127,30
-
131,80
-
131,50
-
115,05
119,8
129,85
127,95
-
127,75
128,35
130,3
426,75
128,85
227,7
102,75
178,75
-
Sumber: Pengolahan Data
5.2.3.
Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Standar
Setelah diperoleh data rating factor maka dapat dilakukan perhitungan
waktu normal. Karena operator bekerja dengan normal maka nilai rf = 1, sehingga
waktu terpilih adalah waktu normal seperti yang tertera pada Tabel 5.6.
Untuk mengetahui kebutuhan waktu proses dilakukan perhitungan waktu
standar (baku). Dengan menggunakan waktu normal pada Tabel 5.9. dan
allowance pada Tabel 5.4. maka perhitungan waktu baku untuk stasiun
pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting adalah:
Universitas Sumatera Utara
Ws = Wn Operator x
= 48,55 x
100%
+ Wn Mesin
100% - allowance
100%
+ 61,95
100% - 14%
= 103,70 ≈ 104,00
5.2.4.
Pembuatan Peta Proses Regu Kerja Aktual
Regu kerja aktual yang ada di lantai pabrik dalam proses produksi pintu
terdiri dari 15 operator yang bekerja pada 6 bagian. Tahap-tahap pembuatan peta
proses regu kerja adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
Elemen-elemen kegiatan yang digunakan adalah elemen kerja 1 sampai dengan
elemen kerja 24 yang masing-masing memiliki uraian proses sehingga yang
digambarkan dalam peta proses regu kerja adalah sebanyak 98 aktivitas.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
Waktu proses tiap elemen kegiatan diperoleh dari mengukur waktu siklus
elemen kegiatan. Jarak perpindahan diperoleh dengan mengukur jauhnya
perpindahan dari satu elemen ke elemen lain. Data waktu uraian proses dan
jarak perpindahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
Peta proses regu kerja dari pembuatan satu unit daun pintu dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
4. Membuat ringkasan kegiatan.
Ringkasan dari peta proses regu kerja adalah jumlah operasi sebesar 428 detik,
jumlah transportasi sebesar 266 detik, jumlah inspeksi sebesar 18 detik dan
jumlah delay sebesar 278 detik.
Dari Lampiran 4 dapat dilihat lama waktu kerja dan waktu menganggur
dari masing-masing operator untuk proses produksi daun pintu. Adapun masingmasing waktu tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Waktu Kerja dan Waktu Menganggur Masing-Masing Operator
pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P Aktual
Waktu
Waktu
Operator
Kerja
Menganggur
(detik/unit)
(detik)
1
229
181
2
302
108
3
243
167
4
409
1
5
222
188
6
245
165
7
209
201
8
232
178
9
112
298
10
236
174
11
410
0
12
120
290
13
210
200
14
91
319
15
160
250
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan tabel di atas, pada peta proses regu kerja aktual terdapat
ketidakseimbangan antar anggota regu kerja, dimana diperoleh waktu menganggur
terbesar sebesar 319 detik pada stasiun kerja 14.
Universitas Sumatera Utara
5.2.5.
Keseimbangan Lintasan Aktual
5.2.5.1. Membentuk Precedence Diagram
Pada proses produksi pintu Carolina 5P terdapat kondisi dimana suatu
elemen pekerjaan berpengaruh terhadap elemen pekerjaan yang lain. Pada
precedence constrain, disusun alokasi elemen kerja dengan syarat tidak boleh
melanggar persyaratan prosesnya. Precedence constrain masing-masing elemen
kerja dapat dilihat
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Definisi Line Balancing
Line balancing adalah suatu sistem untuk mendistribusikan atau
menempatkan unit-unit dan elemen-elemen kerja dimana operasi-operasi produksi
diatur secara berurutan dan material bergerak secara kontinu (seimbang) sehingga
mencapai penyeimbangan lini pada stasiun kerja guna mencapai efisiensi kerja
yang tinggi dan meminimalisir waktu menunggu (delay time) dan waktu
menganggur (idle time) serta penumpukan material yang akan terjadi dan juga
dapat meminimalisir biaya produksi [5].
Area kerja atau stasiun kerja yang ditangani seorang atau lebih operator
dengan berbagai alat akan mengerjakan elemen kerja ketika unit produk melewati
stasiun kerjanya. Jadi, dalam proses pengerjaan suatu produk, semua atau hampir
semua stasiun kerja terlibat dan item yang mengalami pengerjaan akan bertambah
lengkap pada setiap stasiun yang dilaluinya.
Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan pada masingmasing stasiun kerja biasanya disebut service time atau station time, sedangkan
waktu yang tersedia pada masing-masing stasiun kerja disebut waktu siklus (cycle
time). Cycle time biasanya sama dengan waktu stasiun kerja yang paling besar.
Jangka waktu yang diperbolehkan untuk melakukan operasi pada stasiun kerja
ditentukan oleh kecepatan assembly line sehingga seluruh work center atau stasiun
kerja memiliki cycle time yang sama. Waktu menganggur (float time) terjadi jika
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang ditugaskan pada suatu stasiun membutuhkan waktu yang lebih
sedikit daripada waktu siklus yang telah diberikan. Maka selain untuk membentuk
dan menyeimbangkan beban kerja, line balancing bertujuan juga untuk
meminimisasikan waktu menganggur ketika operasi pengerjaan pada workcenter
berlangsung sesuai dengan urutan prosesnya sehingga keseimbangan yang
sempurna terjadi apabila dalam penugasan pekerjaan tidak menimbulkan waktu
menganggur.
Perhatian utama adalah tidak harus memperoleh kesimbangan yang
sempurna tetapi untuk memperoleh tata letak dan aliran yang optimal sehubungan
dengan operasi produksi lainnya. Pengalokasian elemen-elemen pada stasiun kerja
dibatasi oleh dua kendala utama yaitu precedence constrain dan zoning constrain.
3.1.1. Precedence Constraint
Pembagian elemen pekerjaan dapat diselesaikan dengan beberapa
alternatif. Dalam proses assembling ada dua kondisi yang biasanya muncul, yaitu:
1. Tidak
ada
pengerjaan.
ketergantungan
Jadi,
setiap
dari
komponen-komponen
komponen
mempunyai
dalam
proses
kesempatan
untuk
dilaksanakan pertama kali dan disini dibutuhkan prosedur penyeleksian untuk
menentukan prioritas.
2. Apabila suatu komponen telah dipilih untuk disassembling maka urutan untuk
merakit komponen lain dimulai. Disinilah dinyatakan batasan precedence
untuk pengerjaan komponen-komponen.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara untuk menggambarkan kondisi precedence secara
efektif yaitu dengan menggunakan diagram precedence. Maksud dari diagram ini
adalah untuk menggambarkan situasi lintasan yang nyata dalam bentuk diagram.
Precedence diagram dapat disusun menggunakan dua simbol dasar, antara
lain seperti pada Gambar 3.1. (Rosnani Ginting, 2007).
2
b
atau
Gambar 3.1. Elemen Simbol
Hubungan antar simbol biasanya menggunakan anak panah untuk
menyatakan hubungan dari elemen simbol yang satu terhadap elemen lainnya.
Precedence dinyatakan dengan perjanjian bahwa elemen pada ekor panah harus
mendahului elemen pada kepala panah seperti pada Gambar 3.2. (Rosnani
Ginting, 2007).
1
2
3
Gambar 3.2. Hubungan Antar Simbol
3.1.2. Zoning Constraint
Selain precedence constraint, pengalokasian dari elemen-elemen kerja
pada stasiun kerja juga dibatasi oleh zoning constraint yang menghalangi atau
mengharuskan pengelompokan elemen kerja tertentu pada stasiun tertentu. Zoning
constraint yang negatif menghalangi pengelompokkan elemen kerja pada stasiun
kerja yang sama. Sebaliknya zoning constraint yang positif menghendaki
Universitas Sumatera Utara
pengelompokan elemen-elemen kerja pada stasiun kerja yang sama dengan alasan
tertentu.
3.2.
Terminologi Lintasan
Terminologi atau istilah-istilah yang ditemukan dalam line balancing
dapat diuraikan sebagai berikut [12]:
1. Elemen Kerja
Adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan perakitan.
2. Stasiun Kerja
Adalah lokasi-lokasi tempat elemen kerja dikerjakan.
3. Waktu Stasiun Kerja (WSK)
Adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah stasiun kerja untuk mengerjakan
semua elemen kerja yang didistribusikan pada staiun kerja tersebut.
4. Waktu Siklus / Cycle Time
Adalah waktu yang ditetapkan untuk membuat satu unit produk pada satu
stasiun kerja. Cycle Time adalah waktu stasiun terbesar.
5. Waktu Operasi
Adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi/pekerjaan.
6. Balance Delay
Adalah rasio antara waktu idle dalam lini perakitan dengan waktu yang
tersedia.
7. Precedence Diagram
Universitas Sumatera Utara
Adalah diagram yang menggambarkan urutan dan keterkaitan antar elemen
kerja perakitan sebuah produk. Pendistribusian elemen kerja yang dilakukan
untuk setiap stasiun kerja harus memperhatikan precedence diagram.
8. Efisiensi Lini
Adalah rasio anatara waktu yang digunakan dengan waktu yang tersedia.
Berkaitan dengan waktu yang tersedia, lini akan mencapai keseimbangan
apabila semua stasiun kerja mempunyai waktu yang sama.
9. Indeks Penghalusan (Smoothness Index / SI)
Adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari penyeimbangan
lini perakitan tertentu.
3.3.
Beberapa Teknik Line Balancing
Untuk penyeimbangan lintasan peralitan, terdapat beberapa teori yang
dikemukakan oleh para ahli yang meneliti bidang ini. Secara garis besar, metode
ini dibagi dalam dua bagian, yaitu pendekatan analitis dan pendekatan heuristik
[11].
Pada
awalnya,
teori-teori
line
balancing
dikembangkan
dengan
pendekatan matematis/ analitis yang akan memberikan solusi optimal, tapi lambat
laun akhirnya para ahli yang meneliti bidang ini mulai menyadari bahwa
pendekatan secara matematis tidak ekonomis. Hal tersebut membuat para ahli
mengembangkan metode heuristik. Metode ini didasarkan pada pendekatan
matematis dan akal sehat. Batasan heuristik menyatakan pendekatan trial and
error dan teknik ini memberikan hasil yang secara matematis belum optimal,
Universitas Sumatera Utara
tetapi cukup mudah untuk memakainya. Pendekatan heuristik merupakan suatu
cara yang praktis, mudah dimengerti dan mudah diterapkan.
3.3.1. Algoritma Genetik
Algoritma genetik (Genetic Algorithm) ini pertama kali dikembangkan di
awal tahun 1970 oleh John Holland yang memulai penelitiannya pada awal tahun
1960. Algoritma genetik merupakan suatu metode untuk optimasi yang meniru
proses genetika organ-organ biologis pada makhluk hidup [9].
Langkah-langkah dalam melakukan pengelompokan stasiun kerja dengan
metode genetic algorithm adalah sebagai berikut:
1. Membangkitkan populasi awal
2. Mengevaluasi fungsi kesesuaian (fitness) setiap kromosom induk.
3. Membentuk populasi baru.
Pada bagian pembetukan populasi baru ini terdiri atas 3 bagian yaitu seleksi
(selection), kawin silang (crossover), dan mutasi (mutation).
a. Seleksi (selection)
Seleksi digunakan untuk memilih individu-individu mana saja yang akan
dipilih untuk proses kawin silang dan mutasi. Seleksi digunakan untuk
mendapatkan calon induk yang baik. Induk yang baik akan menghasilkan
keturunan yang baik. Langkah pertama yang dilakukan dalam seleksi ini
adalah pencarian nilai fitness. Nilai fitness ini yang nantinya akan
digunakan pada tahap-tahap seleksi berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Kawin Silang (crossover)
Kawin silang (crossover) adalah operator dari algoritma genetika yang
melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru. Pindah silang
menghasilkan titik baru dalam ruang pencarian yang siap untuk diuji.
Operasi ini tidak selalu dilakukan pada semua indvidu yang ada. Salah
satu model crossover yang digunakan adalah partial-mapped crossover
(PMX). PMX merupakan rumusan modifikasi dari pindah silang dua poin.
Langkah-langkah model PMX adalah:
1) Menentukan dua posisi pada kromosom dengan aturan acak. Substring
yang berada dalam dua posisi ini dinamakan daerah pemetaan.
2) Menukar dua substring antar induk untuk menghasilkan proto-child.
3) Menentukan hubungan pemetaan di antara dua daerah pemetaan.
4) Menentukan kromosom keturunan mengacu pada hubungan pemetaan.
c. Mutasi (mutation)
Mutasi ini dilakukan setelah diketahui fungsi suaian terbaik dari proses
kawin silang, jadi hanya dipilih dari satu kromosom saja untuk dimutasi
lalu ditentukan besarnya probabilitas mutasi baru. Tentukan titik tempat
mutasi terjadi, dimana proses penentuan titik ini dilakukan secara acak
namun jumlahnya sesuai dengan probabilitas mutasi yang telah ditentukan.
Pada bagian ini yang direkonstruksi adalah bagian ekor, sedangkan untuk
bagian kepalanya tetap. Setelah itu dihitung nilai suaian jika kromosomkromosom tersebut telah layak.
Universitas Sumatera Utara
4. Penerimaan (Accepting)
Penerimaan kromosom anak akan dilakukan untuk menggantikan posisi
kromosom induk apabila anak menghasilkan nilai fungsi suaian yang lebih
baik dibandingkan dengan fungsi suaian yang dihasilkan oleh kromosom
induk.
5. Pengulangan (Looping)
Pengulangan ini akan terus dilakukan hingga kriteria pemberhentian tercapai.
3.4.
Pengukuran Waktu Kerja dengan Stopwatch Time Study
Pengukuran waktu kerja dengan stopwatch time study diaplikasikan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang [14]. Dari hasil
pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus
pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian
pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama.
Langkah langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti
adalah :
1.
Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktu kerjanya.
2.
Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan.
3.
Bagi operasi kerja ke dalam elemen elemen kerja sedetil- detilnya.
4.
Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator.
5.
Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat.
6.
Tetapkan rate of performans dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja
yang diukur dan dicatat waktunya.
Universitas Sumatera Utara
7.
Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance rating yang
ditunjukkan oleh operator.
8.
Tetapkan waktu longgar guna memberikan fleksibilitas.
9.
Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu
kerja normal dan waktu kerja longgar.
3.4.1. Pengujian Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data perlu dilakukan untuk memperoleh waktu
standar dengan cara mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Peta kontrol
(control chart) adalah suatu cara untuk memperoleh keseragaman data yang
diperoleh dari hasil pengamatan [14].
Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas seragam
tidaknya data. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada di antara kedua
batas kontrol. Data in control adalah data yang berada di antara batas kontrol atas
dan batas kontrol bawah. Sedangkan data out of control adalah data yang berada
di luar batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.
Dalam penggunaan peta kontrol, data yang diharapkan dari hasil
pengamatan akan ditetapkan dalam sebuah peta kontrol yang memiliki batasan
kontrol sebagai berikut :
1. Batas Kontrol Atas (BKA) = x + z σ
2. Batas Kontrol Bawah (BKB) = x − z σ
3. Standar deviasi
Universitas Sumatera Utara
σ =
∑ ( xi - x)
2
N −1
Keterangan:
x = rata-rata waktu siklus
z = nilai absis pada grafik distribusi normal untuk luasan sebesar tingkat
kepercayaan
σ = standar deviasi
xi = data pengamatan
N = jumlah data pengamatan
3.4.2. Pengujian Kecukupan Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
pengamatan memenuhi syarat ketelitian yang ditetapkan [14].
��
2
�(∑ � 2 ) − (∑ �)
�
⎞
�′ = ⎛
(∑ �)
⎝
⎠
2
Keterangan:
k : Tingkat ketelitian
s : Nilai absis pada grafik distribusi normal untuk luasan sebesar tingkat
kepercayaan
N : Jumlah data awal
N’ : Jumlah data minimal yang diperlukan
x
: Waktu pengukuran
Jika N’< N maka data dikatakan cukup.
Waktu normal diperoleh dengan mempertimbangkan rating factor operator
yaitu dengan rumus:
Rf = 1 + westinghouse factor
WN = Wt x Rf
Waktu standar diperoleh dengan mempertimbangkan allowance operator.
100
WS = WN x 100-All
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
WN : Waktu Normal
Wt : Waktu siklus
WS : Waktu Standar
All : Allowance
3.4.3.
Rating Factor dan Allowance
Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang
dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Adapun 4
faktor tersebut antara lain [13] :
a. Keterampilan atau skill, didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara
kerja yang ditetapkan.
b. Usaha, adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau yang diberikan operator
ketika melakukan pekerjaannya.
c. Kondisi kerja atau condition, adalah kondisi fisik lingkungannya seperti
keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan.
d. Konsistensi, adalah keseragaman hasil pengukuran yang diperoleh selama
operator bekerja. Selama ini masih dalam batas-batas kewajaran masalah
tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus
diperhatikan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu:
1.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi (personal)
Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum
sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap
dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun
kejenuhan dalam sewaktu bekerja
Universitas Sumatera Utara
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique.
2.
Fatique merupakan kelelahan yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai
akibat dari melakukan suatu pekerjaan.
3.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan (delay).
Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaan/kendali pekerja.
3.5.
Peta Proses Regu Kerja
Peta proses regu kerja digunakan untuk menunjukkan beberapa aktivitas
dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu proses atau
prosedur kerja, dimana satu aktivitas dengan aktivitas lainnya saling
bergantungan, artinya suatu hasil kerja secara kelompok dapat berhasil, jika
aktivitas dari anggota kelompok tersebut berlangsung dengan lancar [13].
Langkah-langkah pembuatan peta proses regu kerja, adalah sebagai
berikut:
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
4. Membuat ringkasan kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Suryamas Lestari Prima yang berlokasi di
Jl. Batang Kuis, Km. 5.5, Desa Dalu Sepuluh A No.18, Kec. Tanjung Morawa,
Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Februari
2017 – Juni 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian analisis kerja
dan aktivitas. Penelitian analisis kerja dan aktivitas disini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas dan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang secara
terperinci agar mendapatkan suatu keseimbangan lintasan produksi yang efisien.
4.3.
Objek Penelitian
Objek penelitian meliputi elemen-elemen kerja dalam proses produksi,
waktu siklus setiap elemen kerja, hubungan ketergantungan antar elemen kerja,
dan data historis permintaan konsumen di PT. Suryamas Lestari Prima.
4.4.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Waktu siklus
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi yang dibutuhkan
sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja tersebut.
2. Rating factor
Rating factor adalah perbandingan performance seorang operator dengan
konsep
normalnya
yang
ditentukan
dengan
menggunakan
metode
Westinghouse.
3. Allowance
Allowance adalah kelonggaran waktu yang diberikan kepada operator karena
adanya kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah (fatique) dan hambatanhambatan lain yang tidak dapat dihindarkan.
4. Waktu standar
Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dalam kondisi standar.
5. Precedence diagram
Precedence diagram adalah suatu bentuk diagram yang menggambarkan
hubungan dan ketergantungan elemen kerja.
6. Algoritma genetik
Algoritma genetik adalah metode yang menghasilkan pengurangan jumlah
stasiun kerja dengan efisiensi lintasan maksimum.
Universitas Sumatera Utara
7. Peta proses regu kerja
Peta proses regu kerja adalah peta yang menunjukkan beberapa aktivitas dari
sekelompok orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu proses atau
prosedur kerja.
8. Lintasan produksi yang seimbang adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan
peralatan) yang bekerja seimbang dalam pembuatan produk.
4.5.
Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir sebagai pendekatan
dalam memecahkan masalah. Umumnya konsep berpikir ini dinyatakan dalam
bentuk diagram yang memperlihatkan hubungan antara variabel-variabel
keputusan sehingga dapat dianalisis.
Gambar kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Waktu Siklus
Rating Factor
Allowance
Waktu
Standar
Precedence
Diagram
Algoritma
Genetik
Lintasan Produksi
yang Seimbang
Peta Proses
Regu Kerja
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.6.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Data waktu siklus diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan metode
stopwatch time study.
2. Rating factor diperoleh dari pengamatan terhadap kerja operator dengan
menggunakan cara Westinghouse.
3. Allowance diperoleh dari pengamatan terhadap kegiatan operator, kondisi kerja
dan lingkungan kerja dengan mempertimbangkan kelelahan, kebutuhan pribadi
dan hambatan tak terhindarkan.
4. Waktu standar diperoleh dari waktu siklus dengan mempertimbangkan rating
factor dan allowance operator.
5. Precedence diagram diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan dan
informasi pihak perusahaan.
6. Algoritma genetik diperoleh dari hasil perhitungan waktu standar berdasarkan
precedence diagram.
7. Peta proses regu kerja diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan.
4.7.
Metode Pengolahan Data
4.7.1. Pengolahan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data
Uji keseragaman dan kecukupan data dilakukan sebagai berikut :
1.
Uji keseragaman data dilakukan untuk melihat apakah data seragam agar
dapat dihitung waktu standarnya. Bila data tidak seragam, maka data yang out
of control akan dikeluarkan dan dilanjutkan dengan pengujian kembali hingga
semua data in control. Rumus uji keseragaman data adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Batas Kendali Atas (BKA) = x + z σ
Batas Kendali Bawah (BKB) = x − z σ
2.
Keterangan:
x = rata-rata waktu siklus
z = nilai absis pada grafik distribusi normal untuk luasan sebesar tingkat
kepercayaan
σ = standar deviasi
Uji kecukupan data dilakukan untuk melihat apakah data mencukupi untuk
tingkat penelitian yang dipersyaratkan. Rumus uji kecukupan data adalah
sebagai berikut :
N’ = �
�
�
�� ∑ � 2 − (∑ �)2
∑�
2
�
Jika data tidak cukup maka harus dilakukan pengambilan data tambahan dan
dilakukan kembali uji keseragaman. Data dinyatakan cukup apabila
memenuhi N’ < N.
3.
Waktu standar dihitung dengan mengalikan faktor waktu terpilih, allowance
dan rating factor. Rumus perhitungan waktu standar adalah sebagai berikut :
WN = Waktu terpilih x Rf
100%
WS = WN x 100%−%���
4.7.2. Tahapan – Tahapan Pembuatan Peta Proses Regu Kerja
Langkah-langkah pembuatan peta proses regu kerja dapat diuraikan
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
4. Membuat ringkasan kegiatan.
4.7.3. Tahapan – Tahapan Keseimbangan Lintasan
Langkah-langkah pemecahan masalah dengan algoritma genetika adalah
sebagai berikut :
1. Membangkitkan populasi awal
2. Mengevaluasi fungsi kesesuaian (fitness) setiap kromosom induk
3. Membentuk populasi baru, yang terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Seleksi (selection)
Seleksi digunakan untuk mendapatkan calon induk yang baik. Langkah
pertama yang dilakukan dalam seleksi ini adalah pencarian nilai fitness.
Nilai fitness ini yang nantinya akan digunakan pada tahap-tahap seleksi
berikutnya.
b. Kawin silang (crossover)
Kawin silang (crossover) adalah operator dari algoritma genetika yang
melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru. Model crossover
yang digunakan
adalah
partial-mapped
crossover
(PMX).
PMX
merupakan rumusan modifikasi dari pindah silang dua poin. Langkahlangkah model PMX adalah:
Universitas Sumatera Utara
1) Menentukan dua posisi pada kromosom dengan aturan acak. Substring
yang berada dalam dua posisi ini dinamakan daerah pemetaan.
2) Menukar dua substring antar induk untuk menghasilkan proto-child.
3) Menentukan hubungan pemetaan di antara dua daerah pemetaan.
4) Menentukan kromosom keturunan mengacu pada hubungan pemetaan.
c. Mutasi (mutation)
Mutasi ini dilakukan setelah diketahui fungsi suaian terbaik dari proses
kawin silang. Jadi hanya dipilih dari satu kromosom saja untuk dimutasi
lalu ditentukan besarnya probabilitas mutasi baru.
4. Penerimaan (accepting)
Penerimaan kromosom anak akan dilakukan untuk menggantikan posisi
kromosom induk apabila anak menghasilkan nilai fungsi suaian yang lebih
baik dibandingkan dengan fungsi suaian yang dihasilkan oleh kromosom
induk.
5. Pengulangan (looping)
Pengulangan ini akan terus dilakukan hingga kriteria pemberhentian tercapai.
4.8.
Metode Analisis
Analisis dilakukan terhadap kondisi aktual, memperhatikan jenis kegiatan
operator yang diamati pada stopwatch time study dan peta proses regu kerja, juga
terhadap hasil penyeimbangan lintasan dengan pengukuran waktu standar
menggunakan metode stopwatch time study, kemudian membandingkan hasil
penyeimbangan lintasan dengan lintasan aktual yang ada di lantai produksi.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan prosedur
penelitian. Metodologi penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Studi Pendahuluan
1. Kondisi Pabrik
2. Proses Produksi
1.
2.
Studi Literatur
Teori Buku
Jurnal Penelitian
Identifikasi Masalah
Adanya ketidakseimbangan lintasan produksi pada stasiun kerja
Pengumpulan Data
Data Sekunder
1. Jumlah pekerja di lantai pabrik
2. Penggolongan keterampilan
Data Primer
1. Waktu Siklus
2. Rating Factor
3. Allowance
Pengolahan Data
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian di PT. Suryamas
Lestari Prima digunakan untuk penyusunan keseimbangan lintasan produksi
meliputi:
1. Data elemen kerja pada proses produksi pintu Carolina 5P
2. Data waktu siklus proses produksi pintu Carolina 5P
3. Data penggolongan keterampilan operator
4. Data rating factor dan allowance
5. Data waktu proses, waktu perpindahan dan jaraknya
5.1.1.
Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P
Data elemen kerja pada proses produksi pintu Carolina 5P dimulai dari
stasiun pemotongan sampai pengepakan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Elemen
Kerja
EK-1
EK-2
EK-3
EK-4
EK-5
EK-6
EK-7
EK-8
EK-9
EK-10
Elemen Kegiatan
Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting
Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin cutting
Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin radial arm saw
Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin radial arm saw
Pengetaman sisi style dengan moulder
Pengetaman sisi panel dengan moulder
Pengetaman top rail dengan menggunakan moulder
Pengetaman bottom rail dengan menggunakan moulder
Penghalusan permukaan style dengan menggunakan belt sandler
Penghalusan permukaan panel dengan menggunakan belt sandler
Jumlah
Operator
1 (Op 1)
1 (Op 2)
1 (Op 3)
1 (Op 4)
1 (Op 5)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Data Elemen Kerja pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P
(Lanjutan)
11
Elemen
Kerja
EK-11
12
EK-12
13
14
15
16
EK-13
EK-14
EK-15
EK-16
17
EK-17
18
EK-18
19
EK-19
20
21
22
23
24
EK-20
EK-21
EK-22
EK-23
EK-24
No.
Elemen Kegiatan
Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan belt
sandler
Penghalusan permukaan bottom rail dengan menggunakan belt
sandler
Pemberian lem pada sisi style
Pemberian lem pada sisi panel
Pemberian lem pada sisi top rail
Pemberian lem pada sisi bottom rail
Pemberian lubang pada style dengan menggunakan single head
borer
Pemberian lubang pada top rail dengan menggunakan single head
borer
Pemberian lubang pada bottom rail dengan menggunakan single
head borer
Perakitan komponen daun pintu menggunakan dowel
Pengepresan daun pintu dengan doorpress
Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
Packing daun pintu
Jumlah
Operator
1 (Op 6)
1 (Op 7)
1 (Op 8)
1 (Op 9)
1 (Op 10)
1 (Op 11)
1 (Op 12)
1 (Op 13)
1 (Op 14)
1 (Op 15)
Sumber : Pengumpulan Data
5.1.2.
Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P
5.1.2.1. Defenisi Satu Siklus untuk Masing-masing Kegiatan
Waktu siklus mencakup waktu proses produksi pintu Carolina 5P untuk
masing-masing stasiun kerja dan pengukuran dilakukan dengan stopwatch.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
e. Memindahkan kayu untuk style ke bagian pengetaman secara manual
Universitas Sumatera Utara
Satu siklus pemotongan dimulai mengambil kayu hingga memindahkan kayu
(elemen kerja a hingga e).
Satu siklus pada masing-masing elemen kegiatan dimulai dari aktivitas
pertama hingga aktivitas terakhir.
2.
Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin cutting
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
e. Memindahkan kayu untuk panel ke bagian pengetaman secara manual
3.
Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin radial arm saw
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
e. Memindahkan kayu untuk top rail ke bagian pengetaman secara manual
4.
Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin radial arm saw
a. Mengambil kayu
b. Mengukur kayu
c. Memotong kayu
d. Meletakkan ke tumpukan kayu
Universitas Sumatera Utara
e. Memindahkan kayu untuk bottom rail ke bagian pengetaman secara
manual
5.
Pengetaman sisi style dengan moulder
a. Mengambil style
b. Mengetam sisi style
c. Meletakkan ke tumpukan style
d. Memindahkan style ke bagian penghalusan secara manual
6.
Pengetaman sisi panel dengan moulder
a. Mengambil panel
b. Mengetam sisi panel
c. Meletakkan ke tumpukan panel
d. Memindahkan panel ke bagian penghalusan secara manual
7.
Pengetaman top rail dengan menggunakan moulder
a. Mengambil top rail
b. Mengetam sisi top rail
c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top rail ke bagian penghalusan secara manual
8.
Pengetaman bottom rail dengan menggunakan moulder
a. Mengambil bottom rail
b. Mengetam sisi bottom rail
c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
d. Memindahkan bottom rail ke bagian penghalusan secara manual
Universitas Sumatera Utara
9.
Penghalusan permukaan style dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil style
b. Menghaluskan permukaan style
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan style ke bagian pengeleman secara manual
10. Penghalusan permukaan panel dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil panel
b. Menghaluskan permukaan panel
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan panel ke bagian pengeleman secara manual
11. Penghalusan permukaan top rail dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil top rail
b. Menghaluskan permukaan top rail
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan top rail ke bagian pengeleman secara manual
12. Penghalusan permukaan bottom rail dengan menggunakan belt sandler
a. Mengambil bottom rail
b. Menghaluskan permukaan bottom rail
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan bottom rail ke bagian pengeleman secara manual
13. Pemberian lem pada sisi style
a. Mengambil style
b. Mengelem sisi style dengan menggunakan lem kayu
Universitas Sumatera Utara
c. Meletakkan ke tumpukan style
d. Memindahkan style ke bagian perakitan secara manual
14. Pemberian lem pada sisi panel
a. Mengambil panel
b. Mengelem sisi panel dengan menggunakan lem kayu
c. Meletakkan ke tumpukan panel
d. Memindahkan panel ke bagian perakitan secara manual
15. Pemberian lem pada sisi top rail
a. Mengambil top rail
b. Mengelem sisi top rail dengan menggunakan lem kayu
c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top rail ke bagian perakitan secara manual
16. Pemberian lem pada sisi bottom rail
a. Mengambil bottom rail
b. Mengelem sisi bottom rail dengan menggunakan lem kayu
c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
d. Memindahkan bottom rail ke bagian perakitan secara manual
17. Pemberian lubang pada style dengan menggunakan single head borer
a. Mengambil style
b. Melubangi style sesuai dengan ukuran
c. Meletakkan ke tumpukan style
d. Memindahkan style ke bagian perakitan secara manual
Universitas Sumatera Utara
18. Pemberian lubang pada top rail dengan menggunakan single head borer
a. Mengambil top rail
b. Melubangi top rail sesuai dengan ukuran
c. Meletakkan ke tumpukan top rail
d. Memindahkan top rail ke bagian perakitan secara manual
19. Pemberian lubang pada bottom rail dengan menggunakan single head borer
a. Mengambil bottom rail
b. Melubangi bottom rail sesuai dengan ukuran
c. Meletakkan ke tumpukan bottom rail
d. Memindahkan bottom rail ke bagian perakitan secara manual
20. Perakitan komponen daun pintu menggunakan dowel
a. Menyusun style, panel, top rail dan bottom rail
b. Merakit style, panel, top rail dan bottom rail
d. Memindahkan komponen daun pintu untuk dipress secara manual
21. Pengepresan daun pintu dengan doorpress
a. Mengambil daun pintu
b. Mengepress daun pintu
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan daun pintu ke bagian finishing menggunakan forklift
22. Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
a. Mengambil daun pintu
b. Mendempul daun pintu
c. Meletakkan ke lantai
Universitas Sumatera Utara
d. Memindahkan daun pintu untuk dihaluskan secara manual
23. Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
a. Mengambil daun pintu
b. Menghaluskan daun pintu
c. Meletakkan ke lantai
d. Memindahkan daun pintu ke bagian packing menggunakan forklift
24. Packing daun pintu
a. Memasukkan daun pintu ke dalam kotak
b. Menutup kotak dengan lem
c. Memindahkan daun pintu ke bagian pengangkutan menggunakan forklift
5.1.2.2. Data Waktu Siklus
Pengukuran waktu dilakukan selama 20 kali pengukuran untuk setiap
aktivitas di stasiun kerja. Data waktu siklus untuk proses produksi pintu Carolina
5P ditunjukkan pada Tabel 5.2.
5.1.3.
Data Penggolongan Keterampilan Operator
Data penggolongan keterampilan operator adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3. Penggolongan Keterampilan Operator
No. Operator
Keterampilan
Keterampilan
Utama
Lainnya
1
Pemotongan
2
Pemotongan
3
Pengetaman
4
Pengetaman
5
Penghalusan
6
Penghalusan
7
Pemberian lem
-
Tingkat
Kesulitan
Sulit
Sulit
Sulit
Sulit
Sulit
Sulit
Sulit
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Penggolongan Keterampilan Operator (Lanjutan)
No. Operator
Keterampilan
Keterampilan
Tingkat
Utama
Lainnya
Kesulitan
8
Pemberian lem
Sulit
9
Pemberian lubang
Sulit
10
Pemberian lubang
Sulit
11
Perakitan komponen
Sulit
12
Pengepresan
Sulit
13
Pendempulan
Sulit
14
Penghalusan pintu
Packing
Tidak sulit
15
Packing
Sulit
Sumber: Pengumpulan Data
Pada tabel diatas terlihat bahwa hampir semua elemen kegiatan
mempunyai pengerjaan yang sulit kecuali penghalusan pintu sehingga kegiatankegiatan tersebut tidak mungkin digabungkan dengan kegiatan yang lain.
5.1.4.
Data Rating Factor dan Allowance
Rating Factor (faktor penyesuaian) pada penelitian ini ditentukan
berdasarkan metode Westinghouse yang terdiri dari empat faktor yaitu
keterampilan, kondisi kerja, usaha dan konsistensi. Operator utama setiap stasiun
kerja hanya ada satu dimana operator tersebut dianggap sebagai pekerja normal.
Oleh karena itu, rating factor untuk semua stasiun kerja = 1.
Allowance diberikan untuk pekerja berdasarkan stasiun kerjanya yang
dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Nilai Allowance
Departemen
Total Allowance (%)
Pemotongan
14
Pengetaman
15
Pengeleman
14
Perakitan
13
Finishing
17
Pengepakan
11
Sumber: Pengumpulan Data
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P
Pengamatan
ke –
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
No. Kegiatan
1
2
W.Op
W. Mesin
50
56
53
46
45
48
43
55
51
43
44
42
57
46
59
43
55
46
42
47
62
64
62
63
60
62
63
62
61
60
63
62
62
64
63
60
63
61
60
62
W.Op
55
52
61
65
50
52
48
55
57
63
48
62
52
50
55
57
52
65
49
48
3
W. Mesin
77
75
78
76
74
77
73
75
78
76
74
78
79
75
73
76
78
77
78
75
W.Op
64
48
53
49
65
60
61
56
52
54
55
48
56
61
62
56
55
61
54
53
4
W. Mesin
162
165
164
162
167
165
168
165
160
160
164
162
166
164
168
163
161
162
164
162
W.Op
60
54
52
55
43
51
50
45
44
56
51
58
54
46
59
56
57
55
49
47
W. Mesin
61
60
58
62
59
58
61
62
60
63
61
62
61
62
62
60
61
59
57
62
5
6
7
8
9
10
11
12
117
128
121
114
130
116
122
129
119
124
121
112
118
131
116
127
120
119
113
126
152
146
137
160
158
151
144
140
155
159
150
147
145
153
160
149
154
143
158
162
205
212
209
203
220
215
213
208
210
217
223
220
214
211
204
207
215
218
221
216
201
214
206
208
211
218
223
206
203
210
219
215
224
213
205
209
223
217
203
222
122
128
133
118
110
119
114
121
115
119
123
127
132
124
120
113
126
117
111
130
119
132
125
138
129
120
134
139
118
122
127
133
120
128
131
125
123
118
126
139
135
128
122
125
133
129
137
126
130
134
141
129
136
123
134
142
139
131
127
135
120
131
127
129
122
133
136
140
132
139
126
130
139
127
131
138
142
130
122
136
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Waktu Siklus Proses Produksi Pintu Carolina 5P (Lanjutan)
Pengamatan
ke –
13
14
107
122
1
112
109
2
119
116
3
106
128
4
109
114
5
118
116
6
114
120
7
126
122
8
118
126
9
106
111
10
113
117
11
115
129
12
110
121
13
119
116
14
123
110
15
108
127
16
116
129
17
120
118
18
124
132
19
118
113
20
Sumber: Pengukuran Data
No. Kegiatan
15
16
131
124
129
135
139
121
143
132
124
119
129
140
133
120
127
136
125
120
141
129
17
116
127
136
142
125
129
131
119
128
140
135
131
117
126
119
121
138
115
124
140
18
114
119
128
123
137
115
126
141
132
135
118
129
136
139
127
114
130
139
121
132
19
122
141
135
129
124
134
117
126
138
120
131
138
119
126
121
140
137
124
116
129
20
118
133
123
128
141
136
122
139
145
119
132
120
127
138
130
143
119
132
120
141
21
426
418
432
425
420
431
416
437
419
426
433
421
431
415
429
432
441
428
416
439
22
128
140
131
137
119
125
130
141
120
135
127
117
140
132
121
134
119
125
120
136
23
235
239
216
224
240
228
214
222
236
242
224
218
234
214
226
240
227
233
219
223
24
94
102
110
105
92
97
105
109
116
104
101
92
111
103
97
106
114
95
103
99
183
195
181
176
171
188
167
174
182
190
177
186
193
180
171
179
166
172
169
175
Universitas Sumatera Utara
5.1.5.
Data Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan untuk
Peta Proses Regu Kerja
Data yang dikumpulkan untuk peta proses regu kerja merupakan data
pengukuran waktu proses produksi pintu di lantai pabrik yang diambil dalam 1
siklus produksi pintu. Data uraian proses produksi untuk pembuatan peta proses
regu kerja terdiri dari 98 uraian proses yang berasal dari uraian 24 elemen kerja
untuk keseimbangan lintasan. Sebagai contoh, elemen kerja 1 memiliki uraian
proses yaitu mengambil kayu, mengukur kayu, memotong kayu, meletakkan ke
tumpukan kayu, memindahkan kayu style ke bagian pengetaman. Data uraian
proses dan jarak perpindahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan
No
Uraian Proses
A
Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan
(Meter)
3
1
1
Bagian Pemotongan
Pemotongan kayu untuk
dengan mesin cutting
Mengambil kayu
2
Mengukur kayu
20
-
3
Memotong kayu
55
-
4
2
-
30
2
6
Meletakkan ke tumpukan kayu
Memindahkan kayu untuk style ke
bagian pengetaman
Pemotongan kayu untuk panel
dengan mesin cutting
Mengambil kayu
3
1
7
Mengukur kayu
20
-
8
Memotong kayu
64
-
9
2
-
30
2
11
Meletakkan ke tumpukan kayu
Memindahkan kayu untuk panel ke
bagian pengetaman
Pemotongan kayu untuk top rail
dengan mesin radial arm saw
Mengambil kayu
3
1
12
Mengukur kayu
20
-
13
Memotong kayu
155
-
14
Meletakkan ke tumpukan kayu
2
-
EK-1
5
EK-2
10
EK-3
style
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No
Uraian Proses
Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan
(Meter)
30
2
3
1
16
Memindahkan kayu untuk top rail
ke bagian pengetaman
Pemotongan kayu untuk bottom rail
dengan mesin radial arm saw
Mengambil kayu
17
Mengukur kayu
20
-
18
Memotong kayu
45
-
19
2
-
30
2
21
Meletakkan ke tumpukan kayu
Memindahkan kayu untuk bottom
rail ke bagian pengetaman
Bagian Pengetaman
Pengetaman sisi style dengan
moulder
Mengambil style
3
1
22
Mengetam sisi style
68
-
23
2
-
30
2
25
Meletakkan ke tumpukan style
Memindahkan style ke bagian
penghalusan
Pengetaman sisi panel dengan
moulder
Mengambil panel
3
1
26
Mengetam sisi panel
105
-
27
2
-
30
2
29
Meletakkan ke tumpukan panel
Memindahkan panel ke bagian
penghalusan
Pengetaman top rail dengan
menggunakan moulder
Mengambil top rail
30
Mengetam sisi top rail
31
33
Meletakkan ke tumpukan top rail
Memindahkan top rail ke bagian
penghalusan
Pengetaman bottom rail dengan
menggunakan moulder
Mengambil bottom rail
34
Mengetam sisi bottom rail
35
37
Meletakkan ke tumpukan bottom rail
Memindahkan bottom rail ke bagian
penghalusan
Penghalusan
permukaan
style
dengan menggunakan belt sandler
Mengambil style
38
Menghaluskan permukaan style
39
Meletakkan ke lantai
15
EK-4
20
B
EK-5
24
EK-6
28
EK-7
32
EK-8
36
EK-9
3
1
172
-
2
-
30
2
3
1
167
-
2
-
30
2
3
1
75
-
2
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No
Uraian Proses
41
Memindahkan style ke bagian
pengeleman
Penghalusan
permukaan
panel
dengan menggunakan belt sandler
Mengambil panel
42
Menghaluskan permukaan panel
43
Meletakkan ke lantai
40
EK-10
45
Memindahkan panel ke bagian
pengeleman
Penghalusan permukaan top rail
dengan menggunakan belt sandler
Mengambil top rail
46
Menghaluskan permukaan top rail
47
Meletakkan ke lantai
44
EK-11
48
EK-12
49
50
51
52
C
EK-13
53
54
55
56
EK-14
57
58
59
60
EK-15
61
62
63
Memindahkan top rail ke bagian
pengeleman
Penghalusan permukaan bottom rail
dengan menggunakan belt sandler
Mengambil bottom rail
Menghaluskan permukaan bottom
rail
Meletakkan ke lantai
Memindahkan bottom rail ke bagian
pengeleman
Bagian Pengeleman
Pemberian lem pada sisi style
Mengambil style
Mengelem
sisi
style
dengan
menggunakan lem kayu
Meletakkan ke tumpukan style
Memindahkan style ke bagian
perakitan
Pemberian lem pada sisi panel
Mengambil panel
Mengelem sisi panel dengan
menggunakan lem kayu
Meletakkan ke tumpukan panel
Memindahkan panel ke bagian
perakitan
Pemberian lem pada sisi top rail
Mengambil top rail
Mengelem sisi top rail dengan
menggunakan lem kayu
Meletakkan ke tumpukan top rail
Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan
(Meter)
30
2
3
1
77
-
2
-
30
2
3
1
85
-
2
-
30
2
3
1
90
-
2
-
30
2
3
1
65
-
2
-
30
2
3
1
74
-
2
-
30
2
3
1
82
-
2
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No
64
EK-16
65
66
67
68
D
EK-17
69
70
71
72
EK-18
73
74
75
76
EK-19
77
78
79
80
EK-20
81
82
83
EK-21
84
Uraian Proses
Memindahkan top rail ke bagian
perakitan
Pemberian lem pada sisi bottom rail
Mengambil bottom rail
Mengelem sisi bottom rail dengan
menggunakan lem kayu
Meletakkan ke tumpukan bottom rail
Memindahkan bottom rail ke bagian
perakitan
Bagian Perakitan
Pemberian lubang pada style dengan
menggunakan single head borer
Mengambil style
Melubangi style sesuai dengan
ukuran
Meletakkan ke tumpukan style
Memindahkan style ke bagian
perakitan
Pemberian lubang pada top rail
dengan menggunakan single head
borer
Mengambil top rail
Melubangi top rail sesuai dengan
ukuran
Meletakkan ke tumpukan top rail
Memindahkan top rail ke bagian
perakitan
Pemberian lubang pada bottom rail
dengan menggunakan single head
borer
Mengambil bottom rail
Melubangi bottom rail sesuai dengan
ukuran
Meletakkan ke tumpukan bottom rail
Memindahkan bottom rail ke bagian
perakitan
Perakitan komponen daun pintu
menggunakan dowel
Menyusun style, panel, top rail dan
bottom rail
Merakit style, panel, top rail dan
bottom rail
Memindahkan komponen daun pintu
ke bagian pengepresan
Pengepresan daun pintu dengan
doorpress
Mengambil daun pintu
Waktu
(Detik)
Jarak Perpindahan
(Meter)
30
2
3
1
80
-
2
-
30
2
3
1
77
-
2
-
30
2
3
1
85
-
2
-
30
2
3
1
81
-
2
-
30
2
80
1
300
-
30
2
3
1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Uraian Proses Produksi Pintu dan Jarak Perpindahan (Lanjutan)
No
Uraian Proses
85
Mengepress daun pintu
86
Meletakkan ke lantai
88
Memindahkan daun pintu ke bagian
finishing
Bagian Finishing
Pendempulan daun pintu dengan alat
dempul
Mengambil daun pintu
89
Mendempul daun pintu
90
Meletakkan ke lantai
87
E
EK-22
92
Memindahkan daun pintu ke bagian
penghalusan
Penghalusan daun pintu dengan
kertas pasir
Mengambil daun pintu
93
Menghaluskan daun pintu
94
Meletakkan ke lantai
91
EK-23
95
F
EK-24
96
97
Memindahkan daun pintu ke bagian
packing
Bagian Pengepakan
Packing daun pintu
Memasukkan daun pintu ke dalam
kotak
Menutup kotak dengan lem
Memindahkan daun pintu ke bagian
98
pengangkutan
Sumber: Pengukuran Waktu
5.2.
Pengolahan Data
5.2.1.
Uji Keseragaman Data
Waktu
(Detik)
85
Jarak Perpindahan
(Meter)
-
2
-
30
2
3
1
175
-
2
-
30
2
3
1
56
-
2
-
30
2
20
3
110
-
30
2
Uji keseragaman data perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum
menggunakan data yang diperoleh dalam penentuan waktu standar. Pengujian
keseragaman data dilaksanakan untuk mengetahui apakah data waktu berada
dalam batas kontrol (BKA dan BKB) atau tidak (out of control). Contoh uji
Universitas Sumatera Utara
keseragaman data elemen kegiatan pemotongan kayu untuk style adalah sebagai
berikut:
1.
Perhitungan rata-rata.
Perhitungan dilakukan berdasarkan data Tabel 5.2.sehingga diperoleh
X stasiun1 =
x1 + x2 + ... + xn
n
X stasiun1 =
112 + 120 + ... + 109
20
X stasiun1 = 110,50
2.
Perhitungan standar deviasi
s=
σ=
∑ ( xi - x)
2
N −1
(112 − 110,50) 2 + (120 − 110,50) 2 + ..... + (109 − 110,50) 2
19
σ = 6,18
3.
Menghitung BKA (batas kontrol atas) dan BKB (batas kontrol bawah)
Tingkat keyakinan = 95 %, maka nilai Z = 2
Nilai BKA dihitung dengan:
BKA
= x+z σ
= 110,50 + 2 (6,18) = 122,85
Nilai BKB dihitung dengan:
BKB
= x−z σ
= 110,50 – 2 (6,18)= 98,15
Universitas Sumatera Utara
Peta kontrol untuk elemen kegiatan pemotongan kayu untuk style dapat
dilihat pada Gambar 5.1.
125
120
115
Elemen Kegiatan ke-1
110
BKA
BKB
105
100
95
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
Gambar 5.1. Uji Keseragaman Data Pemotongan Kayu untuk Style
Berdasarkan gambar diatas, tidak ada data waktu siklus yang melewati
batas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa data waktu siklus pemotongan
kayu untuk style dikatakan seragam.
5.2.2.
Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan dilakukan untuk mengetahui apakah data waktu siklus
yang telah diambil sudah memenuhi syarat ketelitian yang ditetapkan. Pada
penelitian ini digunakan tingkat keyakinan 95%, dan tingkat ketelitian 5 %. Uji
kecukupan ini dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
z�
2
N( ∑ x2 )-( ∑ x)
' ⎛s
⎞
N=
( ∑ x)
⎝
⎠
2
Universitas Sumatera Utara
dimana : x
k
s
N
N’
= data ke-i dari N sampel x
= nilai absis pada tabel distribusi normal untuk luasan sebaran
tingkat kepercayaan
= tingkat ketelitian yang digunakan sebesar 5%
= jumlah data yang aktual untuk sampel tersebut
= jumlah data yang seharusnya
Data dinyatakan cukup jika nilai N > N’ berdasarkan hasil perhitungan.
Namun sebaliknya, jika N < N’ maka harus menambah jumlah data sebagai
sampel. Sebagai contoh perhitungan uji kecukupan data, maka diambil waktu
pemotongan kayu untuk style yaitu sebagai berikut:
2
�
��(∑ � 2 ) − (∑ �)2
�
�′ = � �
(∑ �)
2
2
�20(244930) − (4884100)
0,05
�′ = �
�
(2210)
� ′ = 4,75
Setelah dilakukan kedua uji diatas, maka data tersebut dapat digunakan
dalam perhitungan selanjutnya. Waktu terpilih proses produksi pintu ditunjukkan
pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Waktu Terpilih Proses Produksi Pintu
No.
Elemen Kegiatan
1 Pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting
Pemotongan kayu untuk panel dengan mesin
2
cutting
Pemotongan kayu untuk top rail dengan mesin
3
radial arm saw
Pemotongan kayu untuk bottom rail dengan mesin
4
radial arm saw
5 Pengetaman sisi style dengan moulder
6 Pengetaman sisi panel dengan moulder
Pengetaman top rail dengan menggunakan
7
moulder
Waktu Terpilih (detik)
W.Op
W.Mesin
48,55
61,95
54,80
76,10
56,15
163,70
52,10
60,55
121,15
151,15
213,05
-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Waktu Terpilih Proses Produksi Pintu (Lanjutan)
No.
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Elemen Kegiatan
Pengetaman bottom rail dengan menggunakan
moulder
Penghalusan
permukaan
style
dengan
menggunakan belt sandler
Penghalusan
permukaan
panel
dengan
menggunakan belt sandler
Penghalusan permukaan top rail dengan
menggunakan belt sandler
Penghalusan permukaan bottom rail dengan
menggunakan belt sandler
Pemberian lem pada sisi style
Pemberian lem pada sisi panel
Pemberian lem pada sisi top rail
Pemberian lem pada sisi bottom rail
Pemberian
lubang
pada
style
dengan
menggunakan single head borer
Pemberian lubang pada top rail dengan
menggunakan single head borer
Pemberian lubang pada bottom rail dengan
menggunakan single head borer
Perakitan komponen daun pintu menggunakan
dowel
Pengepresan daun pintu dengan doorpress
Pendempulan daun pintu dengan alat dempul
Penghalusan daun pintu dengan kertas pasir
Packing daun pintu
Waktu Terpilih (detik)
W.Op
W.Mesin
212,50
121,10
-
127,30
-
131,80
-
131,50
-
115,05
119,8
129,85
127,95
-
127,75
128,35
130,3
426,75
128,85
227,7
102,75
178,75
-
Sumber: Pengolahan Data
5.2.3.
Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Standar
Setelah diperoleh data rating factor maka dapat dilakukan perhitungan
waktu normal. Karena operator bekerja dengan normal maka nilai rf = 1, sehingga
waktu terpilih adalah waktu normal seperti yang tertera pada Tabel 5.6.
Untuk mengetahui kebutuhan waktu proses dilakukan perhitungan waktu
standar (baku). Dengan menggunakan waktu normal pada Tabel 5.9. dan
allowance pada Tabel 5.4. maka perhitungan waktu baku untuk stasiun
pemotongan kayu untuk style dengan mesin cutting adalah:
Universitas Sumatera Utara
Ws = Wn Operator x
= 48,55 x
100%
+ Wn Mesin
100% - allowance
100%
+ 61,95
100% - 14%
= 103,70 ≈ 104,00
5.2.4.
Pembuatan Peta Proses Regu Kerja Aktual
Regu kerja aktual yang ada di lantai pabrik dalam proses produksi pintu
terdiri dari 15 operator yang bekerja pada 6 bagian. Tahap-tahap pembuatan peta
proses regu kerja adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan elemen-elemen kegiatan.
Elemen-elemen kegiatan yang digunakan adalah elemen kerja 1 sampai dengan
elemen kerja 24 yang masing-masing memiliki uraian proses sehingga yang
digambarkan dalam peta proses regu kerja adalah sebanyak 98 aktivitas.
2. Membuat waktu proses elemen kegiatan dan jarak perpindahan pada kegiatan
transportasi.
Waktu proses tiap elemen kegiatan diperoleh dari mengukur waktu siklus
elemen kegiatan. Jarak perpindahan diperoleh dengan mengukur jauhnya
perpindahan dari satu elemen ke elemen lain. Data waktu uraian proses dan
jarak perpindahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
3. Menggambarkan peta proses regu kerja.
Peta proses regu kerja dari pembuatan satu unit daun pintu dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
4. Membuat ringkasan kegiatan.
Ringkasan dari peta proses regu kerja adalah jumlah operasi sebesar 428 detik,
jumlah transportasi sebesar 266 detik, jumlah inspeksi sebesar 18 detik dan
jumlah delay sebesar 278 detik.
Dari Lampiran 4 dapat dilihat lama waktu kerja dan waktu menganggur
dari masing-masing operator untuk proses produksi daun pintu. Adapun masingmasing waktu tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Waktu Kerja dan Waktu Menganggur Masing-Masing Operator
pada Proses Produksi Pintu Carolina 5P Aktual
Waktu
Waktu
Operator
Kerja
Menganggur
(detik/unit)
(detik)
1
229
181
2
302
108
3
243
167
4
409
1
5
222
188
6
245
165
7
209
201
8
232
178
9
112
298
10
236
174
11
410
0
12
120
290
13
210
200
14
91
319
15
160
250
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan tabel di atas, pada peta proses regu kerja aktual terdapat
ketidakseimbangan antar anggota regu kerja, dimana diperoleh waktu menganggur
terbesar sebesar 319 detik pada stasiun kerja 14.
Universitas Sumatera Utara
5.2.5.
Keseimbangan Lintasan Aktual
5.2.5.1. Membentuk Precedence Diagram
Pada proses produksi pintu Carolina 5P terdapat kondisi dimana suatu
elemen pekerjaan berpengaruh terhadap elemen pekerjaan yang lain. Pada
precedence constrain, disusun alokasi elemen kerja dengan syarat tidak boleh
melanggar persyaratan prosesnya. Precedence constrain masing-masing elemen
kerja dapat dilihat