Perbandingan Caleg Perempuan dalam Memen

Yol.2

No.

1

rssii

Tahun2011

2086-8882

ffi Jurna1 Edita
Pusat Studi Informasi, Dokumentasi, dan Kesejarahan

Daftar lsi
Bemilih.qn Gub'eqnuq Qqsllq Oqhe tsacu Eeog4
pgid3 lghun zBgit 'ogn ZQ$IS

lqovirFi BEnlprr
Leo


"Agustino

-P;t5enbingan
Memengngkgr

Slqtegi pgg

peqempum

HEa
Kur5i-diBq*men

=

Seli Naswati
Hamka dan N3tsiq

Qemikiq4n'dgri Sfi.ap fohoh t1ftm


Wannofri6umry

lr8uoge? lskn

€n

Neggrj 'di lnftooeEiS,

{eqpgrjimEgnskso lemikir@

Tudhi"Andoni

I..t4og
!urq!

Dt'a* Nffiq

lsi tgn Koafp&i

',,,,','


XeoeipilAe
:-

,

,,

Nu{

Hist'oqi*,,& ,un,'
nDaf,n**la.irirf n kl*i ss (s))

Keqqisqn BuJom Esqi

Suryadi

Komersialisd'dan Difprpnsigsi pedi Seb'uah Desa
'
Ppr:batesan Sumateqa BEqaL,

lgl3:ftr93

Nopriyasman

eJ35: HAMKA on Maititog
l_en Melaka

ffi€

Eawirman

€Fffi

ffis

f,,esensi

@ffi

Histbriografi Musik lniJortesia Dari Hotii Hinggq


i=.sfl
:lM E

NDOKtuss
ftdmfuhmemffikmtuffi

HelalraN

Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011)

'=P

46

HamueN

47

andtngan Strategl Ca1eg perempuen dalam

Kursl dl Parlemen

- - liemcnangken

I. Pendahulu
Ylemilu leeisla

Selli Naswati.

*,
I

i,mlafr an
ielamin p,

perempuan yang
Sumbar sebanyal
55 kursi yang I(

dibandingkan


d

kabupaten yang

e

Umumnl

Jan kabupaten d
ada anggota DP
anggota DPRD
Kabupaten Soloi
';ga tampak pad
::ldapat 6 orang '

Repro. Majalah Aneka Minang, 2Febrtrari 1972

l


- i-1

ini mengalz

Flukruasi
menunjukke
--:
irat. Bila ditiLl
l?R.D Provinsi
s::anyak 240 {:
,::-ah Caleg L
:-.-eiahui Caleg

;::empuan

163

lzn

data tersel

:eryartisipasi pc
-a,-: unruk pene

Agaknr
:erkompetisi g''

*

Staf pengajarJurusan Sosiologi, Fakultas Ilmur Sosial (FIS) Universitas Negeri
Padang (UNP), Sumatra Barat

:tietapkannva u
::nliakan afirma'
-.'ang menl'e'lu

:::cgikutkan i:
::kungan peiua
I -t08 tentang Pe

E d it a i Edit


or Akade mik),

lurnal Pusindok-U niversitas

And.alas

E,lia I Edilor Akade

HalauaN

Hiuueru

47

Vol.2 Tahun.I, No

2 (20f0

L Dendalruluan

9 April 2009 rarumenunjukkan
adanya peningkatan
ansgota
bpno provinsi s".ut"iu g;;;^rgberjenis
r
I
kelamin perempuan. Bila pada tahun
2A04 .u,fu, r"i"ururjumlah
perempuan yang menduduki posisi
sebagai anggota DPRD provinsi
sumbar sebanyak 5 orang,
-utu sekarang ini menjadi 7 orangdari total
kursi yang tersedia. Jumrah
ini merupakan yang terbesar bila
lldibandingkan dengan anggota D'RD perempuan
di rg kota dan
r ------r
kabupaten yangadadi Sumbar.
Umumnya, jumlah anggota DPRD perempuan
pada 1g kota
dan kabupaten di Sumbar, bertsar
dari I hfigg"4 ;;;dlaja, bahkan
ada anggota DPRD kota atau kabupaten
yang sama sekali tidak ada
anggota DPRD perempuannya (seperti
fuUifute"
i.riri, Selatan,
Kabupaten. solo.k):YTyorot ryu
unggltu pp-np perempuan
,umtatr
pga tampak pada DpRDtota padang,
bahwi"paau p"rioa" 2004-2009
6 or anganggota DpRD pere*!,r*,
namun untuk perio de 2009_
l*?p::
2014 ini mengalami penurunan fri"sgu
.10./, yakni hanya 3 orang
saja.
a"P:si
jumtah anggota oFno provinsi,
ko;
;u;
kabupaten
:-:
mr _
menunjukka" glT"fila_ aktivitas politisi
p..;;;;;;i
^s,r;;;*k Sumatera
Barat. Bila ditilik lebih jauh rasi, dati
ii
rpu
pemilihan
DPRD Provinsi p.dgl-: zoog-ioiq,r..a"p",
7 4g caronregistatif (caleg),
sebanyak 240 (32,o,o/o).adarah
caleg perempuan aan sog (6r,920/o)
adalah Caleg Laki-laki. Sementara"pimil,
p..ioa. iooa _2009 lalu,
diketahui Categ untuk DpRD S"*U*
r"U
Categ
perempuan 163 oiang
1y7iOji
egW- dan Categ gid_fuH
,"U""i"t
+ 54 (74yo).
Da,, data tersebut tur"put adanyap.rrirgtutu
n 6yo perempuan dalarn
berpartisipasi poritik lever provinsi
i*
igrt"mpetisi dengan caleg raki_
laki untuk pemenangan suara pada pemilu
2009.

[emilu-legislatif
jumlah

i,"si*g*

Agaknya peningkatin jumlah

@IS) Universitas Negeri

Caleg perempuan dalam
berkompetisi guna memperoleh
kursi di parre"me, ,u[i..r.pas dari
iirnu"u r.i.rupa pasatnya sudah memberikan
tindakanafi rmatif ,p:*i1"

:*:T:"Tf!-]

kepadap...*p"u.,;#ffi

#;#ri',ff

T;;'rff;,
yang menyebutkan agar partii politik
p.*ito
fearo"rr-;;;Jrru
mengikutkan minimar.3Oo/o carontegislatir

dukungan peluang untukperempuan
2008 tentang pem,u DpR, opii

i""

Edita (Editor Akade mik
),

por*pouri s-ematio Jetus
tercantum pada uu No.10/
iipno vakni p"r"rErrr g ayat 1

"*.t,

I urnal Pu s indo k- U nive rcitas Andalas

Vol.

2

Tahun.l, No. Z (2011)

HalaueN

48

huruf d, mengatur Parpol peserta Pemilu yang harus menyertakan
keterwakilan perempuan minimal 30o/o padakepengurusan tingkat pusat.
Pasal 53 mengatur daftar bakal calon yang diajukan parpol memuat
sedikitnya 30% keterwakilan perempuan dan pasal ss (2) tenrang
penyusuan bakal calon, untuk setiap tiga orang bakal calon terd.apat
sekurang-kurangnya satu perempuan. Ini maksudnya agfi perempuan
sebagai caleg juga berkesempatan menempati nomor urut kecil, sebab
nomor urut posisi atas ini diyakini akan memberi peluang besar untuk
bisa mendapatkan jatah kursi di lembaga perwakilan. Agaknya pasal ini
tak banyak berfungsi karena keputusan Mahkamah Konstitusi (MK)
merevisi pasal2l4 uu No.10 /2a08 ini pada 23 Desember 2008 la1u.
Revisi menyatakan pemenang Pemilu adalah peraih suara terbanyak tanpa
melihat nomor urut. Jadi diraihnya suara terbanyaktanpamelihat nomor
urut, seolah membuka peluang bagi caleg perempuan untuk bisa
mendapatkan kursi tanpa harus berada di nomor urutan atas.
Namun seperti diuraikan sebelumnya, tampakbahwa telah terjadi
pergerakan naik turun jumlah keterwakilan perempuan di parlemen.
Bahwa nomor suara terbanyak tak terlalu signifikan dalam menentukan
perolehan kursi di parlemen bagi caleg Perempuan. Agaknya peraturan
itu masih belum menunjukkan efektifitas untuk meningkatkan jumrah
perempuan di parlemen. Bahkan Caleg perempuan periode 2A09-2014
yang sudah menjadi legislator periode sebelumnya, dianggap sudah
memiliki modal sosial dan aset politik (seperti sudah dikenal konstituen
dengan pengalaman sebagai legislator selama 5 tahun) temyata tak banyak
yang terpilih kembali.
Selain peraturan yang mendukung keberadaan Caleg perempuan
untuk bisa memperoleh suara dalam pemilu, dalam konteks lokal sumatra
Barat, terdapat modal sosial lainnya untuk meraup suara sebanyaknya,
yakni masyarakat Sumbar yang bercirikan budaya lokal sistem matrilineal
dan menerapkan sifat egaliter. Bahwa dua ciri spesifik ini dipercaya akan
memberikan kontribusi positif bagi caleg perempuan. penelitian

mengenai rpayacaleg perempuan memenangkan suara pada tahun2004
lalu membuktikan, bahwa terdapat kontribusi (peran mamak dan saudara

Harevau 49

diwawancarai,3

c

saudara laki-laki y
di Sumbar (suamt

Bahkan boleh dik
legislatif yang dud
dan terpilih kembi

ll. Dermasala
Berangkat

jauh tentangfaktc

sebagai legislator
perempuan untu,
Apakah modal so
sistem matrilinial

tua dan saudara ya

mendapatkan sua
mereka menjadi 1q
dan rakyat yang n
periode kedua, ati
terkait dengan ke
mereka tak terpili
tersebut dengan r
Calegperempuan'
lokal di Sumatra I

tl!. Settins Sosi
3.1 Arti Pereml
Minangkabau

Sumatra Bi

egaliter. Selain itu,
masih cukup kenta

r

diterapkan oleh legislator perempuan yang incumbent untuk kembali ikut
bertarung untuk perio de 2009-2074. Dari empat incumbent legislator yang

sistem matrilinial,
pihak ibu dan mer
komunitas adat di
dalam satu kaum
bersama menjadi o
kaum mereka, yar
ada yang mengati

Edita (Editor Akademik),

Edita ( E dit or Akade miL.

iaki-laki yang memlllki power di tengah masyarakat) kepada caleg
perempuan dalam upaya perolehan suara bagi mereka untuk bisa duduk
di DPRD Provinsi sumbar periode 2004-2009. Namun untuk pemilu
2009 ini, ternyata strategi demikian tampaknya tak ragi berhasil

lurnal Pusindok-Universitas Andalas

J

Vol.2 Tahun.I, No.2

u yang harus men

rcarai,3diantaranyamemilikihubungankekebarabatandengan

politikus
i*r-f"f.i yurg *.ojudi figur tokoh adat informal (ayah)' kembali'
terpilih
;it;# aln mlar ifar;, tak satupun vang

kepengurusan tingkat

yang diajukan Parpol
dan pasal 55 (2) ten
orang bakal calon terd
i malaudnya agar
nomor urut kecil,
memberi peluang besar
perwakilan. Agaknya pasal
Mahkamah Konstitusi
pada 23 Desember 2008
peraih suara terbanyak
terbanyak tanpa melihat

caleg perempuan untuk bi
nomor urutan atas.
tampakbahwa telahteri
perempuan di parlemensignifikan dalam menentukan
. Agaknya peraturan
untuk meningkatkan jumlah
perempuan periode 2009-2014
sebelumny a, dianggap sudah
i sudah dikenal konstituen
5 tahun) ternyata takbanyak
keberadaan Caleg perempuan
dalam konteks lokal Sumatra
meraup suara sebanyaknya,
budaya lokal sistem matrilineal

ciri spesifft ini dipercaya akan
leg perempuan. Penelitian
suarapada tahan2004
i (peran mamak dan saudara
h masyarakat) kepada Caleg
bagi mereka untuk bisa duduk
. Namun untuk Pemilu
tampaknya tak lagi berhasil
incumbent untuk kernbali ikut
empat inatmbent legislator y ang

I urnal Pusindok-U niv ers itas Andalas

\\

(2011)

Uotetr dikata

di Sumatra Batat, hanya satu perempuan-anggota

bertahan

yang mampu
l",if yut g duduk di DPRD periode 2004-2OOg
kedua kaltnya'
untuk
*d; fembali sebagai anggotaperiode

Dermasalahan

3"k?'ltti lagi
lf"i*lil
terpilih

Berangkat dari fenome rla vatgdemikian'
mereka tak bisa

d;;;'i;;;;;;;;;
;ai

le gi sl ato

g""up d aya up ay" "t11, : :1 ":t P: ::':r'"
r. Ap umt" "'""v"duttu"
"
suara sudah maksimal?

;fil;? il;;;n

,,i.*""u"gkan
rituiritui yang dianut (sikap egaliter dan
iirig"" dalam tonteta dukungan mamak' orang
tak lagi
dan saudar a yaig*.,,juai totoh masyarakat
Ptq::"^
:1*
Aq*?h seflma
modal sosial berupa

ratkan suara Aari tariU kerabat di kampung?

menjadilegislatorsrdahdirasakankehadirannya"l:1,-YltL'1ll
tak lagi dipilih untuk
raliyat yuog -e-ititnya atau tidak, sehingga
politik yang keras Ut t:il:
rde kedua, atau memang persaingan
[;.;g^; kebijakan iriternal siitem Parpol yarg menyebabkan
[u iuti.rpilih iagi? Makalah ini mencoba 3e!y1b
yang dilakukal ena]n orang
na J."Su" membandingkan strategi
politik
perempuanyunguoSoultg'"t'".n1pttT*i*l"TI"#:f
i"ririia"arla perioae Pemilu 2004 darl200e'

ryi"Y::

;ft;"i;

L

Darat
Settlng Sosial rlan Kontel$ Lol(at Sumatra

lAttiPerempuao-airnru'yarakatMatrilinialdanEgaliter
SumatraBaratakrabdengankuiturdanadatMinangkabauyang
ealiter. Selain itu, siste* *ut itinia] na{a lStvTukut
k"nsisten dipraktettcan hingga sekarang' Dalam
ffiff;;^k;;A;;
berdasarkan
dr,.;-;;*tnia1, masyarakat menganut garis keturunan
posisi
sentral pada
pfu;k fu; dan menjadikan ibu (perempuan) sebagai
di kaumnya' Di
tomunitas aaat aan teiourgu iesar Tirtt,ded fomily)
yang disepakati
dalam satu kaum itu, terdapat seorang perempuan
di

:1',t-Y'T"*f:

dan aspirasi perempuan
bersama menjadi otuttg yangtewakili suaia
Bahkan
taum mereka, yurrg bI*u Iisebut dengan Bundo Kanduang'

punah' tidak ada lagi
ada yang-.rrguaukuo bahwa suatu kaum itu

Hita

(E ttit o r Akade mik )'

J ur nal Pusindok'Il niv ersitus Anddas

HauvraN 50

H

eksistensi suku tersebut karena tak ada pihak perempuan di dalam kaum

2
h

Vol. 2 Tahun. I, No. 2 (2011)

suku tersebut yang melanjutkan keturunan mereka. Jadi tampak jelas
bahwa perempuan adalah pelanjut keturunan, perempuan penerima
warisan harta pusaka dan gelar adat. Perempuan tersebut berhak
mengatur dan mengelola aset atau modal pusaka kaum. Situasi yang
demikian, seperti dikatakan Sanday menunjukkan peran besar perempuan
yang dituakan dikaumnya yarug disebut dengan Bundo Kanduang:
"...That wotnen are positioned at the core of the generational
fomily. Largely through this matrilineal social organization,
the leading figure in a Minangkabau extended fomily, usually
the oldest sister, is a symbolic 'queen mother,' or 'Bundo
Kanduangt'.

d

il
fr

.Ii

E

il
d

k
Maka tak salah bila kemudian wieringa menyebutkan bahwa

tr

perempuan etnis minangkabau memiliki posisi yang tidak tersubordinasi,
jort o sebaliknya dalamposisi yang setara dan sama yang melekat dengan
ierm egaliter. Seperti dikatakannya:
"Wornen in Minangkabau society have social status in terins
of their custotns, property ownership, and egalitaianism in
the societf .

d
d
q
n

Boleh dikatakan secara keseluruhan dalam konteks adat di
Sumatra Barat, perempuan sudah mendapatkan posisi yang Setara dan
tidak lagi termarginalkan karena statusnya di dalam lingkungan
masyarakat adat yang cukup dimuliakan itu. Contoh posisi mulia dan
penting itu; keputusan atas nama kaum harrls mendengarkan dan
didasarkan pada persetujuan kaum perempuan yang diwakili oleh
perempuan yang'dituakan' pada satu suku tertentu itu. Walaupun
demikian, sebesar apapun posisi perempuan yang sudah diperhitungkan
dan egaliter dalam tatanan adat, masih menjadi tanda tanya apakah
sistem egaliter dan matrilinial ini membawa dampak positif pula ketika
perempuan berkiprah di sektor publik lainnya seperti kiprah perempuan
di ranah politik.
Untuk mengetahui lebih jauh, sesuai dengan permasalahan,
makalah ini mencoba menghimpun strategi dan kiprah politisi perempuan
di Sumatr a Barat dalam perolehan kursi di Parlemen dengan
mengumpulkan data dari 4 orang politisi perempuan yang menjabat
sebagai anggotaDPRD Provinsi Sumbar dan DPRD Kota Padangperiode

d

F

ri

s

n
h
a

I

a

t

u

n

I

E dira (Edito r Akade

mik)'

J urnal Pusinilok-U niv ersilas Andalas

I

Helnueu 5l

Vol. 2 Tahun.I, No.2

(2011)

2004-2009 (masing-masing dua orang) serta dua anggota DPRD yang
baru pertama kali terpilih pada periode 2009-2A14-

3.2. Kapital Sosial
Konsep kapital sosial sejalan dengan konsep modalsosial. Seperti
disebutkan Fukuyama, bahwa modal sosial sebagai serangkaian nilai atau
norrna sosial yang dianut bersama, yang memberikan peluang untukbisa
saling bekerjasama, dan secara luas konsep ini juga dikembangkan oleh
James Colleman dalam kajian Sosiologi3. Putnam (1993,2000)
menyebutkan modal sosial sebagai nTlai mutual trust kepercayaan attara
anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnyaa. Namun
dalam makalah ini seterusnya lebih cendrung digunakan pemakaian kata

kapital sosial seperti disebutkan Robert M.Z. Lawang. Lawang
mendefinsikan kapital sosial memiliki subtansi yang sama dengan para
ahli sebelumnya. Bahwa Kapital Sosial merupakan suatu institusi yang
didalamnya ada interaksi sosial dan sikap individu atau kelompok dengan
tiga unsur ciri uthma yakni kepercayaan (t us|, jaringan (network) darr
nilai-nilais.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa kepercayaan merupakan hasil
dari tindakan dan interalsi sosial dimana dalam tindakan sosial merujuk
pada apa yang dilakukan antara dua pihak dalam melakukan hubungan
timbal balik sebagai upaya mewujudkan harapat dan kepercayaarf .
Sedangkan jaringan sosial adalah ikatan antar individu, kelompok dan
institusi yang terbentuk karena ada hubungan sosial. Jaringan sosial ini
berbagai macam bentuknya ada yang disebut dengan jaringan duaan,
gmda, berlapis dan sebagatnya 7.

ri

n
n
,n

.n

:h
rn

ln
th

t Lihat Peggy Reeves Sanday, "Women at the Center, Life in a Modern
Matriarchy" Ithaca:Cornell University Press, 2002, hal. 20.
2
Lihat Saskia Wieringa "subversive Women", New Delhi: Raj Press, 1995. Hal
3
Lihat Francis Fukuyama, "Modal Sosial" dalam Kebangkitan Peran Budaya,
kgaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia, ed Lawrence E Harrison
dan Samuel P Huntington, Jakarta: LP3ES, 2n2.ha1153 dan hal 157.
a
Mardian," Konversi Modal Sosial menuju Modal Politik ', diperoleh dari http:/
rhardian.files.wordpress.coml2DSl05konversi-modal-sosial-menuju-modal-politik.pdf.

ka
an

t[,
lan
,an

l1Juli2009.
5
LihatRobertM.Z.Lawang, "Kapital Sosial, Dalam perspektif Sosiologik, Suaru
Fengantar" Depok: FISIP UI Press, 2004. Hal45 dan 70.

bat
lde

6Ibid. Hal.6l
7Ibid. Hal.61-67

Dtra (Editor Akademik),

.\

I

-*--/?

-.n''\

\.

i

I u r n al P u s in d ok- U niv e n itas Andalas

Vol. 2 Tahun. I, No. 2 (2011)

Her-euaN

52

Kajian tentang tiga unsur kapital sosial, yang meliputi nilai,
jaringan dan kepercayaan menjadi bagian senffal saat menguraikan strategi
Caleg dalam Waya mendapatkan kursi di Parlemen dalam makalah ini.
Seperti tampak dalam tabel berikut:
Tabel 1. Kapital Sosial dalam konteks Sumatra Barat
]'lI

lkritalSosial

1

Nilai-nilai

2

Jaringan

3

Kepercayaan

Sumbar

Nilai tradisional masih berlaku: Egaliter, system
matrilinial
Tokoh masyarakat informal, figur piminan suku, adat,
agama (Datuk penghulu, tuanku malin)
Komunitas masyarakat yang fanatik; adat dan agama,
dan konstituen sebagai basis massa

Maka dalam mewawancawai 6 orang informan, item pertanyaan
tak terlepas dari unsur yang terkait dengan kapital sosial tersebut. Bagian
berikut merupakan bahasan tenttlng data informan.

3.3. Data Inforrran
Informan yang berjumlah enam orang dianggap peneliti sementara
waktu cukup mewakili untuk kepentingan penulisan makalah. Variasi
informan antara lain 4 orang asli berasal dari etnis minang dan 2 orang
non Minang, namun sudah lahir dan besar di lingkungan masyarakat
Minang. Juga ditemukan sejumlah perbedaan yatg dianggap mewakili
sejumlah variasi Caleg DPRD perempuan di Sumbar, seperti Caleg berasal
dari partai politik yang sudah eksis di panggung politik sejak masa orde
baru, atau disebut pemain lama dan Partai pendatang baru yang cukup
fenomenal bisa mengantarkan Capresnya menjadi RI 1. Berikut adalah
Tabel No.l dan No.2 dari hasil rekapitulasi informan yang ditemui
dilapangan:

E dita ( Ediror Akade

mik),

Jurnal Pusindok-Universilas Andala

llereveN

Vol.2 Tahun.I, No.2

53

(2011)

Table 1: Data Informan Aleg Incumbent periode 2004-2009

=E

frE
ID

EE#=
'So:E
-Llf

-E

$sH

B

I

ur= o
E.Ef H

_E

6
g

5EH

HB

€BFfrE

6 fig

,BH,
E

H

$ERE6

r$gEH

E

$HHffi$M5E

$$s

Ma(Editor

E$

H

3Ba

fi

Akademik),

$ps*E
+N

Be $E

fiH"Be

Jurnal Pusindok-Univercilas Andabs

Vol.2 Tahun.I, No.2

j(g
6(gj
v'='=

Halala,qN

(2011)

54

E=

'E E

1

9t>
-

E;-BEa

E Eg
=2fi

F

t-"4 r$fr

iB;.qE*-sqEB
cLo(r) o.tr
r o oc!!,
(!
c(!
d
U)

+uo
oEo6
N/1

61

(6
@

333 i
Pe agP:
g=3
;
6o)o
.ooo
(L
oN (\r(LtL(\r

(')

EE

s_
-6

60
> o-

- .q'-3
e

3s;

>r.:

tr()
eittr

88.
P-c

99
6O
c(6
H=

E€
C t)

(€(€

J

*F

E dita ( Edit or Akod e mik),

.cg

I urnal Pasindok-U

niversitas Andalns

Vol.2 Tahun.I, No.

f,nrarraeu 55

Z (ZOff)

Tabel 2. Data Informan Aleg Terpilih Pertama kalinya
(periode 2009-2014)
d

!or
;

d=d$r

€:

a
jI.r ocou>
c i..:::
o d o.!.Yr>58,::

:6o

-

o

-=

>!

tr

t

)

E d
tr il
d L 6 tr

:e
:-

; ; -9.: ;;

{ ,i==

T
c-J

=x'
:,
io
d

j

A

!cc
!c c

-aq
jiu

!
F

e:o
:EI

a=
ta
6 @
>tr
d:-

i[!9':-I
ra
=E e;!'

E

"i.6

'=x

6

c!
E'L

E

I'e;;

c0

GE
:c
Eu

u-:=:
cYli"
d --'H
>;:.-Ji c

e.?'e
_rF _'-r
E;r
;:;S =* EF^E i
gr;;

L^

LE

a

d';

2d

{Eo

.r!e-4J
ddo
a>.-

'::F
is;.:

d-

e*
P-

od

,

D

i

a
.-^'dd >.t=

r;z
o loEI

4b-"5
fbE
or o d€Lld

;v
d!Jzo
=ii ;:.d

v 5 io"
< u?Z

?

-

oi

o EV

I,i

@

o

s'3

q=E

v

!.8

oVo

';g;N>or'iOL'-

d E d O-Z
E u - L2Z dE
dJJ

.::.3 a:
d y
=
a
oa(:E(].d
':.-

dE
3
:
d
: - d
.:
:6'"
o.Y uo c
=
>