Prospek Industri Pulp di Indonesia

Prospek Industri Pulp di Indonesia

Disampaikan pada Seminar

“K
Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Industri dan
Pengembangan Industri Pulp di Indonesia:
Mempromosikan Investasi Yang Bertanggung Jawab”
Diselenggarakan oleh
Departemen Kehutanan
Badan Litbang Kehutanan
Puslitsosek – CIFOR
Jakarta, 28 Juni 2006

40

Prospek industri pulp di Indonesia sangat cerah, didukung oleh
keunggulan potensi Indonesia, kebijaksanaan Pemerintah, sivitas akademika
dan investor yang ada dan yang akan datang.
Perkenankan kami memulainya dari awal.
I. Gambaran industri pulp kertas

1. Sejarah singkat
Industri pulp & kertas Indonesia di mulai dengan didirikannya pabrik
Padalarang (1923) dan Leces (1939) dengan kapasitas masing-masing 10
ton/hari atau 3.000 ton/tahun. Sekarang 1 pabrik besar di Indonesia mampu
memproduksi 3.000 ton tersebut dalam 8 jam.
Dalam 1970–an terdapat 7 pabrik / proyek, yang kesemuanya milik
Negara, dengan jumlah kapasitas 50.000 ton/th kertas. Sejak 1970–an
tersebut modal swasta mulai ikut aktif mendirikan pabrik, sehingga dalam
2006 ini tercatat 80 perusahaan pulp & kertas, dengan jumlah kapasitas 6,5
juta ton/th pulp dan 10 juta ton/th kertas (lampiran 1 ).
Semua jenis kertas telah diproduksi di Indonesia dan ada kelebihan
untuk diekspor.
Dalam 2005 tercatat kapasitas pulp 6,5 juta ton, produksi 5,5 juta ton,
konsumsi dalam negeri 3,8 juta ton ekspor 2,6 juta ton; sedang untuk kertas,
kapasitas 10 juta ton, produksi 8,2 juta ton, konsumsi 5,5 juta ton, ekspor 3
juta ton (lampiran 2 & lampiran 3).
Nilai ekspor pulp, kertas dan produk-produk kertas USD. 3,3–3,5
milyar. Pasar buku tulis di Timur Tengah boleh dikata telah dikuasai Indonesia.
Seperti Pemilu-pemilu sebelumnya, Pemilu 2004 pun sepenuhnya
menggunakan kertas dalam-negeri.

Dalam 2003 Indonesia menempati peringkat 9 dalam produksi pulp
dunia dan peringkat 12 dalam produksi kertas dunia. (lampiran 4)
2. Pemakaian kertas per kapita
Pemakaian kertas per kapita meningkat sekitar 5% setiap tahunnya
(dunia : 2-3%). Pemakaian selalu meningkat, tetapi masih rendah dibanding
negara-negara maju (lampiran 5).
3. Bahan Baku
Bahan baku yang pertama-tama dipakai di Indonesia ialah merang,
kemudian berkembang ke jerami, batang jagung, bagasse, bambu dll. Tetapi
dengan makin meningkatnya kebutuhan, maka mulai dipakai bahan baku
kayu. Kayu menjadi andalan utama. Bahan baku penting lainnya ialah kertas
bekas, dimana pada waktu ini 50% kertas dunia dibuat dari kertas bekas.
4. Sumber daya manusia ( S D M )
Adanya peningkatan kapasitas (dari 50.000 menjadi 10 juta ton/th)
dan penambahan jumlah pabrik (dari 7 menjadi 80) telah mengakibatkan
adanya kelangkaan tenaga trampil dan timbul bajak-membajak antar pabrik.
Pada 1991 Asosiasi Pulp Kertas Indonesia (APKI) bekerjasama
dengan Balai Besar Pulp & Kertas Bandung mendirikan Akademi Teknologi
Pulp & Kertas (ATPK). Sampai saat ini ATPK telah meluluskan sekitar 600


41

sarjana muda yang kemudian menjadi tenaga ahli yang terampil dan manager
di pabrik-pabrik. Kebutuhan SDM dapat disediakan, bajak-membajak dapat
ditiadakan. Bahkan ada kelebihan yang dimanfaatkann oleh industri kertas
Malaysia.
Tenaga kerja industri pulp & kertas : 110.000 orang.
II. Gambaran industri pulp
1. Pedoman Pemerintah (lampiran 6)
Pabrik pulp harus mempunyai HTI sendiri dan menggunakan kayu dari
HTI-nya atau mempunyai ikatan pasokan kayu yang syah dari suatu
HTI.
Pabrik pulp harus berada di luar Jawa.
Pabrik pulp harus bersahabat dengan lingkungan (environmentally
friendly) dan mempunyai unit limbah (gas, cair, padat) yang
memadai.
Pembuatan pulp dengan proses sulfit dilarang.
2. Pabrik dan HTI pulp yang ada.
Ada 7 pabrik pulp dengan jumlah kapaitas 5,9 juta ton/th dan jumlah
areal HTI–pulp 2 juta HA (4,4 juta HA menurut data terakhir Departemen

Kehutanan) (lampiran 7). Areal HTI ini adalah konsesi yang diberikan
Pemerintah, yang berupa kombinasi hutan alam, hutan tanaman, semak dan
lahan gundul. Pekerjaan pembangunan HTI belum selesai, baru mencapai
sekitar 70%. Tetapi ada yang sudah selesai 100% (PT Tanjung Enim Lestari /
Musi Hutan Persada). Pemerintah cq Departemen Kehutanan memberi
kesempatan menyelesaikan HTI-pulp paling lambat 2009.
Pabrik-pabrik yakin bahwa pembangunan HTI selesai dalam 2009, bahkan
sebelumnya. Pada waktu ini pasokan kayu dipenuhi dari hutan tanaman
sendiri, kayu dari pembangunan HTI dan dari HTI dan sumber lain yang syah.
Bilamana HTI telah selesai dibangun, kebutuhan kayu 7 pabrik pulp
akan terpenuhi sepenuhnya secara berkesinambungan, bahkan ada kelebihan
kayu untuk perluasan pabrik atau mendirikan pabrik baru.
Kecuali PT. Kertas Kraft Aceh yang memproduksi pulp serat panjang, pabrik2
yang lain memproduksi pulp serat pendek.
3. Jenis dan ukuran kayu yang dipakai
Jenis kayu yang dinilai cocok ialah kayu serat pendek, Acacia dan
Eucalyptus. Kayu serat pendek dapat dipanen dalam 7 tahun (di negara dingin
22-30 tahun) sedang kayu serat panjang 15-30 tahun (di negara dingin 50-100
tahun). Dari pengalaman, tanaman generasi kedua, lebih baik dari generasi
pertama dan dapat dipanen lebih cepat.

Berbeda dengan industri kayu lainnya yang memerlukan kayu dengan
diameter tertentu dengan batang-batang yang lurus, industri pulp dapat
menerima kayu kecil, cabang dan ranting dan batang-batang yang tidak lurus.
III. Keunggulan peluang dan prospek
1. Keunggulan dan peluang. (lampiran 8)
 Kebijaksanaan Pemerintah sangat mendukung dikembangkannya
industri pulp.

42









Departemen Kehutanan menyatakan bahwa sesuai dengan
kebijaksanaan pengelolaan hutan lestari, industri pulp sangat

prospektif untuk dikembangkan. Menteri Kehutanan menyatakan
agar Indonesia dapat membangun 8 pabrik pulp baru sampai
2014. Departemen Kehutanan mentargetkan pembangunan HTI
mencapai 5 juta HA pada 2009 dan 20 juta HA pada 2025.
Departemen Kehutanan menetapkan kebijaksanaan bahwa pabrik
pulp baru harus mulai dengan membangun HTI terlebih dahulu
dan membangun pabrik pulp belakangan, sehingga pada waktu
yang bersamaan (tahun ke–7) pohon siap dipanen dan pabrik siap
beroperasi. Industri pulp Indonesia menerima dan mendukung
kebijaksanaan ini.
Departemen Perindustrian & Perdagangan menyatakan bahwa
pulp & kertas & produk-produk kertas adalah produk andalan
ekspor.
Mulai 1980-an Pemerintah /Departemen Perindustrian secara
bertahap menfasilitasi penurunan bea-masuk (BM) atas pulp &
kertas. BM yang tadinya 60% sekarang telah menjadi rata-rata 05%. Hal ini kelihatannya tidak bersahabat terhadap industri pulp &
kertas. Tetapi hal ini telah menjadikan industri pulp & kertas tidak
cengeng, menjadi industri yang efisien dan siap bersaing secara
global.
Prof. Dr. Ir. Achmad Sumitro dari Fakultas Kehutanan UGM

dalam pidato dies 2003 menyatakan a.l. : ”Pertumbuhan industri
pulp & kertas menjadi peluang agar Indonesia terlepas dari
kesulitan hutan yang sudah terlanjur rusak. Dengan integrasi
hutan tanaman dengan hutan alam maka satu sama lain dapat
saling melengkapi memenuhi kebutuhan kesejahteraan dan
pelestarian hutan.”
Sebagai negara tropis, pohon siap tebang 3 kali lebih cepat dari
pohon didaerah dingin.
Adanya air yang cukup untuk proses pembuatan pulp & kertas.
Adanya penduduk Indonesia yang cukup besar (220 juta) dan
yang makin berpendidikan. Ini menjadi konsumen kertas yang
besar dan terus meningkat.
Adanya tenaga yang terampil dan berpendidikan.
Indonesia berada ditengah-tengah Asia yang makin maju dalam
tingkat ekonomi dan pendidikannya.
Hutan di Asean, Asia, Norscan (North America & Scandinavia),
sudah tidak dapat ditambah arealnya, kecuali Indonesia, Amerika
Selatan, Rusia.
Pada 2005 penduduk dunia 6,5 milyar dan akan mencapai 9,1
milyar pada 2050. Dengan pertumbuhan pemakaian 2-3% setiap

tahunnya, penduduk dunia mengkonsumsi 360 juta ton kertas
pada 2005, 490 juta ton pada 2020 dan 620 juta ton pada 2030.
Kebutuhan kertas dunia naik 2-3 %, tetapi pasokan dari Norscan,
sebagai pemasok
tradisional 50% dari kebutuhan dunia,
berkurang karena banyak pabrik yang tutup di Norscan karena
kalah bersaing (tingginya biaya kayu, energi, bahan kimia, upah

43



buruh mesin-mesin tua). Kebutuhan naik, pasokan turun. Norscan
mendapat pesaing berat dari Amerika Selatan dan China. Secara
global sedang terjadi proses pergeseran pusat industri pulp &
kertas dunia : industri Eropa bergeser ke Eropa Timur, Rusia,
China, Amerika Selatan; Amerika Utara bergeser ke Amerika
Selatan dan Ke Asia / China.
Ini semua merupakan kesempatan emas bagi negara-negara
yang mempunyai potensi hutan, ini semua merupakan

kesempatan emas bagi Indonesia (dan Amerika Selatan, Rusia).
Tahun 2006 ini Amerika Selatan mengoperasikan pabrik-pabrik
pulp baru 4,5 juta ton/th, sehingga kapasitas Amerika Selatan
menjadi 6,2 juta ton/th (pada 2008 kapasitas menjadi 8 juta
ton/th), yang ditujukan untuk mengisi pasar China. Yang
ditakutkan Amerika Selatan ialah Indonesia, karena besarnya
kawasan hutan Indonesia, biaya produksi yang bersaing (lebih
murah) dan dekatnya jarak Indonesia dan China.

China sangat berkembang dalam kertas, tetapi tidak dalam pulp.
Pembangunan HTI di China mahal yang berakibat meninggikan harga
pulpnya :
- Tanah China adalah tanah granit yang kurang subur, sedangkan
tanah Indonesia adalah tanah vulkanis yang sangat subur.
- Tanah di China adalah milik masyarakat sehingga untuk memiliki
atau menyewanya harus bernegosiasi dengan masing-masing
petani.
2. Manfaat dan peran industri pulp
Pembangunan dan pengembangan industri pulp membawa
manfaat kepada bangsa dan negara.

Pada waktu ini kawasan hutan Indonesia (120 juta HA, atau 60%
dari dari luasa daratan Indonesia) mengalami penyusutan areal
hutannya (2 juta HA pertahun) yang disebabkan oleh penebangan
liar. Penyusutan dan kerusakan ini meliputi semua jenis kawasan
hutan, meskipun ada berbagai upaya dari semua fihak untuk
mengatasinya.
Industri pulp yang menggunakan kayu sebagai bahan
bakunya, beroperasi dengan mengelola sumber kayu tersebut
melalui HTI, dengan manajemen tebang-tanam secara berkelanjutan
(sustainable forest management).
HTI-pulp ini memanfaatkan semua jenis kawasan hutan yang
diizinkan, mulai dari kawasan berhutan sampai kawasan yang tidak
produktif/rusak seperti kawasan hutan yang gundul, semak dll.
Industri pulp merubah kawasan tidak produktif tersebut kembali
menjadi kawasan yang berhutan (reboisasi) dan mengelolanya untuk
tetap menjadi kawasan berhutan sebagai hutan lestari (sustainable
forest), dan sekaligus menjadikannya sebagai hutan produktif yang
memberi manfaat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Industri pulp tudak memerlukan kayu diameter besar dan kayu lurus.
Kayu kecil dan bengkok tetap dipakai.


44

Dalam mengelola HTI-pulp, industri pulp berpedoman pada 3P
(Planet, People, Production).
Planet: Industri pulp memberi manfaat kepada bumi dengan
penghutanan kembali, pelestarian hutan, menambah kawasan hutan
lestari dan memelihara lingkungan hidup dengan mencegah
pencemaran dan membuat lingkungan yang ramah. Didalam usaha
hutan lestari ini, industri pulp membantu dan bekerjasama dengan
masyarakat sekitar membangun dan mengelola hutan-rakyat.
Lingkungan hidup yang ramah dicapai dengan melakukan
pengelolaan limbah dan manajemen pengelolaan lingkungan serta
tidak menggunakan proses produksi yang polutif.
Perusahaan mendapat sertifikat lingkungan seperti ISO dan Riaupulp
bahkan telah mendapat sertifikat LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia).
People: Industri pulp memberi manfaat kepada rakyat melalui
lapangan kerja dan pengembangan masyarakat (Community
Development - CD). Penduduk sekitar mendapat lapangan kerja dan
tamatan SMU mendapat pendidikan seperti di Akademi Teknologi
Pulp & Kertas (ATPK) Bandung untuk menjadi tenaga operator pabrik
yang trampil dan manager. CD membantu kegiatan UKM, hutan
rakyat, fasilitas sosial. Riaupulp menerima Award Asian CSR 2005
(Corporate Social Responsibility).
Production/Profit: Sebagai suatu usaha bisnis, adalah wajar usaha
menghasilkan produksi dan profit a.l. untuk menjamin komitmen
terhadap planet dan people tersebut diatas.
3. Kesimpulan (lampiran 10)
Prospek industri pulp di Indonesia sangat cerah.
 Investor dalam negeri dan asing sangat berminat untuk
melakukan investasi, baik untuk perluasan atau mendirikan pabrik
baru.
 Kuncinya ialah bagaimana memikat investor untuk menanamkan
modalnya, yang harus dipikat dengan iklim investasi yang
konduktif.
IV. Visi dan persyaratannya
1. Visi
Dengan berbekalkan prospek yang sangat cerah, visi industri pulp
Indonesia ialah menjadi salah satu pemain utama industri pulp dunia.
2. Persyaratan
Untuk mencapai visi tersebut diatas diperlukan
persyaratan – persyaratan sebagai berikut :

dipenuhinya

45




Perlu partisipasi modal asing (baik patungan maupun direct)
mengingat besarnya biaya yang diperlukan. Investasi 1 pabrik 1
juta ton/th USD 1 milyar.
Industri pulp yang ada dan calon investor (terutama investor
asing) sangat berminat untuk memanfaatkan peluang emas yang
ada di Indonesia. Tetapi mereka memerlukan jaminan atas
keselamatan investasi mereka, ialah iklim investasi yang kondusif:
kestabilan politik, kepastian hukum (dan peraturan jangka panjang
yang konsisten), perburuhan, korupsi/ suap/ pungutan
liar,
kualitas SDM. Jaminan keamanan (seperti keamanan HTI-pulp
dari penebangan liar dan penyerobotan lahan), jaminan terhadap
Perda-perda, pungutan daerah yang beraneka ragam,
infrastruktur, disiplin & mental nasional. Hal-hal diatas
kelihatannya
berlebihan,
tetapi
kalau
Indonesia
tidak
menyediakannya, negara-negara lain seperti China, Vietnam,
Thailand, Kamboja dapat menyediakannya dan investor masuk ke
negara-negara tersebut. Bagaimanapun juga, dunia Internasional
sependapat bahwa keadaan Indonesia sudah semakin baik
(lampiran 9)

46