Prospek Hukum Islam di Indonesia dalam S

An-Nidar

MA.IALAII ILMU PENGETAHUAN AGAMA ISLAM
Penasehat

DAT'TAR ISI

Amir Luthfi

Hal
Ketua Pengasuh
Zul Asyri

Kata Pengantar
Supremasi Hukum di Indonesia

(Studi atas perumusan yuridis
Ketua Penyunting
Helmi Karim
Seknetaris Penyunting
Johari


Penyunting
M. Yusuf Ratrman
H.M. Nazir
Sudirman M. Johan
Aladdin l(oto
Rukaiyah Saleh
Suryan. A. Jamratr
Munzir Hitami
Ilyas Husti
Asmah Salut

Konstitusionalisme)

Ha.iar

I

Prospek Hukum Islam di Indonesia
dalam Sistem Hukum Nasional


Sopyan

.....22

Beberapa Transaksi yang mengandung
Unsur Waktu dalam Prespektif Hukum

Islam
Alaiddin Koto

........

.... 43

Sistem Pemerintahan Islam pakistan
dalam Pandangan Fazlur Rahman

NellyYusra........


..........49

Modernisme dan Postmodernisme
tinj auan Filosofi s )
.................... 66

( Suatu

Hasbullatr

Tinjauan Etik Religius Sekitar
thta Usaha
M. Yunal
Fitri Yenty
Djasminar Mansur

Pembangunan

(Suatu koreksi terhadap Teori
Modernisasi Barat)

Husni

Thamrin

Penerbit
PUSAT PENELITIAN IAIN SUSQA PEKANBARU
Jl. KH. A. Dahlan No. 94 Telp. 0761 - 2Bgg
Pekanbaru

........... g0

PROSPEK HUKTJM ISLAM DI INDONESIA
DALAM SISTEM ITUKT]M NASIONAL
OIeh: Sopyan*

I.

PENDAHT]LUAN

Agama Islam (al-Din al-lslamiy) menurut para sarjana muslimr

merupakan sebuah sistem totalitas yang komponennya terdiri atas akidah,
syariah dan akhlak.2 Di samping itu, salah satu karakteristik historis agama
Islam ialah pertumbuhan dan perkembangan agama itu bersama dengan
pertumbuhan dan perkembangan sistem politik yang diilhaminya.3 Sebagai
implikasi dari fenomena demikian, Islam sebagai agama universal bukan
saja mengandung aspek-aspek keruhanian individu yang berhubungan
dengan iman dan moralitas, melainkan juga mengandung asas-asas
pengantur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bahkan
menyangkut berbagai aspek dalam tata hubungan antar bangsa.
Negara Republik Indonesia bukanlah negara teokrasi yang menganut

satu agama, tetapi bukan pula negara sekuler yang lepas dari hukm dan
ajaran a5ama. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang
berfalsafatr negara Pancasila. Dalam bentuk negara demikian, politik hukum
negara Republik Indonesia menghendaki berkembangnya kehidupan
beragama dan hukum agama dalam kehidupan hukum nasional. M. Tahir

Azhary dengan mengemukakan teori "lingkaran konsentris,,, telah
menunjukkan betapa erat hubungan antara agama, hukum dan negara.a
Dalam perspektif teori ini, negara Republik Indonesia sebagai negara

berdasar hukum yang bercita hukum Pancasila pada masa mendalang akan

melindungi agama dan penganut agama, bahkan berusatra memasukkan
ajaran d"n hokum agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Pembangunan nasional di bidang hukum, sebagaimana dirumuskan
dalam GBHN,s menghendaki terciptanya hukum baru Indonesia yang sesuai
* Soyyanafubhdosen Fakultas Tarbiyah IAIN Susqa Pekanbant

23

dengan citacita hukum Pancasila dan UUD 1945, serta yang mengabdi
kepada kepentingan nasional Indonesia.6 Kebijakan ini mengandung
implikasi batrwa sebagai negara kesatuan, Indonesia idealnya memiliki satu
hukum nasional. Untuk membangun satu hukum nasional perlu dilakukan
unifikasi hukum sebagai upaya rnenyatukan berbagai strmber hukum yang
hidup (the living law),yutahukum adat, hakum agama (Islam) dan hukum

sipil @arat), dalam satu kesatuan hukum yang disebut hukum nasional.T
Dalam konstalasi sistem politik htrkum demikian, makalah ini dimdksudkan

untuk melihat prospek hukum Isiam di Indonesia dalam sistem hukurn
nasional.

II.

HUKUM ISLAM Dl INDONESIA: ESENSI, EKSISTENSI DAN
PELEMBAGAANNYA

A. Pengertian dan Essensi Hukum Islam
Istilah "hukum Islam" adalah terjematran dari dua istilatr (pengertian),
yaitu syari'at dan fiqh.8 Dalaln kepustakaan Barat (bahasa Inggris), syari'at
diterjematrk an sebagu I slarnic Law danfi qh diterjematrkan sebagu I slamic
Jurisprudence atau "llmu Hukum Islam.'D Syari'at adalah hukum Islam
yang berlaku abadi sepanjang masa di mana pun terdapat umat Islam.
Sedangkan fiqh adalah pematraman manusia muslim yang memenuhi syarat
tentang syari'at Islam, untuk diterapkan pada satu kasus tertentu di suatu
tempat padasuatumasa.ro Daripengertianini, tampak jelas perbedaan antara

syari'at dan fiqh. Syari'at mengandung prinsipprinsip dasar yang etemal
(abadj) dan validitasnya tidak mungkin berubah karena bersu-mber dari

watryu. Sebaliknya, fiqh merupakan operasionalisasi syari'at yang bersifat
temporal (situasional dan kondisional) karena merupakan pemqhaman dan
pemikiran manusia yang dipengaluhi perkembangan budaya, za-m1n dan
kebutuhannya sehingga validitasnya dapat ditinjau kembali. Meskipun
ant@ syari'at dan fiqhberbeda, tetapi relasi keduanya sangaterat sehingga
tidak dapat dipisatrkan.

24

Sebab, fiqh merupakan hasil pemikiran dan pemahaman manusia terhadap
syari'at, sehingga fiqh tidak mungkinada tanpa adanya syari'at. Sebaliknya,

syari'at tidak mungkin diamalkan tanpa dioperasionalkan terlebih dahulu
melalui fiqh.

Hukum Islam, menunt Amir Syarifuddin adalah seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tiggkah laku
manusia mu-katlaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk
semua yang beragama Islam.rl Pengertian ini, menurut beliau, telah
mencakup hukum syara' dan juga hukum fiqh, karena arti syara' dan fiqh

terkandung di dalamnya.r2 Akan tetapi, apabila diteliti secara- cermat,
pengertian tersebut lebih mengarah kepada pengertian hukum syara'atau
syari'at karena masih bersifat umum, tidak dibatasi tempat dan'masaberlakunya sebagai sifat fiqh seperti yang telah dikemukakan terdahulu.
Datam perjalanan sejarah Islam, menurut Atho, Mudzhar,t3 sedikitnya

terdapat empat macam produk pemikiran hukum Islam, yaitu kitab-kitab
fiqh, fatwa-fatwa ula-ma, keputu-san-keputusan pengadilan agama, dan
peraturan perundangan di negar-negeri muslim. Berpijak dari produkproduk pemikiran hukum Islam secara umum ini, juga berangkat dari
pengertian syari'at dan fiqh sebagaimana dikemukakan di atas, maka istilah
hukum Islam sebagai istilah khas Indonesia dapat diartikan sebagai
seperangkat peraturan yang diarnbil dari watryu Allah dan sunnah Rasul
yang diformulasikan dalam produk pemikiran hukum Islam yang meliputi
kita-kitab fiqh, fatwa-fatwa ulama, keputusan-keputusan pengadilan agama,
dan peraturan perundangan yang dipedomani dan diberlakukan bagi umat
Islam di Indonesia.
Mengingat produk-produk pemikiran hukum Islam masih berserakan
di berbagai kitab fiqh dan ditulis pada abad dan tingkat ilmu pengetahuan

yang berbeda dengan zaman sekarang sehingga menyebabkan
ketidakjelasan peraturanperaturan hukum fiqh, maka dalam penerapannya

diperlukan suatu kompilasi hukum Islam di bidang-bidan-S kewenangan
Peradilan Agama agar peraturan-peraturan fiqh itu jelas dan dapat
dilaksanakan.

25

Untuk itu, dibuatlatr sebuatr proyek pembangunan hukum Islam melalui
yurisprudensi dan dengan Instruksi Presiden No. I tahun 1991 dikeluarkan
Kompilasi Hukum Islamyang dapat dijadikan rujukan atau hukum terapan
oleh para hakim di lingkungan PeradilanAgama.ra Dengan demikian, dapat
dipatrami bahwa Kompilasi Hukum Islam adalatr merupakan esensi dari

hukum Islam di Indonesia.

B. Eksistensi Hukum Islam di Indonesia
Hukum trslam sebagai tatanan hukum yang diperpegangi dan ditaati
oleh rnayoritas penduduk dan rakyat Indonesia adalah hukum yang telah
hidup dalam masyarakat, merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan
Islam yang eksis dalam kehidupan nasional serta mempakan bahan dalam
pembinaan dan pengembangannya.rs Dalam pertumbuhan hukum nasional


terlihat dengan jelas bahwa hukum Islam mempunyai andil dalam
mewujudkan hukum nasional Indonesia. Teori eksistensi merumuskan
keadasn hukum nasional Indonesia, masa lalu, masa kini dan masa
mendatang bahwa hukom Islam eksis dalam hukum nasional Indonesia,
baik dalam hukum terlulis maupun tidak tertulis dalam berbagai lapangan

hukum dan praktek hukum.r6
Dalam kaitannya dengan hukum Islam, teori eksistensi menerangkan
tentang adanya hukum Islam dalam hukum nasional Indonesia, juga
mengungkapkan pula bennrk eksistensi hukum Islam dan hukum nasional
Indonesia, yaitu: 1) Ada, dalam arti sebagai bagian integral dari hukum
nasional hdonesia; 2) Ada,dalam arti adanya dengan kemandiriannya yang

diakui adanya, kekuatan dan wibawanya oleh hukum nasional dan diberi
status sebagai hukum nasional; 3) Ada dalam hukum nasional, dalam arti
nonna Islam (agama) berfungsi sebagai penyaring bahan-bahan hukum
nasional Indonesia; dan 4) Ada dalam hukum nasional, dalam arti sebagai
batran utama dan unsur utama hukum nasional Indonesia.rT
Dengan demikian, tampak jelas batrwa secara eksistensial kedudukan hukum

Islam dalam hukum nasional merupakan kornponen atau sub sistem dari
sistem hutum nasional Indonesia.
C. Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia

diyakini
masyarakat sebagai suatu pranata dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.rs Ketika masyarakat siap menerima nilai-nilai
dan norma-nonna hukum Islam'sebagai rujukan dalam memecahkan
masalah yang mereka hadapi, pada saat itulah muncul kebutuhan akan
Secara Sosiologis, hukum menrpakan refleksi tata nilai yang

pelembagaan hukum Islam.

Dalam kenyataan sejarah, nilai dan fikrah umat Islam dalam bidang
hukum dengan kewajiban bertatrkim kepada syari'at Islam, secara sosiologis
dan kulrural tidak pernah mati dan selalu hadir dalam kehidupan umat dalam
sistem politik manapun baik masa kesultanan Islam, masa kolonialisme
Belanda, Jepang, maupun masa kemerdekaan dan pembangunan dewasa
ini. Pada masa kesultanan Islam, hukum Islam telah diterapkan di Indonesia
melalui tahkim, yaitu mempercayakan urusan kepada kyai dan qadi yang

ditunjuk oleh sultan.re Pada masa inilah, menurut Busthanul Arifin,
"Peradilan Agama" benar-benar merupakan peradilan dalam arti yang
sebenamya.2o Pada masa penjajatran Belanda, kedudukan hukum Islam dapat

dibagi atas dua periode: 2r Pertama, periode penerimaan hukum Islam
sepenuhhya yang disebut teoi receptio in complexu, yaitu memberlakukan
hukum Islam secara penuh terhadap orang Islam karena melgka telah
memeluk agama Islarn.,Pada periode ini, Belanda tetap mengakui apa yang
telatr berlaku sejak berdirinya kerajaan Islam di nusantara seperti hukum
kekeluargaan Islam, khususnya hukum perkawinan dan hukum waris.
Bahkan, olehVOC diakui dan diterapkan dengan bentuk peraturan Resolutie
d.erind.esche Regeering pada tanggal 25 Mei 1950 yang merupakan
kumpulan aturan hukum perkawinan dan hukum kewarisan Islart, terkenal
sebagai Compendium Freijer. Selanjutnya, melalui Stbl. No. 15211882
pemerintatr kolonial Belanda membentuk Prisfenaad (Peradilan Agama)
yang mengatur dan menerapkan hukum Islam.

27

Hukum Islam yang telatr berlaku sejak zarnan VOC itulatr yang kemudian
oleh_ pernerintah Belanda diberikan dasar hukumnya dalam
Regeeringsreglement (R.R.) tatrun 1885. Kedua, periode penerimaan hakum
Islam oleh adat, disebut teoi receptie,batrwa hukum Islam berlaku apabila
diterima atau dikehendaki oleh hukum adat. Teori ini diberi dasar hukum
dalam Undan-undang Dasar Hindia Belanda yarng menjadi pengganti R.R.,
yang disebu t Wet op de Staatsinrichting van Nederlands hdie (1.5.)..Melalui

I

i

I.S. yang diundangkan dalam stbl. No. 21211929 hukum Islam dicabut
dari lingkungan tata hukum Hindia Belanda. Akhimya, pada tahun 1937
pemerintah Hindia Belanda mengumumkan gagasan memindahkan
wewenang mengatur waris dari Peradilan Agama ke Peradilan Negeri dan
dengan Stbl. No. 11611937 wewenang Peradilan Agama dicabut, dengan
alasan hukum waris Islam belum sepenuhnya diterima oleh adat.
Pada masa penjajahan Jepang, setelah terbenfuk Badan Penyelidik
Usatra Persiapan Kemordekaan Indonesia (BPUPKI) pemimpin-pemimpin

Islam mempeduangkan hukum Islam dengan kekuatan sendiri tanpa
hubungannya dengan hukum adat dan berhasil mencapai kompromi yang
terkenal dengan Piagam Jakart4 yang isinya antara lain, "Ketuhanan dengan
kewajiban syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluk'rrya".n Ini berarti hukum
Islam berlaku bagi pemeluk-pemeluknya sebagai halnya pada masa politik

Hindia Belanda sebelum tahun 1929.
Hukum Islam pada zaman kemerdekaan juga melewati dua periode:
Pertama, periode penerimaan hukum Islam sebagai sumber persuasif
(persuasive source). Sumber persuasif dalam hukum konstitusi ialah
sumber hukum yang baru diterima orang apabila telah diyakini. Dalam
konteks hukum Islam, Piagama Jakarta sebagai salah satu hasil sidang
BPUPKI, sejak ditandatang aniny a Gentlemcnt Agreement antara Wmimpinpemimpin nasionalis Islami dengan nasionalis sekuler pada tanggd Z?lunr
1945 sampai saat diundangkannya Dpkrit Presiden R1 pada tanggal 5 Juli
1 959, merupakan persuasive source bagi gondweet interpretatie UU 1945.

Kedua, periode penerimaan hukum Islam sebagai sumber otoritatif
(auto;ritative source). Sumber otoritatif adalah sumber hukum.yang telah
mempunyai kekuatan hukurn. Hukum Islam rnenjadi autoritative source
dalam hukum tata negara baru ketika ditempatkannya Piagam Jakarta dalam

Dekrit Presiden Rl tanggal5 Juli

1959.23

Peristiwa proklamasi kemerdekaan negara Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan
hukum Islam di Indonesia. Dengan peristiwa ini dan berlakunya UUD 1945,
rtraka teori reciprie kehilangan dasar hukumnya. Sebab, dasar hukum

berlakunya teoi receptie adalah I.S., sedangkan dengan berlakunya UUD
1945 I.S. tidak berlaku lagi.u i
Setelatr lndonesia merdek4 langkatr pertamayang diambil pemerintah

untuk mengembalikan eksistensi Peradilan Ag4ma ialah menyerahkan
pembinaan Peradilan Agama dari Kementerian Kehakiman kepada
Kementerian Agama melalui PP. No. 5tsDll946. Setelah pengakuan
kedaulatan, 27 Desembe r lg4g,pemerintatr menegaskan pendiriannya untuk
tetap membrlakukan Peradilan Agama. Sebagai pelaksanaannya, pada
tahun lg57 pemerintah dengan PP. 45t1957 mengatur pembentukan
Peradilan Agama di luar pulau Jawa dan Madura, dengan yurisdiksi yang
lebih besar, yainr meliputi soal perkawinan, waris , hadanah,wakaf, sadaqah
dan baytal-mal 25 Namun, putusan Peradilan Agama masih harus
dikonfirmasikan pada Pengadilan Umum.

Baru pada tahun lg64,dengan dikeluarkannya UU No. 19/1964
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagai
pelaksanaan pasal24 dan2slJLJD 1945 yang diberlakukan kembali melalui
Dekrit Presiden Rl, 5 Juli 195.9, secara tegas Peradilan Agama dinyatakan
sebagai salah satu lingkungan peradilan di Indonesia yang bertugas
menyelenggarakan kekuasaan kehakiman.26



ini diganti dengan UU No. 14l
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dan
Sesudatr Orde Baru, undang-undang

eksistensi Peradilan Agarna tetap dipertatrankan serta disejajarkan dengan
ketiga lingkungan peradilan yang lain.,

Politik hukum negera Republik Indonesia barulah memberlakukan
hukum Islam bagi pemeluknya pada masa pemerintatran Orde Banr dengan
UU No. lll974 tentang perkawinan.a Pasal 2 undang-undang tersibut
menyatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
masin-masing agamanya, sementara pasal 63 menyatakan batrwa yang
dimaksud pengadilan dalam undang-undang tersebut ialah Pengadilan
Agama bagi mereka yanag beragama Islam dan Pengadilan Umum bagi
yang lainnya.

Pada bulan Desember 1985 diundangkan pula undang-undang
MatrkamahAgung yang banr, yakni UU No. l4tl985,yang mengatur soalsoal Peradilan Agama secara lebih tegas dlan rinci.D Untuk mempertegas
kedudukan dan kekuasaan lingkungan PeradilanAgama sebagai salah satu
bagian pelaksana kekuasaan kehakiman (judicial powed) dalam negara
Republik Indonesia, maka pada tanggal 29 Desember tr489 disatrkan dan
diundangkan UU No. 7/1489 tentang Peradilan Agama.3o Dengan
diundangkannya UU No. 7/1989 berakhir sudah keanekaragaman peraturan
yang mengatur lingkungan Peradilan Agama sebagal akibat politik hukum
pemerintahan kolonial dan sejak itu pula lingkungan Peradilan Agama
memasuki "era baru," yakni era "kesatuan" landasan hukum dan
"keseragarnan" kewenangan yurisdiksi.
Mengingat adanya persepsi yang beragam,dan bahkan bertentangan
mengenai hukum Islam , juga masih berserakannya hukum material Islam
dalam berbagai kitab fiqh maka diperlukan adanya suatu kompilasi hukum
Islam yang menjadi pengangan bagi hakim Peradilan Agama dan
masyarakat. Untukitu, oleh pemerintatr dibenfuk sebuah proyek Kompilasi
Hukum Islam melalui yurisprudensi yang pelaksanaannya dipercayakan
kepada Malrkamah Agung dan Departemen Agama.

Sebagai acuan kedudukan Kompilasi Hukum Islam telah diresmikan dengan

Instruksi Presiden Rl No. 1 tahun 1991 tentang penyebaran Kompilasi
Hukum Islam yang ditindaklanjuti dengan keluarnya Keputusan Menteri
Agama Nomor 154 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Instnrksi Presiden Rl
No. 1 Tatrun 1991 tanggal 10 Juni l99l.3t Dengan tersusunnya Kompilasi
Hukum Islam, secara konstitusional, pilar Peradilan Agama menjadi kuat
dan dapat membantu tercapainya kesatuan dan kepastian hukom di kalangan

masyarakat, khususnya yang menyangkut hokum perkawinan, kewarisan
dan kewakafan.

Dari uraian di atas dapat, dipahami bahwa dengan latrirnya LJU No l/
1974 tentang perkawinan dan UU No. 71L989 tentang Peradilan Agama
serta tersusunnya Kompilasi Hukum Islam membuktikan kesungguhan umat
Islam untuk melaksanakan, menegakkan dan mengernbangkan pelembagaan
hukum Islarn sebagai bagian ajaran agarnanya sekaligus membuktikan tekad
dan kesungguhan pemerintah untuk melembagakan sebagian ajaran Islam

dalam struktur ketatanegaraan Indonesia.

ITI. PEN/BARUAN DAN PENGEMBANGAN IIUKUM ISLAM DI
INDONFSIA
Dalam perspektif Islam, huukum senantiasa tetap marnpu mendasari
dan mengarahkan perubahan masyarakat karena hukum Islam mengandung
dua dimensi.32 Dimensi pertama hulum Islam mengandung priniip-prinsip
dasar yang eternal dan universal, berlaku

di segala waktu daii tempat.

Ketentuan- ketentuannya ditetapkan dari nas-nas yang pasti (qat'iy).
Oimensi kedua hukum Islam bersifat temporal dan lokal berlaku pada waktu
dan tempat tertentu. IGtentuanketentuannya ditetatpkan dari nas.nas yang
zanniy. Hukurn Islam dalam pengertian yang terakhir inilah yang
memberikankemungkinane, epistemologis-hukum bahwa setiap wilayah
yang ditempati umat Islarn dapat menerapkan hukum Islam:secaraberbedabeda sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakatnya.

'

3l

Di Indonesia, hukum Islam yang berkembang dalam

masyarakat

sebagiannya adalatr hukum Islam yang terbentuk atas dasaradat-istiadat
aani6-tliiaz, Mesir, dan India.33 Di samping itu, selama masa kolonial,
pemikiran hukum banyak mengalami tekanan dari pihak penjajah sehingga
iukum Islam sulitberkembang.34 Sebagai implikasi dari kondisi demikian,
banyak bidang hukum Islam yang tidak terlaksana secara praktis dalam
Islam
t