Tugas Ilmu hukum dalam prespektif nomati
A.
PENGERTIAN ILMU HUKUM
Hukum dalam lingkup ilmu pengetahuan telah menjadi perdebatan di
kalangan para sarjana hukum, hal tersebut telah membawa para
sarjana hukum membagi ilmu hukum sebagai bagian dari ilmu sosial.
Sebagai langkah awal dari usaha menjawab pertanyaan tentang apa
itu hukum? Maka kita harus benahi dulu pengertian ilmu hukum.
Dalam
bahasa
Inggris
ilmu
hukum
dikenal
dengan
kata
“legal
science” hal ini sangat keliru jika diartikan secara etimologis,
legal dalam bahasa Inggris berakar dari kata lex (latin) dapat
diartikan
terdapat
sebagai
dua
sekumpulan
undang-undang.
pengertian
preskripsi
yang
mengenai
Law
berbeda,
apa
dalam
yang
yang
bahasa
inggris
pertama
merupakan
seharusnya
dilakukan
dalam mencapai keadilan dan yang kedua, merupakan aturan perilaku
yang ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat1.
Pengertian pertama dalam bahasa Latin disebut ius, dalam bahasa
Perancis droit, dalam bahasa Belanda recht, dalam bahasa Jerman
juga
disebut
Recht,
sedangan
dalam
bahasa
Indonesia
disebut
Hukum. Sedangkan dalam arti yang kedua dalam bahasa Latin di
sebut Lex, bahasa Perancis loi, bahasa Belanda wet, bahasa Jerman
Gesetz, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut Undang-Undang2.
Kata law di dalam bahasa Inggris ternyata berasal dari kata
lagu, yaitu aturan-aturan yang dibuat oleh para raja-raja AngloSaxon yang telah dikodifikasi3. Lagu ternyata berada dalam garis
1 Cf. Rescoe pound, law finding through experience and reason, lectures,
university of georgia press, athens. 1960. P.1.
2 Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL.M., Prof., Penelitian Hukum,
Jakarta, Hal. 18.
Kencana,
3 Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL.M., Prof., Ibid., Hal 19
1
lex
dan
bukan
ius.
Apabila
hal
ini
diikuti,
istilah
legal
science akan bermakna ilmu tentang aturan perundang-undangan. Hal
ini akan terjadi ketidaksesuaian makna yang dikandung dalam ilmu
itu sendiri.
Demi menghindari hal semacam itu dalam bahasa Inggris ilmu hukum
disebut secara tepat disebut sebagai
Jurisprudence.
Sedangkan
kata Jurisprudence berasal dari dua kata Latin, yaitu iusris yang
berarti
hukum
dan
prudentia
yang
artinya
kebijaksanaan
atau
pengetahuan. Dengan demikian, Jurisprudence berarti pengetahuan
hukum.
Dapat dilihat dari segi etimologis tidak berlebihan oleh Robert L
Hayman memberi pengertian ilmu hukum dalam hal ini Jurisprudence
secara luas sebagai segala sesuatu yang bersifat teoritis tentang
hukum4. Disini dapat dilihat bahwa ilmu hukum itu suatu bidang
ilmu yang berdiri sendiri yang kemudian dapat berintegral dengan
ilmu-ilmu lain sebagai suatu terapan dalam ilmu pengetahuan yang
lain. Sebagai ilmu yang berdiri sendiri maka obyek penelitian
dari ilmu hukum adalah hukum itu sendiri, mengingat kajian hukum
bukan sebagai suatu kajian yang empiris, maka oleh Gijssels dan
van Hoecke mengatakan ilmu hukum (jurisprudence) adalah merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan teroganisasikan
tentang gejala hukum, struktur kekuasaan, norma-norma, hak-hak
dan kewajiban5. Jurisprudence merupakan suatu disiplin ilmu yang
bersifat sui generis6. Maka kajian tersebut tidak termasuk dalam
4 Jan Gijssels and Mark van Hoecke, What
Rechtwetenschappen, Antwerrpen, 1982, hal. 8.
is
Rechtsteorie?.,
Kluwer,
5 Ibid., hal. 9
6 Dalam Van Apeldoorn’s inleiding tot de studie van nederlandse recht, P. Van
Dijk et.al. menterjemahkan rechtsdogmatiek ke dalam bahasa jerman sebagai
jurisprudenz, yang artinya memang tepat jurisprudence, lihat P van Dijk
et.al., Van Apeldoorn’s inleiding tot de studie van nederlandse recht, TjeenkWillijnk., 1985, pp. 447-448. Bahasa Latin sui generis berarti hanya satu dari
2
bidang
kajian
yang
bersifat
empirik
maupun
evaluatif.
Jurisprudence bukanlah semata-mata studi tentang hukum, melainkan
lebih dari itu yaitu studi tentang sesuatu mengenai hukum secara
luas.
Ilmu hukum memandang hukum dari dua aspek; yaitu hukum sebagai
sistem nilai dan hukum sebagai aturan sosial. Dalam mempelajari
hukum adalah memahami kondisi intrinsik aturan hukum. Hal inilah
yang membedakan ilmu hukum dengan disiplin lain yang mempunyai
kajian hukum disiplin-disiplin lain tersebut memandang hukum dari
luar. Studi-studi sosial tentang hukum menmpatkan hukum sebagai
gejala
sosial.
Sedangkan
studi-studi
yang
bersifat
evaluatif
menghubungkan hukum dengan etika dan moralitas.
B. KARAKTERISTIK ILMU HUKUM
Ilmu
hukum
mempunyai
karateristik
sebagai
ilmu
yang
bersifat
preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif,
ilmu
hukum
validitas
hukum.
mempelajari
aturan
Sebagai
perosedur,
hukum,
ilmu
tujuan
hukum,
konsep-konsep
terapan
ketentuan-ketentuan,
ilmu
nilai-nilai
hukum
hukum
rambu-rambu
dan
keadilan,
norma-norma
menetapkan
dalam
standar
melaksanakan
aturan hukum.
Sifat
preskriptif
keilmuan
hukum
ini
merupakan
sesuatu
yang
substansial di dalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin dapat
dipelajari oleh disiplin lain yang objeknya juga hukum. Suatu
langkah awal dari substansi ilmu hukum ini adalah perbincangan
mengenai makna hukum di dalam hidup bermasyarakat. Dalam hal ini
ilmu hukum bukan hanya menempatkan hukum sebagai suatu gejara
sosial yang hanya dipandang dari luar; melainkan masuk kedalam
jenis tersebut.
3
hal yang lebih esinsial yaitu sisi intriksik dari hukum. Dalam
setiap
perbincangan
yang
demikian
tentu
saja
akan
menjawab
pertanyaan mengapa dibutuhkan hukum sedangkan sudah ada normanorma sosial yang lain. Apakah yang diinginkan dengan kehadiran
hukum. Dalam perbincangan yang demikian, ilmu hukum akan menyoal
apa
yang
tujuan
senyatanya
ada
hukum.
Dalam
berhadapan
hal
dengan
demikian
apa
apa
yang
yang
menjadi
seharusnya.
Pada
perbincangan akan dicari jawaban yang nantinya akan menjembantani
antara dua realitas tersebut.
Persoalan berikutnya adalam merupakan suatu conditio sine qua
non
dalam
tersebut
hukum
perlu
adalah
diingat
masalah
pandangan
keadilan.
Gustav
Mengenai
Radbruch
masalah
yang
secara
tepat menyatakan bahwa cita hukum tidak lain daripada mencapai
keadilan “Est autem jus a justitia, sicut a matre sua ergo prius
fuit justitia quam jus”7
Mempelajari norma-norma hukum merupakan esensial di dalam ilmu
hukum. Belajar ilmu hukum tanpa mempelajari norma-norma hukum
sama
tubuh
halnya
dengan
manusia.
normatif,
hal
kenyataannya.
belajar
Oleh
ini
karena
tidak
Dengan
ilmu
itu
dapat
demikian
kedokteran
ilmu
hukum
disangkal
tidak
ada
tanpa
dan
mempelajari
merupakan
memang
alasan
bagi
ilmu
demikian
seorang
sarjana hukum akan tetap menganggap ilmu hukum adalah merupakan
ilmu yang normatif.
Sifat ilmu hukum sebagai ilmu terapan merupakan konsekuensi dari
sifat preskriptifnya. Suatu penerapan yang salah akan berpengaruh
7 Dalam terjemahan : Akan tetapi hukum berasal dari keadilan seperti lahir
dari kandungan ibunya; oleh karena itu, keadilan telah ada sebelum adanya
hukum.
4
terhadap sesuatu yang bersifat substansial. Suatu tujuan yang
benar tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang
hendak dicapai akan berakibat tidak ada artinya. Mengingat hal
tersebut
dalam
menetapkan
standar
prosedur
atau
cara
harus
berpengang kepada sesuatu yang substansial. Dalam hal inilah ilmu
hukum
akan
menelaah
kemungkinan-kemungkinan
dalam
menetapkan
standar tersebut.
Berdasarkan sifat keilmuan ilmu hukum dapat dibagi menjadi tiga
lapisan, dalam bukunya Jan Gijssels dan Mark van Hoecke membagi
ketiga lapisan tersebut adalah
rechtsdogmatiek
(Dogma Hukum),
rechtsteorie (Teori Hukum) dan rechtsfilosie (Filsafat Hukum)8.
Dalam hal kemurnian ilmu hukum sebagai suatu ilmu, dari ketiga
pembagian tersebut dapat dilihat bahwa dua diantaranya (dogma
hukum dan teori hukum) adalah merupakan ilmu hukum yang murni dan
belum terintegrasi dengan ilmu-ilmu lain sedangkan filsafat hukum
telah terintegrasi dengan ilmu-ilmu lain karena didalamnya akan
mempelajari banyak hal yang bersilangan dengan ilmu-ilmu lain.
Oleh karena itu ilmu hukum mempunyai dua aspek, yaitu aspek
praktis dan aspek teoritis.
Ilmu
Hukum
dalam
perkembangannya,
selalu
diperdebatkan
keabsahannya sebagai ilmu, baik oleh ilmuwan sosial maupun ilmu
hukum sendiri. Sudah sejak lama sebuah pertanyaan timbul dan
harus
dijawab
secara
akademis,
apakah
ilmu
hukum
itu
ilmu?
Dari segi kajian, penelitian hukum pada dasarnya bukanlah untuk
melakukan
verifikasi
atau
pengujian
hipotesis
sebagaimana
penelitian ilmu sosial maupun penelitian ilmu alamiah. Didalam
penelitian
hukum
tidak
dikenal
istilah
data.
8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, hal. 8
5
Perbedaan
metode
kajian
terhadap
ilmu
hukum
pada
dasarnya,
beranjak dari sifat dan karakter ilmu hukum itu sendiri. Menurut
Philipus M. Hadjon, ilmu hukum memiliki karakter yang khas, yaitu
sifatnya yang normatif, praktis dan preskriptif. Karakter yang
demikian
menyebabkan
kepribadian
ilmu
sementara
hukum
itu
kalangan
mulai
yang
meragukan
tidak
memahami
hakikat
keilmuan
hukum.
Sebagaimana
telah
dibahas
karakter
yang
Usaha
empirisasi
ke
khas,
diatas,
yaitu
ilmu
bahwa
ilmu
sifatnya
hukum
hukum
yang
diantaranya
memiliki
normatif.
dilakukan
dengan
menerapkan metode-metode penelitian sosial dalam kajian hukum
normatif.
Ada
dua
pendekatan
yang
dapat
dilakukan
dengan
menjelaskan
keilmuan hukum dan dengan sendirinya membawa konsekuensi pada
metode kajiannya yaitu: pendekatan dari sudut falsafah ilmu, dan
pendekatan
dari
sudut
pandang
teori
hukum.Falsafah
ilmu
memberdakan ilmu hukum dari dua sudut pandang, yaitu pandangan
normative
yang
melahirkan
ilmu
hukum
normative
dan
pandangan
positivistic yang melahirkan ilmu hukum empiris.
Sisi empiris tersebut yang menjadi kajian ilmu hukum empiris
seperti
sociological
jurisprudence,
dan
socio
legal
jurisprudence. Dengan demikian dari sudut pandang ini, ilmu hukum
normative metode kajiannya khas, sedangkan ilmu hukum empiris
dapat
dikaji
melalui
penelitian
kuantitatif
atau
kualitatif,
tergantung sifat datanya.
c. METODE PENELITIAN ILMU HUKUM
Dalam
melakukan
suatu
penelitian
hukum
tidak
dapat
terlepas
dengan penggunaan metode penelitian. Karena setiap penelitian apa
saja pastilah menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan
yang diangkat. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan
6
suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika
dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa
gejala
hukum
tertentu,
dengan
jalan
menganalisanya.
Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap
fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya penelitian mempunyai
berbagai
kategori.
berdasarkan
pada
Diantaranya
fokus
adalah
kajiannya
metode
terbagi
penelitian
menjadi
tiga
yang
bagian
yakni:
1. Metode Penelitian Hukum Normatif
Metode penelitian hukum jenis ini juga biasa disebut sebagai
penelitian
hukum
doktriner
atau
penelitian
perpustakaan.
Dinamakan penelitian hukum doktriner dikarenakan penelitian ini
hanya
ditujukan
pada
peraturan-peraturan
tertulis
sehingga
penelitian ini sangat erat hubungannya pada pada perpustakaan
karena akan membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada
perpustakaan.
Dalam penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari
berbagai
aspek
seperti
aspek
teori,
filosofi,
perbandingan,
struktur/ komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan
pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undangundang serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum.
Sehingga
dapat kita simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai
cakupan yang luas.
Berbeda dengan penelitian empiris, penelitian hukum normative
cenderung
disiplin
memiliki
penelitian
preskriptif,
dimana
pada
hanya
pencitraan
melihat
hukum
hukum
sebagai
dari
sudut
7
pandang
norma-normanya
saja.
Tema-tema
penelitian
normative
mencakup9:
- Penelitian terhadap asas-asas hukum
- Penelitian terhadap sistematika hukum
- Penelitian terhadap sinkronisasi vertical-horizontal
- Perbandingan hukum
- Sejarah hukum.
2. Metode Penelitian Hukum Normatif-Empiris
Metode
penelitian
hukum
normatif
empiris
ini
pada
dasarnya
merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan
adanya
penambahan
berbagai
unsur
empiris.
Metode
penelitian
normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif
(undang-undang)
dalam
aksinya
pada
setiap
peristiwa
hukum
tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam penelitian
jenis ini terdapat tiga kategori yakni:
a. Non judicial Case Study, yaitu: merupakan pendekatan studi
kasus hukum yang tanpa konflik sehingga tidak ada campur
tangan dengan pengadilan.
b. Judicial Case Study, yaitu Pendekatan judicial case study
ini merupakan pendekatan studi kasus hukum karena konflik
sehingga akan melibatkan campur tangan dengan pengadilan
untuk memberikan keputusan penyelesaian (yurisprudensi)
9 Soerjono soekanto dan sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2001), hal. 14.
8
c. Live
Case
merupakan
Study,
yaitu:
pendekatan
Pendekatan
pada
suatu
live
case
peristiwa
study
hukum
yang
prosesnya masih berlangsung atau belum berakhir.10
3. Metode Penelitian Hukum Empiris
Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian
hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan
meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan
hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat
dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan
bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di
dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.
C. Penutup
Ilmu
hukum
(jurisprudence)
mendampinginya
di
dalam
dan
keluarga
segala
besar
sub
kajian
kajian
tentang
yang
hukum,
terlepas dari kontroversinyasebagai sebagai suatu disiplin ilmu
yang mandiri dan khas (sui generis), bagian dari ilmu humaniora
maupun ilmu sosial,sebagaimana ilmu pengetahuan alam (eksakta)
dan
ilmu-ilmu
terbantahkan
di
sosial
yang
telah
ranting-ranting
memiliki
pohon
ilmu.
tempat
Ilmu
yang
hukum
tak
harus
diakui memiliki metode penelitian yang khas sekaligus unik, baik
dilihat dari kepentingan/kegunaan dilakukannya suatu penelitian
dibidang hukum, baik teoritis maupun praktis, atau dari cara
melihat ilmu hukum sebagai disiplin yang bersifat preskriptif dan
terapan, maupun dari sudut pandang prilaku manusia yang berkaitan
dengan eksistensi hukum.
10 https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/
9
Para
penstudi
hukum
seyogyanya
menyadari
arti
pentingnya
penelitian hukum yang menjadi otoritasnya, bahkan dihimbau untuk
tidak meninggalkannya, yaitu penelitian hukum normatif/doktrinal,
baik dari sudut pandang pendekatan commom law system (statutes
approach, caseapproach, historical approach, comparative approach
dan
conceptual
bentuknya
approach)
(penelitian
perundang-undangan,
maupun
asas-asas
dan
dari
hukum,
lain-lain)
sudut
pandang
sinkronisasi
yangselama
ini
bentukperaturan
dijadikan
pegangan oleh para penstudi hukum di Indonesia dan cenderung
dimaksudkan untuk kepentingan akademis, sebaiknya harus dipandang
dengan rasa bangga terhadap keberagaman dan kekhasan terhadap
fenomena penelitian hukum di Indonesia. Mengingat hal yang lebih
penting adalah pengetahuan dan kesadaran para penstudi hukum itu
sendiri terhadap adanya perbedaan-perbedaan ini. Lebih dari itu,
hal
yang
terpenting
adalah
ketepatan
saat
menentukan
pilihan
terhadap jenis dan metode mana yang terbaik atau paling sesuai
(most
appropriate)
bagi
penelitian
yang
akan
dilakukannya,
tentunya hal tersebut mengacu kepada kegunaan/tujuan dan hasil
akhir
yaitu
terjawabnya
permasalahan
yang
melatarbelakangi/menginspirasikan dilakukannya suatu penelitian
hukum tertentu, kemudian yang tidak kalah penting adalah menjadi
lebihberkembangnya
kajian
keilmuan
hukum
dan
terselesaikannya
masalah-masalah hukum baik sifatnya konkret (perkara hukum/legal
disputes)maupun
mendatang,yang
permasalahan
tentunya
pembangunan
semua
itu
berkat
hukum
dimasa
bantuan
metode
penelitian hukum sebagai alatsekaligus keterampilan yang menuntut
kemahiran
mengenai
para
penggunanya
masalahperbedaan
dalammemanfaatkannya.
konsepsi-konsepsi
dan
Terakhir,
pengertian-
pengertian di dalam studi tentang penelitian hukum diberbagai
fakultas
hukum
dan
sekolah
tinggi
hukum
khususnya
untuk
kepentingan akademis (skipsi, tesis, dan disertasi), pertanyaan
utamanya
adalah
perlu
atau
tidaknya
suatu
keseragaman
itu
10
diwujudkan, atau membiarkan itu semua dengan berpedoman kepada
keyakinan
masing-masing
peneliti
hukum
mengenai
cara
yang
dianggapnya paling baik.
11
PENGERTIAN ILMU HUKUM
Hukum dalam lingkup ilmu pengetahuan telah menjadi perdebatan di
kalangan para sarjana hukum, hal tersebut telah membawa para
sarjana hukum membagi ilmu hukum sebagai bagian dari ilmu sosial.
Sebagai langkah awal dari usaha menjawab pertanyaan tentang apa
itu hukum? Maka kita harus benahi dulu pengertian ilmu hukum.
Dalam
bahasa
Inggris
ilmu
hukum
dikenal
dengan
kata
“legal
science” hal ini sangat keliru jika diartikan secara etimologis,
legal dalam bahasa Inggris berakar dari kata lex (latin) dapat
diartikan
terdapat
sebagai
dua
sekumpulan
undang-undang.
pengertian
preskripsi
yang
mengenai
Law
berbeda,
apa
dalam
yang
yang
bahasa
inggris
pertama
merupakan
seharusnya
dilakukan
dalam mencapai keadilan dan yang kedua, merupakan aturan perilaku
yang ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat1.
Pengertian pertama dalam bahasa Latin disebut ius, dalam bahasa
Perancis droit, dalam bahasa Belanda recht, dalam bahasa Jerman
juga
disebut
Recht,
sedangan
dalam
bahasa
Indonesia
disebut
Hukum. Sedangkan dalam arti yang kedua dalam bahasa Latin di
sebut Lex, bahasa Perancis loi, bahasa Belanda wet, bahasa Jerman
Gesetz, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut Undang-Undang2.
Kata law di dalam bahasa Inggris ternyata berasal dari kata
lagu, yaitu aturan-aturan yang dibuat oleh para raja-raja AngloSaxon yang telah dikodifikasi3. Lagu ternyata berada dalam garis
1 Cf. Rescoe pound, law finding through experience and reason, lectures,
university of georgia press, athens. 1960. P.1.
2 Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL.M., Prof., Penelitian Hukum,
Jakarta, Hal. 18.
Kencana,
3 Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL.M., Prof., Ibid., Hal 19
1
lex
dan
bukan
ius.
Apabila
hal
ini
diikuti,
istilah
legal
science akan bermakna ilmu tentang aturan perundang-undangan. Hal
ini akan terjadi ketidaksesuaian makna yang dikandung dalam ilmu
itu sendiri.
Demi menghindari hal semacam itu dalam bahasa Inggris ilmu hukum
disebut secara tepat disebut sebagai
Jurisprudence.
Sedangkan
kata Jurisprudence berasal dari dua kata Latin, yaitu iusris yang
berarti
hukum
dan
prudentia
yang
artinya
kebijaksanaan
atau
pengetahuan. Dengan demikian, Jurisprudence berarti pengetahuan
hukum.
Dapat dilihat dari segi etimologis tidak berlebihan oleh Robert L
Hayman memberi pengertian ilmu hukum dalam hal ini Jurisprudence
secara luas sebagai segala sesuatu yang bersifat teoritis tentang
hukum4. Disini dapat dilihat bahwa ilmu hukum itu suatu bidang
ilmu yang berdiri sendiri yang kemudian dapat berintegral dengan
ilmu-ilmu lain sebagai suatu terapan dalam ilmu pengetahuan yang
lain. Sebagai ilmu yang berdiri sendiri maka obyek penelitian
dari ilmu hukum adalah hukum itu sendiri, mengingat kajian hukum
bukan sebagai suatu kajian yang empiris, maka oleh Gijssels dan
van Hoecke mengatakan ilmu hukum (jurisprudence) adalah merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan teroganisasikan
tentang gejala hukum, struktur kekuasaan, norma-norma, hak-hak
dan kewajiban5. Jurisprudence merupakan suatu disiplin ilmu yang
bersifat sui generis6. Maka kajian tersebut tidak termasuk dalam
4 Jan Gijssels and Mark van Hoecke, What
Rechtwetenschappen, Antwerrpen, 1982, hal. 8.
is
Rechtsteorie?.,
Kluwer,
5 Ibid., hal. 9
6 Dalam Van Apeldoorn’s inleiding tot de studie van nederlandse recht, P. Van
Dijk et.al. menterjemahkan rechtsdogmatiek ke dalam bahasa jerman sebagai
jurisprudenz, yang artinya memang tepat jurisprudence, lihat P van Dijk
et.al., Van Apeldoorn’s inleiding tot de studie van nederlandse recht, TjeenkWillijnk., 1985, pp. 447-448. Bahasa Latin sui generis berarti hanya satu dari
2
bidang
kajian
yang
bersifat
empirik
maupun
evaluatif.
Jurisprudence bukanlah semata-mata studi tentang hukum, melainkan
lebih dari itu yaitu studi tentang sesuatu mengenai hukum secara
luas.
Ilmu hukum memandang hukum dari dua aspek; yaitu hukum sebagai
sistem nilai dan hukum sebagai aturan sosial. Dalam mempelajari
hukum adalah memahami kondisi intrinsik aturan hukum. Hal inilah
yang membedakan ilmu hukum dengan disiplin lain yang mempunyai
kajian hukum disiplin-disiplin lain tersebut memandang hukum dari
luar. Studi-studi sosial tentang hukum menmpatkan hukum sebagai
gejala
sosial.
Sedangkan
studi-studi
yang
bersifat
evaluatif
menghubungkan hukum dengan etika dan moralitas.
B. KARAKTERISTIK ILMU HUKUM
Ilmu
hukum
mempunyai
karateristik
sebagai
ilmu
yang
bersifat
preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif,
ilmu
hukum
validitas
hukum.
mempelajari
aturan
Sebagai
perosedur,
hukum,
ilmu
tujuan
hukum,
konsep-konsep
terapan
ketentuan-ketentuan,
ilmu
nilai-nilai
hukum
hukum
rambu-rambu
dan
keadilan,
norma-norma
menetapkan
dalam
standar
melaksanakan
aturan hukum.
Sifat
preskriptif
keilmuan
hukum
ini
merupakan
sesuatu
yang
substansial di dalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin dapat
dipelajari oleh disiplin lain yang objeknya juga hukum. Suatu
langkah awal dari substansi ilmu hukum ini adalah perbincangan
mengenai makna hukum di dalam hidup bermasyarakat. Dalam hal ini
ilmu hukum bukan hanya menempatkan hukum sebagai suatu gejara
sosial yang hanya dipandang dari luar; melainkan masuk kedalam
jenis tersebut.
3
hal yang lebih esinsial yaitu sisi intriksik dari hukum. Dalam
setiap
perbincangan
yang
demikian
tentu
saja
akan
menjawab
pertanyaan mengapa dibutuhkan hukum sedangkan sudah ada normanorma sosial yang lain. Apakah yang diinginkan dengan kehadiran
hukum. Dalam perbincangan yang demikian, ilmu hukum akan menyoal
apa
yang
tujuan
senyatanya
ada
hukum.
Dalam
berhadapan
hal
dengan
demikian
apa
apa
yang
yang
menjadi
seharusnya.
Pada
perbincangan akan dicari jawaban yang nantinya akan menjembantani
antara dua realitas tersebut.
Persoalan berikutnya adalam merupakan suatu conditio sine qua
non
dalam
tersebut
hukum
perlu
adalah
diingat
masalah
pandangan
keadilan.
Gustav
Mengenai
Radbruch
masalah
yang
secara
tepat menyatakan bahwa cita hukum tidak lain daripada mencapai
keadilan “Est autem jus a justitia, sicut a matre sua ergo prius
fuit justitia quam jus”7
Mempelajari norma-norma hukum merupakan esensial di dalam ilmu
hukum. Belajar ilmu hukum tanpa mempelajari norma-norma hukum
sama
tubuh
halnya
dengan
manusia.
normatif,
hal
kenyataannya.
belajar
Oleh
ini
karena
tidak
Dengan
ilmu
itu
dapat
demikian
kedokteran
ilmu
hukum
disangkal
tidak
ada
tanpa
dan
mempelajari
merupakan
memang
alasan
bagi
ilmu
demikian
seorang
sarjana hukum akan tetap menganggap ilmu hukum adalah merupakan
ilmu yang normatif.
Sifat ilmu hukum sebagai ilmu terapan merupakan konsekuensi dari
sifat preskriptifnya. Suatu penerapan yang salah akan berpengaruh
7 Dalam terjemahan : Akan tetapi hukum berasal dari keadilan seperti lahir
dari kandungan ibunya; oleh karena itu, keadilan telah ada sebelum adanya
hukum.
4
terhadap sesuatu yang bersifat substansial. Suatu tujuan yang
benar tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang
hendak dicapai akan berakibat tidak ada artinya. Mengingat hal
tersebut
dalam
menetapkan
standar
prosedur
atau
cara
harus
berpengang kepada sesuatu yang substansial. Dalam hal inilah ilmu
hukum
akan
menelaah
kemungkinan-kemungkinan
dalam
menetapkan
standar tersebut.
Berdasarkan sifat keilmuan ilmu hukum dapat dibagi menjadi tiga
lapisan, dalam bukunya Jan Gijssels dan Mark van Hoecke membagi
ketiga lapisan tersebut adalah
rechtsdogmatiek
(Dogma Hukum),
rechtsteorie (Teori Hukum) dan rechtsfilosie (Filsafat Hukum)8.
Dalam hal kemurnian ilmu hukum sebagai suatu ilmu, dari ketiga
pembagian tersebut dapat dilihat bahwa dua diantaranya (dogma
hukum dan teori hukum) adalah merupakan ilmu hukum yang murni dan
belum terintegrasi dengan ilmu-ilmu lain sedangkan filsafat hukum
telah terintegrasi dengan ilmu-ilmu lain karena didalamnya akan
mempelajari banyak hal yang bersilangan dengan ilmu-ilmu lain.
Oleh karena itu ilmu hukum mempunyai dua aspek, yaitu aspek
praktis dan aspek teoritis.
Ilmu
Hukum
dalam
perkembangannya,
selalu
diperdebatkan
keabsahannya sebagai ilmu, baik oleh ilmuwan sosial maupun ilmu
hukum sendiri. Sudah sejak lama sebuah pertanyaan timbul dan
harus
dijawab
secara
akademis,
apakah
ilmu
hukum
itu
ilmu?
Dari segi kajian, penelitian hukum pada dasarnya bukanlah untuk
melakukan
verifikasi
atau
pengujian
hipotesis
sebagaimana
penelitian ilmu sosial maupun penelitian ilmu alamiah. Didalam
penelitian
hukum
tidak
dikenal
istilah
data.
8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, hal. 8
5
Perbedaan
metode
kajian
terhadap
ilmu
hukum
pada
dasarnya,
beranjak dari sifat dan karakter ilmu hukum itu sendiri. Menurut
Philipus M. Hadjon, ilmu hukum memiliki karakter yang khas, yaitu
sifatnya yang normatif, praktis dan preskriptif. Karakter yang
demikian
menyebabkan
kepribadian
ilmu
sementara
hukum
itu
kalangan
mulai
yang
meragukan
tidak
memahami
hakikat
keilmuan
hukum.
Sebagaimana
telah
dibahas
karakter
yang
Usaha
empirisasi
ke
khas,
diatas,
yaitu
ilmu
bahwa
ilmu
sifatnya
hukum
hukum
yang
diantaranya
memiliki
normatif.
dilakukan
dengan
menerapkan metode-metode penelitian sosial dalam kajian hukum
normatif.
Ada
dua
pendekatan
yang
dapat
dilakukan
dengan
menjelaskan
keilmuan hukum dan dengan sendirinya membawa konsekuensi pada
metode kajiannya yaitu: pendekatan dari sudut falsafah ilmu, dan
pendekatan
dari
sudut
pandang
teori
hukum.Falsafah
ilmu
memberdakan ilmu hukum dari dua sudut pandang, yaitu pandangan
normative
yang
melahirkan
ilmu
hukum
normative
dan
pandangan
positivistic yang melahirkan ilmu hukum empiris.
Sisi empiris tersebut yang menjadi kajian ilmu hukum empiris
seperti
sociological
jurisprudence,
dan
socio
legal
jurisprudence. Dengan demikian dari sudut pandang ini, ilmu hukum
normative metode kajiannya khas, sedangkan ilmu hukum empiris
dapat
dikaji
melalui
penelitian
kuantitatif
atau
kualitatif,
tergantung sifat datanya.
c. METODE PENELITIAN ILMU HUKUM
Dalam
melakukan
suatu
penelitian
hukum
tidak
dapat
terlepas
dengan penggunaan metode penelitian. Karena setiap penelitian apa
saja pastilah menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan
yang diangkat. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan
6
suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika
dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa
gejala
hukum
tertentu,
dengan
jalan
menganalisanya.
Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap
fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya penelitian mempunyai
berbagai
kategori.
berdasarkan
pada
Diantaranya
fokus
adalah
kajiannya
metode
terbagi
penelitian
menjadi
tiga
yang
bagian
yakni:
1. Metode Penelitian Hukum Normatif
Metode penelitian hukum jenis ini juga biasa disebut sebagai
penelitian
hukum
doktriner
atau
penelitian
perpustakaan.
Dinamakan penelitian hukum doktriner dikarenakan penelitian ini
hanya
ditujukan
pada
peraturan-peraturan
tertulis
sehingga
penelitian ini sangat erat hubungannya pada pada perpustakaan
karena akan membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada
perpustakaan.
Dalam penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari
berbagai
aspek
seperti
aspek
teori,
filosofi,
perbandingan,
struktur/ komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan
pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undangundang serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum.
Sehingga
dapat kita simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai
cakupan yang luas.
Berbeda dengan penelitian empiris, penelitian hukum normative
cenderung
disiplin
memiliki
penelitian
preskriptif,
dimana
pada
hanya
pencitraan
melihat
hukum
hukum
sebagai
dari
sudut
7
pandang
norma-normanya
saja.
Tema-tema
penelitian
normative
mencakup9:
- Penelitian terhadap asas-asas hukum
- Penelitian terhadap sistematika hukum
- Penelitian terhadap sinkronisasi vertical-horizontal
- Perbandingan hukum
- Sejarah hukum.
2. Metode Penelitian Hukum Normatif-Empiris
Metode
penelitian
hukum
normatif
empiris
ini
pada
dasarnya
merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan
adanya
penambahan
berbagai
unsur
empiris.
Metode
penelitian
normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif
(undang-undang)
dalam
aksinya
pada
setiap
peristiwa
hukum
tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam penelitian
jenis ini terdapat tiga kategori yakni:
a. Non judicial Case Study, yaitu: merupakan pendekatan studi
kasus hukum yang tanpa konflik sehingga tidak ada campur
tangan dengan pengadilan.
b. Judicial Case Study, yaitu Pendekatan judicial case study
ini merupakan pendekatan studi kasus hukum karena konflik
sehingga akan melibatkan campur tangan dengan pengadilan
untuk memberikan keputusan penyelesaian (yurisprudensi)
9 Soerjono soekanto dan sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2001), hal. 14.
8
c. Live
Case
merupakan
Study,
yaitu:
pendekatan
Pendekatan
pada
suatu
live
case
peristiwa
study
hukum
yang
prosesnya masih berlangsung atau belum berakhir.10
3. Metode Penelitian Hukum Empiris
Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian
hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan
meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan
hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat
dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan
bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di
dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.
C. Penutup
Ilmu
hukum
(jurisprudence)
mendampinginya
di
dalam
dan
keluarga
segala
besar
sub
kajian
kajian
tentang
yang
hukum,
terlepas dari kontroversinyasebagai sebagai suatu disiplin ilmu
yang mandiri dan khas (sui generis), bagian dari ilmu humaniora
maupun ilmu sosial,sebagaimana ilmu pengetahuan alam (eksakta)
dan
ilmu-ilmu
terbantahkan
di
sosial
yang
telah
ranting-ranting
memiliki
pohon
ilmu.
tempat
Ilmu
yang
hukum
tak
harus
diakui memiliki metode penelitian yang khas sekaligus unik, baik
dilihat dari kepentingan/kegunaan dilakukannya suatu penelitian
dibidang hukum, baik teoritis maupun praktis, atau dari cara
melihat ilmu hukum sebagai disiplin yang bersifat preskriptif dan
terapan, maupun dari sudut pandang prilaku manusia yang berkaitan
dengan eksistensi hukum.
10 https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/
9
Para
penstudi
hukum
seyogyanya
menyadari
arti
pentingnya
penelitian hukum yang menjadi otoritasnya, bahkan dihimbau untuk
tidak meninggalkannya, yaitu penelitian hukum normatif/doktrinal,
baik dari sudut pandang pendekatan commom law system (statutes
approach, caseapproach, historical approach, comparative approach
dan
conceptual
bentuknya
approach)
(penelitian
perundang-undangan,
maupun
asas-asas
dan
dari
hukum,
lain-lain)
sudut
pandang
sinkronisasi
yangselama
ini
bentukperaturan
dijadikan
pegangan oleh para penstudi hukum di Indonesia dan cenderung
dimaksudkan untuk kepentingan akademis, sebaiknya harus dipandang
dengan rasa bangga terhadap keberagaman dan kekhasan terhadap
fenomena penelitian hukum di Indonesia. Mengingat hal yang lebih
penting adalah pengetahuan dan kesadaran para penstudi hukum itu
sendiri terhadap adanya perbedaan-perbedaan ini. Lebih dari itu,
hal
yang
terpenting
adalah
ketepatan
saat
menentukan
pilihan
terhadap jenis dan metode mana yang terbaik atau paling sesuai
(most
appropriate)
bagi
penelitian
yang
akan
dilakukannya,
tentunya hal tersebut mengacu kepada kegunaan/tujuan dan hasil
akhir
yaitu
terjawabnya
permasalahan
yang
melatarbelakangi/menginspirasikan dilakukannya suatu penelitian
hukum tertentu, kemudian yang tidak kalah penting adalah menjadi
lebihberkembangnya
kajian
keilmuan
hukum
dan
terselesaikannya
masalah-masalah hukum baik sifatnya konkret (perkara hukum/legal
disputes)maupun
mendatang,yang
permasalahan
tentunya
pembangunan
semua
itu
berkat
hukum
dimasa
bantuan
metode
penelitian hukum sebagai alatsekaligus keterampilan yang menuntut
kemahiran
mengenai
para
penggunanya
masalahperbedaan
dalammemanfaatkannya.
konsepsi-konsepsi
dan
Terakhir,
pengertian-
pengertian di dalam studi tentang penelitian hukum diberbagai
fakultas
hukum
dan
sekolah
tinggi
hukum
khususnya
untuk
kepentingan akademis (skipsi, tesis, dan disertasi), pertanyaan
utamanya
adalah
perlu
atau
tidaknya
suatu
keseragaman
itu
10
diwujudkan, atau membiarkan itu semua dengan berpedoman kepada
keyakinan
masing-masing
peneliti
hukum
mengenai
cara
yang
dianggapnya paling baik.
11