Tugas Ilmu hukum dalam prespektif nomati

A.

PENGERTIAN ILMU HUKUM

Hukum dalam lingkup ilmu pengetahuan telah menjadi perdebatan di
kalangan para sarjana hukum, hal tersebut telah membawa para
sarjana hukum membagi ilmu hukum sebagai bagian dari ilmu sosial.
Sebagai langkah awal dari usaha menjawab pertanyaan tentang apa
itu hukum? Maka kita harus benahi dulu pengertian ilmu hukum.
Dalam

bahasa

Inggris

ilmu

hukum

dikenal


dengan

kata

“legal

science” hal ini sangat keliru jika diartikan secara etimologis,
legal dalam bahasa Inggris berakar dari kata lex (latin) dapat
diartikan
terdapat

sebagai
dua

sekumpulan

undang-undang.

pengertian


preskripsi

yang

mengenai

Law

berbeda,
apa

dalam
yang

yang

bahasa

inggris


pertama

merupakan

seharusnya

dilakukan

dalam mencapai keadilan dan yang kedua, merupakan aturan perilaku
yang ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat1.
Pengertian pertama dalam bahasa Latin disebut ius, dalam bahasa
Perancis droit, dalam bahasa Belanda recht, dalam bahasa Jerman
juga

disebut

Recht,

sedangan


dalam

bahasa

Indonesia

disebut

Hukum. Sedangkan dalam arti yang kedua dalam bahasa Latin di
sebut Lex, bahasa Perancis loi, bahasa Belanda wet, bahasa Jerman
Gesetz, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut Undang-Undang2.
Kata law di dalam bahasa Inggris ternyata berasal dari kata
lagu, yaitu aturan-aturan yang dibuat oleh para raja-raja AngloSaxon yang telah dikodifikasi3. Lagu ternyata berada dalam garis
1 Cf. Rescoe pound, law finding through experience and reason, lectures,
university of georgia press, athens. 1960. P.1.

2 Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL.M., Prof., Penelitian Hukum,
Jakarta, Hal. 18.

Kencana,


3 Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL.M., Prof., Ibid., Hal 19

1

lex

dan

bukan

ius.

Apabila

hal

ini

diikuti,


istilah

legal

science akan bermakna ilmu tentang aturan perundang-undangan. Hal
ini akan terjadi ketidaksesuaian makna yang dikandung dalam ilmu
itu sendiri.
Demi menghindari hal semacam itu dalam bahasa Inggris ilmu hukum
disebut secara tepat disebut sebagai

Jurisprudence.

Sedangkan

kata Jurisprudence berasal dari dua kata Latin, yaitu iusris yang
berarti

hukum


dan

prudentia

yang

artinya

kebijaksanaan

atau

pengetahuan. Dengan demikian, Jurisprudence berarti pengetahuan
hukum.
Dapat dilihat dari segi etimologis tidak berlebihan oleh Robert L
Hayman memberi pengertian ilmu hukum dalam hal ini Jurisprudence
secara luas sebagai segala sesuatu yang bersifat teoritis tentang
hukum4. Disini dapat dilihat bahwa ilmu hukum itu suatu bidang
ilmu yang berdiri sendiri yang kemudian dapat berintegral dengan
ilmu-ilmu lain sebagai suatu terapan dalam ilmu pengetahuan yang

lain. Sebagai ilmu yang berdiri sendiri maka obyek penelitian
dari ilmu hukum adalah hukum itu sendiri, mengingat kajian hukum
bukan sebagai suatu kajian yang empiris, maka oleh Gijssels dan
van Hoecke mengatakan ilmu hukum (jurisprudence) adalah merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan teroganisasikan
tentang gejala hukum, struktur kekuasaan, norma-norma, hak-hak
dan kewajiban5. Jurisprudence merupakan suatu disiplin ilmu yang
bersifat sui generis6. Maka kajian tersebut tidak termasuk dalam
4 Jan Gijssels and Mark van Hoecke, What
Rechtwetenschappen, Antwerrpen, 1982, hal. 8.

is

Rechtsteorie?.,

Kluwer,

5 Ibid., hal. 9
6 Dalam Van Apeldoorn’s inleiding tot de studie van nederlandse recht, P. Van
Dijk et.al. menterjemahkan rechtsdogmatiek ke dalam bahasa jerman sebagai

jurisprudenz, yang artinya memang tepat jurisprudence, lihat P van Dijk
et.al., Van Apeldoorn’s inleiding tot de studie van nederlandse recht, TjeenkWillijnk., 1985, pp. 447-448. Bahasa Latin sui generis berarti hanya satu dari

2

bidang

kajian

yang

bersifat

empirik

maupun

evaluatif.

Jurisprudence bukanlah semata-mata studi tentang hukum, melainkan

lebih dari itu yaitu studi tentang sesuatu mengenai hukum secara
luas.
Ilmu hukum memandang hukum dari dua aspek; yaitu hukum sebagai
sistem nilai dan hukum sebagai aturan sosial. Dalam mempelajari
hukum adalah memahami kondisi intrinsik aturan hukum. Hal inilah
yang membedakan ilmu hukum dengan disiplin lain yang mempunyai
kajian hukum disiplin-disiplin lain tersebut memandang hukum dari
luar. Studi-studi sosial tentang hukum menmpatkan hukum sebagai
gejala

sosial.

Sedangkan

studi-studi

yang

bersifat


evaluatif

menghubungkan hukum dengan etika dan moralitas.

B. KARAKTERISTIK ILMU HUKUM

Ilmu

hukum

mempunyai

karateristik

sebagai

ilmu

yang

bersifat

preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif,
ilmu

hukum

validitas
hukum.

mempelajari

aturan

Sebagai

perosedur,

hukum,
ilmu

tujuan

hukum,

konsep-konsep

terapan

ketentuan-ketentuan,

ilmu

nilai-nilai
hukum

hukum

rambu-rambu

dan

keadilan,
norma-norma

menetapkan
dalam

standar

melaksanakan

aturan hukum.
Sifat

preskriptif

keilmuan

hukum

ini

merupakan

sesuatu

yang

substansial di dalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin dapat
dipelajari oleh disiplin lain yang objeknya juga hukum. Suatu
langkah awal dari substansi ilmu hukum ini adalah perbincangan
mengenai makna hukum di dalam hidup bermasyarakat. Dalam hal ini
ilmu hukum bukan hanya menempatkan hukum sebagai suatu gejara
sosial yang hanya dipandang dari luar; melainkan masuk kedalam
jenis tersebut.

3

hal yang lebih esinsial yaitu sisi intriksik dari hukum. Dalam
setiap

perbincangan

yang

demikian

tentu

saja

akan

menjawab

pertanyaan mengapa dibutuhkan hukum sedangkan sudah ada normanorma sosial yang lain. Apakah yang diinginkan dengan kehadiran
hukum. Dalam perbincangan yang demikian, ilmu hukum akan menyoal
apa

yang

tujuan

senyatanya

ada

hukum.

Dalam

berhadapan

hal

dengan

demikian
apa

apa

yang

yang

menjadi

seharusnya.

Pada

perbincangan akan dicari jawaban yang nantinya akan menjembantani
antara dua realitas tersebut.
Persoalan berikutnya adalam merupakan suatu conditio sine qua
non

dalam

tersebut

hukum

perlu

adalah

diingat

masalah

pandangan

keadilan.
Gustav

Mengenai

Radbruch

masalah

yang

secara

tepat menyatakan bahwa cita hukum tidak lain daripada mencapai
keadilan “Est autem jus a justitia, sicut a matre sua ergo prius
fuit justitia quam jus”7
Mempelajari norma-norma hukum merupakan esensial di dalam ilmu
hukum. Belajar ilmu hukum tanpa mempelajari norma-norma hukum
sama
tubuh

halnya

dengan

manusia.

normatif,

hal

kenyataannya.

belajar

Oleh
ini

karena

tidak

Dengan

ilmu
itu

dapat

demikian

kedokteran
ilmu

hukum

disangkal
tidak

ada

tanpa

dan

mempelajari

merupakan
memang

alasan

bagi

ilmu

demikian
seorang

sarjana hukum akan tetap menganggap ilmu hukum adalah merupakan
ilmu yang normatif.
Sifat ilmu hukum sebagai ilmu terapan merupakan konsekuensi dari
sifat preskriptifnya. Suatu penerapan yang salah akan berpengaruh

7 Dalam terjemahan : Akan tetapi hukum berasal dari keadilan seperti lahir
dari kandungan ibunya; oleh karena itu, keadilan telah ada sebelum adanya
hukum.

4

terhadap sesuatu yang bersifat substansial. Suatu tujuan yang
benar tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang
hendak dicapai akan berakibat tidak ada artinya. Mengingat hal
tersebut

dalam

menetapkan

standar

prosedur

atau

cara

harus

berpengang kepada sesuatu yang substansial. Dalam hal inilah ilmu
hukum

akan

menelaah

kemungkinan-kemungkinan

dalam

menetapkan

standar tersebut.
Berdasarkan sifat keilmuan ilmu hukum dapat dibagi menjadi tiga
lapisan, dalam bukunya Jan Gijssels dan Mark van Hoecke membagi
ketiga lapisan tersebut adalah

rechtsdogmatiek

(Dogma Hukum),

rechtsteorie (Teori Hukum) dan rechtsfilosie (Filsafat Hukum)8.
Dalam hal kemurnian ilmu hukum sebagai suatu ilmu, dari ketiga
pembagian tersebut dapat dilihat bahwa dua diantaranya (dogma
hukum dan teori hukum) adalah merupakan ilmu hukum yang murni dan
belum terintegrasi dengan ilmu-ilmu lain sedangkan filsafat hukum
telah terintegrasi dengan ilmu-ilmu lain karena didalamnya akan
mempelajari banyak hal yang bersilangan dengan ilmu-ilmu lain.
Oleh karena itu ilmu hukum mempunyai dua aspek, yaitu aspek
praktis dan aspek teoritis.
Ilmu

Hukum

dalam

perkembangannya,

selalu

diperdebatkan

keabsahannya sebagai ilmu, baik oleh ilmuwan sosial maupun ilmu
hukum sendiri. Sudah sejak lama sebuah pertanyaan timbul dan
harus

dijawab

secara

akademis,

apakah

ilmu

hukum

itu

ilmu?

Dari segi kajian, penelitian hukum pada dasarnya bukanlah untuk
melakukan

verifikasi

atau

pengujian

hipotesis

sebagaimana

penelitian ilmu sosial maupun penelitian ilmu alamiah. Didalam
penelitian

hukum

tidak

dikenal

istilah

data.

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, hal. 8

5

Perbedaan

metode

kajian

terhadap

ilmu

hukum

pada

dasarnya,

beranjak dari sifat dan karakter ilmu hukum itu sendiri. Menurut
Philipus M. Hadjon, ilmu hukum memiliki karakter yang khas, yaitu
sifatnya yang normatif, praktis dan preskriptif. Karakter yang
demikian

menyebabkan

kepribadian

ilmu

sementara

hukum

itu

kalangan

mulai

yang

meragukan

tidak

memahami

hakikat

keilmuan

hukum.
Sebagaimana

telah

dibahas

karakter

yang

Usaha

empirisasi

ke

khas,

diatas,

yaitu

ilmu

bahwa

ilmu

sifatnya

hukum

hukum

yang

diantaranya

memiliki

normatif.

dilakukan

dengan

menerapkan metode-metode penelitian sosial dalam kajian hukum
normatif.
Ada

dua

pendekatan

yang

dapat

dilakukan

dengan

menjelaskan

keilmuan hukum dan dengan sendirinya membawa konsekuensi pada
metode kajiannya yaitu: pendekatan dari sudut falsafah ilmu, dan
pendekatan

dari

sudut

pandang

teori

hukum.Falsafah

ilmu

memberdakan ilmu hukum dari dua sudut pandang, yaitu pandangan
normative

yang

melahirkan

ilmu

hukum

normative

dan

pandangan

positivistic yang melahirkan ilmu hukum empiris.
Sisi empiris tersebut yang menjadi kajian ilmu hukum empiris
seperti

sociological

jurisprudence,

dan

socio

legal

jurisprudence. Dengan demikian dari sudut pandang ini, ilmu hukum
normative metode kajiannya khas, sedangkan ilmu hukum empiris
dapat

dikaji

melalui

penelitian

kuantitatif

atau

kualitatif,

tergantung sifat datanya.
c. METODE PENELITIAN ILMU HUKUM
Dalam

melakukan

suatu

penelitian

hukum

tidak

dapat

terlepas

dengan penggunaan metode penelitian. Karena setiap penelitian apa
saja pastilah menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan
yang diangkat. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan
6

suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika
dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa

gejala

hukum

tertentu,

dengan

jalan

menganalisanya.

Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap
fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan
atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya penelitian mempunyai
berbagai

kategori.

berdasarkan

pada

Diantaranya

fokus

adalah

kajiannya

metode

terbagi

penelitian

menjadi

tiga

yang

bagian

yakni:
1. Metode Penelitian Hukum Normatif
Metode penelitian hukum jenis ini juga biasa disebut sebagai
penelitian

hukum

doktriner

atau

penelitian

perpustakaan.

Dinamakan penelitian hukum doktriner dikarenakan penelitian ini
hanya

ditujukan

pada

peraturan-peraturan

tertulis

sehingga

penelitian ini sangat erat hubungannya pada pada perpustakaan
karena akan membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada
perpustakaan.
Dalam penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari
berbagai

aspek

seperti

aspek

teori,

filosofi,

perbandingan,

struktur/ komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan
pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undangundang serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum.

Sehingga

dapat kita simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai
cakupan yang luas.
Berbeda dengan penelitian empiris, penelitian hukum normative
cenderung
disiplin

memiliki

penelitian

preskriptif,

dimana

pada
hanya

pencitraan
melihat

hukum

hukum

sebagai

dari

sudut
7

pandang

norma-normanya

saja.

Tema-tema

penelitian

normative

mencakup9:
- Penelitian terhadap asas-asas hukum
- Penelitian terhadap sistematika hukum
- Penelitian terhadap sinkronisasi vertical-horizontal
- Perbandingan hukum
- Sejarah hukum.
2. Metode Penelitian Hukum Normatif-Empiris
Metode

penelitian

hukum

normatif

empiris

ini

pada

dasarnya

merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan
adanya

penambahan

berbagai

unsur

empiris.

Metode

penelitian

normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif
(undang-undang)

dalam

aksinya

pada

setiap

peristiwa

hukum

tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam penelitian
jenis ini terdapat tiga kategori yakni:
a. Non judicial Case Study, yaitu: merupakan pendekatan studi
kasus hukum yang tanpa konflik sehingga tidak ada campur
tangan dengan pengadilan.
b. Judicial Case Study, yaitu Pendekatan judicial case study
ini merupakan pendekatan studi kasus hukum karena konflik
sehingga akan melibatkan campur tangan dengan pengadilan
untuk memberikan keputusan penyelesaian (yurisprudensi)

9 Soerjono soekanto dan sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2001), hal. 14.

8

c. Live

Case

merupakan

Study,

yaitu:

pendekatan

Pendekatan

pada

suatu

live

case

peristiwa

study

hukum

yang

prosesnya masih berlangsung atau belum berakhir.10
3. Metode Penelitian Hukum Empiris
Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian
hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan
meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan
hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat
dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan
bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di
dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.

C. Penutup
Ilmu

hukum

(jurisprudence)

mendampinginya

di

dalam

dan

keluarga

segala
besar

sub

kajian

kajian
tentang

yang
hukum,

terlepas dari kontroversinyasebagai sebagai suatu disiplin ilmu
yang mandiri dan khas (sui generis), bagian dari ilmu humaniora
maupun ilmu sosial,sebagaimana ilmu pengetahuan alam (eksakta)
dan

ilmu-ilmu

terbantahkan

di

sosial

yang

telah

ranting-ranting

memiliki

pohon

ilmu.

tempat
Ilmu

yang

hukum

tak
harus

diakui memiliki metode penelitian yang khas sekaligus unik, baik
dilihat dari kepentingan/kegunaan dilakukannya suatu penelitian
dibidang hukum, baik teoritis maupun praktis, atau dari cara
melihat ilmu hukum sebagai disiplin yang bersifat preskriptif dan
terapan, maupun dari sudut pandang prilaku manusia yang berkaitan
dengan eksistensi hukum.
10 https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/

9

Para

penstudi

hukum

seyogyanya

menyadari

arti

pentingnya

penelitian hukum yang menjadi otoritasnya, bahkan dihimbau untuk
tidak meninggalkannya, yaitu penelitian hukum normatif/doktrinal,
baik dari sudut pandang pendekatan commom law system (statutes
approach, caseapproach, historical approach, comparative approach
dan

conceptual

bentuknya

approach)

(penelitian

perundang-undangan,

maupun

asas-asas

dan

dari
hukum,

lain-lain)

sudut

pandang

sinkronisasi

yangselama

ini

bentukperaturan
dijadikan

pegangan oleh para penstudi hukum di Indonesia dan cenderung
dimaksudkan untuk kepentingan akademis, sebaiknya harus dipandang
dengan rasa bangga terhadap keberagaman dan kekhasan terhadap
fenomena penelitian hukum di Indonesia. Mengingat hal yang lebih
penting adalah pengetahuan dan kesadaran para penstudi hukum itu
sendiri terhadap adanya perbedaan-perbedaan ini. Lebih dari itu,
hal

yang

terpenting

adalah

ketepatan

saat

menentukan

pilihan

terhadap jenis dan metode mana yang terbaik atau paling sesuai
(most

appropriate)

bagi

penelitian

yang

akan

dilakukannya,

tentunya hal tersebut mengacu kepada kegunaan/tujuan dan hasil
akhir

yaitu

terjawabnya

permasalahan

yang

melatarbelakangi/menginspirasikan dilakukannya suatu penelitian
hukum tertentu, kemudian yang tidak kalah penting adalah menjadi
lebihberkembangnya

kajian

keilmuan

hukum

dan

terselesaikannya

masalah-masalah hukum baik sifatnya konkret (perkara hukum/legal
disputes)maupun
mendatang,yang

permasalahan
tentunya

pembangunan

semua

itu

berkat

hukum

dimasa

bantuan

metode

penelitian hukum sebagai alatsekaligus keterampilan yang menuntut
kemahiran
mengenai

para

penggunanya

masalahperbedaan

dalammemanfaatkannya.

konsepsi-konsepsi

dan

Terakhir,
pengertian-

pengertian di dalam studi tentang penelitian hukum diberbagai
fakultas

hukum

dan

sekolah

tinggi

hukum

khususnya

untuk

kepentingan akademis (skipsi, tesis, dan disertasi), pertanyaan
utamanya

adalah

perlu

atau

tidaknya

suatu

keseragaman

itu
10

diwujudkan, atau membiarkan itu semua dengan berpedoman kepada
keyakinan

masing-masing

peneliti

hukum

mengenai

cara

yang

dianggapnya paling baik.

11