Penilaian Autentik dalam Pembelajaran. docx

Penilaian Autentik dalam Pembelajaran
Penilaian auentik adalah penilaian pembelajaran yang meliputi ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sebenarnya penilaian autentik ini sudah tidak
asing lagi pada KBK dan KTSP, hanya saja pelaksanaannya konon belum
maksimal. Pada KBK dan KTSP, guru Sekolah Dasar kebanyakan mempraktekkan
penilaian hanya sebatas penilaian pengetahuan saja. Tentu saja dengan
kesalahan ini, siswa yang dianggap pintar adalah siswa yang oke
pengetahuannya saja dengan mengesampingkan sikap dan keterampilan yang
mereka miliki.

Penilaian SIKAP.
Mengapa penilaian sikap dinomorsatukan? Karena Sekolah Dasar adalah sekolah
yang menjadi pondasi pendidikan bagi generasi penerus bangsa. Sikap harus
dibangun sejak awal agar nantinya mereka mampu menjadi penerus bangsa
yang berbudi luhur. Untuk apa memiliki generasi penerus bangsa yang handal
pengatahuannya jika tidak memiliki sikap yang berbudi luhur.
Penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi penilaian sikap spiritual dan sikap
sosial. Sikap spiritual adalah sikap kepada Tuhan, yang tentu saja berisikan
penilaian dalam hal ibadah. Sikap sosial adalah sika kepada sesamanya, yang
tentu saja berisikan sikap dalam berinteraksi sosial.


Penilaian PENGETAHUAN.
Kurikulum 2013 mengharapkan peserta didik nantinya mampu menjadi generasi
yang hebat pengetahuannya. Untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran dalam ranah pengetahuan tentunya diperlukan penilaian. Penilaian
pada ranah pengetahuan tentunya bukan lagi sesuatu yang baru bagi para guru
karena pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, penilaian ini senantiasa
diberlakukan. Adanya tes tertulis hasil belajar adalah salah satu bentuk dari
penilaian ini.

Penilaian KETERAMPILAN.
Siswa Sekolah Dasar selama pembelajaran berlangsung tidak hanya dibekali
dengan sikap dan pengetahuan saja. Mereka dibekali dengan keterampilan juga
selama pembelajaran diberlangsungkan. Jika keterampilan siswa dibina dalam
pembelajaran maka secara otomatis diperlalukan juga penilaiannya. Bentuk
penilaian keterampilan tentunya berbeda dengan bentuk penilaian sikap dan
keterampilan.

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Kata saintifik pada dasarnya mengacu kepada pada kata sains. Makna harfiah
dari kata sains adalah ilmu nyata, ilmu eksak, yang berkaitan dengan

matematika dan ilmu alam. Dalam pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum
2013, metode yang dipakai dalam sains tersebutlah yang dijadikan sebagai
pendekatan dalam pembelajaran. Jadi pendekatan saintifik yang diberlakukan
oleh kurikulum 2013 bukan berarti pendekatan yang hanya mempelajari
matematika dan ilmu alam.
Kurikulum 2013 mengembangkan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik. (Permendikbud Nomor 54/2013) Bagaimana
Kurikulum 2013 memfasilitasi peserta didik memperoleh nilai-nilai, pengetahuan,
dan keterampilan secara berimbang?, bagaimana proses pembelajaran
dilaksanakan?
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan adaptasi
dari metode ilmiahnya ilmu sains. Dari metode ilmiah inilah lahir langkahlangkah pembelajaran yang menuntut siswa aktif (nanti akan tergambar dalam
artikel selanjutnya). Langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik ini
pada dasarnya berbasis pada fakta dari objek yang diamati, diolah, dianalisis,
dan diuji.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas
kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui),
merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan
data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah
data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang

terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Langkah Pertama adalah MENGAMATI
Langkah mengamati secara umum diartikan sebagai langkah merangsang panca
indera siswa untuk mengamati suatu objek. Kegiatan belajar yang dilakukan
pada langkah mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, dan
melihat.
Langkah Kedua adalah MENANYA
Langkah menanya merupakan langkah yang mengupayakan siswa memiliki rasa
penasaran terhadap objek yang diamatinya. Pada langkah ini guru dituntut
memiliki keterampilan bertanya dasar maupu bertanya lanjut. Meskipun pada
dasarnya guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa, namun tujuan
sebenarnya adalah mengupayakan siswa memiliki kemampuan aktif bertanya.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada langkah menanya ini berupa siswa

mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari objek yang
diamatinya.
Langkah Ketiga adalah MENGUMPULKAN INFORMASI ATAU EKSPERIMEN
Langkah mengumpulkan informasi atau eksperimen merupakan langkah
pengumpulan fakta dari apa yang diamati siswa. Fakta-fakta yang didapatkan
dari pengamatan suatu objek dan yang telah dipertanyakannya dikumpulkan

dalam suatu daftar atupun lembar kerja. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
pada langkah mengumpulkan informasi adalah melakukan percobaan atau
eksperimen, membaca literatur, menuliskan hasil pengamatan dari suatu objek,
dan mewawancarai narasumber.
Langkah Keempat adalah MENGASOSIASIKAN ATAU MENGOLAH INFORMASI
Langkah mengasosiasikan atau mengolah informasi merupakan langkah
pembelajaran yang mengupayakan siswa mengolah fakta-fakta yang telah
dikumpulkannya. Dari hasil pengolahan itu akan dihasilkan kesimpulan
sementara dari objek yang menjadi materi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan pada langkah mengasosiasikan ini adalah mendiskusikan hasil
pengamatan dan menarik kesimpulan dari fakta-fakta yang telah dikumpulkan.
Langah Kelima adalah MENGKOMUNIKASIKAN
Kegiatan mengkomunikasikan merupakan kegiatan menyampaikan hasil olahan
informasi. Siswa pada langkah ini diminta untuk menyampaikan hasil diskusinya
(jika pembelajaran ditempuh dengan metode diskusi). Kegiatan pembelajaran
yang berlangsung selama mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil
pengolahan informasi secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Prinsip-prinsip kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik kurikulum
2013, adalah :
peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;

peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;
pembelajaran berbasis kompetensi;
pembelajaran terpadu;
pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki
kebenaran multi dimensi;
pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hardskills dan soft-skills;

pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (Ing
Ngarso Sung Tulodo), membangun kemauan (Ing Madyo Mangun Karso),
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Tut
Wuri Handayani);
pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran;
pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budaya peserta didik;
dan

suasana belajar menyenangkan dan menantang.