Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Tipe Bahaya dengan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2013

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah

Gambar 2.1. Gambaran antomi telinga secara umum

Sumber : Ballenger’s Otholaryngology Head and Neck Surgery Ed.16

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membran mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi untuk menggetarkan membran timpani ke perilimfa
telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu
panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan,
ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius dan di belakang
dengan antrum mastoideum (Snell, 2006).
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior,
dinding lateral, dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang
disebut tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis.

Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari meningens dan lobus temporalis otak
didalam fossa cranii media (Snell, 2006).

Universitas Sumatera Utara

7

Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak
lengkap dan mungkin sebagian digantikan dengan jaringan fibrosa. Lempeng ini
memisahkan kavum timpani dengan bulbus superior V. jugularis interna (Snell,
2006).
Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan kavum timpani dari arteri karotis interna. Pada bagian atas dinding
anterior terdapat muara dari 2 buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak
lebih bawah menuju tuba Esutachius, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil
masuk ke dalam saluran untuk m. Tensor timpani. Septum tulang yang tipis, yang
memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang
akan membentuk tonjolan mirip selat (Snell, 2006).
Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang yang tidak beraturan,
yaitu auditus ad antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut,

sempit, kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar m. Stapedius (Snell,
2006).
Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani. Membran
timpani adalah membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Membrana ini
terletak miring, menghadap ke bawah, depan dan lateral. Permukaannya konkaf ke
lateral. Pada cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh
ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahata otoskop, bagian cekung ini
menghasilkan kerucut cahaya, yang memancarkan ke anterior dan inferior umbo
(Snell, 2006).
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.
Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus
tympanicus, di bagian atasnya terdapat incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua
plica, yaitu plica malearis anterior dan posterior, yang menuju prosesus lateralis
mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi plica –plica
tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian yang lainnya tegang disebut pars
tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membrana

Universitas Sumatera Utara

8


timpani oleh membrana mukosa. Membran timpani sangat peka terhadap nyeri dan
permukaan luarnya dipersarafi oleh n. Auriculotemporalis dan ramus auricularis n.
Vagus (Snell, 2006).
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar
dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang
disebabkan oleh lengkung pertama koklea yang ada di bawahnya. Di atas dan di
belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong dan
ditutupi oleh basis stapedius. Pada sisi medial fenestra terdapat skala vestibuli
perilimfa telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra
koklea, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membrana timpani sekundaria. Pada
sisi medial dari fenestra ini terdapat perilimfa ujung buntu skala timpani (Snell,
2006).
Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas kebelakang
pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenetsra vestibuli. Tonjolan ini
menyokong m. Tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan
membentuk takik, disebut prosesus kokleariformis. Di sekeliling takik ini tendon m.
Tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu
manubrium mallei (Snell, 2006).
Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas

promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia kanalis nervus
fasialis. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung ke bawah di
belakang pyramis (Snell, 2006).
Tulang- tulang pendengaran terdiri dari malleus, incus, dan stapes. Malleus
adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri dari caput, collum, prosesus longum
aau manubrium, sebuah prosesus anterior dan prosesus lateralis. Caput mallei
berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Manubrium mallei berjalan
ke bawah dan belakang dan melekat erat dengan membran timpani, sehingga
manubrium ini dapat dilihat pada saat pemeriksaan dengan otoskop (Snell, 2006).

Universitas Sumatera Utara

9

Incus mempunyai corpus yang besar dan dua krus, corpusnya berbentuk bulat
dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Sedangkan crusnya dibagi dua, yaitu
crus longum dan crus breve. Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan
sebuah basis. Pinggir basis dari stapes akan melekat dengan pinggir fenestra vestibuli
oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum annulare (Snell, 2006).
Otot-otot penggerak tulang pendengaran terdiri dari m. Tensor timpani dan m.

Stapedius. M. Tensor timpani berfungsi secara refleks meredam getaran malleus
dengan lebih menegangkan membran timpani dan dipersarafi oleh cabang n.
Trigeminus. M. Stapedius berfungsi secara refleks meredam getaran stapes dengan
menarik kolumnanya dan otot ini dipersarafi oleh n. Fasialis (Snell, 2006).
Tuba Eustachius, terbentang dari dinding anterior kavum timpani ke bawah,
depan, dan medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian posteriornya adalah tulang
dan dua pertiga bagian anteriornya adalah kartilago. Tuba berhubungan dengan
nasofaring dengan berjalan melalui pinggir atas m. Konstriktor faringes superior.
Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan
nasofaring (Snell, 2006).
Antrum mastoideum terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa
ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus. Diameter
auditus lebih kurang 1 cm (Snell, 2006).
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus ad
antrum. Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan serebelum.
Dinding inferior berlubang – lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae
mastoideum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semcisirkularis posterior
(Snell, 2006).
Cellulae mastoideum adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan

dengan antrum dan kavum timpani. Rongga – rongga ini dilapisi oleh membrana
mukosa (Snell, 2006).

Universitas Sumatera Utara

10

Gambar 2.2. Tulang temporal kanan, gambaran lateral.

Sumber : Ballenger’s Otholaryngology Head and Neck Surgery Ed.16

2.2 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
2.2.1 Definisi
Otitis Media secara umum adalah proses inflamasi yang terjadi di telinga
tengah (Yantes, 2008). Menurut Djaafar (2007), OMSK adalah inflamasi di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar terus menerus atau
hilang timbul, sekret dapat berupa encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Dikatakan OMSK apabila proses tersebut sudah lebih dari 2 bulan.
2.2.2 Epidemiologi
Menurut Bhargava (1999) tidak ada perbedaan angka kejadian pada jenis

kelamin wanita ataupun pria, dan dapat terjadi disemua usia. Berdasarkan angka
kejadian OMSK yang telah dilakukan survei oleh WHO tahun 2004, tentang OMSK
di seluruh dunia, didapati hasil (tabel 2.1)

Universitas Sumatera Utara

11

Tabel 2.1 Klasifikasi negara berdasarkan prevalensi OMSK.
Populasi

Grup

Sangat Tinggi (>4%) –perhatian yang mendesak Tanzania,
dan

berurusan

dengan


masalah

masyarakat urgent attention

India, Solomon Islands,

kesehatan Guam, Australian Aborigines,
Greenland.

needed to deal with a massive public
health problem

Tinggi (2–4%) – beban penyakit harus dihindari Nigeria,

Angola,

Mozambique,

dan diatasi


Republic of Korea, Thailand,

avoidable burden of

Philippines,

disease must be addressed

Micronesia, China, Eskimos

Rendah (1–2%)

Brazil, Kenya

Sangat rendah (