Perilaku Ibu yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Mengkonsumsi Makanan Empat Sehat Lima Sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan

20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila
disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pola menu ini diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1950 oleh Bapak
Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat
Depkes dalam rangka melancarkan gerakan sadar gizi. Susu merupakan sumber
kalsium paling baik, karena disamping kadar kalsium yang tinggi, laktosa di
dalam susu membantu absorpsi susu di dalam saluran cerna (Almatsier, 2009).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, disebutkan bahwa di negara
berkembang setiap tahun terjadi 12 juta kematian anak bawah lima tahun. Dan
hampir 70 % penyebab kematian tersebut disebabkan oleh lima penyakit yaitu
pneumonia, diare, malaria, campak, dan masalah gizi buruk.
Menurut pemerintah, angka kemiskinan pada 2006 mengalami penurunan,
dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, data dari Departemen
Kesehatan (Depkes), menyatakan anak balita yang terkena gizi buruk melonjak
dari 1,8 juta (2005) menjadi 2,3 juta anak (2006). Selain itu lebih dari 5 juta balita

terkena gizi kurang. Lebih tragis lagi, dari seluruh korban gizi kurang dan gizi
buruk tadi, sekitar 10% berakhir dengan kematian.
Sensus WHO menunjukkan bahwa 49 % dari 10,4 juta kematian balita di negara
berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50 % balita di Asia, 30
% di Afrika dan 20 % di Amerika Latin menderita gizi buruk.

Universitas Sumatera Utara

21

Manfaat susu sebagai salah satu jenis pangan yang sehat tidak diragukan,
hampir semua zat gizi yang terkandung didalam susu bermutu tinggi. Protein dan
lemak susu memiliki daya cerna yang tinggi, kandungan vitamin dan mineralnya
juga relatif lengkap sehingga susu memiliki peranan signifikan dalam
meningkatkan kualitas gizi. Dengan mengetahui besarnya manfaat susu bagi
kesehatan tubuh maka sudah seharusnya jika masyarakat mulai membudidayakan
minum susu sejak sekarang., (Khomsan, 2004).
Menurut riset konsumsi susu negara kita merupakan yang terendah di Asia
tenggara, Indonesia hanya mengkonsumsi susu sebesar 7,7 liter per kapita per
tahun, ini berarti tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara Malaysia yang

mencapai 25 liter, bahkan lebih rendah dari Vietnam yang mencapai 8,5 liter per
kapita per tahun Khomsan,(2004). Sedangkan pada tahun 2011, tingkat konsumsi
susu masyarakat Indonesia 11 liter per kapita per tahun (Kemenkes RI, 2011).
Tingkat gizi masyarakat dapat merupakan tolak ukur dari kemajuan
program pembangunan suatu Negara. Karena itu, program pemerataan perbaikan
gizi merupakan langkah penting yang perlu dikembangkan ( Depkes RI,1995).
Memasuki Pembangunan Jangka Panjang masalah gizi lebih cenderung
meningkat. Indonesia dihadapkan pada masalah gizi ganda. Disamping empat
masalah gizi kurang yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, yaitu
Gangguan Akibat Kurang Yodium, Anemia Gizi Besi, Kurang Vitamin A,
Kurang Energi Protein, kini ada kecenderungan terjadinya masalah gizi lebih
dalam bentuk kegemukan dan timbulnya beberapa penyakit degeneratif. Sebab

Universitas Sumatera Utara

22

utama masalah gizi tersebut adalah perilaku masyarakat yang keliru memilih dan
mengkonsumsi makanan (Depkes RI, 1997).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat

kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dikatakan baik
apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental orang tersebut. Berdasarkan hasil Susenas 1993
menyatakan bahwa konsumsi sumber karbohidrat kompleks sangat tinggi,
konsumsi sayuran sangat rendah, konsumsi buah sangat rendah, konsumsi lauk
pauk sangat rendah (Depkes RI, 1995).
Perilaku konsumsi pangan merupakan perwujudan dari kebiasaan makan
yang tumbuh berkembang dalam proses sosialisasi keluarga dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang sedikit banyaknya memberi pengaruh.
Ketersediaan pangan keluarga tergantung pada tingkat pendapatan untuk
mengolah dan membeli pangan. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh
terhadap kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tingkat
pendapatannya rendah perlu usaha untuk meningkatkan pendapatan serta
pembangunan sumber daya manusia.
Sikap gizi selain terbentuk dari pengetahuan yang dimiliki, juga
dipengaruhi oleh kebudayaan, kebiasaan makan di rumah dan lembaga pendidikan
tempat anak bersekolah. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan
membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Pembiasaan makan pagi di
rumah atau membawa bekal dari rumah adalah salah satu contoh pembiasaan yang
baik. Anak-anak tidak dibiasakan jajan di warung kala mereka istirahat sekolah.


Universitas Sumatera Utara

23

Selanjutnya pola makan dalam keluarga harus juga diperhatikan, frekuensi makan
bersama dalam keluarga, pembiasaan makan yang seimbang gizinya, tidak
membiasakan makanan-makanan atau minuman manis, membiasakan banyak
makan buah-buahan atau sayuran diantara waktu-waktu makan. Lingkungan
sekolah dapat membentuk kebiasaan makan bagi anak-anak. (Rosa, 2011).
Bagi anak sekolah, meninggalkan sarapan membawa dampak yang kurang
menguntungkan. Konsentrasi belajar di sekolah bisa buyar karena tubuh tidak
memperoleh masukan gizi yang cukup. Sebagai gantinya, anak jajan di sekolah
untuk sekedar mengganjal perut tetapi mutu dan keseimbangan gizi jadi tidak
terjamin.
Kasus kurang gizi biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua
menyediakan asupan makanan yang bergizi dan bernutrisi. Kekurangan gizi anakanak disebabkan oleh kekurangan asupan yang menghasilkan energi. Yaitu
makanan yang mengandung protein dan karbohidrat. Untuk mengatasi kasus
kekurangan gizi pemerintah bisa melakukan dengan menuntaskan kemiskinan
maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kasus anak mengalami

kekurangan gizi bukan hanya karena tidak cukup suplai makanan kedalam tubuh.
Namun juga disebabkan oleh perilaku atau cara makan tak tepat. Pola makan tepat
adalah makan atau mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan dan komposisi seimbang. Agar tidak mengalami gizi kurang maupun
kelebihan atau over weight, setiap anak harus mengatur jumlah makanan sesuai
dengan kebutuhannya.

Universitas Sumatera Utara

24

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahun untuk menerapkan
informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting
dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya
ibu tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor
penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan anak.
Peningkatan pengetahuan dan praktek ibu rumah tangga tentang menu
empat sehat lima sempurna, harusnya seiring dengan peningkatan perilaku berupa
tindakan dalam penyusunan makanan dengan menggunakan bahan makanan yang
beraneka ragam dalam menu makanan keluarganya.

Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan
mutu konsumsi makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi anak.
Sasaran program ini adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan
benar (Depkes RI, 1995). Namun pedoman yang masih umum yang terdapat pada
masyarakat khususnya ibu adalah pedoman empat sehat lima sempurna, dimana
makanan yang dikonsumsi terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, buah dan susu.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku ibu yang
memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku ibu yang memiliki anak usia
sekolah tentang mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara

25

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Asahan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Asahan.
2. Mengetahui sikap ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang mengkonsumsi
makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Asahan.
3. Mengetahui tindakan ibu yang memiliki anak usia sekolah tentang
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna di Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Asahan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan untuk dijadikan bahan masukan dan memberikan
informasi bagi guru dalam penerapan empat sehat lima sempurna yang memiliki
anak usia sekolah.
2. Bagi Ibu

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi ibu
tentang penerapan empat sehat lima sempurna.

Universitas Sumatera Utara

26

3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan dalam menerapkan metode penelitian yang telah
dipelajari.

Universitas Sumatera Utara