Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016

9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Makrosomia

2.1.1 Defenisi Makrosomia
Makrosomia atau bayi besar adalah bila berat badan bayi melebihi dari 4000

gram. (Prawirohardjo, 2006). Dalam dunia kedokteran makrosomia disebut giant
baby.

Menurut Cunningham (2005) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram
atau

lebih

tanpa


memandang

usia

kehamilan

dianggap

sebagai

makrosomia.Sedangkan menurut Bobak ( 2005) Makrosomia adalah bayi yang besar

masa kehamilan yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram.
2.1.2

Karakteristik Makrosomia
Saat lahir bayi makrosomia atau bayi besar memiliki karakteristik yang khas,

yaitu:

a. Mempunyai wajah berubi (menggembung), pletoris (wajah tomat)
b. Badan montok dan bengkak
c. Kulit kemerahan
d. Lemak tubuh banyak
e. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata ( Bobak,2004).

9

Universitas Sumatera Utara

10

2.1.3 Etiologi
Penyebab bayi mengalami makrosomia adalah:
a. Diabetes mellitus (DM)
Diabetes mellitus mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar ( makrosomi)

dengan berat lahir mencapai 4000-5000 gram atau lebih. Namun bisa juga
sebaliknya, bayi lahir dengan berat lahir rendah, yakni dibawah 2000- 2500 gram.
Dampak yang lebih parah yaitu mungkin janin meninggal dalam kandungan

karena mengalami keracunan.
Kehamilan merupakan sesuatu keadaan diabetogenik dengan resistensi
insulin yang meningkat dan ambilan glukosa perifer yang menurun akibat
hormone plasenta yang memiliki aktifitas anti- insulin. Dengan cara ini janin

dapat menerima pasokan glokosa secara kontiniu. Insidensinya 3-5% dari seluruh
kehamilan.
Melalui difusi terfasilitasi dalam membrane plasenta , dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energy hormonal (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia hingga janin
juga

mengalami

gangguan

metabolic

( hipoglikemia,


hipomagnesemia.

Hipokalsemia, hiperbillirubinemia) dan sebagainya.

Seorang ibu dengan riwayat sakit gula, bila hamil harus melakukan
pemeriksaan laboratorium tentang kadar gula darah untuk mencegah terjadinya
komplikasi kematian bayi di dalam rahim. Pemeriksaan kadar gula darah
sebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 24-28 minggu, bila kadar gula darah

Universitas Sumatera Utara

11

tidak normal, nilai kadar gula harus diturunkan dalam batas aman atau normal
dengan menggunakan obat penurun gula darah tablet tidak dibenarkan, sebab bisa
membahayakan bayi.
b. Keturunan (orang tuanya besar)
Seorang ibu hamil gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi
besar. Bayi besar dapat disebabkan berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum
hamil (obesitas) maupun kenaikannya selama hamil lebih dari 15 kg.

Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal kebidanan dan kandungan
tersebut, peneliti melibatkan melibatkan partisipan lebih dari 40.000 wanita
Amerika dan bayinya. Setelah dianalisis, diperoleh data bahwa satu dari lima
wanita mengalami peningkatan bobot berlebih semasa hamil, yang membuatnya
berisiko dua kali lipat melahirkan bayi besar.
c. Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya
Bila Ibu hamil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya,
maka ia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia
dibandingakn wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia karena
umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80
sampai 120 gram. Bayi besar (bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram)
dan sering terjadi pada ibu yag telah sering melahirkan ( multipara ) dibandingakan
dengan kehamilan pertama (Rukiyah, 2010).
Menurut Bobak (2005) pola peningkatan berat pada ibu hamil yang
direkomendasikan mencapai 1 sampai 2 kg selama trimester pertama kemudian 0,4

Universitas Sumatera Utara

12


kg per minggu selama trimester kedua dan ketiga. Selama trimester kedua,
peningkatan terutama terjadi pada ibu, sedangkan pada trimester ketiga,
kebanyakan merupakan pertumbuhan janin. (William. 2001).
2.1.4 Komplikasi
Komplikasi- komplikasi yang ditimbulkan ketika terjadinya makrosomia
adalah:
a. Komplikasi pada Ibu
1) Ibu mengalami robekan perineum
2) Persalinan dengan operasi caesar
3) Kehilangan darah dalam jumlah banyak saat persalinan
4) Ruptur uteri dan serviks
b. Komplikasi pada bayi
1) Bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadangkala bayi lahir dengan
trauma tulang leher dan bahu.
2) Distosia atau macet pada bahu
3) Hipoglikemia

Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi dibawah
kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia apabila kadar glukosa darah kurang
dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada

tidaknya gejala hipoglikemia. Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus
usia 1-2 jam (Rudolph, 2006).

Universitas Sumatera Utara

13

2.1.5 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakuakan ibu hamil agar tidak terjadinya
makrosomia adalah:

a. Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara
teratur, dan antenatal care yang teratur. (Rukiyah, 2010).
Menurut Proverawati (2009) Selama kehamilan ibu hamil akan memeriksakan
kehamilannya ke petugas kesehatan. Kunjungan ANC untuk menentukan dan
pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilannya
dalam waktu sebagi berikut: kehamilan trimester pertama satu kali kunjungan,
trimester kedua satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga dua kali
kunjungan.
Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan dari program kesehatan

ibu dan anak, pelayanan ini bisa dilakukan oleh bidan di poliklinik, bidan praktek
swasta, dan Rumah Sakit. Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan
oleh Depertemen Kesahatan RI (2003) meliputi: melakukan penimbangan berat badan
ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tekanan darah,
pengukuran TFU dilakukan secara rutin, melakukan palpasi abdominal, pemberian
imunisasi toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4
minggu, pemeriksaan Hemoglobin (HB) pada kunjungan pertama dan pada kehamilan
30 minggu, memberikan tablet zat besi 90 tablet selama 3 bulan, pemeriksaan urine
jika ada indikasi, memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil,

Universitas Sumatera Utara

14

perawatan payudara, gizi ibu selama hamil dan tanda-tanda bahaya kehamilan
(Proverawati,2009).
b. Ibu harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu hamil sebaiknya
melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori. Ngemil boleh saja
dilakukan, tapi hindari cemilan manis (Rukiyah, 2010).
Kehamilan adalah masa yang sangat penting, keadaan ibu dan janin terkait

satu dengan yang lain. Oleh karena itu pengaturan

pola makan sangat perlu

dilakukan. Untuk kesehatan ibu hamil, ibu memerlukan kebutuhan gizi khusus agar
kehamilannya sehat. Gizi seimbang dalam masa kehamilan adalah tercukupinya
kebutuhan akan zat-zat gizi semasa kehamilan dan sesuai dengan kebutuhan pada
tiap trismester nya. Kebutuhan gizi ibu hamil adalah : kebutuhan kalori kira-kira
sekitar 15% dari kalori normal. Tambahan energy yang diperlukan selama hamil yaitu
27.000-80.000 Kkal atau 100 Kkal/hari, Kebutuhan protein bagi wanita hamil adalah
sekitar 60 gram, membutuhkan karbohidrat sekitar 1.5000 kalori, ibu hamil
dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari
seluruh kalori yang dikonsumsi sehari. Wanita hamil juga membutuhkan lebih
banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum hamil. Tambahan zat gizi lain yang
penting juga dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme energy seperti vitamin
B1, vitamin B2, niasin, dan asam pantotenat. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk
membentuk DNA dan sel-sel darah merah, sedangkan vitamin B6 juga berperan
penting dalam metabolisme asam amino. Kebutuhan vitamin A dan

C juga


Universitas Sumatera Utara

15

meningkat selama hamil. Begitu juga kebutuhan mineral, terutama magnesium dan
zat besi. (Mitayani,2010).
Menurut Proverawati (2009) Prinsip makan yang baik selama kehamilan
dengan melakukan cara dan diet makan yang sehat diantaranya:
1)

Selalu sarapan
Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi saat

sarapan. Menghindari sarapan akan menimbulkan keinginan untuk makan lebih
banyak pada waktu makan berikutnya tiba. Selain itu, melewatkan sarapan juga
menyebabkan keluhan berupa kepala pening, mual, dan lain-lain.
2)

Susun daftar makanan

Ini dilakukan dengan tujuan agar tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan

dan mengatur asupan kalori harian.
3)

Pilih makanan berserat serta rendah kandungan lemak dan gula
Pada ibu hamil konsumsi gula yang berlebihan cenderung menimbulkan

perasaan mudah lapar. Sediakan berbagai buah atau sayuran untuk dijadikan sebagai
makanan selingan. Konsumsi ikan, unggas, daging tanpa lemak, keju, susu krim,
brokoli, wortel, dan labu.
4)

Usahakan untuk mengolah makanan
Hal ini bisa dilakukan dengan cara dibakar, dipanggang, atau dikukus.

5)

Jadikan buah sebagai cemilan
Ini sangat bermanfaat karena buah kaya akan vitamin yang sangat bermanfaat

bagi perkembangan janin dan juga ibu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

16

6)

Perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas per hari
Pada waktu hamil seringkali dehidrasi disalah artikan dan dianggap sebagai rasa

lapar. Perlu diingat apabila sudah memenuhi kebutuhan gizi seperti biasanya tetapi
masih merasa lapar berarti yang dibutuhkan adalah minum yang sebanyakbanyaknya.
7)

Jangan percaya mitos orang hamil perlu makan 2 kali lipat dari biasanya
Masih banyak yang menganggap bahwa seseorang yang sedang hamil harus

banyak makan. Sebenarnya, pandangan itu tidak benar. Jangan ragu untuk
mengatakan tidak, saat diminta untuk menghabiskan makanan dalam jumlah yang
banyak. Katakan secara halus bahwa anda sudah kenyang.
8) Makanlah makanan dengan nutrisi tertinggi dengan kandungan kalori terendah
yaitu kalori dikurangi sebanyak 500-1000 dibawah kebutuhan normal.
9)

Kurangi asupan hidrat arang

10) Konsumsi makanan yang cukup meineral dan vitamin, serta tinggi serat sehingga
membuat kenyang.
Pengaturan pola makan sesuai kalori adalah hal yang dibutuhkan ibu hamil
untuk menghindari kelebihan kalori untuk mencegah terjadi nya kenaikan berat badan
yang berlebih selama kehamilan. Ibu hamil harus selalu menjaga berat badannya agar
tetap normal. Untuk memantau kenaikan berat badan ibu hamil dapat dilakukan
dengan penimbangan berat badan secara teratur.
Peningkatan berat badan pada trimester kedua dan ketiga merupakan petunjuk
penting perkembangan janin. Peningkatan berat badan yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara

17

peningkatan resiko melahirkan bayi tumbuh terhambat sering disebut retardasi
pertumbuhan intrauterine ( intrauterine growth retardation / IUGR). Di lain pihak,
peningkatan berat badan yang terlalu tinggi pada masa hamil dikaitkan dengan
meningkatnya insiden bayi berat badan berlebih, sehingga meningkatkan risiko
disproposi fetopelvis, resiko operasi pada proses melahirkan (pemakaian forseps),
asfeksia , dan mortalitas. Masalah ini lebih berat pada wanita yang bertubuh pendek

(Bobak,2005).
Pada trimester 1 biasanya ibu hamil akan mengalami penyesuaian terhadap
perubahan fungisional dalam tubuhnya akibat proses kehamilan. Di antaranya
keluhan mual muntah dan rasa tidak nyaman lainnya. Dengan demikian asupan
makanan selama trimester ini belum dapat menaikkan berat badan ibu hamil. Normal
nya pada trimester 1 berat badan diharapkan meningkat kurang dari 2 kilogram.
Sedangkan pada trimester II dan III sebaiknya kenaikan BB kurang dari ½ kg setiap
minggu nya. Ibu hamil yang tergolong kurus sebelum hamil diharapkan bisa
mencapai kenaikan berat badan sebanyak 12,5 kg pada akhir kehamilan. Sedangkan
untuk mereka yang tidak kurus dan tidak gemuk atau memiliki berat badan ideal
diharapkan mencapai kenaikan berat badan sebesar 11,5 kg pada akhir kehamilan.
Sedangkan mereka yang kelebihan berat badan saat sebelum hamil diharapkan
kenaikan berat badannya hanya 7 kg pada akhir kehamilannya. Sementara wanita
hamil yang kegemukan sebelum hamil, kenaikan berat badan dianjurkan sebatas 6 kg
atau lebih sedikit pada akhir kehamilannya. Agar kenaikan berat badan terjaga, tentu

Universitas Sumatera Utara

18

saja ibu secara berkala dan rutin menimbang badan bersamaan dengan pemeriksaan
kehamilan (Mitayani, 2010).
c. Lakukan olahraga ringan.
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Norwegia menyebutkan, risiko
bayi lahir dengan ukuran besar bisa berkurang hingga 28% bila di masa kehamilan
ibu tetap berolahraga secara teratur terutama pada trimester dua dan tiga (Rukiyah,
2010). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan

fisik adalah latihan fisik

disesuaikan dengan keadaan individu, pilih latihan fisik yang dapat dinikmati
sehingga dapat dilakukan secara teratur, latihan fisik tidak harus berupa latihan yang
terlalu giat supaya dapat dilakukan dengan efektif, hindari melakukan latihan fisik di
lingkungan yang hangat dan waktu yang paling tepat untuk melakukan latihan fisik
ialah setelah makan, saat glukosa darah mulai meningkat (Bobak,2005).
d. Ibu hamil hendaknya memeriksakan kadar gula darahnya, meskipun sebelumnya
tidak ada diabetes milletus (Rukiyah, 2010).
Kadar glukosa darah biasanya diukur sebelum makan atau sebelum makan
cemilan, dua jam setelah makan, dan sebelum tidur. Dosis insulin, diet, dan aspekaspek lain rencana penatalaksanaan harian disesuaikan sebagai respons terhadap
kadar glukosa darah, dengan demikian keakuratan dalam pelaksanaan dan pelaporan
uji glukosa sangat penting. Rentang target glukosa darah selama masa hamil adalah
60-90 mg/dl sebelum sarapan, 60-105 mg/dl sebelum makan, sebelum makan malam
dan sebelum tidur, 60-120 mg/dl dua jam setelah makan.(bobak, 2005).

Universitas Sumatera Utara

19

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda- beda (Notoadmodjo,
2010).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup meliputi 6 tingkatan :
a. Tahu (Know), artinya megingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari.
b. Memahami (Comprehension), artinya kemampuan untuk menjelaskan secara
benar, dimana orang yang faham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyimpulkan, menyebutkan contoh, meramalkan terhadap objek
yang dipelajari.

Universitas Sumatera Utara

20

c. Aplikasi (Aplication), artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada kondisi sebenarnya dan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode
prinsip dalam konteks yang lain.
d. Analisis (Analysis), artinya kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam
komponen, tetapi masih dalam stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis), artinya kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau kemampuan
untuk menyusun formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation), artinya kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap
materi atau objek penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).
2.2.3 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu
a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelumnya ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis
dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : 1) Cara
coba-salah (Trial and Error ) adalah cara coba-coba dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

Universitas Sumatera Utara

21

Cara kekuasaan atau otoritas adalah dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan
pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
b. Cara Moderen Memperoleh Pengetahuan
Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Dilakukan mula-mula dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap gejala-gejala alam atau masyarakat. Kemudian hasil pengamatan
tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum
(Notoadmojo, 2010).
2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Menurut (Mubarak, 2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang
lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai
yang baru diperkenalkan.

Universitas Sumatera Utara

22

b. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung
c. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat
kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciriciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan
dewasa.
d. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
g. Informasi, kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

23

2.2.5

Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya,

kuantitatif atau kualitatif :
a. Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawab atau fenomena, yang
menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama, dan sebagainya, maka
biasanya menggunakan metode wawancara dan angket:
1) Wawancara tertututup atau wawancara terbuka, dengan menggunakan instrumet
(alat pengukur/ pengumpul data) kuesioner. Wawancara tertutup adalah suatu
wawancara dimana jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah
tersedia dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana yang
mereka anggap paling benar dan paling tepat. Sedangkan wawancara terbuka,
dimana pertanyaan- pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, sedangkan
responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan
responden sendiri.
2) Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara , angket juga dalam
bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti wawancara,
hanya jawaban responden disampaikan lewat tulisan. Metode pengukuran melalui
angket ini sering disebut ”self administered” atau metode mengisi sendiri.

Universitas Sumatera Utara

24

b. Kualitatif
Pada umumnya penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab bagaimana
suatu fenomena itu terjadi, atau mengapa terjadi. Metode- metode pengukuran
pengetahuan dalam metode penelitian kualitatif ini antara lain:
a. Wawancara mendalam
Mengukur variabel pengetahuan menggunakan metode wawancara mendalam,
adalah peneliti mengajukan suatu pertanyaan sebagi pembuka, yang akhirnya
memancing jawaban yang sebanyak-banyaknya dari responden. Jawaban responden
akan diikuti pertanyaan yang lain, terus menerus, sehingga diperoleh informasi atau
jawaban responden sebanyak- banyaknya dan sejelas- jelasnya.
b. Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)
Diskusi kelompok terfokus atau ”focus group discussion” dalam menggali
informasi dari beberapa orang responden sekaligus dalam kelompok. Peneliti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang akan memperoleh jawaban yang berbedabeda dari semua responden dalam kelompok tersebut (Notoadmodjo, 2010).

2.3. Sikap
2.3.1. Pengertian Sikap
Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang dimaksud dengan
sikap itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain bila dibandingkan dengan ahli
lainnya. Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, diambil beberapa pengertian
yang diajukan oleh beberapa ahli, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

25

a. Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat
positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis,
seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan (Zuriah,
2003).
b. Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecendrungan
(tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan
sesuatu, baik secara positif maupun secara negative terhadap suatu lembaga,
peristiwa, gagasan atau konsep.
c. Paul Massen dan David Krech, berpendapat sikap merupakan suatu system dari
tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi (pengenalan), feeling
(perasaan), dan action tendency (kecendrungan untuk bertindak) (Yusuf, 2006).
d. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa “sikap adalah kesiapan
seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Azwar, 2007).
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
kondisi mental relative menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang tertentu
yang mempunyai arti baik bersifat positif, netral, atau negative yang mengangkat
aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecendrungan untuk bertindak.
2.3.2. Unsur (Komponen) Sikap

Menurut Yusuf (2006) unsur (komponen) yang membentuk struktur sikap,
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

26

a. Komponen kognitif (komponen perceptual)
Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap.
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi
persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali
komponen kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut
masalah issu atau problem controversial.
b. Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang
terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu
positif dan negatif. Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component
Komponen yang berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek
sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya
kecendrungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Merupakan
aspek kecendrungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Berisi

Universitas Sumatera Utara

27

tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan
berkaitan dengan objek yang akan dihadapi (Salam, 2003).
2.3.3. Kategori Sikap
a. Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari:
1) Sikap Positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
menghadapkan objek tertentu.
2) Sikap Negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,
tidak menyukai objek tertentu.
b. Menurut Azwar (2007), sikap terdiri dari:
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap gizi.
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari
pekerjaan itu benar atau salah berarti orang tersebut menerima ide tersebut.
3) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain
(tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke

Universitas Sumatera Utara

28

Posyandu adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4) Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi
akseptor KB, meskipun ibu tersebut mendapatkan tantangan dari mertua dan
orang tuanya sendiri
2.3.4. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap
Menurut Azwar (2007) sikap dapat dibentuk atau diubah melalui 4 macam
cara, yaitu:
a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terusterusan, lama kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya sikap.
b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang
dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut terbentuk
sikap.
c. Intelegensi, tadinya secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan suatu hal tertentu.
d. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman traumatis
dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

Universitas Sumatera Utara

29

2.3.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Sikap
Menurut Purwanto (1998) factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
sikap, yaitu:
a. Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsanga dari luar melalui
persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan
kita teliti dan mana yang harus diajauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif
dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri kita.
b. Faktor ekstern, yang merupakan factor di luar manusia yaitu:
1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.
2) Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.
3) Sifat orang/kelompok yang mendukung sikap tersebut.
4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
5) Situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998).
2.3.6. Pengukuran Sikap
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis
besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara
langsung yaitu subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya
terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat
dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung
yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survei (misal public option
survey). Sedangkan secara langsung yang berstruktur yaitu pengukuran sikap dengan

Universitas Sumatera Utara

30

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam
suatu alat yang telah ditentukan dan langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti
(Arikunto, 2006).
3. Pengukuran Sikap Model Guttman
Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan ya,
dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala guttman
ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor
benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti
skala likert (Hidayat, 2010).

2.4.

Penyuluhan Kesehatan

2.4.1. Defenisi
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui tehnik praktek belajar atau interuksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat
untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip –prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan
maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003)

Universitas Sumatera Utara

31

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil
tentang pencegahan Makrosomia adalah melalui penyuluhan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan akan memiliki efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan
metode atau media yang baik. Metode pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui
metode ceramah dan metode diskusi. Peneliti melihat kedua metode ini jarang
dilakukan oleh penyuluh dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada
masyarakat sehingga peneliti memilih untuk meneliti kedua metode tersebut.
2.4.2. Metode Dalam Penyuluhan Kesehatan
Menurut notoadmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Metode yang dikemukakan antara lain :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan salah satu metode penyuluhan yang dilakukan
melalui tutur kata atau penjelasan lisan oleh penyuluh langsung kepada sasaran.
Metode ini digunakan untuk menyampaikan pesan, informasi, penjelasan atau uraian
tentang suatu teknologi pokok bahasan atau masalah secara lisan. (Suliha,2002).
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal –
hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :
a. Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa
yang akan diceramahkan, untuk itu penceamah harus mempersiapkan diri.
Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau

Universitas Sumatera Utara

32

disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat – alat bantu
pengajaran.
b. Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat
menguasai sasaran untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat
menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap
ragu – ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan
harus tertuju keseluruh peserta. Berdiri di depan / dipertengahan, seyogiyanya
tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode menyampaikan informasi yang sangat erat
hubungannya dengan memecahkan masalah. Metode ini lazim juga disebut sebagai
diskusi

kelompok. Metode

diskusi mendorong sesorang berfikir kritis,

mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan buah fikirannya
untuk memecahkan masalah dan dapat mengambil satu alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdasarkan petimbangan yang seksama.
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan
diantara tiga orang atau lebih tentang topic tertentu dengan seseorang pemimpin.
1. Penggunaan metode :
Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan kesehatan,
diharapkan :

Universitas Sumatera Utara

33

a. Dapat saling menguntungkan
b. Dapat mengenal dan mengolah problem kesehatan yang dihadapi
c. Mengharapkan suasana informal
d. Diperoleh pendapat dari orang – orang yang tidak suka berbicara
e. Agar problem kesehatan yang dihadapi lebih menarik untuk dibahas
2. Keunggulan metode kelompok
a. Member kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
b. Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan
c. Dapat memperluas pandangan atau wawasan
d. Membantu mengembangkan kepemimpinan

2.5. Landasan Teori
Menurut Skiner (1938) dalam Notoadmodjo (2012),merumuskan bahwa
proses perubahan perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian,perilaku manusia terjadi melalui:
proses

Stimulus

Organisme

Respons, Sehingga teori skinner ini disebut

teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons. Selanjutnya, teori skinner menjelaskan
adanya dua jenis respons, yaitu :
c. Respondent respons atau refleksi, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu karena menimbulkan respons-respons
yang relatif tetap.

Universitas Sumatera Utara

34

d. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.
Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena
berfungsi untuk memperkuat respons.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapatdikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
c. Perilaku tertutup (Cover behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable bahaviour” atau “Covert
behavior” yang dapat diukr adalah pengetahuan dan sikap.
d. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan,
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “Observable behavior”,
tindakan ini dapat juga berupa keterampilan seseorang dalam melakukan sesuatu.

Universitas Sumatera Utara

35

Teori SOR (Skinner)
STIMULUS

ORGANISME

RESPONS
TERTUTUP
Pengetahuan
Sikap

RESPONS
TERBUKA
Praktik
Gambar 2.1. Teori Perubahan Perilaku SOR (Skinner)

2.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang akan
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Penyuluhan Kesehatan

 Metode Ceramah

 Metode Diskusi

Post test

Pre test
Pengetahuan dan sikap ibu hamil
tentang pencegahan makrosomia

Pengetahuan dan sikap ibu hamil
tentang pencegahan makrosomia

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbedaan Pengaruh Antara Metode Diskusi Simulasi Dan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan bab 1

0 1 7

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016

0 0 17

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016

0 0 8

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016

0 0 4

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Pencegahan Makrosomia di Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016

0 0 48

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 0 19

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 0 9

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 2 39