Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Angkatan 2014 Terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kedaluwarsa Produk Makanan Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk

hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu
manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.
Seiring perkembangan zaman berbagai jenis makanan diproduksi dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia, salah satunya adalah makanan olahan yang
disajikan dalam bentuk kemasan. Untuk itu produsen sebagai penghasil makanan
harus menjamin keamanan bagi konsumennya. Sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 4 huruf c tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) yang mengatakan bahwa “Hak konsumen
adalah hak atas informasi yang benar, jelas,dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”. Informasi yang dimaksud antara lain tentang
nama, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, keterangan halal, dan tanggal
kedaluwarsa.
Makanan kedaluwarsa memang tidak layak lagi kita konsumsi, untuk itu

pemerintah selalu melakukan pengawasan dengan ketat untuk jenis-jenis makanan
yang telah lewat kedaluwarsanya dan langsung menariknya dari peredaran kioskios. Terlalu banyak ditemukan produk makanan dan minuman kemasan yang tak
layak edar di daerah seluruh Indonesia. Makanan dan minuman kemasan yang tak
layak edar akibat kedaluwarsa itu ditemukan hampir di semua minimarket, toko,
dan kios yang berada di tengah permukiman masyarakat (Nasution, 2011).

1

Universitas Sumatera Utara

2

Seperti di Kota Cirebon ditemukan makanan berlabel tetapi sudah
kadaluwarsa. Maraknya peredaran makanan berlabel tapi sudah kedaluwarsa ini
sering terjadi pada waktu menjelang lebaran, natal, dan tahun baru. Pada saat
itulah banyak pelaku usaha yang menjual produk makanan yang telah
kedaluwarsa dalam bentuk parcel demi keuntungan pelaku usaha. Pelaku usaha
juga tidak memberikan informasi yang jelas dan benar tentang produk makanan
yang dijualnya padahal dalam makanan tersebut terdapat label yang tertera
informasi tanggal kedaluwarsa, oleh karena itu konsumen mengalami kesulitan

untuk mengetahui apakah produk makanan yang sudah terbungkus parcel itu
sudah memasuki masa kedaluwarsa atau belum. Hal tersebut sangat merugikan
konsumen karena dapat membahayakan kesehatan konsumen yang telah
mengkonsumsi makanan kedaluwarsa (Nasution, 2011).
Dampak makanan kedaluwarsa, menyebabkan turunnya kualitas kesehatan
masyarakat, seperti gejala keracunan oleh makanan kedaluwarsa pada dasarnya
sama saja dengan keracunan makanan pada umumnya seperti mual-mual, pusing,
muntah-muntah, diare dan gejala keracunan pada umumnya tetapi apabila
makanan kedaluwarsa dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan kanker. Selain itu dapat menimbulkan berbagai macam penyakit di
dalam tubuh dan bila dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan kematian
(Nasution, 2011)
Keracunan makanan juga sering terjadi karena kurangnya perhatian pada
tanggal kedaluwarsa. Apabila produk pangan terkemas yang kedaluwarsa terus

Universitas Sumatera Utara

3

dikonsumsi maka akan menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan, bahkan

kematian.
Menurut BPOM (2004), makanan dinyatakan mengalami kerusakan (telah
kedaluwarsa) jika telah terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki dari
sifat asalnya. Kerusakan pada makanan dapat terjadi karena kerusakan fisik, kimia
atau enzimatis. Misalnya kerusakan pada susu yang ditandai dengan pembentukan
gas, penggumpalan, lendir, tengik dan perubahan rasa. Penggumpalan dan
pembentukan lendir serta asam pada susu disebabkan oleh bakteri. Bakteri juga
menjadi penyebab rusaknya makanan kaleng yang dapat ditandai dengan bau
busuk dan warna hitam ketika dibuka. Rusaknya makanan kaleng juga dapat
diperhatikan, apakah kaleng menggembung atau tidak. Biasanya jika sudah lewat
tanggal kedaluwarsa, bakteri mengakibatkan terbentuknya gas pada makanan
kaleng sehingga kaleng menggembung.
Bahaya makanan kedaluwarsa bisa mengakibatkan kematian, jika tidak
segera tertangani. Oleh karena itu, lebih baik mencegah secara dini agar tidak
kena dampak makanan tidak sehat atau kedaluwarsa. Selain pengawasan dari
pemerintah, masyarakat juga perlu lebih teliti dalam membeli. Apalagi saat bulan
puasa hingga hari raya, toko-toko memberikan harga murah untuk produk
makanan yang tanggal kedaluwarsa sudah mendekati jatuh tempo. Tanpa
bermaksud meracuni konsumen, produk makanan yang dijual tetap rawan
kerusakan karena telah lama berada di toko, sehingga perlu diwaspadai. Seperti

yang diketahui bahwa peredaran makanan kedaluwarsa ini tidak hanya terjadi di

Universitas Sumatera Utara

4

pasar-pasar tradisional, akan tetapi juga banyak terjadi di pasar-pasar swalayan
besar.
Hasil pemeriksaan sampel makanan siap saji yang dilakukan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Palangkaraya,
diketahui bahwa makanan kedaluwarsa selama bulan Ramadhan Juli tahun 2013
beredar di tiga wilayah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).
Kepala

BPOM

Palangkaraya

I


Gusti

Ngurah

Bagus

Kusuma

Dewa

mengungkapkan bahwa dari pemeriksaan yang dilakukan di 48 sarana (Toko
makanan dan Swalayan) di wilayah Kalteng, hasilnya Kota Palangkaraya
mendominasi peredaran makanan dan minuman kedaluwarsa disusul Kabupaten
Barito Timur dan Kabupaten Kotawaringan Barat (Rohmah, 2014).
Kasus keracunan akibat mengkonsumsi makanan kedaluwarsa juga terjadi
pada 15 orang siswa Sekolah Dasar Campurejo Boja, Kendal, Jawa Tengah pada
Kamis, 16 Februari 2012. Mereka mengalami pusing dan mual bahkan sebagian
muntah sesaat setelah memakan kue kering yang setelah diperiksa ternyata kue
kering tersebut sudah kedaluwarsa (Rohmah, 2014).
Di Cirebon, Jawa Barat ditemukan pasar yang khusus menjual kue-kue

yang kedaluwarsa. Pasar tersebut merupakan pusat penjualan kue-kue kering yang
sudah kedaluwarsa. Pasar Wateg di Cirebon merupakan salah satu pasar yang
menjajakan kue-kue kering yang sudah kedaluwarsa. Selain menjual kue-kue
kering, pasar ini juga menjual sosis, mei instan, dan susu kaleng yang sudah
kedaluwarsa. Beberapa contoh makanan ini adalah makanan yang biasa

Universitas Sumatera Utara

5

dikonsumsi oleh anak-anak dan hal ini jelas dapat berakibat kepada kesehatan dan
keselamatan konsumen terutama anak-anak (Nasution, 2011).
Peredaran makanan kedaluwarsa ini juga dapat ditemui di pasar-pasar
modern seperti supermarket. Seperti kasus yang ditemukan peredaran makanan
kedaluwarsa di hypermarket “X” , Jakarta Utara. Hypermarket ini terbukti
menjual beberapa merek susu dan coklat yang kedaluwarsa. Manajemen
hypermarket juga mengakui bahwa pihaknya menjual makanan kedaluwarsa
dengan alasan terjadinya kesalahan pada pengecekan makanan secara manual.
Menurutnya pihaknya akan membenahi sistem pengawasan makanan dan berjanji
akan mengganti makanan kedaluwarsa. (Nasution, 2011).

Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia pada tahun
2011 sebanyak 128 kejadian dari 25 propinsi dengan jumlah yang terpapar 18.144
orang (BPOM RI,2012). Tahun 2012 mengalami penurunan 44 % dengan 84
kejadian salah satunya akibat makanan yang sudah kedaluwarsa, tahun 2013 KLB
keracunan pangan mengalami penurunan 36 % dengan 48 kejadian, dengan
jumlah yang terpapar 8.590 orang (BPOM RI, 2012).
Penyebab KLB keracunan pangan di Indonesia tahun 2013 berasal dari
masakan rumah tangga sebesar 27,38 % (23 kejadian), pangan jasa boga sebesar
16,67% (8 kejadian), pangan olahan sebesar 14,38% (7 kejadian), pangan jajanan
sebesar 16,67%(8 kejadian) dan tidak diketahui sumber penyebabnya sebesar
41,7% (2 kejadian) (BPOM RI, 2013)
Minggu ke-12 tahun 2015 surat kabar Fitri Syarifah mengungkapkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) pangan di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa

Universitas Sumatera Utara

6

Tengah sebanyak 3 kasus tanpa kematian, diduga karena mengkonsumsi roti yang
sudah kedaluwarsa.

Kasus keracunan makanan di Sumatera Utara selama tahun 2004 tercatat
491 orang (POM,2004). Kasus tersebut diantaranya yaitu kasus keracunan pada
murid salah satu SD Kota Medan setelah minum susu yang dipromosikan ke
sekolah tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa penggunaan makanan yang
tidak layak konsumsi masih terjadi di masyarakat.
Perilaku membaca label makanan dapat mewaspadai bahaya dibalik
makanan kemasan kedaluwarsa. Makanan kaleng yang sudah memasuki akhir
masa simpan akan mulai terbentuk substansi beracun dari bakteri pathogen atau
jamur yang tumbuh dan berkembang. Untuk makanan kemasan yang terbuat dari
jenis kacang-kacangan akan mulai akan mulai terbentuk alfatoksin suatu senyawa
terbentuk akibat tercemar jamur Aspergilus falavus dan Aspergilus parasiticus.
Semua senyawa ini akan memberikan bahaya apabila dikonsumsi oleh manusia
(Sibuea, 2002).
Berdasarkan hasil survey The Food and Drug (FDA) 2005, 60-80% para
konsumen di Amerika membaca label produk pangan sebelum membeli makanan
baru. Dari persentase tersebut, 30-40% konsumen mengaku bahwa label produk
pangan menjadi salah satu masukan bagi mereka dalam membeli suatu produk
pangan (Philipson,2005). Sementara itu berdasarkan hasil kajian Badan
Perlindungan Konsumen Nasional (BKPN), di Indonesia masalah label masih
kurang mendapat perhatian konsumen. BKPN menemukan hanya 6,7% konsumen

yang memperhatikan kelengkapannnya ( BKPN, 2007)

Universitas Sumatera Utara

7

Menurut Susanto (2008) penelitian pada siswa SMA di kota Bogor
pengaruh label kemasan pangan dalam keputusan siswa membeli makanan
menunjukkan label kemasan pangan yang paling diperhatikan responden adalah
label halal (36,5%), waktu kedaluwarsa (34,9%), nama produk (20,6%), dan
komposisi makanan (7,9%). Sebanyak 88,9% responden memutuskan untuk tidak
jadi membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang
dicarinya dan hanya 11,1% yang tetap membeli makanan walaupun tidak
menemukan label kemasan pangan yang dicarinya. Penelitian Zahara (2009) pada
mahasiswa FKM UI menunjukkan tingkat kepatuhan responden untuk membaca
label informasi zat gizi sebesar 39,1 %, label komposisi sebesar 38,6%, dan label
kedaluwarsa sebesar 92,1%
Menurut Drichoutis, Lazaridis dan Naiga (2006b), ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku membaca label informasi zat gizi. Faktorfaktor tersebut dapat berupa umur, pendapatan, pendidikan, jenis kelamin dan
status bekerja. Selain itu lama waktu dalam berbelanja dapat menjadi faktor yang

berhubungan dengan perilaku membaca informasi label kedaluwarsa. Hasil
penelitian yang pernah dilakukan pada 188 siswa/I SMA N 68 Jakarta ditemukan
bahwa persentasi tingkat perilaku membaca informasi kedaluwarsa sebanyak
68,6% ( Assifa,2012 )
Menurut Asmaiyar (2004), kepatuhan konsumen dalam membaca label
produk pangan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri manusia, seperti jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang label. Sementara

Universitas Sumatera Utara

8

faktor eksternal merupakan faktor yang berada diluar diri manusia seperti media
komunikasi. Berdasarkan penelitian Asmaiyar (2004), faktor jenis kelamin dan
tingkat pendidikan merupakan faktor yang signifikan berhubungan dengan
kepatuhan membaca label produk pangan. Dari 120 responden didapatkan 52,1 %
responden perempuan membaca label produk dibandingkan dengan responden
laki-laki yang hanya 19,2 %. Sementara responden yang tingkat pendidikannya di
atas SLTP (52,4%) ternyata lebih patuh dibandingkan dengan responden yang

berpendidikan di bawah SLTP (28,9%). Untuk faktor tingkat pengetahuan,
kepatuhan responden berpengetahuan baik (50%) tidak berbeda jauh dengan
responden berpengetahuan kurang (39,7%).
Hasil survey awal yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU Angkatan 2014 menunjukkan dari 10 mahasiswa hanya 3 orang
yang betul-betul memperhatikan dengan teliti tanggal kedaluwarsa setiap produk
makanan yang akan mereka beli, 5 mahasiswa yang lain mengaku hanya sesekali
memperhatikan tanggal kedaluwarsa produk makanan yang ingin mereka beli,
menurut pengakuan mereka hanya bahan makanan berjenis roti lah yang selalu
mereka perhatikan tanggal kedaluwarsanya, dan 2 mahasiswa lainnya mengaku
bahwa mereka tidak pernah ingat untuk melihat terlebih dahulu tanggak
kedaluwarsa makanan sebelum membelinya.
Konsep kesehatan masyarakat bergerak dalam bidang preventif dan
promotif yang seharusnya sudah ada atau sudah ditanamkan dalam kehidupan
mahasiswa serta dilakukan sebagai seorang mahasiswa kesehatan masyarakat.
Mahasiswa kesehatan masyarakat sebagai agen perubahan dalam meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

9

derajat kesehatan masyarakat sudah semestinya menanamkan perilaku hidup
sehat, salah satunya yaitu perilaku membaca label informasi kedaluwarsa produk
makanan sebelum membelinya. Dengan demikian, membaca label informasi
kedaluwarsa merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam menjamin
keamanan, kualitas, maupun kuantitas produk makanan yang dikonsumsinya dan
merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit yang dapat disebabkan oleh
konsumsi makanan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU Angkatan 2014 terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kadaluwarsa
Produk Makanan Tahun 2016”.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan

masalahnya adalah bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU angkatan 2014 terhadap kepatuhan
membaca label informasi kadaluwarsa produk makanan tahun 2016

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU angkatan 2014 terhadap kepatuhan
membaca label informasi kedaluwarsa produk makanan tahun 2016

Universitas Sumatera Utara

10

1.3.2

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU angkatan 2014 terhadap kepatuhan membaca label informasi
kedaluwarsa produk makanan tahun 2016
2. Untuk mengetahui sikap mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
angkatan 2014 terhadap kepatuhan membaca label informasi kedaluwarsa
produk makanan tahun 2016.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan membaca
label informasi kedaluwarsa produk makanan pada mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 Tahun 2016.
4. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan kepatuhan membaca label
informasi kedaluwarsa produk makanan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Angkatan 2014 Tahun 2016.

1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Dengan membaca label diharapkan masyarakat sebagai konsumen

mendapatkan informasi mengenai tanggal kedaluwarsa produk makanan yang
akan dibeli dan dikonsumsinya sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat
sebagai konsumen.
2. Bagi Instansi terkait

Universitas Sumatera Utara

11

Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam rangka meningkatkan
upaya promotif mengenai kebiasaan membaca label informasi kedaluwarsa pada
produk makanan kemasan.
3. Bagi responden
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan responden tentang
pentingnya membaca label informasi kedaluwarsa sebelum membeli produk
makanan.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai bahan masukan untuk menambah referensi bagi pengembangan
ilmu atau penelitian sejenis yang membutuhkan.

1.5

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 =Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan membaca label
informasi kedaluwarsa produk makanan.
Ha = Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan membaca label
informasi kedaluwarsa produk makanan.
H0 =Tidak ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan membaca label informasi
kedaluwarsa produk makanan.
Ha = Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan membaca label informasi
kedaluwarsa produk makanan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Tentang Serat Makanan Dengan Konsumsi Serat Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 Di Medan Tahun 2011

2 52 76

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2008 Terhadap Makanan yang Mengandung Natrium

4 58 63

Pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi pada mahasiswa

12 36 70

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN UDINUS DENGAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014.

0 6 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DIET DAN PERILAKU MEMBACA INFORMASI NILAI GIZI PRODUK MAKANAN KEMASAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN Hubungan Pengetahuan Diet Dan Perilaku Membaca Informasi Nilai Gizi Produk Makanan Kemasan Terhadap Kepatuhan Diet Pasien Penyakit J

0 2 18

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Angkatan 2014 Terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kedaluwarsa Produk Makanan Tahun 2016

0 0 15

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Angkatan 2014 Terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kedaluwarsa Produk Makanan Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Angkatan 2014 Terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kedaluwarsa Produk Makanan Tahun 2016

0 0 29

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Angkatan 2014 Terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kedaluwarsa Produk Makanan Tahun 2016

1 1 3

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Angkatan 2014 Terhadap Kepatuhan Membaca Label Informasi Kedaluwarsa Produk Makanan Tahun 2016

0 0 24