Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan

29

BAB II
BENTUK KLAUSULA PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA
RUANGAN DAN KONSESI USAHA ANTARA PT. INDOMOBIL BINTAN
CORPORA DENGAN PT. ANGKASA PURA II PERSERO MEDAN

A. Gambaran Umum PT. Indomobil Bintan Corpora.
“PT. Indomobil Bintan Corpora didirikan pada tahun 1987 oleh Indomobil
Group untuk mengembangkan bisnis penjualan mobil bekas, penyewaan kendaraan,
dan perbengkelan”.38
PT. Indomobil Bintan Corpora mempunyai Visi yaitu, to provide best value,
of transportation needs, to our customer dan memiliki misi yaitu, to become, the
biggest car rental, in Indonesia. PT. Indomobil Bintan Corpora kantor pusatnya
terletak di Ferry Terminal Teluk sebung RT. RW. Sebung Pereh Bintan Utara Bintan.
Pada Tahun 1996 PT. Indomobil Bintan Corpora melalui implementasi one
stop service untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan, termasuk penyediaan
workshop. Tahun 2000, PT. Indomobil Bintan Corpora melakukan joint venture untuk
mendirikan PT. Auto Euro Indonesia yang merupakan ATPM mobil Renault. Tahun
2003, ditunjuk Europcar sebagai pemegang exclusive network-nya di Indonesia.
Semua aktivitas bisnisnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan nasional

dan internasional di masa depan untuk mencapai “best value of transportation needs”
Adapun Susunan Pengurus Pusat PT. Indomobil Bintan Corpora terdiri dari:
1.

Dewan Komisaris PT. Indomobil Bintan Corpora terdiri dari:
38

Hasil wawancara dengan Ronny Jenner Panjaitan, Kepala Cabang Medan PT. Indomobil
Bintan Corpora. Medan tanggal 22 Nopember 2011.

29

Universitas Sumatera Utara

30

1) Lim Li-Lian Komisaris utama Warga Negara Singapura,
2) Stefanus Roy Adam, Komisaris perseroan sejak 2003 s/d sekarang, warga
Negara Indonesia,
3) Herdini Herbani, Warga Negara Indonesia, Komisaris perseroan sejak 2006

s/d sekarang.
2.

Dewan Direksi PT. Indomobil Bintan Corpora di Jakarta terdiri dari:
1) Jacobus Irwan Kristanto, Warga Negara Indonesia sebagai Direktur Utama
sejak 2009 s/d sekarang,
2) Liem Agustinus Direktur, warga Negara Indonesia,
3) Glenn Imam dan Kohar Yuli Indriyanto, Warga Negara Indonesia
sebagai Direktur sejak 2004 s/d sekarang,
4) Boby Laluan, Direktur,
5) Coody Johasman, Direktur.
PT. Indomobil Bintan Corpora atau yang sering disebut dan dikenal customer

dengan sebutan indorent merupakan perusahaan Multinasional yang bergerak
dibidang rental berskala besar menyediakan Jasa Layanan terdiri dari:
1. Long Term Rental
Indorent menyediakan jasa layanan sewa kendaraan untuk kontrak Jangka
panjang 1,2,3 tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan Dalam
penyedian kendaraan dinas ( Dedicated cars) maupun kendaraan Operasional
2. Short term Rental

Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan insidential atau mendesak, indorent
Juga menyediakan jasa layanan sewa kendaraan untuk jangka pendek (Drop
& pick up only, hourly-Daily-Monthly car Rental) baik di Jakarta maupun
diluar kota seperti: Aceh, Medan, Bintan, Pekanbaru, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Banjarmasin
3. sales & lease back rental

Universitas Sumatera Utara

31

4.

5.

6.

7.

Indorent dapat mengambil alih penangan kendaraan investasi yang dimiliki

Oleh perusahaan yang mengalami kerepotan untuk mengatur penanganan
Serta budged operasional kendaraan. Indorent akan melakukan pembelian
kendaraan tersebut dan kemudian akan menyewakan ke perusahaan kembali
Sehingga perusahaan akan terhindar dari masalah operasional kendaraan.
Car ownership program Rental
Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang akan memberikan benefit
Kepada karyawan berupa fasilitas kepemilikan kendaraan, indorent
Menyediakan jasa layanan car ownership (cop) dimana di akhir sewa,
perusahaan memiliki hak opsi untuk memiliki kendaraan sewa.
Total Fleet Management
Car pooling management merupakan suatu kebijaksanaan perusahaan untuk
melakukan efesiensi lewat outsourcing
program untuk penanganan
manajemen transportasi dari penyedian kendaraan, pengelolaan kendaraan,
penyediaan biaya operasional, penanganan tenaga driver, serta laporan
pemakaian kendaraan dan biaya operasional. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
Indorent dengan pengalaman menangani car pooling management di beberapa
perusahaan besar menawarkan total fleet management.
Jasa layanan driver
Untuk melengkapi jasa layanan sewa kendaraan, indorent menyediakan

Layanan penyediaan pengemudi yang profesional, terlatih (well-trained),
menguasai jalan dan etika mengemudi sehingga perusahaan benar-benar
merasakan kepuasan dalam memilih indorent sebagai partner bisnisnya
Sehingga perusahaan biasa lebih fokus dan berkonsentrasi dalam core
Business nya.
Workshop
Untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, dan dengan tersebarnya
Pelanggan indorent, maka indorent memiliki workshop yang tersebar di
Seluruh Indonesia. Baik berupa bengkel resmi ataupun bengkel umum
yangMemiliki kredibilitas yang baik dalam hal pelayanan dan perbaikan
kendaraan.39
“Pada saat ini PT. Indomobil Bintan Corpora sebagai salah satu bisnis

rental/sewa mobil yang tersebar di Indonesia memiliki 6000 unit mobil untuk

39

Hasil wawancara dengan Ronny Jenner Panjaitan, Kepala Cabang Medan PT. Indomobil
Bintan Corpora. Medan tanggal 22 Nopember 2011.


Universitas Sumatera Utara

32

disewakan dan memiliki cabang yang tersebar di seluruh kota besar Indonesia salah
satunya Cabang Kota Medan”.40
PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan, saat ini bertempat di Jalan
Ngumban Surbakti No. 20 B, sempakata Padang Bulan Medan 20131 No. Telp 061
8222000.
STRUKTUR ORGANISASI
PT. INDOMOBIL BINTAN CORPORA CABANG MEDAN
Presiden Direktur
Jacobus Irwan
Direktur
Yuli Indriyanto
Senior
Manager
Sugiarto
Purnomo
Kacab Medan

Ronny J. Panjaitan
Workshop Cord
F&A
Elisabet LG

Senior Sales
Benard Wibowo

Ka. Operation
Yopi M. Rawung

Helmi
Admin ws- GA

Admin Finance
Ikma Murni

Admin
Bukti Malau


Pool / STNK / SKJ

Sales Officer
Kiki M Slaturi
Sales Counter
Ida Apulina / AP
Tia Risna / HH

M. Arfan
Pool Keeper
PPolo
Junaidi

Deka Asmara
Mekanik
Zemi
Tba
Tba

Office Boy

Budi Irwanto

Driver
5 Orang

Keterangan Tabel:
1)
2)
3)
4)

Presiden Direktur
Direktur
Senior Manager
Kepala Cabang Medan

:
:
:
:


Jocobus Irawan
Yuli Indrianto
Sugiarto Purnomo
Ronny J. Panjaitan

40

Hasil wawancara dengan Ronny Jenner Panjaitan, Kepala Cabang Medan PT. Indomobil
Bintan Corpora. Medan tanggal 22 Nopember 2011.

Universitas Sumatera Utara

33

5)
6)
7)
8)


F&A
Senior Sales
Ka Operation
Workshop Cord

:
:
:
:

Elisabeth LG
Bernard Wibowo
Yopi M Rawung
Helmi

B. Gambaran Umum PT. Angkasa Pura Persero Medan
1.

Sejarah Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

Pada awal berdirinya, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum
Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan
Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini bernama Bandara Internasional Jakarta
Soekarno-Hatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma.Tanggal 19 Mei 1986 berubah
menjadi Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya tanggal 2 Januari 1993, resmi
menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim,SH No. 3 tahun 1993 menjadi PT
(Persero) Angkasa Pura II. Saat ini Angkasa Pura II mengelola dua belas bandara
utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim
Perdanakusuma(Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau
(Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan
Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda
(Banda Aceh), Raja HajiFisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha
(Jambi) dan DepatiAmir (Pangkal Pinang). Perusahaan Angkasa Pura merupakan
salah satu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tanggal 15 November 1962 dengan
nama Perusahaan Negara Angkasa Pura “Kemayoran”.41
Kantor Cabang PT. Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan
mempunyai kegiatan dibidang jasa pelayanan operasi lalu lintas udara dan jasa bandar
udara, pemeliharaan fasilitas bandar udara serta kegiatan atau tugas-tugas lain sesuai
dengan kebijaksanaan yang digariskan direksi.
Adapun kegiatan usaha di bidang jasa pelayanan penerbangan komersil yakni
berkaitan dengan sisi udara, sedangkan yang berkaitan dengan sisi darat (non
penerbangan) seperti contohnya: sewa lokasi / tanah dan atau ruangan yang
dikenakan konsesi (fee/persen) atas keuntungan pendapatan yang didapat selama satu

41

Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)
Medan tanggal 14 Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

34

tahun, kecuali loket penjualan tiket pesawat tidak dikenakan konsesi.42
Dalam melaksanakan kegiatan atau tugas-tugas tersebut, kantor cabang
PT.Angkasa Pura II (Persero) Medan bertugas menyiapkan, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan pelayanan operasi keselamatan lalu lintas udara, memelihara
fasilitas tekhnik peralatan, operasional bandar udara dan komersial, memelihara
tekhnik elektronika dan listrik serta menyiapkan pelaksanaan dan pengendalian
kegiatan administrasi dan keuangan.43
2.

Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.
Struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan di

dalam sebuah perusahaan untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan
dalam perusahaan. Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan menggambarkan
wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada didalamnya.
Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan, struktur organisasinya
sesuai dengan Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II Nomor
KEP.03.05.03/00/08/2011/332-AP II tanggal 22 Agustus 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.
“Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II terdiri dari Kantor Pusat dan
Kantor Cabang. Kedudukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan selaku kantor
cabang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II
Medan Nomor KEP. 03.05.03/00/08/2011/332-AP II”.44 Kantor cabang merupakan
unit pelaksanaan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan berada dibawah dan
42

Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)
Medan tanggal 14 Desember 2011.
43
Hasil wawancara dengan Bapak Harpainim, Staf Dinas Komersil dan Konsesi PT. Angkasa
Pura II (Persero) Medan tanggal 14 Desember 2011.
44
Hasil wawancara dengan Bapak Bayu, Staf Bagian Kepegawaian dan Umum PT. Angkasa
Pura II (Persero) Medan, tanggal 15 Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

35

bertanggung jawab kepada Direksi PT.(Persero) Angkasa Pura II yang berkantor
pusat di Jakarta.
PT. (Persero) Angkasa Pura II dipimpin oleh Direktur Utama, sedangkan
susunan organisasi Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan, terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kepala Cabang.
Divisi Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara.
Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara.
Divisi Tekhnik Elektronika dan Listrik.
Divisi Tekhnik Umum dan Peralatan.
Divisi Administrasi dan Komersial. 45
Di dalam PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan. Kepala Cabang berfungsi

sebagai penanggung jawab direksi PT. Angkasa Pura II di Bandara Polonia Medan.
Tugasnya yaitu menyelenggarakan usaha jasa kebandar-udaraan dan jasa keselamatan
penerbangan dalam arti seluas-luasnya dan usaha lain yang mempunyai hubungan
dengan usaha jasa kebandar-udaraan di bandar udara yang bersangkutan sesuai
dengan pedoman dan kebajikan yang digariskan direksi. Adapun fungsi Kepala
Cabang adalah sebagai berikut :
1. Bertugas menyelengggarakan kesiapan sarana, prasarana, pengendalian jasa
kebandarudaraan dan keselamatan penerbangan sesuai dengan pedoman dan
kebijaksanaan Direksi.
2. Bertugas dan berfungsi menyelengggarakan pengelolaan pengusahaan
pelayanan dan kebijaksanaan Direksi.
3. Menyelenggarakan pengendalian kegiatan administrasi sesuai dengan
pedoman dan kebijaksanaan Direksi.
4. Menyelenggarakan pembinaan, pengembangan sumber daya manusia yang
tersedia.
5. Melaksanakan tugas – tugas lain diluar tugas pokok yang sudah digariskan
dan dalam pelaksanaannya bertanggung jawab kepada Direksi.
45

Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)
Medan tanggal 14 Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

36

6. Menyelenggarakan Penyediaan, pengelolaan kegiatan usaha lain yang
berhubungan dengan jasa kebandaraudaraan.46
Dalam melaksanakan tugas, kantor cabang dibagi ke dalam beberapa divisi
namun dalam hal ini sengaja dibatasi hanya pada Divisi Administrasi dan Komersial,
oleh karena divisi ini yang bertugas untuk menangani pengelolaan usaha komersial
dan konsesi PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dalam menjalin mitra usaha
dengan pengusaha/perusahaan lain, termasuk diantaranya perjanjian sewa menyewa
ruangan dan konsesi usaha antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan
dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.
Dalam melaksanakan kegiatan komersial, Dinas Komersial dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas Komersial yang bertanggung jawab kepada Kepala Divisi
Administrasi dan Komersial, dan sebagai bagian dari Divisi Administrasi dan
Komersial, dalam mengoptimalkan pendapatan perusahaan Dinas Komersial
mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Mencari mitra usaha;
Membuat undangan rapat;
Membuat kontrak (perjanjian);
Memberitahukan kepada mitra usaha untuk perpanjangan kontrak sewa,
6(enam) bulan sebelum habis waktunya;
Menyiapkan undangan rapat koordinasi;
Menyiapkan draft berita acara negoisasi;
Menyiapkan draft surat persetujuan;
Menerima bukti pembayaran dari Dinas Keuangan;
Menerima pencatatan kwh meter listrik dan meter air dari Dinas TLMP;
Menerima bukti bayar telepon (kwitansi) dari Dinas Elektronika;
Membuat tagihan atas penyambungan line telepon;
Membuat tagihan atas penyambungan/penabahan daya fasilitas jaringan;
46

Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)
Medan tanggal 14 Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

37

m. Membuat faktur/invoice pendapatan sewa;
n. Menyerahkan faktur/invoice pendapatan sewa keada Dinas Keuangan;
o. Melaksanakan dokumentasi copy faktur.invoice dan menjaga kerahasiaannya
hanya untuk kepentingan perusahaan;
p. Melaksanakan pencatatan (data base) untuk mitra usaha/penyewa
tentang jenis usaha, masa perjanjian, dan lain-lain yang berkaitan dengan
sewa-menyewa;
q. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dan mitra usaha dalam hal
sewa-menyewa.
Adapun tugas dan tanggung jawab seorang Kepala Divisi Administrasi dan
Komersial sebagai berikut:
1. Menyiapkan,
memimpin
dan
mengendalikan
pelaksanaan
kegiatan pengelolaan usaha komersial.
2. Menyiapkan,
memimpin
dan
mengendalikan
pelaksanaan
kegiatan pengelolaan keuangan dan perlengkapan.
3. Melaksanakan usaha pembinaan, peningkatan dan pengembangan SDM
secara umum di kantor cabang.
4. Menyiapkan, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan akuntansi.
5. Menyiapkan, memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
administrasi kepegawaian, ketatausahaan dan umum.
6. Melaksanakan koordinasi dengan pejabat-pejabat lain baik intern maupun
extern.
7. Melaksanakan tugas-tugas lain di luar tugas pokok sesuai dengan perintah
atasan.
8. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Kepala Cabang
(Kacab).47

47

Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)
Medan tanggal 15 Desember 2011.

Universitas Sumatera Utara

38

STRUKTUR ORGANISASI
PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II MEDAN

Keterangan Tabel:
1. General Manager
2. Officer In Charge

: Bram Bharoto Tjiptadi, SE
: Abdul Gani Batubara
Andi Mulyono
Ali Shopian
Mardiono
3. Kepala Cabang
: Herman
4. Air Traffic Service Manager
: Susanto
5. Airport Service Manager
: Martinus D.
6. Airport Safety & SecurityService Manager : Yohanes G.
7. Electronic Engineering Manager
: Usman
8. Electrical Mechanical & Equipment Eng Man : Sukar
9. Civil Engineering Manager
: T. Herman Sinar
10. Commercial Manager
: Marzuki
11. Personnel & General Affairs Manager
: Firdaus
12. Finance Manager
: Heri Suherman

Universitas Sumatera Utara

39

C. Pengertian Umum Hukum Perjanjian
Pengertian

perjanjian

diatur

dalam

Pasal

1313

KUHPerdata

yang

menyebutkan bahwa, “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”
Sebagaimana disebutkan Burgelijk Wetboek (BW) yang menggunakan istilah
overeenkomst (perjanjian) dan contract (kontrak) untuk pengertian yang sama, hal ini
secara jelas dapat dilihat dan disimak dari judul buku III titel Kedua tentang
Perikatan-perikatan yang lahir dari kontrak atau perjanjian. Terhadap penggunaan
istilah kontrak dan perjanjian Agus Yudha Hernoko, sependapat dengan beberapa
sarjana dalam memberikan pengertian yang sama antara kontrak dengan perjanjian.
Hal ini disebabkan fokus kajian beliau berlandaskan pada perspektif Burgerlijk
Wetboek (BW), di mana antara perjanjian atau persetujuan (overeenkomst)
mempunyai pengertian yang sama dengan kontrak (contract).48
Maka dalam penelitian ini penulis menyamakan perjanjian dengan kontrak,
alasannya dalam praktek kedua istilah itu digunakan dalam kontrak komersial,
misalkan perjanjian sewa guna usaha, kontrak kerjasama, perjanjian kerjasama, dan
kontrak kerjasama.
Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan
yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang kita jumpai dalam harta benda
kekeluargaan. Dalam hubungan hukum kekayaan keluarga, dengan sendirinya timbul
hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orangtuanya seperti yang diatur
dalam hukum waris, lain halnya dalam perjanjian. Hubungan hukum antara pihak
yang satu dengan pihak yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu
tercipta oleh karena adanya “tindakan hukum”(rechtshandeling). Tindakan/perbuatan
hukum yang dilakukan oleh para pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum
perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk
memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani
dengan “kewajiban” untuk menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh
“hak/recht”
dan
pihak
sebelah
lagi
memikul“kewajiban/plicht”
menyerahkan/menunaikan prestasi. Prestasi ini adalah “Objek” atau “voorwerp” dari
verbintenis. Tanpa prestasi, hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan
48

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 13.

Universitas Sumatera Utara

40

hukum, sama sekali tidak mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang
berhak atas prestasi mempunyai kedudukan sebagai “schuldeiser” atau kreditur”.
Pihak yang wajib menunaikan prestasi berkedudukan sebagai “schuldenaar” atau
“debitur”. Sekalipun yang menjadi objek atau voorwerp (voorwerp der verbintenis)
itu merupakan benda, namun hukum perjanjian hanya mengatur dan
mempermasalahkan hubungan benda/kekayaan yang menjadi objek perjanjian antara
“pribadi tertentu” (bepaalde persoon). 49
Kitab Undang-undang Hukum Perdata mensyaratkan beberapa hal dalam
kaitannya dengan pembuatan perjanjian, diantaranya adalah mengenai syarat sahnya
perjanjian dan terpenuhinya beberapa asas hukum perjanjian. Untuk itu dapat
diklasifikasikan pula beberapa hal yang terkait dengan pembuatan perjanjian
khususnya dalam hal sewa-menyewa, yakni :
1. Sifat dan Asas Hukum Perjanjian
“Suatu aturan atau norma pada hakikatnya mempunyai dasar filosofis serta
pijakan asas atau prinsip sebagai rohnya. Merupakan kejanggalan apabila suatu
norma tidak mempunyai dasar filosofis serta pijakan asas atau prinsip dalam konteks
operasionalnya. Suatu norma tanpa landasan filosofis serta pijakan asas, ibarat
manusia yang buta dan lumpuh”.50
Setiap ketentuan hukum mempunyai sistem tersendiri yang berlaku sebagai
asas dalam hukum tersebut. Demikian pula halnya dalam hukum perjanjian, yang
memiliki asas-asas sebagai berikut:
a. Asas Personalia
"Asas personalia atau asas kepribadian merupakan asas yang menentukan
49

Kartini Mulyadi & Gunawan Wijaya, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 21-25.
50
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hal. 21.

Universitas Sumatera Utara

41

bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian adalah
hanya untuk kepentingan perseorangan saja".51
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 ayat (1)
KUHPerdata, Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi: “pada umumnya tak
seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta
diterapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri.”
Sedangkan Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: “persetujuan hanya berlaku
antara pihak-pihak yang membuatnya.”
Namun, ketentuan tersebut terdapat pengecualiannya, yaitu berdasarkan
ketentuan Pasal 1317 KUHPerdata, yang berbunyi: “dapat pula diadakan
perjanjian untuk kepentingan orang ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat
untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung
syarat seperti itu.”
b. Asas konsensualisme
"Asas konsensualisme adalah bahwa perjanjian itu terjadi karena adanya kata
sepakat atau kehendak mengenai isi atau pokok perjanjian".52
Asas konsensualisme ini kemudian berpengaruh pada bentuk perjanjian,
bahwa dengan adanya konsensualisme, perjanjian itu telah lahir atau terbentuk
pada saat tercapainya kata sepakat antara para pihak sehingga tidak diperlukan
formalitas lain.
51

Salim HS., Op.Cit., hal. 13.
Wiryono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan
Tertentu, Sumur Bandung, 1982, hal. 21.
52

Universitas Sumatera Utara

42

c. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak (Freedom of Contract) diatur di dalam Pasal 1338
ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Semua persetujuan yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Asas ini merupakan asas yang paling penting dalam hukum perjanjian, karena
dari asas inilah tampak adanya pernyataan dan ungkapan Hak Asasi Manusia
dalam mengadakan perjanjian. Selain itu asas ini juga merupakan dasar dari
hukum perjanjian. "Asas kebebasan berkontrak tidak ditulis dengan kata-kata
banyak didalam Undang-Undang tetapi seluruh hukum perdata kita didasarkan
pada asas ini".53
Artinya para pihak diberi kebebasan untuk membuat dan mengatur sendiri isi
perjanjian tersebut, sepanjang tidak melanggar ketertiban umum dan
kesusilaan, memenuhi syarat sebagai perjanjian, tidak dilarang oleh undangundang, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, dan "sepanjang perjanjian
tersebut dilaksanakan dengan itikad baik dan mereka wajib melaksanakan
perjanjian yang telah mereka buat layaknya undang-undang".54
Oleh karena Buku III KUHPerdata bersistem terbuka dan pasal-pasalnya
merupakan apa yang dinamakan hukum pelengkap, maka para pihak boleh
mengenyampingkan pasal-pasal dalam hukum perjanjian jika mereka

53

Purwahid Patrik, Asas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 1986, hal. 4.
54
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003, hal. 30.

Universitas Sumatera Utara

43

menghendaki. "Tetapi, jika dalam perjanjian tersebut para pihak tidak
mengatur mengenai sesuatu hal, maka bagi sesuatu hal tersebut berlakulah
ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata".55
Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian.
2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.
3. Menentukan mengenai klausula/isi dalam perjanjian, pelaksanaan, serta
persyaratannya.
4. Menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau lisan.
5. Menentukan cara membuat perjanjian.56
d. Asas Kepercayaan.
"Suatu perjanjian tidak akan terwujud apabila tidak ada kepercayaan antara
para pihak yang mengikatkan diri di dalamnya, karena suatu perjanjian
menimbulkan suatu akibat hukum bagi para pihak yaitu pemenuhan prestasi
dikemudian hari". 57
e. Asas Kekuatan Mengikat.
Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa dipenuhinya syarat
sahnya perjanjian maka sejak saat itu pula perjanjian itu mengikat bagi para
pihak. "Mengikat sebagai Undang-undang berarti pelanggaran terhadap
perjanjian yang dibuat tersebut berakibat hukum melanggar undangundang".58

55

Subekti, Op.Cit., hal. 13.
Salim HS., Op.Cit., hal. 9.
57
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, cet. 1, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 87.
58
Ibid., hal. 88.
56

Universitas Sumatera Utara

44

f. Asas Itikad Baik
Asas ini menghendaki agar suatu perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik.
Itikad baik dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Itikad baik pada waktu akan mengadakan hubungan hukum tidak lain
adalah perkiraan dalam hati sanubari yang bersangkutan bahwa syaratsyarat yang diperlukan untuk mengadakan hubungan hukum secara sah
menurut hukum sudah terpenuhi semuanya.
b. Itikad baik pada waktu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang timbul dari suatu hubungan hukum tidak lain maksudnya adalah
itikad baik pada waktu melaksanakan perjanjian. Itikad baik disini juga
terletak pada sanubari manusia, yang selalu ingat bahwa dalam
melaksanakan perjanjian harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan
keadilan, dengan menjauhkan diri dari perbuatan yang mungkin
menimbulkan kerugian terhadap pihak lain.59
g. Asas Keseimbangan.
Asas ini menghendaki kedua belah pihak dalam perjanjian memenuhi dan
melaksanakan perjanjian itu. Salah satu pihak yang memiliki hak untuk
menuntut prestasi (kreditur) berhak menuntut pelunasan atas prestasi dari
pihak lainnya (debitur), namun kreditur juga memiliki beban untuk
melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik. "Jadi, kedudukan
kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajiban untuk memperhatikan itikad
baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang".60
h. Asas Kepatutan dan Kebiasaan.
Asas ini dituangkan di dalam Pasal 1339 KUHPerdata, yang menegaskan

59
60

J.Satrio, Op.Cit., hal. 379.
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hal. 88.

Universitas Sumatera Utara

45

bahwa: “perjanjian tidak hanya mengikat terhadap hal-hal yang diatur di
dalamnya tetapi juga terhadap hal-hal yang menurut sifatnya diharuskan oleh
kepatutan, kebiasaan atau Undang-undang”.
2.

Jenis-Jenis Perjanjian
Telah ditemui pada uraian sebelumnya bahwa perjanjian sewa-menyewa ini

termasuk pada jenis perjanjian bernama. Akan tetapi perlu diketahui perbedaan
diantara jenis-jenis perjanjian tersebut, dikarenakan hukum perjanjian itu merupakan
peristiwa hukum yang selalu terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga
apabila ditinjau dari segi yuridisnya, hukum perjanjian itu tentunya mempunyai
perbedaan satu sama lain dalam arti kata bahwa perjanjian yang berlaku dalam
masyarakat itu mempunyai coraknya yang tersendiri pula. Corak yang berbeda dalam
bentuk perjanjian itu, merupakan bentuk atau jenis dari perjanjian.
Perjanjian dapat dibedakan sesuai dengan jenisnya dan cara pelaksanaannya.
Menurut Sutarno, perjanjian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak
dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya
perjanjian jual beli Pasal 1457 KUHPerdata dan perjanjian sewa menyewa
Pasal 1548 KUHPerdata. Dalam perjanjian jual beli hak dan kewajiban ada di
kedua belah pihak. Pihak penjual berkewajiban menyerahkan barang yang
dijual dan berhak mendapat pembayaran dan pihak pembeli berkewajiban
membayar dan hak menerima barangnya.
b. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan
kewajiban pada salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian hibah. Dalam hibah
ini kewajiban hanya ada pada orang yang menghibahkan yaitu memberikan
barang yang dihibahkan sedangkan penerima hibah tidak mempunyai
kewajiban apapun. Penerima hibah hanya berhak menerima barang yang
dihibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada orang yang menghibahkan.
c. Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi
keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan pinjam

Universitas Sumatera Utara

46

pakai Pasal 1666 dan 1740 KUHPerdata.
d. Perjanjian konsensuil, riil dan formil Perjanjian konsensuil adalah perjanjian
yang dianggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antara pihak yang
membuat perjanjian. Perjanjian riil adalah perjanjian yang memerlukan kata
sepakat tetapi barangnya harus diserahkan. Misalnya perjanjian penitipan
barang pasal
1741 KUHPerdata dan perjanjian pinjam mengganti Pasal 1754 KUHPerdata.
Perjanjian formil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi
undang-undang mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk
tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Umum Notaris
atau PPAT. Misalnya jual beli tanah, undang-undang menentukan akta jual
beli harus dibuat dengan akta PPAT, perjanjian perkawinan dibuat dengan
akta notaris.
e. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama Perjanjian
bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan
khusus dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V sampai dengan bab XVIII.
Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, hibah dan lain-lain.61
D. Klausula Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan dan Konsesi
Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT.
(Persero) Angkasa Pura II Medan
1.

Prosedur pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan dan Konsesi
Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT.
(Persero) Angkasa Pura II Medan
Adapun proses awal kerjasama mulai dengan pembuatan perjanjian sewa

menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha, sampai kepada penandatanganan perjanjian
antara kedua PT tersebut di atas, sebagai berikut:
1) Langkah pertama Pihak Marketing PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang
Medan melakukan kunjungan (kanvasing) ke PT. (Persero) Angkasa Pura II
Medan yang beralamat di Bandara Polonia Medan, maksud kunjungan tersebut
menjelaskan maksud dan tujuan bisnis PT. Indomobil Bintan Corpora khususnya
menyewa tempat/ruangan.
2) Langkah kedua, PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan menyatakan
kebutuhannya akan tempat/ruangan untuk usaha rental mobil dengan surat
tertulis yang ditujukan kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.

61

Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 82.

Universitas Sumatera Utara

47

3) Langkah Ketiga, PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan menerbitkan surat
penawaran kepada PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan berupa luas
tempat/ruangan, harga sewa ruangan pertahun dan biaya konsesi tersebut.
4) Langkah keempat, PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan melakukan
negosiasi terhadap surat penawaran yang diterbitkan PT. (Persero) Angkasa Pura
II Medan.
5) Langkah kelima, PT (Persero) Angkasa Pura II Medan menyiapkan kontrak
perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha, draft tersebut dibuat
rangkap dua yang satu rangkap diserahkan kepada PT. Indomobil Bintan Corpora
Cabang Medan untuk dipelajari isi pasal-pasalnya, sedangkan yang satu rangkap
lagi tetap dipegang oleh PT (Persero) Angkasa Pura II Medan.
6) Langkah ketujuh, Setelah disepakati isi perjanjian kontrak tersebut lalu
ditandatangani oleh Kedua Pihak diatas kertas bermaterai.62
2.

Para Pihak Dalam Perjanjian.
Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313 KUH

Perdata berbunyi : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu pihak atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”
Pada umumnya setiap transaksi terlaksana berdasarkan perjanjian. Dengan
ditanda-tanganinya perjanjian maka isi ketentuan yang diatur dalam perjanjian itu
mengikat mereka seperti Undang-Undang. “Apabila ada dua orang yang melakukan
sesuatu pengikatan diri antara keduanya akan melahirkan hukum yang mengikat
pihak-pihak yang membuatnya, yang daya pengikatnya tadi tidak dapat berlaku bagi
yang lain, kecuali diperjanjikan sebelumnya”.63

62

Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II
Medan tanggal 15 Desember 2011.
63
Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif, Djambatan, Jakarta,
2001, hal. 15.

Universitas Sumatera Utara

48

Dalam hal perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha pada PT.
(Persero) Angkasa Pura II Medan dengan PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang
Medan, yang bertindak untuk dan atas nama kedua PT tersebut yaitu:
PERJANJIAN SEWA-MENYEWA RUANGAN DAN KONSESI USAHA
Nomor
: PJJ.04.04.02/05/07/2010/131
Tanggal
: 12 Juli 2010
Perjanjian sewa-menyewa ruangan dan konsesi usaha ini, selanjutnya disebut
“perjanjian”, dibuat oleh dan antara:
1. PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) – KANTOR CABANG BANDARA
POLONIA MEDAN
berkedudukan di Medan, beralamat di Bandara Polonia Medan, dalam hal ini
berdasarkan Keputusan Direksi Nomor: KEP.03.05.03/00/04/2010/139
tanggal 8 April 2010, diwakili oleh BRAM BHAROTO TJIPTADI, SE,
selaku General Manager Cabang Bandar Udara Polonia Medan, dari dan
oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama PT. Angkasa Pura II (Persero),
selanjutnya dalam perjanjian ini disebut “PIHAK PERTAMA”---------------2. PT. INDO MOBIL BINTAN CORPORA
NPWP.01.344.121.7.224.000
berkedudukan di bintan dan beralamat di Fery Terminal Teluk Sebung
RT.RW. Sebung Pereh Bintan Utara Bintan, dalam hal ini diwakili oleh------RONNY JENNER PANJAITAN selaku Kepala Cabang Medan/NAD,
dari dan karenanya bertindak untuk dan atas nama PT. Indo Mobil Bintan
Corpora, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut “PIHAK KEDUA”-------PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA (Secara bersama-sama disebut “PARA
PIHAK”) dengan ini menyatakan telah sepakat dan setuju untuk mengadakan
Perjanjian dengan syarat-syarat dan ketentuan yang tidak bertentangan dengan
kaedah-kaedah hukum yang berlaku, nilai kesusilaan dan ketertiban umum.
Jika dilihat dari kewenangan bertindak mewakili masing-masing PT. para
pihak adalah mereka yang berwenang membuat perjanjian berdasarkan kedudukan
mereka di PT tsb, dan hal ini telah penulis tanyakan kepada Kepala Cabang PT.
(Persero) Angkasa Pura II Medan bahwa “Pelimpahan wewenang yang diberikan

Universitas Sumatera Utara

49

pusat kepada General Manager PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan itu ada untuk
semua kegiatan komersil di lingkungan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan,
termasuk konsesi usaha tersebut”. 64
Adapun Surat Keputusan mengenai kewenangan PT. (Persero) Angkasa Pura
II Medan untuk mengadakan semua kegiatan komersil, termasuk menyewakan
ruangan dan konsesi usaha tersebut kepada perusahaan lain yang disebut mitra usaha
terlampir sebagai berikut:
Nomor
: 01.02.07/00/04/2010/002
Lampiran :
Perihal: Surat Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II (Persero)
Kepada Yth:
1. Executive General Manager
2. Para General Manager PT. Angkasa Pura II Persero
Bersama ini disampaikan Keputusan Direksi PT Angkasa Pura II (Persero) No Kep.
01.02.07/00/04/2010 Tentang Peraturan Perusahaan No. 19 Tentang Pedoman
Kegiatan Komersial dan Pengembangan Usaha di Lingkungan PT. Angkasa Pura II
(Persero) sebagai pengganti dari Surat Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II
(Persero) No. Kep. 118/ KM.10 / AP II-2004.
Tembusan Kepada Yth:
1. Dirut
2. Wakil Dirut
3. Para Direksi
4. Head Of Internal Auditor
5. Head Of Legal Affair

64

Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura
II Medan tanggal 29 Maret 2012.

Universitas Sumatera Utara

50

Surat Keputusan tersebut di atas juga telah diatur dalam Pasal 1 tentang Dasar
dan Lampiran Perjanjian yang menegaskan bahwa perjanjian ini dibuat dan
dilaksanakan berdasarkan dengan merujuk:
(1)Semua ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
terhadap perjanjian ini, seperti namun tidak terbatas pada:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;
b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;
c. Keputusan
Direktur
Jenderal
Perhubungan
Udara
Nomor
SKEP/138/VI/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Kegiatan
Penunjang Bandar Udara;
d. Keputusan-Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II (Persero).
Analisa Penulis bahwa klausula perjanjian sewa menyewa ruangan dan
konsesi usaha antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT.
(Persero) Angkasa Pura II Medan yang dibuat dalam bentuk dibawah tangan telah sah
menurut KUHPerdata. Sepanjang memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur
pada Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata di mana semua
perjanjian yang dibuat secara sah, maka tetap mengikat dan berlaku sebagai undangundang bagi kedua belah pihak dalam hal ini PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan
dengan PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan.
Perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha antara PT. Indomobil
Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.
menurut analisa penulis telah memenuhi Asas itikad baik sebagaimana Hasil
wawancara penulis dengan informan yaitu Bapak Herman Kepala Cabang PT.
(Persero) Angkasa Pura II Medan bahwa Perjanjian sewa menyewa ruangan dan
konsesi ini dilengkapi dengan surat pendukung seperti NPWP, Surat Kuasa, Surat

Universitas Sumatera Utara

51

Domisili, Akta Pendirian Perusahaan, dan sejauh ini belum pernah terjadi
wanprestasi.
3.

Bentuk Perjanjian yang Dilakukan.
Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu. Bentuk

tertulis hanya bersifat sebagai alat bukti bila terjadi perselisihan. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha antara PT.
Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II
Medan dibuat dalam bentuk perjanjian baku.
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa perjanjian baku tersebut sudah
dibuat dan dicetak terlebih dahulu, dan telah digunakan untuk jangka waktu yang
lama. Dalam proses sebelum dilakukan perjanjian dan proses penandatanganan
klausula perjanjian , pihak PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan tidak menghendaki
perubahan atas isi syarat-syarat sewa menyewa yang sudah tercetak dalam klausula
perjanjian.65
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut nama jenis perjanjian
yang syarat-syarat dan ketentuan-ketentuannya telah ditentukan secara sepihak, yaitu
antara lain: perjanjian baku, perjanjian standart, standart kontrak, perjanjian sepihak,
dan lain-lain.
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa “Perjanjian baku adalah
perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir”.66
Salim H.S. dalam bukunya mengatakan “Standart Kontrak merupakan
perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak

65

Hasil wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. Angkasa Pura II (Persero)
Medan tanggal 15 Desember 2011.
66
Mariam Darus Badrulzaman, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara

52

ini telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi
kuat terhadap ekonomi lemah”.67
Berikut ini akan diuraikan pendapat pakar hukum yang menerima perjanjian
baku, sebagaimana yang dikutip oleh Mariam Darus Badrulzaman, yaitu:
a) Aser-Rutten, menyebutkan bahwa setiap orang yang menandatangani
perjanjian bertanggung jawab pada isi dari perjanjian yang ditandatanganinya.
Jika ada orang yang bertandatangan pada suatu formulir perjanjian baku,
tandatangan itu membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertandatangan
mengetahui dan menghendaki isi formulir yang ditandatangani, karena tidak
mungkin seseorang menandatangani sesuatu yang tidak diketahui isinya.
b) Hondius dalam disertasinya mempertahankan bahwa perjanjian baku
mempunyai kekuatan mengikat berdasarkan kebiasaan (gebruik) yang berlaku
di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.68
Beberapa pakar hukum yang menerima kehadiran dari perjanjian baku
menyetujui kehadiran dari perkembangan hukum perjanjian dengan memberi
penilaian :
a.

b.

c.

Perjanjian baku diterima sebagai perjanjian berdasarkan fiksi adanya kemauan
dan kepercayaan (fictie van wil en vertrouwen) yang memberikan kepercayaan
bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian itu.
Setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung jawab pada seluruh isi
dan apa yang ditandatanganinya. Jika
ada orang yang membubuhkan
tandatangan pada formulir perjanjian baku, maka tandatangan itu memberikan
kepercayaan bahwa tidak akan mungkin seseorang menandatangani apa yang
tidak diketahui isinya.
Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan (gebruik)
yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.69

67

Salim H.S., Op.Cit., hal. 107.
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hal. 107.
69
Soleman Mantayborbir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, Pustaka Bangsa Press,
Jakarta, 2004, hal. 197.
68

Universitas Sumatera Utara

53

“Perjanjian baku bertentangan baik dengan asas-asas hukum perjanjian (ps.
1320 jo 1338 KUH Perdata) maupun kesusilaan. Akan tetapi di dalam praktek
perjanjian ini tumbuh karena keadaan menghendakinya dan harus diterima sebagai
suatu kenyataan”.70
Mengenai luasnya penggunaan perjanjian baku di Indonesia, Satjipto
Rahardjo

mengutip

pendapat

Syahmin,

AK.,

menyebutkan:

“Salah

satu

perkembangan yang terjadi dalam masyarakat adalah munculnya banyak sekali
produksi barang-barang dan jasa-jasa yang harus dihadapi oleh para konsumen.
Kehadirannya diikuti oleh bentuk-bentuk perjanjian baku yang menempatkan
konsumen pada kedudukan yang peka”.71
Karakter dari suatu perjanjian baku dapat dikemukakan secara berurutan
sebagai berikut:
1. Isi perjanjian telah ditetapkan secara tertulis dalam bentuk formulir yang
digandakan.
2. Penggandaan surat perjanjian dimaksudkan untuk melayani permintaan para
konsumen yang berfrekuensi tinggi (sering dan banyak/massal).
3. Konsumen dalam banyak hal menduduki posisi tawar menawar (kedudukan
transaksional) yang lebih rendah daripada produsen.72
Apabila diperhatikan, “perjanjian baku sering didominasi dengan opsi yang
menguntungkan salah satu pihak. Antara pihak yang mempunyai bargaining

70

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni Bandung, 1978, hal. 32.

71

Syahmin. AK., Hukum Kontrak Internasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 150.

72

Ibid., hal. 148.

Universitas Sumatera Utara

54

position yang kuat dengan pihak yang mempunyai bargaining position lemah, yang
hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan terpaksa”.73
Kebebasan berkontrak biasanya didasarkan pada Pasal 1320 KUHPerdata jo.
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan
kebebasan kepada seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan
dengan perjanjian, diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.

Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak;
Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian atau tidak;
Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian atau tidak;
Bebas menentukan bentuk perjanjian, dan melakukan perjanjian atau tidak;
Kebebasan–kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.74
Kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata sangat ideal jika para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian posisi
tawarnya seimbang antara satu dengan yang lain. Apabila kedudukan para pihak tidak
seimbang, pihak yang lemah biasanya tidak betul-betul bebas untuk menentukan apa
yang diinginkan dalam perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang memiliki posisi
tawar lebih kuat biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk menentukan
klausul-klausul tertentu dalam perjanjian baku.
Berdasarkan analisa penulis, dalam surat klausul perjanjian sewa menyewa
ruangan dan konsesi usaha antara PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan dengan PT.
Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan, memberi kesan bahwa isi perjanjian itu
lebih memihak kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan selaku pihak yang
73
74

Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hal. 13.
Ahmadi Miru, Op.Cit., hal. 4.

Universitas Sumatera Utara

55

menyewakan. Keadaan memihak ini terlihat pada pasal 6 ayat (1) huruf e
menyebutkan: “Diakhiri/dibatalkan oleh PIHAK PERTAMA karena kepentingan
operasional Bandara (Pindahnya lokasi bandara ke Kwala Namu).”
Isi pasal tersebut diatas memberi pengertian bahwa Pihak Pertama yaitu PT.
(Persero) Angkasa Pura II Medan sewaktu-waktu bisa membatalkan atau mengakhiri
perjanjian karena kepentingan operasional Bandara, walaupun belum berakhir/habis
masa sewa Ruangan/Konsesi PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan.
Kemudian isi Pasal 4 yang juga harus dipenuhi/disanggupi oleh Pihak Kedua
yaitu PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan yang berbunyi :
PIHAK KEDUA telah menyanggupi untuk membayar konsesi usaha kepada
PIHAK PERTAMA sebesar 7% (tujuh persen) dari omzet bruto setiap
bulannya, dengan minimum omzet bruto yang telah disepakati PARA PIHAK
sebesar Rp. 13.000.000,- (tiga belas juta rupiah) perbulan, dan besaran konsesi
usaha tersebut belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang besarnya
sesuai ketentuan peraturan perpajakan.
Isi pasal tersebut juga terkesan berat sebelah, karena sanggup tidak sanggup
PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan harus menyanggupi dan memenuhi
akan maksud dan keinginan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan. Hal ini memang
mau tidak mau harus disanggupi dan dipenuhi PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang
Medan dikarenakan butuh dan ingin lebih mengembangkan kegiatan usahanya
dengan menjalin mitra usaha di PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan.
Kewenangan tersebut di atas sebenarnya bertentangan dengan sifat dan
hakekat suatu perjanjian. Perjanjian sewa menyewa adalah merupakan perjanjian
timbal balik dimana para pihak terikat pada suatu hak dan kewajiban. Hak dan

Universitas Sumatera Utara

56

kewajiban mereka harus seimbang dari surat perjanjian yang dilakukan atas
persetujuan kehendak kedua belah pihak. Dalam kesepakatan kedua belah pihak ini
jelas mereka telah bersepakat untuk melakukan kehendak. Namun dalam surat
kontrak klausul perjanjian sewa ruangan dan konsesi usaha tersebut, dibuat oleh satu
pihak yaitu pihak PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan, sementara pihak penyewa
yaitu PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan harus menerima maksud dan isi
kontrak klausul perjanjian sewa ruangan dan konsesi usaha tersebut.
4.

Mekanisme Pelaksanaan Konsesi
Deskripsi Konsesi menurut kamus kontemporer inggris yaitu, Izin khusus

yang diberikan pemerintah kepada perorangan / perusahaan untuk mengadakan
kegiatan komersil yang mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
Sedangkan menurut Herman Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II
Medan pengertian Konsesi Usaha yaitu: “Hak untuk berusaha di dalam suatu area
tertentu yang dimiliki oleh pemilik dan diberikan kepada Pihak Kedua untuk jangka
waktu tertentu, dengan kompensasi sesuai kesepakatan antara pemilik hak
(perusahaan) dengan pihak kedua”.75
Adapun mekanisme berlangsungnya konsesi yang dikenakan PT. (Persero)
Angkasa Pura II Medan kepada PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan
selama mengadakan kegiatan usahanya tersebut telah diatur dalam kontrak klausul
perjanjian pada pasal 2 sebagai berikut:
75

Hasil Wawancara dengan Bapak Herman, Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II
Medan tanggal 29 Maret 2012.

Universitas Sumatera Utara

57

(1) Perjanjian sewa-menyewa/konsesi usaha yang dibuat wajib ditandatangani
PARA PIHAK dengan masa berlaku 1 (satu) tahun, terhitung sejak awal
disepakati dan ditandatangani perjanjian sampai dengan berakhir masa waktu
berlakunya perjanjian tersebut.
(2) 6 (enam) bulan sebelum perjanjian tersebut berakhir, penyewa/mitra usaha
harus memberitahukan secara tertulis kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II
Medan untuk memperpanjang masa sewa kontraknya. Apabila maksud
tersebut disetujui, maka PT. (Persero) Angkasa Pura II berhak menentukan
persyaratan yang baru.
(3) Apabila penyewa/mitra usaha ingin menghentikan perjanjian sebelum
berakhirnya jangka waktu yang telah ditentukan, maka 3 (tiga) bulan sebelum
penghentian tersebut penyewa/mitra usaha harus memberitahukannya kepada
PT. (Persero) Angkasa Pura II secara tertulis, dan biaya sewa yang telah
dibayarkan tidak dapat ditarik kembali oleh penyewa/mitra usaha.
(4) Untuk kepentingan operasional, PT. (Persero) Angkasa Pura II berhak
menghentikan Perjanjian ini sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah
ditentukan, maka 1 (satu) bulan sebelum pengakhiran tersebut PT. (Persero)
Angkasa Pura II harus memberitahukan maksudnya kepada penyewa/mitra
usaha secara tertulis, dan PT. (Persero) Angkasa Pura II akan mengembalikan
nilai sewa ruangan yang telah dibayar oleh penyewa/mitra usaha setelah
dikurangi dengan nilai sewa ruangan yang telah digunakan
oleh
penyewa/mitra usaha.
(5) Pengakhiran Perjanjian dimaksud pada ayat (3) dan (4) dituangkan secara
tertulis dalam suatu Berita Acara yang ditandatangani PARA PIHAK.
Sedangkan cara pembayaran dan pengawasan Konsesi Usaha juga telah diatur
pada Pasal 3 dari isi kontrak klausul perjanjian sewa ruangan/konsesi yaitu:
(1) Pembayaran sewa ruangan dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun bayar dimuka,
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah diterimanya
tagihan dari PT. (Persero) Angkasa Pura II.
(2) Pembayaran konsesi usaha dilaksanakan setiap bulan selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari kalender setelah diterimanya tagihan dari PT. (Persero)
Angkasa Pura II.
(3) Konsesi usaha yang dibayar oleh penyewa/mitra usaha kepada PT. (Persero)
Angkasa Pura II dihitung berdasarkan omzet bruto (pendapatan kotor) yang
diperoleh.
(4) Dalam hal penagihan konsesi adalah omzet bruto yang diperoleh mitra usaha
tidak mencapai jumlah minimum omzet bruto sebagaimana yang telah
disepakati, konsesi usaha yang harus dibayarkan oleh mitra usaha/penyewa
dihitung dari besaran (presentase) konsesi usaha dikalikan minimum omzet
bruto.

Universitas Sumatera Utara

58

(5) Mitra usaha diwajibkan mengadakan pembukuan/catatan-catatan yang jelas
dan benar mengenai omzet bruto dan melaporkannya secara tertulis kepada
PT. (Persero) Angkasa Pura II selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
(6) Dalam menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud ayat (5) Pasal ini,
penyewa

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan Wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) Binaan Kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan

0 56 124

Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa Menyewa Gedung Antara Dinas Pendapatan Daerah Dengan Plaza Medan Fair

0 47 118

Pengaruh Kompensasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada PT (Persero) Angkasa Pura II Medan

0 28 79

Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.(PERSERO)Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan

4 57 126

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN DAN KONSESI USAHA ANTARA PT PERSERO ANGKASA PURA II CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU DENGAN MITRA USAHA.

0 3 7

Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan

0 0 15

Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan

0 0 2

Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan

0 0 28

Tinjauan Yuridis Perjanjian Sewa menyewa Ruangan dan Konsesi Usaha Antara PT. Indomobil Bintan Corpora Cabang Medan Dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Medan

0 0 5

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Pemberian Pinjaman Bantuan Modal Bagi Usaha Kecil Dalam Program Kemitraan pada PT. Angkasa Pura II (Persero)

0 4 13