Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.(PERSERO)Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan
PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA
UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR
UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
TESIS
Oleh:
SYAFRIDA WATY TARIGAN
057011087 / M.Kn
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 7
(2)
PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA
UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR
UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam
Program Studi Magister Kenotariatan Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh:
SYAFRIDA WATY TARIGAN
057011087 / M.Kn
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 7
(3)
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul Tesis : Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara
Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan
Nama Mahasiswa : Syafrida Waty T.
Nomor Pokok : 057011087
Program : Magister Kenotariatan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Sanwani Nasution, S.H Ketua
Dr.T.Keizerina Devi Azwar, S.H.,C.N.,M.Hum Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc.
(4)
Telah diuji pada
Hari/Tanggal : Rabu / 29 Agustus 2007
__________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Sanwani Nasution, S.H.
Anggota : Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum.
Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum.
Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum.
(5)
PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN
DENGAN PERUSAHAAN PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
Syafrida Waty Tarigan1) Sanwani Nasution2) T. Keizerina Devi Azwar3)
Syafnil Gani3)
INTISARI
Perjanjian merupakan salah satu pranata hukum dalam sistem hukum Indonesia. Salah satu perjanjian yang sering ditemukan dalam praktek adalah perjanjian sewa menyewa. PT. (Persero) Angkasa Pura II dalam melaksanakan pemanfaatan ruangan bandara udara memiliki kewenangan melakukan kerjasama dengan para pihak, salah satunya adalah perusahaan penerbangan Mandala Airlines. Oleh karenanya menarik untuk diadakan penelitian mengenai : Pelaksanaan terjadinya perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang dilakukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan perusahaan penerbangan Mandala Airlines, dengan melihat hak dan kewajiban masing-masing pihak serta penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perjanjiannya.
Untuk membahas permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengambilan data adalah studi dokumen dengan menggunakan data sekunder dan pedoman wawancara kepada para informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjanjian sewa menyewa ruangan tersebut dibuat dalam bentuk perjanjian baku yang sudah dibuat dan di cetak terlebih dahulu. Adanya kedudukan atau posisi tawar yang tidak seimbang memberikan peluang kepada pihak PT. (Persero) Angkasa Pura II yang kedudukannya lebih kuat untuk menentukan klausul-klausul tertentu dalam perjanjiannya. Adapun upaya yang ditempuh oleh para pihak dalam hal terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perjanjiannya adalah menyelesaikannya secara musyawarah dan mufakat antara kedua belah pihak. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan cara
1) Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2) Guru Besar Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan.
(6)
musyawarah dan mufakat, maka penyelesaiannya akan diserahkan kepada badan arbitrase sesuai peraturan prosedur BANI.
Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebaiknya perjanjian sewa enyew
______________________________ ata Kunci : - Perjanjian.
ndara Udara.
m a ruangan bandara udara tersebut dilakukan dalam bentuk akta otentik agar dapat lebih menjamin kepastian hukum jika timbul permasalahan di kemudian hari. Apabila perjanjian dilakukan dengan menggunakan perjanjian baku, klausul-klausul tertentu yang terdapat dalam perjanjian baku tersebut seharusnya dilarang atau dibatasi penggunaannya, agar kedudukan para pihak seimbang di dalam memenuhi hak dan kewajibannya. Penggunaan arbitrase sebagai lembaga penyelesaian sengketa perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan, agar perkara yang menumpuk di badan peradilan lambat laun akan dapat berkurang.
_ K
(7)
THE RENTAL AGREEMENT OF ROOMS ON THE AIRPORT OF PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN
WITH MANDALA AIRLINES COMPANY MEDAN
Syafrida waty Tarigan2) Sanwani Nasution2) T. Keizerina Devi Azwar3)
Syafnil Gani3)
ABSTRACT
Agreement is one of legal hold applied in the national legal system of Indonesia. One of the agreements that frequently found in noted practices is the rental agreement. PT. (Persero) Angkasa Pura II in holding exploitation to the commercial rooms, perhaps has authority to hold cooperation with others, one of the organizations in this case, with the Mandala Airlines. It is interested to research concerning how the implementation of rental agreement to the rooms owned to the airport organized by PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan with Mandala Airlines Company Medan, viewed from own right and obligation each other and how to settle any disputes possible emerging in the realization of agreement.
In order to study to the problem, it has been conducted a research there with an analytical descriptively adopted a normative juridical method. This method has a tool used in collecting and taking the data such as study of document make with secondary data and based on a certain interview guidance to those informant.
The result of study showed that the rental agreement to the commercial rooms provided in a standard contract already prepared available in printed form. It seemly the position for bargaining is not balanced apparently resulting in existed opportunity to PT. (Persero) Angkasa Pura II, is in a stronger position to determine certain clauses arranged in the agreement. It is noted that the efforts taken by those parties in a case occurance a dispute while the agreement running is to take the settlement in discussion and consensus between both parties. If the dispute unable to settle in mutual agreement and consensus, the settlement shall be pushed to bring for arbitration refers to the procedure regulation of BANI.
It is suggestible to this work with an opinion, preferable to provide the agreement of rental in the commercial rooms on the airport with a specific form prepared with an authentic document to have assure on law position with enforcement
2) Post Graduate Students in Notary Magistery, North Sumatera University, Medan. 2) Professor at Faculty of Law, North Sumatera University, Medan.
(8)
when any appear disputes later once. It means that if the agreement provided there adopting standard contract, if any certain clauses found stated in the standard contract should be restricted or not allow to mention in it for the position of those parties be balanced particularly once fulfilling the right and obligation. Bringing the case over arbitration as an institution in settling the dispute is suggested to push, at least legal cases as always accumulated on the court shall run down.
____________________________
Keywords : - Agreement.
Airport
KATA PENGANTAR - Rooms on the
(9)
Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Penulis
dipenuhi untuk empe
am kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
epada yang terhormat : apak
bersyukur kehadirat Illahi karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul “PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus
m roleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Sangat disadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan mungkin selesai tanpa adanya arahan, bimbingan, bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu dal
yang sebesar-besarnya terutama kepada yang terhormat : Bapak Prof. Sanwani Nasution, S.H., selaku Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum., dan Bapak Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum., selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas kesediaan Bapak/Ibu dalam memberikan bimbingan, arahan, masukan maupun petunjuk kepada Penulis, sejak awal penyusunan proposal sampai selesainya penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih k
B Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., dan Ibu Dr. Sunarmi, S.H.,
(10)
petunjuk, dan arahan yang sangat berguna dalam penyempurnaan tesis ini, sejak tahap seminar proposal sampai selesainya penulisan tesis ini.
Dalam kesempatan ini pula secara khusus dari hati yang paling dalam Penulis enguc
kasih kepada : . Ibu
Utara, Medan.
m apkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda Hj. Mariana br. Perangin-angin dan Ayahanda H. Suryaman Tarigan, S.H., SpN, yang penuh kasih sayang, kesabaran, pengertian, dan dukungan dalam membesarkan dan mendidik Penulis sampai dengan keadaan seperti sekarang ini. Semoga ALLAH SWT melimpahkan kasih sayang kepada Ibunda dan Ayahanda seperti yang telah kalian berikan kepada Ananda selama ini. Kepada suami tercinta dr. Mhd. Indra Gunawan Lubis dan buah hati tersayang Florisya Loviana Gunawan Lubis, terima kasih atas cinta, dukungan, semangat dan pengertian yang menyejukkan hati yang telah diberikan selama menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada saudara-saudara Penulis, Abangda Daulat Tarigan, S.H., Kakanda Dra. Ratna Sari Tarigan, Abangda Bripka Indra Yani Tarigan dan Kakanda Siswaty Tarigan, S.H., M.Kn., yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.
Selanjutnya pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima
1 Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, dan Jajaran Asisten Direktur beserta seluruh staff, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
(11)
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., selaku Ketua Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara,
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, yang telah
, yang telah memberikan pelayanan dalam
telah mengizinkan Penulis untuk melakukan penelitian,
g selalu dihati) dan Medan, atas arahan, bimbingan dan petunjuk yang diberikan dalam penulisan tesis ini.
3. Seluruh Guru Besar dan Staf Pengajar pada Program Magister Kenotariatan, Sekolah
mencurahkan ilmu pengetahuannya dan mendidik Penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Magister Kenotariatan pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Seluruh Staf Pegawai Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
bidang administrasi kepada Penulis baik selama perkuliahan maupun dalam penulisan tesis ini.
5. Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan beserta staf, yang
khususnya kepada Ibu Diah, Staf Bagian Komersial, atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada Penulis untuk melakukan wawancara.
6. Teristimewa sahabat baikku Inge (terimakasih untuk selalu menemaniku dalam situasi apapun), Dewi (atas semua masukannya), Yuni (yan
rekan-rekan mahasiswa Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu
(12)
persatu, atas bantuan, semangat dan dorongan yang diberikan selama perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Akhirnya, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
Medan, 26 Agustus 2007
Hormat Saya,
Syafrida Waty Tarigan
DAFTAR ISI
tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu, yang telah turut membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
(13)
Halaman LEMBARAN JUDUL ... ...
4. Analisis Data ... 29
. ... i
LEMBARAN PENGESAHAN ... ii
LEMBARAN PANITIA PENGUJI ... iii
INTISARI ... iv
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Keaslian Penelitian ... 9
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11
1. Kerangka Teori ... 11
2. Kerangka Konsepsi ... 25
G. Metode Penelitian ... 26
1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 26
2. Objek Penelitian ... 27
3. Alat Pengumpulan Data ... 28
(14)
BAB II. P M
... 30 ... ... . 30
II
R
... 35
BAB III. HA DA
A
... ... 53 ... 53 ELAKSANAAN TERJADINYA PERJANJIAN SEWA
ENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA
POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES
CABANG MEDAN ... A. Gambaran Umum Perusahaan ...
1. Sejarah Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II
Bandar Udara Polonia Medan ... ... 30 2. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura
Bandar Udara Polonia Medan ... ... 32 B. Pelaksanaan Terjadinya Perjanjian Sewa Menyewa
uangan Bandara Udara ... ... 35 1. Para Pihak Dalam Perjanjian ...
2. Tahap-tahap Terjadinya Perjanjian ... 39 3. Bentuk Perjanjian yang Dilakukan ... 45 K DAN KEWAJIBAN MASING-MASING PIHAK
LAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKAS PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN ... A. Hak dan Kewajiban Para Pihak ... ...
(15)
2. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa ... 56
B. Analisis Terhadap Ketentuan yang Terdapat Dalam Perjanjian ... 58
BAB IV. PENYELESAIAN PERSELISIHAN DALAM ... . 76
... ... 76
... 94
BAB V. KE ... 104
A. AFTAR P. 471/OM.00/998-AP II Tentang Organisasi dan ura II 2. an, /Tanah PT. Mandala Airlines. PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA ... A. Pilihan Penyelesaian Sengketa ... B. Tinjauan Terhadap Arbitrase Secara Umum ... 81
C. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Pada Bandar Udara Polonia Medan... SIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... 104
B. Saran ... 105
D PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN
1. Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II Nomor : KE
Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa P Bandar Udara Polonia Medan.
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Med Surat Perjanjian Sewa Ruangan xiv
(16)
(17)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hui bahw at ini sedang melaksanakan
mban
nilai penting dalam mencapai tujuan pemban
peranan penerbangan yang menguasai hajat hidup orang b
gkas Pura II sebagai sebuah BUMN yang berstatus Perum dialihkan dan ditetapkan pemerintah menjadi Perusahaan Perseroan
Seperti diketa a Negara Indonesia sa
pe gunan di segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, antara lain dengan mendirikan berbagai bentuk badan usaha dan salah satunya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Transportasi udara memiliki
gunan nasional, karena merupakan salah satu sarana guna memperlancar jalannya perekonomian. Hal tersebut tercermin pada meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan keseluruh pelosok tanah air, bahkan dari dan ke luar negeri.
Mengingat pentingnya
anyak maka penerbangan dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN yang ditetapkan pemerintah dalam hal pengelolaan Bandar Udara Polonia Medan adalah PT. (Persero) Angkasa Pura II.
Pada awal tahun 1992, An a
(Persero) dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1992, tanggal 17 Maret 1992. Selanjutnya dengan akte notaris Muhani Salim, SH Nomor 3 Tahun 1993 tanggal 2 Januari 1993 didirikan Perseroan Terbatas (Persero) Angkasa Pura II, nama tersebut disingkat menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura II. Selanjutnya mulai Januari 1994, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30
(18)
Tahun 1985, pengelolaan Bandar Udara Polonia Medan pengelolaannya diserahkan kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II.3
Perusahaan Perseroan (Persero) adalah perusahaan milik negara yang diatur dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN). Dalam Pasal 1 ayat (2) UU BUMN disebutkan : “Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang bentuknya perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikitnya 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan”.
Pada hakikatnya, fungsi utama dari Persero adalah pemupukan dana bagi negara
PT. (Persero) Angkasa Pura II mempunyai tugas pokok menyelenggarakan usaha jasa kebandarudaraan dalam arti seluas-luasnya dan usaha-usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan. Penyelenggaraan usaha jasa kebandarudaraan dimaksud adalah penyediaan, pengelolaan, pengusahaan, serta pelayanan jasa kebandarudaraan dan bidang usaha lain yang mempunyai hubungan dengan jasa kebandarudaraan.
ataupun sebagai alat untuk mencari sumber keuangan negara. Sebagai Perseroan Terbatas maka terhadap Persero berlaku prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sebagaimana yang diatur dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. UU BUMN hanya mengatur sistem pengelolaan dan pengawasan, serta restrukturisasi dan privatisasi BUMN.4
3
http://nembers.bumn-ri.com/angkasapura2/corporate_profile.html, diakses pada tanggal 6 Pebruari 2007
4
Riant Nugroho D dan Ricky Siahaan, BUMN Indonesia, Isu, Kebijakan dan Strategi, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, h. 134.
(19)
Penyelenggaraan usaha jasa kebandarudaraan tersebut diatas juga sejalan dengan maksud dan tujuan dari pendirian BUMN yang terdapat dalam Pasal 2 ayat
Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:
n bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
b. Mengejar keuntungan;
rupa penyediaan barang dan/atau
an-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
2001 tentang Kebandarudaraan menyebutkan bahwa : “Dalam penyelenggaraan
an bahwa : “Kerjasama dalam penyelenggaraan bandar
ura II (1) UU BUMN yang berbunyi:
a. Memberikan sumbanga
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum be
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. Menjadi perintis kegiat
oleh sektor swasta dan koperasi;
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
Pasal 30 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
bandar udara umum, Badan Usaha Kebandarudaraan dapat mengikutsertakan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Badan Hukum Indonesia lainnya melalui kerjasama”.
Pasal 31 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 juga menerangk
udara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dapat dilakukan untuk kegiatan penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan pelayanan pendaratan, lepas landas, maneuver, parkir dan penyimpanan pesawat udara”.
Berpedoman kepada Peraturan Pemerintah tersebut diatas serta sejalan dengan maksud dan tujuan dari pendirian BUMN, maka PT. (Persero) Angkasa P
(20)
m anakan kegiatan-kegiatan dalam melayani masyarakat banyak. Baik masyarakat itu orang-orang yang berasal dari dalam negeri maupun orang-orang yang berasal dari luar negeri.
PT. (Persero) Angkasa Pura II dalam pelaksanaan pemanfaatan ruangan bandara udara, memiliki
elaks
kewenangan melakukan kerjasama dengan para pihak, salah
an hukum satu
5
http://id.wikipedia.org/wiki/Mandala_Airlines
satunya adalah PT. Mandala Airlines. Mandala Airlines adalah salah satu pelopor industri transportasi udara Indonesia yang didirikan pada tahun 1969 dan 90% sahamnya dikuasai oleh Yayasan Dharma Putra Kostrad. Mandala Airlines kini telah tumbuh menjadi salah satu maskapai penerbangan swasta paling besar di Indonesia, didukung armada pesawat jet berbadan sedang Boeing 737 yang terus ditingkatkan jumlah maupun kecanggihannya.5 Mandala Airlines memerlukan fasilitas ruangan bandara udara untuk kegiatan pelayanan pendaratan, lepas landas, parkir dan penyimpanan pesawat udara. Kerjasama antara PT. (Persero) Angkasa Pura II dengan PT. Mandala Airlines dituangkan ke dalam perjanjian sewa menyewa.
Perjanjian merupakan salah satu pranata hukum dalam sistem hukum Indonesia. Pranata hukum ini berfungsi sebagai alat pengikat hubung
subjek hukum dengan subjek hukum yang lain dalam melakukan berbagai perbuatan hukum. Perjanjian diartikan sebagai ”suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.6
, diakses pada tanggal 14 September 2007.
6
(21)
Menurut Wirjono Prodjodikoro perjanjian : ”dihubungkan dengan harta benda sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak
alam
beli, sewa menyewa, pinjaman jual beli, tukar menukar, njam
satu mengikat dirinya untuk m
ak. Pada sewa-menyewa, kewajiban pada d mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.7
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenal berbagai jenis perjanjian seperti perjanjian jual –
pi meminjam dan lain-lain. Salah satu perjanjian yang sering diketemukan dalam praktek adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa ini diatur dalam Bab Ketujuh Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi : “Sewa menyewa adalah satu persetujuan dengan mana pihak yang
emberikan kepada pihak yang lainnya menikmati dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga yang oleh pihak lain yang tersebut itu disanggupi pembayarannya”.
Sebagaimana perjanjian lainnya, pada perjanjian sewa menyewa juga menimbulkan hak dan kewajiban para pih
pihak yang satu menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain dan kewajiban membayar harga sewa bagi pihak yang berhak untuk menggunakan dan menikmati yang disewanya.
7
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, Bandung, 1991, h.11.
(22)
Sewa menyewa ruangan bandara udara tidak diatur secara khusus di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan demikian, maka bagi pihak yang
rsetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka lanjut
ng Medan
m. Oleh karena itu menarik untuk diteliti
ingin membuat hubungan hukum mengenai sewa menyewa ruangan bandara udara ini, dibuat ketentuan sendiri sepanjang tidak melanggar ketentuan-ketentuan umum dan kaedah-kaedah yang memaksa. Walaupun tidak diatur secara khusus, dapat dipergunakan ketentuan dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1338 tentang Azas Kebebasan Berkontrak atau Azas Terbuka.
Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi : “Semua pe
yang membuatnya”. Sehubungan dengan inilah perlu diteliti lebih seberapa jauh kebebasan berkontrak tersebut dalam perjanjian sewa menyewa ini.
Perjanjian sewa-menyewa antara PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan Perusahaan Penerbangan PT. Mandala Airlines Caba
adalah penyewaan ruangan yang mempunyai fungsi sebagai tempat aktivitas dari PT. Mandala Airlines Cabang Medan dalam melayani penumpang baik yang datang maupun yang hendak berangkat dengan menggunakan pesawat terbang Mandala Airlines sebagai pihak yang menyewa.
Dilihat dari objeknya, yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa tersebut sangat jarang di jumpai dalam masyarakat umu
lebih lanjut tentang perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang dilakukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan
(23)
perusahaan penerbangan, khususnya PT. Mandala Airlines Cabang Medan, dengan melihat hak dan kewajiban masing-masing pihak dan bagaimana penyelesaiannya bila terjadi perselisihan atau suatu masalah dalam mengadakan dan melaksanakan perjanjian sewa menyewa itu, dengan judul tesis ”Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi
8
ini adalah sebagai berikut: 1. Bag
dar Udara Polonia
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pokok permasalahan dalam penelitian
aimana pelaksanaan terjadinya perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang dilakukan oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II Ban
Medan dengan Perusahaan Penerbangan PT. Mandala Airlines Cabang Medan? 2. Bagaimana hak dan kewajiban PT. (Persero) Angkasa Pura II dengan PT.
Mandala Airlines dalam perjanjian sewa menyewa yang dilakukan?
3. Bagaimana penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dalam perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara?
8
Masalah Penelitian adalah masalah yang akan menjadi objek penelitian, M. Iqbal Hasan,
(24)
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pelaksanaan sewa menyewa ruangan ban
janjian sewa menyewa ruangan bandara udara tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis.
a.
i lanjutan.
kiran dan i para pihak baik itu masyarakat pada umumnya dan kalangan
E. Keaslian Penelitian
dara udara di Bandar Udara Polonia Medan.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian sewa menyewa tersebut.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang cara penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dalam per
1. Secara teoritis.
Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun bahan perbandingan bagi para penelit
b. Sebagai bahan pengembangan ilmu khususnya hukum perjanjian. 2. Secara praktis.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemi pemasukan bag
bisnis khususnya, ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian sewa menyewa.
(25)
Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya
rdata : Kedudukan Pihak-Pihak dalam
2. Nama : th
an Sewa Menyewa Rumah Secara Sepihak
3. Nama :
ian Sewa Menyewa Safe Deposit Box pada
Adapun yang m isan yang dilakukan oleh saudari
. Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa safe deposit box.
pada Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan, penelitian yang berhubungan dengan perjanjian sewa menyewa telah ada dilakukan oleh :
1. Nama : Ayu Trisna Dewi
NIM : 037011010
Judul Tesis : Kajian Hukum Pe
Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Milik PT. Kereta Api (Persero) di Kota Medan.
Mahmud Khaiya
NIM : 037011048
Judul Tesis : Pembatalan Perjanji
Menurut Hukum Perjanjian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Kelas I-A Medan).
Merry Tandela
NIM : 037011052
Judul Tesis : Pelaksanaan Perjanj
PT. Bank Lippo Cabang Medan. enjadi permasalahan dalam penul Merry Tandela adalah mengenai :
(26)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perjanjian dibuat secara tertulis dalam
b. a perjanjian sewa menyewa safe deposit box sebelum jatuh tempo.
c. h pihak PT. Bank Lippo jika terjadi wanprestasi
ukan adalah
arkan uraian di atas tampak bahwa perbedaan utama dengan penelitian bentuk perjanjian di bawah tangan yang merupakan perjanjian baku (standard contract).
Berakhirny
Dari hasil penelitian didapati bahwa umumnya yang menyebabkan berakhirnya perjanjian tersebut sebelum jatuh tempo adalah karena nasabah penyewa tidak ingin melanjutkan penyewaan tersebut disebabkan pindah tugas/pindah ke kota lain.
Upaya yang ditempuh ole
dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa safe deposit box. Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya yang dilak
melakukan pembongkaran safe deposit box dengan disaksikan oleh seorang notaris, pemimpin cabang/pejabat yang ditunjuk dan para saksi sebanyak 2 (dua) orang, atau mengganti kunci safe deposit box dengan anak kunci yang baru.
Berdas
yang dilakukan di atas adalah bahwa penelitian ini yang mengambil judul: Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan; adalah bahwa studi kasus penelitian ini dilakukan di Bandar Udara Polonia Medan.
(27)
Disamping itu, setiap penelitian yang bersumber dari ide-ide dan pemikiran-pemikiran masing-masing pribadi memiliki khasanah yang unik. Bahkan hasil penelitian yang telah ada, tidaklah mengakibatkan pihak-pihak lain menjadi berhenti untuk menemukan kebenaran-kebenaran (tesis).
Dengan ini dinyatakan bahwa judul, objek serta lokasi penelitian yang berkenaan dengan sewa menyewa ruangan bandara udara pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan PT. Mandala Airlines ini belum pernah ditulis dan dibahas, sehingga dapat dikatakan asli.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Adanya perbedaan pandangan dari berbagai pihak terhadap suatu objek, akan melahirkan teori-teori yang berbeda, oleh karena itu dalam suatu penelitian termasuk penelitian hukum, pembatasan-pembatasan (kerangka) baik teori maupun konsepsi merupakan hal yang penting agar tidak terjebak dalam polemik yang tidak terarah.
Pentingnya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis dalam penelitian hukum, dikemukakan juga oleh Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, bahkan menurut mereka kedua kerangka tersebut merupakan unsur yang sangat penting.9 Menurut Soerjono Soekanto ”Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”.10 Burhan Ashshofa mengatakan bahwa suatu teori merupakan ”serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 7.
10
(28)
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep”.11
Penelitian ini sengaja mengambil judul ”Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan
mengenai hukum perjanjian, maka akan ditemukan istilah-istilah
peristiwa dimana seorang
n hukum antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan atau dengan kata lain perjanjian itu menimbulkan suatu Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”, karena penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan menganalisa sejauh mana penerapan asas kebebasan berkontrak dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. Karena itu tulisan ini hanya akan membahas mengenai perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara khususnya dengan perusahaan penerbangan Mandala Airlines cabang Medan.
Berbicara
seperti perjanjian, perikatan, dan persetujuan. Secara yuridis pengertian perjanjian terdapat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi : “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Subekti mengatakan bahwa “Perjanjian adalah suatu
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”.12
Peristiwa ini menimbulkan suatu hubunga
11
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h. 19.
12
(29)
perikatan antara dua orang yang membuatnya berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji atau kesanggupan atas apa yang diucapkan atau dituliskan oleh kedua belah pihak yaitu pihak yang berhak dan pihak yang berkewajiban.13
Abdulkadir Muhammad, dalam bukunya hukum perikatan memberikan pengertian tentang perjanjian yaitu : ”suatu persetujuan dengan mana dua orang atau
defenisi mengenai perikatan, namun demikian batasan mengenai
n ”overeenkomst” dan perikatan disebut dengan “verbintenis”. Namun demikian, M. Yahya Harahap menyamakan antara perjanjian dengan perikatan dan memberi pengertian sebagai berikut : “Perjanjian mengandung pengertian suatu lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu dalam lapangan harta kekayaan”.14
Mengenai pengertian perikatan itu sendiri para pembuat undang-undang tidak memberikan
perikatan itu dapat diketahui melalui definisi yang diberikan oleh para ahli hukum. Menurut J. Satrio, perikatan dapat dirumuskan sebagai : ”Hubungan hukum antara dua pihak dimana di satu pihak ada hak di lain pihak ada kewajiban. Perikatan merupakan isi dari perjanjian. Sebenarnya yang dinamakan perjanjian adalah sekelompok/sekumpulan perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian tersebut”. 15
Perjanjian harus dibedakan dengan perikatan. Dalam istilah hukum perjanjian disebut denga
13
Istilah “Hukum Perjanjian” mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah “Hukum Perikatan”. Jika dengan istilah “Hukum Perikatan” dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk perikatan dalam buku ketiga KUH Perdata, jadi termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang, maka dengan istilah ”Hukum Perjanjian” hanya dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja, Munir Fuady,
Hukum Kontrak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h. 2
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, h. 9.
15
(30)
hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi”. 16
Prestasi menurut Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu. Dari perkataan sesuatu inilah yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk menentukan isi perjanjian yang dikenal dengan asas kebebasan berkontrak. Namun kebebasan dalam
embu
ungan kum
m at perjanjian asal saja tidak bertentangan dengan norma hukum, ketertiban dan kesusilaan karena ini sangat menentukan keabsahan dari perjanjian tersebut.17
Defenisi persetujuan diberikan oleh Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi : ”Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Uraian di atas menunjukkan bahwa perjanjian merupakan perhub hu antara dua orang atau lebih, dan perjanjian menimbulkan ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban antara dua pihak, atau dengan kata lain perjanjian berisi perikatan.
16
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, h. 6
17
Salim H.S. menyatakan asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”, asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian. b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya d. Menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan, Salim HS, Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, h. 9.
(31)
Sebenarnya yang dinamakan perjanjian adalah sekelompok/sekumpulan perikatan-perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian yang bersangkutan.18
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka karena diberikan kebebasan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian. Mereka diperbolehkan
engat
ang bagi mereka yang embu
m ur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian-perjanjian yang mereka adakan itu. Kalau mereka tidak mengatur sendiri sesuatu soal itu berarti mereka mengenai soal tersebut akan tunduk kepada Undang-Undang.
Sistem terbuka ini juga disebut asas kebebasan berkontrak, yang tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : ”Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-und
m atnya”. Tetapi kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk perjanjian ada kalanya tidak dapat diwujudkan dikarenakan adanya kedudukan atau posisi tawar yang tidak seimbang antara para pihak di dalam perjanjian. Keadaan tersebut memberikan peluang kepada pihak yang kedudukannya lebih kuat untuk menentukan klausul-klausul tertentu dalam perjanjiannya. Perjanjian yang syarat-syarat dan ketentuan-ketentuannya telah ditentukan secara sepihak tersebut dikenal dengan istilah Perjanjian Baku.
18
Suatu perjanjian adalah suatu rechthandeling, artinya suatu perbuatan yang oleh orang-orang yang bersangkutan ditujukan agar timbul akibat hukum. Dengan demikian perjanjian adalah hubungan hukum/rechtsbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara perorangan/persoon adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum, S. Mantayborbir, Iman Jauhari, Agus Hari Widodo, Hukum Piutang Dan Lelang Negara di Indonesia, Pustaka Bangsa, 2002, h. 8-9.
(32)
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa ”perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir”.19 Perjanjian baku dibuat secara tertulis dan dengan sendirinya tidak mungkin suatu
rjanj
asas kebebasan berkontrak ini antara lain dapat
bjektif karena mengenai subjeknya mengadakan perjanjian, sedangkan syarat-syarat ketiga dan f karena mengenai objek perjanjian. Konsekuensi tidak pe ian baku dibuat secara lisan.
Perjanjian Baku walaupun para pihak yang mengadakan perjanjian diberi kebebasan akan tetapi dibatasi oleh ketertiban umum, kesusilaan dan kaedah-kaedah memaksa. 20 Pembatasan terhadap
diketahui dari isi Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menentukan untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu :
1. Adanya sepakat dari mereka yang mengikatkan diri. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
3. Suatu hal tertentu. 4. Suatu sebab yang halal.21
Syarat kesatu dan kedua disebut syarat su atau pihak-pihak yang
keempat disebut syarat objekti
19
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standar), Perkembangannya di Indonesia, Alumni, Bandung, 1981, h.96.
20
Bandingkan dengan pendapat Mariam Darus Badrulzaman yang menyatakan kebebasan berkontrak adalah salah satu azas yang sangat penting di dalam Hukum Perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak azasi manusia, Mariam Darus Badrulzaman
KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1996, h. 110.
21
Keempat syarat tersebut lazim dipahami sebagai syarat umum. Berarti berlaku untuk semua jenis perjanjian. Lagi pula dipahami bahwa syarat itu adalah syarat minimal yaitu syarat yang sekurang-kurangnya harus ada dan dipenuhi supaya perjanjian sah. Karena merupakan syarat umum senantiasa ditambah dengan syarat khusus lainnya. Syarat khusus itu tergantung pada jenis atau macam perjanjiannya, Janus Sidabalok, Pengantar Hukum Ekonomi, Bina Media, Medan, 2000, h. 74.
(33)
dipenuhinya syarat-syarat subjektif perjanjian tersebut dapat dibatalkan.22 Konsekuensi hukum jika salah satu syarat objektif ini tidak dipenuhi adalah bahwa perjanjian tersebut tidak sah dan batal demi hukum.23
Perjanjian yang sah berkekuatan sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Istilah sah menunjukkan bahwa perjanjian harus sesuai menurut hukum dan harus dilakukan dengan iktikad yang baik.
Dari berbagai seminar yang diadakan mengenai Asas Hukum Nasional, maka disepakati sejumlah asas dalam hukum perjanjian. Secara garis besar maksud masing-masing asas itu sebagaimana dipaparkan oleh Mariam Darus Badrulzaman adalah
Pasal 1338 KUH Perdata didalamnya ditemukan istilah Kata-kata “semua” menunjukkan bahwa setiap orang diberi
will), yang dirasanya baik
2.
jian yang .
pihak. sebagai berikut :
1. Asas Konsensualisme.
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata penyebutnya tegas sedangkan dalam
“semua”.
kesempatan untuk menyatakan keinginannya (
untuk menciptakan perjanjian Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas . kebebasan mengadakan perjanjian atau asas kebebasan berkontrak.
Asas Kepercayaan.
Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, harus dapat menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya dikemudian hari. Tanpa adanya kepercayaan, maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan ini kedua pihak mengikatkan dirinya oleh perjan
mempunyai kekuatan mengikat sebagai Undang-Undang. 3 Asas Kekuatan Mengikat.
Dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat. Terikatnya para pihak pada apa yang diperjanjikan, dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan, akan mengikat para
22
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, h. 16.
23
(34)
4.
ak ada perbedaan kulit, bangsa kepercayaan, kekuasaan,
5. eseimbangan.
kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan
k, sehingga kedudukan kreditur seimbang.
or yang motivasi pada yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan
7.
8.
dalam Pasal 1339 Jo. 1347 Kitab Undang-Undang Hukum
9.
agai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum. ngkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai
24
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, h. 42-44.
Asas Persamaan Hak.
Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tid perbedaan, walaupun ada
jabatan dan lain-lain. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.
Asas K
Asas ini menghendaki
perjanjian itu. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut perlunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat dilihat disini bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad bai
6. Asas Moral.
Suatu perbuatan sukarela dari seorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak debitur. Juga hal ini terlihat di dalam zaakwaarneming, dimana seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sukarela (moral) yang bersangkutan mempunyai kewajiban (hukum) untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya, asas ini terdapat dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Faktor-fakt
memberikan
hukum adalah berdasarkan pada ”Kesusilaan” (Moral), sebagai panggilan dari hati nuraninya.
Asas Kepatutan.
Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas kepatutan disini berkaitan dengan ketentuan mengenai hal perjanjian. Asas kepatutan ini harus dipertahankan, karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat.
Asas Kebiasaan. Asas ini diatur di
Perdata yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas, juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan yang diikuti.
Asas Kepastian Hukum. Perjanjian seb
Kepastian ini teru
(35)
Undang enyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”.
Dalam hubungan sewa menyewa yang menyewakan memberi hak pemakaian saja kepada penyewa dan bukan hak milik. Perjanjian sewa menyewa tidak memberikan suatu hak kebendaan, tetapi hanya memberi suatu hak perseorangan, terhadap orang yang menyewakan ada hak ”persoonlijk” terhadap pemilik, akan tetapi hak orang yang menyewakan ini mengenai juga suatu benda, yaitu barang yang disewakan.
Dari definisi Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat dilihat bahwa ada tiga unsur yang melekat, yaitu :
- Barang
- Jangka waktu
- Pembayaran
enunjukkan bahwa itu merupakan perjanjian sewa menyewa, maka penyewa yang diserahi barang untuk dipakai, diwajibkan membayar harga sewa atau uang sewa kepada pemilik barang. Pada hakekatnya sewa menyewa tidak dimaksud berlangsung terus menerus, melainkan pada saat tertentu pemakaian dari barang
Pengertian hubungan sewa menyewa diatur dalam Pasal 1548 Kitab Hukum Perdata yaitu : ”Sewa m
25
Untuk m
25
(36)
tersebut akan berakhir dan barang akan kembali lagi kepada pemilik semula, mengingat hak milik atas barang tersebut tetap berada dalam tangan pemilik semula.
Walaupun dalam Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dikatakan bahwa sewa menyewa itu berlangsung selama waktu tertentu, yang berarti
t diri untuk berprestasi satu sama lain. Pihak inilah yang merupakan subjek wa m
hukum berhak/berwenang untuk elaku
bahwa dalam perjanjian sewa menyewa harus selalu ditentukan tenggang waktu tertentu, tetapi dalam perjanjian sewa menyewa itu dapat juga tidak ditetapkan suatu jangka waktu tertentu, asal sudah disetujui harga sewa untuk satu jam, satu hari, satu bulan dan lain-lain. Jadi para pihak bebas untuk menentukan berapa lama waktu tersebut. Dalam praktek pada umumnya perjanjian sewa menyewa ini diadakan untuk jangka waktu tertentu, sebab para pihak menginginkan adanya suatu kepastian hukum.
Dalam perjanjian sewa menyewa selalu terdapat dua pihak yang saling mengika
se enyewa. Subjek sewa menyewa merupakan subjek hukum dan subjek hukum ini ada 2 yaitu : orang pribadi dan badan hukum.26
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Menurut R. Suroso subjek hukum adalah : “Sesuatu yang menurut
m kan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap bertindak
26
Hubungan hukum harus terjadi antara dua orang atau lebih. Pihak yang berhak atas prestasi, pihak yang aktif adalah kreditur atau si berpiutang dan pihak yang wajib memenuhi prestasi pihak yang pasif adalah debitur atau si berhutang. Mereka ini yang disebut Subjek Perikatan, Mariam Darus Badrulzaman, 1996, Op. Cit, h.3.
(37)
dalam hukum, sesuatu pendukung hak (rechstbevoegdheid) dan merupakan sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban”.27
Manusia bukanlah satu-satunya subjek hukum. Dalam lalu lintas hukum
erjanjian sewa menyewa ditemui adanya sesuatu yang menjadi objek.
m penelitian ini, yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa adalah
dapat terjadi dalam berbagai bentuk perjanjian-perjanjian, antara PT. (Persero) diperlukan sesuatu hal lain yang bukan manusia yang menjadi subjek hukum. Sudikno Mertokusumo menyatakan : ”Disamping orang dikenal juga subjek hukum yang bukan manusia yang disebut badan hukum. Badan hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban”.28
Dalam p
Pada dasarnya apa yang menjadi objek sewa menyewa adalah apa yang merupakan objek hukum. Jadi objek sewa menyewa adalah objek hukum. Yang dimaksud dengan objek hukum (rechtsubject) adalah : “Segala sesuatu yang bermanfaat dan dapat dikuasai oleh subjek hukum serta dapat dijadikan objek dalam suatu hubungan hukum”.29
Dala
ruangan bandara udara. Timbulnya ruangan bandara udara ini disebabkan seluruh perusahaan penerbangan termasuk perusahaan penerbangan Mandala Airlines, memerlukan ruangan bandara udara untuk melakukan kegiatan pelayanan penerbangan. Seiring dengan kehidupan modern pelaksanaan pelayanan penerbangan
27
R. Suroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h. 223
28
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1999, h. 68.
29
(38)
Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandar Udara Polonia Medan dengan perusahaan-perusahaan penerbangan yang terkait. Dengan demikian timbul hubungan hukum antara perusahaan pengelola bandar udara tersebut sebagai pemilik ruangan penerbangan yang menyewakan ruangannya dengan perusahaan penerbangan sebagai penyewa ruangan. Dari hubungan hukum ini timbul perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara.
Pada perjanjian sewa menyewa tercipta tatanan hubungan hukum antara para pihak. Hubungan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban. Menurut Sudikno
n pihak penyewa31
an
a h perjanjian yang bersifat timbal balik, kewajiban yang harus ditepati, Martokusumo : ”Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak hak, sedang di pihak lain kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak”.30
Hak dan kewajiban para pihak di dalam perjanjian sewa menyewa dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan b. Hak dan kewajiba
Ad.a. Hak dan Kewajiban Pihak yang Menyewak Perjanjian sewa menyewa ad la
sehingga dengan sendirinya para pihak mempunyai
yaitu apa yang merupakan hak bagi pihak yang lainnya. Pihak yang menyewakan pada intinya berhak atas harga sewa yang telah disepakati. Dari Pasal 1550 Kitab
30
Sudikno Martokusumo, Op.Cit., h. 29.
31
(39)
Undang-Undang Hukum Perdata dapat disimpulkan kewajiban pokok yang utama dari pihak yang menyewakan ialah :
- Menyerahkan barang yang disewakan kepada pihak penyewa,
- Memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat dipakai
enikmati barang yang disewakan.
Ad.b. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa
Kewajiban pihak penyewa diatur dalam Pasal 1560, 1961, 1564 dan 1566 Secara garis besarnya dapat diuraikan
t menurut kegunaannya.
rusakan itu bukan karena kesalahannya, untuk keperluan yang dimaksud,
- Untuk berusaha agar pihak penyewa selama dalam persetujuan berlangsung selalu secara tertera dapat memakai dan m
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. sebagai berikut :
1. Penyewa wajib melunasi uang sewa sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditetapkan.
2. Memelihara benda yang disewakan itu sebaik-baiknya dan mempergunakan benda tersebu
3. Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama masa sewa menyewa, kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa ke
tetapi terjadi di luar kekuasaannya.
4. Harus mengembalikan barang yang disewa dalam keadaan seperti menerima barang tersebut.
(40)
Hak penyewa untuk menggunakan atau menikmati objek sewa berlaku selama masa sewa. Selama itu hak penyewa dimaksud tidak hilang, sekalipun objek dialihkan
unculkan melalui
h diluar kesalahannya atau
32
A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, h. 26.
33
Overmacht adalah suatu keadaan memaksa yaitu suatu keadaan diluar kekuasaannya pihak debitur, yang menjadi dasar hukum untuk “memaafkan” kesalahan pihak debitur. Jadi suatu overmacht mengandung 2 unsur yaitu keadaan di luar kekuasaannya pihak debitur dan bersifat memaksa, dan keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian dibuat, sehingga debitur tidak memikul
sikony
resiko suatu perjanjian. Dengan kata lain perkataan overmacht
(dijual) kepada pihak ketiga, kecuali terjadinya pelepasan atau pembatalan perjanjian karena suatu sebab. Berkaitan dengan ini dalam hukum perdata dikenal suatu kaedah yang diatur dalam Pasal 1576 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi “Jual Beli tidak memutuskan sewa menyewa”. Pasal ini memberikan kedudukan yang kuat bagi penyewa dalam memanfaatkan objek sewa.
Apa yang disebutkan di atas adalah merupakan sebagian dari hak dan kewajiban para pihak. Hak dan kewajiban lain masih bisa dim
kesepakatan para pihak dalam perjanjian. Dalam perjanjian sewa menyewa juga dikenal adanya wanprestasi, dan yang dimaksud dengan ”Wanprestasi adalah apabila seorang debitur tidak melakukan prestasi sama sekali atau melakukan prestasi yang keliru atau terlambat melakukan prestasi, maka dalam hal-hal yang demikian inilah yang disebut seorang debitur melakukan wanprestasi”.32
Wanprestasi atau cidera janji itu ada kalau seseorang debitur tidak dapat membuktikan, bahwa tidak dapat dilakukan prestasi adala
dengan kata lain debitur tidak dapat membuktikan adanya ”overmacht”,33 jadi dalam hal ini debitur jelas bersalah.
re a. Dengan demikian jika terbukti adanya overmacht ini pihak debitur akan luput dari penghukuman untuk menanggung
(41)
Wanprestasi dapat timbul dari dua hal :
a) Kesengajaan, maksudnya perbuatan itu memang diketahui atau dikehendaki oleh deb
akan timbul.34
2. Kerangka Konsepsi
Suatu konsep merupakan “abstraksi mengenai suatu fenomena yang generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,
Polonia Medan dengan PT. Mandala
Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat itur.
b) Kelalaian, maksudnya debitur tidak mengetahui adanya kemungkinan bahwa akibat itu
dirumuskan atas dasar
kelompok atau individu tertentu”.35 Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian pengertian yang dimaksud dalam tulisan ini, sebagai berikut :
Perjanjian sewa menyewa adalah suatu persetujuan yang dilakukan antara PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara
Airlines Cabang Medan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan dari suatu barang selama waktu tertentu kepada pihak yang lainnya dengan disanggupi pembayarannya.
dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat kargo dan atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan.
merintangi pihak debitur untuk memenuhi prestasi, Djohari Santoso dan Achmad Ali, Hukum
Perjanjian Indonesia, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1989,
h. 63.
34
A. Qirom Syamsudin Meliala, Op.Cit., h. 29
35
(42)
Ruangan bandara udara adalah tempat di dalam bandar udara yang digunakan untuk melakukan kegiatan pelayanan penerbangan dengan menerima sewa ruangan.
G. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian adalah usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistimatis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau
a hakikatnya mempunyai metode penelitian
masing-ilmiah. Stu
ual dan akurat terhadap ertentu, mengenai sifat-sifat atau faktor-faktor
36
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 997, h.
ujun S. Suria Sumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, akarta,
ekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986 h. 5-6.
menjawab problemnya.36 Setiap penelitian pad
masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.37 Metode penelitian disebut juga sebagai metodologi yang berarti ”jalan ke”. Terhadap ”metodologi”, biasanya diberikan arti-arti, sebagai berikut :
1. Logika dari penelitian
2. di terhadap prosedur dan teknik penelitian. 3. Suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian.38
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu bertujuan untuk ”mendeskripsikan” (menggambarkan) secara sistematis, fakt
sesuatu populasi atau daerah t
1 2.
37
J
J 1988, h. 328.
38
(43)
tertentu39, dalam hal ini yaitu untuk melukiskan tentang bagaimana pelaksanaan
dar Udara Polonia Medan.
2. Objek Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. Dengan pertimbangan dan alasan penelitian bahwa PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan mempunyai tugas
raan dan usaha jasa keselamatan
n yang perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara di Bandar Udara Polonia Medan. Kemudian menelaah dan menjelaskan peraturan-peraturan yang berlaku dihubungkan dengan praktek pelaksanaan hukum yang berkaitan dengan perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara di Bandar Udara Polonia Medan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif40, yaitu dengan melakukan pengkajian dan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perjanjian sewa menyewa khususnya perjanjian sewa menyewa ruangan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Ban
menyelenggarakan usaha jasa kebandaruda
penerbangan dalam arti yang seluas-luasnya dan usaha lain yang mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan di bandar udara yang bersangkutan sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang telah digariskan oleh direksinya, serta memiliki identifikasi hubungan dengan judul penelitian yang diajukan serta letak geografis dari PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Meda
39
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, h. 36
40
Yuridis Normatif atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 13-14.
(44)
cukup strategis, yaitu terletak di tengah-tengah Kotamadya Medan yang gampang dan sangat mudah ditempuh dari berbagai sudut.
melalui peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen-dokumen perjanjian 3. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dengan menggunakan data sekunder dan pedoman wawancara. Data sekunder diperoleh
dan bahan lainnya yang berhubungan dengan objek penulisan tesis ini. Wawancara an yang kompeten menyangkut penelitian ini yaitu : Sta
. Analisis Data
dilakukan dengan para inform
a. f Bagian Kepegawaian dan Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.
b. Staf Bagian Komersial PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.
(45)
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke ri dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
data dari hasil
pulan yang memberikan jawaban atas permasalahan yang teliti.
dalam pola katego
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.41
Setelah pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder selanjutnya dengan metode deduktif, data yang diperoleh dalam penelitian baik
wawancara maupun data studi kepustakaan dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait menyangkut permasalahan yang diteliti sehingga dihasilkan suatu kesimpulan umum. Dengan metode deduktif, ketentuan-ketentuan yang menyangkut permasalahan yang diteliti dihubungkan dengan hasil penelitian yang diperoleh.
Dengan demikian diharapkan dari pembahasan dan analisis yang dilakukan dapat diperoleh suatu kesim
di
41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, h. 103
(46)
BAB II
PELAKSANAAN TERJADINYA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II
BANDAR UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan42 Landasan pacu Bandara Udara Polonia Medan terlebih dahulu dibangun sebelum PT. (Persero) Angkasa Pura II didirikan. Dimana dengan adanya landasan inilah PT. (Persero) Angkasa Pura II dapat menjalankan operasi kinerja serta membuka usahanya. Bandara Udara Polonia Medan dibangun pertama kali oleh warga negara Polandia, yang bernama Baron Mischalsky pada tahun 1872 yang mendapat konsensi dari pemerintah Hindia Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di Sumatera Timur di Daerah Medan dan diberi nama “Polandia”.
Pada tahun 1936 Polandia berubah nama menjadi Bandar Udara Polandia, dan pada tahun ini juga pertama kali diadakan perbaikan landasan pacu sepanjang 600 m yg terletak pada 100 LU – 200 LS. Setelah mengalami perbaikan ini landasan pacu Bandara Polonia Medan terus mengalami perbaikan hingga masa kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
42
Bapak Rahmat, Staf Bagian Kepegawaian dan Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II
(47)
Pada tahun 1948 s/d 1949 Bandar Udara Polonia Medan dibeli kembali oleh pemerintah Hindia Belanda yang dijadikan sebagai landasan pacu bagi sekutu, yang diperpanjang sekitar 1000 sampai 1200 m, dan pada tahun 1950 Bandar Udara Polonia Medan diserahkan kekuasaan pengelolaannya kepada AU. Oleh TNI-AU landasan diperpanjang hingga 1800 m dengan lebar 45 m. Tetapi pada tahun 1982 sampai sekarang dibagi menjadi dua daerah yaitu kegiatan militer dan penerbangan sipil yang mana penerbangan sipil dikelola oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II.
PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa Bandar Udara dan keselamatan penerbangan. Perusahaan Angkasa Pura merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962, tanggal 15 November 1962 dengan nama Perusahaan Negara Angkasa Pura “Kemayoran”.
Berdasarkan PP No. 21 Tahun 1965 tepat pada tanggal 17 Mei 1965, diadakan perubahan nama dari Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran menjadi Perusahaan Negara Angkasa Pura dengan Kantor Pusat di Jakarta. Selanjutnya berdasarkan PP No. 37 Tahun 1974, diadakan perubahan bentuk Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Umum Angkasa Pura. Kemudian berdasarkan PP No. 14 Tahun 1992 diadakan perubahan pengalihan bentuk Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan nama PT. (Persero) Angkasa Pura II.
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 533/MK/1994 pada tanggal 22 Januari 1994, berdasarkan PP No. 30 Tahun 1985 PT.
(48)
(Persero) Angkasa Pura II mendapat tambahan tugas untuk mengelola Bandar Udara Polonia Medan.
2. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. Struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan di dalam sebuah perusahaan untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan menggambarkan wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada didalamnya.
Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, struktur organisasinya sesuai dengan Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II Nomor : KEP.471/OM.00/1998-AP II tanggal 4 September 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.
Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II terdiri dari Kantor Pusat dan Kantor Cabang. Kedudukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan selaku kantor cabang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II Nomor KEP. 471/0M.00/1998-AP II tanggal 4 September 1998. Kantor cabang merupakan unit pelaksanaan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II yang berkantor pusat di Jakarta.43
Keputusan Direksi tersebut menjelaskan tentang tugas pokok daripada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan yaitu sebagai berikut :
43
(49)
“Kantor cabang mempunyai tugas menyelenggarakan usaha jasa dan usaha kebandarudaraan dan usaha keselamatan penerbangan dalam arti yang seluas-luasnya dan usaha lain yang mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan yang bersangkutan sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang digariskan direksi”.44
PT. (Persero) Angkasa Pura II dipimpin oleh Direktur Utama, sedangkan susunan organisasi Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara
a. Kepala Cabang.
rasi Lalu Lintas Udara. c. Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara. d. Divisi Tekhnik Elektronika dan Listrik.
mum dan Peralatan.
Bandar Udara Polonia Medan Kepala abang berperan sebagai manajemen puncak dalam pengaturan kegiatan perusahaan.
1. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pelayanan organisasi 2. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan operasional bandar
udara.
pengendalian kegiatan pemilihan fasilitas an pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi.
Polonia Medan, terdiri dari :
b. Divisi Pelayanan Ope
e. Divisi Tekhnik U
f. Divisi Administrasi dan Komersial.45
Di dalam PT. (Persero) Angkasa Pura II C
Adapun fungsi Kepala Cabang adalah sebagai berikut :
keselamatan lalu lintas udara.
3. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan komersial. 4. Penyiapan, pelaksanaan dan
tekhnik elektronika dan listrik. 5. Penyiap
44
Lihat, Lampiran 1, Keputusan Direksi PT (Persero) Angkasa Pura II Nomor : KEP. 471/0M.00/1998-AP II Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, Pasal 2.
45
(50)
6. Penyiapan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan keuangan dan
rapa divisi
nam a dibatasi hanya pada Divisi Administrasi dan Komersial,
1. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan usaha komersial. 2.
3. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan akuntansi.
4. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan perlengkapan.
aian,
melaksanakan tugas dan fungsinya, Divisi Administrasi dan Komersial dibantu oleh
1. Dinas Komersial, mempunyai tugas menyiapkan pengembangan dan
egiatan komersial yang meliputi pengumpulan data produksi, perhitungan dan pembuatan surat tagihan untuk jasa-jasa aeronautika dan jasa non aeronautika maupun usaha-usaha lain yang mempunyai hubungan
as melaksanakan kegiatan pengadaan, pergudangan dan administrasi perlengkapan.
perlengkapan.46
Dalam melaksanakan tugas, kantor cabang dibagi ke dalam bebe un dalam hal ini sengaj
oleh karena divisi ini yang bertugas untuk menangani pengelolaan usaha komersial PT. (Persero) Angkasa Pura II, termasuk diantaranya perjanjian sewa menyewa ruangan dengan PT. Mandala Airlines.
Divisi Administrasi dan Komersial mempunyai tugas sebagai berikut :
Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan.
5. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan administrasi kepegaw ketatausahaan dan umum.47
Sedangkan fungsi dari divisi ini sesuai dengan tugas yang dimilikinya. Dalam
beberapa dinas, yaitu :
melaksanakan k
dengan usaha jasa kebandarudaraan.
2. Dinas Keuangan, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi keuangan dan anggaran.
3. Dinas Akuntansi, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan akuntansi. 4. Dinas Perlengkapan, mempunyai tug
46
Bapak Rahmat, Op. Cit.
47
(51)
5. Dinas Kepegawaian dan Umum, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian, kesejahteraan dan pelayanan kesehatan pegawai, araan
. Para Pihak Dalam Perjanjian.
Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu pihak atau lebih
engikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.
Pada umumnya setiap transaksi terlaksana berdasarkan perjanjian. Dengan ditanda-tanganinya perjanjian maka isi ketentuan yang diatur dalam perjanjian itu mengikat mereka seperti Undang-Undang. Apabila ada dua orang yang melakukan sesuatu pengikatan diri antara keduanya akan melahirkan hukum yang mengikat pihak-pihak yang membuatnya, yang daya pengikatnya tadi tidak dapat berlaku bagi yang lain, kecuali diperjanjikan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang mengatakan bahwa : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Pendapatan usaha PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan pada dasarnya terdiri dari dua pendapatan, yaitu pendapatan aeronautika dan
kegiatan ketatausahaan, kerumahtanggaan, keprotokoleran, penyelengg informatika managerial dan pengolahan data pelaporan serta penyiapan ikatan kerja.48
B. Pelaksanaan Terjadinya Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara
Udara 1
m
49
48
Ibid., Pasal 24.
49
Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif, Djambatan, Jakarta, 2001, h. 15.
(52)
non e
bangunan ruangan dan lain-lain.50
mak p
disanggupi pembayarannya”.
g dapat dilakukan oleh
sua s
a ronautika. Aeronautika yaitu yang bersumber dari penerbangan, yaitu sewa pendaratan pesawat, parkir pesawat dan lain-lain. Sedangkan non aeronautika yaitu bersumber dari non penerbangan antara lain tanah,
Dari sekian banyak pendapatan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, penulisan ini meninjau pendapatan dari sewa ruangan, bukan dari materi pendapatannya tetapi dari aspek sewa menyewa khususnya sewa menyewa ruangan bandara udaranya.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada mengatur tentang sewa menyewa, a erjanjian ini disebut Perjanjian Bernama. Pengertian perjanjian sewa menyewa secara umum dapat diketahui pada Pasal 1548 KUH Perdata yang mengatakan bahwa : “Sewa menyewa ialah suatu persetujuan, dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu
Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan perjanjian dengan siapa saja yang dikehendaki, sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perjanjian. Subjek yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian disebut sebagai subjek hukum, yang secara hukum dapat berupa orang perorangan atau badan hukum. Sewa menyewa merupakan perbuatan perdata yan
tu ubjek hukum. Tidak menjadi unsur penting apakah badan hukum tersebut
50
Ibu Diah, Staf Bagian Komersial PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
(53)
adalah Badan Usaha Milik Negara atau swasta, tapi yang paling pokok adalah subjek hukumnya sudah berbadan hukum.51
Dalam hal subjek hukumnya merupakan badan hukum, maka badan hukum ini bertindak dalam perjanjian melalui wakil-wakilnya. Ketentuan mengenai siapa saja wakil dari badan hukum tersebut ditentukan di dalam Anggaran Dasar atau Akta Pen iri
adan hukum yang sah sama
g-undangan yang berkaitan, terutama tentang
kew a
yang diberikan.
d an dari masing-masing badan hukum tersebut.52
Badan Hukum ini berbuatnya tentu saja dengan perantaraan orang, sebab badan hukum hanya suatu pengertian (begrip), yang bertindak selalu orang-orang. Pasal 1654 KUH Perdata menentukan bahwa semua b
seperti orang-orang preman/partikelir berwenang untuk melakukan perbuatan perdata atau perbuatan-perbuatan hukum.
Apabila yang melakukan perjanjian adalah badan hukum, sebelum surat perjanjian disusun para pihak dalam perjanjian harus teridentifikasi secara jelas. Perlu diperhatikan peraturan perundan
en ngannya sebagai pihak dalam perjanjian yang bersangkutan dan apa yang menjadi dasar kewenangannya tersebut. Disamping itu juga perlu diperhatikan syarat yang harus dipenuhi terutama dalam kaitan dengan tindakan sebagai wakil dari badan hukum. Dalam praktek biasanya ditentukan secara rinci dalam Anggaran Dasar (AD), perlu diperhatikan bagaimana jika tindakan tersebut dilakukan melebihi kewenangan
51
http://anggara.wordpress.com/2006/08/24/tentang-perjanjian-sewa-menyewa, diakses pada
tanggal 20 Juni 2007.
52
http://www.indonusa.ac.id/home/index.php?option=com_content & Task = view & id =
(54)
Berdasarkan ketentuan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, di dalam Badan Hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) maka yang mewakili Perseroan dalam hal perbuatan perjanjian dengan pihak luar adalah Direksi. Menurut Pasal 1655 KUH Perdata, para pengurus atau para wak d
Para pengurus suatu perkumpulan adalah, sekadar tentang itu tidak telah diatur reglemennya, berkuasa untuk bertindak atas nama perkumpulan mengikat bertindak di muka hakim, baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat.
Dalam hal perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara pada PT. (Pe
Air
ura II adalah Kepala Cabang Bandar Udara Polonia Medan, berdasarkan Keputusan
Dir i
dan telah terpenuhi.
il ari badan hukum yang berbuat untuk badan itu. Pasal ini menyatakan bahwa :
secara lain dalam surat pendiriannya, persetujuan-persetujuannya dan reglemen-perkumpulan kepada orang-orang pihak ketiga dan sebaliknya, begitu pula
rsero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan PT. Mandala lines Cabang Medan, yang bertindak untuk dan atas nama PT. (Persero) Angkasa P
eks Nomor KEP. 223/KP.301.3/AP II-2004 tertanggal 22 April 2004. Sementara yang bertindak untuk dan atas nama PT. Mandala Airlines adalah Kepala Perwakilan PT. Mandala Airlines Cabang Medan.53
Jika diperhatikan syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang tertera dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka pada surat perjanjian sewa menyewa ruangan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan PT. Mandala Airlines Cabang Me
53
Lihat, Lampiran 2, PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, Surat Perjanjian Sewa Ruangan/Tanah PT. Mandala Airlines.
(55)
2. ah
gan yang mempunyai fungsi sebagai tempat aktivitas dari pada PT. Mandala Airlines Cabang Medan dalam melayani para penumpang baik yang datang maupun yang hendak berangkat dengan menggunakan pesawat terbang. Ruangan yang disewakan tersebut berupa terminal domestic, kantor di luar terminal, dan tempat peralatan operasional atau gudang.
Tahap-tahap terjadinya perjanjian sewa menyewa yang dilakukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan sebagai pihak yang menyewakan ruangan dengan PT. Mandala Airlines sebagai pihak penyewa ruangan adalah sebagai berikut :
1) Tahap Pra–Contractual.
Calon Penyewa, dalam hal ini adalah PT. Mandala Airlines Cabang Medan, mendatangi pengelola bandara sebagai pihak yang menyewakan dan mengutarakan maksudnya untuk menyewa ruangan penerbangan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui pada kesempatan ini calon penyewa mendapatkan keterangan atau informasi mengenai syarat-syarat peraturan sewa menyewa ruangan, rincian harga dan cara pembayaran. Kemudian kepada calon penyewa, T ap-tahap Terjadinya Perjanjian.
Dari hasil analisa perjanjian, sewa menyewa ruangan yang dilakukan oleh pihak PT. Mandala Airlines Cabang Medan dengan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan adalah sewa menyewa ruan
(56)
diberikan formulir yang berisikan peraturan-peraturan tentang sewa menyewa54 yang antara lain memuat:
a. Uraian tentang syarat–syarat sewa menyewa pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.
b. Harga sewa dan cara pembayaran.
ruangan.
n penyewa harus mempelajari isi yang ut. Berdasarkan hasil wawancara, apabila calon
formulir, maka calon penyewa
b. Surat Izin Usaha dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; d. Surat Keterangan Domisili Perusahaan;
Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggung Jawab, berdasarkan Surat Kuasa dari Direktur Utama PT. Mandala Airlines Pusat.55
k mendapatkan izin usaha angkutan udara emenuhi persyaratan :
iatannya harus memuat usaha angkutan udara niaga, berjadwal dan telah mendapat c. Lokasi atau tempat yang akan disewa.
d. Jangka waktu perjanjian.
e. Jaringan fasilitas dan perlengkapan Setelah formulir diterima, maka calo tertera dalam formulir terseb
penyewa menyetujui isi yang terdapat di dalam
harus membuat surat permohonan untuk menyewa dan mengajukannya kepada pengelola bandara, disertai dengan melampirkan syarat-syarat yang dibutuhkan, yaitu :
a. Akta Pendirian Perusahaan;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan; e.
Perusahaan penerbangan untu
niaga dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara wajib m
a) Memiliki akte pendirian perusahaan yang salah satu keg 54
Ibu Diah, Op. Cit.
55
(1)
berdasarkan Undang Undang Arbitrase perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan, karena pada dasarnya kita tidak ingin bersentuhan dengan konflik. Akan tetapi, meskipun arbitrase dewasa ini telah diatur dalam sebuah
emberikan
h hofa, Burhan, 1996, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. , Mariam Darus, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung.
undang-undang tersendiri, namun undang-undang tersebut sama sekali tidak menetapkan lembaga arbitrase sebagai peradilan negara. Arbitrase hanyalah sebuah cara yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk m
putusan mengenai sengketa tertentu. Padahal apabila lembaga-lembaga alternatif penyelesaian sengketa tersebut akrab di masyarakat, lambat laun perkara yang menumpuk di badan peradilan akan dapat berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Abdurrasyid, Priyatna, 2002, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)
Suatu Pengantar, Fikahati Aneska, Jakarta.
As s
Badrulzaman
__________, 1980, Perjanjian Baku (Standar), Perkembangannya di Indonesia, Alumni, Bandung.
__________, 1981, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya (Kumpulan
Karangan), Alumni, Bandung.
__________, 1994. Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung.
__________, 1996, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung.
(2)
Bako, Ronny Sautma Hotma, 1995, Hubungan Bank dan Nasabah terhadap Produk
Deposan di Indonesia Dewasa ini), Citra Aditya B
Tabungan dan Deposito (Suatu Tinjauan Hukum terhadap Perlindungan
akti, Bandung.
Citra Aditya Bakti, Bandung.
__________, 2003, Arbitrase Nasional, Citra Aditya Bakti, Bandung.
__________, 2005, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global,
e, Pustaka Kartini, Jakarta.
Sengketa, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Hasan M. Iqbal, 2002, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Pustaka, Jakarta.
Kusumaatmadja, Mochtar dan Arief Sidharta, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni,
Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran Departemen Pendidikan dan
Press, jakarta.
Mantayborbir, S., Iman Jauhari dan Agus Hari Widodo, 2002, Hukum Piutang dan Fuady, Munir, 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung. __________, 1999, Hukum Kontrak, Citra Aditya Bakti, Bandung.
__________, 2000, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis),
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Harahap, M. Yahya, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung. __________, 1991, Arbitras
__________, 1997, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Kansil, C.S.T., 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Bandung.
Manan, Bagir, 1999, Penelitian di Bidang Hukum, Jurnal Hukum Puslitbangkum, Kebudayaan, Bandung.
Mantayborbir, S., 2004, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, Pustaka Bangsa
Lelang Negara di Indonesia. Pustaka Bangsa,
(3)
Margono, Suyud, 2000, ADR tion) dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.
m Syamsuddin, 1985, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta
ertok Liberty,
sada,
a, Citra Aditya Bakti,
_____ Sumur
ni, Bandung.
Alumni,
(Alternatif Dispute Resolu
Meliala, A. Qiro
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta.
usumo, Sudikno, 1999, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), M
Yogyakarta.
Miru, Ahmadi, 2007, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Per Jakarta.
Moleong, Lexy, J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muhammad, Abdul Kadir, 1992, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung. _________, 1993, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesi
Bandung.
Nugroho, Riant, D., dan Ricky Siahaan, 2005, BUMN Indonesia, Isu, Kebijakan dan
Strategi, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Prodjodikoro, Wirjono, 1989, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bale Bandung, Bandung. ___, 1991, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,
_
Bandung, Bandung.
Salim, H.S, 2003, Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta.
Santoso, Djohari dan Achmad Ali, 1989, Hukum Perjanjian Indonesia, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Satrio, J., 1993, Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), Alum
_________, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Setiawan, 1992, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Bandung.
iburian, Paustinus, 2004, Arbitrase Online, Djambatan, Jakarta. S
(4)
Sidabalok, Janus, 2000, Pengantar Hukum Ekonomi, Bina Media, Medan. oekanto, Soerjono, 1979, Mengenal Antropologi Hukum, Alumni, Bandung. ______ itian Hukum, UI-Press, Jakarta.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
arta.
ubekti, 1979, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Bandung. Subekt um Perjanjian, Intermasa, Jakarta.
Sudary
Bakti, Bandung.
Suman Populer, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
Sunggo n Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Suparm 04, Pilihan Forum Arbitrase, Tata Nusa, Jakarta.
utarno, 2003, Aspek - Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Jakarta. Syahm ukum Kontrak Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
________, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
S
___, 1986, Pengantar Penel
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat,
Soemartono, Gatot, 2006, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jak
Subagyo, Joko P., 1997, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
S
i, R., 1992, Huk
_________, 1995, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung.
atmo, 1996, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya
tri, Jujun S. Suria, 1988, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
no, Bambang, 1997, Metodologi Penelitia
an, Eman, 20
Suroso, R., 1993, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. S
in, A. K., H
Toar, Agnes, M., et. al., 1995, Arbitrase di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Usman, Rachmadi, 2002, Hukum Arbitrase Nasional, Grasindo, Jakarta.
(5)
t, E., 1989, Pengantar Dalam Hukum Indones
Utrech ia, Ikhtisar, Jakarta.
Djambatan, Jakarta.
Waluyo elitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta. rbitrase, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
. Peraturan Perundang-Undangan
itab Undang-Undang Hukum Perdata.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
__________, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan. _________, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
_________, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
e dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
_________, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
_________, Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan.
C. Web
kses pada tanggal 6 Pebruari 2007.
eta, Kajian Terhadap Praktik Peradilan Perdata dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999,
Waluyadi, 2001, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif,
, Bambang, 2002, Pen
Widjaya, Gunawan dan Ahmad Yani, 2000, Hukum A
B
K
_ _
Konsumen.
__________, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitras
_
Negara. _
site / Situs
Corporate profile, http://nembers.bumn-ri.com/angkasapura2/corporate_profile.
html, dia
Budhy Budiman, Mencari Model Ideal Penyelesaian Sengk
(6)
http://anggara.wordpress.com/2006/08/24/tentang-perjanjian-sewa-menyewa, diakses pada tanggal 20 Juni 2007.
htttp://www.indonusa.ac.id/home/index.php?option=com_content&Task=view&id=8 3I&Itemid=56, diakses pada tanggal 20 Juni 2007.
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Arbitrase_Nasional_Indonesia, diakses pada tanggal 1 Juli 2007.
http://www.bkpm.go.id/en/file/Pen-Perhubungan2.doc, diakses pada tanggal 6 Agustus 2007.