Pengaruh Dukungan Sahabat terhadap Tingkat Depresi Perempuan yang Menderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

10

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Depresi
2.1.1. Pengertian Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang ditandai oleh
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability/
RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku
dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2006).
Depresi adalah gangguan suasana hati yang bervariasi dalam berat ringan
pengaruhnya terhadap bermacam-macam orang dan berapa lama hal itu bertahan,
yang seringkali kambuh kembali dan dihubungkan dengan sejumlah besar gejala
mental dan fisik yang berbeda (Wilkinson, 1995) .
Menurut DSM IV-TR (Statistical Manual of Mental Disorder) tanda bahwa
seseorang itu sedang mengalami gangguan depresi terdiri dari beberapa simtom yang
telah ada selama 2 minggu berturut-turut dan menunjukkan dari keadaan sebelumnya.
Beberapa simtom itu adalah :
1. Mood depresi yang hampir setiap hari terjadi (merasa sedih)

2. Menurunnya ketertarikan atau kesenangan pada semua hal
3. Kehilangan atau penambahan berat badan
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

10

11

5. Peningkatan atau penurunan gerak hampir setiap hari
6. Kelelahan atau kehilangan energy hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan
8. Berkurangnya kemampuan berpikir atau konsentrasi
9. Muncul secara berulang pikiran akan kematian
2.1.2. Faktor Penyebab Depresi
Gangguan depresi pada umumnya dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu.
Kenyataannya peristiwa hidup tersebut tidak selalu diikuti oleh depresi, hal ini
mungkin disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang ikut berperan mengubah
atau mempengaruhi hubungan tersebut. Jarang terjadi bahwa depresi disebabkan oleh
satu faktor saja, tetapi lebih sering disebabkan oleh berbagai faktor yang berinteraksi
dalam berbagai kombinasi sehingga menciptakan suatu kondisi tertentu yang

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat depresi (Lubis, 2009).
Penyebab depresi bersifat komplek atau multi faktor. Depresi bukan hanya
disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia didalam otak yang cukup
disembuhkan dengan minum obat obatan. Para ahli berpendapat bahwa depresi
disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial. Dengan kata lain,
gaya hidup yang di pilih, persaudaraan atau persahabatan yang di bangun, serta
kemampuan atau ketrampilan mengatasi masalah (coping skills) yang di punyai,
merupakan faktor yang berperan dalam menyebabkan terjadinya depresi. Faktor
faktor tersebut diperkirakan mempunyai peran yang sama besar atau bahkan lebih
besar dibandingkan dengan faktor keturunan sebagai penyebab depresi (Jiwo, 2012)

12

Menurut Lubis (2012) faktor-faktor penyebab timbulnya depresi yaitu :
1. Stres berat
2. Penyakit fisik kronis
3. Kematian anggota keluarga
4. Kematian orang yang dicintai
5. Perceraian atau kehilangan pekerjaan
Menurut Beck ada beberapa kondisi yang dapat menimbulkan depresi, berupa:

1. Stres yang Spesifik
Yaitu kondisi atau peristiwa yang memiliki persamaan dengan pengalaman
traumatik individu pada masa lalu. Pengalaman traumatik dimasa lalu
bertanggung jawab terhadap semakin kuatnya sikap-sikap negatif yang ada.
Beberapa situasi stres yang dapat menimbulkan keadaan depresi, yaitu
a. Situasi yang dapat menurunkan harga diri seseorang, seperti gagal ujian, putus
cinta, dipecat dari pekerjaan.
b. Situasi yang dapat menghambat tujuan penting atau menghadapi dilema yang
tidak dapat dipecahkan, seperti seseorang merasa depresi karena harus
mengikuti wajib militer yang menghambat cita-citanya masuk sekolah
kedokteran
c. Penyakit atau gangguan fisik atau abnormalitas yang membuat atau
membangkitkan ide-ide mengenai kemunduran fisik atau kematian. Misalnya
wanita yang ketika memeriksakan kesehatannya didiagnosa menderita

13

penyakit kanker, menyebabkannya menjadi depresi, ia merasa tidak berharga
lagi dan menjadi beban setiap orang.
d. Rangkaian situasi stres yang sering datang

2.

Stres Non Spesifik
Setiap individu dapat mengembangkan bentuk-bentuk gangguan psikologis
tertentu bila dihadapkan pada situasi stres. Kadang-kadang ditimbulkan oleh
serangkaian kejadian tetapi bukan kejadian yang traumatik. Situasi stres
nonspesifik tidak hanya menimbulkan depresi saja, tetapi dapat menimbulkan
reaksi patologis lainnya.

3.

Faktor-faktor Lain yang Memberi Arah
Merupakan faktor diluar faktor di atas, namun mampu mengembangkan depresi.
Faktor-faktor

tersebut

tidak

didefinisikan


secara

khusus,

tetapi

Beck

menyebutkan salah satunya adalah ketegangan psikologis. Pada beberapa pasien
yang mengalami ketegangan psikologis yang berlebihan serta berkepanjangan
akan menderita depresi.
Selain faktor yang dsebutkan diatas, Hawari (dalam lubis 2009) mengatakan
bahwa depresi disebabkan oleh berbagai faktor yang dibedakan menjadi faktor intern
dan ekstern. Yang termasuk dalam faktor intern misalnya :
1.

Faktor Usia
Golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena
depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta

tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke

14

masa remaja, remaja kedewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta
masa pubertas hingga ke pernikahan. Hasil survei melarorkan adanya prevalensi
yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia muda yaitu 18-44
tahun (Wilkinson dalam lubis, 2009)
2.

Jenis Kelamin
Perempuan pada umumnya memiliki risiko yang lebih tinggi terkena depresi
dibanding laki-laki. Perbedaan tersebut lebih ditentukan oleh faktor biologis dan
lingkungan, yaitu adanya perubahan peran sosial yang lebih cepat sehingga
menimbulkan berbagai konflik, adanya kondisi yang lebih stressor bagi
perempuan, serta adanya perbedaan fisiologis dan hormonal dibandingkan
dengan laki-laki.

3.


Kepribadian
Indivdu yang lebih rentan terhadap depresi, mempunyai konsep diri serta pola
pikir yang negatif, psimis, dan tipe kepribadian yang introvert
Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi kondisi depresi adalah

1.

Faktor Keluarga
Adanya kedekatan, interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga, dukungan
emosinal dari pasangan, serta suasana dalam rumah tangga.

2.

Faktor Lingkungan
Hubungan dan peran sosial dalam lingkungan, dukungan sosial, status sosial
ekonomi, serta latar belakang pendidikan

15

3.


Faktor Tekanan Hidup
Faktor tekanan hidup, yaitu berbagai peristiwa hidup yang menyebabkan ster
atau trauma bagi individu.
Selain itu, Beck berpendapat bahwa adanya gangguan depresi adalah akibat

dari cara berpikir seseorang terhadap dirinya. Pasien depresi cendrung menyalahkan
diri sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan kognitif terhadap diri, dunia,
dan masa depannya, sehingga dalam mengevaluasi diri dan menginterpretasi hal-hal
yang terjadi cenderung mengambil kesimpulan yang tidak adekuat dan berpandangan
negatif.
2.1.3. Gejala-gejala Depresi
Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara
spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Gejala-gejala tersebut adalah :
1. Gejala Fisik
a. Gangguan pola tidur, misalnya sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit
tidur
b.

Menurunnya tingkat aktivitas, orang yang depresi menunjukkan perilaku

yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti
menonton TV, makan, dan tidur

c.

Menurunnya efisiensi kerja. Orang dengan depresi akan sulit memfokuskan
perhatian atau pekerjaan, sehingga mereka akan sulit memfokuskan energi
pada hal-hal prioritas.

d.

Menurunnya produktivitas kerja

16

e.
2.

Mudah merasa letih dan sakit


Gejala Psikis
a. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi
cendrung memandang segala sesuatu dari sisi negative, termasuk menilai diri
sendiri
b. Sensitif
c. Merasa tidak berguna. Perasaan tidak berguna muncul karena orang yang
depresi merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan
yang seharusnya mereka kuasai.
d. Perasaan bersalah. Orang yang mengalami depresi memandang suatu
kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman.
e. Perasaan terbebani. Orang yang depresi merasa terlalu dibebani tanggung
jawab yang berat

3.

Gejala Sosial
Perilaku orang yang depresi akan mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan,
seperti mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih dan mudah
sakit.


2.1.4.

Jenis-jenis Depresi Berdasarkan Tingkat Penyakit
Menurut klasifikasi organisasi kesehatan Dunia, berdasarkan tingkat

penyakitnya, depresi dibagi menjadi :

17

1. Mild Depression/Minor Depression dan Dysthymic Disorder
Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang
setelah kejadian stressful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga
tidak bersemangat. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi
depresi.
Minor depression ditandai dengan adanya dua gejala pada Depressive episode
(DSM-IV-TR untuk major depressive episode) namun tidak lebih dari lima gejala
depresi muncul selama dua minggu berturut-turut, dan gejala itu bukan karena
pengaruh obat-obatan ataupun penyakit.
2. Moderate Depression
Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus dan individu
mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu
3. Severe Depression/Major Depression
Depresi berat adalah penyakit yang tingkat depresinya parah. Individu akan
mengalami gangguan dalam kemampuan untuk bekerja, tidur, makan, dan penting
untuk mendapatkan bantuan medis secepat mungkin.
Major depression ditandai dengan adanya lima atau lebih simtom yang
ditunjukkan dalam major depressive episode dan berlangsung selama 2 minggu
berturut-turut.

18

2.1.5. Depresi pada Pasien Kanker Payudara
Menurut Olfah, dkk

(2013) kanker payudara adalah tumor ganas pada

payudara, atau massa tunggal yang sering terdapat pada kuadran atas bagian luar,
benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakan.
Menurut Sastrodarmo (2013) kanker payudara terjadi karena adanya
pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh
(termasuk payudara) terdiri dari jaringan-jaringan, berisi sel. Umumnya, pertumbuhan
sel normal mengalami pemisahan, dan mati ketika sel menua dan digantikan dengan
sel-sel baru. Tapi ketika sel-sel lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh meski
belum diperlukan. Sel yang berlebihan tersebut berkembang tidak terkendali sehingga
membentuk tumor.
Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti
kanker, umumnya pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah dan harga diri
yang rendah merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan
seseorang (Radley dalam Lubis, 2009). Jika perasan-perasaan rendah tersebut
dirasakan pasien dalam waktu yang cukup lama akan mampu mengakibatkan depresi.
Oleh sebab itu, pasien kanker biasanya mengalami sakit dua kali lipat dari
kebanyakan penyakit lain. Selain menderita penyakit kanker itu sendiri, mereka juga
menderita depresi (Keitel dan Kopla dalam Lubis, 2009). Mereka tidak menerima
keadaan dirinya sebagai orang yang sakit, sehingga pasien kanker akan terus menerus
merasa bahwa ia adalah orang yang paling tidak beruntung. Demikian juga dengan

19

keadaan harga diri. Para pasien akan merasa tidak ada yang membutuhkannya dan
dirinya tidak ada harganya.
Hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi para penderita kanker
payudara dan orang disekitarnya adalah adanya gangguan psikologis penderita yang
bisa saja akan mengalami penurunan secara drastis. Akibatnya, penderita akan
mengalami depresi (Pamugkas, 2011).
Keadaan ini tentu membuat dokter yang menangani pasien kanker tidak hanya
memfokuskan pada perawatan medis saja namun juga harus memberikan intervensi
secara psikologi dan sosial (pendekatan holistik) untuk mengurangi depresi yang
dialami pasien yang akhirnya pendekatan holistik ini akan lebih mempercepat
penyembuhan kanker bagi para pasien kanker tahap awal dan untuk para pasien
kanker tahap lanjut dapat memperpanjang harapan hidup.
Kanker dan depresi merupakan jenis penyakit yang sama sekali berlainan
tetapi sama-sama berbahaya. Depresi merupakan salah satu masalah utama kesehatan
mental saat ini yang mendapat perhatian serius. Di negara-negara berkembang, WHO
memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti, depresi akan menjadi salah satu
penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua
terbesar kematian dan ketidakmampuan setelah serangan jantung (Pujiastuti, 2001).
Deskripsi diatas menginformasikan bahwa penyakit kanker adalah penyakit
fisik, sedangkan depresi adalah penyakit mental tetapi keduanya mampu muncul pada
waktu yang bersamaan. Depresi dapat muncul sebagai gangguan utama ataupun
menyertai berbagai jenis gangguan medis (Beck, 1985). Gangguan ini tidak hanya

20

dapat tertumpu pada aspek sosial, tetapi juga pada fisik, kognisi dan motivasional.
Depresi dapat memperlambat proses penyembuhan bahkan mampu mengakibatkan
penyakit kanker bertambah parah (Rees, 2004). Untuk itu, para pasien kanker pada
dasarnya memerlukan perawatan yang bersifat terapi psikologi dan intervensi sosial
untuk mengurangi beban mental atau depresi yang dialami.
2.1.6. Alat Ukur Derajat Depresi
Skala BDI (Beck Depression Inventory) merupakan skala pengukuran interval
yang mengevaluasi 21 gejala depresi, masing-masing menggambarkan manifestasi
yang spesifik dari 4 pernyataan yang menggambarkan tingkat intensitas gejala.
Gejala-gejala depresi dikelompokkan dalam empat manifestasi, yaitu :
1. Manifestasi Emosional
Manifestasi emosional dari depresi yaitu adanya gejala-gejala seperti keadaan
sedih, menangis, mudah tersinggung, adanya perasaan psimis, tidak puas, dan
perasaan bersalah
2. Manifestasi Kognitif
Menggambarkan adanya gejala-gejala seperti perasaan gagal, kebencian pada diri
sendiri, adanya penyimpangan citra tubuh
3. Manifestasi Motivasional
Menggambarkan adanya keinginan untuk bunuh diri, menarik diri dari lingkungan
sosial, tidak mampu untuk mengambil keputusan, dan kemunduran dalam
pekerjaan.

21

4. Manifestasi Vegetatif dan Fisik
Menggambarkan adanya gangguan tidur, merasa lelah, kehilangan selera makan,
penurunan berat badan, gejala psikosomatis dan kehilangan libido.

2.2. Dukungan Sosial
2.2.1. Pengertian Dukungan Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat hidup sendirian tanpa
bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik
ringan maupun berat. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan
sosial dari orang orang disekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan
dan dicintai.
Berikut pendapat para ahli tentang dukungan sosial :
a.

Sarason dkk (1987) yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah keberadaan,
kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan
menyayangi kita

b.

Gottlieb (1987) yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah informasi verbal
atau non verbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku diberikan oleh orangorang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntangan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimaya.

c.

Thoits & Peggy (1986) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan fungsi
dari berbagai ungkapan perilaku suportif kepada seseorang individu yang

22

diberikan oleh orang yang dianggap bermakna bagi individu yang menerimanya
(significant others)
Dari ketiga pendapat dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan
bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu yang
membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Orang yang
menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diberikan orang
lain.
Di sisi lain, pendekatan dukungan sosial sangat diperlukan dalam upaya untuk
melawan kanker meningkatkan harga diri dan mengurangi depresi bagi pasien. Buktibukti dari hasil penelitian menyatakan bahwa dukungan sosial dapat menjadi penentu
bagi perkembangan kesehatan (Patterson, dkk 1993). Bagi pasien kanker, dukungan
social dapat merupakan dorongan untuk melawan kanker (figting spirit) dan lebih
membantu pasien untuk bertahan (Prokop,dkk 1991). Analisis korelasional
menyatakan bahwa semakin besar dukungan sosial yang diperoleh maka semakin
rendah ketegangan psikologi yang dirasakan (Sarafino, 1990). Selain itu, pasien yang
memperoleh dukungan sosial yang tinggi ternyata menunjukan penyesuaian yang
lebih baik (Taylor, dkk 1986).
Pasien kanker sangat membutuhkan seseorang yang mau mengerti dan
memahami emosinya, ketakutan-ketakutannya, kecemasan-kecemasan serta bertukar
informasi tentang perawatan medis yang akan, sedang ataupun telah dijalaninya.
Keperluan tersebut dapat dipenuhi dari aspek dukungan yang diberikan oleh
komunitas sosial. Dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, masyarakat,

23

kalangan profesional atau sukarelawan yang berfungsi sebagai pendamping bagi
pasien kanker. Para sukarelawan tersebut berasal dari bermacam profesional ataupun
sukarelawan yang berfungsi sebagai pendamping bagi pasien kanker. Para
sukarelawan tersebut berasal dari bermacam profesi dan latar belakang, baik pasien
kanker itu sendiri, orang yang pernah menderita kanker, keluarga dari pasien kanker ,
petugas medis

atau sukarelawan lain yang non pasien. Selain itu mereka juga

mendapatkan pelatihan untuk menjalankan tugasnya sebagai sukarelawan kanker
yang memiliki keterampilan untuk menciptakan suasana kondusif agar paien merasa
diterima dan dimengerti sehingga pasien merasa terpenuhi keperluan psikologinya
dan mempercepat proses kesembuhannya.
Dari penjelasan di atas kita simpulkan bahwa pasien kanker sangat
membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan sosial mereka. Apabila pasien kanker
mendapatkan dukungan sosial yang mereka butuhkan maka akan meningkatkan harga
diri pasien kanker serta mengatasi depresi.
2.2.2. Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
Dukungan sosial dapat dibedakan menjadi dukungan sosial yang aktual dan
dipersepsikan (Heller dkk, 1986). Dukungan sosial yang aktual adalah dukungan
sosial yang didapat melalui perlakukan objektif dari orang lain, misalnya pemberian
sumbangan bagi korban bencana alam. Sedangkan dukungan sosial dipersepsikan
penekanannya lebih kepada perasaan penerima terhadap bantuan yang diperolehnya.
Bagaimana seseorang mendapatkan dukungan sosial lebih merupakan
pengalaman pribadi yang melibatkan penghayatan akan hubungan sosialnya. Oleh

24

karena itu yang lebih penting artinya adalah mencoba menggali lebih jauh bagaiman
persepsi penerima dukungan sosial, karena segi ini lebih memperhatikan penghayatan
individu akan pengalaman-pengalamannya dengan orang lain.
Selain itu Sarason dkk (1983) mengemukakan bahwa dukungan sosial itu
selalu mencakup 2 hal penting, yaitu:
a.

Persepsi bahwa ada sejumlah yang dapat diandalkan oleh individu saat ia
membutuhkan bantuan.

b.

Derajat kepuasan akan dukungan yang diterima, yang berkaitan dengan persepsi
individu bahwa kebutuhannya terpenuhi.
Cohen & Wills (1985) juga mengemukakan hal yang kurang lebih serupa

yang diajukan oleh Sarason dkk (1983). Menurut Cohen & Wills, yang terpenting
bagi individu adalah persepsi akan keberadaan (avaliblity) dan ketepatan (adequency)
dukungan. Jadi bukan sekedar seseorang yang memberikan bantuan, tetapi pada
persepsi penerimaan dukungan, apakah bantuan yang diberikan tepat. Hal ini penting
dijelaskan karena ternyata dukungan sosial yang aktual tidak selalu dipandang positif
bagi penerimanya.
Heller et al (1986), mengatakan bahwa dukungan sosial dapat dikatakan
mencakup dukungan sosial jika dipersepsikan oleh penerimanya sebagai sesuatu yang
dapat meningkatkan harga diri (esteem enchancing) atau mencakup adanya bantuan
interpersonal yang berkaitan dengan stres yang sedang dihadapi.
Mengacu pada defenisi tersebut, maka perceived support atau dukungan yang
dipersepsikan adalah penilaian individu dalam kehidupannya, bahwa dirinya

25

diperhatikan dan dihargai serta mendapatkan bantuan dari orang-orang berarti.
Penilaian ini mencakup juga adanya kepuasan individu akan hubungannya dengan
orang sekitarnya tanpa harus mengalami langsung prrilaku yang memang secara jelas
menampilakan hal-hal tersebut (Procidano & Heller, dalam Heller et al, 1986).
Dukungan sosial yang dipersepsikan (percevied social support) adalah
persepsi individu bahwa dirinya dikasihani, diperhatikan, dihargai, serta memiliki
jaringan komunikasi yang dapat diandalkan.
Dalam rangka meningkatkan harga diri dan mengatasi depresi, sangat penting
bagi pasien kanker untuk mereka merasa bahwa mereka dihargai, diperhatikan serta
mendapatkan bantuan dari orang-orang yang berarti.
2.2.3. Sumber-sumber Dukungan Sosial
Dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya.
Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi
individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting
untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut,
seseorang akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial sesuai
dengan situasi dan keinginanya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki
makna yang berarti bagi kedua belah pihak. Mungkin di satu pihak, bagi mereka yang
telah menikah, significant others baginya adalah pendamping hidupnya, karena
pendamping hidup dapat dipandang sebagai seorang yang paling dapat memberikan
dukungan disebabkan kedekatan emosional. Namun di pihak lain mungkin berbeda,

26

pasangan hidup tidak dapat saling membantu, bahkan sebaliknya dapat menimbulkan
konflik bagi penerima dukungan (Coyne & De longis, 1986).
Menurut Rook & Dooley (dalam Kuntjoro, 2002) ada dua sumber dukungan
sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial yang natural
diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak,
istri, suami, dan saudara), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat nonformal. Sementara itu yang dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah
dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya
dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.
Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber
dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut
terletak dalam hal sebagai berikut:
a.

Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya tanpa dibuatbuat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b.

Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan norma yang
berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c.

Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar
lama.

d.

Sumber

dukungan

sosial

yang

natural

memiliki

keberagaman

dalam

penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang-barang nyata hingga
sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.

27

e.

Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis.
Menurut Wangmuba (2009), sumber dukungan sosial yang natural terbebas

dari beban dan label psikologis terbagi atas :
1.

Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga
Orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber dukungan dan
senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungan ketika individu
membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial, mempunyai fungsi-fungsi
yang

dapat

menjadi

sumber

dukungan

utama

bagi

individu,

seperti

membangkitkan perasaan memiliki antara sesama anggota keluarga, memastikan
persahabatan yang berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi anggotaanggotanya
2.

Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat dan teman
Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle dan Furnham, (1992) menemukan tiga
proses utama dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan
dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu material atau
instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu
mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat
berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang.
Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi
dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat
meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang
tulus dari sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi

28

bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya
seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian
dan menghasilkan perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.
Menurut Monga, et al (2004) teman dekat merupakan sumber dukungan sosial
karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu
permasalahan
2.2.4. Komponen-komponen dalam Dukungan Sosial
Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1990) mengungkapkan bahwa komponenkomponen dukungan sosial merefleksikan apa yang kita terima dari hubungan kita
dengan orang lain. Adapun komponen-komponen dukungan sosial ini adalah sebagai
berikut:
a.

Kelekatan Emosional (Emontional Attachment)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh
kelekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang
menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tenteram,
aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber
dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan diperoleh dari pasangan
hidup, atau anggota keluarga/teman dekat/ saudara yang akrab dan memiliki
hubungan yang harmonis.

b.

Integrasi Sosial (Social Integration)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan bagi pasien kanker untuk
memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk

29

berbagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara
bersama-sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan pasien kanker
mendapatkan rasa aman, nyaman serta memiliki dan dimiliki dalam kelompok.
Adanya kepedulian oleh masyarakat untuk mengorganisasi pasien kanker dan
melakukan kegiatan bersama tanpa ada pamrih akan banyak memberikan
dukungan sosial. Mereka merasa bahagia, ceria dan dapat mencurahkan segala
ganjalan yang ada pada dirinya untuk bercerita, atau mendengarkan ceramah
ringan yang sesuai dengan kebutuhan para pasien kanker.
c.

Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth)
Pada dukungan sosial jenis ini pasien kanker mendapat pengakuan atas
kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau
lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga atau
lembaga/instansi atau perusahaan/organisasi di mana sang pasien kanker pernah
bekerja. Karena jasa, kemampuan, dan keahliannya maka ia tetap mendapat
perhatian dan santunan dalam berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun
mungkin dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga, bila
seseorang menerimanya dengan rasa syukur. Bentuk lain dukungan sosial berupa
pengakuan adalah mengundang para pasien kanker pada setiap event/hari besar
untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut bersama-sama dengan para
pegawai.

30

d.

Ketergantungan yang Dapat Diandalkan (Reliable Reliance)
Dalam dukungan sosial jenis ini, pasien kanker mendapat dukungan sosial berupa
jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika para pasien
kanker membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial jenis ini pada
umumnya berasal dari keluarga.

e.

Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja atau pun
hubungan sosial yang memungkinkan para pasien kanker mendapatkan
informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini
bersumber dari guru, alim ulama, tokoh dalam masyarakat, figur yang dituakan,
dan juga orang tua.

f.

Kesempatan untuk Mengasuh (Opportunity for Nurturance)
Salah satu aspek penting dalam hubungan interpersonal adalah perasaan akan
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan para pasien
kanker untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk
memperoleh kesejahteraan. Menurut Weiss (dalam Cutrona dkk, 1994), sumber
dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak) dan pasangan hidup. Itulah
sebabnya sangat banyak pasien kanker yang merasa sedih dan kurang bahagia
jika banyak pasien kanker yang merasa sedih dan kurang bahagia jika berada
jauh dari anak-anak atau pun dari orang-orang terdekatnya.

31

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat
berupa penerimaan rasa aman dalam berhubungan dengan orang lain, adanya
jaringang sosial tempat individu berbagi, pengakuan atas kemampuannya dan adanya
jaminan untuk memperoleh bantuan dari orang lain. Hal ini sangat dibutuhkan oleh
pasein kanker dimana pasien kanker memerlukan rasa aman untuk berhubungan
dengan orang lain, adanya kelompok untuk saling berbagi bagi pasien kanker dan
adanya pengakuan baik dari masyarakat dan pemerintah kepada pasien kanker.
2.2.5. Teori Dukungan Sosial
Teori dukungan Sosial yang digunakan dalam tulisan ini ada dua model, yaitu
dukungan sosial yang mempengaruhi kesehatan dan bentuk-bentuk dukungan sosial
2.2.5.1. Model Dukungan Sosial dalam Memengaruhi Kesehatan
Sarafino (1998) serta Taylor (999) mengemukakan dua model untuk
menjelaskan bagaimana dukungan sosial dapat mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan individu, yaitu :
1.

Model Efek Langsung (The Main Effect Model)
Model efek langsung (main effect model) adalah model yang melibatkan jaringan
sosial yang besar dan memiliki kesan positif pada kesehatan. Model ini juga
dideskripsikan sebagai struktur dari dukungan sosial yang meliputi faktor status
perkawinan, keanggotaan

dalam suatu

kelompok,

peranan

sosial

dan

keikutsertaan dalam kegiatan agama (Ganster & victor, 1998 dalam Sheridan &
Radmacher, 1992). Model ini memandang dukungan sosial mempengaruhi
kesehatan dan stres hanya satu dari bagian faktor yang memberikan pengaruh

32

kuat bagi kesehatan. Selain itu dukungan sosial memiliki kesan positif bagi
peningkatan kesehatan seseorang walaupun tidak disertai dengan keadaan stres.
Berikut ini dapat kita lihat bagaimana lingkungan sosial dapat mempengaruhi
kesehatan melalui gambar 2.1
Peniruan
(Modeling)

Lingkungan Sosial
(Social Environment)

Penguatan
Perilaku Sehat
(Reinforcement of
healthy Behaviour)

Kesehatan
(Health)

Dorongan
(Encourragement)
Pengaruh Teman
Sebaya
(Peer Influence)
Gambar 2.1. Bagan Lingkungan Sosial yang Memengaruhi Kesehatan
Lingkungan sosial mempengaruhi kesehatan melalui berbagai proses termasuk
peniruan (modeling), penguatan (reinforcement), dorongan (encouragement) dan
pengaruh teman sebaya (peer influence)
2.

Model Buffering (Buffering Model)
Stres model buffering (buffering model) menyatakan bahwa stres membawa pada
penurunan kesehatan dan dukungan sosial sebagai pelindung dari stres.
Dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan melindungi individu terhadap
efek negatif dari stres yang berat (Cohen, 1981 dalam Hollander, 1981). Dalam
pandangan ini dinyatakan bahwa stres dapat mengakibatkan kesehatan individu

33

memburuk, namun dengan adanya hubungan sosial yang dijalin individu dengan
orang disekitarnya, maka dampak stres itu akan dikurangi. Dalam model ini,
dukungan sosial itu tidak akan berfungsi apabila tidak disertai oleh adanya situasi
atau peristiwa yang dapat menimbulkan stres.
Berikut ini dapat kita lihat komponen esensial bagi stres yang dapat
menimbulkan penyakit melalui gambar 2.2 di bawah ini

Tinggi tingkat stres
(high stres)

Tinggi dukungan
sosial (high social
support)

Sakit
(liness)

Rendah dukungan
sosial (low social
support)
Gambar 2.2. Bagan Komponen Esensial Bagi Stres yang Menimbulkan Penyakit
Komponen esensial bagi stres yang dapat menimbulkan sakit adalah stres yang
tinggi dan rendahnya dukungan sosial. Bila terjadi stres yang tinggi dan adanya
dukungan sosial tinggi maka akibat dari stres dapat ditahan
2.2.6. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial
Sheridan & Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi
dukungan sosial ke dalam lima bentuk, yaitu :
a.

Dukungan Instrumental ( Tangible Assisstance)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan lansung, seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena dapat langsung

34

memecahkan

masalahnya

yang

berhubugan

dengan

materi.

Dukungan

instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah yang
dianggap dapat diatasi.
b.

Dukungan Informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran dan umpan balik
tentang situasi dan keadaan individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong
individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah

c.

Dukungan Emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,
diperlukan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat
menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam
menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat diatasi

d.

Dukungan Pada Harga Diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan tinggi pada individu, pemberian
semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan
individu lain. Bentuk dukungan seperti ini membantu individu dalam
membangun harga diri dan kompetensi

e.

Dukungan dari Kelompok Sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengannya.
Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

35

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki
dua model yaitu model dukungan sosial dalam mempengaruhi kesehatan dan bentukbentuk dukungan sosial. Dimana model dukungan sosial dalam mempengaruhi
kesehatan terdiri dari dua model yaitu model efek langsung (main effect model) dan
model buffering (buffering model). Dan ada lima bentuk dukungan sosial yang
diterima pasien penderita kanker.

2.3. Sahabat
2.3.1. Pengertian Sahabat
Menurut (Ahmadi Abu, 2009), persahabatan merupakan konsep sosial yang
murni. Persahabatan menuntut pemeliharaan dalam semua interaksinya. Interaksi
yang mengabaikan pemeliharaan biasanya akan mengganggu kelangsungan
persahabatan. Seperti telah disebut di muka, umumnya persahabatan timbul karena
kecenderungan adanya persamaan. Dua orang yang semula berhubungan sebagai
teman bisa berkembang menjadi persahabatan karena adanya persamaan diantara
keduanya. Persamaan ini dapat berupa persamaan kesenangan atau hobby, berpikir,
keinginan atau cita-cita, nasib dan sebagaianya..
2.3.2. Persahabatan dan Hubungan Ke-teman-an
Studi tentang ketertarikan antar pribadi menunjukan besarnya pengaruh dari
luar untuk menjadi teman, tetapi tidak memberikan penjelasan yang cermat tentang
persahabatan. Seorang ahli Psikologi Sosial Suzanne Kurth membedakannya sebagai
berikut.

36

Persahabatan adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang
melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan.
Hubungan ke-teman-an adalah merupakan hasil dari suatu hubungan formal
dan suatu tingkat permulaan di dalam perkembangan suatu persahabatan. Hubungan
ketemanan dibutuhkan di dalam masyarakat kita. Hubungan ketemanan

dapat

berkembang ke persahabatan di dalam kenyataannya, berteman dengan seseorang
biasanya merupakan tingkat permulaan dan dikukuhkan suatu persahabatan. Banyak
waktu yang dihabiskan dalam berhubungan persahabatan ini.
Persahabatan dan hubungan ke-teman-an memiliki beberapa ciri umum,
walaupun setiap ciri umum memperlihatkan perbedaan kualitatif yang penting.
Misalnya :
a.

Keduanya, persahabatan dan hubungan ketemanan memerlukan beberapa ukuran
di mana interaksi di sini bersifat “suka rela”, tetapi hal ini lebih penting dari pada
di dalam hubungan ketemanan. Persahabatan adalah sukarela. Padahal hubungan
ketemanan juga diartikan, sepanjang kita bekerja sama, kita menjadi teman.
Dengan kata lain keinginan kita untuk berteman dengan orang lain kadangkadang tidak selalu hadirnya situasi sosial yang tidak bersifat sukarela. Ketiadaan
teman, dalam situasi hal ini, seringkali merupakan suatu pertahanan untuk
melawan konflik.

b.

Hubungan ketemanan tidak memiliki cita rasa keunikan dan individualisasi yang
merupakan ciri persahabatan. Kita biasanya berteman dengan tetangga kita, tetapi
kadang-kadang tidak semuanya menjadi sahabat kita. Tetapi jika sekiranya salah

37

seorang tetangga yang juga kebetulan juga teman dekat kita pindah, maka
penggantinya yang menghuni rumah itu belum tentu menjadi sahabat kita. Hal ini
disebabkan keunikan suatu persahabatan. Juga apa yang terjadi di dalam
organisasi sosial, semuanya terlibat dalam hubungan ketemanan, dan hanya
sedikit yang menjadi teman dekat.
c.

Persahabatan dan hubungan ketemanan berbeda dalam hal keakraban atau
keintiman di antara anggotanya. Hubungan ketemanan menjadi akrab, hubungan
ini berubah bentuk menjadi persahabatan. Hubungan persahabatan melibatkan
suatu tingkat keintiman sedangkan hubungan ketemanan tidak.

d.

Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Persahabatan, sepertinya halnya
hubungan pertemanan, lahir, sementara hidup, dan mungkin mati. Hubungan
ketemanan merupakan pendahuluan atau titik permulaan dari pada persahabatan.
Dengan berbagai alasan, apabila mereka suka satu sama lain, mereka kemudian
akan memutuskan untuk membentuk persahabatan.

2.3.3. Ciri-ciri Persahabatan
Ada beberapa elemen pokok yang terdapat dalam persahabatan yaitu:
a.

Mereka menghargai satu sama yang lain lebih pada orang itu sendiri daripada
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pada persahabatan itu. Meskipun
memang dari persahabatan ini diperoleh berbagai keuntungan yang bersifat
sekunder, namun sebenarnya timbulnya persahabatan ini dulu bersumber dan
saling menyukai dan saling memelihara hubungan, dan bukan kepada apakah
mereka atau ia menguntungkan atau tidak, atau ia dapat bekerja untuk saya dan

38

sebagainya. Tidak pada tempatnyalah bila seseorang hanya ingin enaknya sendiri
dalam memilih teman, hanya yang menguntungkan saja yang dipilih, sehingga
dalam persahabatan bila salah satu ada unsur eksploitasi, maka bisanya akan
bubarlah persahabatan.
b.

Persahabatan sebagai suatu hubungan antar pribadi lebih menekankan pada
kualitas yang objektif satu sama yang lain. Menyukai seseorang karena
rambutnya, uangnya, mobilnya, atau jabatannya, sebenarnya tidak menyukai
orang itu sendiri, tetapi lebih pada barang-barang itu. Dengan demikian berarti
persahabatan akan berhenti atau terputus bila teman itu kehilangan apa-apa yangt
dimiliki misalnya mobilnya, jabatannya atau uangnya. Menyukai pada hal-hal
yang bersifat lahiriah semacam ini akan mudah berubah, dan lebih baik bila
orang menyukai satu sama lain karena hal-hal yang terdapat pada orang itu
sendiri yang sifatnya stabil.

c.

Saling bertukar barang-barang di antara teman tidak didasarkan pada nilai
ekonomik tetapi pada kesukaan, harapan, keinginan di antara mereka. Jika
seorang sahabat memberikan hadiah bukanlah dinilai pada harga hadiah itu tetapi
pemberian ini ia akan menyukainya. Disamping itu di antara mereka memiliki
kebebasan untuk saling memberikan tanpa adanya harapan untuk memperoleh
imbalannya. Jika seseorang memberikan hadiah bukan karena ia pernah diberi
hadiah dan sekarang membalasnya, tetapi lebih pada suatu anggapan bahwa
dengan pemberian ini ia akan menyukainya.

39

d.

Akhirnya, mereka saling bersahabat karena keunikannya, dan ini sulit digantikan
oleh orang lain karena uniknya. Persahabatan tidak begitu saja diputuskan karena
telah ditemukannya teman lain yang lebih baik. Persahabatan selalu
memperlihatkan adanya keintiman, individualis dan kesetiaan .

2.4. Landasan Teori
Landasan Teori adalah teori Argyle dan Furnham, (1992) menemukan
beberapa proses dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam memberikan
dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu material atau instrumental.
Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan pertolongan
untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat berupa informasi tentang cara
mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang. Proses kedua adalah dukungan
emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi dengan membicarakannya dengan
teman yang simpatik. Harga diri dapat meningkat, depresi dan kecemasan dapat
dihilangkan dengan penerimaan yang tulus dari sahabat karib. Proses yang ketiga
adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam suatu aktivitas waktu luang yang
kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat
menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan persaan sejahtera serta
memperkuat ikatan sosial.

40

2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka dapat diketahui
kerangka konsep penelitian ini adalah :

a.
b.
c.
d.

Dukungan Sahabat:
Emosional
Instrumental
Informasional
Integritas Sosial

Tingkat Depresi Penderita
Kanker Payudara

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian