Pengaruh Dukungan Sahabat terhadap Tingkat Depresi Perempuan yang Menderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel
kanker dapat menyebar (metastasis) kebagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah
dan pembuluh getah bening. Penyebaran sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh
dapat merusak fungsi alat tersebut menjadi terganggu. (Lubis, 2009).
Setiap tahun, 12 juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di
antaranya meninggal dunia karena kanker. Pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta
orang akan menderita kanker dan 17 juta diantaranya akan meninggal dunia karena
kanker (UICC, 2009 dikutip dari Kemenkes 2013).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk. Menurut statistik rumah
sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien di seluruh RS di Indonesia (16,85%), diikuti
kanker leher rahim (11,78%). Kemenkes, 2013).
Penderita kanker payudara di RSUD DR Pirngadi Medan, pada tahun 2011
terdapat 602 orang wanita yang dirawat inap dan 569 orang yang dirawat jalan. Pada
tahun 2012 yang menderita kanker payudara yang dirawat inap sebanyak 602 orang
1
2
wanita dan 784 orang yang di rawat jalan. Pada tahun 2013 yang dirawat inap
sebanyak 513 orang dan yang mendapatkan rawat jalan sebanyak 401 orang wanita.
Kanker payudara sebagai kanker yang paling sering menyerang kaum wanita.
Selain itu kecendrungan peningkatan prevalensinya tidak dapat dihindari. Ditambah
lagi kematian karena kanker payudara masih tinggi, terutama pada negara-negara
sedang berkembang, karena keterlambatan diagnosis (Bustan, 2007).
Hal tersebut dapat kita lihat pada pasien penderita kanker dimana ketika
dokter mendiagnosis bahwa seseorang menderita penyakit berbahaya seperti kanker,
secara umum ada tiga bentuk respon emosional muncul, yaitu penolakan, kecemasan
dan depresi (Taylor, 2009).
Gangguan depresi adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering
terjadi. Prevalensi gangguan depresi pada populasi dunia adalah 3-8 %. World Health
Organization menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan keempat
penyakit di dunia. Gangguan depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki
pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita
gangguan depresi semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di
dunia (Depkes, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2011) di Purwokerto RSMS
melaporkan bahwa dari 66 perempuan penderita kanker payudara yang diteliti 4
orang mengalami depresi ringan, 10 orang depresi sedang dan 52 orang depresi berat.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara stadium
dengan tingkat depresi pada pasien penderita kanker payudara. Pasien yang
3
didiagnosis kanker akan mengalami reaksi penolakan saat pertama mengetahui
diagnosisnya. Keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien untuk dapat menerima dirinya
sebagai orang sakit. Pasien merasakan kesedihan yang terus menerus, murung,
menderita sampai timbul perilaku psimitis. Pasien mengalami depresi menyadari
bahwa dirinya tidak hidup sesuai dengan idenya sehingga menyebabkan perasaan
tidak berdaya dan putus asa.
Penelitian yang dilakukan oleh Amin (2008) RSUP Haji Adam Malik Medan,
RS Haji Medan dan PTN Tembakau Deli Medan tentang sindroma depresif pada
penderita kanker payudara, secara keseluruhan dapat diamati bahwa dari 66 penderita
kanker payudara yang mengalami sindroma depresif berjumlah 58 orang (87,9%),
sindroma depresif yang paling banyak terjadi adalah sindroma depresi sedang
(42,4%), sindroma depresif berat (25,8%), sindroma depresif ringan (19,7%), dan
minimal (12,1%).
Pendapat diatas juga didukung Taylor (2009) reaksi yang umumnya
ditampilkan oleh mereka yang didiagnosa menderita kanker payudara adalah terkejut,
menyangkal, cemas, takut dan depresi karena merasa segala sesuatu tiba-tiba menjadi
berubah dan masa depan menjadi tidak jelas. Bagi seseorang wanita yang menderita
kanker payudara perasaan hancur yang dialaminya memiliki nilai lebih dari itu.
Apabila seseorang menderita kanker payudara, ia menghadapi resiko akan kehilangan
payudara.
Deskripsi diatas menginformasikan bahwa penyakit kanker payudara adalah
penyakit fisik, sedangkan depresi adalah penyakit mental tetapi keduanya mampu
4
muncul pada waktu yang bersamaan. Depresi dapat muncul sebagai gangguan utama
ataupun menyertai berbagai jenis gangguan medis (Beck, 1985). Gangguan ini tidak
hanya dapat tertumpu pada aspek sosial, tetapi juga pada fisik, kognisi dan
motivasional. Depresi dapat memperlambat proses penyembuhan bahkan mampu
mengakibatkan penyakit kanker bertambah parah (Rees, 2004). Untuk itu, para pasien
kanker pada dasarnya memerlukan perawatan yang bersifat terapi psikolog dan
intervensi sosial untuk mengurangi beban mental atau deperesi yang dialami.
Penanganan secara psikologis dapat kita lakukan dengan cara memberikan dukungan
sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan
maupun berat. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari
orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan
dicintai, Contoh nyata yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada
seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara
ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka
orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial.
Barbieri (2004) mengemukakan bahwa dukungan sosial dapat dipenuhi dari
teman atau persahabatan, keluarga, dokter, psikolog, psikiater. Hal senada juga
diungkapkan oleh Benyamini, dkk (2004) bahwa dukungan sosial bersumber dari
orang-orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman
dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara. Sedangkan Monga, dkk
5
(2004) dukungan sosial adalah dukungan yang berasal dari keluarga dan teman dekat
atau sahabat.
Menurut Monga, dkk (2004) teman dekat merupakan sumber dukungan sosial
karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu
permasalahan. Sedangkan menurut Alan (2005) bahwa persahabatan adalah hubungan
yang saling mendukung, saling memelihara, pemberian dalam persahabatan dapat
terwujud barang atau perhatian tanpa unsur eksploitasi.
Pernyataan ini didukung oleh pernyataan Gotllieb (1998) yang mengatakan
bahwa adanya dukungan sosial dan hubungan yang baik dengan suami, teman, orang
tua atau keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan perbedaan respon
individu terhadap stres. Dukungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap kondisi
fisik, mental dan kognitif seseorang.
Kondisi fisik, mental dan kognitif seseorang akan mempengaruhi kondisi
psikologis, dengan kata lain setiap penyakit fisik yang dialami seseorang tidak hanya
menyerang manusia secara fisik saja, tetapi juga dapat membawa masalah masalah
bagi kondisi psikologisnya. Hal ini dapat kita lihat pada pasien penderita kanker.
Penelitian yang dilakukan oleh Herien (2010) tentang hubungan berbagai
dukungan sosial dengan tingkat depresi penderita kanker payudara yang dilakukan di
RSUP Dr. Adnaan Payahkumbuh, dengan jumlah responden sebanyak 35 orang
menunjukkan 60% responden mendapatkan dukungan dari keluarga, 71,4%
responden mendapatkan dukungan dari teman dan 60% responden mendapatkan
dukungan dari tenaga kesehatan.
6
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kroenke (2011), penelitian
yang melibatkan 3139 perempuan anggota Kaiser Permanente di California Utara,
Amerika Serikat, yang baru didiagnosis kanker payudara antara 2006 hingga 2011.
Dalam waktu dua bulan setelah diagnosis, peserta menjawab kuesioner tentang
jaringan sosial mereka, jenis dukungan yang mereka terima, kualitas emosional, fisik
hidup mereka, dan gejala fisik dari kanker payudara yang mereka alami. Hasil studi
ini memperlihatkan, pasien dengan tingkat interaksi sosial tertinggi yang mempunyai
banyak sahabat dekat atau teman melaporkan memiliki kualitas hidup terbaik selama
pengobatan kanker. Tingkat dukungan sosial yang tinggi juga terkait dengan kualitas
emosional yang lebih baik. Secara khusus, bersenang- senang dengan teman-teman
dianggap sebagai prediktor yang paling penting dari kualitas fisik hidup.
Lubis (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat memberikan kesan
terutama dalam peningkatan sikap menghargai diri sendiri. Peningkatan sikap
menghargai diri sendiri dapat mengurangi rasa kebimbangan, keresahan dan
ketakutan dan seterusnya membiasakan penderita kanker payudara
menjalani
kehidupan dengan lebih menyenangkan dan memberikan kedamaian.
Beragamnya masalah yang dihadapi penderita kanker, maka penderita kanker
membutuhkan dukungan sosial dari orang -orang disekitarnya terutama sahabat untuk
meringankan beban stress mereka. Argile dan Furnham menemukan beberapa aspek
utama dimana sahabat dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial
(Wangmuba, 2009). Dukungan-dukungan tersebutlah yang diharapkan bisa
membantu mengurangi depresi pada penderita kanker payudara.
7
Hasil penelitian oleh Lee, dkk (2010) di Korea Selatan, meneliti tentang
dukungan sosial dapat mengurangi perasaan depresi setelah didiagnosis kanker
payudara. Studi ini menilai bahwa dukungan sosial orang-orang terdekat dapat
memberikan rasa percaya dan perasaan dihargai bagi penderita kanker payudara,
dimana dukungan positif ini dapat mengurangi perasaan cemas stress dan depresi
yang dialami perempuan setelah didiagnosis kanker payudara. Temuan dari studi ini
dapat menyebabkan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi dukungan sosial
dapat bermanfaat untuk kesehatan mental dalam 1 tahun pengobatan pertama, dan
dapat meningkatkan kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan pasien
kanker payudara.
Penelitian juga dilakukan oleh Sinding (dalam jurnal Caring for a relative or
friend with advance breast cancer, 2003) dalam studi ini menunjukan bahwa orang
yang sedang sakit tidak ingin ditinggalkan sendirian, dimana dia menginginkan
kerabat, teman dekat dan tetangga hadir untuk menemuinya, agar dapat membantunya
untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan. Responden penelitian juga
menyadari bahwa tindakan
dan kata-kata mereka mempengaruhi perasaan dan
harapan pasien kanker payudara agar memiliki kehendak untuk terus hidup dan
menghadapi penyakitnya.
Dari kasus diatas penulis melakukan survey pendahuluan, di RSUD DR.
Pirngadi Medan Tanggal 20 Januari 2014 di Ruang IX, dari 3 orang perempuan yang
menderita kanker payudara 2 orang diantaranya mengatakan mendapatkan dukungan
penuh dari sahabat. Sahabat memberikan pertolongan langsung seperti memberikan
8
bantuan berupa uang untuk berobat, menemani penderita ke rumah sakit,
menenangkan saat cemas, membantu mencari alternatif pengobatan kanker payudara.
Sedangkan
1 orang diantaranya mengatakan teman tidak mendukung usahanya
dalam menjalani pengobatan kanker payudara dan menganggap bahwa penyakitnya
karena diguna-guna sehingga selama menderita kanker payudara tidak pernah
menjalani perawatan di rumah sakit.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh dukungan sosial
terhadap tingkat depresi penderita kanker payudara adanya hubungan yang positif
seperti penelitian yang dilakukan oleh Diestika (2010) tentang Hubungan antara
dukungan sosial dengan tingkat depresi pada penderita kanker serviks, dari hasil
penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dan skala depresi
pada penderita kanker serviks. Dukungan sosial harus diberikan untuk kanker serviks,
sehingga merasa diterima, diperhatikan, dihargai, merasa aman, dan mudah untuk
mengatasi kesulitan selama menjalankan pengobatan kanker serviks. Berangkat dari
pengalaman penelitian terdahulu maka penulis menduga ada pengaruh antara
dukungan sahabat
(yang terdiri dari emosional, instrumental, informatif, dan
integritas sosial) terhadap tingkat depresi pada perempuan penderita kanker payudara.
1.2. Permasalahan
Dari uraian pada latar belakang diatas, diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana pengaruh dukungan sahabat terhadap tingkat depresi pada
9
perempuan yang menderita kanker payudara di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun
2014.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dukungan sahabat terhadap
tingkat depresi pada perempuan yang menderita kanker payudara di RSUD DR.
Pirngadi Medan Tahun 2014.
1.4. Hipotesis
Terdapat pengaruh dukungan sahabat (emosional, instrumental, informasi, dan
integritas sosial) terhadap tingkat depresi pada perempuan yang menderita kanker
payudara di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Bagi RSUD DR. Pirngadi Medan khususnya tenaga kesehatan agar menjadi
salah satu tambahan/sumber informasi dalam memberikan pelayanan tentang kanker
payudara dan sebagai bahan dalam memberikan penjelasan kepada keluarga tentang
perhatian dan bantuan baik fisik, maupun mental yang dapat membantu pasien dalam
mengahadapi penyakitnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel
kanker dapat menyebar (metastasis) kebagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah
dan pembuluh getah bening. Penyebaran sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh
dapat merusak fungsi alat tersebut menjadi terganggu. (Lubis, 2009).
Setiap tahun, 12 juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di
antaranya meninggal dunia karena kanker. Pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta
orang akan menderita kanker dan 17 juta diantaranya akan meninggal dunia karena
kanker (UICC, 2009 dikutip dari Kemenkes 2013).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk. Menurut statistik rumah
sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien di seluruh RS di Indonesia (16,85%), diikuti
kanker leher rahim (11,78%). Kemenkes, 2013).
Penderita kanker payudara di RSUD DR Pirngadi Medan, pada tahun 2011
terdapat 602 orang wanita yang dirawat inap dan 569 orang yang dirawat jalan. Pada
tahun 2012 yang menderita kanker payudara yang dirawat inap sebanyak 602 orang
1
2
wanita dan 784 orang yang di rawat jalan. Pada tahun 2013 yang dirawat inap
sebanyak 513 orang dan yang mendapatkan rawat jalan sebanyak 401 orang wanita.
Kanker payudara sebagai kanker yang paling sering menyerang kaum wanita.
Selain itu kecendrungan peningkatan prevalensinya tidak dapat dihindari. Ditambah
lagi kematian karena kanker payudara masih tinggi, terutama pada negara-negara
sedang berkembang, karena keterlambatan diagnosis (Bustan, 2007).
Hal tersebut dapat kita lihat pada pasien penderita kanker dimana ketika
dokter mendiagnosis bahwa seseorang menderita penyakit berbahaya seperti kanker,
secara umum ada tiga bentuk respon emosional muncul, yaitu penolakan, kecemasan
dan depresi (Taylor, 2009).
Gangguan depresi adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering
terjadi. Prevalensi gangguan depresi pada populasi dunia adalah 3-8 %. World Health
Organization menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan keempat
penyakit di dunia. Gangguan depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki
pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita
gangguan depresi semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di
dunia (Depkes, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2011) di Purwokerto RSMS
melaporkan bahwa dari 66 perempuan penderita kanker payudara yang diteliti 4
orang mengalami depresi ringan, 10 orang depresi sedang dan 52 orang depresi berat.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara stadium
dengan tingkat depresi pada pasien penderita kanker payudara. Pasien yang
3
didiagnosis kanker akan mengalami reaksi penolakan saat pertama mengetahui
diagnosisnya. Keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien untuk dapat menerima dirinya
sebagai orang sakit. Pasien merasakan kesedihan yang terus menerus, murung,
menderita sampai timbul perilaku psimitis. Pasien mengalami depresi menyadari
bahwa dirinya tidak hidup sesuai dengan idenya sehingga menyebabkan perasaan
tidak berdaya dan putus asa.
Penelitian yang dilakukan oleh Amin (2008) RSUP Haji Adam Malik Medan,
RS Haji Medan dan PTN Tembakau Deli Medan tentang sindroma depresif pada
penderita kanker payudara, secara keseluruhan dapat diamati bahwa dari 66 penderita
kanker payudara yang mengalami sindroma depresif berjumlah 58 orang (87,9%),
sindroma depresif yang paling banyak terjadi adalah sindroma depresi sedang
(42,4%), sindroma depresif berat (25,8%), sindroma depresif ringan (19,7%), dan
minimal (12,1%).
Pendapat diatas juga didukung Taylor (2009) reaksi yang umumnya
ditampilkan oleh mereka yang didiagnosa menderita kanker payudara adalah terkejut,
menyangkal, cemas, takut dan depresi karena merasa segala sesuatu tiba-tiba menjadi
berubah dan masa depan menjadi tidak jelas. Bagi seseorang wanita yang menderita
kanker payudara perasaan hancur yang dialaminya memiliki nilai lebih dari itu.
Apabila seseorang menderita kanker payudara, ia menghadapi resiko akan kehilangan
payudara.
Deskripsi diatas menginformasikan bahwa penyakit kanker payudara adalah
penyakit fisik, sedangkan depresi adalah penyakit mental tetapi keduanya mampu
4
muncul pada waktu yang bersamaan. Depresi dapat muncul sebagai gangguan utama
ataupun menyertai berbagai jenis gangguan medis (Beck, 1985). Gangguan ini tidak
hanya dapat tertumpu pada aspek sosial, tetapi juga pada fisik, kognisi dan
motivasional. Depresi dapat memperlambat proses penyembuhan bahkan mampu
mengakibatkan penyakit kanker bertambah parah (Rees, 2004). Untuk itu, para pasien
kanker pada dasarnya memerlukan perawatan yang bersifat terapi psikolog dan
intervensi sosial untuk mengurangi beban mental atau deperesi yang dialami.
Penanganan secara psikologis dapat kita lakukan dengan cara memberikan dukungan
sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan
maupun berat. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari
orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan
dicintai, Contoh nyata yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada
seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara
ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka
orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial.
Barbieri (2004) mengemukakan bahwa dukungan sosial dapat dipenuhi dari
teman atau persahabatan, keluarga, dokter, psikolog, psikiater. Hal senada juga
diungkapkan oleh Benyamini, dkk (2004) bahwa dukungan sosial bersumber dari
orang-orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman
dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara. Sedangkan Monga, dkk
5
(2004) dukungan sosial adalah dukungan yang berasal dari keluarga dan teman dekat
atau sahabat.
Menurut Monga, dkk (2004) teman dekat merupakan sumber dukungan sosial
karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu
permasalahan. Sedangkan menurut Alan (2005) bahwa persahabatan adalah hubungan
yang saling mendukung, saling memelihara, pemberian dalam persahabatan dapat
terwujud barang atau perhatian tanpa unsur eksploitasi.
Pernyataan ini didukung oleh pernyataan Gotllieb (1998) yang mengatakan
bahwa adanya dukungan sosial dan hubungan yang baik dengan suami, teman, orang
tua atau keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan perbedaan respon
individu terhadap stres. Dukungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap kondisi
fisik, mental dan kognitif seseorang.
Kondisi fisik, mental dan kognitif seseorang akan mempengaruhi kondisi
psikologis, dengan kata lain setiap penyakit fisik yang dialami seseorang tidak hanya
menyerang manusia secara fisik saja, tetapi juga dapat membawa masalah masalah
bagi kondisi psikologisnya. Hal ini dapat kita lihat pada pasien penderita kanker.
Penelitian yang dilakukan oleh Herien (2010) tentang hubungan berbagai
dukungan sosial dengan tingkat depresi penderita kanker payudara yang dilakukan di
RSUP Dr. Adnaan Payahkumbuh, dengan jumlah responden sebanyak 35 orang
menunjukkan 60% responden mendapatkan dukungan dari keluarga, 71,4%
responden mendapatkan dukungan dari teman dan 60% responden mendapatkan
dukungan dari tenaga kesehatan.
6
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kroenke (2011), penelitian
yang melibatkan 3139 perempuan anggota Kaiser Permanente di California Utara,
Amerika Serikat, yang baru didiagnosis kanker payudara antara 2006 hingga 2011.
Dalam waktu dua bulan setelah diagnosis, peserta menjawab kuesioner tentang
jaringan sosial mereka, jenis dukungan yang mereka terima, kualitas emosional, fisik
hidup mereka, dan gejala fisik dari kanker payudara yang mereka alami. Hasil studi
ini memperlihatkan, pasien dengan tingkat interaksi sosial tertinggi yang mempunyai
banyak sahabat dekat atau teman melaporkan memiliki kualitas hidup terbaik selama
pengobatan kanker. Tingkat dukungan sosial yang tinggi juga terkait dengan kualitas
emosional yang lebih baik. Secara khusus, bersenang- senang dengan teman-teman
dianggap sebagai prediktor yang paling penting dari kualitas fisik hidup.
Lubis (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat memberikan kesan
terutama dalam peningkatan sikap menghargai diri sendiri. Peningkatan sikap
menghargai diri sendiri dapat mengurangi rasa kebimbangan, keresahan dan
ketakutan dan seterusnya membiasakan penderita kanker payudara
menjalani
kehidupan dengan lebih menyenangkan dan memberikan kedamaian.
Beragamnya masalah yang dihadapi penderita kanker, maka penderita kanker
membutuhkan dukungan sosial dari orang -orang disekitarnya terutama sahabat untuk
meringankan beban stress mereka. Argile dan Furnham menemukan beberapa aspek
utama dimana sahabat dapat berperan dalam memberikan dukungan sosial
(Wangmuba, 2009). Dukungan-dukungan tersebutlah yang diharapkan bisa
membantu mengurangi depresi pada penderita kanker payudara.
7
Hasil penelitian oleh Lee, dkk (2010) di Korea Selatan, meneliti tentang
dukungan sosial dapat mengurangi perasaan depresi setelah didiagnosis kanker
payudara. Studi ini menilai bahwa dukungan sosial orang-orang terdekat dapat
memberikan rasa percaya dan perasaan dihargai bagi penderita kanker payudara,
dimana dukungan positif ini dapat mengurangi perasaan cemas stress dan depresi
yang dialami perempuan setelah didiagnosis kanker payudara. Temuan dari studi ini
dapat menyebabkan pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi dukungan sosial
dapat bermanfaat untuk kesehatan mental dalam 1 tahun pengobatan pertama, dan
dapat meningkatkan kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan pasien
kanker payudara.
Penelitian juga dilakukan oleh Sinding (dalam jurnal Caring for a relative or
friend with advance breast cancer, 2003) dalam studi ini menunjukan bahwa orang
yang sedang sakit tidak ingin ditinggalkan sendirian, dimana dia menginginkan
kerabat, teman dekat dan tetangga hadir untuk menemuinya, agar dapat membantunya
untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan. Responden penelitian juga
menyadari bahwa tindakan
dan kata-kata mereka mempengaruhi perasaan dan
harapan pasien kanker payudara agar memiliki kehendak untuk terus hidup dan
menghadapi penyakitnya.
Dari kasus diatas penulis melakukan survey pendahuluan, di RSUD DR.
Pirngadi Medan Tanggal 20 Januari 2014 di Ruang IX, dari 3 orang perempuan yang
menderita kanker payudara 2 orang diantaranya mengatakan mendapatkan dukungan
penuh dari sahabat. Sahabat memberikan pertolongan langsung seperti memberikan
8
bantuan berupa uang untuk berobat, menemani penderita ke rumah sakit,
menenangkan saat cemas, membantu mencari alternatif pengobatan kanker payudara.
Sedangkan
1 orang diantaranya mengatakan teman tidak mendukung usahanya
dalam menjalani pengobatan kanker payudara dan menganggap bahwa penyakitnya
karena diguna-guna sehingga selama menderita kanker payudara tidak pernah
menjalani perawatan di rumah sakit.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh dukungan sosial
terhadap tingkat depresi penderita kanker payudara adanya hubungan yang positif
seperti penelitian yang dilakukan oleh Diestika (2010) tentang Hubungan antara
dukungan sosial dengan tingkat depresi pada penderita kanker serviks, dari hasil
penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dan skala depresi
pada penderita kanker serviks. Dukungan sosial harus diberikan untuk kanker serviks,
sehingga merasa diterima, diperhatikan, dihargai, merasa aman, dan mudah untuk
mengatasi kesulitan selama menjalankan pengobatan kanker serviks. Berangkat dari
pengalaman penelitian terdahulu maka penulis menduga ada pengaruh antara
dukungan sahabat
(yang terdiri dari emosional, instrumental, informatif, dan
integritas sosial) terhadap tingkat depresi pada perempuan penderita kanker payudara.
1.2. Permasalahan
Dari uraian pada latar belakang diatas, diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana pengaruh dukungan sahabat terhadap tingkat depresi pada
9
perempuan yang menderita kanker payudara di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun
2014.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dukungan sahabat terhadap
tingkat depresi pada perempuan yang menderita kanker payudara di RSUD DR.
Pirngadi Medan Tahun 2014.
1.4. Hipotesis
Terdapat pengaruh dukungan sahabat (emosional, instrumental, informasi, dan
integritas sosial) terhadap tingkat depresi pada perempuan yang menderita kanker
payudara di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Bagi RSUD DR. Pirngadi Medan khususnya tenaga kesehatan agar menjadi
salah satu tambahan/sumber informasi dalam memberikan pelayanan tentang kanker
payudara dan sebagai bahan dalam memberikan penjelasan kepada keluarga tentang
perhatian dan bantuan baik fisik, maupun mental yang dapat membantu pasien dalam
mengahadapi penyakitnya.