Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya Dengan Sistem Perbankan Online(Studi Pada PT Bank Sumut)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan di era teknologi sekarang ini, komputer memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia. Kecepatan data processing,
kemampuan menyimpan data, security dan sistem cerdas yang dikembangkan
membuat komputer banyak dipakai di berbagai kawasan strategis seperti
kesehatan, pendidikan, militer, ekonomi dan perbankan.
Dalam dunia perbankan terdapat sistem informasi perbankan yang banyak
dipakai orang yaitu online banking dan juga phone banking.Online banking
menawarkan keuntungan kepada nasabah yaitu seperti akses 24 jam nonstop dan
juga nasabah tidak harus datang ke bank ketika ia ingin bertransaksi. Menilai dari
popularitas yang sekarang, online banking akan terus populer dan akan digunakan
di masa yang akan datang oleh individual dan pelaku bisnis yang sebelumnya
menolak untuk mengadopsi online banking sekarang tidak akan banyak pilihan
lagi kecepatan sistem online dalam melakukan transaksi akan mengalahkan
metode manual sepenuhnya. 1
Perkembangan teknologi yang semakin maju pesat ini membawa pengaruh
terhadap perkembangan di berbagai sektor khususnya masalah kriminalitas,
1


http://www.belajarfinansial.com/Artikel-Perbankan/Artikel-Perbankan/aplikasi-teknologiinformasi-dalam-sistem-manajemen-perbankan-online.html diakses hari Jumat, tanggal 3 Agustus
2012 jam 14.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

namun perangkat hukum untuk mencegah dan memberantas kriminalitas itu
sendiri belum memadai dan masih tertinggal jauh, sehingga berbagai jenis
kejahatan baik yang dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun korporasi
dengan mudah terjadi, dan menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang
besar. Kejahatan-kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan dalam batas wilayah
satu negara, namun meluas melintasi batas wilayah negara lain sehingga sering
disebut sebagai kejahatan transnasional crime, dalam kejahatan transnasional
harta kekayaan hasil dari kejahatan biasanya oleh pelaku disembunyikan,
kemudian dikeluarkan lagi seolah-olah dari hasil legal. Hal tersebut lebih dikenal
dalam dunia internasional dengan istilah pencucian uang atau money laundering.
Money Laundering adalah merupakan perbuatan atau upaya dari pelaku kejahatan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang
diperoleh dari tindak pidana dengan cara memasukkan harta kekayaan hasil
kejahatan ke dalam sistem keuangan, khususnya sistem perbankan baik di dalam

maupun di luar negeri, dengan maksud untuk menghindar diri dari tuntutan
hukum atas kejahatan yang telah dilakukan dan mengamankan harta kekayaan
hasil kejahatan dari sitaan aparat hukum. 2
Dengan adanya sistem perdagangan bebas dan globalisasi, penempatan
uang dari suatu negara ke negara lain sangatlah cepat, hal ini menyebabkan
terbukanya kemungkinan bahwa uang atau dana yang telah masuk ke Indonesia

2

Tb.Irman S., Hukum Pembuktian Pencucian Uang Money Laundering, Jakarta : MQS
Publishing & Ayyccs Group, 2005, hal. 1-2

Universitas Sumatera Utara

ialah uang yang bukan berasal dari kegiatan perekonomian, melainkan berasal
dari hasil kegiatan kejahatan. Kejahatan itu bisa berupa penyuapan, perdagangan
obat-obatan terlarang, terorisme, pelacuran, perdagangan senjata, penyelundupan
minuman keras, tembakau dan pornografi. Agar hasil kejahatannya tersebut tidak
diketahui oleh para aparat berwenang maka disiasati dengan di “cuci” yaitu
melalui sarana perbankan sehingga status uang yang tadinya ilegal menjadi legal. 3

Perbuatan pencucian uang pada umumnya dapat diartikan sebagai suatu
proses yang dilakukan untuk mengubah hasil kejahatan seperti korupsi, kejahatan
narkotika, perjudian, penyelundupan, dan kejahatan lainnya, sehingga hasil
kejahatan tersebut menjadi nampak seperti hasil dari kegiatan yang sah karena
asal-usulnya telah disamarkan atau disembunyikan. 4
Menurut Anwar Nasution, ada 4 (empat) faktor yang dilakukan dalam
proses pencucian uang. Pertama, baik merahasiakan siapa pemilik yang
sebenarnya maupun sumber uang hasil kejahatan itu. Kedua, mengubah
bentuknya sehingga mudah dibawa kemana-mana. Ketiga, merahasiakan proses
pencucian uang itu sehingga menyulitkan pelacakannya oleh petugas hukum.
Keempat, mudah diawasi oleh pemilik kekayaan yang sebenarnya. 5
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi di sektor
perbankan,dewasa ini banyak bank telah menjadi sasaran utama untuk kegiatan
3

http://menixnews.wordpress.com/hati-hati-pidana-pencucian-uang/ diakses hari Jumat
tanggal 3 Agustus 2012 jam 14.00 WIB
4
Hurd, Insider Trading and Foreign Bank Secrecy, Am.Bus.J.Vol 24, 1996, halaman 29.
5

Anwar Nasution, Sistem Keuangan dan Proses Money Laundering, Jurnal Hukum Bisnis,
Maret 1998 : 12-13

Universitas Sumatera Utara

pencucian uang disebabkan sektor inilah yang banyak menawarkan jasa-jasa
instrumen

dalam

lalu

lintas

keuangan

yang

dapat


digunakan

untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul suatu dana. Dengan adanya
globalisasi perbankan dana hasil kejahatan mengalir atau bergerak melampaui
batas yuridiksi negara dengan memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya
dijunjung tinggi oleh perbankan. Melalui mekanisme ini maka dana hasil
kejahatan bergerak dari suatu negara ke negara lain yang belum mempunyai
sistem hukum yang cukup kuat untuk menanggulangi kegiatan pencucian uang
atau bahkan bergerak ke negara yang menerapkan ketentuan rahasia bank secara
sangat ketat. 6
Lembaga

perbankan berpotensi

dijadikan

sarana


praktek money

laundering karena menyediakan berbagai fasilitas jasa layanan dan instrumen
moneter yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh
penyedia jasa layanan keuangan yang lain. Hal tersebut disediakan oleh lembaga
perbankan yang memberikan kemudahan untuk mengubah bentuk fisik uang,
memindahkan

serta

menyembunyikan

asal

usul

suatu

dana.


Dengan

memanfaatkan fasilitas yang ditawarkan oleh lembaga perbankan tersebut, bentuk
fisik uang dapat diubah menjadi nilai yang tersimpan dalam suatu rekening atau
menjadi nilai dalam instrumen moneter. Fasilitas jasa layanan perbankan juga
memberikan

kemudahan

untuk

menyembunyikan,

menyamarkan

atau

memindahkan uang-uang kotor hasil tindak kejahatan ke bank-bank yang ada di
6


Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2008, hal.2

Universitas Sumatera Utara

berbagai penjuru dunia. Hal tersebut yang menyebabkan lembaga perbankan
sering dijadikan sebagai sarana utama bagi mata rantai nasional dan internasional
dalam proses money laundering. 7
Penempatan dana pada bank dapat menjadi awal dari proses pencucian
uang sehingga apabila telah masuk dalam sistem perbankan dan kemudian
diindikasikan terkait dengan pencucian uang akan sulit untuk melacak larinya
hasil kegiatan tersebut karena kemungkinan pelaku menggunakan nama yang
bukan sebenarnya atas rekening-rekening bank tersebut ataupun memakai
perusahaan fiktif sebagai pemilik rekening sehingga tokoh-tokoh di balik
tindakan ilegal ini pun sulit dilacak oleh penegak hukum, karena pada umumnya
mereka tidak kelihatan pada proses money laundering. 8
Tingginya tingkat perkembangan teknologi dan arus globalisasi di sektor
perbankan menyebabkan industri ini menjadi lahan empuk bagi pelaku tindak
pidana pencucian uang, mengingat perbankan merupakan lembaga keuangan yang
paling banyak menawarkan instrumen keuangan, pemanfaatan bank dalam
kejahatan pencucian uang dapat berupa : 9

1. menyimpan hasil tindak pidana dengan nama palsu (false
identification)
2. menyimpan uang di bank dalam bentuk deposito/tabungan/giro dalam
beberapa rekening sehingga menghindari kecurigaan
7

Sigit Thandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba
Empat, 2006, hal.11
8
Yunus Husein, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, Jakarta : Book Terrace and Library,
2007, hal.18
9
Harkristuti Harkrosnowo, Reformasi Hukum Indonesia:Quo Vadis? Dalam “Jangan Tunggu
Langit Runtuh”, diedit oleh Agus Prayitno, Jakarta: Hukum Online, 2002, hal.4

Universitas Sumatera Utara

3. menukar pecahan uang hasil kejahatan dengan pecahan lainnya yang
lebih besar atau lebih kecil
4. bank yang bersangkutan dapat diminta untuk memberikan kredit

kepada nasabah pemilik simpanan dengan jaminan uang yang
disimpan pada bank yang bersangkutan
5. menggunakan fasilitas transfer atau EFT (Electronic Fund Transfer)
dengan tekonologi swift
6. melakukan transaksi ekspedisi ekspor impor fiktif dengan
menggunakan sarana L/C dengan memalsukan dokumen-dokumen
yang dilakukan bekerja sama dengan oknum pejabat terkait
7. pendirian/pemanfaatan bank gelap
Perbuatan pencucian uang di samping sangat merugikan masyarakat, juga
dapat sangat merugikan Negara karena dapat mempengaruhi atau merusak
stabilitas perekonomian nasional atau keuangan Negara dengan meningkatnya
berbagai kejahatan.
Sehubungan

dengan

hal

tersebut,


upaya

untuk

mencegah

dan

memberantas praktek pencucian uang telah menjadi perhatian internasional.
Berbagai upaya telah ditempuh oleh masing-masing Negara untuk mencegah dan
memberantas praktek pencucian uang termasuk dengan cara melakukan
kerjasama internasional, baik melalui forum secara bilateral maupun multilateral.
Dalam konteks kepentingan nasional ditetapkannya Undang-Undang
Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan penegasan bahwa Pemerintah dan
sektor swasta buka merupakan bagian dari masalah, akan tetapi bagian dari
penyelesaian masalah, baik di sektor ekonomi, keuangan, maupun perbankan.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, sudah dituangkan ke dalam penjelasan
umum Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

Universitas Sumatera Utara

diubah dengan Undang-Undang No.18 Tahun 1998 (selanjutnya disebut UndangUndang Perbankan) bahwa perkembangan perekonomian nasional maupun
internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai dengan tantangan-tantangan
yang semakin luas, harus diikuti dengan cekatan oleh perbankan nasional dalam
menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya kepada masyarakat.
Sesuai nature-nya bank merupakan lembaga penerima dana masyarakat,
kemudian menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan. Dalam hal ini bank
mempunyai

peran

sebagai

agen

yang

sangat

membutuhkan

unsur

“kepercayaan”. 10 Bagi Indonesia, kehadiran suatu peraturan mengenai larangan
kegiatan pencucian uang sangat diperlukan tidak hanya untuk menangkal dan
mencegah masuknya uang ilegal, tetapi juga dapat digunakan sebagai suatu
pedoman dalam rangka pengawasan yang efektif terhadap sektor perbankan dan
lembaga keuangan lainnya dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Langkah penting yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia terkait
dengan mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang ialah dengan
diundangkannya Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana yang telah
mengamandemen Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

10

Viraguna Bagus Oka, Kredit Macet Bank BUMN dan Berbagai Fungsi Pengawasan, Kompas,
20 Mei 2005

Universitas Sumatera Utara

Perkembangan teknologi informasi yang ada telah memaksa pelaku usaha
mengubah strategi bisnisnya dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama
dalam proses inovasi produk dan jasa. Pelayanan electronic transaction (ebanking) melalui ATM, phone banking dan Internet banking misalnya,
merupakan bentuk-bentuk baru dari delivery channel pelayanan bank yang
mengubah pelayanan transaksi manual menjadi pelayanan transaksi oleh
teknologi.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan
Manajemen Resiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum,
pemberian layanan perbankan melalui media elektronik atau disebut electronic
banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah Bank untuk memperoleh
informasi, melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik antara lain
ATM, phone banking,electronic fund transfer, internet banking, mobile phone.
Dunia perbankan sebagai salah satu lembaga penjamin keuangan dapat
dijadikan sebagai lahan subur praktek pencucian uang. Perbankan merupakan
lembaga

yang

fungsi

utamanya

menghimpun

dana

masyarakat

dan

menyalurkannya kembali ke masyarakat serta dengan berbagai jenis jasa transaksi
keuangan yang ditawarkan khususnya dalam memindahkan dana (transfer dana)
dari bank satu ke bank lain baik di dalam maupun luar negeri dalam waktu yang
sangat cepat serta ketentuan kerahasiaan keuangan yang relatif ketat, maka
perbankan dapat dijadikan pilihan yang cukup menarik bagi pelaku pencucian
uang untuk memasukkan dana hasil kejahatannya. Teorinya, pencucian uang

Universitas Sumatera Utara

merupakan

upaya

membersihkan

dana

hasil

kejahatan

dengan

cara

menyembunyikan, menyamarkan, atau mengaburkannya melalui kliring-kliring
lembaga keuangan atau perbankan. Tujuannya agar dana haram tersebut seolaholah merupakan uang halal hasil kegiatan yang legal. Untuk memerangi praktek
pencucian

uang,

dukungan

Teknologi

dan

Informasi

(TI)

sangat

penting.Dukungan Teknologi dan Informasi bertujuan menyediakan sarana
informasi dan komunikasi global yang terintegrasi dan terjamin keamanannya.
PT Bank SUMUT sebagai bagian dari perbankan juga merupakan suatu
bentuk usaha yang memiliki keleluasaan dalam menghimpun dan menyalurkan
dana, sehingga sangat strategis untuk digunakan sebagai sarana pencucian uang.
Sistem online pada PT Bank SUMUT mulai dibentuk sejak bulan Juni 2002.
Namun pengaplikasian sistem online di setiap unit kantor dimulai pada bulan
Desember 2002. Sistem online ini memungkinkan bagi nasabah PT Bank
SUMUT untuk melakukan transaksi secara online, seperti pengiriman sejumlah
dana antar sesama pemilik rekening Bank SUMUT ataupun pengiriman sejumlah
dana antar bank. Transfer dana secara online atau elektronis ini dapat dilakukan
secara cepat dan relatif murah serta aman ke rekening pihak lain, baik di dalam
maupun luar negeri.
PT Bank SUMUT yang dahulu dikenal dengan nama Bank Pembangunan
Daerah Sumatera Utara (BPDSU) merupakan Badan Usaha Milik Daerah
Sumatera Utara. BUMD merupakan perusahaan yang didirikan berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

peraturan daerah yang seluruh atau sebagian modalnya adalah milik daerah
Sumatera Utara. 11
Tujuan

Bank

Pembangunan

Daerah

adalah

untuk

membangun

perekonomian daerah juga tidak terlepas dari tujuan jasa perbankan. Jasa
perbankan pada umumnya terbagi atas 2 (dua) tujuan. Pertama, sebagai penyedia
mekanismedan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah. Untuk itu, bank
menyediakan uang tunai, tabungan dan kartu kredit. Inilah peran bank yang
sangat penting bagi kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat
pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan
cara barter yang memakan waktu. 12
Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya
kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank memningkatkan arus dana
untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih baik produktif. Bila peran ini berjalan
baik, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang
lebih produktif. Jika berjalan dengan baik maka ekonomi suatu Negara akan
meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang,
orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena
mereka tidak memiliki dana pinjaman. 13

11

http://www.slideshore.net/SAMSXXXX/pengantarbisnismanajemen-1-new diakses tanggal
13 Februari 2013 jam 15.00 WIB
12
Wikipedia, “Bank”, http://id.wikipedia.org/wiki/Bank#Sejarah Perbankan di Indonesia,
diakses pada tanggal 28 Desember 2012 jam 13.00 WIB
13
Ibid

Universitas Sumatera Utara

Jasa perbankan sebenarnya sangat banyak, hanya saja sedikit sekali
masyarakat yang mengetahui. Tujuan dan manfaatnya juga sangat baik baik para
nasabah. Akan tetapi, banyak yang memanfaatkan untuk tindakan kriminal,
seperti pembobolan Automated Teller Machine (ATM) pemalsuan buku tabungan
dan lain-lain.

14

Dalam hal PT Bank SUMUT berfungsi sebagai penggerak dan

pendorong laju pembangunan di daerah, bertindak sebaai pemegang kas daerah
yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai pemegang kas daerah
yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber
pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank umum
seperti dimaksudkan pada Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
yang diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Adapun tujuan Bank SUMUT didirikan adalah untuk membiayai
pelaksanaan

proyek-proyek

pembangunan

daerah,

sehingga

modal

pembelanjaannya dapat diperoleh dari hasil proyek-proyek pembangunan
tersebut. Pembiayaan proyek-proyek daerah dalam rangka Pembangunan
Nasional Semesta Berencana maka Bank SUMUT bertugas mengerahkan modal
dan potensi di daerah-daerah yang mengikutsertakan pihak swasta nasional
progresif.

15

Untuk melaksanakan maksud tersebut di atas, Bank memberikan

pinjaman untuk keperluan investasi, perluasan dan pembaruan proyek-proyek
pembangunan daerah di daerah yang bersangkutan, baik yang diselenggarakan
14

Ibid
Bagian Menimbang huruf b dan c, Undang-Undang No.13 Tahun 1962 tentang KetentuanKetentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah
15

Universitas Sumatera Utara

oleh Pemerintah Daerah maupun yang diselenggarakan oleh perusahaanperusahaan campuran antara pemerintah daerah dan swasta.

16

Dengan kata lain,

Bank SUMUT bertindak sebagai saluran kredit bagi proyek-proyek Pemberintah
Daerah. 17
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik untuk membahas dan
meneliti mengenai tindak pidana pencucian uang yang terjadi dalam ruang
lingkup perbankan, dalam hal ini PT Bank SUMUT dengan memanfaatkan
produk perbankan online, sebagai suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis dengan
judul Praktek Money Laundering dalam Hubungannya dengan Sistem Perbankan
Online (Studi pada PT Bank SUMUT).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka
masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk praktek money laundering dalam hubungannya dengan
sistem perbankan online?
2. Bagaimana penerapan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang dalam rangka pencegahan tindak pidana

16

Pasal 5 ayat (1) huruf a, Undang-Undang No.13 Tahun1962 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Bank Pembangunan Daerah
17
Pasal 5 ayat (1) huruf b-c, Undang-Undang No.13 Tahun 1962 tentang KetentuanKetentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah

Universitas Sumatera Utara

money laundering dalam sistem perbankan online dalam lingkup PT Bank
SUMUT?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang akan menjadi objek pembahasan
dalam penelitian ini, maka tujuan yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mendalami bentuk-bentuk praktek money laundering
dalam hubungannya dengan sistem perbankan online ;
2. Untuk mengetahui dan mendalami penerapan Undang-Undang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam rangka pencegahan
tindak pidana money laundering dalam sistem perbankan online dalam
lingkup PT Bank SUMUT.

D. Manfaat Penelitian
Bertitik tolak dari tujuan penulisan yang didasarkan pada tujuan penelitian
yaitu : “…to discover answers to questions through the application of scientific
procedures. These procedures have been developed in order to increase the
likelihood that the information gathered will be relevant to the question asked and
will be reliable and unbiased 18 (untuk menemukan jawaban dari sebuah
18

Cakire Seltz at.al: 1977, seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1986, hal.9

Universitas Sumatera Utara

pertanyaan melalui prosedur secara ilmiah. Prosedur ini dapat dikembangkan agar
sesuai dengan informasi atau relevan dengan bahan yang menjadi pertanyaan).
Permasalahan yang diangkat di dalam penelitian ini dan dihubungkan
dengan peraturan perundang-undangan yang ada, diharapkan dapat nmembawa
sejumlah manfaat yang berguna secara teoritis dan praktis. Sehubungan dengan
itu, penelitian ini bermanfaat untuk :
Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir
dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya pemahaman
tentang Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya Dengan Sistem
Perbankan Online. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
perbandingan dan referensi bagi peneliti lanjutan serta dapat memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan. Penelitian ini juga dapat diharapkan dapat
memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat peraturan perundangundangan mengenai tindak pidana pencucian yang di Indonesia.
Secara Praktis
Manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai bahan
masukan dalam melakukan antisipasi mencegah terjadinya praktek money
laundering dalam industri perbankan. Selain itu juga memberi bahan masukan
bagi industri perbankan dalam menerapkan ketentuan Undang-Undang Tindak
Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010, Undang-Undang No.3 Tahun 2011
tentang Transfer Dana, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Universitas Sumatera Utara

Transaksi Elektronik,Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 mengenai Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum,serta
Peraturan Bank Indonesia No.9/15/PBI/2009 mengenai Penerapan Manajemen
Resiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum dalam
pengembangan sistem perbankan online.

E. Keaslian Penulisan
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang
sama, maka sebelumnya peneliti telah melakukan pemeriksaan pada beberapa
judul penelitian / tesis seperti Perubahan Prinsip Mengenal Nasabah Menjadi
Program Anti PencucianUang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
(PPT) Dalam Rangka Pencegahan Money Laundering pada Perbankan yang
ditulis oleh Mirvan Ariza; Penerapan Pedoman Prinsip Mengenal Nasabah Untuk
Mengatasi Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering): Studi Mengenai
Transaksi Mencurigakan Dengan Rekening Bank
Triana; Pengaturan Rahasia

yang ditulis oleh Sulvia

Bank dalam Penanganan Masalah Money

Laundering (Pencucian Uang) di Indonesia yang ditulis oleh Rina Suryana
Nasution ; Penerapan Prinsip Mengenai Pengguna Jasa Secara Mendalam
Customer Due Diligence (CDD) dalam Undang-Undang No.8 Tahun 2010
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang
ditulis oleh Dixie Bisuk Daniel Parapat.

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu berdasarkan pemeriksaan judul-judul penelitian yang ada
baik di perpustakaan Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan di
perpustakaan yang berada di luar Kampus Universitas Sumatera Utara serta di
institusi lain mengenai judul “Praktek Money Laundering Dalam Hubungannya
Dengan Sistem Perbankan Online”, ternyata belum pernah dilakukan peneliti lain
dalam topik dana permasalahan yang sama. Maka, dapat dikatakan bahwa
penelitian ini, asli, murni, dan belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu. Oleh
karena itu, peneliti dapat mempertanggungjawabkannya di sidang terbuka untuk
umum.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Teori

hukum

mempunyai

fungsi,

yaitu

menerangkan

atau

menjelaskan, menilai dan memprediksi serta mempengaruhi hukum positif,
misalnya menjelaskan ketentuan yang berlaku, menilai suatu peraturan atau
perbuatan hukum dan memprediksi hak dan kewajiban yang akan timbul dari
suatu perjanjian. Teori hukum disusun dengan memperhatikan fakta-fakta dan
filsafat hukum. 19

19

Ahmad Sanusi, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia, Bandung:
Tarsito, 1991, hal 23

Universitas Sumatera Utara

Menurut Lawrence Meir Friedman, berhasil atau tidaknya penegakan
hukum bergantung pada substansi hukum (legal substance), struktur hukum
(legal structure) dan budaya hukum (legal culture). 20
Substansi hukum dalam teori Friedman adalah bagaimana sistem itu
dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang
berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan yang mereka
keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi juga mencakup hukum
yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam Kitab UndangUndang (law books). Negara yang menganut Civil Law system atau sistem
Eropa Kontinental (meski sebagian peraturan perundang-undangan juga telah
menganut Common Law system atau Anglo Saxon) dikatakan hukum adalah
peraturan-peraturan yang tertulis sedangkan peraturan-peraturan yang tidak
tertulis bukan dinyatakan hukum. Sistem ini mempengaruhi sistem hukum di
Indonesia. Salah satu pengaruhnya adanya asas legalitas dalam KUHP. Dalam
Pasal 1 KUHP ditentukan “tidak ada suatu perbuatan pidana yang dapat
dihukum jika tidak ada aturan yang mengaturnya”. Sehingga bisa atau
tidaknya suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum apabila perbuatan tersebut
telah mendapatkan pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan.
Substansi hukum dalam pencucian uang melihat isi dari setiap
peraturan yang dikeluarkan dalam hal ini Undang-Undang No.8 Tahun 2010

20

http://ashibly.blogspot.com/2011/07/teori-hukum.html diakses hari Jumat tanggal 3
Agustus jam 16.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
sebagaimana yang telah mengamandemen Undang-Undang No. 25 Tahun
2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang No.3 Tahun 2011 tentang
Transfer Dana, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik,Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 mengenai Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank
Umum,serta

Peraturan

Bank

Indonesia

No.9/15/PBI/2009

mengenai

Penerapan Manajemen Resiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh
Bank Umum dalam pengembangan sistem perbankan online, apakah sudah
mencapai tujuan supaya peranan hasil analisis para aparatur penegak hukum
dapat efektif dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang.
Struktur hukum / pranata hukum disebut sebagai sistem struktural
yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik.
Struktur hukum berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1981 meliputi ;
mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pemgadilan dan Badan Pelaksana Pidana
(LAPAS). Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh undangundang sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain. Terdapat
adagium yang menyatakan “fiat justitia et pereat mundus” (meskipun dunia

Universitas Sumatera Utara

ini runtuh hukum harus ditegakkan). Hukum tidak dapat berjalan atau tegak
bila tidak ada aparat hukum yang kredibilitas, kompeten dan independent.
Seberapa bagusnya suatu peraturan perundang-undangan bila tidak didukung
dengan aparat penegak hukum yang baik maka keadilan hanya angan-angan
belaka.
Aparat penegak hukum memiliki hubungan erat dengan industri
perbankan sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing pihak. Oleh
karena bank dapat dipakai sebagai sasaran tindak pidana atau sarana suatu
tindak pidana, maka aparat penegak hukum satu sama lain seharusnya saling
mendukung dan bekerjasama dalam upaya mengungkap tindak pidana yang
dilakukan oleh seseorang ataupun badan. Sebagai sarana yang dapat dipakai
oleh pelaku tindak pidana, bank dapat dipergunakan sebagai tempat
menyimpan, menyembunyikan atau mengaburkan asal usul uang hasil suatu
tindak pidana. Untuk melakukan suatu tindakan hukum seperti pemblokiran
dan atau penyitaan dana yang ada pada bank, aparat penegak hukum
seringkali memerlukan keterangan dari bank.
Lemahnya

mentalitas

aparat

penegak

hukum

mengakibatkan

penegakan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang
mempengaruhi lemahnya mentalitas aparat penegak hukum diantaranya
lemahnya pemahaman agama, ekonomi, proses rekrutmen yang tidak
transparan dan lain sebagainya, sehingga dapat dipertegas bahwa faktor
penegak hukum memainkan peran penting dalam memfungsikan hukum.

Universitas Sumatera Utara

Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah, maka akan
ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas
penegak hukum baik, kemungkinan munculnya masalah masih terbuka.
Budaya hukum merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem
hukum kepercayaan, nilai, pemikiran serta harapannya. Budaya hukum adalah
suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana
hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan. Budaya hukum erat
kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran
hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat
mengubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini. Secara
sederhana, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah
satu indikator berfungsinya hukum.
Rentannya

perbankan

bagi

tindak

pidana

yang

terorganisir

penyimpangan uang hasil kejahatan dalam perbankan memanfaatkan ketatnya
ketentuan rahasia bank di seluruh dunia, karena bank adalah lembaga
kepercayaan yang mewajibkan merahasiakan simpanan nasabah. Kondisi ini
dilematis karena di satu pihak nasabah pasti tidak menginginkan simpanannya
dibocorkan oleh pihak bank kepada pihak lain yang tidak bertanggung jawab,
namun di lain pihak ketentuan tersebut justru dimanfaatkan oleh pelaku tindak
pidana pencucian uang untuk menyembunyikan hasil kejahatannya.
Kerahasiaan bank merupakan jiwa dari sistem perbankan yang
didasarkan pada kelaziman dalam praktek perbankan, perjanjian/kontrak

Universitas Sumatera Utara

antara bank dengan nasabah, serta peraturan tertulis yang ditetapkan oleh
negara. 21
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, bahwa
ketentuan rahasia bank adalah meliputi seluruh nasabah baik penyimpan dana
maupun nasabah debitur. Setelah Undang-Undang tersebut diubah dengan
Undang-Undang tersebut diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998,
ketentuan rahasia bank hanya meliputi nasabah penyimpan dana dan
simpanannya saja. Walaupun demikian, keterangan mengenai debitur dan
keadaan keuangannya tetap dirahasiakan oleh bank berdasarkan perjanjian
antara bank dan nasabah.
Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 mencantumkan 7
(tujuh) macam kepentingan umum yang dapat dijadikan alasan untuk
membuka atau menerobos ketentuan rahasia bank, yaitu : 22
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kepentingan perpajakan ;
Penagihan piutang bank terutama piutang bank milik negara ;
Kepentingan peradilan perkara pidana ;
Dalam hal sengketa perdata antara bank dan nasabah di pengadilan ;
Informasi antar bank ;
Kepentingan ahli waris ;
Adanya persetujuan atau kuasa tertulis dari nasabah.
Dalam Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang mengatur mengenai larangan

21

Yunus Husein, Rahasia Bank, Privasi Versus Kepentingan Umum, Jakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003, hal.134
22
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Universitas Sumatera Utara

melakukan tipping off yaitu perbuatan membocorkan Laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan yang disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan
kepada PPATK. Ketentuan tersebut menjamin kerahasiaan dokumen dan/atau
keterangan dalam pelaksanaan tugas pejabat atau pegawai PPATK, penyidik,
penuntut umum,hakim dan siapapun juga menurut Undang-Undang ini.
Tujuan

pencantuman

ketentuan

yang

menyangkut

larangan

untuk

membocorkan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (anti tipping off)
dimaksudkan untuk mencegah berpindahnya hasil tindak pidana dan lolosnya
pelaku tindak pidana pencucian uang sehingga mengurangi efektifitas
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
Namun setiap pelanggaran terhadap Undang-Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang No.8 Tahun 2010 tersebut
dikenakan sanksi pidana maupun sanksi adminstratif. Imanuel Kant
berpendapat bahwa pidana bertujuan menegakkan kesusilaan jadi seseorang
yang dijatuhi suatu pidana atau hukuman adalah karena orang itu telah
melakukan suatu kejahatan, pidana dijatuhkan bukan karena mempromosikan
suatu tujuan atau kebaikan namun semata-mata adalah untuk membalas
kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang. Teori pembalasan dikenal
dengan teori absolut yaitu teori yang menekankan bahwa pidana dijatuhkan
pada orang karena orang tersebut telah melakukan suatu tindak pidana 23

23

Muladi dan Barda Nawawi Arif, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 2005,

hal.4

Universitas Sumatera Utara

Teori tujuan atau dikenal dengan teori relatif mengajarkan bahwa
pemidanaan dilakukan guna mengurangi kejahatan karena pembalasan tidak
mempunyai nilai namun hanya sebagai sarana untuk melindungi kepentingan
masyarakat. Jadi memberi pidana pada orang yang telah melakukan suatu
kejahatan bukanlah demi pembalasan semata-mata namun ada tujuan yang
lebih bermanfaat. Jadi tujuan pemidanaan bukan pembalasan terhadap orang
yang telah melakukan kejahatan (quia peccatum est)namun mencegah orang
untuk berbuat jahat (ne pecceture).

24

Jadi teori relatif berprinsip bahwa

memidana bukanlah untuk membalas dendam demi keadilan namun
memidana memiliki suatu tujuan yang mulia. Seorang filsuf Romawi, Seneca,
mengatakan “ Nemo prudent punit quia peccatum est sed ne peccatur”
artinya tidak seorang normal pun dipidana karena telah melakukan suatu
perbuatan jahat tetapi ia dipidana agar tidak ada perbuatan jahat.
Sebagian para sarjana hukum berpendapat teori absolut dikenal
dengan teori retribusi yaitu suatu teori pembalasan dalam memidanan
seseorang. Ciri-ciri dari penerapan teori retribusi ini adalah :
1. Tujuan pidana adalah semata-mata untuk pembalasan
2. Pembalasan adalah tujuan utama dan di dalamnya tidak ada tujuanlainnya
selain pembalasan
3. Kesalahan merupakan satu-satunya syarat bagi adanya pidana
4. Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan dari si pelaku
24

Ibid, hal .17

Universitas Sumatera Utara

5. Pidana tidak bersifat preventif. Pidana di sini harus berupa pencelaan yang
murni dan tujuannya tidak untuk memperbaiki, mendidik atau
memasyarakatkan kembali si pelaku.

Sedangkan teori relatif atau teori utilitarian memiliki ciri sebagai berikut :
1. Tujuan memberi pidana adalah sebagai pencegahan/preventif
2. Pencegahan bukanlah tujuan akhir dari memidana, melainkan ada hal yang
lebih penting yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat
3. Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum saja yang dapat dipidana seperti
misalnya adanya unsur sengaja atau alpa
4. Pidana harus dijatuhkan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kejahatan
5. Pidana ditujukan bagi adanya kemajuan di masa depan, dengan pencelaan
dan pembalasan keduanya tidak memiliki makna atau tidak diterima
apabila tidak membantu pencegahan kejahatan dan mensejahterakan
rakyat.

2. Landasan Konsepsional
a. Money Laundering
Defenisi tentang money laundering atau tindak pidana pencucian uang
banyak terdapat dalam kamus, undang-undang, maupun yang dihasilkan dari
konvensi-konvensi yang berkaitan dengan money laundering yaitu antara lain:
Menurut Black’s Law Dictionary pengertian money laundering adalah:

Universitas Sumatera Utara

“ Money Laundering berasal dari Money dan Laundering. Money
adalah: 1. The medium of exchange authorized adopted by a
government as part as its currency are money, 2. Assets that can be
easily converted to cash, 3. Capital that is invested or traded as a
commodity, 4. Funds: Sums of money. Sedangkan pengertian
Laundering adalah The Federal crime of transfering illegally obtained
money through illegitimate persons or accounts so that its original
sourred cannot be traced. “ 25
Money laundering di sini dengan kata lain adalah kejahatan yang
berasal dari hasil pentransferan uang yang didapatkan secara tidak sah melalui
orang atau rekening yang sah agar sumber dari uang tersebut tidak dapat
dilacak. Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan
bahwa pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang - Undang ini. Secara
sederhana pencucian uang merupakan suatu perbuatan memindahkan,
menggunakan atau melakukan perbuatan lainnya atas hasil dari suatu tindak
pidana yang kerap dilakukan oleh Criminal Organization, maupun individu
yang melakukan tindakan korupsi, perjudian, perdagangan narkotika,
kejahatan kehutanan, kejahatan lingkungan hidup dan tindak pidana lainnya
dengan tujuan menyembunyikan, menyamarkan atau mengaburkan asal usul
uang yang berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga dapat digunakan
seolah-olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa aset tersebut
berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga dapat digunakan seolah25

Garner,A.Bryan, Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, West Group: St.Paul, Minn, 1999,

hal.1021

Universitas Sumatera Utara

olah sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi bahwa aset itu berasal dari
kegiatan yang ilegal. Adapun yang melatarbelakangi para pelaku pencucian
uang (money laundering) melakukan aksinya adalah dengan maksud
memindahkan atau menjauhkan para pelaku itu dari kejahatan yang
menghasilkan proceeds of crime, memisahkan proceeds of crime dari
kejahatan yang dilakukan, menikmatihasil kejahatan tanpa adanya kecurigaan
kepada pelakunya, serta melakukan reinvestasi hasil kejahatan untuk aksi
kejahatan selanjutnya atau ke dalam bisnis yang sah.
Secara komprehensif pengertian money laundering diberikan oleh Pasal
3 dari Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yaitu sebagai berikut :
“ Money Laundering berarti setiap tindakan yang dilakukan dengan
sengaja dalam hal-hal sebagaimana disebutkan di bawah ini :
1. Konversi atau pengalihan barang, yang diketahui bahwa barang
tersebut berasal dari suatu kegiatan kriminal atau ikut
berpartisipasi terhadap kegiatan tersebut, dengan tujuan untuk
menyembunyikan sifat melawan hukum dari barang tersebut,
ataupun membantu seseorang yang terlibat sebagai perantara
dalam kegiatan tersebut untuk menghilangkan konsekuensi hukum
dari kegiatan tersebut.
2. Menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, sumbernya, lokasi,
pengalihan, penggerakan, hak-hak yang berkenaan dengan
kepemilikan atau barang-barang, dimana yang bersangkutan
mengetahui bahwa barang tersebut berasal dari kegiatan kriminal
atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
3. Perolehan, penguasaan, atau pemanfaatan dari barang-barang
dimana pada waktu menerimanya yang bersangkutan mengetahui
bahwa barang tersebut berasal dari tindakan kriminal atau ikut
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
4. Segala tindakan partisipasi dalam kegiatan untuk melaksanakan
percobaan untuk melaksanakan, membantu, bersekongkol.
Menfasilitasi dan memberikan nasehat terhadap tindakan-tindakan
tersebut di atas. “

Universitas Sumatera Utara

Dari rumusan yang terdapat dalam beberapa pengertian ini maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian money laundering adalah rangkaian kegiatan
yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi
terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak pidana, dengan
maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul yang tersebut
dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan
terhadap tindak pidana, dengan cara antara lain terutama memasukkan uang
tersebut ke dalam sistem keuangan (Financial System) sehingga uang tersebut
kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu.
Money Laundering atau pencucian uang adalah rangkaian kegiatan
yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi
terhadap uang haram yaitu uang yang berasal dari kejahatan, dengan maksud
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang tersebut dari
pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap
tindak pidana dengan cara terutama memasukkan uang tersebut ke dalam
sistem keuangan (financial system) sehingga uang tersebut kemudian dapat
dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang halal. 26

b. Sistem perbankan
Kata perbankan dalam bahasa Inggris disebut banking. Dalam Black’s
Law Dictionary dirumuskan bahwa banking adalah :
26

http://www.interpol.go.id/en/transnational-crime/money-laundering/97-kerugiannegara-akibat-pencucian-uang diakses tanggal 20 Nopember 2012 pukul 10.15 WIB

Universitas Sumatera Utara

The business of banking, as defined by law and customs, consists in
the issue of notes payable on demand intended to circulate as money, when
the banks are banksissue, in receiving deposits payable on demand, in
discounting commercial paper, making loans of money and collateral
security, buying and selling bills of exchange, negotiating loans, and dealing
in negotiable securities issued by the government, state and national, and
municipal and other corporation. 27
Sistem perbankan adalah suatu sistem yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan
kegiatan usahanya secara keseluruhan. Sistem perbankan itu sendiri telah
diatur di dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998.

c. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan/atau kewajiban
atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih. 28

d. Transaksi keuangan adalah transaksi untuk melakukan atau menerima
penempatan,

penyetoran,

penarikan,

pemindahbukuan,

pentransferan,

pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran atas sejumlah
uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan uang. 29

27

Henry Champbell Black, Black’s Law Dictionary, St Paul Minn, West Publicing Co, 1979
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang No.25 Tahun 2003 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang
29
Ibid
28

Universitas Sumatera Utara

e. Transaksi keuangan mencurigakan adalah : 30
-

Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan ;

-

Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilakukan
dengan

tujuan

untukmenghindari

pelaporan

transaksi

yang

bersangkutan yang wajib dilakukan oleh pihak pelapor sesuai dengan
ketentuan undang-undang ;
-

Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak
pidana ; atau

-

Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh
pihak pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal
dari hasil tindak pidana

f. Transaksi keuangan tunai adalah transaksi keuangan yang dilakukan
dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam. 31

g. Harta kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidak bergerak,
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang diperoleh baik
secara langsung maupun tidak langsung. 32

30

Ibid
Ibid
32
Ibid
31

Universitas Sumatera Utara

h. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk kredit lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. 33

i. Sistem

perbankan

online

merupakan

sistem

perbankan

yang

memanfaatkan electronic transaction (e-banking) dalam melakukan
kegiatan usahanya secara keseluruhan.

G. Metode Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis dan konsisten. 34 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah
yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan
untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara
menganalisisnya. 35 Suatu metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk
dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang
bersangkutan.

36

Dengan demikian metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk

memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu.

33

Ibid
Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, hal.1
35
Bambang Waluyo,Penelitian Hukum dan Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hal.6
36
Soerjono Soekanto,Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris. Jakarta: Indonesia
Hillco, 1990, hal.106
34

Universitas Sumatera Utara

1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum
normatif merupakan penelitian yang mengacu kepada norma-norma dan asasasas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian
ini juga didukung dengan pemakaian data primer yang didapatkan melalui
beberapa informan, hasil wawancara dan juga kuesioner. Ronald Dworkin
yang diterjemahkan Bismar Nasution, menyebut metode penelitian tersebut
juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian
yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun
hukum sebagai law as it is decided by judge through judicial process. 37

2. Sumber Data
Sumber data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan
sumber data primer dan data sekunder. Penggunaan data primer akan
diperoleh melalui aparat penegak hukum yang terkait (referensi) dan para
pihak terkait dengan kasus yang dijadikan objek dalam penelitian. Beberapa
responden yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Unit Kerja Khusus
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme PT Bank
SUMUT dan nasabah pengguna sistem perbankan online.

37

Bismar Nasution (I), Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum,
makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum
pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Tanggal 18 Februari 2003, hal 1

Universitas Sumatera Utara

Sumber data sekunder berasal dari beberapa bahan hukum yang relevan yang
meliputi :
1) Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang No.8 Tahun 2010

tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang No.3 Tahun 2011
tentang Transfer Dana, Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 tentang
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme

Bagi

No.9/15/PBI/2009

Bank

Umum

mengenai

serta

Penerapan

Peraturan
Manajemen

Bank

Indonesia

Resiko

dalam

Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, Peraturan Direksi PT
Bank SUMUT No.001/Dir/UKK APU-PPT/PBS/2012 tanggal 23 April 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme Di Lingkungan PT Bank SUMUT.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yangmemberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah
lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum
yang relevan dengan objek telaahan penelitian ini. 38
3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

38

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Grafindo Indonesia, 1982,

hal 24

Universitas Sumatera Utara

seperti kamus umum, kamus hukum, majalah/jurnal atau surat kabar
sepanjang memuat informasi yang relevan dengan materi penelitian ini.

39

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik atau metode menunjuk suatu kata
yang abstrak dan tidak dapat diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihatkan penggunaannya melalui pengamatan, ujian, dokumen dan lainnya. 40
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk
mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukumdan
bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Analisis Data
Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat
dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaedah hukum dam
kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke
dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem
hukum tersebut. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, peraturan

39

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 1985, hal 23
40
Riduan, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bandung, 2004,hal 97

Universitas Sumatera Utara

perundang-undangan dan dianalisis berdasarkan metode kualitatif, yaitu
dengan melakukan : 41
a. Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum
(konseptualisasi) yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi
terhadap bahan hukum tersebut ;
b. Mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis
atau berkaitan. Kategori-kategori dalam penelitian ini adalah terhadap
pengaturan mengenai praktek money laundering dalam hubungannya
dengan sistem perbankan online ;
c. Menemukan hubungan di antara pelbagai kategori atau peraturan
kemudian diolah;
d. Menjelaskan dan menguraikan hubungan di antara pelbagai kategori atau
peraturan perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan dan
kesimpulan atas permasalahan. 42

41
42

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Grafindo, 2006, hal.225
Ibid

Universitas Sumatera Utara