Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna dan Pemuda di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan T1 752013018 BAB V

BAB V
PENUTUP
Dalam bab penutup ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan
beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya.
V.1 Kesimpulan
Pertama, pembangunan karakter (character building) bersifat kompleks, di mana
pembangunan tersebut diperlukan kesadaran dari pihak penyelenggara, dan melewati suatu
proses yang tidak pendek serta tidak mudah. Pembangunan karakter lebih efektif dan efisien
ketika melaksanakannya melalui pendidikan sebab, pendidikan dapat diberikan kapan dan
dimanapun tanpa mengenal waktu. Di dalam proses tersebut membutuhkan keikut-sertaan
dari penyelenggara, pendidik, dan naradidik, serta kemitraan dari pihak yang terkait lainnya.
Di samping itu membutuhkan strategi yang tepat untuk mewujudkan visi dan peran dari
penyelenggara.
Kedua, dalam tulisan ini, yang menjadi penyelenggara pembangunan karakter adalah
komunitas iman atau gereja. Gereja merupakan bagian integral dalam masyarakat, sehingga
tidak dapat terpisahkan dari perannya untuk mendidik para generasi muda menjadi generasi
yang berkualitas dengan spiritual dan karakter baik yang kuat tertanam dalam diri. Oleh
karena itu, gereja harus mengambil bagian dalam membangun karakter bagi para taruna dan
pemuda sebagai generasi penerus gereja dan bangsa. Sebagai gereja maka nilai karakter
yang diajarkan adalah menggunakan nilai-nilai Kristen yang bersumber dari narasi-narasi
Kristus yang juga ditulis dalam Alkitab. Melalui tindakan tersebut memperlihatkan bahwa

gereja ikut bekerjasama dengan pilar-pilar pendidikan lainnya dalam perbaikan dan
peningkatan kualitas hidup para generasi muda. Hal ini penting sebab, meningkatnya
persoalan sosial yang terjadi pada bangsa ini, yaitu meningkatnya tindakan-tindakan amoral
yang banyak dilakukan oleh kaum muda. Dengan demikian, melalui pembangunan yang

135

dilakukan oleh gereja terhadap karakter Kristen bagi para taruna dan pemuda adalah bentuk
nyata dari gereja untuk mengambil bagian dalam pembebasan generasi muda dari hal-hal
yang negatif.
Ketiga, dari hasil analisa ditemukan bahwa peran yang selama ini dijalankan oleh gereja
yaitu: a) sebagai pelaksana asas presbiterial sinodal dengan melibatkan seluruh unsur jemaat
serta presbiter sebagai penetap melalui persidangan yang musyawarah, b) memfasilitasi
persekutuan maupun kegiatan-kegiatan lainnya, c) sebagai pencerita narasi Kristus kepada
jemaat, khususnya para taruna dan pemuda, serta d) sebagai pendukung dan yang
mengkonfirmasi penggunaan Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda. Peran gereja
masih sangat minim dalam hal pembangunan karakter taruna dan pemuda sebab, gereja
belum menjalankan peran khusus dalam membangun karakter Kristen. Peran yang dimaksud
ialah menjadi komunitas teladan dengan cara gereja menjadi komunitas karakter Kristen.
Penyebab gereja belum menjalankan perannya sebagai komunitas teladan adalah kurangnya

keteladanan yang baik yang ditunjukan oleh gereja, khususnya dari kelompok
kepemimpinan serta para orang-orang yang lebih tua. Hal ini tentunya berdampak pada diri
para taruna dan pemuda. Dampak secara nyata yang ditunjukan ialah masih nampaknya
tindakan-tindakan buruk yang dilakukan oleh sebagian taruna dan pemuda. Peran sebagai
komunitas teladan dengan cara menjadi komunitas karakter Kristen ditambah dengan peran
sebagai pencerita narasi Kristus, menurut Hauerwas adalah peran utama gereja sebagai
komunitas agama Kristen dalam membangun karakter Kristen.
Keempat, melalui studi ini juga ditemukan hasil bahwa selama ini gereja tidak memiliki
strategi khusus yang digunakan untuk pembangunan karakter bagi para taruna dan pemuda.
Yang mana strategi khusus tersebut dikondisikan dengan keadaan jemaat, khususnya pada
taruna dan pemuda Jemaat Bukit Sion. Hasil tersebut muncul dengan melihat realita bahwa
gereja selama ini hanya menggunakan pemberian doktrin dan ajaran Kristen melalui
khotbah, pembinaan, serta penggunaan Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda sebagai

136

sarana dalam mendidik para taruna dan pemuda. Strategi yang demikian masih-lah kurang
dalam memperoleh taruna dan pemuda yang berkualitas dalam hal karakter. Gereja
seharusnya mengadopsi strategi yang terdapat dalam teori enam model pendekatan
pembangunan karakter melalui pendidikan. Adapun keenam model pendekatan yang

berfungsi sebagai strategi tersebut yaitu pembiasaan, keteladanan, pembinaan disiplin, CTL
(Contextual Teaching and Learning), dan pembelajaran. Selain itu juga, gereja dapat
memahami dan melakukan sebelas strategi yang diadopsi dari teori yang diusung oleh
Lickona, antara lain: mendorong kesadaran gereja atas karakter, bertekad untuk menjadi
komunitas yang karakter, gereja mengenali karakter yang baik dan memberi penghargaan,
mengenali kebajikan–kebajikan yang ditargetkan, menjalin kemitraan antara gereja dengan
keluarga, memperkuat keluarga, menciptakan suatu kelompok kepemimpinan, gereja
memberikan pelatihan kepemimpinan, gereja memberi peran kepemimpinan pada taruna dan
pemuda, memberi kesempatan bagi setiap anggota jemaat untuk memberi masukan,
memadukan karakter ke dalam semua program gereja. Dalam realita, gereja telah melakukan
beberapa hal, diantara kesebelas strategi tersebut, namun gereja kurang memahami bahwa
tindakan-tindakan yang selama ini dilakukan termasuk dalam strategi pembangunan
karakter. Oleh karena itu, tindakan-tindakan yang pada dasarnya adalah strategi, seakan
kurang memiliki signifikansi. Tindakan-tindakan tersebut dianggap hanya sebagai tindakan
yang umum dilakukan oleh gereja-gereja.
Kelima, jika hasil penelitian ditinjau dari teori pembangunan karakter Kristen yang
digunakan maka ditemukan beberapa kekurangan dan kelebihan dari jemaat ini. Kekurangan
dan kelebihan tersebut antara lain:
A. Kekurangan:
1. Gereja kurang memberikan teladan yang baik. Hal ini berdampak pada ketidakmampuan gereja menjadi komunitas teladan. Padahal, gereja seharusnya meneladani

Yesus, dan keteladanan tersebut diwujud-nyatakan dalam tindakan yang benar.

137

Dengan demikian, orang lain akan mampu meneladani gereja, dan pada akhirnya
gereja menjadi komunitas teladan.
2. Gereja hanya sebatas mengetahui, namun kurang memahami tentang karakter dan
pembangunan karakter. Hal ini menjadi salah satu penyebab gereja tidak memiliki
strategi khusus untuk membangun karakter. Melihat keadaan jemaat, seharusnya
gereja dapat bertindak konkret, seperti: Melakukan berbagai seminar dan pelatihan
sebagai tindak lanjutnya, yang berkaitan dengan pembangunan karakter.
3. Strategi dan metode, baik yang digunakan dalam menyampaikan materi Sabda Bina
Taruna dan Sabda Bina Pemuda maupun dalam mendidik masih bersifat monoton,
kurang kreatif dan inovatif.
4. Masih adanya beberapa pelayan dan pengajar yang tidak lagi mampu dalam
menghasilkan ide-ide yang kreatif. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab
kurangnya kreatif dan inovatif dalam strategi dan metode yang digunakan dalam
menyampaikan Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda.
5. Kurikulum khusus yang digunakan untuk mendidik para taruna dan pemuda (dalam
Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda) terkadang tidak sesuai dengan tingkat

perkembangan, khususnya para taruna. Selain itu, juga tidak sesuai dengan teori
kurikulum (kesesuaian antara komponen yang ada).
6. Tidak tersedianya alat atau dasar yang digunakan untuk menilai keefektivan strategi
maupun metode dan menilai keberhasilan dari pembangunan karakter yang dilakukan
oleh gereja.
7. Kemitraan yang terjalin selama ini pada dasarnya bukan secara khusus dalam
kaitannya untuk membangun karakter. Kemitraan tersebut adalah keharusan bagi
gereja sebagai tindakanya nyata yang menunjukan keesistensian gereja di dunia,
terlebih khusus di masyarakat.

138

8. Kurangnya fasilitas yang dapat membantu dalam membangun karakter, seperti:
lapangan olahraga, alat pemutar video dan film.
B. Kelebihan:
1. Gereja sadar akan pentingnya pembangunan karakter bagi para taruna dan pemuda.
Oleh karena itu, gereja melaksanakan beberapa kegaiatan positif untuk para taruna dan
pemuda, seperti olahraga, latihan musik, paduan suara.
2. Gereja memiliki kurikulum khusus yang digunakan untuk mendidik para taruna dan
pemuda. Kurikulum yang dimaksud ialah Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda.

3. Memiliki program kerja dan anggaran yang tertuang dalam suatu buku per tahunnya..
4. Telah terjalin kemitraan yang baik antara gereja dengan keluarga. Tidak hanya itu,
kemitraan juga terjalin dengan satuan pendidikan formal, bidang kesehatan, dan
beberapa ormas yang ada.

V.2 Saran
Setelah menemukan hasil penelitian serta menganalisanya maka dalam tulisan ini
disertakan beberapa saran praktis yang dapat diimplementasikan oleh gereja dalam hal ini
para pendeta dan majelis, para pelayan dan pengajar, dan keluarga. Beberapa saran tersebut
yaitu:
A. Para Pendeta dan Majelis:
1. Para Pendeta dan Majelis bekerjasama dengan para pelayan, pengajar, dan keluarga
bersama-sama harus memberikan teladan yang baik bagi jemaatnya, khususnya para
taruna dan pemuda. Dengan mampu memberikan teladan yang baik maka gereja akan
mampu melaksanakan perannya yang selama ini belum dapat dilaksanakan yaitu
sebagai komunitas teladan.
2. Gereja harus berani menyampaikan dengan tegas, lantang serta terus menerus tentang
nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Penyampaian nilai-nilai tersebut harus

139


diintegrasikan dalam seluruh kegiatan. Dalam contoh yang sederhana gereja berani
dengan tegas, lantang serta terus menerus, namun dengan sopan dan penuh kasih
memperingatkan mereka yang merokok di lingkungan gereja, menegur mereka yang
meninggalkan tempat duduk saat doa syafaat, serta mereka yang berkumpul hingga
larut malam di lingkungan gereja.
3. Gereja harus memiliki cara alternatif ketika poin di atas tidak dipedulikan oleh seluruh
unsur dalam gereja. Cara yang dimaksud ialah dengan membuat peraturan tertulis
yang dirancang bersama dalam program kerja tiap tahun. Peraturan tersebut kemudian
dipublikasikan, baik melalui media audio (melalui khotbah maupun sosialisasi) dan
visual (dengan menempatkan tanda no smoking di area gereja maupun menempatkan
aturan-aturan lain dalam bentuk karikatur ataupun yang lainnya).
4. Mengimplementasikan secara nyata keenam model pendekatan yang berfungsi sebagai
strategi, yaitu pembiasaan, keteladanan, pembinaan disiplin, CTL (Contextual
Teaching and Learning), dan pembelajaran. Selain itu juga memahami dan
menerapkan kesebelas strategi yang diadopsi dari teori Lickona.
5. Gereja harus membentuk tim khusus pembangunan karakter. Dalam tim tersebut
terdiri dari pendeta, majelis, dan jemaat yang memiliki motivasi dalam menghasilkan
generasi penerus yang berkarakter Kristen. Kandidat yang masuk dalam tim ini ialah
memiliki kompetensi dalam bidang kehidupan yang berbeda-beda (misal, pendidikan,

agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, kesehatan), memahami pendidikan karakter,
serta mampu mengikuti perkembangan dalam kehidupan sekuler.
6. Gereja harus mememulai membuat kriteria terhadap mereka yang berkeinginan untuk
menjadi pelayan atau pengajar. Selanjutnya, gereja harus berani memilih pelayan dan
pengajar yang seseuai dengan kriteria yang telah disepakati bersama dalam
persidangan majelis. Contoh, usia minimal 20 tahun dan maksimal 40 tahun, telah
dibabptis dan disidi.

140

7. Gereja bekerjasama dengan para pelayan, pengurus, orang tua, serta kemitraan lainnya
dalam melaksanakan tindakan atau strategi khusus sebagai wujud nyata dari strategi
untuk membangun karakter para taruna dan pemuda. Misal, mengadakan seminar dan
pelatihan untuk menggunakan komputer atau laptop serta mengakses internet. Dari
seminar dan pelatihan ini maka gereja tidak hanya bekerjasama dengan pelayan,
pengurus, orang tua, namun juga dengan ahli Tekhnologi Informatika (TI).
8. Dalam rangka membangun karakter bagi para taruna dan pemuda, gereja dapat
menerapkan strategi dan metode berikut ini: a) melaksanakan seminar penggunaan
Tekhnologi Informatika (TI) dan pelatihan mengakses internet melalui media
tekhnologi. Seminar dan pelatihan ini bekerjasama dengan seluruh unsur dalam gereja

serta mendatangkan ahli Tekhnologi Informatika (TI) sebagai narasumber. b)
Mengadakan seminar tentang pembangunan karakter serta dilanjutkan dengan
pelatihan membangun karakter yang kreatif. Serupa dengan seminar dan pelatihan
pada poin pertama, pada seminar dan pelatihan ini gereja harus bekerjasama dengan
ahli pendidikan, khususnya pembangunan karakter; pakar psikologi; pihak kepolisian,
dan tim medis. Hal ini dimaksudkan agar jemaat dapat mengetahui dengan benar
tentang pembangunan karakter. c) Melaksanakan seminar dan pelatihan bagi para
taruna dan pemuda yang berkaitan dengan mendorong keberanian mereka dalam
mengambil peran serta tanggungjawab yang lebih sesuai dengan kemampuan mereka.
d) Menempatkan di lingkungan gereja baik itu karikatur, logo, semboyan, simbol,
tulisan, aturan, maupun memutar video atau film pendek yang terkait dengan
pembangunan karakter. Hal ini bertujuan agar tidak hanya para taruna dan pemuda,
namun seluruh unsur dalam gereja dapat mengetahui, mengingat, dan sadar untuk
selalu melakukan dan terbiasa dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai karakter
Kristen. Strategi dan metode ini sebagai praksis atas keadaan buruk yang terjadi pada

141

kaum muda serta kekurangan berkaitan dengan pembangunan karakter, yang
ditemukan dalam GPIB Jemaat Bukit Sion.

9. Harus menyediakan beberapa fasilitas penting yang digunakan untuk pembangunan
karakter, seperti lapangan olahraga, alat pemutar video atau film pendek, dan lainnya.
10. Merumuskan dan menyepakati bersama tentang alat atau dasar penilaian untuk
menilai keberhasilan pembangunan karakter.

B. Para Pelayan, Pengajar, dan Pengurus PT dan GP:
1. Mengupayakan strategi dan metode yang kreatif, yang tidak hanya terpaku pada
strategi yang terdapat dalam Sabda Bina Taruna maupun yang digunakan dalam
penyampaian Sabda Bina Pemuda. Para pelayan dan pengurus harus mengembangkan
wawasan mereka dengan mencarinya di buku atau di internet.
2. Berkaitan dengan kebingungan para pelayan taruna dalam hal strategi maupun metode
yang sesuai dengan tingkat perkembangan para taruna, para pelayan dapat menerapkan
beberapa metode dan strategi berikut ini: a) memberikan ice breaker (pemanasan atau
pemecah suasana). Metode ini dapat merangsang pikiran sebab, metode ini dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan atau meminta para taruna melakukan tindakan
tertentu (permainan). Contohnya, melakukan gerak dan nyanyi. b) Brain Storming
adalah tekhnik yang digunakan untuk meningkatkan ide atau gagasan para taruna.
Contoh, meminta para taruna menyebutkan 10 cara untuk tidak terjerumus dalam
narkoba. c) Mewajibkan para taruna untuk melakukan sesuatu secara langsung, seperti
mengumpulkan uang pribadi (menabung) dan bersama para pelayan membelikan

barang-barang yang dapat digunakan. Selanjutnya, bersama-sama menyalurkan
barang-barang tersebu pada pihak yang membutuhkan. Dengan metode ini, para taruna
dapat langsung terlibat dalam melakukan nilai-nilai karakter Kristen. d) Human
Modeling yaitu mendemonstrasikan, memeragakan, ataupun mengkomunikasikan

142

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh figur-figur yang mereka sukai, kagumi,
hormati. Model dapat diperankan oleh orang tua, pelayan, pendeta, majelis, maupun
orang-orang tertentu yang dapat memerankan dengan sesuai akan figur-figur yang
dipilih.
3. Bagi pengurus GP harus menyelidiki akar yang menyebabkan turunnya tingkat
keaktifan anggota. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berdiskusi secara langsung
dengan anggota-anggota yang tidak aktif lagi. Selain itu juga, pengurus dapat
melakukan konsultasi kepada para tua-tua gereja, yang mampu memberikan informasi
tentang penyebab turunnya tingkat keaktifan serta mengetahui cara untuk
mengatasinya.
4. Mempersiapkan dengan benar seluruh komponen kurikulum, khususnya yang terdapat
dalam Sabda Bina Taruna. Sehingga, ketika menyampaikan materi, antara komponen
satu dengan lainnya memiliki keterkaitan, juga keterkaitan dengan tingkat
perkembangan para taruna.

C. Keluarga:
1. Menjalin, terus memperkuat kemitraan dengan gereja, serta mendukung bahkan
membantu memfasilitasi kegiatan yang dilaksanakan oleh gereja. Keluarga dapat
melaksanakannya dengan terlibat aktif baik sebagai pelaksana maupun peserta dalam
kegiatan-kegiatan gereja.
2. Tetap terus menjalankan perannya sebagai pembentuk karakter yang utama bagi anakanak di dalam keluarga. Hal ini harus dilakukan oleh keluarga dengan memberikan
teladan yang baik dan melibatkan anak-anak untuk langsung melakukan tindakantindakan yang sesuai dengan karakter Kristen. Tindakan-tindakan tersebut harus
dilakukan berulang-ulang secara terus menerus, sehingga menjadi suatu pola yaitu
kebiasaan bertindak baik.

143

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang Pelayanan Diakonia T1 712007077 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang Pelayanan Diakonia T1 712007077 BAB II

1 5 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang Pelayanan Diakonia T1 712007077 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang Pelayanan Diakonia T1 712007077 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna dan Pemuda di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan T1 752013018 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna dan Pemuda di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan T1 752013018 BAB II

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna dan Pemuda di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan T1 752013018 BAB IV

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna dan Pemuda di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran dan Strategi Gereja dalam Pembangunan Karakter Taruna dan Pemuda di GPIB Jemaat Bukit Sion Balikpapan

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Spiritualitas terhadap Pandangan Jemaat tentang Peran Pendeta di GPIB Jemaat Sion Banyumanik

0 0 1