PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20102

(1)

commit to user

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN

SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Oleh:

TRI SWANDAYANI

NIM K7407147

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user ii

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN

SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh:

TRI SWANDAYANI NIM K7407147

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Wahyu Adi, M.Pd Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd


(4)

commit to user iv

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M . ...

Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd. ...


(5)

commit to user v PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M ...

Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...

Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(6)

commit to user vi

Tri Swandayani. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA X

KEUANGAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe learning together pada mata pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas

(classroom action research) dengan menggunakan strategi siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta berjumlah 47 siswa. Obyek penelitian pada penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan siswa. Sumber data yang digunakan dalam antara lain informan, tempat atau lokasi, peristiwa, dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2) persiapan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) observasi dan interpretasi, (6) refleksi, dan (7) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, alokasi waktu masing-masing pertemuan 8 x 45 menit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran

Learning Together. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Partisipasi siswa dalam kelompok menunjukkan peningkatan sebesar 10,64% dari siklus I sebesar 68,79% menjadi 79,43% pada siklus II, (2) Partisipasi siswa dalam kelas meningkat sebesar 12,76% dari siklus I sebesar 70,21% menjadi 82,97% pada siklus II, (3) Peningkatan pencapaian hasil belajar siswa sebesar 14,66% dari siklus I sebesar 74,47% menjadi 89,13% pada siklus II. Peningkatan tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya, antara lain: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, (2) Guru membuat Rencana Pembelajaran sebelum mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar berlangsung terarah dan terprogram, (3) Guru melakukan evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi.


(7)

commit to user vii ABSTRACT

Tri Swandayani. THE IMPROVEMENT OF ACCOUNTING SUBJECT LEARNING ACHIEVEMENT USING LEARNING TOGETHER TYPE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE FINANCE X GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011.

The objective of research is to find out the improvement of learning achievement using the Learning Together Type of Cooperative Learning Model in accounting subject of the Finance X Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2010/2011.

This study employed a classroom action research with cycle strategy. The subject of research was the Finance X Graders of SMK Kristen 1 Surakarta consisting of 47 students. The object of research was a variety of activity occurring in the classroom during learning process. This research was carried out in the collaboration between the author, classroom teacher and by involving the students. The data sources employed were informant, place or location, event, document and archive. Techniques of collecting data used were observation, interview, test, and documentation. The research procedure included: (1) problem identification, (2) preparation, (3) action plan arrangement, (4) action implementation, (5) observation, (6) reflection, and (7) report writing. The process of research was carried out in two cycles, each of which consisted of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was implemented in 4 meetings; the time allotment for each meeting was 8 x 45 minutes.

Based on the research conducted, it can be concluded that there is an improvement of student learning achievement by the application of Learning Together learning model. It is reflected in some indicators as follows: (1) Student participation in group indicates an increase by 10.64% from 68.79% in cycle I to 79.43% in cycle II, (2) Student participation in the classroom increases by 12.76% from 70.21% in cycle I to 82.97% in cycle II, (3) The improvement of student learning achievement reaches 14.66% from 74.47% in cycle I to 89.13% in cycle II. Those improvements occur after the teacher takes the following attempts: (1) applying Learning Together type of cooperative learning model, (2) Teacher makes Lesson Plan before teaching so that the teaching-learning proceeds in directed and programmed manner, (3) teacher carries out an evaluation on the learning implementation to improve the student learning achievement. Thus, it can be concluded that the Learning Together type of cooperative learning model application can improve student participation and learning achievement in accounting subject.


(8)

commit to user viii

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. “

{ Q.S Al-Insyirah 6-7 }

“ Dalam pendidikan kehidupan pikiran berangsur secara bertahap dari percakapan–percakapan ilmiah menuju teori–teori intelektual, menuju perasaan spiritual, dan kemudian sampai pada Tuhan “

{ Kahlil Gibran }

“ Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran dalam tindak dan berfikir.

Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha Kuasa “ { R.A. Kartini }

“ Suatu kegagalan atau keberhasilan yang didapat bukanlah sebuah takdir melainkan suatu pilihan “


(9)

commit to user ix PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur mendalam kepada Allah SWT , skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih dan terimakasih penulis kepada:

- Ibu dan Ayah yang teramat penulis hormati dan sayangi, terima kasih atas doa, bimbingan, nasehat dan kasih sayang yang terus menerus mengalir sehingga skripsi ini selesai dengan lancar.

- Kakak-kakak tersayangku, Mbak Wenny, Mas Andri, Mas Untung, Mbak Linda sertasemua keponakanku yang selalu memberi senyum kebahagiaan.

- Pemacu semangatku, Fajar Budiyono yang selalu setia menemani dan mendukung dalam suka maupun duka.

- Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd dan Ibu Sri Sumaryati S.Pd, M.Pd terimakasih untuk kesabarannya membimbing penulis.

- Teman-teman senasib seperjuangan Mahmudah, Umi, Nurul, Sapto, Erlin, dan semua teman-teman kelas Akuntansi A dan B yang membantu penyelesaian skripsi ini.

- Sahabatku Ritha, Rini, Riza, Via dan juga mbak Donita, mbak Mia, mbak Dina atas semangatnya walau dari jauh. Serta teman kost PALUPI terutama Indah Arsita dan Teteh Yani yang selalu memberikan tawa dan semangat.

- Ibu Setia Pratiwi, S.Pd serta keluarga besar SMK Kristen 1 Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

- Teman-teman PPL 2010 SMK Kristen 1 Surakarta.


(10)

commit to user x

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia rancangan-Nya yang sempurna sehingga skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan bijaksana.

4. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

5. Ibu Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan, nasehat dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak Drs. Siwi Widi Asmoro, selaku Kepala SMK Kristen 1 Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Ibu Setia Pratiwi, S.Pd, selaku guru akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta dan siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dalam skripsi ini.


(11)

commit to user xi

8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik, membimbing dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Ibu dan ayah tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Sejalan dengan harapan ini, penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran penulis nantikan dengan hormat.

Surakarta, Juli 2011


(12)

commit to user xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoretis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan ... 8

a. Pengertian Pendidikan ... 8

b. Tujuan Pendidikan ... 9

2. Proses Belajar Mengajar ... 9


(13)

commit to user xiii

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 11

3. Model Pembelajaran ... 12

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 12

b. Jenis Model Pembelajaran ... 12

4. Pembelajaran Kooperatif ... 13

a. Pembelajaran Kooperatif ... 13

1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 13

2) Macam-macam Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 15

3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17

b. Tipe Learning Together ... 19

1) Pengertian Tipe Learning Together ... 19

2) Unsur-unsur Tipe Learning Together ... 20

3) Langkah-langkah Tipe Learning Together... 21

5. Hasil Belajar ... 21

a. Pengertian Hasil Belajar ... 21

b. Pengukuran Hasil Belajar ... 22

6. Mata Pelajaran Akuntansi ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 26

D. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian ... 29

2. Waktu Penelitian ... 29

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

1. Subjek Penelitian... 30

2. Objek Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

D. Pendekatan Penelitian ... 31


(14)

commit to user xiv

2. Observasi ... 36

3. Dokumentasi ... 36

4. Tes ... 36

F. Prosedur Penelitian ... 36

G. Proses Penelitian ... 38

1. Rancangan Siklus I... 38

2. Rancangan Siklus II ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

1. Riwayat Singkat ... 42

2. Keadaan Lingkungan Belajar ... 44

3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah ... 44

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi PadaKompetensi Dasar Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Jasa di Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta ... 45

1. Ditinjau dari Segi Siswa ... 45

2. Ditinjau dari Segi Guru ... 46

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Siklus I ... 47

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 47

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 50

c. Observasi dan Interpretasi ... 55

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 57

2. Siklus II ... 58

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 58

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62

c. Observasi dan Interpretasi ... 67

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 69


(15)

commit to user xv BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ... 74

B. Implikasi ... 75

1. Implikasi Teoritis ... 75

2. Implikasi Praktis... 76

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

commit to user xvi

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian ... 29

Tabel 2. Indikator Ketercapaian ... 39

Tabel 3. Partisipasi dan Ketuntasan Hasil Belajar pada Siklus I... 56

Tabel 4. Partisipasi dan Ketuntasan Belajar pada Siklus II ... 68


(17)

commit to user xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ... 28

Gambar 2. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 32

Gambar 3. Grafik Tingkat Partisipasi Siswa dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada SiklusI ... 56

Gambar 4. Grafik Tingkat Partisipasi Siswa dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 68

Gambar 5. Grafik Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 72

Gambar 6. Guru Menjelaskan Materi ... 155

Gambar 7. Siswa Bertanya dan Guru Memberi Pengarahan ... 155

Gambar 8. Peneliti Membantu Memberi Pengarahan pada Siswa ... 156

Gambar 9. Siswa Mengerjakan Soal dengan Kelompok Masing-masing ... 156

Gambar 10. Siswa Berdiskusi dengan Kelompok Masing-masing ... 157

Gambar 11. Siswa Saling Membagi Tugas dengan Kelompoknya ... 157

Gambar 12. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi ... 158


(18)

commit to user xviii

Lampiran 1. Catatan Lapangan 1... 81

Lampiran 2. Daftar Nilai Awal Siswa ... 83

Lampiran 3. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa... 85

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 93

Lampiran 5. Materi Ajar Siklus I ... 98

Lampiran 6. Soal diskusi Learning Together siklus I ... 103

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal diskusi Learning Together siklus I ... 104

Lampiran 8. Soal Evaluasi Learning Together Siklus I ... 106

Lampiran 9. Kunci Jawaban Soal evaluasi Learning Together siklus I ... 107

Lampiran 10.Daftar Partisipasi Siswa pada Siklus I ... 109

Lampiran 11. Daftar Nilai Siswa pada Siklus I ... 112

Lampiran 12. Catatan Lapangan 2 ... 114

Lampiran 13. Lembar Pengamatan ... 119

Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 121

Lampiran 15. Materi Ajar SiklusII ... 126

Lampiran 16. Soal diskusi Learning Together siklus II ... 129

Lampiran 17. Kunci Soal diskusi Learning Together siklus II ... 130

Lampiran 18. Soal Evaluasi Learning Together Siklus II ... 131

Lampiran 19. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Learning Together Siklus II... 132

Lampiran 20. Daftar Partisipasi Siswa pada Siklus II... 134

Lampiran 21. Daftar Nilai Siswa pada Siklus II... 137

Lampiran 22. Catatan Lapangan 3 ... 139

Lampiran 23. Lembar Pengamatan ... 143

Lampiran 24. Hasil Wawancara Setelah Penerapan Learning Together ... 144

Lampiran 25. Daftar Hadir Siswa Siklus I dan Siklus II ... 151

Lampiran 26. Daftar Kelompok Siswa Siklus I dan Siklus II ... 153

Lampiran Dokumentasi ... 154


(19)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional adalah salah satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia. Masa depan bangsa selain ditentukan oleh sumber alam juga ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Upaya untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan berkualitas serta berkepribadian baik adalah bagian dari misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 3:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan, membentuk watak, serta peradaban yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai amanat Undang-undang di atas jelaslah bahwa tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan ilmu saja tetapi juga diharapkan mampu meningkatakan mutu pendidikan secara menyeluruh mencakup aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni. Seorang guru dituntut menguasai berbagai kemampuan sebagai guru yang professional. Tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoretis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Hal ini penting karena seorang guru dalam pembelajaran tidak hanya sekedar menyampaikan materi semata tetapi juga harus berupaya agar mata pelajaran yang disampaikan dapat mudah dipahami siswa dan kegiatan pembelajaran juga menyenangkan. Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik, maka dapat


(20)

commit to user

menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, sehingga hasil belajarnya tidak maksimal. Ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Namun, dalam pembelajaran dibutuhkan juga partisipasi dari siswa sebagai dasar pengembangan materi karena pembelajaran pasif akan menghambat kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu dari beberapa lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap untuk diterjunkan kedunia kerja. Lulusan dari SMK tentunya sudah dibekali berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh selama dibangku sekolah. SMK Kristen 1 Surakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang mempunyai visi dan misi yang unggul dalam meningkatkan prestasi. SMK Kristen 1 Surakarta mempunyai 4 bidang keahlian yaitu keuangan, administrasi, tata niaga dan multimedia.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru dan siswa yang dilakukan peneliti selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2010 berlangsung, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan pada kelas X Keuangan seperti terbatasnya sarana dan prasarana di sekolah. Siswa cenderung lebih bergantung dari catatan yang diberikan guru karena tidak tersedianya Buku Paket atau buku pendamping lainnya. Selain itu, peralatan dan media pembelajaran yang dipakai sangat terbatas dan lebih cenderung manual. Kelas masih berfokus pada guru, proses pembelajaran masih banyak yang tidak melibatkan siswa sehingga siswa kurang kreatif. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan dimana guru sebagai pusat informasi menerangkan materi dan siswa duduk manis mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan, serta hanya sedikit diselingi tanya jawab maupun diskusi.


(21)

commit to user

Permasalahan lain yaitu ketuntasan hasil belajar siswa SMK Kristen 1 Surakarta kelas X Keuangan dalam Mata Pelajaran Akuntansi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan hanya 69,89. Selain itu, dari 47 siswa kelas X Keuangan, hanya 27 siswa atau sebesar 57,45% yang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi perusahaan jasa yaitu 73, sisanya 20 siswa atau sebesar 42,55% belum memenuhi KKM tersebut. Untuk tugas-tugas rumah yang diberikan oleh guru, mayoritas siswa juga masih mengerjakan didalam kelas sebelum pelajaran akuntansi dimulai. Ini menunjukkan rendahnya keaktifan dan tanggung jawab siswa dalam mengikuti pelajaran Akuntansi.

Model pembelajaran kooperatif adalah merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara lebih optimal. Dengan adanya interaksi yang baik maka akan meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa sehingga hasil belajar akan meningkat. Interaksi ditandai dengan tujuan saling tergantung dengan individu yang lain. Bila dalam suatu kelompok siswa diberi tugas, tetapi hanya satu siswa saja yang mengerjakan semua tugas tersebut dan yang lain tidak mendukungnya, ini bukan suatu kelompok kooperatif. Semua siswa dalam kelompok kooperatif perlu mengetahui materi yang sedang dikerjakan dan memberikan kontribusi agar seluruh kelompok berhasil. Karena model pembelajaran ini adalah model yang menekankan aspek kerja sama dalam memecahkan suatu persoalan. Sebuah model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dari teman sebayanya dalam sebuah kelompok kooperatif.

Berbagai model atau strategi pembelajaran dikembangkan para ahli untuk mengoptimalkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Dari berbagai model pembelajaran kooperatif, Learning Together adalah tipe pembelajaran kooperatif yang diyakini cocok dengan situasi siswa yang cenderung belajar lebih efisien


(22)

commit to user

dalam kelompok atau belajar secara bersama-sama. Tipe pembelajaran ini menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah satu sumber belajar dan peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara individual dan sosial. Pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dilakukan dengan membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam siswa kemudian diberi satu pelajaran atau worksheet dimana mereka harus belajar dan melengkapinya bersama-sama. Tidak ada kompetisi antar kelompok, sehingga metode ini sangat cocok digunakan untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas, yakni : pembagian kelompok presentasi yang tidak merata dan kegiatan diskusi kelompok yang kurang optimal, sehingga menyebabkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kurang maksimal.

Tipe pembelajaran Learning Together juga dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, karena tipe ini adalah termasuk tipe yang paling sederhana dibandingkan tipe pembelajaran kooperatif lain. Sehingga tipe ini juga cocok diterapkan untuk Mata Pelajaran Akuntansi di SMK. Dalam Mata Pelajaran Akuntansi sangat dibutuhkan adanya ketelitian dan kesabaran. Maka, seorang guru akuntansi dituntut tidak hanya menyampaikan materi secara lisan atau ceramah saja tetapi harus memilih metode yang dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, salah satunya adalh menggunakan model pembelajaran kooperaif tipe Learning Together.

Untuk mengantisipasi agar masalah tersebut tidak berkelanjutan, maka guru harus terus berusaha menyusun dan menetapkan berbagai pendekatan yang bervariasi. Pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar diantaranya dengan menempatkan siswa belajar berkelompok, dengan begitu siswa dapat berfikir sendiri dan bekerja sama dengan siswa lain sehingga akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit karena tidak jarang banyak siswa yang masih malu dan canggung untuk bertanya. Guru dapat menciptakan proses pengajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan


(23)

commit to user

mampu meningkatkan kualitas belajar siswa dengan pembelajaran yang tepat dan tentunya menyenangkan. Selain sistem pendidikan yang perlu diperbaharui lagi, proses pembelajaran yang lebih inovatif perlu dikembangkan untuk mencapai kompetensi peserta didik, agar hasil belajar yang dicapai siswa dapat optimal.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Learning Together Pada Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1

Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa cenderung lebih bergantung dari catatan yang diberikan guru karena tidak tersedianya Buku Paket atau buku pendamping lainnya.

2. Sarana dan prasarana serta media pembelajaran yang dipakai masih sangat terbatas dan lebih cenderung manual.

3. Kelas masih berfokus pada guru, proses pembelajaran masih banyak yang tidak melibatkan siswa sehingga siswa kurang kreatif.

4. Siswa umumnya kurang antusias mengikuti pembelajaran karena kesulitan memahami konsep yang diberikan guru, yang hanya menggunakan metode ceramah, penugasan dan hanya sedikit diselingi tanya jawab maupun diskusi. 5. Hasil belajar yang dapat dilihat dari prestasi belajar belum menunjukkan hasil

yang maksimal, hal ini ditandai dengan nilai rata-rata kelas untuk Mata Pelajaran Akuntansi masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas, maka permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan hasil


(24)

commit to user

belajar siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran Akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Learning Together.

Agar tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti serta untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih berguna, maka penelitian ini membatasi masalah sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peneliti membatasi pada hasil belajar yang dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa dan partisipasi siswa setelah mengikuti pembelajaran.

2. Learning Together

Learning Together merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang yang heterogen menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok tersebut menyerahkan satu hasil kelompok. Mereka menerima pujian dan ganjaran berdasarkan pada hasil kelompok tersebut.

3. Mata Pelajaran Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan dari transaksi-transaksi yang bersifat keuangan yang terjadi pada suatu entitas (badan usaha) dalam suatu periode tertentu yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan untuk pemgambilan keputusan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan, apakah dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe


(25)

commit to user

learning together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe learning together pada mata pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan khususnya motode pembelajaran yang paling efektif, serta mendorong calon peneliti lain untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan variasi bagi guru akuntansi maupun guru mata pelajaran lain dalam memilih metode pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(26)

commit to user

3. Bagi Siswa

Peningkatan kualitas mereka dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya. Siswa lebih menguasai materi yang mereka pelajari lebih menyenangi belajar yang bernuansa perhitungan dan analisa, lebih berani dan terampil bertanya dan menjelaskan.


(27)

commit to user 9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan yang berkualitas merupakan faktor yang sangat vital dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa, karena masa depan seseorang sangat tergantung pada pendidikannya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui proses pengajaran. Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya (2006:24) menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik.”

Sejalan dengan definisi tersebut, pengertian pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Sesuai dengan pengertian pendidikan menurut kedua ahli tersebut, pendidikan diharapkan mampu mengembangkan dimensi manusia Indonesia seutuhnya yakni aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni. Pengembangan aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil di masa depan.


(28)

commit to user

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan banyak unsur atau komponen didalamnya, dimana masing-masing unsur saling berkaitan membentuk suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu komponen tidak ada atau kurang maka pelaksanaan pendidikan tidak akan efektif dan efisien. Jadi, pendidikan melibatkan komponen-komponen sebagai sarana pendukung pelaksanaan pendidikan.

Unsur-unsur pendidikan menurut Tirtahardja, dkk (2005: 51) meliputi: subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik), interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan), pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), dan tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).

b. Tujuan Pendidikan

Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan bangsa. Dengan demikian upaya mencerdaskan kehidupan bangsa telah menjadi bagian dari strategi pembangunan nasional yang sangat penting dan dilandasi serta dengan perangkat perundang-undangan yang mantap.

Sistem Pendidikan Nasional adalah suatu upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia untuk mencerdaskan bangsa. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 (2003:7) yang berbunyi :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.


(29)

commit to user

2. Proses Belajar Mengajar

Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah kegiatan utama dari pendidikan. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Pendidik bertugas untuk memberikan sejumlah pengetahuan dan bimbingan kepada peserta didiknya ke arah yang lebih baik, sedangkan peserta didik berusaha mencapai tujuan itu dengan bantuan dan bimbingan dari pendidik. Dalam proses belajar mengajar tersebut terjadi komunikasi antar peserta didik dan pendidiknya atau sering disebut dengan interaksi pendidikan. Komponen PBM terdiri dari siswa, guru, tujuan, bahan dan materi, metode, media dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan PBM. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang didukung seluruh komponen proses belajar mengajar dan berlangsung dalam situasi edukatif guna mencapai tujuan pengajaran.

Dalam PBM interaksi yang terjadi berfokus pada kegiatan dari peserta didik. Peserta didik adalah pelaksana primer dalam pendidikan. Peserta didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. Kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik adalah belajar. Maka, interaksi pendidikan juga berfokus pada kegiatan belajar dari peserta didik.

a. Pengertian Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tak pernah lepas dari proses belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan setiap orang untuk mengembangkan dirinya. Aktivitas ini berlangsung sejak seseorang dilahirkan dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Kata belajar mengandung berbagai makna, maka dari itu arti dari kata belajar mempunyai banyak definisi sesuai dengan sudut pandang penyusunnya. Menurut Slameto (1995: 2) belajar


(30)

commit to user

adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Sejalan dengan pengertian tersebut Gage dalam Ratna Wilis Dahar (1989:11) menyatakan belajar adalah “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat pengalaman. Sedangkan belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian mengenal sikap, nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau pengalaman yang terorganisasi”.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan karena adanya hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Adanya kemauan dan juga kemampuan untuk berubah akan menjadikan seseorang dapat secara bebas untuk mengeksplorasi, memilih dan menetapkan suatu keputusan atau pilihan dalam kehidupannya. Seseorang dapat menjadi lebih dewasa karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi selama proses belajar dalam kehidupannya tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam proses pembelajaran untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan belajar dipengaruhi juga oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa disebut faktor internal, sedangkan faktor dari luar diri siswa disebut faktor eksternal.

Ngalim Purwanto (2007:102) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua golongan, yaitu:

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang sering kita sebut dengan faktor individual. Yang termasuk ke dalam faktor individualistik


(31)

commit to user

antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain: faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal pada penelitian ini adalah sikap dan aktivitas siswa. Sedangkan faktor eksternal meliputi guru, media belajar, bahan ajar dan pendekatan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Learning Together.

3. Model Pembelajaran

a. PengertianModelPembelajaran

Dalam proses belajar mengajar tugas seorang guru adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa yang akan datang, karena hal ini adalah merupakan tujuan dari kegiatan pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan model pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Winataputra yang dikutip oleh Sugiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Sesuai dengan pengertian tersebut, model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman. Bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar, model pembelajaran yang akan dipakai berpengaruh penting dalam aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Maka, untuk dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan sebaiknya seorang guru dapat memilih dengan bijak model


(32)

commit to user

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi kelas terutama kondisi siswa, karena kondisi di dalam kelas setiap sekolah pasti sangat beragam dan tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan untuk berbagai kondisi..

b. Jenis Model Pembelajaran

Dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli. Namun, tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran. Hal ini disebabkan karena tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap mata pelajaran. Sehingga diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai masing-masing model pembelajaran. Anita Lie (2008: 23) menyebutkan tiga macam model pembelajaran yaitu model kompetensi, model individual, dan model pembelajaran kooperatif.

Dalam model pembelajaran kompetensi, siswa belajar dalam suasana persaingan. Tidak jarang guru memakai imbalan dan ganjaran sebagai sarana memotivasi siswa dalam memenangkan kompetensi dengan sesama pembelajar. Tujuan utama evaluasi dalam model pembelajaran kompetensi adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik sampai dengan yang paling jelek.

Model pembelajaran yang kedua yaitu pembelajaran individu. Dalam pembelajaran ini, anak didik belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Penilaian dalam model ini dilakukan dengan cara pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Jadi kelulusan siswa tidak ditentukan nilai rata-rata teman sekelas melainkan usaha anak didik sendiri dan standar dari pengajar. Model pembelajaran ini sudah diterapkan di Amerika Serikat. Di Indonesia jalur pendidikan formal belum menerapkan model ini kecuali Universitas Terbuka dengan sistem modulnya.

Model pembelajaran yang ketiga adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran


(33)

commit to user

kooperatif sangat cocok jika diterapkan dalam pembelajaran. Namun belum banyak pendidik yang mengetahiu mengenai model pembelajaran ini. Sehingga perlu dikaji lebih dalam mengenai pembelajaran kooperatif.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pembelajaran Kooperatif

1)Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Apabila salah satu anggota kelompok belum paham, maka teman sekelompoknya harus membantu temannya dalam memahami bahan pelajaran tersebut.

Robert E. Slavin (2009:4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Anita Lie (2008:18) menjelaskan bahwa yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperatif learning bukan sekedar kerja kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya. Jadi sistem pengajaran

cooperatif learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok model pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif,


(34)

commit to user

tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Untuk mencapai hasil maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa menjadi semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan dan ketrampilan serta bekerja sama dengan siswa lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap kegiatan belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan tugas-tugas atau latihan.

2)Macam-macam Tipe Pembelajaran Kooperatif

Seorang guru yang professional hendaknya mempunyai pengetahuan tentang strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi ataupun model pembelajaran yang diketahuinya bisaatau cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari di ruang kelas. Meski demikian, seorang guru yang baik tidak akan terpaku pada satu strategi


(35)

commit to user

pembelajaran saja. Guru harus mengetahui model pembelajaran yang pasti akan bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari- hari di dalam kelas. Guru bisa memilih dan juga memodifikasi sendiri model-model pembelajaran yang tepat agar lebih sesuai dengan kondisi kelas. Dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa teknik atau tipe pembelajaran yaitu:

a) Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda - beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyanpaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri.

b) Teams Games- Tournament (TGT).

Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, dimana ketiga peserta dalam satu meja ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama.

c) Jigsaw II.

Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978). Dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan membaca materi dan tiap anggota tim ditugaskan secara acak mencari ‘ahli’ dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topic yang sedang mereka bahas,


(36)

commit to user

lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topic mereka itu kepada teman satu timnya.

d) Team Accelerated Instruction (TAI).

Sama dengan STAD dan TGT menggunakan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. Bedanya TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada siswa kelas 3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi yang belum siap meneria materi aljabar lengkap).

e) Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC).

CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata. f) Group Investigation (Kelompok Investigasi).

Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan untuk mempersiapkan laporan kelompok.

g) Learning Together (Belajar Bersama).

Metode ini melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang dengan latar belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok- kelompok ini menerima satu


(37)

commit to user

lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.

h) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks).

Fokus utama dari complex instruction adalah pada membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki para siswa, dan guru menunjukkan bagaimana tiap siswa punya kelebihan dalam sesuatu yang akan membantu keberhasilan kelompok.

i) Stucture Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan).

Didalam metode ini ada peningkatan, dimana dua orang murid saling mengajarkan. Siswa saling bergantian menjadi guru dan murid untuk mempelajari berbagai macam prosedur atau mencari informasi dari teks. (Robert E. Slavin, 2009: 10-26)

3)Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas maupun siswa. Masing-masing model pembelajaran mempunyai tujuan yang berbeda. Namun pada dasarnya tujuan dari penerapan suatu model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mengajar. Sama halnya seperti model pembelajaran yang lain, model pembelajaran kooperatif juga dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dikembangkannya model pembelajaran kooperatif antara lain adalah:

a) Hasil belajar akademik

Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik


(38)

commit to user

dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik siswa kelompok atas maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas akademik.

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, agama, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dengan kolaborasi. Keterampilan sosial penting , sebab saat ini banyak anak muda yang kurang dalam keterampilan sosial. (Ibrahim dalam Isjoni, 2007:27).

b. Tipe Learning Together

1)Pengertian Tipe LearningTogether

Pembelajaran kooperatif tipe Learning Together merupakan salah satu model pembelajaran yang sederhana. Metode ini dikembangkan dan diteliti oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekan mereka di University of Minnetosa. Robert E. Slavin (2009: 48-56) menjelaskan bahwa Learning Together dari model pembelajaran kooperatif a la David dan Roger Johnson mungkin merupakan yang paling banyak digunakan dari semua metode kooperatif, dan telah dievaluasi dalam sejumlah besar kajian. Kajian-kajian terhadap tipe Learning Together tanpa tanggung jawab individual membuahkan hasil yang sering kali berbeda-beda. Salah satu kajian yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, & Scott (1978) menemukan perbedaan yang signifikan terhadap kelompok individualistik,


(39)

commit to user

sementara kajian yang lain yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, Scott, & Ramolae (1985) menemukan tidak ada perbedaan. Serangkaian kajian di Nigeria yang dilakukan oleh Peter Okebuka (1984, 1985, 1986a, b) menemukan beberapa pengaruh positif dan negatif dibandingkan dengan kondisi yang individualistik dan kompetitif.

Sebaliknya, kajian-kajian terhadap Learning Together yang melibatkan tanggung jawab individual cukup konsisten dalam menunjukkan pengaruh positif yang signifikan. Terbukti pada pembelajaran individual dari anggota kelompok menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan metode individualistik atau kontrol.

Learning Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok beranggota 4 sampai 6 orang menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok tersebut menyerahkan 1 hasil Kelompok-kelompok. Mereka menerima pujian dan ganjaran berdasarkan pada hasil kelompok tersebut.

Secara umum, Learning Together dapat diuraikan sebagai berikut: guru memotivasi siswa untuk saling ketergantungan satu sama lain secara positif, saling berinteraksi, memiliki tanggung jawab secara individu dan sosial serta melakukan kerja kelompok. Sebagai contoh, siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru akan dikembalikan kepada kelompoknya untuk menemukan jawabannya. Penskoran didasarkan pada kinerja individual dan kesuksesan kelompoknya, tetapi individu–individu dan kelompok-kelompok tidak bersaing dengan yang lainnya (tidak ada kompetisi antar kelompok). Learning Together melibatkan tanggung jawab individu terhadap pencapaian siswa.

Learning Together juga mempunyai kelemahan, yakni: tipe ini terkadang mempunyai tanggung jawab individual yang rendah. Dalam teorinya satu orang siswa dapat melakukan seluruh pekerjaan atau


(40)

commit to user

memberi tahu jawabannya kepada yang lain. Akan tetapi tipe ini lebih baik dan memberikan pengaruh positif terhadap siswa dibandingkan metode individualistik atau kontrol.

2)Unsur-unsur Tipe Learning Together

Ada beberapa unsur-unsur yang ditekankan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Seperti dikemukakan oleh Robert E. Slavin (2009:250) yang menyatakan bahwa Learning Together menekankan empat unsur, yaitu:

a) Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang).

b) Interpendensi positif: Para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.

c) Tanggung jawab individual: Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya.

d) Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: Para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.

3)Langkah-langkah Tipe LearningTogether

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Learning Together

dalam Peningkatan Profesionalitas Guru (2010:29) menjelaskan setiap kelompok heterogen beranggota empat-lima siswa untuk membahas materi secara bersama-sama, setiap kelompok bekerja sama untuk membahas suatu materi. Setiap kelompok mengumpulkan hasil pembahasan dan menerima penghargaan berdasarkan apa yang dihasilkan oleh kelompok tersebut. Model ini menekankan pada kegiatan-kegiatan untuk pembentukan untuk pembentukan kebersamaan kelompok sebelum bekerja dan diskusi dalam kelompok tentang seberapa baik mereka bekerja sama.


(41)

commit to user

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, bagi siswa tentunya perubahan yang dimaksud adalah berupa pengetahuan dan kecakapan baru maupun penyempurnaan dari hasil belajar yang telah dicapai sebelumnya. Sebagai individu yang sedang belajar mempunyai kepentingan agar berhasil dalam belajar. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Menurut Nana Sudjana (2009: 3) “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Hasil belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek dan hasil belajar akan tampak pada perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apersepsi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan pembelajaran yang berisi kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek , yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,


(42)

commit to user

aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikimotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang berupa gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, kaharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretative.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar yang diperoleh dapat berupa keterampilan, pengetahuan, kebiasaan dan cita-cita. Hasil belajar juga dapat diketahui dengan menentukan nilai hasil belajar dari peserta didik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

b. PengukuranHasilBelajar

Upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan adalah dengan cara evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni


(43)

commit to user

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.

Peneliti ingin meneliti hasil belajar yang berdasarkan pedoman diatas, yaitu hasil belajar yang berorientasi pada proses dan produk. Proses merupakan suatu kegiatan untuk menuju hasil, sedangkan hasil merupakan produk dari suatu kegiatan. Dalam hal ini indikator yang digunakan adalah partisipasi siswa dalam PBM dan prestasi belajar siswa. Partisipasi siswa dalam PBM dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya dan bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Sedangkan prestasi belajar dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM yang telah ditentukan sekolah.

6. Mata Pelajaran Akuntansi

Akuntansi merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada siswa tingkat menengah atas terutama siswa SMK jurusan akuntansi. American Accounting Association dalam Alam S (2004:2) mendefinisikan pengertian akuntansi sebagai “suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi, yang memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan tersebut.”

American Institute of Certified Publik Accountants (AICPA) dalam Agus Suranto, dkk (2005:2) menjelaskan pengertian akuntansi adalah “seni dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan dengan suatu cara tertentu


(44)

commit to user

dan dalam nilai uang terhadap kejadian atau transaksi yang paling sedikit atau sebagian bersifat keuangan dan penafsiran terhadap hasil-hasilnya.”

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka secara garis besar pengertian akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan dari transaksi-transaksi yang bersifat keuangan yang terjadi pada suatu entitas (badan usaha) dalam suatu periode tertentu yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan untuk pengambilan sebuah keputusan.

Dilihat dari sudut kegiatan usahanya perusahaan secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur/industri. Untuk SMK kelas X Keuangan mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa dan siklus akuntansi perusahaan dagang.

Karakteristik yang sangat menonjol dari mata pelajaran akuntansi adalah banyak hitungan serta pembuatan kolom yang diperlukan pada hampir setiap pokok bahasan. Sehingga untuk mata pelajaran akuntansi harus memahami konsep, siswa juga dituntut untuk terampil dan teliti dengan cara mempraktikkannya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan penelaahan dari hasil penelitian terdahulu yang diperlukan untuk mempertajam penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah yang dilakukan oleh Hinomarus Masu dan Muntari. Hinomarus Masu (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Learning Together untuk meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang Timur Yogjakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk meningkatkan kualitas


(45)

commit to user

proses pembelajaran dan hasil belajar Akuntansi pokok bahasan Jurnal telah mencapai indikator keberhasilan (target) yang telah ditentukan, yaitu: partisipasi siswa dalam diskusi kelas yang semula 3% menjadi 6,5%, interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif dari kondisi awal 50% meningkat menjadi 84%, kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja siswa mencapai 93% dan kemampuan siswa dalam merangkum presentasi guru mencapai 55%.

Muntari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran (Kooperatif Model Learning Together dan Langsung) terhadap Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Kimia pada Siswa SMA dengan kemempuan Matematika Berbeda”. Hasil menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan dalam pemahaman konseptual antara kelompok siswa yang belajar dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dan kelompok siswa yang belajar dengan menerapkan strategi pembelajaran langsung (F=2,177, p=0,142>0,05); (2) kemampuan matematika yang berbeda menberikan pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman konseptual siswa (F=12,855, p=0,000>0,05). Siswa yang memiliki kemampuan matmatika tinggi lebih baik pemahaman konseptualnya bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah; (3) tidak ada pengaruh interaksi dalam penerapan strategi pembelajaran dan kemampuan matematika siswa terhadap pencapaian pemahaman konseptual kimia (F=0,150, p=0,699>0,05); (4) penerapan strategi pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran langsung memberikan pengaruh berbeda dalam pencapaian algoritmik siswa (F=59,537, p=0,000<0,05). Strategi pembelajaran kooperatif lebih unggul bila dibandingkan dengan strategi pembelajaan langsung dalam pencapaian pemahaman algoritmik kimia siswa; (5) kemampuan matematika yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda dalam pencapaian algoritmik kimia (F=19,485, p=0,000<0,05). Siswa yang memiliki kemampuan matematika lebih tinggi lebih baik pemahaman algoritmiknya dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah; (6) tidak ada pengaruh interaksi dalam


(46)

commit to user

penerapan strategi pembelajaran dan kemampuan matematika siswa terhadap pencapaian pemahaman algoritmik kimia (F=0,531, p=0,467>0.05).

Materi Pelajaran yang diambil dalam penelitian yang dilakukan oleh Hinomarus Masu adalah pokok bahasan jurnal. Penelitian ini menggunakan objek yang berbeda dalam menggunakan materi pelajaran, yaitu pencatatan perusahaan jasa (jurmal umum) pada siklus I dan pemindahbukuan (posting) dari jurnal ke buku besar pada siklus II dengan variabel yang sama yaitu kualitas proses dan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Muntari menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe learning together dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran langsung pada pemahaman konseptual dan algoritmik kimia siswa SMA dengan kemampuan matematika yang berbeda. Hasil yang diperoleh adalah pembelajaran kooperatif learning logether lebih unggul daripada pembelajaran langsung. Penelitian tersebut menguatkan peneliti untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe learning together untuk mata pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal maka diperlukan kerangka pemikiran yang sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Selaras dengan judul penelitian yang diambil, yaitu: ”Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together Pada Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Kemampuan peserta didik sangatlah beragam,. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yaitu peningkatan hasil belajar yang optimal, diperlukan interaksi timbal balik positif antara guru dengan siswa melalui metode pembelajaran yang tepat. Pada saat mengajar hal utama yang dibutuhkan oleh


(47)

commit to user

guru yaitu kemampuan dalam memilih dan juga menerapkan metode mengajar yang baik. Metode mengajar yang baik adalah metode yang tepat dalam upaya mencapai hasil belajar yang memuaskan, sedangkan metode yang tepat adalah yang bisa menumbuhkan pemahaman dari dalam diri siswa. Salah satu upaya dalam memperoleh pemahaman siswa adalah antara lain dengan merangsang keaktifan siswa dengan meningkatkan partisipasi dan interaksi siswa agar daya pikir siswa bekerja secara optimal. Sebab, pada setiap kelas walaupun mata pelajarannya sama, tidaklah memiliki karakter yang sama dan permasalahan yang sama pula.

Permasalahan yang dihadapi SMK Kristen 1 Surakarta dalam pembelajaran akuntansi adalah hasil belajar yang masih belum optimal, salah satu faktor penyebabnya adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisispasi dan hasil belajar siswa terhadap materi akuntansi. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti menawarkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together sehingga akan terbentuk suasana belajar yang lebih hidup dengan diskusi dan tanya jawab sekaligus dapat memberikan semangat baru bagi siswa dalam pembelajaran akuntansi. Dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together diharapkan hasil belajar siswa X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta dapat meningkat karena minat dan pemahaman terhadap pembelajaran akuntansi pun meningkat.


(48)

commit to user

Berdasarkan alur penalaran diatas, maka digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka serta kerangka pemikiran, maka dapat penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran akuntansi pada siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”

1. Partisipasi siswa rendah selama proses pembelajaran berlangsung

2. Interaksi antar siswa rendah selama proses pembelajaran berlangsung

3. Ketuntasan belajar rendah. Pembelajaran Konvensional

Hasil belajar siswa rendah/ kurang maksimal

Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif

Learning Together

Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif learning

together

1. Partisipasi siswa meningkat selama proses pembelajaran berlangsung

2. Interaksi antar siswa meningkat selama proses pembelajaran berlangsung

3. Ketuntasan belajar meningkat

Hasil belajar siswa meningkat Penelitian Tindakan

Kelas Proses Belajar


(49)

commit to user 31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kristen 1 Surakarta yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No. 2 Surakarta. Sekolah ini dipimpin oleh Bapak Drs. Siwi Widi Asmoro. Alasan peneliti melakukan penelitian di SMK Kristen 1 Surakarta dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. SMK Kristen 1 Surakarta belum pernah dipergunakan sebagai subjek penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. b. Hasil belajar akuntansi kelas X Keuangan yang belum optimal, guru masih

menggunakan metode ceramah dan hanya sedikit tanya jawab. Perlu dilakukan penelitian dengan penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe

Learning Together dengan harapan hasil belajar siswa meningkat.

2. Waktu Penelitian

Waktu untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai pertengahan bulan Januari 2011 sampai pertengahan bulan Juli 2011. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian

Jenis Kegiatan Jan Feb Maret April Mei Juni Jul

1.Persiapan Penelitian

a.Penyusunan Judul

b.Penyusunan proposal

c.Perijinan

d.Perencanaan Tindakan

2.Implementasi Tindakan

a.Siklus I

b.Siklus II


(1)

commit to user 78 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas X Keuangan SMK Kristen I Surakarta ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan.

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut, terdapat peningkatan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dan peningkatan hasil belajar Mata Pelajaran Akuntansi dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Learning Together pada siswa kelas X Keuangan SMK Kristen I Surakarta.

Upaya tersebut terbukti meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Akuntansi Perusahaan Jasa pada siswa kelas X Keuangan SMK Kristen I Surakarta. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa temuan di kelas, yaitu:

1. Siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan partisipasi siswa pada saat kegiatan diskusi kelompok sebesar 10,64%. Partisipasi siswa dalam kelompok pada siklus pertama sebesar 68,79%. Partisipasi siswa dalam kelompok pada siklus kedua sebesar 79,43%.

2. Siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan partisipasi siswa di dalam kelas sebesar 12,76%. Partisipasi siswa dalam kelas pada siklus pertama sebesar 70,21%. Partisipasi siswa dalam kelas pada siklus kedua sebesar 82,97% .

3. Adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 14,66%.

Ketuntasan belajar siswa pada siklus pertama sebesar 74,47%. Ketuntasan belajar siswa pada siklus kedua sebesar 89,13%.


(2)

commit to user

4. Peningkatan terbesar ada pada ketuntasan hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus kedua mencapai 89,13%. Hal ini sesuai dengan manfaat dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together yaitu memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain, sehingga partisipasi siswa lebih optimal. Dengan partisipasi yang optimal siswa akan mempunyai waktu berpikir yang cukup banyak dan memecahkan masalah yang diberikan guru. Pada akhirnya dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa.

B. Implikasi

Berdasarkan pada simpulan penelitian di atas, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Implikasi Teoretis

Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat belajar atau motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran akuntansi. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan baik, maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan diterima siswa dengan baik apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien.

Selain itu, penggunaan pendekatan yang tepat dalam menerapkan suatu metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kualitas dan efektivitas penyampaian materi yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar.


(3)

commit to user

Hal ini akan berpengaruh pula pada motivasi dan keaktifan siswa pada saat mengikuti pembelajaran sehingga tercipta kegiatan belajar mengajar yang berkualitas.

Secara teoretis hasil penelitian ini terbukti secara jelas bahwa kegiatan pembelajaran akuntansi menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe Learning Together menekankan pada keaktifan siswa secara penuh, sehingga mendorong untuk selalu aktif dalam belajar melalui kegiatan diskusi. Selain itu, dengan adanya kegiatan diskusi dalam pembelajaran lebih mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa melalui pengggunaan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran akuntansi. Siswa terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa juga terlihat lebih berpartisipasi dalam kegiatan diskusi. Disamping itu siswa juga merasa senang dengan adanya diskusi sehingga tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran akuntansi. Hasil belajar siswa yang tercermin dari hasil evaluasi juga mengalami peningkatan.

Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal dalam pembelajaran akuntansi, seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa, minat, dan kondisi lingkungan yang ada. Penilaian juga harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, melalui hasil belajar siswa, keaktifan dan partisipasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi guru dalam pembelajaran akuntansi

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut :


(4)

commit to user 1. Bagi Guru

a. Pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, guru hendaknya membagi kelompok secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuan/intelegensi siswa agar diskusi dapat berjalan secara optimal. b. Pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, guru

hendaknya mengoptimalkan kegiatan belajar siswa saat berdiskusi maupun saat presentasi dengan memberikan pengarahan dan melakukan pengawasan terhadap siswa .

c. Guru hendaknya selalu mengadakan refleksi terhadap proses pembelajaran kooperatif tipe Learning Together yang telah berlangsung dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.

2. Bagi Siswa

a. Siswa memanfaatkan dengan baik penerapan pembelajaran kooperatif tipe Learning Together untuk berdiskusi memecahkan masalah dan saling mengajari satu sama lain agar siswa paham akan materi yang dipelajari. b. Siswa lebih meningkatkan kemampuan berdiskusi serta bersosialisasi

dengan siswa lain dan saling membantu terhadap siswa lain.

c. Siswa harus lebih meningkatkan kedisiplinan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

d. Siswa hendaknya memperhatikan dan tidak gaduh saat guru menerangkan. 3. Bagi Sekolah

a. Perlu adanya bimbingan dan binaan kepada guru agar keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas tercapai.

b. Penelitian ini dapat diterapkan di kelas lain, maupun di sekolah lain. Namun, dalam penerapannya harus menyesuaikan kondisi kelas maupun sekolah masing-masing, karena setiap sekolah dan setiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Maka dengan adanya penyesuaian tersebut diharapkan dapat menciptakan pola pengajaran yang lebih baik.


(5)

commit to user 82 DAFTAR PUSTAKA

Agus Suranto. 2005. Prinsip-prinsip Akuntansi 1 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.

Alam, S. 2004. Ekonomi (untuk SMA dan MA kelas XI). Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hinomarus Masu. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Learning Together untuk meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang Timur Yogjakarta. Jogjakarta. Universitas Sanata Dharma.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning (Efektifitas Belajar Kelompok). Bandung: Alfabeta.

Muntari. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran (Kooperatif Model Learning Together dan Langsung) terhadap Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Kimia pada Siswa SMA dengan Kemampuan Matematika Berbeda. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Robert E. Slavin. 2009. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: PLPG.

Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.


(6)

commit to user

Tim Pengembang Pelatihan PPG. 2010. Peningkatan Profesional Guru.

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

UU No.20 Tahun 2003 (SISDIKNAS). www.google.co.id Diakses tanggal 17


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISIONS PADA MATA PELAJARAN PENGETAHUAN DASAR OTOMOTIF KELAS X

0 11 117

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN STATIKA PADA SISWA KELAS X TGB SMK NEGERI 2 SURAKARTA

0 26 208

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Numbered Heads Together Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 3 53

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN KEARSIPAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DI KELAS X PROGRAM KEAHLIAH ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NA

0 0 46

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KESEKRETARISAN KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI SISWA KELAS X AK 1 SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (PENELITIAN TINDAKAN KELAS).

0 0 19

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD KANISIUS PUGERAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.

2 14 183

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) KELAS X MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 MAGETAN.

0 0 239

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2