Benang Merah Strategi Bisnis Internasion
Tita Yorinda
071411233027
Week 6 – Kelas B
Benang Merah Strategi Bisnis Internasional dan Kebijakan Perekonomian Negara
Bisnis memiliki kajian-kajian utama dalam menerapkan pelaksanaannya di kancah
internasional. Pelaksanaan kegiatan atau aktivitas bisnis dibantu melalui penerapan strategi
dan manajemen dari pebisnis yang bersangkutan. Strategi yang ditetapkan juga harus
memiliki keseragaman dan kepatuhan terhadap kebijakan-kebijakan yang disusun oleh
pemerintah di host country maupun home country agar pelaksanaan aktivitas berinvestasi
menjadi lebih mudah dan lancar dalam penerapannya (Aurkin et. Al, 2014: 2). Pengaturan
kebijakan pemerintah setempat menentukan pula perilaku dari investor-investor yang berada
pada wilayahnya. Dalam tulisan ini, terdapat pembahasan terkait strategi dan bisnis
internasional yang dikaji melalui perbedaan manajemen dan perpindahan faktor investasi
internasional, hubungan kebijakan ekonomi suatu negara dengan investasi yang masuk, serta
pengaturan investasi oleh negara-negara secara internasional.
Manajemen diperlukan oleh sebuah entitas dalam mengatur jalannya kegiatan dan proses dari
entitas terkait. Akan tetapi, strategi yang matang juga dibutuhkan dalam penerapan kegiatan
suatu entitas. Terdapat perbedaan utama dari strategi dan manajemen yang dikaji melalu
pengertian dari kedua elemen tersebut. Manajemen mengandung definisi sebagai organ
serbaguna yang mengelola bisnis dan mengelola manajer dan mengelola pekerja dan bekerja
(Drucker, dalam Singh dan Gupta, 2015: 239). Sementara itu, strategi merupakan sebuah
formula dari bagaimana bisnis akan berkompetisi, apa seharusnya isi dari tujuan, dan apa
kebijakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (Nickols, 2011: 3). Kedua
elemen yang penulis singgung memiliki peran penting dalam ranah bisnis internasional.
Sejenak mengulas kembali, intisari pemikiran dari strategi sendiri terbagi menjadi dua, antara
lain pemikiran Sun Tzu dan Carl von Clausewitz yang memiliki perbedaan pandangan atas
strategi (Aurik et. Al, 2014: 2). Setelah masa perdebatan tersebut, terdapat beberapa
gelombang dari perkembangan strategi bisnis internasional. Pertama, strategi eksklusifitas
pada tahun 1900-an yang mengedepankan eksklusifitas dan monopoli, seperti Amerika
Serikat (Aurik er. Al, 2014: 2). Perusahaan Kereta Api tunggal di Amerika Serikat
memenangkan pasar dan memainkan peran perekonomian negara, sehingga dikenal sebagai
strategi yang efektif dalam penerapannya. Berlanjut dari Perusahaan Kereta Api, terdapat
pula transisi perusahaan menjadi perusahaan minyak Standard Oil Company yang
memonopoli perdagangan minyak Amerika (Aurik et. Al, 2014: 3).
Tita Yorinda
071411233027
Week 6 – Kelas B
Transformasi dari strategi eksklusifitas beralih menjadi strategi kemampuan industri pada
tahun 1900-1968 (Aurik et. Al, 2014: 3). Strategi kemampuan industri pertama kali
diterapkan oleh Frederick Winslow Taylor dan diikuti Alfred P. Sloan dengan menekankan
pada efisiensi pekerja dan arus bekerja semaksimal mungkin guna meningkatkan hasil
produktivitas. Akan tetapi, muncul kritik terhadap pemikiran Taylor, yakni ketidakhadiran
perhatian terhadap sisi sosial dari buruh dan operasi industri. Hal tersebut dijadikan
kesempatan oleh Alfred P. Sloan menerapkan edukasi manajer yang ideal dalam dunia bisnis
internasional (Aurik et. Al, 2014: 3). Ketiga, strategi heydays yang berlangsung pada 1969 –
pertengahan 1990-an berawal dari penerapan konsep “experience curve” oleh Bruce
Henderson, yakni terdapatnya hubungan langsung antara produksi kumulatif dan biaya
produksi yang terlihat dari produksi barang melalui biaya yang rendah untuk
mengkombinasikan penentuan harga, volume produksi, dan biaya produksi dibandingkan
kompetitor. Meneruskan pemikiran Bruce Henderson, terdapat pula Michael Porter dengan
konsep strategi kompetitif yang menekankan pada peningkatan keuntungan kompetitif
dengan fokus pasar dan kompetitor (Porter, 1990: 73). Pemikiran Porter kerap
diidentifikasikan sebagai strategi outside-in yang menitikberatkan faktor eksternal (Aurik et.
Al, 2014: 4). Sementara itu, Porter dikritik oleh C.K. Prahald dan Gary Hamel yang
berpemikiran bahwa strategi kompetitif juga perlu meniliki faktor-faktor yang terdapat dari
dalam perusahaan tersendiri, atau dikenal dengan strategi inside-out yang berfokus pada
faktor internal perusahaan. Evolusi keempat dari strategi bisnis dikenal sebagai strategi
poliferasi yang berlangsung pada pertengahan 1990-an – pertengahan 2010-an. Penekanan
dari strategi poliferasi diberkati oleh tren baru di kancah internasional, yakni kelahiran dari
internet. Internet menghasilkan value chain modularity dan mendorong joint venture,
kerjasama, lisensi, insourcing, serta outsourcing.
Beberapa gelombang dari perkembangan strategi bisnis internasional memperdalam bahasan
tulisan kepada pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap investasi masuk.
Pemerintah dan pebisnis atau investor berjalan beriringan melalui kebijakan perekonomian
negara yang dapat dipatuhi oleh para investor. Peran dari pemerintah dalam hal ini
diperdebatkan menjadi dua premis, yakni pemerintah sebagai pendukung industri dan
pembuat kebijakan langsung terhadap penampilan kompetitif atas industri target atau
strategis, sedangkan premis lain menyatakan bahwa peran pemerintah lebih baik
diminimalisasi agar pasar bebas tetap terlaksana dengan baik (Porter, 1990: 87). Pada jangka
pendek, pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi, proteksi, dan arranged mergers yang
Tita Yorinda
071411233027
Week 6 – Kelas B
cenderung menghambat inovasi dan merupakan kesalahan yang paling umum dan paling
mendalam dalam kebijakan industri pemerintah. Demi merubah sistem kebijakan jangka
pendek dan meningkatkan daya saing nasional, terdapat beberapa hal yang seharusnya
dilakukan oleh pemerintah dan investor melalui “The Diamond of National Advantage”
(Porter, 1990: 78). Pertama, mengenal kondisi faktor yang berkaitan dengan posisi nasional
berdasarkan faktor produksi, seperti tenaga ahli dan infrastruktur. Kedua, kondisi permintaan
yang terkait dengan karakteristik permintaan pasar rumahan dari produk atau jasa industri.
Ketiga, industri yang berkaitan dan pendukung yang berkaitan dengan kehadiran atau absensi
dari negara industri pemasok dan industri berkaitan lainnya yang kompetitif secara
internasional. Keempat, strategi, struktur, dan persaingan perusahaan yang digambarkan
dengan kondisi dalam pemerintahan yang mendukung pembentukan, pengorganisasian, dan
manajemenisasi perusahaan-perusahaan dan karakteristik pesaing domestik. Akan tetapi, di
Indonesia terdapat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang bertujuan untuk
mempermudah
koneksi antarinvestor
maupun investor
dengan pemerintah
dalam
menanamkan modalnya. BKPM membuka kebijakan Satu Pintu untuk memudahkan para
investor asing atau domestik dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia melalui
pemudahan pengaturan dan pengendalian investasi (Indonesia Investment Coordinating
Board, t.t.).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi bisnis mengglobal sejak awal abad
ke-19. Berawal dari Amerika Serikat yang kemudian mengembang pada tahun 1990 karena
terdapatnya internet yang dapat dijangkau oleh seluruh elemen bisnis internasional.
Pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan perekonomian terhadap investor masuk maupun
domestik dinilai kurang mampu membuat keadaan ekonomi negara secara seimbang. Hal
tersebut dikarenakan terdapatnya penerapan kebijakan yang ‘memanjakan’ investor domestik
yang dapat pula menghambat inovasi. Sementara itu, daya saing nasional harus digalakkan
agar perekonomian suatu negara dapat ditingkatkan dalam kancah internasional. Kebijakan
pemerintah di Indonesia terhadap investor asing dan domestik, menurut penulis, patut
diapresiasi karena telah membawa citra baik Indonesia dalam menangani investor dan
perekonomian dengan negara-negara lain melalui perusahaan asing. Dengan demikian,
diharapkan perekonomian negara, khususnya Indonesia, juga dapat meningkat akibat
aktivitas transaksi dan bisnis internasional yang terbantu oleh pemasukan dari perusahaan
asing dan domestik.
Referensi:
Tita Yorinda
071411233027
Week 6 – Kelas B
Aurik, Johan., Jonk, Gillis., Fabel, Martin. 2014. The History of Strategy and its Future
Prospects. A.T. Kearney Inc.
Indonesia
Investment
Coordinating
Board.
T.t.
“Investment”.
Tersedia
dalam
http://www.bkpm.go.id/en/home-investment. Diakses pada 13 Oktober 2016.
Nickols, Fred. 2011. Strategy, Strategic Management, Strategic Planning and Strategic
Thinking. Distance Consulting LLC.
Porter, Michael A. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Harvard Business Review
March-April. Hal 74-91
Singh, S.K. dan Gupta, Sanjay. 2015. Business Studies. Mumbai: SBPD Publications.
071411233027
Week 6 – Kelas B
Benang Merah Strategi Bisnis Internasional dan Kebijakan Perekonomian Negara
Bisnis memiliki kajian-kajian utama dalam menerapkan pelaksanaannya di kancah
internasional. Pelaksanaan kegiatan atau aktivitas bisnis dibantu melalui penerapan strategi
dan manajemen dari pebisnis yang bersangkutan. Strategi yang ditetapkan juga harus
memiliki keseragaman dan kepatuhan terhadap kebijakan-kebijakan yang disusun oleh
pemerintah di host country maupun home country agar pelaksanaan aktivitas berinvestasi
menjadi lebih mudah dan lancar dalam penerapannya (Aurkin et. Al, 2014: 2). Pengaturan
kebijakan pemerintah setempat menentukan pula perilaku dari investor-investor yang berada
pada wilayahnya. Dalam tulisan ini, terdapat pembahasan terkait strategi dan bisnis
internasional yang dikaji melalui perbedaan manajemen dan perpindahan faktor investasi
internasional, hubungan kebijakan ekonomi suatu negara dengan investasi yang masuk, serta
pengaturan investasi oleh negara-negara secara internasional.
Manajemen diperlukan oleh sebuah entitas dalam mengatur jalannya kegiatan dan proses dari
entitas terkait. Akan tetapi, strategi yang matang juga dibutuhkan dalam penerapan kegiatan
suatu entitas. Terdapat perbedaan utama dari strategi dan manajemen yang dikaji melalu
pengertian dari kedua elemen tersebut. Manajemen mengandung definisi sebagai organ
serbaguna yang mengelola bisnis dan mengelola manajer dan mengelola pekerja dan bekerja
(Drucker, dalam Singh dan Gupta, 2015: 239). Sementara itu, strategi merupakan sebuah
formula dari bagaimana bisnis akan berkompetisi, apa seharusnya isi dari tujuan, dan apa
kebijakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (Nickols, 2011: 3). Kedua
elemen yang penulis singgung memiliki peran penting dalam ranah bisnis internasional.
Sejenak mengulas kembali, intisari pemikiran dari strategi sendiri terbagi menjadi dua, antara
lain pemikiran Sun Tzu dan Carl von Clausewitz yang memiliki perbedaan pandangan atas
strategi (Aurik et. Al, 2014: 2). Setelah masa perdebatan tersebut, terdapat beberapa
gelombang dari perkembangan strategi bisnis internasional. Pertama, strategi eksklusifitas
pada tahun 1900-an yang mengedepankan eksklusifitas dan monopoli, seperti Amerika
Serikat (Aurik er. Al, 2014: 2). Perusahaan Kereta Api tunggal di Amerika Serikat
memenangkan pasar dan memainkan peran perekonomian negara, sehingga dikenal sebagai
strategi yang efektif dalam penerapannya. Berlanjut dari Perusahaan Kereta Api, terdapat
pula transisi perusahaan menjadi perusahaan minyak Standard Oil Company yang
memonopoli perdagangan minyak Amerika (Aurik et. Al, 2014: 3).
Tita Yorinda
071411233027
Week 6 – Kelas B
Transformasi dari strategi eksklusifitas beralih menjadi strategi kemampuan industri pada
tahun 1900-1968 (Aurik et. Al, 2014: 3). Strategi kemampuan industri pertama kali
diterapkan oleh Frederick Winslow Taylor dan diikuti Alfred P. Sloan dengan menekankan
pada efisiensi pekerja dan arus bekerja semaksimal mungkin guna meningkatkan hasil
produktivitas. Akan tetapi, muncul kritik terhadap pemikiran Taylor, yakni ketidakhadiran
perhatian terhadap sisi sosial dari buruh dan operasi industri. Hal tersebut dijadikan
kesempatan oleh Alfred P. Sloan menerapkan edukasi manajer yang ideal dalam dunia bisnis
internasional (Aurik et. Al, 2014: 3). Ketiga, strategi heydays yang berlangsung pada 1969 –
pertengahan 1990-an berawal dari penerapan konsep “experience curve” oleh Bruce
Henderson, yakni terdapatnya hubungan langsung antara produksi kumulatif dan biaya
produksi yang terlihat dari produksi barang melalui biaya yang rendah untuk
mengkombinasikan penentuan harga, volume produksi, dan biaya produksi dibandingkan
kompetitor. Meneruskan pemikiran Bruce Henderson, terdapat pula Michael Porter dengan
konsep strategi kompetitif yang menekankan pada peningkatan keuntungan kompetitif
dengan fokus pasar dan kompetitor (Porter, 1990: 73). Pemikiran Porter kerap
diidentifikasikan sebagai strategi outside-in yang menitikberatkan faktor eksternal (Aurik et.
Al, 2014: 4). Sementara itu, Porter dikritik oleh C.K. Prahald dan Gary Hamel yang
berpemikiran bahwa strategi kompetitif juga perlu meniliki faktor-faktor yang terdapat dari
dalam perusahaan tersendiri, atau dikenal dengan strategi inside-out yang berfokus pada
faktor internal perusahaan. Evolusi keempat dari strategi bisnis dikenal sebagai strategi
poliferasi yang berlangsung pada pertengahan 1990-an – pertengahan 2010-an. Penekanan
dari strategi poliferasi diberkati oleh tren baru di kancah internasional, yakni kelahiran dari
internet. Internet menghasilkan value chain modularity dan mendorong joint venture,
kerjasama, lisensi, insourcing, serta outsourcing.
Beberapa gelombang dari perkembangan strategi bisnis internasional memperdalam bahasan
tulisan kepada pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap investasi masuk.
Pemerintah dan pebisnis atau investor berjalan beriringan melalui kebijakan perekonomian
negara yang dapat dipatuhi oleh para investor. Peran dari pemerintah dalam hal ini
diperdebatkan menjadi dua premis, yakni pemerintah sebagai pendukung industri dan
pembuat kebijakan langsung terhadap penampilan kompetitif atas industri target atau
strategis, sedangkan premis lain menyatakan bahwa peran pemerintah lebih baik
diminimalisasi agar pasar bebas tetap terlaksana dengan baik (Porter, 1990: 87). Pada jangka
pendek, pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi, proteksi, dan arranged mergers yang
Tita Yorinda
071411233027
Week 6 – Kelas B
cenderung menghambat inovasi dan merupakan kesalahan yang paling umum dan paling
mendalam dalam kebijakan industri pemerintah. Demi merubah sistem kebijakan jangka
pendek dan meningkatkan daya saing nasional, terdapat beberapa hal yang seharusnya
dilakukan oleh pemerintah dan investor melalui “The Diamond of National Advantage”
(Porter, 1990: 78). Pertama, mengenal kondisi faktor yang berkaitan dengan posisi nasional
berdasarkan faktor produksi, seperti tenaga ahli dan infrastruktur. Kedua, kondisi permintaan
yang terkait dengan karakteristik permintaan pasar rumahan dari produk atau jasa industri.
Ketiga, industri yang berkaitan dan pendukung yang berkaitan dengan kehadiran atau absensi
dari negara industri pemasok dan industri berkaitan lainnya yang kompetitif secara
internasional. Keempat, strategi, struktur, dan persaingan perusahaan yang digambarkan
dengan kondisi dalam pemerintahan yang mendukung pembentukan, pengorganisasian, dan
manajemenisasi perusahaan-perusahaan dan karakteristik pesaing domestik. Akan tetapi, di
Indonesia terdapat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang bertujuan untuk
mempermudah
koneksi antarinvestor
maupun investor
dengan pemerintah
dalam
menanamkan modalnya. BKPM membuka kebijakan Satu Pintu untuk memudahkan para
investor asing atau domestik dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia melalui
pemudahan pengaturan dan pengendalian investasi (Indonesia Investment Coordinating
Board, t.t.).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi bisnis mengglobal sejak awal abad
ke-19. Berawal dari Amerika Serikat yang kemudian mengembang pada tahun 1990 karena
terdapatnya internet yang dapat dijangkau oleh seluruh elemen bisnis internasional.
Pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan perekonomian terhadap investor masuk maupun
domestik dinilai kurang mampu membuat keadaan ekonomi negara secara seimbang. Hal
tersebut dikarenakan terdapatnya penerapan kebijakan yang ‘memanjakan’ investor domestik
yang dapat pula menghambat inovasi. Sementara itu, daya saing nasional harus digalakkan
agar perekonomian suatu negara dapat ditingkatkan dalam kancah internasional. Kebijakan
pemerintah di Indonesia terhadap investor asing dan domestik, menurut penulis, patut
diapresiasi karena telah membawa citra baik Indonesia dalam menangani investor dan
perekonomian dengan negara-negara lain melalui perusahaan asing. Dengan demikian,
diharapkan perekonomian negara, khususnya Indonesia, juga dapat meningkat akibat
aktivitas transaksi dan bisnis internasional yang terbantu oleh pemasukan dari perusahaan
asing dan domestik.
Referensi:
Tita Yorinda
071411233027
Week 6 – Kelas B
Aurik, Johan., Jonk, Gillis., Fabel, Martin. 2014. The History of Strategy and its Future
Prospects. A.T. Kearney Inc.
Indonesia
Investment
Coordinating
Board.
T.t.
“Investment”.
Tersedia
dalam
http://www.bkpm.go.id/en/home-investment. Diakses pada 13 Oktober 2016.
Nickols, Fred. 2011. Strategy, Strategic Management, Strategic Planning and Strategic
Thinking. Distance Consulting LLC.
Porter, Michael A. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Harvard Business Review
March-April. Hal 74-91
Singh, S.K. dan Gupta, Sanjay. 2015. Business Studies. Mumbai: SBPD Publications.