Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kel

HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL, KETRAMPILAN PROSES DAN
MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU SMK NEGERI 3 MEDAN SEBAGAI
RINTISAN SEKOLAH BERTARAP INTERNASIONAL
Oleh : Imam Kusnodin
ABSTRAK
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru SMK Megeri 3 Medan dengan
koefisien korelasi sebesar ry1 = 0,857, dan konstribusi efektif sebesar 14,162%; (2) terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi proses guru dengan kinerja guru SMK
Megeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry2 = 0,727, dan konstribusi efektif sebesar
21,253%; (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dengan kinerja guru
SMK Megeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry3 = 0,717, dan konstribusi efektif
sebesar 40,484%; (4) terdapat hubungan yang positif dan signisifikan antara Kompetensi
Profesional dan atau Keterampilan Proses, dan atau Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja
Guru SMK Negeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry.12 = 0,870; (5) terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi secara bersama-sama
dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry.13 = 0,861; (6)
terdapat hubungan yang positif dan searah antara Keterampilan Proses dan Motivasi secara
bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry.23 =
0,776; dan (7) terdapat hubungan yang positif dan searah antara Kompetensi Profesional,
Keterampilan Proses, dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3

Medan dengan koefisien korelasi sebesar ry.123 = 0,871, dengan konstribusi sebesar 87,10% dan
sisa sebesar 12,90% diperkirakan dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar kompetensi profesional,
keterampilan proses, dan motivasi.

Kata kunci : Kompetensi Profesional, Ketrampilan Proses, Motivasi, Kinerja Guru
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kesadaran dan tanggung
jawab setiap orang agar menjadi sumber daya manusia yang siap bersaing di dalam kehidupan
masyarakat dan kehidupan global, dimana Mulyasa (2006:3) menjelaskan bahwa peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan
pembangunan. Hal ini bermakna bahwa pengembangan kualitas sumber daya manusia harus
diikuti oleh pengembangan proses dan kualitas pendidikan, artinya peningkatan kualitas
pendidikan harus menjadi perhatian dan sektor utama dalam proses pembangunan bangsa.
Guru merupakan salah satu elemen penting dalam sistem pendidikan nasional, khususnya
yang dilaksanakan di sekolah. Komponen-komponen lain tidak akan memberikan arti apabila
interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Begitu pentingnya peran guru dalam
mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga tidak akan ada perubahan atau
peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kompetensi guru, dimana diyakini
kualitas pendidikan akan meningkat apabila guru melaksanakan proses pembelajaran yang
berkualitas pula. Hal ini memberikan makna bahwa guru berkompetensi tinggi tentunya akan

mampu dan terampil dalam memberdayakan sarana pembelajaran yang pada akhirnya akan
mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Apabila peningkatan kualitas pendidikan berawal dari
lingkungan sekolah maka yang menjadi faktor penentu adalah guru. Artinya, upaya peningkatan
kualitas guru berdampak pada kualitas pembelajaran, selanjutnya berdampak pada kualitas
sekolah dan pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan secara menyeluruh.
Berbagai penelitian telah menggambarkan betapa pentingnya peranan kinerja guru dalam
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

1

mensukseskan kegiatan pendidikan, diantaranya penelitian Sudjana dalam Widoyoko (2002:42)
menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa di pengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian
kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran
memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan
sumbangan 8,60%. Selanjutnya studi Heynemen dan Loxley dalam Supriadi (1999:178), pada
tahun 1983 di 29 negara. Di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap
prestasi belajar sebesar 34% sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik
26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajeman 23%, waktu belajar 22%
dan sarana fisik 19%. Dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli tersebut menunjukkan
bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka kinerja guru (performance) merupakan

prioritas utama yang harus diperbaiki. Perbaikan pada unsur yang lainya seperti kurikulum,
sarana dan prasarana tidak memberikan pengaruh yang berarti bila tidak dibarengi dengan
perbaikan terhadap kinerja guru.
Gibson dalam Ilyas (1999:57), mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor yang
memengaruhi kinerja, yaitu: (1) faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang; (2) faktor psikologis :
persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja; (3) faktor organisasi: struktur
organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). Menurut
Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam Ilyas (1999:57), mengemukakan bahwa faktorfaktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: (1) kemampuan pekerja; (2)
Motivasi; (3) Dukungan yang diterima; (4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan; dan 5)
Hubungan mereka dengan organisasi.
SMK Negeri 3 Medan sejak tahun awal tahun 2008 telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI telah melakukan pengembangan kemampuan/ kapasitas sumberdaya
manusia dilakukan terhadap guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan. Pengembangan
kemampuan/ kapasitas dilakukan dengan penilaian terhadap kondisi nyata sumberdaya manusia
saat ini yang ada di sekolah dan ditindaklanjuti dengan pelatihan baik yang dilaksanakan di
sekolah dengan mengundang fasilitator dari P4TK propinsi Sumatera Utara maupun
mengirimkan guru-guru produktif untuk mengikuti studi banding ke Sekolah Bertaraf
Internasional yang ada di pulau Jawa.

Pengembangan dan modernisasi manajemen Sekolah dilakukan untuk mengubah
manajemen Sekolah yang tradisional menjadi manajemen Sekolah yang modern dengan
melibatkan dan/atau memerankan komite Sekolah. Hasil dari pengembangan dan modernisasi
dalam bidang manajemen SMK Negeri 3 telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 yang
dikeluarkan oleh badan sertifikat internasional SAI GLOBAL pada tanggal 2 September 2009
dengan nomor sertifikat QEC 26194. Pengembangan dan modernisasi kelembagaan dilakukan
dengan melengkapi infrastruktur sekolah yang mengacu pada penggunaan teknologi komunikasi
dan informasi (ICT).
Konsolidasi dilakukan untuk menemukan praktek-praktek yang baik(the best practices)
dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik(the lessons learned), baik melalui diskusi fokus
secara terbatas maupun diskusi fokus secara luas melalui lokakarya atau seminar dengan
menghadirkan ahli SAI GLOBAL, P4TK Propinsi Sumatera Utara dan Guru Senior dari SMK
Pertanian Cimahi.
Melalui fase rintisan ini, pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan dapat
memberikan hasil yang optimal, dan sistematik, sehingga
apabila SMK Negeri 3 yang
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

2


ditetapkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan memiliki karakteristik keunggulan
yang ditunjukkan dengan pengakuan internasional terhadap proses dan hasil atau keluaran
pendidikan yang berkualitas dan teruji dalam berbagai aspek. Pengakuan internasional ditandai
dengan penggunaan standar pendidikan internasional dan dibuktikan dengan hasil sertifikasi
berpredikat baik dari salah satu Negara anggota Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) dan/atau Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan. Hal ini disebabkan karena mutu setiap Sekolah Bertaraf Internasional
dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses
pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu
memenuhi Standar Proses. Mutu setiap Sekolah Bertaraf Internasional dijamin dengan guru
yang memiliki kinerja optimal sesuai dengan tugas profesionalnya. Pendidik memiliki peranan
yang strategis karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan.
Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu Standar
Pendidik.
Menurut Rivai dan Ahmad Fawzi (2006.14-17), kinerja adalah hasil atau taraf
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam mengerjakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya yang telah disepakati bersama.

Kinerja menurut model Vroomian : Performance = f(Ability x Motivation), menurat
model ini kinerja seorang guru merupakan fungsi perkalian antara kemampuan (ability) dan
motivasi (motivation). Hubungan perkalian tersebut mengandung makna bahwa: jika seorang
guru rendah pada salah satu komponen ( kemampuan atau motivasi) maka prestasi kerjanya akan
rendah pula. Sehingga, jika kinerja seorang guru yang rendah berarti motivasi yang rendah
dengan kemampuan yang rendah pula (Mulyasa,2006:136).
Hersey dan Blanchard (1982:69) menyampaikan konsepnya bahwa kinerja merupakan
suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan,
seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Untuk kinerja guru,
kemampuan dimaksud adalah kemampuan profesional yang mendukung keberhasilannya dalam
menjalankan tugasnya sebagai guru di satuan pendidikan. Kesediaan dan keterampilan seseorang
tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang
akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Sementara itu,
Sagala (2007.180-183) berpendapat bahwa kinerja merupakan
perwujudan dari hasilkarya yang dicapai oleh suatu institusi atau lembaga. Ukuran keberhasilan
suatu institusi/lembaga mencakup seluruh kegiatan setelah melalui penilaian untuk melihat
keberhasilan terhadap tujuan usaha yang telah ditentukan dan dilaksanakan. Dari pengertian
tersebut tercakup beberapa unsur penting. Pertama , adanya institusi atau lembaga, baik berupa
lembaga (institute) seperti organisasi atau pranata (institutions) seperti sistem pengaturan dan

sekolah.
Kedua , adanya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan usaha untuk
mencapaiannya. Ketiga , adanya instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penilaian
kinerja.
Mengacu dari pendapat para ahli dan paparan di atas maka penulis berkesimpulan bahwa
kinerja guru adalah unjuk kerja atau prestasi yang diawali dari perencanaan kerja sampai dengan
batasan waktu tertentu untuk mencapai tujuan dari pekerja dengan indikator meliputi:
merencanakan kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan pelaksanaan
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

3

kegiatan evaluasi pembelajaran.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
mengatakan bahwa Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya.
Sudradjat (2008), mengemukakan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan
Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (a) materi pelajaran
secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan (b) konsep dan metode disiplin
keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren
dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah
kemampuan guru terhadap penguasaan materi, struktur konsep standar kompetensi dan
kompetensi dasar, pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampunya dan
dapat mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.
Keterampilan proses merupakan pendekatan
yang menggunakan proses untuk
memahami dan mempelajari konsep dalam pembelajaran yang merupakan keterampilan
intelektual, manual dan sosial. Keterampilan intelektual melibatkan siswa untuk berpikir,
keterampilan manual termasuk keterampilan porses karena melibatkan penggunaan alat dan
bahan. Untuk keterampilan sosial siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan keterampilan proses misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
Keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap siswa memiliki potensi
yang berbeda-beda, dalam situsi yang normal mereka dapat mengembangkan potensi secara
optimal. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, siswa

berperan sebagai pencari informasi dan bukan lagi sebagai penerima informasi, maka dari itu
siswa harus terampil dalam mengelola infomasi yang diperolehnya.
Selanjutnya Semiawan dalam prepository.upi.adu (tanpa tahun) mengemukanan
beberapa alasan yang mendasari perlunya diterapkan keterampilan proses dalam kegiatan belajar
mengajar, yaitu:
1) Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, tidak memungkinkan guru
mengajarkan semua fakta/konsep. Oleh karena itu siswa harus dibekali keterampilan proses
agar dapat memeroleh pengetahuan sendiri tanpa tergantung pada guru.
2) Konsep-konsep yang rumit akan lebih mudah dipahami oleh para siswa bila disertai contohcontoh kongkrit dan contoh-contoh yang wajar sesuai dengan kondisi yang dihadapi, dengan
mempraktekan sendiri sebagai upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap keadaan
fisik, melalui penganan benda-benda yang benar-benar nyata yang ada disekitarnya.
3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuan bersifat
relativ. Suatu teori mungkin terbantah untuk mendapatkan data baru yang mampu
membuktikan kekeliruan teori yang dianut.
4) Pengembagan konsep tidak boleh dipisahkan dengan pengembangan sikap dan nilai agar
menjadi manusia yang mampu menyeimbangkan keintelektualannya dan kepribadiannya.
Adapun tujuan menggunakan pendekatan keterampilan porses antara lain:
1) Untuk memberi motivasi belajar siswa karena dengan keterampilan proses siswa senantiasa
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED


4

berperan aktif dalam belajar.
2) Memperdalam konsep, pengertian, fakta, yang dipelajari kerena hakikatnya siswa sendirilah
yang mencari dan menemukan konsep.
3) Menerapkan teori dalam kehidupan masyarakat.
4) Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di masyarakat sebab siswa
telah terlatih berpikir logis dalam mengamati yang merupakan memecahkan permasalahan.
Menurut Semiawan bahwa kemampuan yang dikembangkan dalam keterampilan proses
antara lain: (1) observasi atau pengamatan; (2) penghitungan; (3) pengukuran; (4) klasifikasi; (5)
hubungan ruang dan waktu; (6) pembuatan hipotesis; (7) perencanaan dan Penilaian; (8)
pengamatan variabel; (9) interpretasi data; (10) kesimpulan sementara; (11) peramalan; (12)
penerapan; (13) keterampilan mengomunikasikan apa yang ditemukan
Keterampilan proses yang diterapkan di tingkat SMK dapat menerapkan sebagian
saja dari keterampilan-keterampilan proses yang dikemukakan oleh Semiawan diatas. Hal ini
disesuaikan keterampilan berpikir yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak
tingkat SMK yang meliputi; pengamatan, mengklasifikasi, menafsirkan, meramalkan,
menerapkan, merencanakan, dan mengkomunikasikan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan proses adalah pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa berupa

kreatifitas dan intelektual yang dimiliki oleh siswa yang dapat digali dan dikembangkan,
sehingga dalan proses penerimaan pembelajaran siswa mendapatkan pengalaman sendiri dalam
menemukan hal-hal baru melalui: (1) pengamatan; (2) mengklasifikasi; (3) menafsirkan; (4)
meramalkan; (5) menerapkan; (6) merencanakan; dan (7) mengomunikasikan.
Motivasi menurut Hersey dan Blanchard (1982:17) adalah sesuatu di dalam diri sesorang
yang mendorong atau menyebabkan orang tersebut untuk melakukan aktivitas tertentu. Sesuatu
yang mendorong itu dinamakan motif. Motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan, gerak hati
dalam diri sesorang. Motif diarahkan pada tujuan, yang mungkin berada pada alam sadar atau
mungkin juga pada alam bawah sadar. Motif adalah ikhwal “mengapanya” perilaku. Motif
timbul dan mempertahankan aktivitas serta menentukan arah umum perilaku seseorang. Menurut
esensinya, motif atau kebutuhan, merupakan dorongan utama aktivitas.
Telah dikemukakan diatas, bahwa perilaku seseorang pada saat tertentu bisanya
ditentukan oleh kebutuhan yang paling dominan. Oleh karena itu penting artinya bagi kita untuk
memahami kebutuhan yang umumnya paling mendasar bagi manusia. Menurut Maslow dalam
Hersey dan Blanchard (1982:30-47) kebutuhan manusia yang memotivasinya untuk berprilaku
adalah:
a. Kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan pokok manusia untuk mempertahankan hidupnya
yang meliputi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang biasanya dikaitkan
dengan uang.
b. Kebutuhan rasa aman (sekuriti).
Kebutuhan ini pada dasarnya merupakan kebutuhan untuk terbebas dari ancaman fisik dan
perampasan kebutuhan pokok fisiologis. Kebutuhan ini disamping berhubungan dengan halhal kekinian dan seakarang juga berhubungan dengan keriasuan terhadap masa depan baik
berkaitan dengan pekerjaan, jabatan, dan pensiun sehingga merasa aman akan kelangsungan
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya pada masa-masa yang akan datang.
c. Kebutuhan Sosial ( Afiliasi)
Manusia adalah makhluk sosial, manusia merasa bagian dari yang lain dan diterima dengan
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

5

baik oleh manusia yang lain, maka ia memiliki kebutuhan untuk diterima dilingkungan
sosialnya. Lingkungan sosial ini meliputi lingkungan teman seprofesi maupun lingkungan
masyarakat yang lebih luas di mana mereka berada.
d. Kebutuhan Penghargaan
Setelah kebutuhan sosial terpenuhi, maka manusia terdorong untuk mendapat penghargaan
dari manusia lain dalam kelompok sosialnya. Kebutuhan akan penghargaan ini berkaitan
dengan prestise dan kekuasan. Manusia yang berorientasi pada prestise, maka termotivasi
untuk sejajar dengan orang-orang yeng terkenal dan berpengaruh yang diidolakannya.
Kebutuhan untuk kuasa, yaitu kebutuhan untuk memengaruhi orang lain
e. Kebutuhan Perwujudan Diri.
Kebutuhan ini berkaitan dengan kompetensi dan presetasi. Orang yang berperasaan memiliki
komptensi tinggi sering termotivasi untuk mencari tantangan baru atau menempuh resiko, ia
tidak akan membiarkan lingkungan mengendalikannya tetapi ia akan berusaha untuk merubah
dan mengendalikannya. Sedangkan kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan yang
mendorong orang untuk terus memeroleh hasil yang maksimal dalam pekerjaanya. Orang
memiliki kebutuhan untuk berprestasi dalam bekerja akan: (1) bersikap tidak untunguntungan; (2) selalu mengambil jalan tengah, karena ia meyakini bahwa upaya dan
kemampuannya akan memengaruhi hasil kerjanya; (3) ia lebih menyukai prestise pribadi
daripada ganjaran keberhasilan; dan (4) memiliki hasrat mencari situasi-situasi dimana ia
memeroleh balikan tentang seberapa baik hal-hal yang dilakukan berkait erat dengan
penekanan pada prestasi pribadi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan jenis
penelitian korelasional. Hal ini dirancang untuk memeroleh informasi tentang gejala pada saat
penelitian, menuturkan pemecahan masalah yang ada, menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasikannya. Desain penelitian diupayakan untuk mengkaji faktor-faktor yang telah
terjadi yang diperkirakan sebagai penyebab dari keadaan yang ada sekarang, kemudian mencoba
menyelidiki dan menganalisis faktor-faktor yang diduga penyebab kejadian tersebut.
Populasi peneltian ini adalah guru SMK Negeri 3 Medan sebanyak 70 orang, dengan
rincian Guru PNS sebanyak 50 orang dan Guru Honorer (Non PNS) sebanyak 20 orang.
Mengacu pada pendapat Suharsimi (1993: 107), bahwa jika subjek yang akan diteliti
kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian
populasi. Maka peneliti menetapkan sampel penelitian sebanyak 50 orang yang berasal dari Guru
berstatus PNS, dan responden uji coba penelitian sebanyak 20 orang berasal dari Guru Non PNS
di SMK Negeri 3 Medan yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan beberapa teknik, meliputi:
1. Untuk memeroleh data tentang kinerja guru, dilakukan observasi terhadap data pendukung
dan kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
2. Untuk memeroleh data tentang kompetensi profesional guru, keterampilan proses dan
motivasi guru digunakan angket penelitian
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis dengan analisis korelasi
dan regresi, dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Deskripsi data dari setiap variabel penelitian guna melihat: rata-rata, standar deviasi,
distribusi frekuensi, skewness, kurtosis dan histogram, diperoleh dengan mengolah data
menggunakan program SPSS 20.0. Berdasarkan gambaran deskripsi data juga dapat
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

6

digunakan untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan
membandingkan kurtosis dengan rasio kurtosis dan skewness dengan rasio skewness,
dimana data berdistribusi normal jika rasio kurtosis dan rasio skewness berada antara -2
dan 2 (Anonimus, Normalitas skewness dan kuortosis dalam www.konsultanstatistik.com).
Selanjutnya data berdistrubusi normal jika Lo< Ltabel pada taraf signifikansi alpha 0,05, serta
uji kelinieran dan keberartian garis regresi. Jika data populasi berdistribusi normal maka
dilakukan uji analisis regresi.
2. Uji kemandirian antar-variabel bebas, dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
memiliki hubungan yang kuat atau tidak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
terjadi multikolinieritas atau sebaliknya. Data diolah menggunakan program SPSS 20.0.
3. Uji Linieritas, uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linier tidaknya hubungan antara
variabel terikat dengan variabel bebas dengan .
Paradigma penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
berikut:
Kompetensi Profesional (X1)
Penguasaan materi, struktur,
konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang
diampu(X1a)
2. Mengembangkan
Keprofesionalan melalui
tindakan yang reflektif(X1b)

ry X1Y

1.

ry X1X3
ry X1X2

KeterampilanProses (X2)
1. Mengamati (X2a)
2. Klasifikasi (X2b)
3. Menafsirkan (X2c)
4. Meramalkan (X2d)
5. Menerapkan (X2e).
6. Merencanakan penelitian
(X2f).
7. Mengkomunikasikan (X2g).

Kinerja Guru (Y)
1. Merencanakan
pembelajaran (Y1)
2. Melaksanakan
pembelajaran (Y2)
3. Nilai hasil ulangan setelah
pembelajaran (Y3)

ry X1X2X3

ry X2Y

ry X2X3
Motivasi (X3)
1. Fisiologis (X3a)
2. Rasa aman (X3b)
3. Sosial (X3c)
4. Penghargaan(X3d)
5. Perwujudan diri (X3d)

ry X3Y

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Deskripsi data penelitian berdasarkan tabel di atas diuraikan sebagai berikut:
1. Variabel Kompetensi Profesional (X1)
Diperoleh hasil skor rata-rata hitung = 132,38 (tergolong cukup), nilai tengah = 133,60,
nilai yang sering muncul = 123, simpangan baku = 8,061, varian = 64,975, rentang data = 35
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

7

data minimum 115 dan data maksimum 150 serta skor ideal maksimum 180 dan skor ideal
minimum 36 didasarkan pada distribusi data variabel Kompetensi Profesional diperoleh
kecenderungan 30 orang (60,00%) variabel berada di bawah rata-rata, 17 orang (34,00%) berada
pada rata-rata skor, dan 3 orang (6,00%) berada di atas rata-rata. Berdasarkan perhitungan uji
kecenderungan Kompetensi Profesional diperoleh hasil bahwa variabel kompetensi profesional
cenderung cukup yaitu sebesar 42,00%.
2. Variabel Keterampilan Proses (X2)
Diperoleh hasil skor rata-rata hitung = 128,48 (tergolong cukup), nilai tengah = 128,50,
nilai yang sering muncul = 129, dengan simpangan baku = 4,418, varian = 19,520, rentang data =
16 data minimum 120 dan data maksimum 136, skor ideal maksimum 185 dan skor ideal
minimum 37. Didasarkan distribusi data variabel Keterampilan Proses diperoleh kecenderungan
17 orang (34,00%) berada di bawah rata-rata, 16 orang (32,00%) berada pada rata-rata, dan 17
orang (34,00%) berada di atas rata-rata. Berdasarkan perhitungan uji kecenderungan
Keterampilan Proses diperoleh hasil bahwa variabel Keterampilan Proses cenderung cukup yaitu
sebesar 24,00%.
3. Variabel Motivasi (X3)
Diperoleh hasil skor rata-rata hitung = 192,74 (tergolong cukup), nilai tengah = 193,00,
nilai yang sering muncul = 195, dengan simpangan baku= 3,433, varian = 11,788, rentang data =
13 data minimum 186 dan data maksimum 199 skor ideal maksimum 290 dan skor ideal
minimum 58. berdasarkan distribusi data variabel Motivasi diperoleh 16 orang (32,00%)
berada di bawah rata-rata, 18 orang (36,00%) berada pada rata-rata , dan 16 orang (32,00%)
berada di atas rata-rata. Berdasarkan perhitungan uji kecenderungan Motivasi diperoleh hasil
bahwa variabel Motivasi cenderung cukup yaitu sebesar 34,00%.
4. Variabel Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan (Y)
Diperoleh hasil bahwa skor rata-rata hitung = 86,68 (tergolong kurang), nilai tengah =
87, nilai yang sering muncul = 89, dengan simpangan baku = 4,293, varian = 18,426, rentang
data = 16 data minimum 80 dan data maksimum 96.skor ideal maksimum 96 dan skor ideal
minimum 24. Berdasarkan distribusi data variabel Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
diperoleh kecenderungan 24 orang (48,00%) berada di bawah rata-rata , 14 orang (28,00%)
berada pada rata-rata, dan 12 orang (24,00%) berada di atas rata-rata Berdasarkan perhitungan
uji kecenderungan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
diperoleh hasil bahwa variabel
Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan cenderung cukup yaitu sebesar 28,00%.
Mengacu pada data- data penelitian di atas, nilai standar deviasi Kompetensi Profesional
sebesar 8,061, Keterampilan Proses sebesar 4,418, Motivasi sebesar 3,433, dan Kinerja Guru
SMK Negeri 3 Medan sebesar 4,293 menunjukkan bahwa Kompetensi Profesional lebih
bervariasi dibandingkan dengan Keterampilan Proses, Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dan
Motivasi.
Pembahasan
Dari analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hubungan antara Kompetensi Profesional dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
Hipotesis pertama adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional dengan
Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hasil uji analisis statistik memeroleh korelasi ry1 = 0,857,
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

8

bermakna sangat signifikan, dengan konstribusi ry12 = 0,735 dan prediksi Ῡ = -4,081+ 0,706X1.
Berdasarkan uji hipotesis disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau
Kompetensi Profesional berhubungan dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan.
Temuan penelitian bahwa terdapat hubungan positip antara Kompetensi Profesional terhadap
Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hal ini mengartikan bahwa semakin tinggi Kompetensi
Profesional maka akan meningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Temuan di atas
sesuai dengan penelitian Habjet (2003) yang mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
dikontribusi oleh kegiatan kelompok kerja guru sebesar 10,9 %, dan oleh sikap mengajar guru 20
%, dan secara bersama-sama kegiatan kelompok kerja guru dan sikap mengajar berkontribusi
sebesar 23,2% terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Kekuatan hubungan antara variabel Kompetensi Profesional dengan Kinerja Guru SMK
Negeri 3 Medan jika dilakukan pengontrolan terhadap Keterampilan Proses dan Motivasi
diperoleh koefisien korelasi parsial ry1.23 = 0,626, ry1.232 = 0,392 dengan makna signifikansi
hubungan antara Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sebesar
39,20% jika Keterampilan Proses dan Motivasi dikontrol. Kompetensi Profesional memberikan
konstribusi efektif sebesar 14,162%, terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dimana
faktor lainnya diyakini dipengaruhi oleh Keterampilan Proses dan Motivasi serta faktor lainnya
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kompetensi Profesional memberikan konstribusi relatif
sebesar 18,659% terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dimana faktor lainnya diyakini
dipengaruhi oleh Keterampilan Proses dan Motivasi serta faktor lainnya yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Temuan-temuan di atas mengisyaratkan kompetensi profesional dipandang sebagai
pilarnya teras kinerja dari sesuatu profesi. Hal tersebut mengandung implikasi bahwa seorang
profesional harus menunjukkan karakteristik utamanya sebagai berikut: (1) Mampu melakukan
sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional. Dalam arti dia harus memiliki visi dan misi yang jelas
mengapa dia melakukan, apa yang dilakukannya berdasarkan analisis kritis dan pertimbangan
tugas logis dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang apa yang dikerjakannya,
(2) Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis dan
generalisasi, data dan informasi) tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas
pekerjaaannya, (3) Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode dan teknik,
prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus
melakukan tugas pekerjannya, (4) Memahami perangkat persyaratan ambang tentang ketentuan
kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria
keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya, (5) Memiliki daya (motivasi) dan
citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya. Bukan sekadar puas dengan
memadai persyaratan minimal, melainkan berusaha mencapai yang sebaik mungkin, (6)
Memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atas perangkat kompetensinya yang dalam batas
tertentu dapat didemonstrasikan dan teruji, sehingga memungkinkan memeroleh pengakuan
pihak berwenang . Hal ini bermakna bahwa Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan mampu
mengakomodir pemikiran-pemikiran yang dijabarkan di atas dalam menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu,
mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Terhadap 48% guru yang kompetensi profesionalnya dibawah rata-rata dengan rincian
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

9

24% (12 guru dari 50 guru) berkompetensi kurang dan 24% (12 guru dari 50 guru)
berkompetensi rendah, pihak pimpinan sekolah atau pihak-pihak yang terkait harus berupaya
keras untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya sebelum SMK Negeri 3 Medan ditetapkan
sebagai SMK SBI, jika sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan belum mencapai
kompetensi profesional minimal maka SMK Negeri 3 Medan tidak layak ditetapkan sebagai
SMK SBI, dikarenakan gurunya belum memenuhi setandar kompetensi minimal sebagai guru
SMK SBI. Kompetensi profesional guru yang harus ditingkatkan adalah kemampuan guru
terhadap penguasaan materi, strukturkonsep standar kompetensi dan kompetensi dasar, pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampunya dan dapat mengembangkan
keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif, meliputi: (a) penguasaan materi pemebelajaran,
(b) pengelolaan kelas. (c) pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (d) penggunaan media
pembelajaran, (e) penggunaan metode pembelajaran, dan (f) penilai prestasi belajar
Sedangkan terhadap 52% guru yang telah memiliki kompetensi profesionalnya diatas
rata-rata dengan rincian 42% guru (21 dari 50 guru) memiliki kompetensi profesional cukup dan
10% guru (5 dari 50 guru) memiliki kompetensi profesional tinggi, pimpinan sekolah juga harus
terus memberi motivasi untuk terus meningkatkan kompetensinya, diantaranya dengan
menjadikan sebagai guru model di SMK Negeri 3 Medan yang diharapkan dapat dicontoh oleh
guru- guru lain yang masih memiliki kemampuan kompetensi profesionalnya dibawah rata-rata.
2. Hubungan antara Keterampilan Proses dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
Hipotesis kedua adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Proses dengan Kinerja
Guru SMK Negeri 3 Medan. Hasil uji analisis statistik memeroleh korelasi ry1 = 0,727,
bermakna kuat, dengan konstribusi ry12 = 0,528 dan prediksi Ῡ = -4,081+ 0,706X1.
Berdasarkan uji hipotesis disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau
Keterampilan Proses berhubungan secara nyata (signifikan) dengan Kinerja Guru SMK
Negeri 3 Medan. Temuan penelitian bahwa terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional
terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi
Keterampilan Proses maka akan meningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Temuan di
atas sesuai dengan pemikiran Benne dkk dalam ilmiahpendidikan.com (2010) bahwa dengan
pemberian pendekatan keterampilan proses, siswa akan mengetahui kesalahan dan kekurangan,
dan mengetahui penilaian atau komentar , yang diberikan oleh guru tentang tampilan siswa
dalam mengerjakan test atau latihan. Pendekatan keterampilan proses itu dapat berfungsi sebagai
perbaikan atau penguat. Pendekatan keterampilan proses berfungsi sebagai perbaikan atau
penguat apabila memberikan informasi kepada penerima pendekatan keterampilan proses tentang
bagian – bagian mana dari perbuatan atau tingkah laku penerima pendekatan keterampilan proses
kurang atau tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kekuatan hubungan antara variabel Keterampilan Proses dengan Kinerja Guru SMK
Negeri 3 Medan jika dilakukan pengontrolan terhadap Kompetensi Profesional dan Motivasi
diperoleh koefisien korelasi parsial ry2.13 = 0,253, ry2.132 = 0,064 dengan makna signifikansi
hubungan antara Keterampilan Proses terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan hanya
sebesar 6,40% jika Kompetensi Profesional dan Motivasi dikontrol. Keterampilan Proses
memberikan konstribusi efektif sebesar 21,253%, terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan,
dimana faktor lainnya diyakini dipengaruhi oleh Kompetensi Profesional dan Motivasi serta
faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Keterampilan Proses memberikan
konstribusi relatif sebesar 28,001% terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dimana faktor
lainnya diyakini dipengaruhi oleh Kompetensi Profesional dan Motivasi serta faktor lainnya
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

10

Temuan-temuan di atas menggambarkan bahwa keterampilan proses meliputi langkah–
langkah berikut, yaitu: Pengamatan, yaitu mengumpulkan data atau informasi melalui
penerapan indera, Menggolongkan (mengklasifikasikan) yaitu keterampilan menggolongkan
benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan
perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai dasar
penggolongan, Menafsirkan (menginterpretasikan) yaitu kemampuan menafsirkan sesuatu
berupa benda kenyataan peristiwa konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui
pengamatan, perhitungan, penelitian atau eksperimen, Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau
menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan
atas kecendrungan, pola tertentu, hubungan antara data, atau informasi, Menerapkan
(Aplikasi) yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum,
teori dan keterampilan. Melalui hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan
atau dihayati, dan Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena
menentukan berhasil atau tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih
karena
selama
ini
pada
umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina.
Mengkomunikasikan, yaitu ketrampilan menyampaikan perolehan atau hasil balajar kepada
orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan.
Hal ini bermakna bahwa Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan mampu mengakomodir
pemikiran-pemikiran yang dijabarkan maka setiap siswa memiliki potensi yang berbeda-beda,
dalam situsi yang normal mereka dapat mengembangkan potensi secara optimal. Dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, siswa berperan sebagai
pencari informasi dan bukan lagi sebagai penerima informasi, maka dari itu siswa harus terampil
dalam mengelola infomasi yang diperolehnya.
Terhadap 48% guru yang kemampuan kenterampilan prosesnya dibawah rata-rata dengan
rincian 32% (16 guru dari 50 guru) yang memiliki ketererampilan prosesnya kurang dan 16% (8
guru dari 50 guru) yang memiliki keterampilan proses rendah, pimpinan sekolah dan pihak-pihak
yang terkait harus berupaya untuk meningkatkan keterampilan proses guru SMK Negeri 3
Medan sebelum sekolah ini ditetapkan sebagai SMK SBI, jika sampai batas waktu yang teah
ditentukan keterampila proses guru belum mencapai kemapuan minimal, maka SMK Negeri 3
Medan tidak layak untuk ditetapkan sebagai SMK SBI. Pendekatan keterapilan porses guru yang
harus ditingkatkan meliputi; pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa berupa kreatifitas dan intelektual yang dimiliki oleh siswa yang dapat digali dan
dikembangkan, sehingga dalan proses penerimaan pembelajaran siswa mendapatkan pengalaman
sendiri dalam menemukan hal-hal baru melalui; 1) pengamatan, 2) mengklasifikasi, 3)
menafsirkan, 4) meramalkan, 5) menerapkan, 6) merencanakan, dan 7) mengomunikasikan
Sedangkan terhadap 52% guru yang telah memiliki Pendekatan keterapilan porses diatas
rata-rata dengan rincian 42% guru (21 dari 50 guru) memiliki pendekatan keterapilan porses
cukup dan 10% guru (5 dari 50 guru) memiliki pendekatan keterapilan porses tinggi, pimpinan
sekolah juga harus terus memberi motivasi untuk terus meningkatkan kompetensinya,
diantaranya dengan menjadikan sebagai guru model di SMK Negeri 3 Medan yang diharapkan
dapat dicontoh oleh guru- guru lain yang masih memiliki kemampuan pendekatan keterapilan
porses dibawah rata-rata.
3. Hubungan antara Motivasi dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
Hipotesis ketiga adalah terdapat hubungan antara Motivasi dengan Kinerja Guru SMK
Negeri 3 Medan. Hasil uji analisis memeroleh korelasi ry3 = 0,717, bermakna kuat, dengan
konstribusi ry22 = 0,514 dan prediksi Ŷ = -86.113+ 0.897X3.
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

11

Berdasarkan uji hipotesis disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau motivasi
berhubungan secara nyata (signifikan) dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan.
Temuan penelitian bahwa terdapat hubungan positip antara Motivasi dengan Kinerja Guru SMK
Negeri 3 Medan. Hal ini mengartikan bahwa semakin meningkat motivasi maka akan
berhubungan dengan peningkatan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan. Hasil penelitian
Indrawati tentang Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Guru Matematika Dalam
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota
Palembang”, memeroleh hasil bahwa faktor–faktor pengetahuan, keterampilan, motivasi secara
simultan berpengaruh sebesar 20,5% terhadap kinerja guru matematika, sisanya 79,5%
dipengaruhi oleh faktor–faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, dan faktor-faktor
pengetahuan/ kemampuan, keterampilan dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja guru
Matematika dalam pelaksanaan KBK di SMA kota Palembang tidak terbukti kebenarannya dan
hipotesis ditolak karena hanya variabel motivasi saja yang berpengaruh. Tenunya hal ini
menggambarkan tentang pentingnya motivasi dalam peningkatan kinerja guru.
Kekuatan hubungan antara variabel Motivasi dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
jika dilakukan pengontrolan terhadap Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses
diperoleh koefisien korelasi ry3.12 = 0,056, ry3.122 = 0,003, dengan makna hubungan Motivasi
terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan hanya sebesar 0,30% jika Kompetensi Profesional
dan Keterampilan Proses dikontrol.
Motivasi memberikan konstribusi efektif sebesar 40,484% terhadap Kinerja Guru SMK
Negeri 3 Medan, dimana faktor lainnya diyakini dipengaruhi oleh Kompetensi Profesional, dan
Keterampilan Proses serta faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Motivasi
memberikan konstribusi relatif sebesar 53,339% terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan,
dimana faktor lainnya diyakini dipengaruhi oleh Kompetensi Profesional, dan Keterampilan
Proses serta faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Temuan di atas semakin menguatkan pentingnya peranan motivasi dalam menghadapi
tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum
selesai), ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar
untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya),
menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang
bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif), dapat mempertahankan pendapatnya. (kalau
sudah yakni akan sesuatu), tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan
memecahkan maasalah soal-soal guna terus meningkatkan kinerja guru.
Terhadap 44% guru yang motivasi kerja dibawah rata-rata dengan rincian 32% (16 guru
dari 50 guru) yang memiliki motivasi kerja kurang dan 12% (6 guru dari 50 guru) yang memiliki
motivasi kerja rendah, pimpinan sekolah dan pihak-pihak yang terkait harus berupaya untuk
meningkatkan motivasi kerja guru SMK Negeri 3 Medan sebelum sekolah ini ditetapkan sebagai
SMK SBI, jika sampai batas waktu yang teah ditentukan motivasi kerja motivasi kerja guru
belum mencapai kemapuan minimal, maka SMK Negeri 3 Medan tidak layak untuk ditetapkan
sebagai SMK SBI. Motivasi kerja guru yang harus ditingkatkan meliputi; dorongan yang
menyebabkan guru untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang meliputi: (1) Kebutuhan
fisiologis berkaitan dengan pendapatan, (2) Kebutuhan rasa aman (sekuriti) yang meliputi rasa
aman secara fisik dan fsikis, (3) Kebutuhan Sosial (Afiliasi) artinya diterima di lingkungan kerja
dan di lingkungan di sekitar tempat kerja, (4) Kebutuhan Penghargaan yang meliputi prestise dan
kekuasaan, dan (5) Kebutuhan Perwujudan Diri terdiri dari kompetensi dan prestasi.
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

12

Sedangkan terhadap 56% guru yang telah memiliki motivasi kerja diatas rata-rata dengan
rincian 34% guru (17 dari 50 guru) memiliki motivasi kerja cukup dan 22% guru (11 dari 50
guru) memiliki motivasi kerja tinggi, pimpinan sekolah juga harus terus memberi motivasi untuk
terus meningkatkan kompetensinya, diantaranya dengan menjadikan sebagai guru model di SMK
Negeri 3 Medan yang diharapkan dapat dicontoh oleh guru- guru lain yang masih memiliki
kemampuan motivasi kerja dibawah rata-rata.
4. Hubungan antara Variabel Bebas ( Kompetensi Profesional dan atau Keterampilan
Proses, dan atau Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Pembelajaran Guru
SMK Negeri 3 Medan.
a. Hipotesis keempat adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional dan
Keterampilan Proses secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
Pengujian hipotesis menghasilkan korelasi berganda ry.12 = 0,870, bermakna sangat kuat,
positip, dan searah. Besarnya koefisien determinasi ry.122 = 0,757, menunjukkan bahwa
75,70% variasi pelaksanaan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dapat dijelaskan oleh
Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses secara bersama-sama melalui
persamaan regresi Ŷ = 10,041+ 0,371X1 + 0,214X2. Hasil pengujian signifikansi
menunjukkan bahwa persamaan regresi linier berganda
Ŷ=
10,041+ 0,371X1 + 0,214X2 dengan uji signifikansi bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
atau terdapat hubungan Kompetensi Profesional dan Keterampilan Proses secara
bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan.
b. Hipotesis kelima adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi
secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
Pengujian hipotesis menghasilkan korelasi berganda ry.13 = 0,861, bermakna sangat kuat,
positip, dan searah. Besarnya koefisien determinasi ry.132 = 0,741, menunjukkan bahwa
74,41% variasi pelaksanaan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dapat dijelaskan oleh
Kompetensi Profesional dan Motivasi secara bersama-sama melalui persamaan regresi Ŷ
= 1,360+ 0,401X1 + 0,167X3. Hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa
persamaan regresi linier berganda
Ŷ = 1,360+ 0,401X1 +
0,167X3 dengan uji signifikansi bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat
hubungan Kompetensi Profesional dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja
Guru SMK Negeri 3 Medan.
c. Hipotesis keenam adalah terdapat hubungan antara Keterampilan Proses dan Motivasi
secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
Pengujian hipotesis menghasilkan korelasi berganda ry.23 = 0,776, bermakna sangat
kuat, positip, dan searah. Besarnya koefisien determinasi ry.232 = 0,602, menunjukkan
bahwa 60,20% variasi pelaksanaan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dapat dijelaskan
oleh Keterampilan Proses dan Motivasi secara bersama-sama melalui persamaan regresi
Ŷ = -63,632+ 0,423X2 + 0,498X3. Hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa
persamaan regresi linier berganda Ŷ = -63,632+ 0,423X2 + 0,498X3 dengan uji
signifikansi bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat hubungan Keterampilan
Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan.
d. Hipotesis ketujuh adalah terdapat hubungan antara Kompetensi Profesional,
Keterampilan Proses, dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK
Negeri 3 Medan. Pengujian hipotesis menghasilkan korelasi ry.123 = 0,871, bermakna
kuat, positip, dan searah. Besarnya koefisien determinasi ry.1232 = 0,759, menunjukkan
bahwa 75,90% variasi Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan dapat dijelaskan oleh
Jurnal Pendidikan oleh Imam Kusnodin Kelas AP/B1/Angkatan XII PPS UNIMED

13

Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses, dan Motivasi secara bersama-sama
melalui persamaan regresi Ŷ = 2,414+ 0,358X1 + 0,198X2 + 0,060X3. Hasil pengujian
signifikansi menunjukkan bahwa persamaan regresi linier berganda Ŷ = 2,414+ 0,358X1
+ 0,198X2 + 0,060X3 dengan uji signifikansi bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau
terdapat hubungan yang berarti antara Kompetensi Profesional, Keterampilan
Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3
Medan .
Peringkat pengaruh dari Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses, dan Motivasi
terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan bahwa koefisien korelasi parsial Kompetensi
Profesional (ry1.232 = 0,392) lebih besar dibandingkan dengan Keterampilan Proses (ry2.132 =
0,253), dan Motivasi (ry3.122 = 0,003). Sumbangan relatif Motivasi terhadap Kinerja Guru SMK
Negeri 3 Medan lebih besar yakni sebesar 53,339% dibandingkan dengan sumbangan relatif
Keterampilan Proses terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sebesar 28,001%, dan
sumbangan relatif Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan sebesar
18,659%. Motivasi memberikan konstribusi efektif lebih besar yaitu sebesar 40,484%,
dibandingkan konstribusi efektif Keterampilan Proses sebesar 21,253%, dan konstribusi efektif
Keterampilan Proses sebesar 14,162%.
Kinerja guru SMK Negeri 3 Medan 62% dibawah rata-rata kinerja guru yang diharapkan.
Kinerja yang demikian disumbang Motivasi sebesar 53,339%, Keterampilan Proses sebesar
28,001%, dan Kompetensi Profesional sebesar 18,659%, dan mendapat konstribusi efektif lebih
besar dari Motivasi
sebesar 40,484%,
Keterampilan Proses sebesar 21,253%, dan
Keterampilan Proses sebesar 14,162%.
Temuan-temuan di atas tentang hubungan antara Kompetensi Profesional, Keterampilan
Proses dan Motivasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan, dapat
digambarkan bahwa Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan akan efektif tentunya didukung oleh
berbagai faktor baik dalam diri guru maupun dari luar diri guru, Kompetensi Profesional,
Keterampilan Proses dan Motivasi. Peningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan tentunya
membutuhkan berbagai dukungan dan dorongan, baik internal maupun internal, Kompetensi
Profesional Guru, Keterampilan Proses Guru dan Motivasi Guru, maupun faktor-faktor eksternal
berupa kepemimpinan kepala sekolah yang mampu memberikan perlindungan, dukungan, dan
arahan dalam pelaksanaan tugas-tugas keguruannya. Dukungan yang lain dapat berupa
pemberian penghargaan atas kemampuan kerja dan prestasi kerja yang telah dilalukan oleh guru.
Selain itu dukungan lain yang tak kalah penting adalah penciptaan iklim sekolah yang
mendukung seluruh warga sekolah untuk bertugas sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
Secara bersama-sama tentunya diharapkan Kompetensi Profesional, Keterampilan Proses dan
Motivasi Guru pada akhirnya akan mampu meningkatkan Kinerja Guru SMK Negeri 3 Medan
yang ten