ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR Pengantar Ilmu

-

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
(Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar)
KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirahim
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Rasa syukur patut kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah mengijinkan
dan memberi nikmat kemudahan kepada kami dalam menyusun dan menulis makalah
Ilmu Sosial Budaya Dasar yang berjudul Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah
tugas dari mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD), untuk mencapai nilai yang
memenuhi syarat perkuliahan.
Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terimakasih yang tak
terhingga atas bimbingan dosen dan semua pihak sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik
Andai ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesarbesarnya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Makassar , Mei 2012
Kelompok penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................. i
DAFTAR ISI................................................................ ii
BAB I........................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................... 1
a. Latar Belakang Masalah............................................ 1
b. Rumusan Masalah...................................................... 2
c. Tujuan Penulisan......................................................... 3
d. Manfaat Penulisan...................................................... 3
BAB II ......................................................................... 4
PEMBAHASAN......................................................... 4
a. Hakikat , Tujuan dan Ruang Lingkup ISBD.............. 4
b. ISBD di Dalam Kehidupan Bermasyarakat............. 7
c. Komponen Ilmu Sosial Budaya Dasar...................... 7
d. Masalah Sosial dan Pendekatan ISBD.................... 8
BAB III.......................................................................... 11
PENUTUP................................................................... 11
a. Kesimpulan ................................................................ 11
b. Saran – saran .............................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................. 12

BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang Masalah
Ilmu sosial budaya dasar adalah suatu rangkaian pengetahuan mengenai aspek –
aspek yang paling mendasar dan menonjol yang ada di dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya dan permasalahan – permasalahan yang
bersifat ada .
Aspek lain dari pengantar ilmu sosial budaya dasar merupakan pengenalan teori –
teori ilmu sosial dan kebudayaan sehngga diekspektasikan seseorang dapat memiliki
wawasan keilmuan yang bersifat multidipsliner yang bersangkutan dengan keagamaan,
kesetaraan , dan manusia di dalam kehidupan bersosialisasi.
Secara umum, ilmu sosial budaya dasar bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian manusia sebaga makhluk sosial ( zoon politicon ) dan sebagai makhluk
budaya ( homo humanus ), sehingga mampu menghadapi secara kritis dan
berwawasan luas masalah yang mengenai sosial budaya dan permasalahan lingkungan
sosial budaya, serta dapat menyelesaikannya dengan baik, tujuan umum ilmu sosial
budaya dasar ada beberapa yaitu yang pertama pengembangan kepribadian manusia
sebagai makhluk sosial dan makhlik berbudaya, yang kedua kemampuan seseorang

menanggapi secara kritis dan berwawasan luas terhadap permasalahan sosial budaya
dan permasalahan lingkungan sosial budaya, dan yang terakhir ketiga adalah
kemampuan di dalam menyelesaikan secara baik, bijaksana dan obyektif permasalahan
– permasalahan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehingga secara umum kita harus memahami konsep – konsep dasar mengenai
manusia sebagai makhluk sosial, dan manusia sebagai makhluk berbudaya memlki
daya kritis, wawasan yang luas terhadap permasalahan lingkungan sosial budaya.
Manusia sebagai makhluk berbudaya ( homo humanus ) artinya , manusia itu
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna, karena sejak lahir
sudah di bekali dengan unsure akal (ratio), rasa (sense) yang membedakannya dengan
makhluk lainnya.
Manusia sebagai makhluk sosial ( zoon politicon ) artinya , manusia sebagai
individu tidak akan mampu hidup sendiri dan berkrmbang sempurna tanpa hidup

bersama dengan individu manusia lainnya. Manusia harus hidup bermasyarakat saling
berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam kelompoknya dan juga dengan
individu di luar kelompoknya guna memperjuangkan dan memenuhi kepentingannya.
2) Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :

a.
b.
c.
d.

Bagaimana hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar ?
Bagaimana ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan bermasyarakat ?
Apa sajakah komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar ?
Apakah masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya dasar ?

3) Tujuan Penulisan
Dari perumusan masalah di atas. Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Untuk mengetahui hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar
Untuk mengetahui ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan bermasyarakat
Memahami komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar

Mengetahui masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya dasar

4) Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini mencakup beberapa
diantaranya sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Mengerti hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar
Mengetahui ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan bermasyarakat
Memahami komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar
Mengerti akan masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya dasar

BAB II
PEMBAHASAN

1) Hakikat , Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial Budaya Dasar
Ilmu sosial budaya dasar adalah bertujuan untuk mengembangkan kepribadian

manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk budaya yang berwawasan luas
dan kritis serta dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan baik , memahami konsep
– konsep dasar tentang manusia sebagai makhluk sosial .
Manusia sebagai makhluk sosial ( zoon politicon ) artinya , manusia sebagai
individu tidak akan mampu hidup sendiri dan berkrmbang sempurna tanpa hidup
bersama dengan individu manusia lainnya. Manusia harus hidup bermasyarakat saling
berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam kelompoknya dan juga dengan
individu di luar kelompoknya guna memperjuangkan dan memenuhi kepentingannya.
Manusia sebagai makhluk berbudaya ( homo humanus ) artinya , manusia itu
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna, karena sejak lahir
sudah di bekali dengan unsure akal (ratio), rasa (sense) yang membedakannya dengan
makhluk

lainnya.

Sebagai

makhluk

berbudaya,


manusia

hanya

mampu

mengembangkan diri dan budayanya apabila berhubungan dengan manusia lain.
Berdasarkan hakikat keilmuan, maka tujaun ilmu sosial budaya dasar sebagai
bagian dari berkehidupan bermasyarakat adalah :
a.

Mengembangkan

kesadaran

mahasiswa

menguasai


pengetahuan

tentang

keanekaragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia sebagai individu dan
makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif dalam memahami keragaman, kesederajatan,
dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika, dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat.
c. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada
mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan makhluk
sosial yang beradab dalam memperaktekkan pengetahuan akademik, dan keahliannya
serta mampu memberikan problem solving sosial budaya secara bijaksana.
Ilmu sosial budaya dasar selalu membantu perkembangan wawasan pemikiran
yang lebih luas dan cirri-cir kepribadian yang diharapkan dari setiap anggota golongan
pelajar Indonesia khususnya berkenan dengan sikap dan tingkah laku serta pola piker
manusia dalam menghadapi manusia lain termasuk pula sikap dan tingkah laku serta
pola piker manusia terhadap manusia yang bersangkutan. Berpangkal dari tujuan

pembelajaran matakuliah ilmu sosial budaya dasr sebagaimana diungkapkan di atas,

maka ada 2 (dua) permasalahan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan ruang lingkup pembahasan, yaitu :
a. Adanya berbaga aspek panda kenyataan-kenyataan yang bersama-sama merupakan
suatu masalah sosial, bias ditanggapi dengan pendekatan yang berbeda – beda oleh
bidang – bidang pengetahuan keahlian yang berbeda – beda sebagai pendekatan
tersendiri maupun gabungan.
b. Adanya keanekaragaman golongan dan satuan sosial dalam masyarakat yang masing
– masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola – pola pemkiran dan pola pola
tingkah laku sendiri, tetapi ada juga persamaan kepentingan kebutuhan serta
persamaan dalam pola pemikiran dan pola tingkah laku yang menyebabkan adanya
pertentangan – pertentangan maupun hubungan – hubungan kesetiakawanan dan
kerjasama dalam masyarakat.
Berdasrkan ruang lingkup kajian sebagaimana tersebut di atas kiranya masih
memerlukan penjabaran lebih lanjut untuk bias di oprasionalkan ke dalam pokok
pembahasan dan sub pokok bahasan :
a.

Mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dalam

b.


hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
Mempelajari dan menyadari adanya masalah – maslah individu, keluarga, dan

masyarakat.
c. Mengkaji masalah – masalah kependudukan dan sosialsasi serta menyadari
identitasnya sebagai pemuda dan mahasiswa penerus bangsa dan bernegara.
d. Mempelajari hubungan antara warga Negara dan Negara.
e. Mempelajari hubugan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.
f. Mempelajari masalah – masalah yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan dan
masyarakat pedesaan.
g. Mempelajari dan menyadari adanya pertentangan – pertentangan sosial bersamaan
dengan adanya integrasi masyarakat.
h. Mempelajari usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi oleh manusia
untuk memenfaatkan kemakmuran dan pengurangan kemiskinan.
2) Ilmu Sosial Budaya Dasar di Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Ilmu sosial budaya dasar sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat
mempunyai tema pokok sebagaimana dikemukakan oleh Temanggor dkk (2010), yaitu
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Dengan wawasan


tersebut agar dapat menghasilkan tiga jens kemampuan secara simultan diantaranya
adalah :
a. Kemampuan personal artinya, yaitu para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan
sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan
kepribadian

Indonesia,

memahami

dan

mengenal

nilai



nilai

keagamaan,

kemasyarakatan dan keanekaragaman, serta memiliki pandangan yang luas dan
kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
b. Kemampuan akademik artinya, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah
baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis maupun berfikir logis, kritis,
sistematis, analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan
merumuskan masalah yang di hadapi serta mampu menawarkan alternative
pemecahannya.
c. Kemampuan professional artinya, yaitu kemampuan dalam bidang profesi sesuia
keahlian bersangkutan, para ahli diharapkan memiliki pengetahun dan keterampilan
yang tinggi dalam bidang profesinya.
3) Komponen Ilmu Sosial Budaya Dasar
Ilmu sosial budaya dasar sebagai komponen yaitu sebagai proses pembelajaran
dilaksanakan dengan mempertimbangkan guna menjadi penunjang atau penopang
bidang keahlian, sehingga out putnya mampu membentuk mahasiswa yang memiliki
kemampuan professional ( natural science ).
Wawasan, sikap, dan perilaku melalui ilmu sosial budaya dasar diharapkan
mahasiswa yang mempelajarinya dapat menjadi manusia yang memiliki kemampuan
personal, kemampuan akademik, dan kemampuan professional. Oleh karena itu, para
lulusan akan mampu menjabarkan permasalahan dan mengatasi permasalahan
tersebut dengan kearifan. Dengan demikian maka problematika kemanusiaan dan
peradaban manusia merupakan fakta obyektif yang penting dikenali secara akademik,
rasional, bukan common sense dan sekaligus tetap menjunjung tinggi pemikiran serta
nilai – nilai luhur tradisi yang member kebijaksanaan.
4) Masalah Sosial dan Pendekatan Ilmu Sosial Budaya Dasar
Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial selama dihadapkan kepada masalah
sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai
akibat dan hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya.

Masalah sosial ini tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat perkrmbangan kebudayaannya, sifat
kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya.
Disiplin – disiplin ilmu pengetahuan yang tergolong ke dalam ilmu sosial telah
mempelajari hakikat masyarakat dengan perspektif yang berbeda – beda, maka
terhadap keanekaragaman dalam melihat dan mempelajarinya. Masalah – masalah
sosial merupakan hambatan dalam usaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Pemecahannya menggunakan cara yang diketahuinya dan yang berlaku, tetapi
aplikasinya menghadapi kenyataan, hal yang biasanya berlaku telah berubah, atau
terhambat pelaksanaanya. Masalah – masalah tersebut dapat terwujud sebagai
masalah sosial, masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama,
atau masalah – masalah lainnya.
Yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya adalah bahwa
masalah sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai – nilai moral dan pranata –
pranata sosial, serta ada kaitannya dengan hubungan – hubungan manusia itu terwujud
( nisbet, 1961 ). Pengertian masalah sosial memiliki dua pendenefisian, yang pertama
itu adalah menurut umum atau warga masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut
kepentingan umum adalah masalah soial, dan yang kedua yaitu menurut para ahli
masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam
masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulakan
kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
Salah satu contoh yang kami ambil d buku masalah seorang pedagang kaki lima.
Menurut defenisi umum pedagang kaki lima bukan masalah sosial karena merupakan
upaya mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya, dan pelayanan bag warga
masyarakat pada taraf ekonomi tertentu sebaliknya para ahli perencanaan kota
masyarakat pedagang kaki lima sebagai sumber kekacauan lalu lintas dan peluang
kejahatan.
Sehingga

ada

beberapa

pakar

ilmu

yang

mengemukakan

pendapatnya

diantaranya oleh Leslie ( 1949 ) dan Cohen ( 1964 ),
a. Menurut Leslie ( 1949 ), bahwa masalah – masalah sosial adalah suatu kondisi yang
mempunyai pengaruh kepada kehidupan sebagian besar warga masyarakat sebagai

sesuatu yang tidak di inginkan atau tidak di sukai, oleh karena itu dirasakan perlunya
untuk diatasi atau diperbaiki. Batasan masalah sosial sebenarnya agak rumit,
mengingat maslah sosial berkaitan dengan system nilai yang berlaku di masyarakat
yang bersangkutan.
b. Menurut Cohen ( 1964 ), bahwa masalah sosial adalah terbatas pada masalah
keluarga, kelompok, atau tingkah laku individual yang menuntut adanya campur tangan
dari masyarakat yang teratur agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya.jadi
masalah sosial adalah suatau cara bertingkah laku yang dapat dipandang sebagai
tingkah laku yang menentang norma – norma yang telah disepakati bersama oleh
warga masyarakat. Batasan ini, masih mengandung aspek obyektif dan subyektif.
Tetapi yang jelas, tidak ad satupun tingkah laku manusia yang dapat dianggap sebaga
suatu masalah sosial, apabila tdak dianggap suatu penyimpangan secara moral dari
norma – norma yang telah diterima secara umum.
Masalah dan kenyataan sosial yang beraneka ragam itu, maka untuk memahami
dan mendalami masalahnya perlu ditelusuri dengan berbagai pendekatan yaitu :
pendekatan antar bidang ( interdicipline approach ) dan pendekatan beragam (
multidicipline approach ) hal seperti in disebabkan oleh keanekaragaman golongan dan
kesatuan sosial yang ada di dalam masyarakat yang masing – masing mempunayai
kepentingan, kebutuhan, pola pemikiran dan tingkah laku yang berbeda – beda. Tetapi
di balik itu tetap ada persamaan, tetapi tidak kurang menimbulkan pertentangan dan
hubungan kesetiakawanan.

BAB III
PENUTUP
1) Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan mengenai pengantar ilmu sosial budaya dasar
kelompok kami menyimpulkan bahwa manusia itu tidak dapat hidup sendiri manusia
adalah zoon politicon yang berarti di dalam berkembang kita harus saling melengkapi
saling tolong menolong dan tidak dapat hidup sendiri butuh kerja sama bersosialisasi di

ruang lingkup masyarakat, manusai juga sebagai makhluk yang berbudaya atau homo
humanis yaitu manusia diciptakan memiliki ratio dan sense, manusia juga dapat
mengembangkan budaya yang iya miliki dengan cara berbaur atau bergaul dengan
suatu kelompok atau di dalam kehidupan berkeluarga.
Di dalam kehidupan juga kita tidak luput dari sebuah permasalahan yang ada di
mulai dari masalah sosial, masalah keluarga, masalah budaya,masalah tingkah laku itu
semua disebabkan akibat tingkah laku seseorang sendiri,sementara masalah sosial
disebabkan karena adanya perbedaan dalam tingkat perkembangan kebudayaan, sifat
kependudukannya

dan

keadaan

lingkungan

sekitarnya

sehngga

kita

harus

menempatkan diri dengan sebaik – baiknya berbaur dengan yang bak agar dapat
berfikir dan mengarjakan sesuatu denga cara positif.
2) Saran – saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan kita tentang Ilmu Sosial Budaya Dasar serta perkembangannya
dari waktu ke waktu, lebih jauhnya penyusun berharap dengan memahami kebudayaan
kita semua dapat menyikapi segala kemajuan dan perkembangannya sehingga dapat
berdampak positif bagi kehidupan kita semua .

DAFTAR PUSTAKA
Leslie, White. 1949. The Science of Culture. Strauss: Penerbit Farrar.
Cohen, 1964. Social Work and Social Problem. New York: Penerbit NSW.
Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Attas, S.M, Al-Naquib. 1981. Islam dan Sukalarisme. Bandung: Pustaka.


masyarakat.html 17

Makalah Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap
Kesehatan
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wata’ala yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

baik. Judul makalah ilmiah ini yang penulis ambil adalah “Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat
Terhadap Kesehatan”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi
Mahasiswa/i (Universitas Negeri Riau) dalam memenuhi tugas (Mata Kuliah Ilmu Alamiah
Dasar Semester II). Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah ini, diantaranya :
1. Muh. Amiruddien Saliem. selaku dosen pengampu.
2. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun

makalah ini.

Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan
saran yang membangun agar karya tulis ilmiah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik dan
sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
sebagai media pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka
wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Riau, 10 April 2013

Penulis
SITI ROHMI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa
perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan
sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang
berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim
dalam suatu tempat tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan
suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan
dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun
negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh
suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
C.
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Apa pengertian kesehatan?
Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional?
Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat?
Apa faktor pendorong dan penghambat?
Bagaimana solusi peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan?
Tujuan Masalah
Untuk mengetahui pengertian kesehatan.
Untuk mengetahui Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional.
Untuk mengetahui Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat.
Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat.
Untuk mengetahui Bagaimana Solusi Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan
kesehatan.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang
menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang
untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data
terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu
mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan,
seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan'
dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.
Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen
pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus
dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsurunsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakanbagian integral
kesehatan.
B. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota
masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa penyebab
penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan
kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan
oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib,
sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna. Orang yang
terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku di
Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna
tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di
dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan
anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya jari
kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit
tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan
tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari pertolongan ke
dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan maka Shaman
akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.1[1]
C. Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor–faktor
lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua

1

pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu
pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari
masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun
seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu
untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.2[2]
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya,
perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang
disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor
yaitu:
1.
2.

Environment atau lingkungan.
Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological

3.
4.

balance.
Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku
sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas
social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang
ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi
yang berbeda di kalangan pasien.
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan
dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai
2

aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai
suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social seseorang. Sebatas
mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya?
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena
penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai
pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai
berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi,
penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit,
maunya tiduran atau istirahat saja.3[3]
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai
saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan
bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu
yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat
hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang
dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan
diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah.
Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian
memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh
tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.

3

Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan
mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh
jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian penduduk Pulau
Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air
yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani
digunakan sebagai obat malaria.
D. Faktor Pendorong Dan Penghambat
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan dalam Masyarakat
Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau tindakan individu ketika
sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui dengan cara mengobati
sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri.
Menurut Blum(1974) yang dipetik dari Notoadmodjo(2007), faktor lingkungan merupakan faktor
utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat manakala faktor
perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini, maka
kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan
masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori
Green(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
1.

Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

2.

Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat contohnya fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang tinggi oleh
masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas yang
sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas kesehatan. Selain itu, faktor undangundang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan juga termasuk dalam faktor ini.4
[4]
Aspek sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan anak :
1. Dukun sebagai penyembuh

4

Masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang-kejang
disebabkan karena kemasukan roh halus, dan dipercaya hanya dukun yang dapat
menyembuhkannya.
2. Timbulnya penyakit sebagai pertanda
Contoh Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut akan
bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan.
3. Kesehatan anak juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial.
Dimana hingga kini masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan masih menjalankan
kepercayaan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan yang telah turun temurun terjadi
.
Tetapi ada baiknya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan pemahaman menurut para
medis karena para medis lebih memahami tentang mana yang baik dalam tumbuh kembang
kesehatan anak.
b. Faktor Penghambat Pengobatan Dalam Masyarakat
Belum...............................................

E. Solusi Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.
Kebijakan peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat
dalam pelayanan kesehatan primer.

2.

Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan budaya bangsa,
namun perlu membatasi praktek-praktek yang membahayakan kesehatan.

3. Dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan penelitian, pengujian
dan pengembangan obat-obatan dan car-cara pengobatan tradisional.
4. Pengobatan tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak memerlukan izin, namun perlu
pendataan untuk kemungkinan pembinaan dan pengawasannya. Masalah pendaftaran masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
5. Pengobatan tradisional yang berlandaskan pada cara-cara organobiologik, setelah diteliti, diuji
dan diseleksi dapat diusahakan untuk menjadi bagian program pelayanan kesehatan primer.
Contoh : dukun bayi, tukang gigi, dukun patah tulang. Sedangkan cara-cara psikologik dan
supranatural perlu diteliti lebih lanjut, sebelum dapat dimanfaatkan dalam program.
6. Pengobatan tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus dan menjadi tokoh masyarakat
dapat dilibatkan dalam upaya kesehatan masyarakat, khususnya sebagai komunikator antara
pemerintah dan masyarakat.5[5]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menyimpulkan pandangan-pandangan mengenai pengobatan tradisional, saya yakin
bahwa jika di nilai dari banyak fungsi yang di harapkan dapat memenuhi oleh pengobatan dan
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian medis yang sistematik dalam masyarakatmasyarakat tersebut, maka system-sistem medis tradisional, yang di lihat sebagai sarana adaptif,
5

telah berhasil dengan baik. Mereka telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu, telah memberikan
harapan dan penyembuhan kepada yang sakit, mereka menangani juga penyakit-penyakit sosial,
dan mereka telah memberikan sumbangan terhadap penambahan populasi dunia secara lambat.
Saya juga percaya bahwa beda dengan pengobatan ilmiah ,baik dari aspek-aspek preventif dan ,
klinisnya, serta semua kekurangan dalm perawatan kesehatannya maka pengobatan tradisional
adalah cara kurang memuaskan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dari penduduk masa kini.
Hal ini bukanlah merupakan penilaian kami saja melainkan keputusan para penilai utama,
konsumen-konsumen tradisional yang semakin meningkat dalam memilih antara pengobatanya
sendiri dengan pengobatanya ilmiah lain.
B.

Saran
Saya para penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca
makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikanya nanti.
dapat mengetahui bagaiman system medis tradisional ,apalagi sisi positif dan negatif dari
pengobatan system tradisional.

DAFTAR PUSTAKA
Uciha

Itachi

,

2013

Pengaruh

Nilai

Sosial

Budaya

Terhadap

Keshatan,

2012

http://macrofag.blogspot.com/
Robertha Natalia Gracia, 2010 Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan,
http://roberthanatalia.blogspot.com/
Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat Tradisional
Buatan Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2
Nomor4.
Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani Sukasediati, Winarsih, Sarjaini Jamal, M.J Herman.
1997. Laporan Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat

Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di Pedesaan. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi Badan Litbangkes.
Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat Tradisional
Buatan Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2.
Sugeng, Dwi. (2007). Pengobatan Alternatif. Yogyakarta: PT. Media Abadi

Antropologi dan Konsep Kebudayaan
BAB I

PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA DI
INDONESIA
Abstrak
Kebudayaan mempunyai banyak pengertian, tidak terkecuali para ahli sosial juga berusaha
merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan. Namun dari pengertian itu masih kurang
memuaskan,dan ada dua aliran yang mengartikan kebudayaan itusendiri yaitu aliran idiasional
dan aliran behaviorisme atau materialisme. Kebudayaan itu sendiri tersusun dari beberapa
komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam perubahan
kebudayaan meninjau dari nilai-nilai sosial dan budaya, yang disebut dengan proses modernisasi.
Dalam perubahan kebudayaan terdapat beberapa faktor pendorong. Antara manusia dan
kebudayaan juga terdapat hubungan yangsangat erat, bahkan semua yang dilakukan oleh
manusia adalah kebudayaan. Namun yang bersifat nalurial bukan termasuk kebudayaan, dan
manusia mempunyai kebudayaan tetap yaitu: penganut kebudayaan,pembawa
kebudayaan,manipulator kebudayaan, dan pencipta kebudayaan. Semuanya lazim menyadarkan
atau menampilkan nilai-nilai keteladanan, baik dalam aspek gagasan, aspek pengorganisasian
dan kegiatan sosial, maupun dalam aspek-aspek kebendaan. Aspek-aspek ini senantiasa dimuati
oleh nilai-nilai kearifan dan kebijakan yang memberikan acuan bagaimana orang mesti berfikir,
berasa, berkarsa dan berkarya dalam upaya bertanggung jawab pada dirinya, pada sesamanya,
dan pada lingkungannya, serta pada Sang Khalik Yang Maha Murbeng Alam ini.
Perubahan sosial adalah menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau
menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal,
rasional, dan fungsional yang disebut proses modernisasi kebudayaan. Modernisasi suatu
kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan
bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap
tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang.
Perubahan keebudayaan juga dapat menimbulkan konflik, terutama di negara Indonesia, namun
di Indonesia semakin berkembangnya kebudayaan semakin kurangnya pengetahuan tentang
kebudayaan lokal. Semakin menonjolnya budaya luar, bahkan perkembangan kebudayaan
sebagian besar dari budaya luar, bakanya budaya lokal yang di sempurnakan oleh budaya luar
namun budaya luar yang sedikit di selipkan budaya lokal. Itulah perkembaangan budaya di

indonesia. Konflik-konflik yang terjadi di indonesia antara lain adalah: pembrontakan Republik
Maluku Selatan (RMS), Pemberontakan Darul Islam (DI/TII) di Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
dan Aceh, dan Pemberontakan PRRI/Permesta.
Kata Kunci : kebudayaan, sosial, budaya, modrnisasi.
A. PENDAHULUAN
Kebudayaan sering kali dipahami dengan pengertian yang tidak tepat. Beberapa ahli ilmu sosial
telah berusaha merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan dalam rangka memberikan
pengertian yang benar tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan tersebut.
Kebudayaan sebagai sebuah tradisi lama, peninggalan nenekmoyang berupa kesenian, yang
diwariskan secara turun menuru sampai anak cucu, bahkan sampai sekarang. Dapat diartikan
pula sebuah kesenian pada suatu wilayah atau pada suatu perkumpulan masyarakat, yang
berbeda dengan kesenian yang lain. Dapa pula diartikan kebiasaan yang turun temurun dilakukan
seperti kegiatan ada.
Akan tetapi ternyata definisi-definisi tersebut tetap saja kurang memuaskan. Terdapat dua aliran
pemikiran yang berusaha memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan
ini, yaitu aliran ideasional dan aliran behaviorisme atau materialisme. Dari berbagai definisi yang
telah dibuat tersebut, Koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian kebudayaan dalam tiga
wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural system, social system, dan artifact. ( By
windynovita)
Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif,
normatif, dan material. Dalam memandang kebudayaan, orang sering kali terjebak dalam sifat
chauvinisme yaitu membanggakan kebudayaannya sendiri dan menganggap rendah kebudayaan
lain. Seharusnya dalam memahami kebudayaan kita berpegangan pada sifat-sifat kebudayaan
yang variatif, relatif, universal, dan counterculture.( By windynovita)
Sifat chauvinisme pada saat ini suda terasa berkureang dengan banyaknya kebudayaan yang
dikenal, dan banyaknya kebudayaan yang bercampur, bahkan ada pula kebudayaan yang
terhimpit oleh kebudayaan lain yanag menyebabkan kebudayaan tersebut kurang menonjol
dikalangan masyarakat bahkah mendekati kepunahan. Namun semua itu dapat di atasi, sesua
dengan perkembangan zaman dan makin banyak budaya luar yang masuk kedalam masyarakat,
yaitu dapat diatasi dengan modernisasi kebudayaan.
Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua
kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secar pengklasifikasian yaitu suatu nilai yang akan
diambil terlebih dahulu di sejajarkan dengan kondisi dan nilai-nilai sosial dan kebudayaan yang
ada, bila ada yang sesuai dan dapat meningkatkan nilai sosial dan kebudayaan, bahkan dapat
memperbaharuinya, namun jika ada yang kuran sesuaiu, diabaikan atau tidak terpakai, dapan
pula disimpulkan kebudayaan lain diambil dan dipilah-pilah dan diambil yang positif dan yang
negatif dibuang, dan tanpa merubah dasar dari kebudayan kita sendiri. Atas dasar ini, semua
pihak, tokoh masyaraka, dan anggota masyarakat seharusnya memahami dan menyadari, apabila
salah satu aspek atau unsur sosial atau kebudayaan mengalami perubahan, maka unsur-unsur
lainnya pasti akan mengondisi dengan unsur-unsur lain yang telah berubah terlebih dulu.( Senin,
10-12-2007 15:28:51 oleh: sekar ramadhania wahyu & hanna merliandra)
Oleh karena itu perlu memahami dan menyadari bahwa sistem nilai yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan ada yang berkualifikasi . Di mana norma tersebut tergantung pada
aspek waktu, ruang (tempat, dan kelompok sosial yang bersangkutan) sedangkan nilai skala
keberlakuannya lebih universal (aspek yang mencakup lebih luas). Dalam tatanan masyarakat

yang maju atau modern, maka nilai-nilai sosial dan budaya yang bersifat universal dan mengisi
semua aspek kehidupan masyarakat yang bersangkutan.( Senin, 10-12-2007 15:28:51 oleh: sekar
ramadhania wahyu & hanna merliandra)
Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya
dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia membina hubungan
dengan lingkungannya secara aktif. Manusia tidak sekedar mengandalkan hidup mereka pada
kemurahan lingkungan hidupnya seperti ketika Adam dan Hawa hidup di Taman Firdaus. Dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengelola lingkungan dan mengolah sumberdaya secara
aktif sesuai dengan seleranya. Karena itulah manusia mengembangkan kebiasaan yang
melembaga dalam struktur sosial dan kebudayaan mereka. Karena kemampuannya beradaptasi
secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan diri sebagai makhluk yang tertinggi
derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya memenuhi dunia.
Di lain pihak, kemampuan manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif itu
telah membuka peluang bagi pengembangan berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju
peradaban. Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan
dunia, baik sebagai perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan setempat maupun
karena kecepatan perkembangannya.
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya
naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat
kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat
beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan
manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu sebagai:
1. penganut kebudayaan,
2. pembawa kebudayaan,
3. manipulator kebudayaan, dan
4. pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta
pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa
yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia
dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan
individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.( By windynovita)
B. PEMBAHASAN
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam
suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa
dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia
sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola
pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru,
terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim,

peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya
hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat
masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat
dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi
kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau
kebiasaan. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya
Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun perubahan tersebut
diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang mendorong sehingga mendukung perubahan,
tetapi juga ada faktor penghambat sehingga perubahan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Faktor pendorong perubahan
Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut Soerjono
Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu:
a. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.
Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu
menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya
asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu
akan memperkaya kebudayaan yang ada.
b. Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah
masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional,
dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.
c. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang
berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.
d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat
merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan
agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi
mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka
kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f. Penduduk yang heterogen.
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah
terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian
merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai
keselarasan sosial.
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi

berupa perlawanan, pertentanga