PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTU
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI DESCRIPTIVE TEXT
DI KELAS VII-B SMP NEGERI 1 PAGERWOJO - TULUNGAGUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
1
Usa Meilini
1
SMP Negeri 1 Pagerwojo
Ds. Mulyosari, Kec. Pagerwojo, Kab. Tulungagung, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Materi Descriptive Text,
khususnya peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw di Kelas VII-B SMP Negeri 1
Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran 2013/2014. Kualitas tersebut dianalisis berdasarkan aspek-aspek motivasi,
aktivitas belajar, serta kompetensi siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penulis mengambil data aktivitas siswa pada tiap siklus, sedangkan data
hasil belajar diperoleh dari tes tertulis di akhir siklus. Penulis juga mengambil data tes awal (pre-test) untuk memetakan
kemampuan awal siswa. Kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: 1) Penerapan model
pembelajaran Jigsaw terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan membaca (reading skill) pada
pembelajaran Bahasa Inggris materi Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun
Pelajaran 2013/2014; 2) Penerapan model pembelajaran Jigsaw terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar
siswa dalam rangka peningkatan keterampilan membaca (reading skill) pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Descriptive
Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran 2013/2014; 3) Penerapan model pembelajaran
Jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan membaca (reading skill) pada
pembelajaran Bahasa Inggris materi Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun
Pelajaran 2013/2014. Saran dari Peneliti adalah: 1) Guru sebaiknya lebih memperhatikan karakteristik siswanya, terutama
sekali dalam sistem monitoring yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, guru dapat mengontrol sikap dan perilaku
siswa pada saat proses berlangsung; 2) Pihak guru, sekolah serta stakeholder lainnya sebaiknya memberikan dukungan dan
kontribusi yang nyata terhadap berbagai upaya pengembangan lebih lanjut; 3) Bagi guru mitra yang akan menggunakan
perangkat dan model pembelajaran ini, sebaiknya sebelum menggunakannya, terlebih dahulu melakukan simulasi dan selalu
berkonsultasi dengan peneliti, sehingga kekurangan yang terjadi pada ujicoba ini dapat teratasi sebelum mengajarkan di kelas;
serta 4) Bagi peneliti lain yang hendak mengembangkan ataupun mereplikasi penelitian ini, sebaiknya mempertimbangkan
berbagai keterbatasan penelitian yang telah diutarakan penulis.
Kata Kunci :
Model Pembelajaran Jigsaw, Keterampilan membaca (reading skill), Descriptive Text
Pendahuluan
Bahasa Inggris merupakan alat atau media untuk
berkomunikasi, baik secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi
adalah
memahami
dan
mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya.
Kemampuan
berkomunikasi
dalam
pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana,
yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan
teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam
empat keterampilan bahasa, yaitu: mendengarkan
(listening), berbicara (speaking), membaca (reading)
dan menulis (writing). Keempat keterampilan inilah
yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan
wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena
itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut
agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana
dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu
(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).
Tingkat literasi tersebut mencakup performative,
functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat
performative, orang mampu membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol
yang digunakan. Pada tingkat functional, orang
mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi
1
30
kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat
kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat
informational, orang mampu mengakses pengetahuan
dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada
tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan
pengetahuan yang dimilikinya ke dalam bahasa
sasaran (Wells, 1987).
Kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa
Inggris dalam pengertian yang utuh adalah
kemampuan
berwacana,
yakni
kemampuan
memahami dan menghasilkan teks lisan dan tulis
yang direalisasikan dalam keterampilan reseptif dan
keterampilan produktif. Keterampilan reseptif
meliputi keterampilan menyimak (listening) dan
keterampilan membaca (reading), sedangkan
keterampilan produktif meliputi keterampilan
berbicara (speaking) dan keterampilan menulis
(writing). Baik keterampilan reseptif maupun
keterampilan produktif perlu dikembangkan dalam
proses pembelajaran Bahasa Inggris. Oleh karena itu,
mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan agar siswa mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris.
Dalam
proses
pembelajaran
membaca
pemahaman bahasa Inggris di kelas selama ini, siswa
cenderung mempunyai orientasi untuk mendapatkan
nilai semata. Para guru jarang sekali mengembangkan
keterampilan membaca, karena menurut persepsi
mereka pemahaman membaca akan berkembang
sendiri secara natural selama para siswa mengetahui
makna/arti kosakata (words) yang ada di dalam teks.
Penguasaan kosakata memang dapat menjadi salah
satu modal yang cukup untuk memahami sebuah teks
dan siswa yang lemah penguasaannya akan
menghadapi permasalahan yang serius terhadap
pemahaman membaca. Akan tetapi, penguasaan
kosakata saja tidak dapat membantu siswa untuk
memahami sebuah teks, sehingga selain harus
diajarkan tentang bagaimana menguasai kosakata
siswa juga harus diajarkan keterampilan dan strategi
dalam memahami sebuah teks (Rapp, et. all, 2007).
Selain itu, untuk mengembangkan keterampilan
membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris, guru
cenderung melaksanakan proses pembelajaran
membaca secara konvensional. Guru hanya membaca
teks dan bersama-sama menjawab pertanyaan
berdasarkan teks dengan tidak memperhatikan
bagaimana mengembangkan kemampuan membaca
pemahaman bagi siswa. Pernyataan diatas sesuai
dengan pendapat yang diungkapkan oleh Winograd
dan Greenlee (1986) dalam Westwood (2008), yang
mengatakan, “Teachers are spending too much time
managing children through materials by assigning
them activities and asking questions and too little
time engaged in the kind of teaching that will help
children into independent readers”.
Pengalaman peneliti yang mengajar mata
pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Pagerwojo
Tulungagung
membuktikan
bahwa
berbagai
permasalahan tersebut di atas memang pada
kenyataannya terjadi. Di Kelas VII-B dimana peneliti
mengajar, kondisi tersebut diperparah dengan
munculnya faktor-faktor lain yang mempengaruhi,
antara lain: 1) siswa kurang gemar membaca, apalagi
teks yang berbahasa Inggris; 2) siswa kurang
menguasai teknik membaca teks Bahasa Inggris; 3)
siswa kurang mempunyai pengalaman berinteraksi
dengan teks Bahasa Inggris; 4) terbatasnya sumber
bacaan dengan teks Bahasa Inggris; 5) sifat malas;
serta 6) sifat malu.
Masalah-masalah yang diidentifikasi peneliti
tersebut berbanding lurus dengan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Inggris, khususnya pada
aspek keterampilan membaca (reading skill) pada
materi descriptive text. Hasil ulangan harian dan tugas
individu untuk aspek tersebut membuktikan bahwa
banyak dari siswa Kelas VII-B mempunyai
keterampilan membaca cenderung rendah. Kriteria
rendah yang dimaksud adalah mempunyai nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 75.
Diketahui bahwa dari 25 siswa yang terdapat di
Kelas VII-B, sebanyak 14 siswa (56,00%)
mempunyai nilai ulangan harian dibawah KKM = 75;
sebanyak 9 siswa (36,00%) mempunyai nilai ulangan
harian sama dengan KKM = 75; serta hanya 2 siswa
(8,00%) mempunyai nilai ulangan harian diatas KKM
= 75. Diketahui pula bahwa sebanyak 12 siswa
(48,00%) mempunyai nilai tugas individu dibawah
KKM = 75; dan sebanyak 13 siswa (52,00%)
mempunyai nilai tugas individu diatas KKM = 75.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa di
Kelas VII-B lebih banyak yang mempunyai nilai
ulangan harian dibawah KKM meskipun lebih banyak
yang mempunyai nilai tugas individu diatas KKM.
Hambatan dan permasalahan, serta temuan
mengenai hasil ulangan harian dan tugas individu
siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris aspek
keterampilan membaca (reading skill) pada materi
descriptive text, menjadi faktor-faktor yang
mendorong peneliti untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas yang dapat mendeskripsikan dengan
jelas dan faktual tentang strategi dan model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan membaca (reading skill) pada
pembelajaran Bahasa Inggris materi descriptive text.
Penelitian Tindakan Kelas tersebut memberikan
kesempatan bagi peneliti untuk bereksperimen dalam
penerapan model pembelajaran inovatif – progresif.
Sehubungan dengan itu, peneliti berketetapan untuk
31
mendesain model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Model ini akan dicoba digunakan dalam
pembelajaran Bahasa Inggris materi descriptive text,
khususnya peningkatan keterampilan membaca
(reading skill) siswa.
Model pembelajaran jigsaw adalah salah satu
teknik pembelajaran kooperatif yang mengedepankan
partisipasi
siswa.
Siswa
yang
memiliki
tanggungjawab lebih besar dalam pelaksanaan
pembelajaran dikelas, dan bukan gurunya. Jigsaw
telah dikembangkan dan diuji coba oleh Eliot Aroson
dan teman-temannya di Universitas Texas, dan
diadopsi oleh Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkins (Trianto, 2011).
Pembelajaran menggunakan jigsaw melibatkan semua
peserta didik yang ada di kelas. Tujuan dari metode
ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan
belajar kooperatif dan penguasaan materi.
Pembelajaran koopertif tipe jigsaw menurut
Ibrahim, dkk., (2001:7-8) memiliki beberapa
kelebihan atau keunggulan, antara lain:
1. memungkinkan murid dapat mengembangkan
kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan
masalah menurut kehendaknya sendiri;
2. hubungan antara guru dengan murid berjalan
secara seimbang dan memungkinkan suasana
belajar menjadi sangat akrab sehingga
memungkinkan terciptanya kondisi harmonis;
3. memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan
kreatif;
4. mampu memadukan berbagai pendekatan belajar,
yaitu pendekatan kelas, kelompok, dan
individual.
5. meningkatkan rasa tanggungjawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain;
6. siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengerjakan materi tersebut
pada anggota kelompoknya yang lain,sehingga
pengetahuannya jadi bertambah;
7. menerima keragaman dan menjalin hubungan
sosial yag baik dalam hubungannya dengan
belajar;
8. meningkatkan kemampuan bekerjasama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
Kelebihan dan potensi yang dimiliki model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dipandang perlu
dan kompatibel oleh peneliti untuk mengatasi dan
mengantisipasi berbagai masalah, hambatan dan
tantangan dalam implementasi pembelajaran Bahasa
Inggris materi descriptive text di Kelas VII-B SMP
Negeri 1 Pagerwojo–Tulungagung, khususnya dalam
rangka meningkatkan keterampilan membaca
(reading skill).
Diharapkan, model pembelajaran jigsaw dapat
menjadi alternatif solusi bagi guru dalam menemukan
atau memformulasikan model pembelajaran yang
inovatif – progresif pada pembelajaran Bahasa Inggris
materi descriptive text, tidak saja di kelas penelitian
tetapi juga di kelas-kelas lain. Selain itu, guru dapat
mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas dan
motivasi belajar, serta hasil belajar siswa pada aspek
keterampilan membaca (reading skill) dari materi
descriptive text.
Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan
dalam dua siklus. Setiap siklus disertai dengan
perubahan yang ingin dicapai, yang diukur dan
dievaluasi dengan instrumen tes (post-test) dan
lembar observasi. Penulis memberikan tes awal (pretest) terlebih dahulu. Setiap test menggunakan 20 item
soal ber-tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan
bobot nilai yang seragam / sama, yaitu 5. Setiap siklus
berpedoman
kepada
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang membahas materi
Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1
Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014.
Skenario
2
siklus
tersebut
kemudian
dikembangkan ke dalam langkah-langkah berikut: 1)
Perencanaan (planning); 2) Pelaksanaan tindakan
(action); 3) Observasi (observation); kemudian 4)
Refleksi (reflection).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari –
April 2013 di SMP Negeri 1 Pagerwojo–
Tulungagung, khususnya di Kelas VII-B. Jumlah
siswa adalah 25 orang yang terdiri dari 14 siswa lakilaki dan 11 orang siswa perempuan, dengan
kemampuan heterogen .
Cara pengambilan data adalah sebagai berikut: a)
data aktivitas kelas diambil melalui observasi pada
saat pelaksanaan tindakan berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi; b) data hasil belajar
siswa diambil setelah masing-masing siklus
berlangsung dengan instrumen tes; c) data tentang
motivasi siswa diambil melalui observasi setelah
KBM berlangsung; d) data tentang keterkaitan antara
perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari rencana
pembelajaran dan observasi. Data diklasifikasikan
atas dua tipe data, yaitu: kualitatif dan kuantitatif.
Data kuantitatif berupa nilai para siswa pada setiap
siklus. Melalui penggunaan teknik statistik sederhana,
data kuantitatif kemudian ditabulasikan dan dihitung
rata-ratanya.
Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:
32
untuk jawaban salah. Berdasarkan hasil post-test
Siklus I, diketahui bahwa sebagian (68,00%) siswa
Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo–Tulungagung
sudah mempunyai aktivitas dan motivasi belajar serta
kompetensi yang relatif tinggi dalam keterampilan
membaca (reading skill). Namun demikian, masih
terdapat 8 siswa (32,00%) yang nilainya dibawah
KKM.
Indikator keberhasilan tindakan ini adalah
bilamana keterampilan membaca siswa dalam
memahami materi descriptive text tentang describing
my house mencapai tingkat keberhasilan 80% secara
klasikal dan 75% secara individual.
Hasil Penelitian
Soal dalam pre-test sebanyak 20 soal pilihan
ganda (multiple choice), dengan bobot nilai masingmasing adalah 5 untuk jawaban benar dan 0 untuk
jawaban salah. Berdasarkan hasil pre-test, diketahui
bahwa sebagian besar (56,00%) siswa Kelas VII-B
SMP Negeri 1 Pagerwojo–Tulungagung cenderung
mempunyai aktivitas dan motivasi belajar serta
kompetensi yang masih rendah tentang keterampilan
membaca (reading skill). Oleh karena itu, perlu
dilakukan peningkatan dengan cara melakukan
eksperimen penerapan model pembelajaran jigsaw.
Tabel 2. Tabulasi Hasil Post-Test Siklus I
Tingkat keberhasilan secara klasikal pada Siklus I
mencapai 73,90%.
Tabel 1. Tabulasi Hasil Pre-Test
Gambar 2. Histogram Tabulasi Hasil Post-Test Siklus I
Tingkat keberhasilan secara klasikal pada praSiklus I hanya mencapai 69,86%.
Soal dalam post-test Siklus II sebanyak 20 soal
pilihan ganda (multiple choice), dengan bobot nilai
masing-masing adalah 5 untuk jawaban benar dan 0
untuk jawaban salah. Berdasarkan hasil post-test
Siklus II, diketahui bahwa sebagian besar (92,00%)
siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo–
Tulungagung sudah mempunyai aktivitas dan
motivasi belajar serta kompetensi yang relatif tinggi
dalam keterampilan membaca (reading skill). Meski
demikian, masih terdapat 2 siswa (8,00%) yang
nilainya dibawah KKM, yang berarti mempunyai
aktivitas dan motivasi belajar serta kompetensi yang
relatif rendah dalam keterampilan membaca (reading
skill).
Tabel 3. Tabulasi Hasil Post-Test Siklus II
Gambar 1. Histogram Tabulasi Hasil Pre-Test
Soal dalam post-test Siklus I sebanyak 20 soal
pilihan ganda (multiple choice), dengan bobot nilai
masing-masing adalah 5 untuk jawaban benar dan 0
33
Tingkat keberhasilan secara klasikal pada Siklus II
telah mencapai 81,10%.
Kriteria penilaian tingkat aktivitas dan motivasi
belajar siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut
(Indon, dkk., 2013):
Tabel 4. Kriteria Penilaian Aktivitas dan
Motivasi Belajar Siswa
Gambar 3. Histogram Tabulasi Hasil Post-Test Siklus II
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar (92,00%) siswa
Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung
sudah mempunyai aktivitas dan motivasi belajar serta
kompetensi yang relatif tinggi dalam keterampilan
membaca (reading skill). Meski demikian, masih
terdapat 2 siswa (8,00%) yang nilainya dibawah
KKM, yang berarti mempunyai aktivitas dan motivasi
belajar serta kompetensi yang relatif rendah dalam
keterampilan membaca (reading skill). Pemberian
tindakan berupa penerapan media pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan
keterampilan membaca terbukti efektif. Jumlah siswa
yang memenuhi syarat KKM telah meningkat
menjadi 23 siswa (92,00%) pada Siklus II,
dibandingkan pencapaian pada Siklus I sebanyak 17
siswa (68,00%), serta pencapaian pada kondisi awal
sebanyak 11 siswa (44,00%).
Melihat kenyataan diatas maka target ketuntasan
klasikal yang ditetapkan penulis yaitu 80% telah
tercapai. Dengan demikian, penerapan model
pembelajaran jigsaw terbukti dapat meningkatkan
keterampilan membaca pada pembelajaran Bahasa
Inggris materi descriptive text di Kelas VII-B SMP
Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014. Konsekuensi logisnya, aktivitas dan
motivasi belajar siswa dalam KBM seharusnya
meningkat. Peningkatan itu akan dibuktikan dengan
melakukan analisis di level kelompok awal dan
kelompok ahli. Analisis mencakup sikap dan perilaku
siswa pada saat mengikuti pembelajaran di kelompok
awal maupun di kelompok ahli.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang
telah dilakukan. Data menunjukkan adanya perubahan
terhadap aktivitas dan motivasi belajar siswa,
pemahaman hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa
baik secara individu maupun secara kelompok.
Tabel 5. Penilaian Aktivitas dan Motivasi
Belajar Siswa
Data pada Tabel 13. menunjukkan bahwa
aktivitas dan motivasi belajar siswa sebelum
penelitian tindakan kelas hanya sebesar 44,00% atau
11 dari 25 siswa Kelas VII-B. Pasca Siklus I, aktivitas
dan motivasi belajar siswa setelah penelitian tindakan
kelas meningkat sebesar 12,00% menjadi 56,00%
atau 14 dari 25 siswa. Pasca Siklus II, aktivitas dan
motivasi belajar siswa setelah penelitian tindakan
kelas meningkat sebesar 12,00% menjadi 68,00%
atau 17 dari 25 siswa. Dengan demikian, total
peningkatannya mencapai 24,00% atau 6 siswa.
Pembahasan
Hasil penelitian pada kelas eksperimen telah
menghasilkan beberapa temuan yang membuktikan
bahwa aspek kognitif siswa cenderung mengalami
peningkatan secara signifikan, khususnya dalam
keterampilan membaca (reading skill) sebagai
keterampilan dasar siswa dalam memahami dan
menguasai pembelajaran Bahasa Inggris materi
Descriptive Text. Hasil pre-test dan post-test
menunjukkan bahwa nilai siswa cenderung
meningkat, baik secara individu maupun secara
agregat.
34
Pada tahap pre-test, nilai tertinggi adalah 85 dan
nilai terendah adalah 60, dengan nilai rata-rata sebesar
71,80. Sebanyak 11 siswa (44,00%) memiliki nilai di
atas rata-rata, serta sebanyak 14 siswa (56,00%)
memiliki nilai di bawah rata-rata. Komposisi yang
sama juga terjadi pada saat menggunakan parameter
KKM = 75, dimana sebanyak 11 siswa (44,00%)
memiliki nilai di atas atau sama dengan KKM, serta
sebanyak 14 siswa (56,00%) memiliki nilai di bawah
KKM. Tingkat keberhasilan secara klasikal pada praSiklus I hanya mencapai 69,86% dari ketentuan
minimal 80% (belum tercapai).
Pada tahap post-test dalam Siklus I, nilai tertinggi
adalah 90 dan nilai terendah adalah 65, dengan nilai
rata-rata sebesar 76,20. Sebanyak 9 siswa (36,00%)
memiliki nilai di atas rata-rata, serta sebanyak 16
siswa (64,00%) memiliki nilai di bawah rata-rata.
Komposisi yang berbeda terjadi pada saat
menggunakan parameter KKM = 75, dimana
sebanyak 17 siswa (68,00%) memiliki nilai di atas
atau sama dengan KKM, serta sebanyak 8 siswa
(32,00%) memiliki nilai di bawah KKM. Tingkat
keberhasilan secara klasikal pada Siklus I naik
mencapai 73,90% dari ketentuan minimal 80%
(masih belum tercapai).
Pada tahap post-test dalam Siklus II, nilai
tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 70,
dengan nilai rata-rata sebesar 82,80. Sebanyak 13
siswa (52,00%) memiliki nilai di atas rata-rata, serta
sebanyak 12 siswa (48,00%) memiliki nilai di bawah
rata-rata. Komposisi yang berbeda terjadi pada saat
menggunakan parameter KKM = 75, dimana
sebanyak 23 siswa (92,00%) memiliki nilai di atas
atau sama dengan KKM, serta sebanyak 2 siswa
(8,00%) memiliki nilai di bawah KKM. Tingkat
keberhasilan secara klasikal pada pra-Siklus II sudah
mencapai 81,10% dari ketentuan minimal 80% (sudah
tercapai).
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa
eksperimen ini dilakukan dalam dua siklus, dan setiap
siklus dilakukan dua kali pertemuan. Berdasarkan
indikator nilai tes yang dipetakan dengan dua
parameter, yaitu: nilai rata-rata per tes dan KKM,
serta indikator keberhasilan / ketuntasan di tingkat
kelas yang dipetakan dengan parameter ketuntasan
klasikal; maka kontribusi model pembelajaran jigsaw
terhadap peningkatan keterampilan membaca sudah
cukup signifikan saat perlakuan tersebut berlangsung
hanya dalam 2 siklus. Artinya, apabila eksperimen
dikembangkan lagi menjadi 3 siklus, maka kedua
indikator tersebut sudah pasti akan menunjukkan
pencapaian yang lebih tinggi lagi. Implikasinya
adalah kontribusi model pembelajaran jigsaw
terhadap peningkatan keterampilan membaca semakin
signifikan.
Hasil penelitian pada kelas eksperimen telah
menghasilkan beberapa temuan yang membuktikan
bahwa aspek aktivitas dan motivasi belajar siswa
cenderung mengalami peningkatan secara signifikan,
khususnya dalam keterampilan membaca (reading
skill) sebagai keterampilan dasar siswa dalam
memahami dan menguasai pembelajaran Bahasa
Inggris materi Descriptive Text. Hasil eksperimen
dalam Siklus I dan II menunjukkan adanya
peningkatan keberanian dalam membaca nyaring,
bertanya, berdiskusi dan mengeluarkan pendapat.
Secara spesifik, pada level (SA) peningkatan
terjadi dari tidak ada siswa yang sangat aktif menjadi
2 siswa yang sangat aktif. Pada level (A) justru
penurunan terjadi dari 4 siswa yang aktif menjadi 3
siswa yang aktif. Pada level (CA) peningkatan terjadi
dari 7 siswa yang cukup aktif menjadi 12 siswa yang
cukup aktif. Dengan demikian, penerapan model
kooperatif tipe jigsaw cenderung mempengaruhi
keaktifan siswa dari (KA) menjadi (CA). Namun
demikian, hasil akhir keaktifan siswa mencapai
68,00% adalah ekuivalen dengan dua per tiga dari
total jumlah siswa di Kelas VII-B. Artinya, model
kooperatif tipe jigsaw terbukti cukup efektif dalam
memperbaiki aktivitas dan motivasi belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
mempengaruhi keterampilan siswa dalam mendalami,
memahami, serta meningkatkan aktivitas dan kualitas
membaca pada materi descriptive text. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terbukti juga
dapat memotivasi siswa dalam mendalami,
memahami, serta meningkatkan aktivitas dan kualitas
membaca pada materi descriptive text. Motivasi yang
dapat ditingkatkan dengan terlibat dalam proses
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terbukti dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan kata
lain, aspek afektif siswa ikut mengalami perbaikan
saat mengaplikasikan model pembelajaran tersebut.
Beberapa keterbatasan dari Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah: 1) hasil belajar yang
dimaksud adalah pada segmen keterampilan
membaca (reading skill), belum secara penuh masuk
ke segmen descriptive text; 2) hasil belajar yang
dimaksud belum menyentuh aspek psikomotor,
meskipun relatif sulit untuk mengukur aspek ini saat
pengaplikasian model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dalam peningkatan keterampilan membaca
pada materi descriptive text; 3) ketentuan 2 siklus dan
2 pertemuan pada masing-masing siklus masih belum
menggambarkan efisiensi dan efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam
peningkatan keterampilan membaca pada materi
descriptive text. Secara umum, beberapa keterbatasan
tersebut dapat saja menjadi inspirasi bagi penulis dan
35
tentunya peneliti lain untuk mengembangkan
penelitian ini lebih jauh dan lebih mendalam.
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Penerapan
model pembelajaran Jigsaw terbukti berpengaruh
positif terhadap peningkatan keterampilan membaca
(reading skill) pada pembelajaran Bahasa Inggris
materi Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1
Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014; 2) Penerapan model pembelajaran Jigsaw
terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi
belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan
membaca (reading skill) pada pembelajaran Bahasa
Inggris materi Descriptive Text di Kelas VII-B SMP
Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014; 3) Penerapan model pembelajaran Jigsaw
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
rangka peningkatan keterampilan membaca (reading
skill) pada pembelajaran Bahasa Inggris materi
Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1
Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014.
B. Saran
1. Dalam rangka penerapan model pembelajaran
Jigsaw ini, guru sebaiknya lebih memperhatikan
karakteristik siswanya, terutama sekali dalam
sistem monitoring yang lebih efektif dan efisien.
Dengan demikian, guru dapat mengontrol sikap
dan perilaku siswa pada saat proses berlangsung.
2. Pihak guru, sekolah serta stakeholder lainnya
sebaiknya memberikan dukungan dan kontribusi
yang
nyata
terhadap
berbagai
upaya
pengembangan lebih lanjut.
3. Bagi guru mitra yang akan menggunakan
perangkat dan model pembelajaran ini, sebaiknya
sebelum menggunakannya, terlebih dahulu
melakukan simulasi dan selalu berkonsultasi
dengan peneliti, sehingga kekurangan yang
terjadi pada ujicoba ini dapat teratasi sebelum
mengajarkan di kelas.
4. Bagi peneliti lain yang hendak mengembangkan
ataupun mereplikasi penelitian ini, sebaiknya
mempertimbangkan
berbagai
keterbatasan
penelitian yang telah diutarakan penulis pada
pembahasan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah: SK-KD SMP/MTs. Jakarta:
BSNP.
Ibrahim, M., dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: Surabaya University Press.
Indon, Natalia, dkk. 2013. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa. Skripsi. Pontianak: Program Studi
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas
Tanjungpura.
Rapp, D.N., et. all. 2007. Higher – Order
Comprehension Processes in Struggling
Readers: A Perspective for Research and
Intervention. Journal of Sientific Studies of
Reading, 11(4): 289 – 312.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Wells, M.A.1987. College English. New York:
Harcourt: Brace and World, Inc.
Westwood, Peter S. 2008. What Teachers Need To
know About Reading and Writing Difficulties.
Victoria: ACER Press.
https://sites.google.com/site/tamanbahasaku/Home/K
urikulum-Pendidikan-diIndonesia/karakteristik-mapel-bahasa-inggris
http://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/theinteractive-compensatory-model-untukmeningkatkan-kemampuan-pemahamanmembaca-siswa-dalam-pembelajaran-bahasainggris-di-sekolah-menengah-pertama
http://belajarpsikologi.com/model-pembelajarankooperatif-jigsaw/
http://baliteacher.blogspot.com/2012/02/modelpembelajaran-kooperatif-tipe.html
12
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MATERI DESCRIPTIVE TEXT
DI KELAS VII-B SMP NEGERI 1 PAGERWOJO - TULUNGAGUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
1
Usa Meilini
1
SMP Negeri 1 Pagerwojo
Ds. Mulyosari, Kec. Pagerwojo, Kab. Tulungagung, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Materi Descriptive Text,
khususnya peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw di Kelas VII-B SMP Negeri 1
Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran 2013/2014. Kualitas tersebut dianalisis berdasarkan aspek-aspek motivasi,
aktivitas belajar, serta kompetensi siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penulis mengambil data aktivitas siswa pada tiap siklus, sedangkan data
hasil belajar diperoleh dari tes tertulis di akhir siklus. Penulis juga mengambil data tes awal (pre-test) untuk memetakan
kemampuan awal siswa. Kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: 1) Penerapan model
pembelajaran Jigsaw terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan membaca (reading skill) pada
pembelajaran Bahasa Inggris materi Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun
Pelajaran 2013/2014; 2) Penerapan model pembelajaran Jigsaw terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar
siswa dalam rangka peningkatan keterampilan membaca (reading skill) pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Descriptive
Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran 2013/2014; 3) Penerapan model pembelajaran
Jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan membaca (reading skill) pada
pembelajaran Bahasa Inggris materi Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun
Pelajaran 2013/2014. Saran dari Peneliti adalah: 1) Guru sebaiknya lebih memperhatikan karakteristik siswanya, terutama
sekali dalam sistem monitoring yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, guru dapat mengontrol sikap dan perilaku
siswa pada saat proses berlangsung; 2) Pihak guru, sekolah serta stakeholder lainnya sebaiknya memberikan dukungan dan
kontribusi yang nyata terhadap berbagai upaya pengembangan lebih lanjut; 3) Bagi guru mitra yang akan menggunakan
perangkat dan model pembelajaran ini, sebaiknya sebelum menggunakannya, terlebih dahulu melakukan simulasi dan selalu
berkonsultasi dengan peneliti, sehingga kekurangan yang terjadi pada ujicoba ini dapat teratasi sebelum mengajarkan di kelas;
serta 4) Bagi peneliti lain yang hendak mengembangkan ataupun mereplikasi penelitian ini, sebaiknya mempertimbangkan
berbagai keterbatasan penelitian yang telah diutarakan penulis.
Kata Kunci :
Model Pembelajaran Jigsaw, Keterampilan membaca (reading skill), Descriptive Text
Pendahuluan
Bahasa Inggris merupakan alat atau media untuk
berkomunikasi, baik secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi
adalah
memahami
dan
mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya.
Kemampuan
berkomunikasi
dalam
pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana,
yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan
teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam
empat keterampilan bahasa, yaitu: mendengarkan
(listening), berbicara (speaking), membaca (reading)
dan menulis (writing). Keempat keterampilan inilah
yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan
wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena
itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut
agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana
dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu
(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).
Tingkat literasi tersebut mencakup performative,
functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat
performative, orang mampu membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol
yang digunakan. Pada tingkat functional, orang
mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi
1
30
kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat
kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat
informational, orang mampu mengakses pengetahuan
dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada
tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan
pengetahuan yang dimilikinya ke dalam bahasa
sasaran (Wells, 1987).
Kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa
Inggris dalam pengertian yang utuh adalah
kemampuan
berwacana,
yakni
kemampuan
memahami dan menghasilkan teks lisan dan tulis
yang direalisasikan dalam keterampilan reseptif dan
keterampilan produktif. Keterampilan reseptif
meliputi keterampilan menyimak (listening) dan
keterampilan membaca (reading), sedangkan
keterampilan produktif meliputi keterampilan
berbicara (speaking) dan keterampilan menulis
(writing). Baik keterampilan reseptif maupun
keterampilan produktif perlu dikembangkan dalam
proses pembelajaran Bahasa Inggris. Oleh karena itu,
mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan agar siswa mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris.
Dalam
proses
pembelajaran
membaca
pemahaman bahasa Inggris di kelas selama ini, siswa
cenderung mempunyai orientasi untuk mendapatkan
nilai semata. Para guru jarang sekali mengembangkan
keterampilan membaca, karena menurut persepsi
mereka pemahaman membaca akan berkembang
sendiri secara natural selama para siswa mengetahui
makna/arti kosakata (words) yang ada di dalam teks.
Penguasaan kosakata memang dapat menjadi salah
satu modal yang cukup untuk memahami sebuah teks
dan siswa yang lemah penguasaannya akan
menghadapi permasalahan yang serius terhadap
pemahaman membaca. Akan tetapi, penguasaan
kosakata saja tidak dapat membantu siswa untuk
memahami sebuah teks, sehingga selain harus
diajarkan tentang bagaimana menguasai kosakata
siswa juga harus diajarkan keterampilan dan strategi
dalam memahami sebuah teks (Rapp, et. all, 2007).
Selain itu, untuk mengembangkan keterampilan
membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris, guru
cenderung melaksanakan proses pembelajaran
membaca secara konvensional. Guru hanya membaca
teks dan bersama-sama menjawab pertanyaan
berdasarkan teks dengan tidak memperhatikan
bagaimana mengembangkan kemampuan membaca
pemahaman bagi siswa. Pernyataan diatas sesuai
dengan pendapat yang diungkapkan oleh Winograd
dan Greenlee (1986) dalam Westwood (2008), yang
mengatakan, “Teachers are spending too much time
managing children through materials by assigning
them activities and asking questions and too little
time engaged in the kind of teaching that will help
children into independent readers”.
Pengalaman peneliti yang mengajar mata
pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Pagerwojo
Tulungagung
membuktikan
bahwa
berbagai
permasalahan tersebut di atas memang pada
kenyataannya terjadi. Di Kelas VII-B dimana peneliti
mengajar, kondisi tersebut diperparah dengan
munculnya faktor-faktor lain yang mempengaruhi,
antara lain: 1) siswa kurang gemar membaca, apalagi
teks yang berbahasa Inggris; 2) siswa kurang
menguasai teknik membaca teks Bahasa Inggris; 3)
siswa kurang mempunyai pengalaman berinteraksi
dengan teks Bahasa Inggris; 4) terbatasnya sumber
bacaan dengan teks Bahasa Inggris; 5) sifat malas;
serta 6) sifat malu.
Masalah-masalah yang diidentifikasi peneliti
tersebut berbanding lurus dengan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Inggris, khususnya pada
aspek keterampilan membaca (reading skill) pada
materi descriptive text. Hasil ulangan harian dan tugas
individu untuk aspek tersebut membuktikan bahwa
banyak dari siswa Kelas VII-B mempunyai
keterampilan membaca cenderung rendah. Kriteria
rendah yang dimaksud adalah mempunyai nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 75.
Diketahui bahwa dari 25 siswa yang terdapat di
Kelas VII-B, sebanyak 14 siswa (56,00%)
mempunyai nilai ulangan harian dibawah KKM = 75;
sebanyak 9 siswa (36,00%) mempunyai nilai ulangan
harian sama dengan KKM = 75; serta hanya 2 siswa
(8,00%) mempunyai nilai ulangan harian diatas KKM
= 75. Diketahui pula bahwa sebanyak 12 siswa
(48,00%) mempunyai nilai tugas individu dibawah
KKM = 75; dan sebanyak 13 siswa (52,00%)
mempunyai nilai tugas individu diatas KKM = 75.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa di
Kelas VII-B lebih banyak yang mempunyai nilai
ulangan harian dibawah KKM meskipun lebih banyak
yang mempunyai nilai tugas individu diatas KKM.
Hambatan dan permasalahan, serta temuan
mengenai hasil ulangan harian dan tugas individu
siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris aspek
keterampilan membaca (reading skill) pada materi
descriptive text, menjadi faktor-faktor yang
mendorong peneliti untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas yang dapat mendeskripsikan dengan
jelas dan faktual tentang strategi dan model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan membaca (reading skill) pada
pembelajaran Bahasa Inggris materi descriptive text.
Penelitian Tindakan Kelas tersebut memberikan
kesempatan bagi peneliti untuk bereksperimen dalam
penerapan model pembelajaran inovatif – progresif.
Sehubungan dengan itu, peneliti berketetapan untuk
31
mendesain model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Model ini akan dicoba digunakan dalam
pembelajaran Bahasa Inggris materi descriptive text,
khususnya peningkatan keterampilan membaca
(reading skill) siswa.
Model pembelajaran jigsaw adalah salah satu
teknik pembelajaran kooperatif yang mengedepankan
partisipasi
siswa.
Siswa
yang
memiliki
tanggungjawab lebih besar dalam pelaksanaan
pembelajaran dikelas, dan bukan gurunya. Jigsaw
telah dikembangkan dan diuji coba oleh Eliot Aroson
dan teman-temannya di Universitas Texas, dan
diadopsi oleh Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkins (Trianto, 2011).
Pembelajaran menggunakan jigsaw melibatkan semua
peserta didik yang ada di kelas. Tujuan dari metode
ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan
belajar kooperatif dan penguasaan materi.
Pembelajaran koopertif tipe jigsaw menurut
Ibrahim, dkk., (2001:7-8) memiliki beberapa
kelebihan atau keunggulan, antara lain:
1. memungkinkan murid dapat mengembangkan
kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan
masalah menurut kehendaknya sendiri;
2. hubungan antara guru dengan murid berjalan
secara seimbang dan memungkinkan suasana
belajar menjadi sangat akrab sehingga
memungkinkan terciptanya kondisi harmonis;
3. memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan
kreatif;
4. mampu memadukan berbagai pendekatan belajar,
yaitu pendekatan kelas, kelompok, dan
individual.
5. meningkatkan rasa tanggungjawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain;
6. siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengerjakan materi tersebut
pada anggota kelompoknya yang lain,sehingga
pengetahuannya jadi bertambah;
7. menerima keragaman dan menjalin hubungan
sosial yag baik dalam hubungannya dengan
belajar;
8. meningkatkan kemampuan bekerjasama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
Kelebihan dan potensi yang dimiliki model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dipandang perlu
dan kompatibel oleh peneliti untuk mengatasi dan
mengantisipasi berbagai masalah, hambatan dan
tantangan dalam implementasi pembelajaran Bahasa
Inggris materi descriptive text di Kelas VII-B SMP
Negeri 1 Pagerwojo–Tulungagung, khususnya dalam
rangka meningkatkan keterampilan membaca
(reading skill).
Diharapkan, model pembelajaran jigsaw dapat
menjadi alternatif solusi bagi guru dalam menemukan
atau memformulasikan model pembelajaran yang
inovatif – progresif pada pembelajaran Bahasa Inggris
materi descriptive text, tidak saja di kelas penelitian
tetapi juga di kelas-kelas lain. Selain itu, guru dapat
mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas dan
motivasi belajar, serta hasil belajar siswa pada aspek
keterampilan membaca (reading skill) dari materi
descriptive text.
Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan
dalam dua siklus. Setiap siklus disertai dengan
perubahan yang ingin dicapai, yang diukur dan
dievaluasi dengan instrumen tes (post-test) dan
lembar observasi. Penulis memberikan tes awal (pretest) terlebih dahulu. Setiap test menggunakan 20 item
soal ber-tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan
bobot nilai yang seragam / sama, yaitu 5. Setiap siklus
berpedoman
kepada
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang membahas materi
Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1
Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014.
Skenario
2
siklus
tersebut
kemudian
dikembangkan ke dalam langkah-langkah berikut: 1)
Perencanaan (planning); 2) Pelaksanaan tindakan
(action); 3) Observasi (observation); kemudian 4)
Refleksi (reflection).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari –
April 2013 di SMP Negeri 1 Pagerwojo–
Tulungagung, khususnya di Kelas VII-B. Jumlah
siswa adalah 25 orang yang terdiri dari 14 siswa lakilaki dan 11 orang siswa perempuan, dengan
kemampuan heterogen .
Cara pengambilan data adalah sebagai berikut: a)
data aktivitas kelas diambil melalui observasi pada
saat pelaksanaan tindakan berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi; b) data hasil belajar
siswa diambil setelah masing-masing siklus
berlangsung dengan instrumen tes; c) data tentang
motivasi siswa diambil melalui observasi setelah
KBM berlangsung; d) data tentang keterkaitan antara
perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari rencana
pembelajaran dan observasi. Data diklasifikasikan
atas dua tipe data, yaitu: kualitatif dan kuantitatif.
Data kuantitatif berupa nilai para siswa pada setiap
siklus. Melalui penggunaan teknik statistik sederhana,
data kuantitatif kemudian ditabulasikan dan dihitung
rata-ratanya.
Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:
32
untuk jawaban salah. Berdasarkan hasil post-test
Siklus I, diketahui bahwa sebagian (68,00%) siswa
Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo–Tulungagung
sudah mempunyai aktivitas dan motivasi belajar serta
kompetensi yang relatif tinggi dalam keterampilan
membaca (reading skill). Namun demikian, masih
terdapat 8 siswa (32,00%) yang nilainya dibawah
KKM.
Indikator keberhasilan tindakan ini adalah
bilamana keterampilan membaca siswa dalam
memahami materi descriptive text tentang describing
my house mencapai tingkat keberhasilan 80% secara
klasikal dan 75% secara individual.
Hasil Penelitian
Soal dalam pre-test sebanyak 20 soal pilihan
ganda (multiple choice), dengan bobot nilai masingmasing adalah 5 untuk jawaban benar dan 0 untuk
jawaban salah. Berdasarkan hasil pre-test, diketahui
bahwa sebagian besar (56,00%) siswa Kelas VII-B
SMP Negeri 1 Pagerwojo–Tulungagung cenderung
mempunyai aktivitas dan motivasi belajar serta
kompetensi yang masih rendah tentang keterampilan
membaca (reading skill). Oleh karena itu, perlu
dilakukan peningkatan dengan cara melakukan
eksperimen penerapan model pembelajaran jigsaw.
Tabel 2. Tabulasi Hasil Post-Test Siklus I
Tingkat keberhasilan secara klasikal pada Siklus I
mencapai 73,90%.
Tabel 1. Tabulasi Hasil Pre-Test
Gambar 2. Histogram Tabulasi Hasil Post-Test Siklus I
Tingkat keberhasilan secara klasikal pada praSiklus I hanya mencapai 69,86%.
Soal dalam post-test Siklus II sebanyak 20 soal
pilihan ganda (multiple choice), dengan bobot nilai
masing-masing adalah 5 untuk jawaban benar dan 0
untuk jawaban salah. Berdasarkan hasil post-test
Siklus II, diketahui bahwa sebagian besar (92,00%)
siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo–
Tulungagung sudah mempunyai aktivitas dan
motivasi belajar serta kompetensi yang relatif tinggi
dalam keterampilan membaca (reading skill). Meski
demikian, masih terdapat 2 siswa (8,00%) yang
nilainya dibawah KKM, yang berarti mempunyai
aktivitas dan motivasi belajar serta kompetensi yang
relatif rendah dalam keterampilan membaca (reading
skill).
Tabel 3. Tabulasi Hasil Post-Test Siklus II
Gambar 1. Histogram Tabulasi Hasil Pre-Test
Soal dalam post-test Siklus I sebanyak 20 soal
pilihan ganda (multiple choice), dengan bobot nilai
masing-masing adalah 5 untuk jawaban benar dan 0
33
Tingkat keberhasilan secara klasikal pada Siklus II
telah mencapai 81,10%.
Kriteria penilaian tingkat aktivitas dan motivasi
belajar siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut
(Indon, dkk., 2013):
Tabel 4. Kriteria Penilaian Aktivitas dan
Motivasi Belajar Siswa
Gambar 3. Histogram Tabulasi Hasil Post-Test Siklus II
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar (92,00%) siswa
Kelas VII-B SMP Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung
sudah mempunyai aktivitas dan motivasi belajar serta
kompetensi yang relatif tinggi dalam keterampilan
membaca (reading skill). Meski demikian, masih
terdapat 2 siswa (8,00%) yang nilainya dibawah
KKM, yang berarti mempunyai aktivitas dan motivasi
belajar serta kompetensi yang relatif rendah dalam
keterampilan membaca (reading skill). Pemberian
tindakan berupa penerapan media pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan
keterampilan membaca terbukti efektif. Jumlah siswa
yang memenuhi syarat KKM telah meningkat
menjadi 23 siswa (92,00%) pada Siklus II,
dibandingkan pencapaian pada Siklus I sebanyak 17
siswa (68,00%), serta pencapaian pada kondisi awal
sebanyak 11 siswa (44,00%).
Melihat kenyataan diatas maka target ketuntasan
klasikal yang ditetapkan penulis yaitu 80% telah
tercapai. Dengan demikian, penerapan model
pembelajaran jigsaw terbukti dapat meningkatkan
keterampilan membaca pada pembelajaran Bahasa
Inggris materi descriptive text di Kelas VII-B SMP
Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014. Konsekuensi logisnya, aktivitas dan
motivasi belajar siswa dalam KBM seharusnya
meningkat. Peningkatan itu akan dibuktikan dengan
melakukan analisis di level kelompok awal dan
kelompok ahli. Analisis mencakup sikap dan perilaku
siswa pada saat mengikuti pembelajaran di kelompok
awal maupun di kelompok ahli.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang
telah dilakukan. Data menunjukkan adanya perubahan
terhadap aktivitas dan motivasi belajar siswa,
pemahaman hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa
baik secara individu maupun secara kelompok.
Tabel 5. Penilaian Aktivitas dan Motivasi
Belajar Siswa
Data pada Tabel 13. menunjukkan bahwa
aktivitas dan motivasi belajar siswa sebelum
penelitian tindakan kelas hanya sebesar 44,00% atau
11 dari 25 siswa Kelas VII-B. Pasca Siklus I, aktivitas
dan motivasi belajar siswa setelah penelitian tindakan
kelas meningkat sebesar 12,00% menjadi 56,00%
atau 14 dari 25 siswa. Pasca Siklus II, aktivitas dan
motivasi belajar siswa setelah penelitian tindakan
kelas meningkat sebesar 12,00% menjadi 68,00%
atau 17 dari 25 siswa. Dengan demikian, total
peningkatannya mencapai 24,00% atau 6 siswa.
Pembahasan
Hasil penelitian pada kelas eksperimen telah
menghasilkan beberapa temuan yang membuktikan
bahwa aspek kognitif siswa cenderung mengalami
peningkatan secara signifikan, khususnya dalam
keterampilan membaca (reading skill) sebagai
keterampilan dasar siswa dalam memahami dan
menguasai pembelajaran Bahasa Inggris materi
Descriptive Text. Hasil pre-test dan post-test
menunjukkan bahwa nilai siswa cenderung
meningkat, baik secara individu maupun secara
agregat.
34
Pada tahap pre-test, nilai tertinggi adalah 85 dan
nilai terendah adalah 60, dengan nilai rata-rata sebesar
71,80. Sebanyak 11 siswa (44,00%) memiliki nilai di
atas rata-rata, serta sebanyak 14 siswa (56,00%)
memiliki nilai di bawah rata-rata. Komposisi yang
sama juga terjadi pada saat menggunakan parameter
KKM = 75, dimana sebanyak 11 siswa (44,00%)
memiliki nilai di atas atau sama dengan KKM, serta
sebanyak 14 siswa (56,00%) memiliki nilai di bawah
KKM. Tingkat keberhasilan secara klasikal pada praSiklus I hanya mencapai 69,86% dari ketentuan
minimal 80% (belum tercapai).
Pada tahap post-test dalam Siklus I, nilai tertinggi
adalah 90 dan nilai terendah adalah 65, dengan nilai
rata-rata sebesar 76,20. Sebanyak 9 siswa (36,00%)
memiliki nilai di atas rata-rata, serta sebanyak 16
siswa (64,00%) memiliki nilai di bawah rata-rata.
Komposisi yang berbeda terjadi pada saat
menggunakan parameter KKM = 75, dimana
sebanyak 17 siswa (68,00%) memiliki nilai di atas
atau sama dengan KKM, serta sebanyak 8 siswa
(32,00%) memiliki nilai di bawah KKM. Tingkat
keberhasilan secara klasikal pada Siklus I naik
mencapai 73,90% dari ketentuan minimal 80%
(masih belum tercapai).
Pada tahap post-test dalam Siklus II, nilai
tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 70,
dengan nilai rata-rata sebesar 82,80. Sebanyak 13
siswa (52,00%) memiliki nilai di atas rata-rata, serta
sebanyak 12 siswa (48,00%) memiliki nilai di bawah
rata-rata. Komposisi yang berbeda terjadi pada saat
menggunakan parameter KKM = 75, dimana
sebanyak 23 siswa (92,00%) memiliki nilai di atas
atau sama dengan KKM, serta sebanyak 2 siswa
(8,00%) memiliki nilai di bawah KKM. Tingkat
keberhasilan secara klasikal pada pra-Siklus II sudah
mencapai 81,10% dari ketentuan minimal 80% (sudah
tercapai).
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa
eksperimen ini dilakukan dalam dua siklus, dan setiap
siklus dilakukan dua kali pertemuan. Berdasarkan
indikator nilai tes yang dipetakan dengan dua
parameter, yaitu: nilai rata-rata per tes dan KKM,
serta indikator keberhasilan / ketuntasan di tingkat
kelas yang dipetakan dengan parameter ketuntasan
klasikal; maka kontribusi model pembelajaran jigsaw
terhadap peningkatan keterampilan membaca sudah
cukup signifikan saat perlakuan tersebut berlangsung
hanya dalam 2 siklus. Artinya, apabila eksperimen
dikembangkan lagi menjadi 3 siklus, maka kedua
indikator tersebut sudah pasti akan menunjukkan
pencapaian yang lebih tinggi lagi. Implikasinya
adalah kontribusi model pembelajaran jigsaw
terhadap peningkatan keterampilan membaca semakin
signifikan.
Hasil penelitian pada kelas eksperimen telah
menghasilkan beberapa temuan yang membuktikan
bahwa aspek aktivitas dan motivasi belajar siswa
cenderung mengalami peningkatan secara signifikan,
khususnya dalam keterampilan membaca (reading
skill) sebagai keterampilan dasar siswa dalam
memahami dan menguasai pembelajaran Bahasa
Inggris materi Descriptive Text. Hasil eksperimen
dalam Siklus I dan II menunjukkan adanya
peningkatan keberanian dalam membaca nyaring,
bertanya, berdiskusi dan mengeluarkan pendapat.
Secara spesifik, pada level (SA) peningkatan
terjadi dari tidak ada siswa yang sangat aktif menjadi
2 siswa yang sangat aktif. Pada level (A) justru
penurunan terjadi dari 4 siswa yang aktif menjadi 3
siswa yang aktif. Pada level (CA) peningkatan terjadi
dari 7 siswa yang cukup aktif menjadi 12 siswa yang
cukup aktif. Dengan demikian, penerapan model
kooperatif tipe jigsaw cenderung mempengaruhi
keaktifan siswa dari (KA) menjadi (CA). Namun
demikian, hasil akhir keaktifan siswa mencapai
68,00% adalah ekuivalen dengan dua per tiga dari
total jumlah siswa di Kelas VII-B. Artinya, model
kooperatif tipe jigsaw terbukti cukup efektif dalam
memperbaiki aktivitas dan motivasi belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
mempengaruhi keterampilan siswa dalam mendalami,
memahami, serta meningkatkan aktivitas dan kualitas
membaca pada materi descriptive text. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terbukti juga
dapat memotivasi siswa dalam mendalami,
memahami, serta meningkatkan aktivitas dan kualitas
membaca pada materi descriptive text. Motivasi yang
dapat ditingkatkan dengan terlibat dalam proses
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terbukti dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan kata
lain, aspek afektif siswa ikut mengalami perbaikan
saat mengaplikasikan model pembelajaran tersebut.
Beberapa keterbatasan dari Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini adalah: 1) hasil belajar yang
dimaksud adalah pada segmen keterampilan
membaca (reading skill), belum secara penuh masuk
ke segmen descriptive text; 2) hasil belajar yang
dimaksud belum menyentuh aspek psikomotor,
meskipun relatif sulit untuk mengukur aspek ini saat
pengaplikasian model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dalam peningkatan keterampilan membaca
pada materi descriptive text; 3) ketentuan 2 siklus dan
2 pertemuan pada masing-masing siklus masih belum
menggambarkan efisiensi dan efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam
peningkatan keterampilan membaca pada materi
descriptive text. Secara umum, beberapa keterbatasan
tersebut dapat saja menjadi inspirasi bagi penulis dan
35
tentunya peneliti lain untuk mengembangkan
penelitian ini lebih jauh dan lebih mendalam.
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Penerapan
model pembelajaran Jigsaw terbukti berpengaruh
positif terhadap peningkatan keterampilan membaca
(reading skill) pada pembelajaran Bahasa Inggris
materi Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1
Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014; 2) Penerapan model pembelajaran Jigsaw
terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi
belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan
membaca (reading skill) pada pembelajaran Bahasa
Inggris materi Descriptive Text di Kelas VII-B SMP
Negeri 1 Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014; 3) Penerapan model pembelajaran Jigsaw
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
rangka peningkatan keterampilan membaca (reading
skill) pada pembelajaran Bahasa Inggris materi
Descriptive Text di Kelas VII-B SMP Negeri 1
Pagerwojo – Tulungagung Tahun Pelajaran
2013/2014.
B. Saran
1. Dalam rangka penerapan model pembelajaran
Jigsaw ini, guru sebaiknya lebih memperhatikan
karakteristik siswanya, terutama sekali dalam
sistem monitoring yang lebih efektif dan efisien.
Dengan demikian, guru dapat mengontrol sikap
dan perilaku siswa pada saat proses berlangsung.
2. Pihak guru, sekolah serta stakeholder lainnya
sebaiknya memberikan dukungan dan kontribusi
yang
nyata
terhadap
berbagai
upaya
pengembangan lebih lanjut.
3. Bagi guru mitra yang akan menggunakan
perangkat dan model pembelajaran ini, sebaiknya
sebelum menggunakannya, terlebih dahulu
melakukan simulasi dan selalu berkonsultasi
dengan peneliti, sehingga kekurangan yang
terjadi pada ujicoba ini dapat teratasi sebelum
mengajarkan di kelas.
4. Bagi peneliti lain yang hendak mengembangkan
ataupun mereplikasi penelitian ini, sebaiknya
mempertimbangkan
berbagai
keterbatasan
penelitian yang telah diutarakan penulis pada
pembahasan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah: SK-KD SMP/MTs. Jakarta:
BSNP.
Ibrahim, M., dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: Surabaya University Press.
Indon, Natalia, dkk. 2013. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa. Skripsi. Pontianak: Program Studi
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas
Tanjungpura.
Rapp, D.N., et. all. 2007. Higher – Order
Comprehension Processes in Struggling
Readers: A Perspective for Research and
Intervention. Journal of Sientific Studies of
Reading, 11(4): 289 – 312.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Wells, M.A.1987. College English. New York:
Harcourt: Brace and World, Inc.
Westwood, Peter S. 2008. What Teachers Need To
know About Reading and Writing Difficulties.
Victoria: ACER Press.
https://sites.google.com/site/tamanbahasaku/Home/K
urikulum-Pendidikan-diIndonesia/karakteristik-mapel-bahasa-inggris
http://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/theinteractive-compensatory-model-untukmeningkatkan-kemampuan-pemahamanmembaca-siswa-dalam-pembelajaran-bahasainggris-di-sekolah-menengah-pertama
http://belajarpsikologi.com/model-pembelajarankooperatif-jigsaw/
http://baliteacher.blogspot.com/2012/02/modelpembelajaran-kooperatif-tipe.html
12