Peranan Modal Kerja Dalam Meningkatkan K

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009

JURNAL ILMIAH RANGGAGADING
Volume 9 No. 2, Oktober 2009 : 124 – 136

PERANAN MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN
KINERJA KEUANGAN
Studi Kasus PT Kalbe Farma Tbk.
Oleh
* Lukman Hidayat dan Dira Muttaqien
* Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan

ABSTRACT
The research goal is to find out correlation analysis and the influenceof work capital in increasing
company’s performanc. The analysis was done to find out if work capital sum has correlation and influence
to the increase of financial performance viewed from liquidity side and conpany’s profitability. Resaearch was
done at PT Kalbe Farma, Tbk.
The research yield by work capital ratio, liquidity raton, and profitability ration shows that in five
periods, namely 2003-2007, PT Kalbe Farma, Tbk. has not been albe to manage well yet. It can be
proved that work capital circulation of the company decreased and thereby its profitability decreased as will.
But if viewed from liquidity, the increase at the sum of net work capital affords to increase the company’s

liquidility.
Correlation and influence in every year are always significant. It show that up and down of work
capital and work capital circulation wall have aifluence to liquidity and profitability. If work capital
increases, so financial performance of the company will increase, likewise on the contrary if woek capital
circilation decreases, then financial performance of the company will decrease as well. That is why work
capital sum at PT Kalbe Farma, Tbk. should be managed efficiently and the financial performance of
company will increase.
Key words: Work capital; Liquidity; profitabiliity

PENDAHULUAN
Pembangunan
sector
ekonomi
merupakan prioritas utama yang menjadi topic
sentral dalam bidang pembangunan sehingga
pemerintah memberikan kesempatan yang
lebih lapang kepada pihak pengusaha untuk
dapat mengembangkan usahanya. Dengan
melihat perkembangan dunia usaha yang
penuh dengan tantangan dewasa ini sehingga

banyak perusahaan yang terhenti operasinya,
sudah tentu memerlukan analisa untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
124

Sudah menjadi pendapat umum bahwa
setiap
perusahaan
dalam
rangka
mengembangkan usahanya tidak terlepas dari
sasaran dan tujuan perusahaan yaitu mencapai
laba yang optimal dengan cara meningkatkan
kinerja keuangan dan menggunakan sumber
daya ekonomi yang dimiliki seperti modal
kerja, tenaga kerja, dll.
Modal kerja sangat dibutuhkan dalam
menjalankan kegiatan suatu perusahaan, dan
modal kerja sangat penting dalam menunjang
kelancaran kegiatan operasi perusahaan,


Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009

sehingga perusahaan dapat berjalan dengan
baik secara berkesinambungan. Modal kerja
harus tersedia sehingga mampu membiayai
berbagai pengeluaran perusahaan sehari-hari.
Kebutuhan
modal
kerja
setiap
perusahaan berbeda-beda tergantung pada
besar kecilnya perusahaan tersebut. Pada
awalnya, kebutuhan modal kerja suatu
perusahaan dapat dipenuhi dari pemilik
perusahaan tersebut ataupun dari pinjaman.
Dengan modal kerja tersebut, perusahaan
harus beroperasi secara efisien dalam arti
perusahaan harus menggunakan modal kerja
sesuai dengan kebutuhan, agar tidak terjadi

kelebihan modal kerja yang menganggur
sehingga tidak produktif dan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan. Untuk mengetahui
kinerja keuangan perusahaan ada 3 aspek yang
perlu dilihat yaitu likuiditas, solvabilitas dan
profitabilitas. Tetapi dalam penelitian ini
penulis hanya membahas dari segi likuiditas
dan profitabilitas.
Likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya, baik itu saat periode
berjalan maupun sampai jatuh tempo. Hal-hal
yang dimaksud dengan likuiditas disini adalah
seberapa besar perusahaan memiliki sumber
dana yang cukup untuk membayar kreditur
saat kewajiban itu jatuh tempo. Aktiva-aktiva
perusahaan yang mana saja yang relatif likuid
sifatnya dan seberapa cepat aktiva perusahaan
yang likuid dapat diubah menjadi kas. Selain
likuiditas, profitabilitas tidak kalah pentingnya

terutama bagi kreditur karena profitabilitas ini
merupakan jaminan utama bagi kreditur
tersebut tanpa mengabaikan faktor-faktor
lainnya. Para investor dan kreditur sangat
berkepentingan
dalam
mengevaluasi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba

saat ini maupun di masa mendatang. Dengan
penggunaan modal kerja yang efisien, berapa
pun jumlah modal kerja yang tersedia
perusahaan harus mengelola dengan baik.
Untuk itu, perusahaan harus mengevaluasi
efisiensi modal kerja untuk meningkatkan
kinerja keuangan khususnya ditinjau dari
profitabilitas dan likuiditas perusahaan
tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif komparatif, yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
cara mencari data dan menganalisis data dan
informasi yang diperoleh sesuai dengan
persoalan yang akan dipecahkan, sehingga
studi deskripsi digunakan penulis dalam
penelitian ini untuk menggambarkan dan
menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu
peristiwa yang terjadi pada saat riset dilakukan,
kemudian memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Modal Kerja dan Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
likuiditas mempunyai kaitan terhadap modal
kerja. Perputaran modal kerja dapat dikatakan
memiliki hubungan dan pengaruh yang positif

jika perputaran modal kerja meningkat maka
likuiditas pun meningkat, dan sebaliknya.
Namun jika perputaran modal kerja meningkat
dan likuiditasnya menurun maka hal tersebut
menunjukkan bahwa antara perputaran modal
kerja dengan likuiditas memiliki pengaruh dan
hubungan yang negatif.

Tabel 1
Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas
Keterangan
ARTO
INTO
NWC
WCTO
Current Ratio
Quick Ratio

Tahun
2003

2004
2005
2006
5.47x
5.86x
9.4x
8.72x
4.26x
3.9x
3.72x
3.01x
659.652.412 1.572.863.558 2.656.320.206 2.662.518.650
4379,89x
2169,99x
2210,18x
2280,38x
156.80%
300.98%
394%
504.17%

130.49%
243.96%
283.46%
369.88%

2007
8.3x
2.99x
3.005.378.512
2330x
498.26%
309.15%
125

HIDAYAT dan MUTTAQIEN, Peranan Modal Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan

Cash Ratio

43.98%


66.99%

101.59%

191.49%

147.93%

HUBUNGAN MODAL KERJA DAN LIKUIDITAS
10000000000
1000000000
100000000

NILAI RASIO

10000000

NWC
WCTO


1000000

INTO
100000

ARTO
Current Ratio

10000

Quick Ratio
1000

Cash Ratio

100
10
1
0.1
2003

2004

2005

2006

2007

TAHUN

Gambar 1
Hubungan Modal Kerja dan Likuiditas
Dari grafik dan tabel diatas mengenai
modal kerja dan likuiditas, dapat dilihat
bagaimana perusahaan mengelola modal
kerjanya ditinjau dari segi likuiditas dari tahun
2003 sampai dengan 2007. Berdasarkan hasil
perhitungan, jumlah modal kerja bersih yang
digunakan perusahaan selama 5 tahun
cenderung mengalami peningkatan. Namun
dengan semakin meningkatnya jumlah modal
kerja bersih maka biaya pun akan semakin
tinggi sehingga dapat menurunkan perputaran
modal kerja pada perusahaan. Dengan
penggunaan jumlah modal kerja bersih yang
semakin meningkat maka volume penjualan
pun dapat lebih ditingkatkan lagi tetapi
perusahaan tidak efisien dalam biaya sehingga
peningkatan modal kerja kurang maksimal
dalam meraih penjualan karena hal ini dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya Harga Pokok
Penjualan. Nilai WCTO pada perusahaan
selama 5 tahun cenderung mengalami
penurunan walaupun jumlah modal kerja
bersih yang digunakan semakin meningkat
tetapi peningkatan ini tidak maksimal dalam
meraih penjualan karena biaya tidak efisien.
Dengan semakin meningkatnya volume
penjualan maka secara otomatis perusahaan
akan menambah persediaan barangnya agar
126

kegiatan penjualan dapat berjalan dengan
lancar dan pemintaan konsumen dapat
terpenuhi. Didalam neraca dapat dilihat bahwa
nilai persediaan dari tahun 2003 sampai dengan
2007 cenderung meningkat karena volume
penjualan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan sehingga hal ini pun dapat
membuat nilai rata-rata persediaan perusahaan
pun meningkat. Tingginya volume penjualan
dapat disebabkan karena meningkatnya Harga
Pokok Penjualan ataupun permintaan dari
konsumen dan bertambahnya jumlah modal
kerja dalam kegiatan operasionalnya. Nilai
INTO
(perputaran
persediaan)
pada
perusahaan dari tahun 2003 sampai dengan
2007 mengalami penurunan karena tingginya
Harga Pokok Penjualan dan nilai rata-rata
persediaan sehingga perputaran persediaan
berjalan lambat (semakin menurun). Semakin
tingginya perputaran persediaan (INTO) maka
perusahaan semakin membutuhkan uang kas
dalam kegiatan operasionalnya sehingga
perusahaan akan semakin cepat dalam
melakukan penagihan piutangnya. Namun nilai
perputaran persediaan pada perusahaan
cenderung menurun sehingga nilai perputaran
piutang pun cenderung menurun.

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009

Nilai ARTO yang paling tinggi berada
pada tahun 2005 dan ini menunjukkan bahwa
ditahun tersebut perusahaan lebih banyak
menciptakan uang cash karena nilai perputaran
persediaannya pun tinggi sehingga dapat
melancarkan kegiatan operasionalnya. Semakin
tinggi volume penjualan dan semakin rendah
nilai rata-rata piutang maka ARTO akan
semakin besar, yang berarti perputaran
penagihan piutang perusahaan dilakukan
dengan cepat. Dari rasio-rasio modal kerja
yang cenderung mengalami penurunan, akan
mempengaruhi likuiditas perusahaan. Semakin
tinggi Net Working Capital (NWC) maka
semakin tinggi pula tingkat likuiditas
perusahaan. Tetapi sebailknya jika nilai NWC

semakin menurun maka likuiditas perusahaan
pun akan menurun. Pada tabel dan grafik
menunjukkan bahwa besarnya modal kerja
bersih pada perusahaan naik sehingga hal ini
membuat tingkat likuiditas perusahaan pun
naik. Dengan jumlah modal kerja yang semakin
meningkat maka likuiditas atau kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang jangka
pendeknya pun bisa ditutupi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa selama 5 tahun antara
modal kerja terutama modal kerja bersih
memilki pengaruh dan hubungan yang positif
terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini
terbukti dengan semakin naiknya modal kerja
(NWC) maka likuiditas perusahaan pun naik.

Hubungan Net Working Capital (NWC) dengan Current Ratio
Tabel 2. Hubungan NWC dengan Current Ratio
Rasio
NWC
Current Ratio

2003
659.652.412
156.8%

2004
1.572.863.558
300.98%

Tahun
2005
2.656.320.206
394%

2006
2.662.518.650
504.17%

2007
3.005.378.512
498.26%

127

HIDAYAT dan MUTTAQIEN, Peranan Modal Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan

HUBUNGAN NWC DENGAN CURRENT RATIO
10000000000
1000000000
100000000
Net Working Capital
Current Ratio

NILAI RASIO

10000000
1000000
100000
10000
1000
100
10
1
2003

2004

2005

2006

2007

TAHUN

Grafik 2
Hubungan NWC dan Current Ratio
Dari tabel dan grafik diatas dapat
penggunaan kewajiban lancar perusahaan dapat
diketahui mengenai hubungan modal kerja
ditutupi oleh aktiva lancar perusahaannya
bersih/Net Working Capital (NWC) dan
sehingga perusahaan dapat dikatakan likuid.
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
NWC merupakan alat ukur yang digunakan
kewajiban jangka pendeknya dengan membagi
dalam perhitungan rasio modal kerja
aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current
sedangkan Current Ratio merupakan alat ukur
ratio) dari tahun 2003 sampai dengan tahun
yang digunakan dalam perhitungan likuiditas.
2007. Nilai NWC selama 5 tahun berturutDari hasil perhitungan menunjukkan bahwa
turut mengalami kenaikan yamg cukup besar.
NWC dan Current Ratio pada perusahaan
Hal ini disebabkan karena aktiva lancarnya
memiliki hubungan yang positif karena nilai
lebih besar dari kewajiban lancarnya dari tahun
NWC mengalami kenaikan dari tahun ketahun
ketahun sehingga modal kerja bersihnya pun
diikuti dengan kenaikan pula pada perhitungan
semakin meningkat. Sedangkan nilai Current
current ratio.
Ratio selama 5 tahun meningkat pula, artinya
Hubungan Net Working Capital (NWC) dengan Quick Ratio
Tabel 3
Hubungan NWC dengan Quick Ratio
Rasio

2003
NWC
659.652.412
Quick Ratio
130.49%

128

2004
1.572.863.558
243.96%

Tahun
2005
2.656.320.206
283.46%

2006
2.662.518.650
369.88%

2007
3.005.378.512
309.15%

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009
HUBUNGAN NWC DENGAN QUICK RATIO
10000000000
1000000000
100000000
Net Working
Capital
Quick Ratio

NILAI RASIO

10000000
1000000
100000
10000
1000
100
10
1
2003

2004

2005

2006

2007

TAHUN

Grafik 3
Hubungan NWC dan Quick Ratio
Dari tabel dan grafik diatas dapat
diketahui mengenai hubungan modal kerja
bersih/Net Working Capital (NWC) dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya
dengan
menggunakan perhitungan quick ratio atau
rasio cepat dari tahun 2003 sampai dengan
tahun 2007. Nilai NWC selama 5 tahun
berturut-turut mengalami kenaikan yang cukup
besar. Hal ini disebabkan karena aktiva
lancarnya lebih besar dari kewajiban lancarnya
dari tahun ketahun sehingga modal kerja
bersihnya pun semakin meningkat. Sedangkan
Pada PT. Kalbe Farma Tbk nilai rasio cepatnya
semua diatas 1, artinya perusahaan dapat
menutupi kewajiban lancarnya dengan tidak
mengandalkan hanya pada persediaan saja.
Rasio cepat perusahaan ini juga mengalami
peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada

tahun 2003 rasio cepatnya lebih rendah
dibanding tahun lainnya karena jumlah aktiva
lancarnya lebih kecil diantara jumlah aktiva
lancar di tahun lain, sehingga setelah
persediaan dihilangkan jumlah aktiva lancarnya
menjadi
semakin
berkurang
artinya
penggunaan kewajiban lancar perusahaan dapat
ditutupi oleh aktiva lancar perusahaannya
sehingga perusahaan dapat dikatakan likuid.
NWC merupakan alat ukur yang digunakan
dalam perhitungan rasio modal kerja
sedangkan Quick Ratio merupakan alat ukur
yang digunakan dalam perhitungan likuiditas.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa
NWC dan Current Ratio pada perusahaan
memiliki hubungan yang positif karena nilai
NWC mengalami kenaikan dari tahun ketahun
diikuti dengan kenaikan pula pada perhitungan
current ratio.

Hubungan Net Working Capital (NWC) dengan Cash Ratio
Tabel 4
Hubungan NWC dengan Cash Ratio
Rasio
NWC
Cach Ratio

2003
659.652.412
43.98%

2004
1.572.863.558
66.99%

Tahun
2005
2.656.320.206
101.59%

2006
2.662.518.650
191.49%

2007
3.005.378.512
147.93%
129

HIDAYAT dan MUTTAQIEN, Peranan Modal Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan

HUBUNGAN NWC DENGAN CASH RATIO
10000000000
1000000000
100000000

NILAI RASIO

10000000

Net Working
Capital
Cas h Ratio

1000000
100000
10000
1000
100
10
1
0.1
2003

2004

2005

2006

2007

TAHUN

Grafik 4
Hubungan NWC dan Cash Ratio
Dari tabel dan grafik diatas dapat
diketahui mengenai hubungan modal kerja
bersih/Net Working Capital (NWC) dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya
dengan
menggunakan perhitungan cash ratio atau rasio
kas dari tahun 2003 sampai dengan tahun
2007. Nilai NWC selama 5 tahun cenderung
mengalami kenaikan yang cukup besar. Hal ini
disebabkan karena aktiva lancarnya lebih besar
dari kewajiban lancarnya dari tahun ketahun
sehingga modal kerja bersihnya pun semakin
meningkat. Sedangkan pada rasio kas
perusahaan pada tahun 2003 merupakan tahun
dengan rasio kas yang paling rendah sedangkan
tahun 2006 merupakan tahun dengan rasio kas
yang paling tinggi diantara tahun lainnya yang
termasuk dalam periode penelitian. Pada tahun
2003 rasio kas rendah, karena jumlah kas dan
setara kasnya paling rendah diantara tahun
lainnya yakni sebesar Rp 510.758.804.929
artinya perusahaan tidak hanya mengandalkan
pada pos kas dan setara kas saja, ada pos
lainnya yang ikut berperan untuk menutupi
kewajiban lancar perusahaan. Pada tahun ini
perusahaan dapat dikatakan kurang likuid,
karena bagian modal kerja yang paling likuid
itu kas dan setara kas. Kas dan setara kas
diperlukan untuk pembayaran kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari dan
membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo.
130

Pada tahun 2006 rasio kas perusahaan paling
tinggi karena pada tahun ini jumlah pos kas
dan setara kasnya sangat tinggi, sehingga tanpa
dibantu pos-pos aktiva lancar lain, kas dan
setara kas dapat menutupi kewajiban lancar
perusahaan dengan hanya menggunakan pos
ini saja. Pada PT. Kalbe Farma Tbk hanya
pada tahun 2003 dan 2004 saja yag rasio
kasnya kurang dari 1 sedangkan dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2007 rasio kasnya
diatas 1, berarti terjadi peningkatan dari tahun
ke tahun, yang artinya manajemen dapat
memperbaiki kinerjanya dari tahun ke tahun
dengan mengefektifkan pos aktiva lancar yang
relatif likuid seperti kas. Dari hasil perhitungan
menunjukkan bahwa NWC dan Cash Ratio
pada perusahaan memilki hubungan yang
positif karena kenaikan yang terjadi pada nilai
NWC diikuti pula dengan nilai Cash Ratio dari
tahun 2003 sampai dengan 2007.
Hubungan Modal Kerja dan Profitabilitas
Profitabilitas atau rentabilitas dapat pula
dikatakan kemampulabaan perusahaan yang
berati daya tahan perusahaan terhadap kondisi
yang mempengaruhi perusahaan. Profitabilitas
erat kaitannya terhadap perputaran modal kerja
atau Working Capital Turnover (WCTO).
Perputaran modal kerja dapat dikatakan
memiliki hubungan dan pengaruh yang positif

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009

jika perputaran modal kerja meningkat maka
profitabilitas pun meningkat, dan sebaliknya.
Namun jika perputaran modal kerja meningkat
dan profitabilitasnya menurun maka hal

tersebut
menunjukkan
bahwa
antara
perputaran modal kerja dengan perofitabilitas
memiliki pengaruh dan hubungan yang negatif.

Tabel 5
Hubungan Modal Kerja dengan Profitabilitas
Keterangan
ARTO
INTO
NWC
WCTO
NPM
ROI

2003
5.47
4.26
659.652.412
4379,89x
11.18%
13.19%

2004
5.86
3.9
1.572.863.558
2169,99x
10.91%
12.34%

Tahun
2005
9.4
3.72
2.656.320.206
2210,18x
10.66%
13.51%

2006

2007

8.72
3.01
2.662.518.650
2280,38x
11.14%
14.63%

8.3
2.99
3.005.378.512
2330x
10.07%
13.73%

HUBUNGAN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS
10000000000
1000000000
100000000
10000000

N ILA I R A SIO

NWC
1000000

WCTO
INTO

100000

ARTO
10000

NPM
ROI

1000
100
10
1
0.1
2003

2004

2005

2006

2007

TAHUN

Grafik 5
Hubungan Modal Kerja dengan Profitabilitas
Dari grafik dan tabel diatas mengenai
modal kerja dan profitabilitas, dapat dilihat
bagaimana perusahaan mengelola modal
kerjanya ditinjau dari segi laba dan
profitabilitas dari tahun 2003 sampai dengan
2007. Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah
modal kerja bersih yang digunakan perusahaan
selama 5 tahun cenderung mengalami
peningkatan. Namun dengan semakin
meningkatnya jumlah modal kerja bersih maka

biaya pun akan semakin tinggi sehingga dapat
menurunkan perputaran modal kerja pada
perusahaan. Dengan penggunaan jumlah
modal kerja bersih yang semakin meningkat
maka volume penjualan pun dapat lebih
ditingkatkan
lagi,
dengan
semakin
meningkatnya volume penjualan maka secara
otomatis
perusahaan akan menambah
persediaan barangnya agar kegiatan penjualan
dapat berjalan dengan lancar dan pemintaan
131

HIDAYAT dan MUTTAQIEN, Peranan Modal Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan

konsumen dapat terpenuhi. Tingginya volume
penjualan
dapat
disebabkan
karena
meningkatnya Harga Pokok Penjualan ataupun
permintaan dari konsumen dan bertambahnya
jumlah modal kerja dalam kegiatan
operasionalnya. Nilai WCTO pada perusahaan
selama 5 tahun cenderung mengalami
penurunan walaupun jumlah modal kerja
bersih yang digunakan semakin meningkat
tetapi peningkatan ini tidak maksimal dalam
meraih penjualan karena biaya tidak efisien.
Didalam neraca dapat dilihat bahwa nilai
persediaan dari tahun 2003 sampai dengan
2007 cenderung meningkat karena volume
penjualan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan sehingga hal ini pun dapat
membuat nilai rata-rata persediaan perusahaan
pun meningkat. Nilai INTO (perputaran
persediaan) pada perusahaan dari tahun 2003
sampai dengan 2007 mengalami penurunan
karena tingginya Harga Pokok Penjualan dan
nilai rata-rata persediaan sehingga perputaran
persediaan berjalan lambat. Semakin tingginya
perputaran
persediaan
(INTO)
maka
perusahaan semakin membutuhkan uang kas
dalam kegiatan operasionalnya sehingga
berpengaruh kepada NWC yang semakin
meningkat setiap tahunnya. Dalam 5 tahun ini
ARTO pada perusahaan cenderung meningkat,
nilai ARTO yang paling tinggi berada pada
tahun 2005 karena semakin tinggi volume
penjualan dan semakin rendah nilai rata-rata
piutang maka ARTO akan semakin besar yang
berarti
perputaran
penagihan
piutang
perusahaan dilakukan dengan cepat dan efisien.
Dari rasio-rasio modal kerja yang cenderung
mengalami penurunan, akan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi

perputaran modal kerja (WCTO) maka
semakin tinggi pula tingkat profitabilitas
perusahaan. Tetapi sebailknya jika nilai WCTO
semakin
menurun
maka
profitabilitas
perusahaan pun akan menurun. Pada tabel dan
grafik
menunjukkan
bahwa
besarnya
perputaran modal kerja pada perusahaan
cenderung menurun sehingga hal ini membuat
tingkat profitabilitas perusahaan pun menurun.
Dengan jumlah modal kerja yang semakin
meningkat maka laba yang diperoleh
perusahaan pun selama 5 tahun cenderung
meningkat tetapi peningkatan jumlah modal
kerja ini pun tidak maksimal dalam meraih
volume penjualan sehingga menurunkan
tingkat perputaran modal kerja perusahaan.
Nilai NPM pada perusahaan cenderung
mengalami penurunan karena peningkatan
yang terjadi antara penjualan dan laba tidak
seimbang. Artinya peningkatan pada volume
penjualan kurang maksimal dalam meraih laba.
Sedangkan untuk nilai ROI selama 5 tahun
pada perusahaan cenderung konstan karena
besarnya penggunaan total aktiva dalam meraih
laba pun tidak maksimal. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan peningkatan yang cukup besar
pada total aktiva, laba yang diperoleh hanya
mengalami sedikit kenaikan saja dari tahun
sebelumnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
selama 5 tahun antara modal kerja terutama
perputaran modal kerja memilki pengaruh dan
hubungan yang positif terhadap tingkat
profitabilitas. Hal ini terbukti dengan semakin
menurunnya perputaran modal kerja (WCTO)
maka profitabilitas perusahaan pun semakin
menurun.

Hubungan WCTO dengan NPM
Tabel 6
Hubungan WCTO dengan NPM
Rasio
WCTO
NPM

132

2003
4379,89x
11.18%

2004
2169,99x
10.91%

Tahun
2005
2210,18x
10.66%

2006
2007
2280,38x 2330,79x
11.14% 10.07%

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009
HUBUNGAN WCTO DENGAN NPM
10000

1000

WCTO

NILAI RASIO

100

10

NPM

1

0.1

0.01
2003

2004

2005

2006

2007

TAHUN

Grafik 6
Hubungan WCTO dengan NPM
Dari tabel dan grafik diatas dapat
diketahui mengenai hubungan perputaran
modal kerja/Working Capital Turnover (WCTO)
dan Margin Laba/Net Profit Margin (NPM)
dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
Nilai WCTO selama 5 tahun cenderung
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena volume penjualan yang diperoleh tidak
berimbang dengan besarnya jumlah modal
kerja yang digunakan perusahaan. Artinya
penggunaan besarnya jumlah modal kerja tidak
maksimal dalam meraih penjualan. Begitupula
dengan nilai NPM selama 5 tahun mengalami
penurunan karena kenaikan yang terjadi pada

volume penjualan tidak maksimal dalam
meraih laba sehingga peningkatan pada volume
penjualan tidak seimbang dengan jumlah laba
yang diperoleh. WCTO merupakan alat ukur
yang digunakan dalam perhitungan rasio modal
kerja sedangkan NPM merupakan alat ukur
yang
digunakan
dalam
perhitungan
profitabilitas (kemampulabaan). Dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa WCTO dan
NPM pada perusahaan memilki hubungan
yang positif karena penurunan yang terjadi
pada nilai WCTO diikuti pula dengan nilai
NPM dari tahun 2003 sampai dengan 2007.

Hubungan WCTO dengan ROI
Tabel 7
Hubungan WCTO dengan NPM
Rasio
WCTO
ROI

2003
4379,89x
13.19%

2004
2169,99x
12.34%

Tahun
2005
2210,18x
13.51%

2006
2007
2280,38x 2330,79x
14.63% 13.73%

133

HIDAYAT dan MUTTAQIEN, Peranan Modal Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan
HUBUNGAN WCTO DENGAN ROI
10000

1000

WCTO

NILAI RASIO

100

10

ROI

1

0.1

0.01
2003

2004

2005

2006

2007

TAHUN

Grafik 7
Hubungan WCTO dengan ROI
Dari tabel dan grafik diatas dapat
diketahui mengenai hubungan perputaran
modal kerja/Working Capital Turnover (WCTO)
dan hasil pengembalian atas aktiva/Return On
Investment (ROI) dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2007. Nilai WCTO selama 5
tahun berturut-turut cenderung mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena volume
penjualan yang diperoleh tidak berimbang
dengan besarnya jumlah modal kerja yang
digunakan perusahaan. Artinya penggunaan
besarnya jumlah modal kerja tidak maksimal
dalam meraih penjualan. Sedangkan nilai ROI
selama 5 tahun cenderung konstan karena
kenaikan total aktiva diikuti pula dengan
kenaikan dari laba yang diperoleh perusahaan.
Tetapi kenaikan yang terjadi antara total aktiva
dengan laba tidak seimbang, artinya
penggunaan besarnya total aktiva yang semakin
meningkat tidak maksimal dalam meraih laba
sehingga hal ini dapat mempengaruhi nilai ROI
perusahaan. WCTO merupakan alat ukur yang
digunakan dalam perhitungan rasio modal
kerja sedangkan ROI merupakan alat ukur
yang
digunakan
dalam
perhitungan
profitabilitas (kemampulabaan). Dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa WCTO dan
ROI pada perusahaan memilki hubungan yang
positif karena walaupun WCTO menurun
tetapi tetap saja nilai ROI konstant. Artinya
dengan penurunan atau kenaikan yang terjadi
134

pada nilai ROI selama 5 tahun hanya berbeda
sedikit saja dari tahun sebelumnya.

KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian dan
pengamatan berdasarkan data-data yang
diperoleh dari PT. Kalbe Farma, Tbk maka
penulis mengambil beberapa simpulan sebagai
berikut :
1. Pengelolaan modal kerja yang ada pada PT.
Kalbe Farma, Tbk sudah baik karena dari
tahun ke tahun jumlah modal kerja pada
perusahaan mengalami peningkatan. Tetapi
untuk
tingkat
perputaran
modal
kerja/Working Capital Turnover (WCTO)
mengalami penurunan sehingga tingkat
profitabilitas perusahaan pun menurun.
2. Pada PT. Kalbe Farma, Tbk modal kerja
bersih pada perusahaan naik sehingga hal
ini membuat tingkat likuiditas perusahaan
pun naik. Dengan jumlah modal kerja yang
semakin meningkat maka likuiditas atau
kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang jangka pendeknya pun bisa ditutupi.
3. Dalam PT. Kalbe Farma, Tbk modal kerja
sangat berperan untuk meningkatkan laba
perusahaan.
Hal ini terlihat pada
perhitungan jumlah modal kerja bersih
yang terus mengalami peningkatan selama

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 9 No. 2, Oktober 2009

5 tahun dan dengan semakin meningkatnya
modal kerja maka laba yang diperoleh pun
meningkat. Tetapi pada PT. Kalbe Farma,
Tbk kenaikkan labanya lebih kecil
dibandingkan
biaya
sehingga
profitabilitasnya menurun atau kenaikkan
biaya lebih besar dibandingkan laba.

DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston.
2006.
Dasar-dasar
Manajemen
Keuangan. Edisi 10, Salemba Empat.
Jakarta.
Fraser, Lyn M. 2004. Memahami Laporan
Keuangan. Alih bahasa: Sam Setyautama.
PT Indeks : Jakarta.
G. Sugiarso, dan F. Winarni. 2005. Manajemen
Keuangan, Media Pressindo: Yogyakarta.
Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan
(Dasar- Dasar Pembelanjaan Perusahaan ).
BPFE- Yogyakarta: Jakarta.
Harahap, Sofyan Safri. 2006. Analisis Kritis
Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Horne. Van James C., dan John M Wachowicz
Jr. 2005. Fundamental of Financial
Management (Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan); Buku 1 Edisi 12, Salemba 4,
Jakarta.

Martono dan D. Agus Harjito. 2003. Manajemen
Keuangan. Ekonosia: Yogyakarta.
Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi
Keempat. Liberty: Yogyakarta
Noor Ahmad. 2007. Analisis Laporan keuangan.
Bogor: STIE Kesatuan Bogor. (Diktat
Kuliah)
Keown, Arthur J; Alih bahasa, Haryandini.
2004. Manajemen Keuangan; Prinsip-prinsip
dan Aplikasi, PT. Indeks Kelompok
Gramedia, Jakarta.
Said M. Amril. 2002. Analisa Pembuktian
Laporan Keuangan atas Penyajian Laporan
Keuangan. Djambatan: Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap. 2006. Analisis Kritis
Atas
Laporan
Keuangan.
PT.
RajaGrafindo, Jakarta.
Suad Husnan., dan Enny Pudjiastuti. 2004.
Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 4,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Sugiarso, G., dan F Winarni. 2006. Manajemen
Keuangan; Pemahaman Laporan Keuangan,
Pengelolaan Aktiva, Kewajiban dan Modal,
serta Pengukuran Kinerja Perusahaan,
Media Pressindo, Yogyakarta.
Warren. Carl S, Reeve James. M, And Fess
Philip E. 2005. Accounting. Thomson:
Ohio.

Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. PT
Bumi Aksara: Jakarta.

135