Perkembangan Bank Syariah di Indonesia (3)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
System lembaga keuangan, atau yang lebih khusus lagi disebut sebagai aturan yang
menyangkut aspek keuangan dalam sistem mekanisme keuangan suatu Negara, telah menjadi
instrument penting dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam tentu saja menuntut adanya system baku yang
mengatur dalam kegiatan kehidupannya. Termasuk diantaranya kegiatan keuangan yang
dijalankan oleh setiap umat.
Khusus dibidang perbankan, sejarah telah mencatat, sejak berdirinya The Javache Bank
pada tahun 1872, telah menanamkan nilai-nilai system perbankan yang sampai sekarang telah
mentradisi dan bahkan sudah mendarah daging dikalangan masyarakat Indonesia, tanpa kecuali
umat Islam.
Rintisan praktik perbankan islam di Indonesia dimulai dengan adanya pendapat dari
K.H. Mas Mansur, ketua Pengurus Besar Muhammadiyah periiode 1937-1944 yang
menyebutkan bahwa alasan penggunaan jasa bank Konvensional adalah suatu hal yang
terpaksa, karena pada waktu itu umat Islam belum mempunyai Bank sendiri yang bebas riba1.
Keberadaan perbankan Islam ditanah air telah mendapatkan pijakan kokoh setelah
lahirnya Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang direvisi melalui UU No. 10 Tahun
1998, yang dengan tegas mengakui keberadaan dan berfungsinya Bang Bagi Hasil atau Bank
syariah2.

Fakta menunjukkan bahwa kekacauan pada periode ekonomi, BankIslam menampilkan
lebih baik dari Bank Konvensional. Oleh karena itu, system perbankan Islam diharapkan untuk
memainkan peran yang lebih didalam proses pemulihan ekonomi Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bank Syariah?
2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya bank syariah?
3. Bagaimana Perkembangan Bank Syariah di Indonesia?
4. Bagaimana Peranan Bank Syariah?
5. Apa Kendala dalam Pengembangan Perbankan Syariah?
6. Bagaimana Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Kedepannya?

1 Veithzal Rivai, Islamic Banking (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) 155
2 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011) 17

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah atau selanjutnya disebut Bank Syariah adalah lembaga keuangan/
perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadits Nabi SAW yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam

lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalnya disesuaikan dengan
prinsip syariat Islam3.
Selanjutnya dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 21 tentang Bank Syariah, dinyatakan bahwa:
“ Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah,mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya”.4
Bank syariah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang berdasarkan
operasinalnya berdasarkan pada syariat Islam. Menurut Schaick(2001), bank Islam adalah
sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan
pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagaimetode utamanya, dan
meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentuan sebelumnya.
Sedangkan menurut Sudarsono (2004), bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha
pkoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariat.5
B. Alasan Adanya Bank Syariah
Secara filosofis bank syariah adalah bank yang aktifitasnya meninggalkan masalah riba.
Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan
yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangan menggembirakan bahwa
belakangan ini para ekonomi muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara
untuk menggantikan system bunga dalam transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai

dengan etika Islam. Upaya ini dilakukan dalam upaya untuk membangun model teori ekonomi
yang bebas bunga dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi
pendapatan.
Oleh karena itulah, maka mekanisme perbankan bebas bunga (yang biasa disebut bank
syariah) didirikan. Perbankan syariah didirikan didasarkan pada alasan filosofis maupun
praktik. Secara filosofis, karena dilarangnya pengambilan riba dalam transaksi keuangan
maupun non keuangan. Secara praktis, karena system perbankan berbasis bunga (konvensional)
mengandung kelemahan sebagai berikut:
(1) Transaksi yang berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis.
(2) Tidak fleksibelnya system transaksi berbasis bunga menyebabkan kebangkrutan.
(3) Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya membuat
bank cemas untuk mengembalikan pokok dan buanganya.
(4) System transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha kecil.
(5) Dalam system bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila
ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga mereka.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan/ kewajaran bisnis.
3 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011) 15
4 Veithzal Rivai, Islamic Banking (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) 32
5 Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 15-16


Dalam bisnis, hasil yang diperoleh selau tidak pasti. Peminjam sudah berkewajiban untuk
membayar tingkat bunga yang disetujui, walaupun bisnis yang ia jalankan rugi. Meskipun
bisnisnya untung maka ia juga harus membayar bunga yang melebihi keuntungannya. Hal itu
jelas sekali bertentang dengan norma keadilan dan kewajaran dalam Islam
Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga yang menyebabkan kebangkrutan.
Hal itu menyebabkan hilangnya potensi produktif masyarakat secara keseluruhan, selain dengan
pengangguran sebgian besar orang. Lebih dari itu, beban utang semakin menyulitkan upaya
pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh rakyat.
Komitmen bank untuk keamanan deposan berikut bunga membuat bank cemas untuk
mengembalikan pokok dan bunganya.
Demi keamanan, bank hanya mau meminjamkan dana pada para bisnisman yang sudah benarbenar mapan/ pada orang yang sanggup menjamin keamanan pinjamannya. Sisa uangnya
disimpan dalam bentuk surat berharga pemerintah. Jadi, semakin banyak pinjaman yang
diberikan kepada pengusaha yang usahanya sudah mapan dan sukses, sementara orang yang
punya potensi bertahan untuk memulai usahanya memiliki peluang kecil untuk menerima dana
pinjaman. Ini menyebabkna tidak seimbangnya pendapatan kesejahteraan dan juga bertentangna
dengan semngat Islam.
Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi adanya inovasi dari pengusaha kecil.
Usaha besar dapat mengambil resiko untuk mencoba teknik dan produk baru karena mereka
mempunyai cadangan dana sebagai sandaran bila ternyata ide barunya tidak berhasil.

Sebaliknya, usaha kecil tidak dapat mencoba ide baru karena untuk itu mereka harus
membutuhkan pinjaman dana berbunga dari bank. Bila gagal, tidak ada jalan lain bagi mereka
kecuali harus membayar kembali pinjaman berikut beserta bunganya sehingga bisa saja mereka
menjadi bangkrut.hal itu biasanya terjadi pada para petani. Jadi bunga merupakan rintangan
bagi pertumbuhan dan juga memperburuk keseimbangan pendapatan.
Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertatik pada kemitraan kecuali bia ada jaminan
kepastian pengembangan modal dan pendapatan bunga mereka. Setiap rencana bisnis yang
diajukan kepada mereka selalu diukur denga kriteria ini. Jadi bank bekerja dengan sistem ini
tidak mempunyai insentif un tuk membantu suatu usaha yang berguna bagi masyarakat dan para
pekerja. Sistem ini menyebabkan misallocation sumberdaya pada masyarakat Islam6.
C. Peranan Bank Syariah
Di dunia modern, peranan Bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
suatu Negara. Hamper semua sector usaha yang meliputi sector industry, perdagangan,
pertanian, perkebuanan, perumahan sangat membutuhkan Bank sebagai mitra dalam melakukan
transaksi keuangan. Semua sector usaha maupun individu saat ini dan masa yang akan dating
tidak akan terlepas dari sector perbankan bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan
aktivitas keuangan dalam mendukung kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu
maupun masyarakat bisnis sangan penting bahkan bagi suatu Negara, karena bank sebagai
suatu lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh dalam perekonomian suatu Negara.
Bank mempunya peran dalam menghimpun dana masyarakat, kerena merupakan

lembaga yang dipercaya masyarakat dari berbagai macam kalangan dalam menempatkan
dananya secara aman. Di sisi lain bank berperan dalam menyalurkan dana kepada masyarkat.
Bank merupakan lembaga yang dapatmeberikan pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. dengan demikian, pada dasrnya bank mempunyai peran dalam dua sisi,
yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang sedang kelebihan dana, dan menyalurkan dana
kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kedua
6 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011) 7-9

fungsi tersebut, yaitu menghimpin dana dari masyarakt dan sekaligus menyalurkannya,
sehingga bank merupakan lembaga perantara bagi masyarakat7.
Dalam perbankan konvensional, bank selain berperan sebagai jembatan antara pemilik
dana dan dunia usaha, juga masih menjadi penyekat antara keduanya karena tidak adanya
tranferability risk and return. Itu tidak terjadi pada perbankan syariah, perbankan syariah
mempumyai fungsi menurut pembukaan standart akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (
Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution):
a. manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. Dan juga menjadi
wakil atau pemegang amanat (custodian) dari pemilik dana atas investasi di sektor rill.
b. Investor, bank syariah menginvestasikana dana yang dimilikinya maupun dana nasabah
yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan

kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.
d. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank
syariah juga memiliki keajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.8
Dengan demikian seluruh keberhasilan dan risiko dunia usaha atau pertumbuhan
ekonomi secara langsung didistribusikan kepada pemilik dana sehingga menciptakan suasana
harmoni. Aktiifitas perbankan berkaitan dengan sektor rill dan sektor moneter. Sektor rill dapat
dilakukan dengan aktifitas pendanaan yang berbasis bagi hasil maupun dengan margin
keuntungan untuk jual beli, sedangkan untuk sektor moneter, bank syariah melakukan aktifitas
tabungan / deposito dengan mekanisme bagi hasil.
Beberapa kegiatan investasi yang dapat dikembangkan dari perbankan syariah adalah
menumbuhkan kegiatan produksi massal berskala kecil dan menengah, khususnya di sektor
agro industri melalui skema pembiayaan lunak seperti kemitraan (mudharabah dan
musyaraka).
Dalam kegiatan komersial, perbankan syariah dapat mengambil posisi dalam kegiatan
seperti :
a. Mendukung perdagangan antar daerah.
b. Mendukung pengadaan faktor-faktor produksi.
c. Mendukung penjualan hasil-hasil produk kepada masyarakat.9
Adanya bank syariah diharapkan dapat :

a. Mendukung strategi pengembangan ekonomi regional.
b. Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau atau tidak berminat dengan bank
konvensional.
c. Mendukung penjualan hasil-hasil produk masyarakat.
d. Memfasilitasi distribusi utilitas barang-barang modal untuk kegiatan produksi melaului
skema sewa menyewa (ijarah). .
Dengan pesatnya perkembangan perbankan Syariah, kiprah perbankan syariah dalam
berperan sebagai bank di dunia modern ini tak kalah dengan perbankan konvensional. Skema
produk perbankan syariah secara alamiah merujuk pada dua kategori kegiatan ekonomi yakni
produksi dan distribusi. Kategori pertama difasilitasi melalui skema profit sharing
(mudharabah) dan partnership (musyarakah), sedangkan kegiatan distribusi manfaat hasil-hasil
produk dilakukan melalui skema jual-beli (murabahah) dan sewa menyewa (ijarah).
Berdasarkan sifat tersebut, kegiatan keuangan syariah dapat dikategorikan sebagai investment
7 Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta: KENCANA, 2011) 2-3
8 Haeri Sudarsono, Bank Lembaga Keuangan Syariah- Deskripsi dan Ilustrasi ( Yogyakarta:
Ekonisia, 2004) hlm. 39-40
9 Muhammad, Bank Syariah- Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006), hlm. 73

banking dan merchant/ commercial banking10. Artinya bank syariah dapat aktifitas ekonomi

yang berkaitan dengan aktifitas investasi (sector riil) maupun di sector moneter. Sector riil dapat
dilakukan dengan aktivitas pendanaan bernasis bagihasil maupun dengan margin keuantungan
untuk produk jual-beli, sedangkan untuk sector moneter bank syariah melakukan aktivitas
tabungan atau deposito dengan mekanisme bagi hasil11.
Diantara peranan Bank Syariah:
1. Memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat.
2. Meningkatkan kesadaran syariah umat Islam sehingga dapat memperluas segmen dan
pangsa pasar perbankan syariah.
3. Menjalin kerja sama dengan para ulama, karena bagaimanapun peran ulama, khususnya di
Indonesia sangat dominan bagi kehidupan umat Islam.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga keuangan Bank maupun nonBank yang bersifat formal dan beroperasi di pedesaan, umumnya tidak dapat menjangkau
lapisan masyarakat dari golongan menengah ke bawah. Ketidakmampuan tersebut terutama
dalam sisi penanggungan risiko dan biaya operasi, juga dalam identifikasi usaha dan
pemantauan penggunaan kredit yang layak usaha. Akibatnya kekosongan ini diisi oleh lembaga
keuangan non-formal,yang mana termasuk di dalamnya para rentenir dengan mengenakan
bunga yang tinggi12.
Secara khusus peranan bank syariah secara nyata dapat terwujud dalam aspek-aspek berikut:
1. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi fasilitator aktif bagi
terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.

2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. Artinya pengelolaan bank
syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini terwujud jika ada
mekanisme operasi yang transparan.
3. Memberikan return yang lebih baik. Artinya investasi di bank syariah tidak memberikan
janji yang pasti mengenai return (keuntungan) yang diberikan kepada investor. Oleh karena
itu, bank syariah harus mampu memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan
bank konvensional.
4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya bank syariah mendorong
terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat, dengan demikian spekulasi bias
ditekan.
5. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan hanya mengumpulkan
dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana ZIS. Dana ZIS dapat disalurkan
melalui pembiayaan Qardhul Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pada akhirnya terjadi pemerataan ekonomi.
6. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk al-mudharabah almuqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk melakukan investasi atas dana yang
diserahkan oleh investor, maka bank syariah sebagai financial arranger, bank memperoleh
komisi atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.
10 Muhammad, Bank Syariah: Analisis Kekuatan , Kelemahan, Peluan dan Ancaman (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006) 73
11 Amir Machmud, Bank Syariah (Jakarta: Erlangga, 2010) 7

12 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011) 18

7. Uswah hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank13.
Bank syariah karena sifatnya sebagai bank berdasarkan prinsip syariah wajib memposisikan
diri sebagai uswatun hasanah dalam implementasi moral dan etika bisnis yang benar atau
melaksanakan etika dan moral agama dalam aktifitas ekonomi.
Peranan bank syariah bagi masyarakat
1. Sebagai lemabag penyimpanan dana (tempat menabung)
Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil yang artinya nasabah tidak akan bisa
menghitung dengan pasti keuntungan yang akan di dapatkan setiap bulannya. Namun, nasabah
dapat mengetahui porsi atau bagian yang menjadi haknya dan berapa porsi atau bagian yang
menjadi hak milik bank syraiah.
Nilai bagi hasil yang diperoleh nasabah tidak akan sama setiap saat meskipun jumlah uang
yang mereka miliki di bank tersebut sama. Mengapa? Karena bagi hasil tergantung pada berapa
jumlah uang seluruh nasabah yang di tabung di bank tersebut dan berapa jumlah uang yang
telah dikelola oleh bank untuk sektor-sektor usaha riil sehingga memberikan keuntungan bagi
pihak bank. Keuntungan inilah yang kemudian dibagi kepada pihak bank sebagai pengelola
uang (mudharib) dan nasabah sebagai pemilik uang (shahibul mal) berdasarkan porsi atau
bagian yang telah disepakati bersama dimuka.
Banyak kemudahan yang diperoleh nasabah ketika nasabah menentukan pilihan
menyimpankan uangnya di bank syariah. Salah satu kemudahan yang dapat diperoleh adalah
dapat mengkses uang dengan mudah baik secara langsung melalui teller bank ataupun ATM.
Pelayanan bank syariah kepada nasabahnya juga dapat diperoleh melalui sms, internet atau
telepon dengan fasilitas internet banking, sms banking, & Mobile banking.
Pelayanan bank Islam terhadap nasabah dapat dilihat dengan nyata tidak hanya di bank
tempat nasabah menabung, yang biasanya diberikan langsung oleh teller atau customer service.
Pelayanan bank Islam kepada nasabanya juga dapat diperoleh melalui SMS, internet atau
telepon langsung melalui nomor hot line tertentu yang dikenal dengan layanan phone banking.
Melalui sarana fasilitas yang dimiliki bank Islam ini, nasabah dapat dengan mudah
memperoleh layanan informasi dan mutasi rekening, layanan transaksi baik transaksi antar bank
yang sama ataupun transaksi antar bank yang berbeda, layanan pengaktifan atau perubahan PIN,
layanan autodeber dan layanan bill payment tanpa harus pergi ke bank Islam tersebut. Selain itu,
melalui sarana ini nasabah juga dapat mengetahui aktivitas dan berbagai perkembangan yang
terjadi di bank Islam tempat mereka manabung.
Bentuk layanan lain yang dapat diperoleh nasabah bila menabung di bank Islam adalah
nasabah akan mudah dalam menjalankan kewajibannya menunaikan zakat. Karena jika nasabah
sepakat untuk memotong zakat dari rekening taungannya maka bank akan secara otomatis
memotong rekening nasabah setiap bualnnya.

13 Ibid., 18-19

Dana-dana yang disimpan nasabah di bank Islam akan dijamin keamanannya oleh bank itu
sendiri. Selain itu, semua bank Islam telah menjadi anggota dari lembaga penjamin simpanan
(LPS). Dan demikian, otomatis dana-dana yang disimpan di bank Islam akan dijamin
keamanannya oleh pemerintah melalui LPS. Sementara jaminan nilai kesesuaian dengan unsur
Islam dari uang yang disimpan di bank Islam akan dijamin oleh sebuah dewan, yaitu Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
Hal utama dan mendasar tentu saja tercipta rasa nyaman dan aman karena terhindar dari
praktik-praktik ribawi yang selama ini biasa diterapkan oleh bank konvensional melalui sistem
bunganya. Selain itu, sudah banyak fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh bank Islam
untuk mempermudah nasabahnya dalam hal mengakses uang yang disimpan di bank Islam, baik
dalam hal penarikan tunai, penggunaan uang di outlet- outlet belanja, dan tentu saja nasabah
juga akan merasa mudah bila akan melakukan transaksi di luar negeri.
Bentuk kemudahan lain yang akan diterima oleh nasabah bank syariah adalah ketika
hendak membayar zakat. Karena jika nasabah sepakat untuk memotong zakat dari rekening
tabungannya maka bank syariah akan secara langsung otomatis memotong rekening nasabah
setia bulannya.
Menabung di bank syariah akan membangun secara perlahan-lahan perekonomian bagsa
karena secara perlahan-lahan masyarakat akan mulai bersama-sama belajar bagaimana
melakukan kegiatan bisnis dan ekonomi yang adil dan sama-sama saling menguntungkan
dengan menggunakan sistem bagi hasil14.
2. Sebagai lembaga pembiayaan (investasi)
Bank syariah tidak hanya menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan penghimpun
dana saja, namun sebagi lembaga tempat masyarakat dapat memperoleh pembiayaan untuk
keperluan peningkatan usaha ataupun untuk pemenuhan kebutuhan yang sifatnya konsumtif
serti rumah dan kendaraan bermotor. Bak syariah dalam hal ini,berperan sebagai lembaga
pembiayaan atau investasi.
Mengapa harus memperoleh pembiayaan di bank syariah untuk keperluan peningkatan
usahadan pemenuhan kebutuhan yang bersifat konsumtif?

Karena dengan memperoleh

pembiayaan di bank syariah, nasabah akan merasa aman tidak perlu khawatir dan merasa akan
di cekik memikirkan jumlah uang beserta beban bunganya yang harus dikembalika. Nasabah
akan merasa tentram dengan pembiayaan di bank syariah karena transaksi yang dilakukan jelas
terhindar dari unsur riba.
Selain itu,

penerapan prinsip keadilan dimana keududukan antara pihak bank sebagai

pemilik modal dan penjual, dengan nasabah sebagai pengelola modal atau pembeli adalah samasama memiliki hak yang seimbang dalam menikmati keuntungan hasil usahanya. Sehingga akan
memunculkan rasa aman dan terpenuhi ras keadilan bagi semua pihak.
Pada pembiayaan yang ditujukan untuk kepentingan peningkatan usaha, bank syariah tidak
menuntut bunga sebagai imbal jasa kepada nasabahnya. Seperti halnya ketika melakukan
14 Veithzal Rivai, Islamic Banking, (Jakarta : bumi Aksara) hlm. 219-221

penyimpangan uang di bank syariah,pembiayaan di bank syariah juga menerapkan sistem bagi
hasi. Sehingga ada kesepakatan di muka tentang porsi atau bagian yang menjadi hak nasabah
dan porsi atau bagian yang menjadi hak bank syariah dari keuntungan yang akan diperoleh atas
hasil usaha tersebut.
Pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan nasabah yang bersifat komsutif, bank Islam akan
memberlakukan margin kepada nasabah sebagai nilai keuntungan yang diperoleh bank Islam.
Pada pembiayaan kebutuhan yang bersifat komsutif, bank berperan sebagai pihak penjual
barang. Hal yang wajar bila seorang penjual ingin memperoleh keuntungan dari barang
dagangan yang dijualnya. Hal ini bukan menjadi larangan asalkan semua pihak baik penjual dan
pembeli telah sama-sama sepakat atas besar keuntungan yang disepakati. Tentu saja penjual
berkewajiban menjual barang yang berkualitas baik dan menceritakan seluruh kondisi barang
yang dijualnya kepada pembeli.
Nasabah dapat menghitung langsung nilai yang harus dibayarkan seluruhnya setelah ia
membeli suatu barang yang diharapkan dengan bantuan pembiayaan bank Islam. Bank Islam
akan memberikan kemudahan bagi nasabahnya terkait jangka waktu yang akan disanggupinya
oleh nasabah dalam melunasi seluruh pembiayaan yang telah diperoleh dari bank Islam beserta
margin yang telah disepakati bersama di awal perjanjian.
Pembiayaan di bank Islam yang diberikan kepada masyarakat untuk keperluan modal usaha,
biayanya ditujukan untuk usaha-usaha yang produktif, jelas dan transparan, serta bersifat halal,
baik dari segi pengelolaan hingga kepada hasil usaha yang akan diberikan kemanfaatannya
untuk masyarakat.
Ada beberapa bentuk pembiayaan untuk keperluan peningkatan usaha atau biasa dikenal
dengan pembiayaan produktif Islam yang diberikan oleh bank Islam, yaitu pembiayaan dengan
prinsip jual beli, pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,
pembiayaan atas prinsip bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan proporsi penyertaan, dan
pembiayaan yang berdasarkan prinsip sewa beli.15
Karakteristik pembiayaan dengan prinsip jual beli, bank Islam sebagai penjual suatu barang
harus memberitahu kepada nasabah sebagai pembeli, tentang harga produk yang telah ia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan (margin) sebagai tambahannya. Nasabah dapat
melakukan pembayaran dengan diansur atau dicicil sesuai dengan kesepakatan bersama.
Pembiayaan atas prinsip jual beli cocok bagi nasabah yang membutuhkan tambahan aset,
namun kekurangan dana untuk melunasinya secara sekaligus.
Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dapat disalurkan untuk
berbagai jenis usaha perdagangan, perindustrian, pertanian, dan jasa pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan proporsi penyertaan sesuai bagi hasil yang telah
disepakati.
Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa beli sesuai bagi nasabah yang menginginkan
tambahan aset yang diperoleh melalui sewa yang pada akhirnya bertujuan untuk pengalihan
kepemilikan aset tersebut kepada nasabah. Aset yang disewa dapat berupa barang bergerak
15 Ibid. 222

(kendaraan/alat transportasi darat, laut, udara dan alat berat/mesin kontruksi) ataupun barang
yang tidak bergerak (tanah, bangunan, dan peralatan di atas tanah tersebut).
Pembiayaan yang diperuntukkan untuk

pemenuhan kebutuhan nasabah yang bersifat

konsumtif baik berupa rumah atau kendaraan bermotor terdiri dari dua bentuk, yaitu
pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dan pembiayaan berdasarkan prinsip sewa beli.
Pada pembiayaan pada prinsip jual beli, maka bank Islam sebagai pihak penjual barang
menawarkan barang yang dibutuhkan nasabah dengan harga asal ditambah dengan
keuntungan(margin) yang telah disepakati bersama dengan nasabah sebagai pihak pembeli.
Nasabah akan melakukan pembayaran dengan cara mencicil atau mengangsur sesuai dengan
kesepakatan bersama.
Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli ini sesuai bagi nasabah yang ingin memiliki
rumah ataupun kendaraan bermotor, tetapi kekurangan dana untuk melunasinya secara
sekaligus. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa beli sesuai bagi nasabah yang ingin memiliki
rumah atau kendaraan bermotor dengan cara menyewa yang pada akhirnya bertujuan untuk
pengalihan kepemilikan rumah atau kendaraan bermotor tersebut dari milik bank Islam menjadi
milik nasabah.
3. Sebagai Lembaga Pemberi Jasa
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah
selain berperan sebagai lembaga intermediasi atau penghubung anatar pihak yang kelebihan
dana dengan pihak yang kurang dana, juga melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan
kepada nasabah dengan mendapat keuntungan berupa imbalan (fee). Jasa perbankan tersebut
antara lain16:
(1) Sharf (jual beli valas)
Pada prinsipnya, jual beli valas sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak
sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).
(2) Ijarah (sewa)
Jenis kegiatan ijarah antara lain, penyewaan kotak simpan (safe deposit box) dan jasa tata
laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut.
D. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 , Adalah bank
muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan Negaranegara muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada tahun
1992-1998 hanya ada satu unit. Pada tahun 2000, bank syariah maupun bank konvensional yang
membuka unit syariah di Indonesia telah meningkat menjadi 6 unit. Sedangkan jumlah BPRS
sudah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah. Di tahun-tahun mendatang, jumlah bank
syariah ini akan terus meningkat seiring dengan masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya
jumlah kantor cabang bank syariah yang sudah ada, maupun dengan dibukannya Islamic widow
di bank-bank konvensional.
Terjadinya perkembangan yang lambat, baik dari sisi jumlah kantor bank syariah
maupun indikator perbankan lainnya ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
16 Adiwarman karim, Bank Islam (Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2004) 102

1. Masih kurangnya pemahaman dan banyak terdapat kesalahpahaman masyarakat mengenai bank
syariah.
2. Belum lengkapnya ketentuan perbankan, instrumen moneter dan pasar keuangan yang
mendukung operasional bank syariah.
3. Terbatasnya jumlah dan distribusi jaringan kantor bank syariah.
4. Kurangnya sumber daya manusia dan tenaga ahli dalam mendukung pengembangan bank
syariah.17
Berbagai kendala tersebut telah mulai diatasi dengan melaksanakan program
pengembangan yang bersungguh-sungguh, terutama sejak dikeluarkannya UUNo. 10 Tahun
1998 tentang Perbankan. Langkah-langkah pengembangan bank syariah yang bisa dilakukan
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan yaitu:
1. Menyempurnakan peraturan dan ketentuan operasianal perbankan syariah serta pereangkatperangkat hukum/perundang-undangan yang menjadi dasar dan panduan kegiatan usaha agar
terdapat kepastian hukum dan kepastian usaha.
2. Menyempurnakan insfrastruktur keuangan, instrumen moneter dan pasar keuangan yang sesuai
dengan prinsip syariah guna mendukung pelaksanaan kebijakan moneter, serta efisiensi dalam
pengelolaan dan bank syariah.
3. Menciptakan sistem monitoring dan pengawasan yang efektif untuk menjamin terciptanya
sistem perbankan syariah yang sehat dan menjalankan ketentuan syariah secara konsisten.
4. Melaksanakan koordinasi dan program peningkatan kompetensi SDM, baik di bank sentral
maupun para bankir dan pihak yang terkait dengan perbankan syariah, serta meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah.18
Optimisme pengembangan perbankan syariah yang semakin baik dimasa mendatang
disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:
1. Semakin meningkatnya pemahaman dan keinginan masyarakat untuk menggunakan jasa
perbankan syariah.
2. Para bankir dan investor baru juga mulai menyadari mengenai potensi pasar dan keunggulan
komparatif yang dimiliki oleh sistem perbankan syariah sehingga menimbulkan minat untuk
mengembangkan pelayanan jasa perbankan syariah.
3. Bank indonesia mengakomodir dengan menyempurnakan berbagai ketentuan yang memberikan
berbagai pilihan untuk pengembangan jaringan kantor bank syariah serta memberikan informasi
tentang potensi wilayah dan demand masyarakat terhadap perbankan syariah.19
Adapun faktor-faktor pendorong lain dalam pengembangan perbankan syariah yaitu:
1. Keinginan untuk meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap ke sektor
perbankan.
2. Keinginan untuk meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional dan menyediakan sarana
bagi investor internasional untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan dan transaksi keuangan di
indonesia yang sesuai dengan prinsip syariah.20
Dari sebuah riset yang dilakukan oleh karim business consulting diproyeksika bahwa
total asset bank syariah di Indonesia akan tumbuh sebesar 2.850% selama 8 tahun, atau rata-rata
17
18
19
20

Ahmad Rodoni Dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Zikrul Hakim, 2008). 20
Ibid., 20-21
Ibid., 21
Ibid., 17

tumbuh 356.25% tiap tahunnya. Asset bank syariah ini dikarenakan adanya kepastian di sisi
regulasi serta berkembangnya pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.
Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber daya
insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, namun realitas yang ada
menunjukan bahwa masih banyak sumber daya insani yang selama ini terlibat di institusi
syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam Islamic banking. Tentunya
kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan
syariah itu sendiri. Dan inilah memang yang harus mendapatkan perhatian dari kita semua,
yakni mencetak sumber daya insane yang mampu mengamalkan ekonomi syariah di semua lini.
Karena system yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya
insani yang baik pula.21
System perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu system yang
tangguh melalui krisis ekonomi indoensia. Banyak keunggulan yang dimilikinya sehingga dapat
bertahan menghadapi keadaan yang sangat sulit bagi dunia perbankan. Diantara keunggulannya
adalah pertumbuhan perbankan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi riil. Dalam kondisi
krisis ekonomi bank konvensional menderita negative spread dalam bisnisnya, sebagai suatu
momok utama utama yang dihadapi oleh perbankan konvensional, dan justru dalam kondisi
demikian bank syariah menunjukan kondisi yang sebaliknya.
Perkembangan perbankan islam di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari
perkembangan dan kemajuan perbankan islam di dunia. Awal 1980an merupakan tonggal awal
dimulainya diskusi bank syariah sebagai pilar ekonomi islam beberapa uji coba telah dilakukan
seperti di bandung dan Jakarta, yaitu baitut tamwil salman,bandung, dan koperasi Ridho gusti
sebagai tonggak baru secara khusus memprakarsai berdirinya bank syariah di Indonesia, yang
prakarsai oleh majelis ulama Indonesia. Prakarsa khusus ini diawali dengan diselegggarakannya
lokarya bunga bank dan perbankan di cisarua, bogor jawa barat agustus 1990. Hasil loka karya
ini, kemudian diperdalam dalam musyawarah nasional iv mui di jakarta pada bulan agustus
1990. Hasil munas ini dibentuk kelompok kerja yang disebut tim perbankan MUI untuk
mendirikan bank syariah di indoensia, dengan tegas melakuan pendekatan dan konsultasi
dengan semua pihak terkait. Hasilnya, pad november 1991 akhirnya ditandatangani pendiri
bank muamalat indonesia, yang mulai beroprasi pada mei 1992. Selain itu,pionir perbankan
islam lain adalah bank perkreditan rakyat (BPR) Dana Mardhatillah dan BPR berkah amal
sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di bandung yang doprakarsai oleh institue for sharia
economic development (ISED).
Setelah dua tahun beroperasi, BMI mendirikan asuransi islam pertama di indonesia yaitu
Syarikat Takaful Indonesia dan menjadi salah satu pemegang sahamnya. Kemudian tahun 1997,
BMI mendukung lokakarya ulama tentang Reksadana Syariah yang kemudian diikuti denga
beroperasinya lembaga reksadana syariah oleh PT. Danareksa. Dan pada tahun yang sama
berdiri pula sebuah lembaga pembiayaan syariah yaitu BNI-Faisal Islamic Finance Company.
Pada saat itu perkembangan lembaga-lembaga keuangan islam tergolong relatif cepat dan salah
satu alasannya ialah karena adanya keyakinan kuat masyarakat muslim bahwa perbankan
konvensional mengadung unsur riba yang dilarang oleh agama islam.
Selama lebih dari enam tahun beroperasi, peraturan perundamg-undangan yang
mendukung hanya UU No 7 Tahun 1992 dan peraturan pemerintah No. 72 Tahun 1992. Namun
pada tahun 1998, dibentuklah UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1992
21 Adiwarman karim, Bank Islam (Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2004) hlm.24-15

tentang Perbankan, maka secara tegas sistem perbankan syariah ditempatkan sebagai bagian
dari sistem perbankan nasional. UU tersebut telah diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam
beberapa surat keputusan direksi bank indonesia yaitu tentang bank umum, bahwa bank umum
dan BPR konvensional dapat menjalankan transaksi syariah atau mengkonversikan kantor
cabang konvensional menjadi syariah. Perundang-undangan tersebut telah memberikan dasar
hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan perbankan syariah
di indonesia.22
Komitmen pemerintah untuk mengembangkan perbankan islam tidak terhenti sampai
disini pada tahun 1999, undang-undang mengenai bank sentral yang lama, yaitu UU no.13
tahun 1968, diubah dengan UU no 23 tahun 1999 tentang bank indonesia. Dalam undangundang tentang bank indoensia yang baru ini dinyatakan bahwa dalam rangka mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah,bank indonesia mempunyai tiga pilar tugas pokok yang salah
satunya dnatara lain adalah mengatur dan mengawasi bank (pasal 8), termasuk bank umum dan
BPR islam. Dari tugas pokok ini, terlihat semakin jelas bahwa bank indoneslia diberi amanah
atau kewajiban oleh pemerintah untuk mengembangkan bank syariah dengan menyusun
ketentuan dan menyiapkan infrastruktur yang sesuai dengan karakteristik bank syariah dalam
melaksanakan tugas pokok lain, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, bank
indonesia dapat melakukan pengendalian moneter berdasarkan prinsip-prisnsip islam (pasal 10).
Sebagai kelanjutannya, bank indoensia pada tahun 1999 membentuk tim peneliti untuk
perbankan islam. Hasilnya, satu bank umum syariah muncul lagi, yaitu Bank Syariah Mandiri
berdiri dan UUS mulai bermunculan. Selanjutnya, bank indonesia pada tahun 2000
mengeluarkan ketentuan yang mengatur kliring. Pembukuan rekening giro pada bank indonesia
bagi UUS, Giro wajib Minimum (GWM) bagi bank umum islam, pasar uang antarbank
berdasrkan prinsip islam (PUAS), dan sertifikatWadi’ah Bank Indoensia (SWBI)
Dengan dikeluarkannya kedua undang-undang ini, pemerintah memberikan komitmen
penuh untuk mengembangkan perbankan isalam untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang
menginginkan peayanan bank syariah, yang diamanahkan kepada bank indonesia. Komitmen
pemerintah untuk mengembangkan perbankan islam dilakukan oleh berbagai hal antara lain
(Bank Indonesia, 2002)
1) Memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki pelayanan jasa perbankan yang sesuai
dengan prinsip islam.
2) Meningkatkan mobilisasi investasi masyarakat yang belum terserap sistem perbankan yang
ada.
3) Meningkatkan ketahanan sistem erbankan nasional
4) Menyediakasn sarana bagi investor.
Dengan demikian pesatnya perbankan syariah di indoensia, kemudian bank indonesia
mendirikan biro perbankan syariah (BPS) pada tahun 2001 untuk menangani segala urusan
yang berhubungan dengan perbankan islam yang diamanahkan oelh undang0undang .
perbankan islam terus berkembang pesat, sehingga urusan yag ditangani BPS menjadi semakin
banyak. Hal ini menyebabkan BPS perlu memiliki SDm yang lebih banyak dan struktur
organisasi yang lebih besar. Oleh karena itu, pada akhir tahun 2003 BPS diperbesar menjadi
direktorat, yaitu direktorat perbankan Islam (DPbS). Dukungan pemerintah terhadap
perkembangan perbankan islam tidak berhenti sampai disini, pada akhir tahun 2003, MUI
mengeluarkan fakwa bahwa bunga bank riba adalah haram hukumnya. Dengan fatwa ini,
22 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta : Pustaka Alvabet, 2006). 6

masyarakat muslim yang peduli berbondong-bondong memindahkan dananya dari bak
konvensional ke bank syariah.
Pada tahun 2006, terbit Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/3/PBI/2006 tentang
perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum yang
melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank yang
melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional.
Dalam PBI tersebut bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah diperbolehkan
melayani transaksi berdasarkan prinsip syariah di kantor cabang bank konvensional. Sistem ini
dikenal sebagai office channeling. Apabila sebelum lahirnya PBI, nasabah yang membutuhkan
transaksi syariah hanya bisa dilayani di akntor cabang syariah dari bank konvensional, dengan
PBI nasabah yang membutuhkan transaksi syariah bisa dilayani di kantor cabang bank
konvensional23.
Meskipun dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang sudah
mengakomodasi kehadiran perbankan syariah dalam sistem dual banking system Indonesia,
bagi kalangan perbankan syariah, undang-undang tersebut belum mampu mengakomodasi
seluruh kebutuhan dari bank syariah. Kalangan perbankan syariah menginginkan lahirnya
undang-undang khusus yang mengatur secara terpisah mengenai bank syariah. Hal ini
dibutuhkan agar akselerasi perbankan syariah dapat memberikan pengaruh positif terhadap
perekonomian Indonesia.
Perbiakan dan penyempurnaan terus dilakukan agar perkembangan perbankan islam
selalu berada pada relnya yang benar sesuai dengan bluerint-nya. Untuk itu, pada taun 2004
bank indoensia melakukan kajian dalam rangka mempersiapkan beberapa peraturan pendukung
seperti standarisasi akad, tingkat kesehatan, dan lembaga penjamin simpanan. Dan akhirnya
tahun 2008 diterbitkan UU no 21 tentang bank syariah sebagai landaasan hukum khusus untuk
bank syariah di indonesia24. Pengesahan undang-undang ini memberikan landasan hokum bagi
perbankan syariah nasional dan diharapkan mampu mendorong perkembangan industri
perbankan syariah menjadi lebih baik. Hal ini karena pencapaina market share perbankan
nasional sebesar 5% belum mampu tercapai pada tahun 2009. Salah satu hal krusial dalam
undang-undang ini yang mampu mengakselerasi perkembangan perbankan syariah di Indonesia
adalah terkait pemisahan (spin-off) Unit Usaha Syariah, baik secara sukarela maupun wajib
apabila aset Unit Usaha Syariah telah mencapai 50% aset bank induknya.
Keleluasaan yang diberikan oleh Undang-Undang yang baru tersebut telah mendapat
tanggapan positif dari kalangan perbankan. Bank umum yang beroperasi secara penuh
berdasarkan prinsip syariah adalah Bank Mandiri Syariah dan Bank Syariah Mega Indonesia,
disamping Bank Muamalat Indonesia. Selain itu diakhir tahun 2005 ada 19 bank konvensional
yang telah melakukan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah melalui pembukaan
kantor cabang syariah. Sedangkan BPRS telah mencapai 92 Bank. Jumlah kantor dari ketiga
kelompok bank syariah tersebut mencapai 596 kantor. Dilihat dari penyebarannya, jaringan
kantor bank syariah telah dapat melayani masyarakat di 68 kabupaten di 27 provinsi.

23 M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2012) 105
24 Veithzal Rivai, Islamic Banking (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)

E. Kendala dalam Pengembangan Perbankan Syariah
Peranan perbankan syariah dalam perekonomian masih sangat relatif kecil dengan pelaku
tunggal. Ada beberapa kendala pengembangan perbankan syariah. Paling tidak terdapat tujuh
kendala pengembangn dan tiga terakhir merupakan kendala di dunia internasional.
1. SDM yang kompeten dan profesinal yang masih terbatas akan menghambat kemajuan
perbankan syariah nasional. Keterbatasan pada SDM ini akan mempengaruhi besarnya
resiko perbankan syariah pada oprasionalnya. Ketidak mampuan SDM dikhawatirkan akan
meneken bukan hanya resiko oprasional bank, namun juga resiko reputasi yang secara khas
dimiliki oleh perbankansyariah. Seperti diketahui resiko reputasi bukan hanya akan
mempengaruhi bank secara individu, tetapi juga akan mempengaruhi industry perbankan
syariah. Tidak seperti bank konvensional, bank syariah juga memiliki tanggung jawab moral
yang relative lebih besar, ketika perbankan syariah memang secara alami memiliki
kewajiban memperhatikan manfaat (maslahat) yang dapat dibrikan kepada seluruh
masyarakat (umat).
2. Pemahaman masyarakat sebagai pemakai yang kurang tentang perbankan syariah selain
menjadi factor yang memperlambat perkembangan industry juga dikhawatirkan akan
mengurangi proses check & balance berkaitan dengan kepatuhan terhadap syariah dalam
oprasional bank atau aplikasi produk-produk syariah. Pada akhirnya hal ini akan
mempengaruhi persepsi masyarakat yang negative tentang oprasional bank syariah.
3. Belum terdapat standar baku dalam aplikasi produk-produk syariah berikut ketentuannya,
membuat aplikasinya di lapangan masih berpotensi untuk menyimpang dari apa yang telah
ditetapkan secara syariah.
4. Sinkronisasi kebijakan dari institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan transaksi
keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal.
5. Belum tersedia uniform regulatiry, meskipun saat ini hal tersebut diharapkan dapat
dilakukan oleh IFSB dan AAOIFI. Jika masalah ini dapa diselesaikan, diharapakan
intergrasi pasar perbankan syariah di dunia internasional dapat segeran terwujud. Hal itu
pada akhirnya tentu akan mendorong pertumbuhan perbankan syariah di masing-masing
Negara muslim.
6. Inovasi pada produk perbankan syariah yang masih lambat
7. Masih ada perbedaan pada aplikasi prinsip-prinsip Islam dalam perbankan syariah di
beberapa Negara muslim. Beberapa instrument tidak dapat diterima oleh Negara muslim25.
F. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Kedepan
Bank syariah telah menetukan empat tahap pencapaian pengembangan perbankan
syariah nasional. Tahap pertama (2002-2004), yaitu tahapan peletakan landasan pengembangan
yang kuat bagi perkembangan pertumbuhan industry perbankan syariah. Focus aktifitas pada
tahapan ini adalah menyusun ketentuan kelembagaan bank syariah dan menyiapkan
infrastruktur dasar untuk pertumbuhan bank syariah. Tahap kedua (2005-2009), yaitu tahap
penguatan industry, peningkatan daya saing, efisiensi operasi, spesifikasi produk, serta
kompetensi dan profesionalisme SDI perbankan syariah.selanjutnya tahap ketiga (2010-2012),
adalah tahap untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan operasional perbankan syariah sesuai
dengan standar keuangan dan kualitas pelayanan perbankan internasional. Kemudian tahap
keempat (2013-2015), yaitu tahap dimana industry perbankan syariah telah mencapai satu
pangsa yang signifikan untuk member kontribusi dalam system perekonomian nasional.pada

25 Veithzal Rivai, Islamic Banking (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) 159

saat itu diharapkan telah terbentuk integrasi dengan sektor-sektor lainnya, khususnya dengan
lembaga keuangan syariah bukan bank dan institusi pendukunya26.
Kebijakan pengembangan perbankan syariah diterapkan dengan berpedoman pada
strategi pengembangan jangka panjang perbankan syariah. Adapun sasaran strategi
pengembangan dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah
Hal ini dilakukan dengan menerbitkan peraturan yang bertujuan memberikan paduan dalam
penerpan akad keuangan syariah secara baik, yaitu dengan dikeluarkannya ketentuan
tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah. Selanjutnya,disusun juga standar keuangan syariah untuk
mendukung pengebangan produk yang selaras antara aspek syariah dan kehati-hatian pada
paket Oktober (pakto-2006) yang baru lulus juga dibuat ketentuan tentang pedoman
pengawasan syariah dan tata cara pelaporan bagi DPS.
2. Implementasi aturan prudensial
Bank Indonesia berkomitmen terhadap pengembangan good governance dan pemutakhiran
system pengawasan dan pemeriksaan bank syariah. Untuk itu, saat ini tengah dikembangkan
system pengawasan system berbasis risiko, disamping mengeluarkan beberapa regulasi
prudensial (transparansi kondisi keuangan, perubahan keuntungan giro wajib minimum,
penilaian kualitas aktiva, dan lain-lain). Untuk bank perkreditan rakyat syariah, juga
terdapat peraturan bank Indonesia yang mengatur tentag laporan bulanan bank (Labul) serta
penyempurnaan ketentuan yang mengatur tentang perizinan bank.
3. Efisiensi operasional dan daya asing.
Dalam hal ini bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan mengenai perubahan kegiatan
usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dan pembukuan kantor bank yang melakasanakan kegiatan
usaha berdasrkan prinsip syariah oleh bank umu konvensional. Kepada bank cabafng bak
konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) dibolehkan melayani transaksi
perbankan syariah tertentu (office channeling). Selain itu, bank Indonesia telah melakukan
pemetaan potensi dan preferensi masyarakat terhadap perbankan syariah di hamper seluruh
kabupaten/kota di indoensia
4. Stabilitas sistematik dan terciptanya maslahat perekonomian
Untuk meningkatkan kontribusi industry perbankan syariah, bank Indonesia telah
menyelesaikan kajian kebijakan entry dan exit pada industry perbankan syariah. Melalui
kebijakan yang direkomendasikan, diharapkan industry perbankan syariah akan didukung
oleh pelaku yang memiliki keahlian dan dedikasi yang tinggi dalam mengembangkan
industry perbankan syariah. Selain itu, terdapat pusat-pusat penelitian, pendididkan, dan
pengembangan ekonomi dan perbankan syariah yang dapat mendukung kebijakan secara
makro. Disamping itu, bank indoensia juga telah menyusun suatu kebijakan akselerasi
pengembangan perbankan syariah tahun 2007-2008.
5. pengembangan SDI,
Pengembangan SDIdi bidang perbankan Ekonomi syariah terus dilakukan, baik disisi
pengelola bank syariah, pengawas bank indonesia, maupun masyarakat, yaitu melalui
program edukasi yang sistematis, terfokus, dan berkesinambungan. Bank indonesia juga
telah menjalin kerjas sama dengan bebrapa perguruan tinggi di indoneslia untuk
26 Amir Machmud, Bank Syariah (Jakarta: Erlangga, 2010) 60

menciptakan Sdi perbankan syariah yang

andal yang mengerti akan konsep syariah

sehingga dapat memberikan pemahaman dan mengajak masyarakat untuk mempunyai rasa
kepemilikan (sens of belonging) terhadap perbankan syariah.
6. inisiatif strategis untuk mengoptimalkan fungsi sosial bank syariah
Hal ini dilakukan melalui perannya dalam fasilitasi hubungan voluntary sector (dana sosial)
dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Terkait dengan inisiatif ini, bank indonesia
telah membentu kerja sama dengan BAZNAS dan seluruh perbankan syariah untuk
mengembangkan program oerbankan syariah peduli umat (PSPU). Adapun PSPU tersebut
adalah kegiatan pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, sedekah, dan wakaf yang merupakan
kerja sama antara perbankan syariah (BUS dan BPRS), bank indoensia dan badan amil
zakat. Tujuannya adalah dalam rangka membuat program pendayagunaan ZIS yang efektif,
mensosialkannya, menggalang danan tersebut dari masyarakat serta menumbuhkan citra
positif dalam masyarakat mengenai perbankan syariah sebagai lembaga yang peduli
terhadap program kemiskinan dan permasalahan dhuafa27.

27 Ibid.,