Perbandingan Sistem Perlindungan Sosial. pdf

Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

PERBANDINGAN PERLINDUNGAN SOSIAL DAN JAMINAN SOSIAL
DI BERBAGAI NEGARA ASIA TENGGARA
Mokhamad Alfian, SST1
“Vulnerable groups both poor and non-poor to prevent, reduce, or cope with risk”2
“Social Policy is the set of policies and programs designed to promote efficient and effective
labor markets, protect individuals from the risks inherent in earning a living either from
small-scale agriculture or the labor market, and provides a floor of support to individuals
when market-based approaches for supporting themselves fail” - ADB
Indonesia sebagai Negara Kesejahteraan (welfare state) menanggung tanggung jawab
yang besar berkaitan dengan perlindungan dan jaminan sosial bagi masyarakatnya
sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 yang berbunyi
“Negara menyelenggarakan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan”. Kebijakan lain mengenai perlindungan dan jaminan sosial dapat
dilihat pada UU No. 3 tahun 1992 Pasal 3 ayat 2 “setiap tenaga kerja berhak atas
jaminan sosial tenaga kerja”, serta UU No. 40 tahun 2004 Pasal 2 yakni “Sistem
jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan kemanusian, asas manfaat dan
asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Berdasarkan aturan-aturan
tersebut sekiranya perlu untuk meninjau kembali sistem perlindungan dan jaminan

sosial di Indonesia dengan melihat berbagai aspek diantarnya peranan sistem tersebut
dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan, hal ini disebabkan
oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Sebagai gambaran, pertumbuhan
diberbagai negara juga mengalami kelambatan, atau bahkan kemunduruan yang
ditandai dengan lesunya perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
bertumbuh sebesar 4.7%3.

1

Mahasiswa Pasca-Sarjana Spesialis-1 Pekerjaan Sosial STKS Bandung
Asean Development Bank, http://www.adb.org/publications/social-protection-index-assessingresults-asia-and-pacific
3
DetikFinance, Perbandingan Ekonomi Indonesia dan Negara Tetangga, 2 September 2015,
http://finance.detik.com/read/2015/09/02/152938/3008079/4/perbandingan-ekonomi-indonesiadan-negara-tetangga
2

1


Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

Pertumbuhan tersebut, meskipun dikategorikan melambat namun jika dibandingkan
dengan negara-negara lain yang justru mengalami perlambatan yang sangat signifikan
utamanya pada negara-negara maju seperti Cina yang mencata angka 7% atau
Australia yang hanya menutup pertumbuhan ekonominya di semester I sebesar 2.2%.
Berikut gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya:
Tabel 1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dibandingkan Negara ASEAN lainnya
Negara
Kuartal I (%)
Kuartal II (%)
Semestar I (%)
Malaysia
5,6
4,9
5,25
Filipina

5
5,6
5,3
Singapura
1,1
1,7
1,4
Thailand
3
3
3
Vietnam
6,2
6,4
6,3
Indonesia
4,7
4,7
4,7
Sumber: DetikFinance, 2015


Data tersebut menggambarkan bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari
ke-6 Negara ASEAN berada diurutan ke-4 dengan angka yang stabil, dibandingkan
dengan negara Singapura, dan Thailand. Lebih lanjut, untuk melihat pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat dilihat dari data berikut :
Grafik 1
Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Kemsikinan

2

Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

Adapun gambar 1 berikut memberikan gambaran mengenai kesenjangan cakupan,
kepatuhan dan pungutan perlindungan sosial di Indonesia :

Gambar 1

Sumber : ILO, 2008

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa keanggotaan dana asuransi sosial

formal sebagain besar tekonsentrasi pada pekerja perusahaan swasta skala besar dan
sector publik. Pemutusan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan besar
menyusul terjadinya permasalahan pada perekonomian formal kea rah perusahaanperusahaan kecil dan ekonimi informal mengurangi angka statistic keanggotaan
asuransi sosial. Meskipun dalam kondisi ekonomi formal yang terbaik, kurang dari
setengah jumlah pekerja merupakan peserta aktif asuransi.
Indonesia menargetkan Milenium Development Goals (MDG) sebesar 7,5% pada
tahun 2015, namun angka tersebut dirasa sangat sulit disebabkan angka kemiskinan
pada tahun 2014 mencapai angka 11,5% atau setara dengan 28.594 Juta jiwa orang
miskin. Hal ini menggambarkan perlunya peningkatan sistem perlindungan sosial,
dan jaminan sosial yang saat ini memulai babak baru dengan perpindahan dampuk
kekuasaan pada era Jokowi-JK yang berfokus kepada jaminan dan perlindungan
sosial dengan melihat program-program yang sudah ada yakni kartu Indonesia pintar,
kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia Sejahtera.
PERBANDINGAN SISTEM PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL
INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN

3

Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial


Pada dasarnya terdapat pelbagi model penerapan perlindungan sosial, dan jaminan
sosial. Hal ini berakibat pada beragamnya pelaksanana perlindungan dan jaminan
sosial diberbagai negara dan kesuksesan daripada perlindungan dan jaminan
sosialnya, berikut gambaran sistem perlindungan dan jaminan sosial di berbagai
Negara:
Bagan 1
Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial Singapura

Berdasarkan bagan tersebut dapat diketahui bahwa sistem perlindungan dan jaminan
sosial di Singapura berada pada dua kementrian yakni kementerian kesehatan, dan
kementerian ketenagakerjaan (manpower ). Berdasarkan tersebut juga dapat diketahui
peranan jaminan sosial dan perlindungan berfokus kepada kesehatan dimana
kementerian kesehatan menjadi tombak jaminan dan perlindungan sosial. Berbeda
dengan negara singapura, berikut bagan 2 tentang sistem perlindungan dan jaminan
sosial di Malaysia :
Bagan 2
Perlindungan Sosial dan Jaminan Sosial Malaysia

4


Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa perlindungan sosial dan jaminan
sosial berada pada 3 (tiga) kementerian sebagai pelaku teknis jaminan sosial dan
perlindungan sosial, skema tersebut juga menggambarkan bahwa pada negara
Malaysia membedakan-bedakan teknis pelaksanaan jaminan sosial dan perlindungan
sosial pada masing-masing kementerian berdasarkan tugas pokok dan fungsi
kementerian tersebut, pola ini menuntut kemandirian pengelolaan dan rentan terhadap
ego sectoral sehingga memungkinan adanya perbedaan data. Berikut bagan 3 tentang
skema perlindungan sosial dan jaminan sosial di Filipina :
Bagan 3
Sistem Perlindungan Sosial dan Jaminan Sosial Filipina

Bagan 3 tersebut menggambarkan adanya pengelolaan yang berkesinambungan antar
lembaga pemerintah, dan kementerian dalam hal ini kementerian kesehatan dan
kementerian sumberdaya manusia (ministry of human resource). Adapun pada skema
ini kecakupan kepesertaan yakni ada pada tenaga kerja pembayar iuran dan penduduk
penerima bantuan sosial.
Adapun pada negara Thailand sistem perlindungan dan jaminan sosialnya serupa
dengan sistem dan jaminan sosial Malaysia. Berikut bagan 4 tentang skema

perlindungan sosial negara Thailand :

5

Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

Bagan 4
Sistem Perlindungan Sosial dan Jaminan Sosial Thailand

Berdasarkan skema pada bagan 4 tersebut dapat diketahui bahwa perlindungan sosial
di Negara Thailand memiliki kemiripan dengan skema pada Negara Malaysia yang
berfokus kepada kemandirian dalam pengelolaannya yang dibagi kedalam 3 (tiga)
pelaksana teknis berbagai kementerian. Adapun pada perlindungan sosial dan jaminan
sosial tersebut telah mencakup berbagai hal diantarnya kesehatan, pensiun,
kecelakaan kerja dan bahkan pengangguran. Sedangkan di Indonesia sendiri
pengelolaan perlindungan sosial dan jaminan sosial memasuki sebagai berikut :
Bagan 5
Sistem Perlindungan Sosial dan Jaminan Sosial Thailand

6


Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa perlindungan sosial melibatkan
lembaga pemerintah dan kementerian yakni kementerian kesehatan, dan sosial, saat
ini perlindungan sosial dan jaminan sosial di Indonesia dikelola dalam satu lembaga
yakni BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
PENGELUARAN, DAN KETERCAKUPAN PERLINDUNGAN SOSIAL DAN
JAMINAN SOSIAL DI NEGARA ASEAN
Adapun ketercakupan perlindungan sosial dan jaminan sosial diberbagai negara dapat
dilihat dari sistem perlindungan sosial sebagaimana yang telah dibahas pada bagan 1,
2, 3, 4, dan 5. Ketercakupan kepesertaan diberbagai negara ASEAN dalam hal ini
Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia saat ini serupa yakni berfokus kepada
tenaga kerja pembayar iuan dan penduduk penerima bantuan sosial. Kesamaan
tersebut tidak diiringi dengan kesamaan dalam jangkauan kepesertaan dalam hal
pelaksanaan perlindungan dan jaminan sosial.
Untuk menggambarkan hal tersebut dapat dilihat dari Social Protection Index (SPI)
sebagaimana berikut :

Negara


Malaysia
Singapura
Indonesia
Timur Leste
Thailand
Filipina
Komboja
Vietnam

Tabel 2
Indeks Perlindungan Sosial (SPI) ASEAN
SPI
Pengeluaran
Perlindungan
Sosial ditinjau
dari PDB (%)
0.155
3.7
0.169

3.5
0.044
1.2
0.140
5.9
0.119
3.6
0.085
2.5
0.020
1.0
0.137
4.7

Perlindungan
Sosial dalam PDB
per kapita (USD)
6,915
35,514
2,335
1,130
4,151
1,746
731
1,130

Sumber : Asian Development Bank, diolah
Ket : PDB = Prodak Domestic Bruto, SPI = Social Protection Index, USD = United States Dollar

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa singapura mempunyai produk
domestic bruto yakni nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
negara pada priode tertentu yang sangat jauh berbeda dengan negara lainnya yakni
mencapai angka 35,514 namun hanya mengeluarkan perlindungan sosial sebesar

7

Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

3.5%, angka yang masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara maju
lainnya.
Malaysia tercatat mengeluarkan dana sebesar 3.7% dari PDBnya, angka tersebut
berada diatas Singapura namun Index Perlindungan Sosial hanya mencapai 0.115.
Sementara itu, Indonesia berada diperingkat bawah dan hanya berada diatas Kamboja
dengan PDB sebanyak 3x lipat dari Indonesia.
Indonesia berada pada Indeks Perlindungan Sosial dibawah 0.100 yakni hanya
sebesar 0.040, angka tersebut merupakan angka yang rendah mengingat PDB pada
negara Filipina berada dibawah Indonesia, namun menghabiskan anggaran lebih besar
dalam perlindungan sosial yakni sebesar 0.084 atau dua kali lipat dari Indonesia.
Selain data tersebut menarik untuk melihat pengeluaran perlindungan sosial ditinjau
dari ketiga bentuk perlindungan sosial yakni bantuan sosial, asuransi, hal ini untuk
melihat lebih jauh skema perlindungan sosial dan jaminan sosial diberbagai negara.
Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 3 tentang pengeluaran perlindungan sosial dalam
berbagai bentuk sebagaimana berikut :
Tabel 3
Pengeluaran Perlindungan Sosial di Negara ASEAN
Negara
Asuransi (%)
Bantuan (%)
Program Lainnya
(%)
Kamboja
0.013
0.024
0.035
Indonesia
0.028
0.073
0.015
Malaysia
0.281
0.026
0.004
Singapura
0.282
0.025
0.031
Filipina
0.182
0.022
0.055
Thailand
0.154
0.082
0.025
Vietnam
0.231
0.044
0.043
Sumber : Asian Development Bank, diolah

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada negara yang digolongkan
negara maju di lingkup asia tenggara seperti Singapura, dan Malaysia pengeluran
untuk perlindungan sosial berupa bantuan sosial tidak menjadi fokus utama, hal ini
jika dianalisis lebih jauh berkaitan dengan angka kemiskinan di Negara tersebut yang
lebih rendah dibandingkan negara-negara lainnya pada lingkup Asia Tenggara.
Indonesia menghabiskan pengeluaran jauh lebih besar pada bantuan sosial yakni
sebesar 0.073% dibandingkan asuransi yakni sebesar 0.028 dan program lainntya tang
hanya 0.015. Pengeluruan untuk bantuan sosial tersebut berada pada peringkat kedua
setelah Thailand. Hal ini sebanding dengan angka kemiskinan yang tinggi di

8

Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

Indonesia pada tahun 2009 yakni mencapai angka 32,53 Juta jiwa atau sebesar
14,15% dari jumlah penduduk.
Hal yang juga patut disoroti dari tabel 3 tersebut yakni berkaitan pengeluaran
perlindungan sosial dalam bentuk program pada negara Malaysia berada pada tingkat
terendah dibandingkan negara lain yakni hamnya sebesar 0.004 yang menunjukkan
adanya ketimpangan perlindungan sosial.
Berdasarkan data tersebut juga dapat diketahui bahwa perlindungan sosial di Negara
ASEAN mengalami jumlah ketercakupan yang tergolong rendah hal ini dapat dilihat
dari grafik 2 tentang perbandingan perlindungan sosial antar negara ASIA
sebagaimana berikut :
Grafik 2
Kepesertaan Perlindungan dan Jaminan Sosial ditinjau dari Pendapatan
Masyarkat

Sumber : Asian Development Bank, di olah

9

Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa negara dengan tingkat kepesertaan
dalam perlindungan sosial yakni negara yang tergolong maju, selain hal tersebut
kepersertaan juga dapat dilihat dari bentuk perlindungan sosial yang lebih berbentuk
asuransi daripada bantuan, dan program. Semakin tinggi perlindungan sosial yang
berbentuk asuransi maka semakin tinggi pula tingkat kepesertaan. Hal ini dapat
dilihat dari dua negara ASEAN yakni Singapura, dan Malaysia.
REKOMENDASI TERHADAP PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL
DI INDONESIA
Suatu sistem perlindungan dan jaminan sosial sungguh perlu dimiliki agar ketahanan
masyarakat dapat terjaga dalam menghadapi shock. Lebih daripada itu, perlindungan
dan jaminan sosial juga diperlukan apabila terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki
yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya pendapatan seseorang, yang
disebabkan karena memasuki usia lanjut atau pensiun, sakit, cacat, kehilangan
pekerjaan, terkena bencana alam, dan sebagainya. Jelas bahwa, perlindungan dan
jaminan sosial sangat terkait dengan isu-isu yang kompleks, baik yang bersifat
analitis maupun yang teknis. Untuk itu, untuk membangun suatu ketahanan
masyarakat, diperlukan pertumbuhan yang bersifat terus-menerus (sustainable) dan
pembangunan yang memihak kepada rakyat miskin (pro-poor). Pengalaman banyak
negara menunjukkan, bahwa pertumbuhan saja belum cukup untuk
mengembangkan/meningkatkan kualias hidup masyarakat.
Saat ini, angka kemiskinan di Indonesia tercatat mencapai angka 11,5% atau setara
dengan 28.594 Juta Jiwa, hal ini menandakan bahwa Indonesia diharuskan untuk
meningkatkan pengeluaran terkait perlindungan dan jaminan sosial dalam bentuk
bantuan sosial atau penerima iuran dibandingkan dengan bentuk asuransi yang
sebagian besar hanya diperutukan bagi kelas menengah ke atas. Hal ini mengingat
banyaknya masyarakat Indonesia yang berada pada angka kemiskinan yang
mengalami kesulitan untuk keluar dari kemiskinan tersebut.
Adapun hal lain sebagai bagian daripada rekomendasi yakni perbaikan dalam
perlindungan dan jaminan sosial di Indonesia yakni sebagai berikut a) bantuan social
hanya mencakup sebagian penduduk miskin dan rentan, (b) asuransi social belum
mencakup seluruh penduduk Indonesia (WNI); masih terbatas bagi pekerja sektor
formal (swasta, PNS, dan TNI/Polri), (c) penduduk miskin yang dicakup adalah
around the poverty line atau being transitory poor , (d) belum ada desain standar
minimum untuk berbagai bentuk asuransi dan bantuan social, (e) nilai-nilai budaya
lokal ada yang telah berfungsi sebagai sistem perlindungan sosial, dan (f) dari segi
cakupan jaminan sosial masih ada beberapa area yang belum ditanganani oleh skema
yang ada.

10