ANALISIS PENGARUH AGENCY COST TERHADAP S (1)
ANALISIS PENGARUH AGENCY COST TERHADAP STRUKTUR
MODAL YANG OPTIMAL PADA PERUSAHAAN PENERBITAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Penerbitan yang Go Public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2013)
Oleh :
Roro Anindita Widyastuti
115020200111048
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah
membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Salah
satunya dapat dilakukan melalui peningkatan kemakmuran kepemilikan atau para
pemegang saham. Hal ini memotivasi manajemen perusahaan untuk mencari
struktur modal yang optimal untuk perusahaannya. Keberadaan pemegang saham
dan pihak manajemen tentunya dapat menimbulkan konflik. Untuk mengurangi
konflik antara pemegang saham internal dan pemegang saham ekternal maka
diperlukan mekanisme pengawasan yang mensejajarkan kepentingan-kepentingan
yang terkait. Dengan adanya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan
sejumlah biaya yang disebut biaya keagenan (agency cost).
Biaya keagenan (Agency Cost) adalah biaya yang dikeluarkan pemegang
saham (pemilik) untuk meyakinkan agar manajer bekerja sungguh-sungguh untuk
kepentingan pemegang saham(Lukas, 1999:13). Bezooyen (dalam Moeljadi,
2006:4) mengemukakan bahwa biaya agensi dikeluarkan agar pihak yang diberi
wewenang dapat bertindak sesuai keinginan pemilik, biaya-biaya agensi tersebut
yaitu: Pengeluaran untuk melakukan pengawasan (monitoring cost), biaya yang
dikeluarkan oleh pemilik untuk mencegah agar tindakan manajer tetap sesuai
dengan kepentingannya. Biaya yang dikeluarkan untuk menjamin agar manajer
tidak mengambil keuntungan dan fasilitas yang diberikan (bonding cost). Biaya
yang dikeluarkan pemilik untuk mengembalikan citra perusahaan dan kesan yang
buruk karena tidak tercapainya dua tujuan tersebut.
Struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang
terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri (Margaretha, 2005:119).
Struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok
kepentingan. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga
mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara
untuk mengurangi konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan
hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan
untuk membayar bunga.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa tingkat utang yang
optimum akan menghasilkan total biaya keagenan yang minimum pada tingkat
utang dan saham. Konsekuensi pada perspektif teori keagenan, hubungan antara
tingkat utang dengan kepemilikan manajerial tergantung pada ukuran relatif dari
biaya keagenan utang dan saham yang eksis diberbagai tingkatan pada
kepemilikan manajerial.
Dengan meningkatkan hutang, semakin kecil porsi saham yang harus
dijual perusahaan sehingga meminimalisir masalah agensi antara pemegang
saham dan manajer. Semakin besar hutang perusahaan, semakin kecil dana yang
menganggur yang dapat dipakai manajer untuk pengeluaran yang dianggap
kurang perlu. Meningkatkan hutang akan mengurangi masalah agensi antara
manajer dan pemegang saham, tetapi perusahaan tidak menggunakan hutang
sebesar- besarnya karena ada masalah agensi antara pemberi hutang dan manajer
sehingga dikhawatirkan manajer akan menyalahgunakan kekayaan bondholder
untuk kepentingan pribadi dan pemegang saham.
Dalam penelitian De Jong (1999) dalam Short, et al (2002) memberikan
bukti impiris yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu tidak dapat
menemukan hubungan yang langsung antara leverage dan masalah keagenan,
akan tetapi hasil penelitiannya memberikan bukti empiris lain yaitu bahwa
kepemilikan saham oleh manajerial dapat mengurangi konflik dan ada
pensejajaran kepentingan (alignment) antara manajer dan pemegang saham
(shareholders).
Agrawal dan Mandelker (1987) menemukan bukti impiris bahwa jumlah
saham yang pegang oleh manajer (insiders) pada perusahaan yang variance
returnnya meningkat lebih besar dari pada perusahaan yang variance returnnya
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham insider (manajerial)
pada perusahaan yang debt equity rasionya meningkat lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh insider yang debt equity rasionya
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan utang akan semakin berkurang
seiring dengan meningkatnya kepemilikan manajerial dalam perusahaan.
Sementara itu, hasil yang diperoleh melalui penelitian Kayakachoian
(2001) menemukan bukti bahwa terdapat hubungan negatif antara rasio utang
dengan agency cost
yang diproksikan dengan free cash flow. Penelitian ini
memberikan implikasi pada pemegang saham dalam memberikan pengertian
bahwa utang dapat menurunkan agency cost. Pada saat outsanding debt tinggi,
manajemen tidak dapat membuang-buang uang pada proyek yang memiliki NPV
negatif. Saat manajemen menggunakan hutang, pemegang saham akan menyadari
bahwa akan sangat beresiko bagi manajemen apabila tidak menghasilkan profit.
Karena manajemen dapat kehilangan posisinya jika terjadi kebangkrutan.
Perusahaan tentunya menyediakan dana khusus untuk biaya keagenan atau
agency cost. Hal tersebut dilakukan baik untuk meminimalisir konflik antara
pihak pemegang saham dengan pihak manajemen maupun untuk menyelesaikan
masalah keagenan yang telah terjadi di dalam perusahaan. Setiap perusahaan pasti
menginginkan struktur modalnya agar tetap optimal. Dimana struktur modal yang
optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risk
dan return sehingga memaksimalkan harga saham (Margaretha, 2005:120). Salah
satu biayanya adalah termasuk biaya keagenan (agency cost). Maka dari itu
peneliti memilih untuk meneliti “ANALISIS PENGARUH AGENCY COST
TERHADAP
STRUKTUR
MODAL
PERUSAHAAN PENERBITAN”.
YANG
OPTIMAL
PADA
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh agency cost terhadap struktur modal yang optimal
pada Perusahaan Penerbitan yang Go Public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2013 menggunakan hutang dalam agency cost atau
biaya keagenannya ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh agency cost terhadap struktur
modal yang optimal pada Perusahaan Penerbitan yang Go Public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi manajemen
dapat dijadikan pertimbangan dalam Perusahaan
Penerbitan yang Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2013 dalam mengatur biaya keagenan agar dapat
mengoptimalkan struktur modal
2. Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh pembiayaan keagenan terhadap struktur modal
yang optimal sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
yang lebih mendalam mnegenai kebijakan strktur modal yang optimal.
3. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk
pengambilan keputsan investasi pada peruusahaan yang akan
ditanamkan dananya dengan melihat struktur modal perusahaaan
tersebut.
MODAL YANG OPTIMAL PADA PERUSAHAAN PENERBITAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Penerbitan yang Go Public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2013)
Oleh :
Roro Anindita Widyastuti
115020200111048
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah
membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Salah
satunya dapat dilakukan melalui peningkatan kemakmuran kepemilikan atau para
pemegang saham. Hal ini memotivasi manajemen perusahaan untuk mencari
struktur modal yang optimal untuk perusahaannya. Keberadaan pemegang saham
dan pihak manajemen tentunya dapat menimbulkan konflik. Untuk mengurangi
konflik antara pemegang saham internal dan pemegang saham ekternal maka
diperlukan mekanisme pengawasan yang mensejajarkan kepentingan-kepentingan
yang terkait. Dengan adanya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan
sejumlah biaya yang disebut biaya keagenan (agency cost).
Biaya keagenan (Agency Cost) adalah biaya yang dikeluarkan pemegang
saham (pemilik) untuk meyakinkan agar manajer bekerja sungguh-sungguh untuk
kepentingan pemegang saham(Lukas, 1999:13). Bezooyen (dalam Moeljadi,
2006:4) mengemukakan bahwa biaya agensi dikeluarkan agar pihak yang diberi
wewenang dapat bertindak sesuai keinginan pemilik, biaya-biaya agensi tersebut
yaitu: Pengeluaran untuk melakukan pengawasan (monitoring cost), biaya yang
dikeluarkan oleh pemilik untuk mencegah agar tindakan manajer tetap sesuai
dengan kepentingannya. Biaya yang dikeluarkan untuk menjamin agar manajer
tidak mengambil keuntungan dan fasilitas yang diberikan (bonding cost). Biaya
yang dikeluarkan pemilik untuk mengembalikan citra perusahaan dan kesan yang
buruk karena tidak tercapainya dua tujuan tersebut.
Struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang
terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri (Margaretha, 2005:119).
Struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok
kepentingan. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga
mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara
untuk mengurangi konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan
hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan
untuk membayar bunga.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa tingkat utang yang
optimum akan menghasilkan total biaya keagenan yang minimum pada tingkat
utang dan saham. Konsekuensi pada perspektif teori keagenan, hubungan antara
tingkat utang dengan kepemilikan manajerial tergantung pada ukuran relatif dari
biaya keagenan utang dan saham yang eksis diberbagai tingkatan pada
kepemilikan manajerial.
Dengan meningkatkan hutang, semakin kecil porsi saham yang harus
dijual perusahaan sehingga meminimalisir masalah agensi antara pemegang
saham dan manajer. Semakin besar hutang perusahaan, semakin kecil dana yang
menganggur yang dapat dipakai manajer untuk pengeluaran yang dianggap
kurang perlu. Meningkatkan hutang akan mengurangi masalah agensi antara
manajer dan pemegang saham, tetapi perusahaan tidak menggunakan hutang
sebesar- besarnya karena ada masalah agensi antara pemberi hutang dan manajer
sehingga dikhawatirkan manajer akan menyalahgunakan kekayaan bondholder
untuk kepentingan pribadi dan pemegang saham.
Dalam penelitian De Jong (1999) dalam Short, et al (2002) memberikan
bukti impiris yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu tidak dapat
menemukan hubungan yang langsung antara leverage dan masalah keagenan,
akan tetapi hasil penelitiannya memberikan bukti empiris lain yaitu bahwa
kepemilikan saham oleh manajerial dapat mengurangi konflik dan ada
pensejajaran kepentingan (alignment) antara manajer dan pemegang saham
(shareholders).
Agrawal dan Mandelker (1987) menemukan bukti impiris bahwa jumlah
saham yang pegang oleh manajer (insiders) pada perusahaan yang variance
returnnya meningkat lebih besar dari pada perusahaan yang variance returnnya
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham insider (manajerial)
pada perusahaan yang debt equity rasionya meningkat lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh insider yang debt equity rasionya
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan utang akan semakin berkurang
seiring dengan meningkatnya kepemilikan manajerial dalam perusahaan.
Sementara itu, hasil yang diperoleh melalui penelitian Kayakachoian
(2001) menemukan bukti bahwa terdapat hubungan negatif antara rasio utang
dengan agency cost
yang diproksikan dengan free cash flow. Penelitian ini
memberikan implikasi pada pemegang saham dalam memberikan pengertian
bahwa utang dapat menurunkan agency cost. Pada saat outsanding debt tinggi,
manajemen tidak dapat membuang-buang uang pada proyek yang memiliki NPV
negatif. Saat manajemen menggunakan hutang, pemegang saham akan menyadari
bahwa akan sangat beresiko bagi manajemen apabila tidak menghasilkan profit.
Karena manajemen dapat kehilangan posisinya jika terjadi kebangkrutan.
Perusahaan tentunya menyediakan dana khusus untuk biaya keagenan atau
agency cost. Hal tersebut dilakukan baik untuk meminimalisir konflik antara
pihak pemegang saham dengan pihak manajemen maupun untuk menyelesaikan
masalah keagenan yang telah terjadi di dalam perusahaan. Setiap perusahaan pasti
menginginkan struktur modalnya agar tetap optimal. Dimana struktur modal yang
optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risk
dan return sehingga memaksimalkan harga saham (Margaretha, 2005:120). Salah
satu biayanya adalah termasuk biaya keagenan (agency cost). Maka dari itu
peneliti memilih untuk meneliti “ANALISIS PENGARUH AGENCY COST
TERHADAP
STRUKTUR
MODAL
PERUSAHAAN PENERBITAN”.
YANG
OPTIMAL
PADA
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh agency cost terhadap struktur modal yang optimal
pada Perusahaan Penerbitan yang Go Public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2013 menggunakan hutang dalam agency cost atau
biaya keagenannya ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh agency cost terhadap struktur
modal yang optimal pada Perusahaan Penerbitan yang Go Public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi manajemen
dapat dijadikan pertimbangan dalam Perusahaan
Penerbitan yang Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2013 dalam mengatur biaya keagenan agar dapat
mengoptimalkan struktur modal
2. Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh pembiayaan keagenan terhadap struktur modal
yang optimal sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
yang lebih mendalam mnegenai kebijakan strktur modal yang optimal.
3. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk
pengambilan keputsan investasi pada peruusahaan yang akan
ditanamkan dananya dengan melihat struktur modal perusahaaan
tersebut.