Respon dan Intensitas Nyeri Pulpa pada Lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Chapter III VI

 21

 

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional yang dilakukan pada saat dan subjek tertentu serta dilakukan hanya satu
kali pada sampel.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi USU di Jalan
Alumni No.2 Medan. Sedangkan, lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Jompo
Yayasan Guna Budi Bakti, Jalan Yos Sudarso Km.16 Desa Martubung Kec. Labuhan
Deli.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah ± 4 bulan yaitu Januari-April 2016. Dimulai dari
pencarian alat penelitian, persiapan penelitian, pengumpulan sampel, kemudian
dilakukan penelitian, analisa data dan penentuan hasil serta pembahasan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di Panti Jompo
Yayasan Guna Budi Bakti Medan.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia berusia >60 tahun
tahun. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi.

 

Universitas Sumatera Utara

 22

 

3.3.3 Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus berikut:
Diambil berdasarkan rumus untuk besar sampel minimum dimana perbedaan

kemaknaan berdasarkan perbedaan mean, sebagai berikut:37
Rumus:
 

n=

S (Zα + Zβ)
X1 - X2

Keterangan:
S

= Simpangan baku gabungan (parameter dari kepustakaan = 1,81)



= Deviat baku alfa (5%=1,96)




= Deviat baku beta (10% = 1,284)

X1-X2

= Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (1)

Dengan memasukkan angka-angka tersebut ke dalam rumus dapat diperoleh:
n =

=

S (Zα + Zβ)
X1-X2
1,81 (1,96 + 1,28)
1

= 34,39 (dibulatkan menjadi 35)
Jadi, besar sampel minimal yang diperlukan adalah sebanyak 35 orang.
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1 Kriteria Inklusi

-

 

Lansia (>60 tahun) yang memiliki gigi minimal salah satu diantara berikut:


Satu gigi insisivus maksila



Satu gigi premolar maksila atau mandibula



Satu gigi insisivus mandibula

Universitas Sumatera Utara

 23


 

-

Lansia (>60 tahun) yang tidak memiliki penyakit sistemik seperti stroke,
hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung yang tidak terkontrol.

-

Gigi yang digunakan tidak terdapat karies.

-

Lansia yang bersedia menjadi subjek penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi
-

Lansia dengan gangguan kejiwaan.


-

Lansia dengan gangguan fungsional, seperti gangguan pendengaran,
gangguan bicara dan gangguan motorik.

-

Gigi dengan riwayat nyeri sebelumnya seperti trauma dan penyakit
periodontal.

3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Identifikasi variabel
Variabel Terkendali
1. Pengaturan suhu chlor etil pada cotton
pellet
2. Suku Tiong Hoa
3. Kemampuan verbal responden

Variabel Tergantung


Variabel Bebas

1. Waktu respon pulpa

- Usia (60-82 tahun)

2. Intensitas nyeri

- Jenis Kelamin

pulpa

Variabel Tak Terkendali
1. Penyakit sistemik
2. Diet makanan

 

Universitas Sumatera Utara


 24

 

3.5.1.1 Variabel bebas
1. Usia (60-82 tahun)
2. Jenis Kelamin
3.5.1.2 Variabel tergantung
1. Waktu respon pulpa
2. Intensitas nyeri pulpa
3.5.1.3 Variabel terkendali
1. Penyemprotan suhu chlor etil pada cotton pellet
2. Suku Tiong Hoa
3. Kemampuan verbal responden
3.5.1.4 Variabel tak terkendali
1. Penyakit sistemik
2. Diet makanan
3.6 Definisi Operasional Penelitian
a. Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun dari

waktu kelahiran. Lebih dari 6 bulan dari bulan kelahiran dinyatakan kedalam
tahun berikutnya. Kelompok usia yang dipakai untuk sampel adalah lansia
usia 60-82 tahun.
b. Waktu respon pulpa adalah waktu yang dibutuhkan responden untuk
merasakan dingin setelah diberikan stimulus dingin pada pulpa.
c. Intensitas nyeri adalah tingkat (level) rasa nyeri pulpa yang dirasakan
responden setelah diberikan stimulus dingin. Dapat dinilai dengan
menggunakan skala nyeri VAS.
d. Tes dingin pulpa adalah salah satu cara untuk mengevaluasi sensitivitas
pulpa. Dalam hal ini menggunakan Chlor etil yang disemprotkan pada cotton

 

Universitas Sumatera Utara

 25

 

pellet kemudian ditempelkan pada permukaan gigi bagian bukal/labial di1/3

mahkota.12-14
e. Pengaturan suhu

chlor etil

pada cotton pellet dilakukan dengan cara

menyemprotkan chlor etil spray sebanyak 2 kali pada cotton pellet.
f. Suku Tiong Hoa merupakan suku seluruh lansia yang tinggal di Panti Jompo
Yayasan Guna Budi Bakti Medan.
g. Kemampuan verbal responden adalah kemampuan berkomunikasi dan
berbicara responden dengan baik selama prosedur penelitian.
h. Penyakit sistemik adalah penyakit atau gejala yang mempengaruhi tubuh
secara umum dan dapat mempengaruhi hasil penelitian.
i. Diet makanan adalah berkaitan dengan asupan nutrisi yang berhubungan
dengan kondisi kesehatan responden.
j. Visual Analogue Scale (VAS) adalah cara menilai intensitas nyeri yang valid
dan reliable.38 Responden diminta untuk menempatkan garis tegak lurus
terhadap garis VAS pada titik yang mewakili intensitas nyeri mereka.
Perhitungannya menggunakan sebuah garis tegak lurus yang memotong

jarak diantara titik "tidak nyeri" sampai "nyeri hebat". Berikut titik-titik
potong pada VAS nyeri telah direkomendasikan: tidak nyeri, nyeri ringan,
nyeri sedang, nyeri berat.33 Penentuan tingkatan rasa nyeri adalah sebagai
berikut:
- ‘tidak nyeri’ apabila responden tidak merasakan dingin pada gigi kurang
dari 15 detik stimulus dingin diberikan.
- ‘nyeri ringan’ apabila setelah 2 detik stimulus dingin dihilangkan,
responden masih merasakan adanya sedikit rasa dingin pada gigi.
- ‘nyeri sedang’ apabila responden merasakan rasa dingin yang berlanjut
dalam ambang sedang atau sampai 5 detik.
- ‘nyeri berat’ apabila responden sampai merasakan rasa dingin hingga
rasa ngilu lebih dari 5 detik pada gigi.

 

Universitas Sumatera Utara

 26

 

k. Lansia adalah periode dimana individu telah mencapai kematangan dalam
ukuran dan fungsi yang menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia ≥ 60 tahun.18
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat-alat Penelitian
1. Lembar penelitian
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Sonde
5. Kaca mulut
6. Pinset
7. Kapas (cotton pellet)
8. Stopwatch
9. Nirbeken
10. Alat Tulis

Gambar 6. Alat dan bahan penelitian (dokumentasi)

 

Universitas Sumatera Utara

 27

 

3.7.2 Bahan-bahan Penelitian
1. Chlor etil
2. Aqua
3. Desinfektan Dettol
3.8 Metode Pengumpulan Data


Wawancara : peneliti akan mewawancara responden berdasarkan lembar
pengamatan yang telah disiapkan untuk mengumpulkan informasiinformasi penting yang diperlukan dalam penelitian.



Pemeriksaan : peneliti akan memeriksa rongga mulut responden untuk
melihat keadaan gigi dan melakukan tes pulpa pada gigi yang telah
ditentukan.

3.9 Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1.

Penelitian dapat dimulai setelah mendapatkan persetujuan pelaksanaan
penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi, Komisi Etik Penelitian Kesehatan,
dan Kepala Pengelola Panti Jompo.

2.

Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.

Penyampaian penjelasan penelitian dan pemberian lembar persetujuan
penelitian (informed consent) kepada subjek yang akan diteliti.
a. Penghitungan waktu respon pulpa dan penilaian intensitas nyeri pulpa
pada satu gigi diantara gigi berikut; insisivus maksila, premolar
maksila/mandibula, atau insisivus mandibula. Penghitungan waktu
respon pulpa:
1. Responden diinstruksikan duduk ditempat yang telah disediakan.
2. Pemeriksaan dimulai dengan sterilisasi alat penelitian.
3. Peneliti melakukan pemeriksaan rongga mulut untuk melihat kondisi
gigi responden. Kemudian dicatat dilembar pengamatan sampel pada
bagian apel gigi.

 

Universitas Sumatera Utara

 28

 

4. Sebelum dilakukan pengetesan pulpa gigi, gigi yang dipilih
dikeringkan terlebih dahulu dengan kapas/cotton pellet.
5. Pengetesan pulpa gigi dengan menggunakan Chlor etil. Pengetesan
dilakukan dengan langsung menyemprotkan bahan pendingin ke
kapas/cotton pellet selama 5 detik.
6. Kemudian diletakkan di 1/3 tengah mahkota gigi permukaan
bukal/labial. Kalau diperlukan, sebuah gigi kontrol pada sisi kontralateral harus diuji untuk membiasakan responden dengan sensasi
yang diharapkan. Tes dingin harus diterapkan sampai responden
merespon, tetapi tidak lebih dari 15 detik.
7. Secara bersamaan, stopwatch diaktifkan segera setelah stimulus
dingin diletakkan pada gigi.
8. Apabila responden sudah merasakan stimulus yang diberikan,
dianjurkan untuk mengangkat tangan.
9. Peneliti memberhentikan stopwatch segera setelah responden
mengangkat tangan. Kemudian mencatat waktu yang didapat pada
lembar pengamatan sampel.
b. Penilaian intensitas nyeri pulpa:
1) Responden diminta untuk menempatkan garis tegak lurus terhadap
garis skala Visual Analogue Scale (VAS) pada titik yang mewakili
intensitas nyeri mereka. Pada saat responden sudah merasakan
adanya rasa dingin stimulus segera dihilangkan/dilepaskan dari gigi.
Setelah 2 detik stimulus dingin dihilangkan, apabila responden masih
merasakan adanya sedikit rasa dingin pada gigi maka dapat membuat
garis pada tingkat “nyeri ringan”, apabila responden merasakan rasa
dingin yang berlanjut dalam ambang sedang atau sampai 5 detik,
maka dapat membuat garis pada tingkat “nyeri sedang” dan
sedangkan apabila responden sampai merasakan rasa ngilu pada gigi
maka dapat membuat garis pada tingkat “nyeri berat”. Penentuan

 

Universitas Sumatera Utara

 29

 

tingkat ‘tidak nyeri’ apabila responden tidak merasakan dingin pada
gigi kurang dari 15 detik stimulus dingin diberikan.
2) Hasil pemeriksaan dicatat dalam lembar pemeriksaan yang telah
disiapkan oleh peneliti.
3.10 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan editing, koding dan entry data.
Data hasil penelitian ini diproses dan diolah secara komputerisasi. Adapun uji statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas untuk mengetahui distribusi
keseluruhan data. Uji T-Independent Test digunakan untuk membandingkan perbedaan
rerata waktu respon pulpa berdasarkan jenis kelamin. Sedangkan korelasi Pearson’s
untuk melihat korelasi antara rerata waktu respon pulpa dengan usia penuaan dan
korelasi Spearman’s untuk melihat korelasi antara intensitas nyeri pulpa dengan usia
penuaan.

 

Universitas Sumatera Utara

 30

 

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Panti jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan pada
bulan Maret 2016. Keseluruhan sampel merupakan 35 orang lansia baik berjenis
kelamin laki-laki maupun perempuan dengan rentang usia 60-82 tahun. Sampel dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Masing-masing sampel dilakukan pengetesan
pulpa gigi untuk mengetahui waktu respon pulpa pada salah satu gigi diantara gigi
berikut; gigi insisivus maksila, premolar maksila/mandibula atau insisivus mandibula.
Pengetesan pulpa dilakukan dengan bahan pendingin chlor etil spray. Setelah dilakukan
pengetesan pulpa, selanjutnya sampel diintruksikan untuk memberikan penilaian
intensitas nyeri pulpa sesuai yang dirasakan setelah gigi diberikan bahan chlor etil pada
lembar pengamatan sampel.
Tabel 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan kelompok jenis kelamin dan usia
Kelompok

N

%

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

15
20

42,9%
57,1%

Usia
60-62 tahun
63-65 tahun
66-68 tahun
69-71 tahun
72-74 tahun
75-77 tahun
78-80 tahun
81-82 tahun

10
5
4
3
0
5
5
3

28,6%
14,3%
11,4%
8,6%
0%
14,3%
14,3%
8,6%

Jumlah

35

100%

Tabel 1 menunjukkan jumlah sampel berdasarkan kelompok jenis kelamin,
jumlah sampel laki-laki 15 orang (42,9%) dan perempuan 20 orang (57,1%).

 

Universitas Sumatera Utara

 31

 

Berdasarkan kelompok usia jumlah sampel pada kelompok usia 60-62 tahun yaitu 10
orang (28,6%), kelompok usia 63-65 tahun berjumlah 5 orang (14,3%), kelompok usia
66-68 tahun berjumlah 4 orang (11,5%), kelompok usia 69-71 tahun berjumlah 3 orang
(8,6%), kelompok usia 75-77 tahun berjumlah 5 orang (14,3%), kelompok usia 78-80
tahun berjumlah 5 orang (14,3%), dan kelompok usia 81-82 tahun berjumlah 3 orang
(8,6%). Dalam penelitian ini, tidak terdapat sampel yang tergolong kelompok usia 72-74
tahun.
4.1 Perbedaan Rerata Waktu Respon Pulpa Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbedaan rerata waktu respon pulpa berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian
ini menggunakan Uji parametrik T tidak berpasangan, dimana hasil yang didapatkan
dinyatakan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan Rerata Waktu Respon Pulpa (detik) Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin

N

x ± SD

Min

Maks

Waktu respon

Laki-laki

15

8,90 ± 4,96

1,90

17,39

pulpa

Perempuan

20

9,55 ± 5,21

1,43

18,95

P
0,711

Tabel 2 menunjukkan perbedaan rerata waktu respon pulpa berdasarkan jenis
kelamin, rerata waktu respon pulpa pada kelompok laki-laki adalah 8,90 detik dengan
SD 4,96 dan rerata waktu respon pulpa pada kelompok perempuan adalah 9,55 detik
dengan SD 5,21. Dari uji parametrik T tidak berpasangan diperoleh nilai p=0,711
(p>0,05), maka diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata waktu respon
pulpa yang bermakna antara laki-laki dan perempuan.
4.2 Rerata Waktu Respon Pulpa Berdasarkan Usia Penuaan
Pengamatan waktu respon pulpa dilakukan dengan mencatat waktu respon
dengan stopwatch yang digunakan pada saat pengetesan pulpa. Berdasarkan hasil
pengamatan didapatkan rerata waktu respon pulpa pada kelompok usia 60-82 tahun
seperti pada grafik 1.

 

Universitas Sumatera Utara

 32

 

.

Waktu repson pulpa (detik)

.

.

.
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Usia Penuaan (Tahun)
Grafik 1. Rerata waktu respon pulpa berdasarkan usia penuaan
Grafik 1 menunjukkan hasil perhitungan waktu respon pulpa pada lansia usia
60-82 tahun. Dari grafik dapat dideskripsikan perhitungan waktu respon pulpa semakin
meningkat seiring bertambahnya usia. Rerata waktu respon pulpa terendah adalah pada
usia 60 tahun yaitu 1,62 detik dan waktu respon pulpa tertinggi pada kelompok usia 82
tahun yaitu 17,96 detik.
4.3 Intensitas Nyeri Pulpa Berdasarkan Usia Penuaan
Intensitas nyeri pulpa dinilai berdasarkan penilaian subjektif oleh lansia usia 6082 tahun sesuai yang dirasakan setelah gigi diberikan chlor etil. Berdasarkan hasil
penilaian intenitas nyeri pulpa diperoleh hasil penilaian intensitas nyeri pulpa subjek
penelitian seperti pada grafik 2.

 

Universitas Sumatera Utara

 33

 

Intensitas Nyeri pulpa

.

.

.

.

Usia Penuaan (Tahun)
Keterangan:
0 = Tidak Nyeri
1 = Nyeri Ringan
2 = Nyeri Sedang
3 = Nyeri Berat
Grafik 2. Rerata penilaian intensitas nyeri pulpa berdasarkan usia penuaan
Grafik 2 menunjukkan pada judul vertikal grafik diatas (intensitas nyeri pulpa)
terdapat skor 0 mendeskripsikan tingkat tidak nyeri, skor 1 tingkat nyeri ringan, skor 2
tingkat nyeri sedang dan skor 3 mendeskripsikan tingkat nyeri berat. Intensitas nyeri
pulpa pada lansia menurun seiring bertambahnya usia penuaan. Intensitas nyeri pulpa
paling tinggi pada penelitian ini terdapat pada usia 60-65 tahun dengan skor 3, usia 6668 tahun menyatakan skor 2, usia 69-79 tahun menyatakan skor 1 dan paling rendah
dirasakan oleh lansia pada usia 80-82 tahun.
4.4 Hubungan Usia Penuaan dengan Waktu Respon Pulpa
Pada uji normalitas, data waktu respon pulpa dari hasil penelitian terdistribusi
normal dengan p=0,235 (p>0,05), sehingga untuk menentukan hubungan usia penuaan

 

Universitas Sumatera Utara

 34

 

dengan waktu respon pulpa dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi
Pearson’s.
Tabel 3. Hubungan usia penuaan dengan waktu respon pulpa
Usia
Waktu respon pulpa
(detik)
**

Pearson’s Correlation

0.970**

Sig. (2-tailed)

0.000

N

35

. terdapat hubungan yang signifikan (p