Sosialisasi dan Kekerasan Simbolik “Anak Itik” (Studi Kasus di Desa Bogak Kabupaten Batubara)

ABSTRAK
Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang sebagian besar masyarakatnya
bekerja mencari nafkah dari hasil laut. Berbagai pekerjaan dapat dilakukan oleh warga
masyarakat untuk mendapatkan nafkah. “Anak itik” adalah pekerjaan yang didominasi
oleh anak-anak yang ada di Desa Bogak dan sudah disosialisasikan secara turun temurun.
Sebagaimana anak-anak pada umumnya, mereka banyak menghabiskan waktu untuk
bermain bersama teman-temannya dan menyelesaikan pendidikan mereka sebagai hak
yang harus mereka terima. Berbeda dengan “anak itik”, sebagian besar hak mereka
sebagai anak-anak tidak diberikan oleh masyarakat, namun hal itu tidak disadari oleh
mereka ataupun masyarakat. Hal yang demikian itu disebut juga sebagai kekerasan
simbolik, yaitu kekerasan yang tidak disadari karena berbagai simbol yang menutupinya.
Proses sosialisasi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bogak dapat dilihat dari
pandangan Bringkerhoof, dkk (1995). Bringkerhoff mengatakan bahwa sosialisasi adalah
proses penanaman nilai kepada individu secara simultan oleh masyarakat agar individu
tersebut siap untuk menjadi bagian dari masyarakat. Selanjutnya, kekerasan simbolik juga
merupakan bagian yang ikut disosialisasikan bersamaan dengan “anak itik” di Desa
bogak. Menurut Bourdieu (dalam Jenkins, 2004), kekerasan simbolis adalah pemaksaan
sistem simbolisme dan makna (misalnya kebudayaan) terhadap kelompok atau kelas
sedemikian rupa sehingga hal itu dialami sebagai sesuatu yang sah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana sosialisasi yang
diberikan masyarakat Desa Bogak terhadap “anak itik” sehingga terus bertahan disetiap

generasi, serta untuk mengetahui bagaimana kekerasan simbolik yang dirasakan oleh
“anak itik”. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif agar data yang didapat lebih mendalam. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan penghayatan,
Peneliti menemukan bahwa anak-anak yang bekerja sebagai “anak itik”
tidak menyadari kekerasan atau ketidakterpenuhinya hak-hak mereka sebagai
anak, baik yang harus dipenuhi oleh keluarga atau juga masyarakat. “Anak itik”
merupakan salah satu kearifan lokal yang ada di Desa Bogak. Bagi masyarakat
Desa Bogak, “anak itik” adalah proses bagi anak-anak di Desa Bogak untuk menuju
pribadi yang dewasa. Oleh karena itu, “anak itik” dianggap sebagai budaya yang
harus dilesatrikan dan harus selalu disosialisasikan secara turun temurun dari
generasi ke generasi.

Kata Kunci : “Anak Itik”, Sosialisasi dan Kekerasan Simbolik.

ii
Universitas Sumatera Utara