Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan adalah menurunnya angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). AKI dan AKB merupakan tolok
ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu, pemerintah
sangat menekankan untuk menurunkan AKI dan AKB melalui program-program
kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut diperlukan upaya peningkatan
program pelayanan pemeriksaan kehamilan, karena pelayanan tersebut membentuk
manusia yang sehat sejak dalam kandungan. Antenatal care (ANC) atau sering
disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga ahli
profesional yaitu dokter spesialis kandungan, dokter umum dan bidan. Pemanfaatan
antenatal care di harapkan dapat menghasilkan atau memperbaiki status kesehatan
ibu hamil (Asrinah, 2010).
Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI dalam mempercepat
penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang
membutuhkannya. Untuk mendukung upaya kesehatan dan pencapaian sasaran
pembangunan maka diperlukan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis dan kualitas
yang tepat dan dapat diandalkan khususnya dalam akselerasi penurunan AKI dan
AKB (Firdaus, 2014).


Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) data AKI di
Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 307/100.000 kelahiran hidup, pada
tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007).
Namun demikian, masih diperlukan upaya keras mencapai target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). 2010-2014 yaitu 118/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2014 dan tujuan pembangunan Millennium Development
Goals (MDG’s) yaitu AKI 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Dengan
demikian tidak ada lagi sebutan sebagai negara yang memiliki AKI tertinggi
dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia (62/100.000 kelahiran hidup),
Sri Lanka (58/100.000 kelahiran hidup), dan Philipina (230/100.000 kelahiran hidup).
Optimisme tersebut menjadi kecemasan setelah melihat hasil SDKI 2012 bahwa AKI
tercatat mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 359/100.000 kelahiran
hidup.
Data AKB di Indonesia walaupun masih jauh dari angka target MDG’s yaitu
AKB tahun 2015 sebesar 23/1000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami
penurunan yaitu dari sebesar 35/1000 kelahiran hidup (SDKI 2002) menjadi sebesar
34/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007), dan terakhir menjadi 32/1000 kelahiran hidup
(SDKI 2012), namun AKB di Indonesia masih tetap tergolong tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN seperti Singapura (3/1000 kelahiran

hidup), Brunei Darusalam (8/1000 kelahiran hidup), Malaysia (10/1000 kelahiran
hidup), Vietnam (18/1000 kelahiran hidup), dan Thailand (20/1000 kelahiran hidup).
Target AKB dalam MDG’s adalah 23/1000 kelahiran hidup.

AKI di Sumatera Utara sebanyak 276 kasus atau 106,43/100.000 kelahiran
hidup dan AKB sebanyak 1.970 kasus atau 760/1000 kelahiran hidup. Sedangkan
data di Kabupaten Deli Serdang untuk AKI sebanyak 15 kasus dan AKB sebanyak 74
kasus (Profil Dinkes Deli Serdang). Hal ini akan sulit terwujud kecuali jika dilakukan
upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Ada tiga fase
terlambat yang berkaitan erat dengan angka kematian ibu hamil dan bersalin, yaitu: 1.
terlambat untuk mengambil keputusan mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan
terdekat atau merujuk dari pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan lainnya; 2.
terlambat untuk sampai atau tiba di pelayanan kesehatan; 3. terlambat menerima
asuhan atau sampai di pelayanan kesehatan (Pantikawati, 2010).
Penyebab utama tingginya AKI adalah perdarahan, infeksi, eklampsia, partus
lama, dan komplikasi abortus. Dalam hal ini bidan memiliki peran penting untuk
mencegah dan menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa melalui beberapa
intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur
tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan
atau infeksi, maupun deteksi dan penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata

banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif dan tidak
sesuai dengan standar pelayanan ANC untuk menurunkan angka kematian maternal
dan perinatal (Walyani, 2015).
Kementerian Kesehatan RI selaku supervisi telah memberikan wewenang
kepada

bidan

melalui

keputusan

menteri

kesehatan

nomor

900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan. Kewenangan


tersebut harus ditindaklanjuti dengan peningkatan kemampuan untuk dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Bidan yang berkualitas akan mampu melaksanakan
deteksi dini risiko tinggi pada saat melaksanakan pelayanan antenatal, mampu
memberikan pelayanan gawat darurat pada ibu dan bayi, serta mampu merujuk
pasien, bila tidak dapat menangani serta diluar batas kewenangannya (Hidayat, 2009).
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam
pelayanan maternal. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, agar kehamilan dapat berlangsung
dengan aman dan diakhiri dengan persalinan yang selamat. Selanjutnya, pada
pertemuan pengelola program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah Asia
Tenggara pada tahun 1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang
diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya, perlu diupayakan agar memenuhi
standar tertentu agar aman dan efektif. Bila setiap ibu diharapkan mempunyai akses
terhadap pelayanan kebidanan, maka diperlukan standar pelayanan kebidanan untuk
penjagaan kualitas. Pelayanan berkualitas dapat dikatakan sebagai tingkat pelayanan
yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, standar penting
untuk pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian kualitas pelayanan (Asrinah, 2010).
Antenatal care merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan
kesehatan secara keseluruhan, bahkan sebagai salah satu faktor penentu kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu tujuan pelayanan antenatal adalah untuk

memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, serta
menyiapkan persalinan dan kesediaan bidan dalam menghadapi komplikasi. Pada saat

ibu melakukan kunjungan antenatal, dapat dideteksi faktor risiko tinggi dan
menanggulanginya sedini mungkin, melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan risiko. Untuk itu, kinerja bidan yang optimal sangat dibutuhkan dalam
mencapai standar pelayanan yang berkualitas dan prima (Manuaba, 2009).
Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik yaitu memperhatikan aspek biopsiko-sosio-budaya sesuai dengan harapan kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut
diberikan demi kelangsungan hidup dan pelayanan. Adapun faktor yang
mempengaruhi

kualitas

pelayanan

antara

lain

komitmen,


supervisi

yang

memfasilitasi, manajemen, informasi, pelatihan, peralatan dan infrastruktur serta
terpenuhinya hak ibu hamil untuk memperoleh informasi melalui konseling, sehingga
pelayanan yang dibutuhkan pasien dari penyedia layanan (provider) memiliki
karakteristik antara lain semangat untuk melayani, nyaman, privasi, alami dan tepat
(Zulvandi, 2014).
Pelayanan kebidanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk dan diselenggarakan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan profesi
yang telah ditetapkan. Pelayanan yang berkualitas juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain kesadaran petugas kesehatan, pedoman kerja pelayanan, organisasi
serta keterampilan petugas yang didukung oleh sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan tugas pelayanan (Soepardan, 2008).
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan menjadi dua macam : pertama,
kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi


kebidanan. Kepuasan tersebut pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan
pasien mengenai hubungan bidan dengan pasien, kenyamanan pelayanan, kebebasan
melakukan pemulihan, pengetahuan dan kompetensi serta efektivitas pelayanan.
Kedua, kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan (Zulvandi, 2014).
Suatu pelayanan dikatakan berkualitas jika penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang
berkualitas adalah ketersediaan pelayanan kebidanan (available), kewajaran
pelayanan kebidanan (appropriate), kesinambungan pelayanan kebidanan (continue),
penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable), ketercapaian pelayanan
kebidanan (accessible), keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable), efisiensi
pelayanan kebidanan (efficient), dan kualitas pelayanan kebidanan (quality). Kualitas
pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan
kebidanan serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan. Tujuan akhir dimensi kualitas pelayanan kebidanan tersebut
adalah kepuasan pasien yang dilayani oleh bidan (Zulvadi, 2014).
Myrra Rizky (2013) menyatakan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan
antenatal care harus mampu berkomunikasi baik dengan ibu hamil. Pelayanan
antenatal care yang berkualitas harus memenuhi lima dimensi mutu utama yaitu
(tangibles) keberwujudan atas penampilan, fasilitas, fisik, (reliability) kemampuan

untuk

melaksanakan

jasa

yang

dijanjikan

dengan

tepat

dan

terpercaya,

(responsiveness) kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa


dengan cepat dan tanggap, (assurance) pengetahuan dan kesopanan petugas serta
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, dan (emphaty)
memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan.
Umumnya fasilitas kesehatan milik pemerintah kurang atau tidak dimanfaatkan
oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah fasilitas kesehatan milik pemerintah
masih belum berkualitas atau tidak memenuhi harapan pasien, sikap pekerja yang
tidak memperdulikan pasien dan informasi terhadap kesehatan diri si ibu terkadang
kurang menyeluruh disampaikan tidak seperti yang diharapkan oleh pasien. Fasilitas
kesehatan terletak jauh dari tempat tinggal sehingga pasien sulit untuk menjangkau
yang berakibat pada malasnya pasien untuk memeriksakan kehamilannya ke fasilitas
kesehatan yang terdapat di wilayah kerja puskesmas tersebut (Firdausi, 2014).
Berdasarkan survey pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak merupakan salah satu puskesmas yang ada di
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Puskesmas Hamparan Perak
membawahi dalam 13 desa untuk kegiatan kesehatan, dengan jumlah bidan
seluruhnya di wilayah kerja tersebut sebanyak 66 bidan (Profil Dinkes Puskesmas
Hamparan Perak).
Hasil pengamatan dan wawancara penulis lakukan pada tanggal 25 februari
2015 di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak bahwa pelaksanaan antenatal care
sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari cakupan kunjungan K1 (99,2 %)

dan K4 (98,9 %) dan sudah mencapai target nasional yang telah ditetapkan yaitu 95
%, namun penulis masih menemukan beberapa masalah antara lain anemia (5,2%),

BBLR (3,6%) dan perdarahan (2,7%). Masalah tersebut kemungkinan merupakan
salah satu pemicu tingginya AKI yang disebabkan oleh kurangnya kualitas pelayanan
ANC dalam memberikan asuhan kebidanan. Masalah terkait dengan kualitas
pelayanan ANC khususnya di ruang pelayanan ANC diantaranya pasien tidak
mengerti dengan bahasa medis sehingga komunikasi tidak terbina dengan baik yang
berakibat pada salah sikap dan tindakan pasien terhadap anjuran dari bidan dan aspek
yang paling penting dalam asuhan antenatal adalah dengan membina hubungan
saling percaya dengan ibu dan keluarganya. Jika seorang ibu mempercayai bidan,
maka kemungkinan besar ia akan kembali ke bidan yang sama untuk persalinan dan
kelahiran bayinya.
Masalah lain yang ditemui adalah masalah kemampuan bidan untuk bersikap
ramah dan sopan. Adakalanya bidan memilih-milih dalam bersikap, bila pasien
tergolong keluarga yang kaya, atau mengenali pasien dan keluarganya, dia akan
cenderung lebih ramah, sopan, dan lebih perhatian. Namun bila pasien dari golongan
yang menengah ke bawah atau tidak dikenal, bidan bersikap kurang ramah. Di sisi
lain, hubungan antara bidan dan pasien yang masih belum sejajar, membuat
komunikasi yang terbangun antar bidan dan pasien juga relatif terbatas. Pada

umumnya bidan hanya memberikan penjelasan secukupnya sesuai pertanyaan pasien.
Sementara pasien dengan keawamannya terkadang tidak tahu apa yang harus
ditanyakan. Informasi mengenai penyakit dan obat yang disampaikan oleh bidan
sering kali terbatas.

Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut maka perlu dikaji determinan
kualitas pelayanan antenatal care oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan
Perak Kecamatan Hamparan Perak.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka ditemukan beberapa hal yang
berkaitan dengan kualitas pelayanan ANC yaitu :
1. Bagaimana pengaruh komitmen kerja terhadap kualitas pelayanan ANC
(antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
2. Bagaimana pengaruh penggunaan pedoman kerja terhadap kualitas pelayanan
ANC (antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
3. Bagaimana pengaruh penggunaan sarana dan prasarana terhadap kualitas
pelayanan ANC (antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas
Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015.
4. Bagaimana pengaruh adanya supervisi terhadap kualitas pelayanan ANC
(antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

5. Bagaimana pengaruh adanya manajemen terhadap kualitas pelayanan ANC
(antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui pengaruh komitmen kerja terhadap kualitas pelayanan ANC
(antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

2.

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pedoman kerja terhadap kualitas
pelayanan ANC (antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas
Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun
2015.

3.

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan sarana dan prasarana terhadap kualitas
pelayanan ANC (antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas
Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun
2015.

4.

Untuk mengetahui pengaruh adanya supervisi terhadap kualitas pelayanan ANC
(antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

5.

Untuk mengetahui pengaruh adanya manajemen terhadap kualitas pelayanan
ANC (antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah determinan yang meliputi :
1.

Terdapat pengaruh komitmen kerja terhadap kualitas pelayanan ANC (antenatal
care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

2.

Terdapat pengaruh penggunaan pedoman kerja terhadap kualitas pelayanan ANC
(antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

3.

Terdapat pengaruh penggunaan sarana dan prasarana terhadap kualitas pelayanan
ANC (antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

4.

Terdapat pengaruh adanya supervisi terhadap kualitas pelayanan ANC (antenatal
care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

5.

Terdapat pengaruh adanya manajemen terhadap kualitas pelayanan ANC
(antenatal care) oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

1.5. Manfaat Penelitian
1.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan kualitas pelayanan antenatal care.

2.

Institusi pendidikan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, khususnya Program Pasca
Sarjana

Universitas

Sumatera

Utara

Medan,

sebagai

bahan

tinjauan

keilmuan/pengembangan perpustakaan khususnya, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan peserta didik dalam menerapkan proses keperawatan dan penelitianpenelitian selanjutnya.
3.

Wilayah kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
bidan tentang kualitas pelayanan antenatal care sehingga bermanfaat untuk
pembinaan bidan dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan khususnya
antenatal care.

Dokumen yang terkait

Analisis Pelaksanaan Rujukan KIA Di Puskesmas Hamparan Perak Dan Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

9 129 152

Morfofonemik bahasa Melayu dialek Hamparan Perak

11 129 92

Persepsi Lansia tentang Pelayanan Posyandu Lansia di Puskesmas Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

9 136 100

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

TINJAUAN ANTROPOLOGI EKONOMI TERHADAP PETANI DI DESA HAMPARAN PERAK KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 35

Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 20

Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 2

Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 35

Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 3

Determinan Kualitas Pelayanan Anc (Antenatal Care) Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 36