EKSISTENSI LAGU ROHANI BAHASA HOKKIEN PADA KEGIATAN IBADAH DI GBI YANGLIM PLAZA MEDAN.

EKSISTENSI LAGU ROHANI BAHASA HOKKIEN PADA
KEGIATAN IBADAHDI GBI YANGLIM PLAZA
MEDAN

SKRIPSI
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh:

PHUTRI AGUSTARITA HUTAGALUNG
NIM 209342053

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

ABSTRAK
Phutri Agustarita Hutagalung, 209342053. Eksistensi Lagu Rohani Bahasa

Hokkien Pada Kegiatan Ibadah Di GBI Yanglim Plaza Medan. Skripsi Jurusan
Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, UNIMED, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan sumber lagu-lagu Rohani bahasa
Hokkien yang digunakan pada tata cara ibadah GBI Yanglim Plaza Medan,
mengetahui tanggapan jemaat Gereja Bethel Indonesia Yanglim Plaza Medan
tentang tata ibadah yang menggunakan lagu rohani bahasa Hokkien. Penelitian ini
juga bertujuan untuk mengetahui eksistensi musik Hokkien pada kegiatan ibadah di
Gereja Bethel Indonesia Yanglim Plaza Medan.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pemain musik dan singer, jemaat, pendeta.
Sampel penelitian ini adalah seluruh pemain musik, pendeta dan beberapa jemaat
yang berjumlah 25 orang.
Penelitian ini dilaksanakan di GBI Yanglim Plaza Medan, Jl. Emas (Cristal Dish)
Yanglim Plaza. Untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan
observasi lapangan, wawancara, dokumentasi audiovisual dan studi kepustakaan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan lagu rohani bahasa Hokkien pada
kegiatan ibadah di GBI Yanglim Plaza Medan bertujuan untuk membangkitkan
semangat Pujian dan Penyembahan pada Tuhan Yang Maha Esa terutama bagi para
orang tua (lansia) yang lebih fasih menggunakan bahasa adat istiadat daripada bahasa
Nasional (bahasa Indonesia). Eksistensi lagu rohani bahasa Hokkien dapat menurun

diakibatkan kurang banyaknya produksi lagu sehingga pihak GBI Yanglim Plaza
Medan juga menggunakan lagu rohani bahasa mandarin untuk mengganti suasana
lagu agar lagu yang digunakan tidak monoton. Cara untuk mempertahankan
eksistensi lagu rohani bahasa Hokkien adalah dengan meningkatkan produksi lagu
rohani bahasa Hokkien atau mengubah lagu rohani bahasa Indonesia atau bahasa
asing kedalam bahasa Hokkien.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunianya
yang melimpah kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
berjudul “EKSISTENSI LAGU ROHANI

BAHASA HOKKIEN PADA

KEGIATAN IBADAH DI GBI YANGLIM PLAZA MEDAN” yang bertujuan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan
Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung penulis dalam penulisan
Skripsi, antara lain :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Medan.
4. Uyuni Widiastuti, S.Pd, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
5. Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Musik
Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
6. Dra. Pita HD. Silitonga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
banyak memberikan masukan, arahan dan sabar dalam membimbing penulis.
7. Danny Ivanno Ritonga, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
banyak member masukan, arahan dan sabar dalam membimbing penulis.

i

8. Kedua Orang Tua saya tercinta Ayahanda TD. Hutagalung dan Ibunda L.
Sihombing yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, doa dan
tanggung jawab penuh semenjak saya terlahir kedunia.

9. Keluarga Besar Hutagalung dan Sihombing terutama Opung Boru tercinta M.
Hutahaean dan Tulang Pudan L. Sihombing untuk dukungan doa, motivasi
serta finansial kepada penulis.
10. Satu-satunya saudaraku tersayang Septian Gilbert Hutagalung (Sepe) yang
selalu memberikan penulis dukungan dan semangat.
11. Seluruh Keluarga Besar GBI Yanglim Plaza Medan, Boksu Stefanus Liong,
Ko Awi Gunawan, Ci Nini, Ci Evelyn, Samuel si narasumberku, dan seluruh
Depmus yang ikut membantu proses penelitian.
12. Terimakasih buat 4 ½ tahun bersama Brocolly. (HertyColly, MarsColly,
RemaColly, Monicolly, EmaColly, and OpiColly)
13. Kak Carla, Eka, Sally, Pahruddin, Lena, Apheles, Juliandi dan seluruh teman
seperjuangan stambuk 2009 serta semua pihak yang membantu secara
langsung dan tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah turut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih, dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Medan,


Penulis
ii

Maret 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Beberapa Varian Bahasa Suku Tionghoa .................................

22

Tabel 4.1. Formasi Penyanyi GBI Yanglim Plaza Medan
Pada Kegiatan Ibadah...............................................................

49

Tabel 4.2. Formasi Pemusik GBI Yanglim Plaza
Pada Kegiatan Ibadah...............................................................


vi

49

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar
Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau
tersebar dari Sabang sampai Merauke pasti memiliki kepercayaan dan kebudayaan
yang beranekaragam. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki kepercayaan
dan kebudayaan yang beranekaragam itu adalah Sumatera Utara.
Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah di negara Indonesia, yang
memiliki beranekaragam agama kepercayaan, seperti: Islam, Katolik, Kristen,
Budha, serta Hindu, dan lain-lain. Masing-masing agama kepercayaan memiliki
tata cara ibadah dan musik rohani yang sudah membudaya. Tata cara beribadah
dan musik rohani ini diciptakan dan dilakukan dalam fungsinya, sebagai
kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Gereja-gereja di Indonesia pada hakikatnya hidup dalam keberagaman.
Keberagaman tersebut dapat dilihat dari pelbagai sudut, misalnya dari sudut latar
belakang etnis, corak kekristenan, pengakuan iman,

pekabaran Injil, dan

pengorganisasian diri. Untuk jelasnya ada baiknya dapat digambarkan
sekedarnya, yang sekaligus dapat dianggap sebagai wujud dasar dari gereja-gereja
di Indonesia.
Dalam kaitannya dengan latar belakang sejarahnya masing-masing, gerejagereja di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama, gereja
Katolik Roma dibawah kepemimpinan Bapa Sri Paus. Kedua, gereja-gereja

1

2

Protestan yang merupakan hasil reformasi dan berdiri mandiri misalnya Gereja
Protestan di Indonesia (GPI) dan Gereja Protestan di Indonesia bahagian Barat
(GPIB), disamping Gereja-gereja Pentakosta dan gereja-gereja Baptis. Ketiga,
gereja-gereja yang tumbuh dan berkembang sebagai gereja suku, misalnya Huria

Kristen Batak Protestan (HKBP), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), dan
Gereja Toraja (GT), dan sejumlah besar Gereja suku lainnya.
Banyak jenis atau cabang gereja yang ada di Indonesia merupakan gereja
yang bersifat kesukuan atau kedaerahan tertentu. Hal ini terjadi karena adanya
politik gospel masa lalu oleh pihak penjajah (Portugal ataupun Belanda) yang
memakai taktik pendekatan suku. Gereja kesukuan/kedaerahan ini berciri
kedaerahan atau kesukuan tertentu menurut adat istiadat daerah setempat, yang
mana merupakan tempat gereja tersebut pertama didirikan, namun gereja-gereja
ini tetap terbuka bagi suku lain.
Gereja tidak dapat dipisahkan dengan musik. Keterikatan dan peran liturgi
dalam lagu-lagu rohani merupakan satu media yang digunakan dalam pujian dan
penyembahan yang menyampaikan Firman Allah yang dapat menyentuh perasaan,
pikiran dan emosi serta menyampaikan fungsi dan tujuan dalam ibadah gereja.
Dalam kaitan ini White (1903 : 168) mengatakan : “Musik merupakan salah satu
karunia terbesar Allah kepada manusia dan salah satu bagian terpenting dalam
acara rohani, suatu jalan komunikasi dengan Allah dan salah satu sarana paling
efektif dalam memberikan kesan Rohani pada hati”.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa musik rohani bila digunakan
secara tepat akan memberikan kesan rohani bagi hati dan membawa pertobatan


3

yang sejati. Karena musik rohani diciptakan untuk melayani suatu maksud suci
untuk mengangkat pikiran yang murni, mengangkat hati yang mulia serta
membangkitkan rasa syukur kepada Allah. Musik rohani menjadi suatu alat
penyembahan kita kepada Tuhan sebagaimana Tuhan perintahkan agar kita
jadikan sebagai penyembahan kepadaNya. Salah satu ayat kutipan Alkitab
(Mazmur 96 : 1-3) mengatakan :
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai
segenap bumi. Menyanyilah bagi Tuhan, pujilah namaNya, kabarkanlah
keselamatan yang dari padaNya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaanNya
diantara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib diantara segala
suku bangsa”.
Dalam kitab Mazmur diatas kita diperintahkan Tuhan untuk memberitakan
keagunganNya lewat pujian (dalam bentuk nyanyian atau lagu) yang kita suarakan
dari hati yang tulus. Itulah sebabnya Dr. Donald J. Hustad dalam bukunya Jubilate
mengungkapkan bahwa musik gereja adalah musik fungsional (Functional Music).
Dalam hal ini berarti tidak ada musik gereja yang netral, karena mempunyai visi
dan misi yang jelas terlihat melalui fungsi dan tujuannya. Pernyataan ini juga
membuktikan tidak ada musik yang netral dalam dunia ini. Setiap musik yang

ditulis secara sadar atau tidak mempunyai tujuan dan fungsi.
Dalam penyembahan dan pujian kepada Tuhan, bahasa juga menjadi salah
satu bagian penting dalam lagu rohani. Karena bahasa yang mudah dimengerti
akan lebih mudah membawa hati jemaat mengalir mengikuti makna lagu dalam
ibadah gereja menjadi simbolis perayaan iman.
Perkembangan lagu rohani bahasa Hokkien sudah semakin meningkat,
dikarenakan banyaknya respon baik dari masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Dukungan ini memberikan visi dan misi yang baik bagi gereja untuk memperluas

4

ajaran agama Kristen dengan membuka gereja khusus suku Tionghoa dan dapat
menarik perhatian bagi orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus.
Sebagai

salah

satu

contoh


keberadaan

lagu

rohani

ditengah

keanekaragaman bahasa di Medan-Sumatera Utara dapat dilihat dari adanya
Gereja Bethel Indonesia (GBI) Yanglim Plaza Medan yang merupakan anak
cabang dari GBI Mandarin yang juga menjadi salah satu cabang GBI Rayon IV
Medan Plaza. Gereja ini mengadakan 2 sesi ibadah setiap minggunya. Pada ibadah
sesi pertama dikhususkan dengan bahasa Hokkien sedangkan ibadah sesi kedua
menggunakan bahasa Nasional yakni Bahasa Indonesia.
Pada kegiatan ibadah sesi I terdapat Lagu Penyembahan dan Lagu Pujian.
Pada sesi ini lagu penyembahan dan lagu pujian dinyanyikan dengan
menggunakan bahasaHokkien. Lagu Penyembahan adalah lagu-lagu yang bersifat
Vertikal (Tuhan) yang sifatnya lebih dalam, dari

pribadi

kita

pada

Tuhan.Sedangkan Lagu Pujian adalah lagu-lagu yang bersifat horizontal
(Manusia) yang liriknya bersifat puji-pujian yang kita naikkan kepada Tuhan
untuk mengekpresikan karya Tuhan yang luar biasa dalam dunia ini dan dalam
hidup kita. Memuji kebesaran Tuhan, kasih sayang Tuhan, penyertaan Tuhan dan
karya Tuhan.
Lagu-lagu rohani khusus bahasa Hokkien ini dapat membangkitkan
semangat Pujian dan Penyembahan pada Tuhan, terutama bagi para orang tua
(lansia) yang lebih fasih menggunakan bahasa Hokkien dibandingkan bahasa
Nasional. Serta dapat mendidik pemuda dan anak-anak untuk mencintai bahasa
Hokkien yang sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

5

Namun kurang banyaknya produksi lagu rohani bahasa Hokkien
menyebabkan ke-eksisan lagu rohani tersebut berkurang untuk dibawakan pada
saat kegiatan ibadah, sehingga pihak gereja berinisiatif menggunakan lagu-lagu
rohani bahasa Mandarin yang lebih popular dibandingkan lagu rohani bahasa
Hokkien yang terkesan itu-itu saja.
Melihat fenomena diatas, penulis berpendapat bahwa lagu-lagu rohani
dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh jemaat memberikan dampak
yang besar untuk membangun hubungan yang erat kepada Tuhan Yang Maha Esa
sehingga ke-eksis-an lagu rohani bahasa Hokkien tersebut dapat dirasakan dengan
adanya perkembangan lagu-lagu rohani, pengubahan lagu rohani kedalam bahasa
Hokkien serta banyaknya lahir pencipta lagu-lagu rohani bahasa Hokkien.
Hal inilah yang menjadi inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian
dan mengangkat judul “Eksistensi Lagu Rohani Bahasa Hokkien Pada
Kegiatan Ibadah Di GBI-Yanglim Plaza Medan Sumatera Utara.”

B. Identifikasi Masalah
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang akan
dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas.
Sebab masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit dan tidak jelas,
sehingga diharapkan analisis secara luas dan mendalam”.
Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah maka
permasalahan penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang historis berdirinya GBI Yanglim Plaza Medan?

6

2. Bagaimana susunan tata ibadah dalam kebaktian GBI Yanglim Plaza Medan?
3. Apa saja jenis lagu-lagu Rohani bahasa Hokkien yang digunakan pada tata
cara ibadah GBI Yanglim Plaza Medan ?
4. Darimanakah sumber lagu-lagu Rohani bahasa Hokkien yang digunakan pada
tata cara ibadah GBI Yanglim Plaza Medan ?
5. Bagaimana tanggapan jemaat Gereja Bethel Indonesia Yanglim Plaza Medan
tentang tata ibadah yang menggunakan lagu rohani bahasa Hokkien?
6. Bagaimana eksistensi lagu rohani bahasa Hokkien pada kegiatan ibadah di
GBI Yanglim Plaza Medan ?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan yang berkaitan dengan perkembangan lagulagu dalam buku Ende Suplemen, maka penulis merasa perlu membuat
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja jenis lagu-lagu rohani bahasa Hokkien yang digunakan pada tata cara
ibadah GBI Yanglim Plaza Medan ?
2. Bagaimana tanggapan jemaat GBI Yanglim Plaza Medan tentang tata ibadah
yang menggunakan lagu rohani bahasa Hokkien?
3. Bagaimana eksistensi lagu rohani bahasa Hokkien pada kegiatan ibadah di
GBI Yanglim Plaza Medan ?

7

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan jabaran secara rinci dari fokus penelitian,
rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian
merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar
pada rumusan masalahnya.
Berdasarkan

latar belakang masalah, identifikasi

masalah, dan

pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Bagaimana eksistensi lagu Rohani bahasa Hokkien pada
kegiatan ibadah di Gereja Bethel Indonesia Yanglim Plaza Medan?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pedoman untuk mencapai sasaran yang
ditargetkan. Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat
pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui jenis dan sumber lagu-lagu Rohani bahasa Hokkien yang
digunakan pada tata cara ibadah GBI Yanglim Plaza Medan
2. Untuk mengetahui tanggapan jemaat Gereja Bethel Indonesia Yanglim Plaza
Medan tentang tata ibadah yang menggunakan lagu rohani bahasa Hokkien
3. Untuk mengetahui eksistensi musik Hokkien pada kegiatan ibadah di Gereja
Bethel Indonesia Yanglim Plaza Medan

8

F.

Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dirampung, diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai berikut :
1. Sebagai pegangan bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai eksistensi musik Hokkien pada kegiatan ibadah di Gereja Bethel
Indonesia Yanglim Plaza Medan.
2. Sebagai bahan informasi kepada Gereja Bethel Indonesia Yanglim Plaza
Medan.
3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki
keterkaitan topik penelitian ini.
4. Menambah sumber kajian bagi kepustakaan Seni Musik FBS Unimed

78

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi atau pengamatan penulis yang menganalisis Eksistensi
Lagu Rohani Bahasa Hokkien Pada Kegiatan Ibadah di GBI Yanglim Plaza
Medan, penulis mengambil kesimpulan, adapun kesimpulan tersebut antara lain
adalah :
1. GBI Yanglim Plaza Medan tidak memiliki buku khusus lagu rohani bahasa
Hokkien yang diterbitkan oleh gembala gereja.
2. Lagu rohani bahasa Hokkien yang dinyanyikan jemaat berasal dari lagu-lagu
yang diciptakan secara pribadi dan diterbitkan pada sebuah media dvd, kaset
maupun mp3.
3. Beberapa lagu rohani bahasa Hokkien di translate dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Hokkien.
4. Pemilihan lagu yang akan dinyanyikan pada saat kebaktian minggu, menurut
pengamatan penulis dinyanyikan berdasarkan keputusan dari Worship Leader
yang melayani disaat itu.
5. Lagu rohani yang sering digunakan juga mencakup dari lagu rohani bahasa
Indonesia yang kemudian di terjemahkan kedalam bahasa Hokkien.
6. Kurangnya produksi lagu rohani bahasa Hokkien, pihak gereja juga
menggunakan lagu rohani bahasa Mandarin untuk mengganti suasana, agar
lagu yang digunakan untuk kegiatan ibadah tidak membosankan.
7. Dari hasil analisis, tidak semua Gereja Bethel Indonesia dalam ibadahnya
menggunakan alat musik lengkap seperti piano, keyboard, tiup, gesek, perkusi

77

78

serta petik, sehingga banyak lagu-lagu rohani bahasa Hokkien khususnya
dinyanyikan tidak sesuai dengan karakteristik lagu tersebut dikarenakan
adanya penyesuaian dengan improvisasi-improvisasi yang dilakukan.

B. Saran
1. Penulis mengharapkan agar lagu-lagu yang dinyanyikan di masukkan kedalam
sebuah buku nyanyian khusus sehingga lagu rohani bahasa Hokkien tersebut
agar dapat bertahan lama dan tidak hilang oleh zaman.
2. Selain kalangan sendiri, juga perlunya organisasi Gereja Bethel Indonesia baik
tingkat pusat atau tingkat cabang untuk memberikan perhatian khusus dalam
menyanyikan lagu-lagu rohani sehingga lagu rohani bahasa Hokkien tidak
hanya diperdengarkan pada GBI khusus Tionghoa, melainkan dapat juga
dinyanyikan oleh seluruh jemaat Gereja Bethel Indonesia.
3. Perlunya pelatihan tentang musik bagi pengiring/ pemusik gereja sehingga
dapat mengerti bahwa sebuah nyanyian perlu dipersiapkan dengan baik dan
jika lagu itu diperdengarkan akan mengangkat kerohanian kepada Tuhan.
4. Perlunya peningkatan produksi lagu-lagu rohani bahasa Hokkien agar lagulagu yang dibawakan saat kegiatan ibadah dapat berganti-ganti dan tidak
membosankan

79

DAFTAR PUSTAKA

Faith and Life. 2013: Page 26. Imlek Dan Inkulturasi Dalam Gereja. Jakarta:
Suara Pembaruan
H. Abu Achmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta. Bina Angkasa
Kitab Suci Agama Kristen, 1 Petrus Bagian 2. Pengertian Gereja. Pearaja:
Lembaga Alkitab Indonesia
Kenneth W Osbeck.1971.The Ministry Of Music Kroaal Publiestinn. Grand
Rseids.
Luther, M. 1517: Page 129. Makna Lutheran Bagi Agama Kristen. Bandung:
Indonesia Publishing House
Martasudjita. E. 2009. Musik Gereja Zaman Sekarang, Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi
Muhammad, Uthman. 2008: Page 165. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Bandung: Pustaka Budaya
Nurhaningsih, DKK. 2006: Page 109. Pengertian Sampel Dalam Penelitian.
Jakarta: Bina Aksara
Putra, Nusa.2012.Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
P.W.J. Nababan.1991: Page 38. Sosial Linguistik Suatu Pengantar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Suryabrata, Sumadi.2009. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Wikipedia Indonesia.(http://id.wikipedia.org.com), Jakarta