Musik Dalam Ibadah Kontemporer di GBI Medan Plaza: Suatu Kajian Struktur, Konteks dan Fungsi Sosial

(1)

MUSIK DALAM IBADAH KONTEMPORER

DI GBI MEDAN PLAZA :

SUATU KAJIAN STRUKTUR, KONTEKS DAN FUNGSI SOSIAL

T E S I S

Oleh

ANDY K. MANURUNG NIM. 097037006

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

Judul Tesis : Musik Dalam Ibadah Kontemporer di GBI Medan Plaza: Suatu Kajian Struktur, Konteks dan Fungsi Sosial

Nama : Andy K. Manurung

Nomor Pokok : 097037006

Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D Rev. Dr. Paul Kwangjong Suh

NIP. 196108291989031003

Ketua Anggota

Program Studi Magister (S2) Fakultas Ilmu Budaya

Penciptaan dan Pengkajian Seni Dekan,

Ketua,

Drs. Irwansyah Harahap, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19621221 199703 1 001 NIP. 19511013 197603 1 001


(3)

Telah diuji pada

Tanggal 5 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah Harahap, M.A. (______________________ )

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. ( ______________________ )

Anggota I : Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. ( ______________________ )

Anggota II : Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph. D. ( ______________________ )

Anggota III : Rev. Dr. Paul Kwangjong


(4)

PRAKATA

Pertama, puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang oleh kebaikan dan kemurahanNya, tesis ini dapat saya selesaikan.

Saya menyampaikan terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara, Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Sekretaris Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang teramat istimewa saya tujukan kepada pembimbing saya Prof. Mauly Purba, M.A., Ph.D., sebagai Komisi Pembimbing dan kepada Rev. Dr. Paul Kwangjong Suh (South East Asia Bible Seminary, Malang) sebagai Anggota. Terima kasih atas dukungan dan bimbingan yang diberikan kepada saya sehingga tesis ini selesai, khususnya kepada Rev. Dr. Paul yang telah menempuh ribuan mil dari Malang untuk hadir di Medan, juga tidak lupa terima kasih kepada keluaga Prof. Mauly Purba dan Ibu atas dukungan yang luar biasa. Tuhan memberkati.

Terima kasih saya tujukan kepada Bapak Pdt. R. Bambang Jonan sebagai Gembala Pembina GBI Rayon 4 atas materi kuliah Pujian dan Penyembahan, Bapak Pdp. Obed Sembiring (Flow Music dan Departemen Musik GBI Medan Plaza), kepada Bapak Pdt. Stefanus Liong (Gembala GBI MMTC), Bapak Andreas Siahaan


(5)

(rekan-rekan imam musik di Departemen Musik GBI MMTC), kepada Bapak Hendy Yunus, Darwin Tjemerlang dan seluruh pengerja GBI SWorD Swiss-Bel Hotel, terima kasih atas support-nya, serta rekan-rekan kolega di STT Misi Internasional Pelita Kebenaran. Saya juga berterima kasih kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D beserta para dosen yang tidak saya tuliskan satu persatu, atas dukungan dan bimbingannya di Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, kepada Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. sebagai penguji atas masukan dan saran dalam tulisan ini, serta rekan-rekan staf pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas HKBP Nommensen Medan, Purwacaraka Music Studio Medan, Saudara Alvon Bernardus, S.Sn., Bang Leo Sirait dan Kak Erika Sigalingging (Opus Le Music School), Yopi Kuncoro, SE. (Yopi Music School), Bapak Ir. Reynold Nadeak (Redrow Architecture), Sister Nathalie Marbun,S.S (Global English Course)

Saya juga sangat berterima kasih kepada istri tercinta Dinar br. Manullang dan sumber inspirasiku Kimi Kanaan Manurung serta Khezia Shekinah Manurung yang telah ikut “berjibaku” dalam perjuangan ini. Kepada keempat orang tua saya terkasih yang ada di Medan dan di Jambi, beserta seluruh keluarga besar saya. Terima kasih atas dukungan dan doanya. Saya berdoa agar anugerah damai sejahtera dan kasih karunia Allah dicurahkan dari sorga atas kehidupan kita. Dalam nama Yesus, Amin.

Andy K. Manurung


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andy K. Manurung

Tempat/Tanggal Lahir : Cot Girek, Aceh Utara / 8 Agustus 1977

Alamat : Jalan Pelajar Gg. Alas No. 1 Medan

Agama : Kristen

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Dosen Fakultas Bahasa & Seni Universitas HKBP Nommensen Medan.

Staf Pengajar Purwacaraka Music Studio Medan. Pendidikan : 1. Sarjana Seni (S.Sn) dari Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas HKBP Nommensen, Jurusan Musikologi,

lulus tahun 2003

2. SMA Kristen Immanuel Medan, lulus tahun 1995

Pada tahun akademi 2009/2010 diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,

Andy K. Manurung

NIM. 097037006


(8)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL………. HALAMAN PERSYARATAN………...

HALAMAN PENGESAHAN………... i

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI..………... ii

PRAKATA……….... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….. v

PERNYATAAN……… vi

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL………... xi

ABSTRACT……….. xii

INTISARI……….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 “Porsi” dan Genre Musik yang lebih Berbeda……... 15

1.2.1. Label Kharismatik………... 19

1.2.2. Gereja Sebagai Organisme dan Organisasi…. 20 1.3 Mengkaji Struktur, Konteks dan Fungsi Sosial……. 21

1.3.1. Asumsi Dasar Penelitian ………………. 21

1.4 Lingkup Penelitian………... 23


(9)

1.6 Terminologi dan Konsep……… 24

1.7 Landasan Teori ……………….. 27

1.7.1. A Functional Theory of Culture oleh Bronis- law Malinowski………. …. 1.7.2. Used and Function Theory oleh Alan P. Merriam………... 28

1.7.3. Teori Struktur Upacara dan Isi Simbolik Dalam Agama Oleh Victor Turner…………. 31

1.7.4. Music and Trance: A Theory of the Relation Between Music and Possession oleh Gilbert Rouget………. 32

1.7.5. Perspective in Music Theory oleh Paul Cooper………. 34

1.8 Rumusan Masalah……….. 35

1.9 Tinjauan Pustaka……… 36

1.10 Metodologi Penelitian……… 38

1.10.1. Pendekatan Penelitian………... 38

1.11 Sistematika Penulisan……… 39

BAB II. MELIHAT SEJARAH KHARISMATIK DAN TRANSFORMASI MUSIK GEREJA………... 41 2.1 Sejarah Munculnya Gerakan Kharismatik…………... 41


(10)

2.1.1. Berakar Dari Gerakan Montanis (170 M)……. 41 2.1.2. Latar Belakang Sejarah Gereja Bethel Indo-

nesia……….. 48 2.1.3. Sejarah ‘Lahirnya’ GBI Medan Plaza………... 50 2.1.3.1. Gereja Mula-Mula Dengan 119 Jemaat

Dan Pengerja………. 53 2.1.3.2. Tempat Ibadah Yang Nomaden Menjadi

Permanen………... 55 2.2 Sejarah Musik Dalam Kekristenan……….. 60 2.3 Apa Itu Musik Gereja………... 62 2.4 Musik Dalam Ibadah Menurut Fungsionalisme……... 64 2.5 Kontekstualisasi Musik Gereja……… 65 2.5.1. Lahirnya Istilah Kontekstualisasi………. 65 2.5.2. Sejarah Transformasi Musik Dalam Gereja….. 74 2.5.3. GBI Medan Plaza: “Porsi” Musik Yang

Lebih Besar………... 79 2.5.4. Peranan Imam Musik………. 83 2.6 Musik Dalam Ibadah Kontemporer Terhadap Kaji-

an Perilaku……….. 90

2.6.1. Sejarah Awal GBI Medan Plaza Menekan-

kan Pujian Penyembahan…..………. ….. 92 2.6.2. Manifest (Spirit Possession, Trance) Mela-

lui Pujian Penyembahan……… ….. 93 2.7 ‘Lahirnya’ Musik Kristen Kontemporer……….. 104


(11)

2.8 Ibadah Kontemporer: Bentuk Pola Ibadah di Abad-

20………. 112

BAB III. MUSIK DALAM IBADAH KONTEMPORER DI GBI - MEDAN PLAZA………... 3.1 Pelayanan Musik………... 114

3.1.1. Merekrut dan Inisiasi Imam Musik…………... 114

3.1.2. Menentukan Lagu Dalam Ibadah………. 117

3.2 Nashville Number System………... 119

3.3 Penggunaan Nada Dasar (Key Signature)……… 123

3.4 Flowing……… 126

3.5 Improvisasi……….. 132

3.6 Pemakaian Kode Jari (Fingering Code)……….. 136

3.7 Modulasi (Modulation)……… 144

3.8 Pola Ending……….. 147

3.9 Kadens (Cadence)……… 157

3.9.1. Authentic Cadence……… 160

3.9.2. Plagal Cadence………. 161

3.9.3. Accidental Cadence………... 162

3.10 Tempo dan Dinamik……… 163

3.11 Sorak-Sorai……….. 165

3.12 Open Chord……….. 169


(12)

3.14 Karakteristik Progresi Akord………... 174 3.14.1. Progresi Akord I-V/VII-vi-V-IV-iii-ii-V-I…. 174 3.14.2. Progresi Akord IV-IV/V-iii-vi-ii-V-I……... 176 3.14.3. Progresi Akord I-VIIb-IV/vi-IV/vib-I/V-V-I… 178

3.14.4. Progresi Akord IV-vi-VIIb-V-I……… 180

BAB IV IBADAH KONTEMPORER DI GBI MEDAN PLAZA: KAJIAN STRUKTUR, KONTEKS

DAN FUNGSI SOSIAL……… 182

4.1 Etnografi GBI Medan Plaza………. 182 4.1.2. Perangkat Pendukung Ibadah……… 186 4.1.3. Pelayanan Yang Terlibat Dalam Ibadah……... 195 4.2 Struktur Ibadah Yang Fleksibel dan Spontan………. 197

4.2.1. Ibadah Kontemporer Sebagai Sistem dan

Struktur Kebudayaan……… 200 4.2.2. Penyajian Ibadah Kontemporer……… 204 4.3 Ibadah Kontemporer Sebagai Sebuah Kontekstua-

lisasi………. 214

4.3.1. Ibadah Kontemporer Dalam Konsep Kon –

tekstualisasi………... 214 4.3.2. Hubungan Restorasi Pondok Daud dan Do-


(13)

4.3.3. Kriteria Ibadah Yang Sukses……… 223

4.3.4. Refleksi Kebudayaan Kharismatik Dalam Perspektif Etnologi……… 224

4.3.5. Gerakan-Gerakan Kultural Kharismatik Dalam Perspektif Alkitabiah……… 232

4.4 Aspek Sosiologis Agama………. 238

4.4.1. Ungkapan Religius Perorangan………. 239

4.4.2. Ungkapan Religius Kolektif………. 240

4.5 Fungsi Sosial Musik dan Ibadah Kontemporer……… 241

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 248

5.1 Kesimpulan………. 248

5.2 Saran……… 251

KEPUSTAKAAN……….. 253

GLOSARIUM………... 258

LAY OUT GBI MEDAN PLAZA……….. 263

LAMPIRAN FOTO-FOTO………... 264


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Muatan Isi Dari Musik Gereja (Rohani)……… 71 Tabel 2. Perbedaan Tujuan Musik Sekuler Dan Musik Gereja………… 73 Tabel 3. Struktur Umum Penyajian Ibadah Kontemporer Di GBI Me-


(15)

ABSTRACT

This writing discussed about how Christian Charismatic movements used music as a religious service to communicate to God in GBI Medan Plaza. By using scientific and theology approach, this recitation will be doing by other approach which used qualitative research method. By using several approach like multidiscipline, interdiscipline and transdiscipline, this writing will researh how a Charismatic religious service is—contemporary worship—done by using Christian contemporary music. By using ethnology theories, it will be analyze how the cultures of Charismatic applied as a congregation effort to fulfill their religious necessity.

A finding that have gotten from this research is as following, contemporary worship performed flexible structurally and the characteristic is more spontaneous. It is very different with traditional churches which is used liturgy “style”. In contemporary worship, music has a dominant role when worship is performing. Thus from the first second till the end of worship, music sounds always have a role to produce and build an atmosphere in worship God. Music domination in worship looks like a strong relevance by perspective of GBI Medan Plaza to restore tabernacle of David which have overthrown. Tabernacle of David is full of praise and worship (music) to God. Thus the worship is identical with music and it is a form of contextual what does King David do when he worships God.

Christian contemporary music and contemporary worship have functions in it’s social- culture context. Music and contemporary worship still can go on and applies in GBI Medan Plaza because of social functions like : (a) social-culture integration, (b) conservation and culture continuity, (c) education, (d) consolation, (e) as tool of Evangelist, (f) as tool of communication, (g) as reflection of Christian spiritual.

Keywords: contemporary worship, Christian contemporary worship, structure, context, social function, tabernacle of David, praise and worship.


(16)

INTISARI

Tulisan ini akan mengulas bagaimana sebuah gerakan Kristen Kharismatik memanfaatkan musik dalam sebuah ibadah untuk berkomunikasi dengan Sang Khalik di GBI Medan Plaza. Dengan menggunakan pendekatan saintifik dan teologis, kajian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Selain itu, berbagai pendekatan baik multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin tulisan ini akan meneliti bagaimana sebuah ibadah Kharismatik—ibadah kontemporer (contemporary worship)—dilakukan dengan menggunakan musik Kristen kontemporer (Christian contemporary music). Menggunakan teori-teori etnologi akan ditelaah bagaimana kultur-kultur Kharismatik tersebut dilakukan sebagai sebuah usaha jemaatnya untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka.

Temuan yang di dapati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, secara struktur ibadah kontemporer dilakukan dengan fleksibel dan sifatnya lebih spontan. Sangat berbeda dengan gereja-gereja tradisional yang menggunakan “gaya” ibadah liturgi. Dalam ibadah kontemporer musik juga memiliki peran yang begitu dominan saat ibadah dilakukan. Sehingga mulai detik pertama hingga ibadah berakhir, bunyi musik selalu berperan dalam menciptakan dan membangun sebuah atmosfir yang

menyembah kepada Tuhan.

Dominasi musik dalam ibadah tampak sebagai sebuah relevansi yang kuat dengan visi GBI Medan Plaza untuk memulihkan pondok Daud yang telah roboh. Dimana dalam pondok Daud tersebut dipenuhi oleh pujian dan penyembahan (musik) kepada Allah. Sehingga ibadah gereja ini identik dengan musik dan merupakan bentuk kontekstualisasi apa yang Raja Daud lakukan ketika menyembah Allah.

Musik Kristen kotemporer dan ibadah kontemporer memiliki fungsi dalam konteks sosio-budaya. Musik dan ibadah kontemporer tetap dapat berlangsung dan dilakukan di GBI Medan Plaza karena fungsi-sungsi sosial. Musik dan ibadah kontemporer memiliki fungsi-fungsi sebagai: (a) integrasi sosio-budaya, (b) kelestarian dan kesinambungan budaya, (c) pendidikan, (d) hiburan, (e) sebagai sarana penginjilan (misionari), (f) sebagai sarana komunikasi, (g) sebagai pencerminan spiritualitas Kristen.

Kata kunci: ibadah kontemporer, musik Kristen kontemporer, struktur, konteks, fungsi sosial, pondok Daud, pujian dan penyembahan.


(17)

“Gereja ini —GBI Medan Plaza— menjadi pionir, karena gereja ini

memiliki pemimpin yang peka akan isi hati Tuhan”

(Pdt. Joshua Ginting)


(18)

ABSTRACT

This writing discussed about how Christian Charismatic movements used music as a religious service to communicate to God in GBI Medan Plaza. By using scientific and theology approach, this recitation will be doing by other approach which used qualitative research method. By using several approach like multidiscipline, interdiscipline and transdiscipline, this writing will researh how a Charismatic religious service is—contemporary worship—done by using Christian contemporary music. By using ethnology theories, it will be analyze how the cultures of Charismatic applied as a congregation effort to fulfill their religious necessity.

A finding that have gotten from this research is as following, contemporary worship performed flexible structurally and the characteristic is more spontaneous. It is very different with traditional churches which is used liturgy “style”. In contemporary worship, music has a dominant role when worship is performing. Thus from the first second till the end of worship, music sounds always have a role to produce and build an atmosphere in worship God. Music domination in worship looks like a strong relevance by perspective of GBI Medan Plaza to restore tabernacle of David which have overthrown. Tabernacle of David is full of praise and worship (music) to God. Thus the worship is identical with music and it is a form of contextual what does King David do when he worships God.

Christian contemporary music and contemporary worship have functions in it’s social- culture context. Music and contemporary worship still can go on and applies in GBI Medan Plaza because of social functions like : (a) social-culture integration, (b) conservation and culture continuity, (c) education, (d) consolation, (e) as tool of Evangelist, (f) as tool of communication, (g) as reflection of Christian spiritual.

Keywords: contemporary worship, Christian contemporary worship, structure, context, social function, tabernacle of David, praise and worship.


(19)

INTISARI

Tulisan ini akan mengulas bagaimana sebuah gerakan Kristen Kharismatik memanfaatkan musik dalam sebuah ibadah untuk berkomunikasi dengan Sang Khalik di GBI Medan Plaza. Dengan menggunakan pendekatan saintifik dan teologis, kajian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Selain itu, berbagai pendekatan baik multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin tulisan ini akan meneliti bagaimana sebuah ibadah Kharismatik—ibadah kontemporer (contemporary worship)—dilakukan dengan menggunakan musik Kristen kontemporer (Christian contemporary music). Menggunakan teori-teori etnologi akan ditelaah bagaimana kultur-kultur Kharismatik tersebut dilakukan sebagai sebuah usaha jemaatnya untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka.

Temuan yang di dapati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, secara struktur ibadah kontemporer dilakukan dengan fleksibel dan sifatnya lebih spontan. Sangat berbeda dengan gereja-gereja tradisional yang menggunakan “gaya” ibadah liturgi. Dalam ibadah kontemporer musik juga memiliki peran yang begitu dominan saat ibadah dilakukan. Sehingga mulai detik pertama hingga ibadah berakhir, bunyi musik selalu berperan dalam menciptakan dan membangun sebuah atmosfir yang

menyembah kepada Tuhan.

Dominasi musik dalam ibadah tampak sebagai sebuah relevansi yang kuat dengan visi GBI Medan Plaza untuk memulihkan pondok Daud yang telah roboh. Dimana dalam pondok Daud tersebut dipenuhi oleh pujian dan penyembahan (musik) kepada Allah. Sehingga ibadah gereja ini identik dengan musik dan merupakan bentuk kontekstualisasi apa yang Raja Daud lakukan ketika menyembah Allah.

Musik Kristen kotemporer dan ibadah kontemporer memiliki fungsi dalam konteks sosio-budaya. Musik dan ibadah kontemporer tetap dapat berlangsung dan dilakukan di GBI Medan Plaza karena fungsi-sungsi sosial. Musik dan ibadah kontemporer memiliki fungsi-fungsi sebagai: (a) integrasi sosio-budaya, (b) kelestarian dan kesinambungan budaya, (c) pendidikan, (d) hiburan, (e) sebagai sarana penginjilan (misionari), (f) sebagai sarana komunikasi, (g) sebagai pencerminan spiritualitas Kristen.

Kata kunci: ibadah kontemporer, musik Kristen kontemporer, struktur, konteks, fungsi sosial, pondok Daud, pujian dan penyembahan.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

—Saat akan menghadiri ibadah di GBI Medan Plaza, mata saya dimanjakan terlebih dahulu oleh berbagai produk yang ditawarkan di gerai-gerai dan toko-toko sepanjang perjalanan saya menuju gereja, mulai dari lantai satu hingga ke lantai enam di mana GBI Medan Plaza tersebut berada. Saya lebih memilih menggunakan escalator daripada lift

yang penuh karena disesaki oleh jemaat yang juga hendak beribadah seperti saya. Tentu sebuah pengalaman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya ketika saya hendak beribadah di gereja, di mana gereja tradisional1 biasanya tidak berdiri dan melakukan aktivitas ibadah di tempat-tempat publik dan elit, gedung-gedung bertingkat seperti hotel, mall, plaza dan pusat perbelanjaan lainnya.

Tentu saja orang tidak sepenuhnya mengira bahwa saya hendak beribadah ke gereja—jika mereka tidak melihat saya menggenggam Alkitab ditangan saya2—selain karena di gedung yang sama dan atap yang sama terdapat begitu banyak tempat yang bisa saya tuju selain beribadah ke gereja yang ada di lantai enam dan tujuh, juga karena baju yang saya gunakan lebih casual tidak formil seperti di gereja tradisional yang identik dengan pakaian formil dalam beribadah. Ketika saya tiba di lantai

1

Sebuah terminologi yang diberikan kepada gereja-gereja yang ibadahnya dilakukan dengan liturgikal. Paul Basden mengarahkan terminologi tersebut umumnya diberikan kepada gereja Protestan dan gereja Katolik (Paul Basden, The Worship: Finding a Style to Fit Your Church, Downers

Grove:Intervarsity,1999.,hlm.42) 2

Ada beberapa kemungkinan jemaat tidak membawa Alkitab ke gereja, pertama: kenyataannya saat ini telah tersedia Digital Bible yang dapat dengan mudah di simpan di dalam telepon selular atau perangkat (gadget) lainnya sehingga saat ibadah ketika pengkhotbah memerintahkan jemaat membaca Firman Tuhan, kita mungkin akan melihat beberapa orang justru sedang mengutak-atik telepon selularnya (kemungkinan sedang mencari ayat tertentu). Yang kedua, di gereja kharismatik tersedia in focus dengan screen yang siap menampilkan ayat-ayat yang sedang menjadi topik bahasan dalam khotbah, sehingga jemaat merasa tidak perlu membawa Alkitab dari rumah.


(21)

enam, lobby gereja telah disesaki oleh jemaat yang antri menunggu masuk (ibadah jam sebelumnya sudah hampir usai, terdengar samar-samar doa syafaat sedang dipanjatkan).

Setibanya di pintu masuk, dengan sedikit berdesakan saya masih sempat disambut dengan hangat dan senyuman oleh diaken3 dan diakones yang mengenakan pakaian hitam putih, sambil mempersilahkan saya masuk tentunya tidak lupa diaken tersebut membagikan lembaran warta jemaat kepada saya. Setelah memilih tempat duduk, saya memandangi sekeliling ruangan gereja, cukup luas untuk ukuran sebuah gereja jika dibandingkan dengan gereja-gereja lain yang selama ini pernah saya kunjungi.

Dengan kapasitas gedung yang terbilang cukup besar, mampu menampung ±3300 jemaat,4 tentu tidak mudah bagi diaken untuk mengenal secara fisik maupun secara personal setiap jemaat yang hadir di ibadah.5 Seperti penuturan Bapak Simanjuntak salah seorang diaken yang pernah melayani di GBI Medan Plaza, beliau mengatakan bahwa saat ibadah berakhir dan saat akan memulai ibadah berikutnya merupakan suasana yang penuh sesak, karena jemaat yang hendak beribadah berusaha masuk, sedangkan jemaat yang selesai ibadah berusaha keluar. Walaupun sudah dikoordinasikan agar masuk dan keluar melalui pintu tertentu, tetapi dengan jumlah jemaat yang mencapai ribuan dan berusaha keluar dan masuk secara bersamaan menjadikan suasana berdesakan. Terdapat panggung (stage)—dalam istilah teologia disebut altar—yang diatasnya terdapat podium kayu yang memiliki tanda salib di depannya seakan-akan menegaskan bahwa kita sedang berada di gereja, juga dilengkapi seperangkat alat band dan sound system Electro Voice (EV) tergantung di langit-langit (line arai), juga terdapat beberapa kamera video profesional yang siap menampilkan jalannya ibadah kedalam layar yang besar yang terpasang di atas mimbar. Semua perangkat hardware

3

Pejabat/pelayan dalam jemaat purba yang melayani para janda dan orang miskin. Namun dalam konteks gereja sekarang diaken (pria) dan diakones (wanita) melayani sebagai yang menerima dan meyambut jemaat di gereja.

4

Persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus, baik yang di satu tempat maupun keseluruhan persekutuan Kristen

5

Salah satu pola gereja Kharismatik saat ini adalah jumlah jemaat yang super-besar (mega church) namun Wilfred J. Samuel mengungkapkan dalam gereja yang super-besar koinonia (persekutuan) tidak berfungsi dengan maksimal. (Wilfred J. Samuel, Kristen Kharismatik, BPK Gunung Mulia, Jakarta.2007.hlm.43.


(22)

tadi mungkin biasa ditemukan dalam suasana konser artis-artis profesional, tetapi saat ini telah “mampir” di gereja. Kebaktian dimulai dengan doa, sang pemimpin pujian (worship leader)6 dan penyanyi latar (singer) bernyanyi diiringi oleh combo band dengan membawa pujian dan

penyembahan7 yang dilantunkan ±8-10 kali pengulangan. Jemaat

kemudian diundang untuk bangkit berdiri sambil bernyanyi, melompat, menari, bersalaman, bersorak karena gembira, menangis, mengepalkan, mengacungkan tangan, dan sebagainya. Sementara itu bagi anggota jemaat yang telah lanjut usia, diperbolehkan tetap duduk dan menikmati musik yang terkesan “hingar-bingar”.

Setelah 45-50 menit ibadah berlangsung, saatnya bagi pengkhotbah menyampaikan Firman Tuhan, lalu pengkhotbah mulai naik ke altar, bernyanyi dan berdoa dengan suara ringan. Sambil menyapa jemaat,

pengkhotbah mengeluarkan gadget-gadget pendukung dalam

menyampaikan materi khotbah misalnya, Notebook, Handphone, I-Pad,

Blackberry dan sebagainya.8 Sepanjang khotbah, diselingi beberapa nyanyian yang relevan dengan tema khotbah, menggunakan kisah-kisah

kesaksian tentang kesembuhan, Roh Kudus,9 tentang berkat,

menggunakan berbagai ilustrasi untuk menyampaikan Firman Tuhan dan diselingi humor-humor untuk menghindari perasaan kantuk jemaat. Khotbah dilakukan dengan sangat sistematis, menyerupai orasi, berapi-api, suara yang “menggelegar” dan cenderung komunikatif dua arah dengan mengajak jemaat untuk berdialog.

6

Di lingkungan GBI Medan Plaza dan kalangan Kharismatik istilah worship leader dan singer lebih populer digunakan, sehingga kedepannya dalam tulisan ini saya akan gunakan istilah tersebut.

7

Istilah pujian dan penyembahan dapat mengacu kepada sebuah bentuk pola ibadah dan repertoar lagu. Kata pujian atau penyembahan yang digunakan pada konteks yang berbeda memiliki arti yang berbeda juga.

8

Pengkhotbah dalam gereja ini juga biasa menggunakan Microsoft Power Point untuk menyampaikan materi khotbah, sesuatu perlengkapan yang tidak digunakan dalam khotbah-khotbah dalam gereja-gereja tradisional.

9

Oleh Roh dan Firman-Nya Allah menciptakan langit dan bumi dan memberi nafas kepada manusia (Kejadian 1:2;2:7; Mazmur 33:6;104:23). Roh Allah juga menggerakkan orang-orang tertentu: hakim-hakim, raja-raja, nabi-nabi. Dalam Perjanjian Baru seringkali disebut:Roh Kudus atau Roh Allah atau Roh Yesus (Kisah Rasul 16:17) atau Roh Anak Allah (Galatia 4:6) ialah Roh pelaksana kehendak Allah di bumi. Ia sebagai Penghibur (penolong) melanjutkan dan menerapkan karya Keselamatan Yesus. Dialah dinamik pekabaran Injil. Ia memberi kesaksian Allah dalam hati orang-orang percaya bahwa mereka anak-anak Allah (Roma 8:15-16) [Seluruh ayat Alkitab terdapat pada lembar lampiran pada tesis ini]


(23)

Tulisan di atas sengaja saya awali dalam topik ini untuk memberikan gambaran bagaimana ibadah dilakukan oleh gereja masa kini. Gambaran suasana ibadah persekutuan di atas mencerminkan sejumlah ciri khas gerakan10 dan persekutuan gereja Kharismatik yang juga dapat dijumpai dibanyak tempat di seluruh belahan dunia. Perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan yang terjadi dialami gereja selama di dunia merupakan sebuah sejarah yang sangat panjang selama ±2000 tahun. Sejarah gereja menceritakan tentang kisah pergumulan antara Injil dengan bentuk-bentuk yang digunakan untuk mengungkapkan Injil tersebut.11

Judul tulisan ini—saya harap—akan mewakili terhadap kerinduan saya dalam mengkaji bagaimana sebuah ibadah yang dilakukan di GBI Medan Plaza yang memanfaatkan musik sebagai media doa. Musik yang digunakan dalam ibadah Kharismatik merupakan musik dengan gaya yang sangat berbeda dari gereja-gereja tradisional yang himne. Kita melihat terjadi perkembangan perlakuan terhadap cara menyanyi jemaat dalam ibadah. Awalnya nyanyian jemaat dalam ibadah hanya mazmur12 saja, kemudian berkembang dengan adanya himne. Himne adalah nyanyian berbait dengan syair baru (bukan dari kitab suci). Himne dan liturgi dikembangkan

10

Gerakan dalam tulisan ini dapat mengacu kepada aktivitas gerak-gerik olah tubuh, seperti: melompat, menari, bertepuk tangan, dan sebagainya. Namun juga dapat mengacu kepada sebuah periode masa perkembangan gereja seperti Gerakan Pentakostal, Gerakan Kharismatik dan sebagainya. Sehingga pada konteks yang berbeda kata gerakan akan memiliki arti yang berbeda pula.

11

Dr. Th.van den End, Harta dalam Bejana, BPK Gunung Mulia.Jakarta.2004 12

Mazmur ialah doa gereja yang dinyanyikan. Oleh karena itu, mazmur harus mendapat tempat liturgis sendiri di dalam ibadah. (G.W.Oberman, De Gang van het Kerkelijk Jaar,’s Gravenhage,1947.blz.109vv dalam Dr. J.L.Ch.Abineno, Unsur-Unsur Liturgia Yang Dipakai Oleh Gereja-Gereja di Indonesia,BPK Gunung Mulia,Jakarta.2005, hlm.70. Mazmur juga merupakan nama kitab yang ditulis oleh Raja Daud pada Perjanjian Lama.


(24)

oleh dua tokoh besar yaitu Ambrosius (333-397) dan Gregorius Agung (590-604).13 Ambrosius kemudian dianggap sebagai Bapak Himne Katholik karena nyanyian yang diciptakan oleh kedua tokoh ini digunakan sebagai model himne bagi generasi berikutnya dan sangat mempengaruhi perkembangan musik Barat pada jaman-jaman selanjutnya.14

Sebagai sebuah kehidupan bersama religius yang berpusat pada Kristus, gereja sarat akan aktivitas seni, khususnya musik. Sebagian besar dari hal tersebut termanifestasi dalam ibadah. Ibarat dua buah sisi mata uang, musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan dalam sebuah tata ibadah gereja. Ibadah merupakan salah satu cara jemaat untuk berhubungan dengan Sang Khalik secara dramatis-simbolis.15 Secara historis, gereja telah meyakini bahwa ibadah merupakan tindakan komunal yang ditawarkan dalam bentuk ucapan syukur sebagai pemberian kepada Allah, suatu penerimaan akan Firman Allah dan berbagai anugerah dari Allah, juga sebagai tanggapan atas pemberian dari setiap orang, semua yang kurang dari itu bukanlah maksud sebenarnya dari ibadah itu sendiri.

David R. Ray mengatakan jika sebuah gereja ingin ibadahnya menjadi autentik dan kontekstual, ibadah tersebut haruslah merefleksikan bagaimana jemaat itu sesungguhnya. Suatu ibadah jemaat yang autentik merefleksikan siapa diri mereka secara kultural, waktu dan tempat mereka tinggal, dan iman dari hati dan pikiran

13

Stanley Sadie, The New Grove-Dictionary of Music and Musician-Volume VII, hlm.696 14

Albert Seay, Music in the Medieval World, Prentice-Hall,Inc.1975, Englewood Cliffs, New Jersey., hlm.48.

15

F.W Fore, Para Pembuat Mitos dalam Kristian Feri Arwanto. 11 Oktober 2006 dalam situs www.gkj.or.id


(25)

mereka. Beribadah secara autentik dan kontekstual tidak semudah dan dapat diduga seperti dengan cara biasanya dilakukan atau seperti diambil dari buku salah satu denominasi, namun jauh lebih dapat dinikmati, diimani dan efektif16.

Selain perubahan dalam teologi dogmatika, dalam gereja juga terjadi perubahan dan kontekstualisasi pola ibadah serta musik yang digunakan. Alkitab menuliskan peran musik dalam kehidupan serta ibadah jemaat, namun setiap gereja memiliki peran, “gaya musik” dan “porsi” musik yang berbeda-beda pula. Dalam gereja tradisional misalnya, penyembahan dilakukan dengan lagu-lagu yang dinyanyikan dari buku-buku himne yang sudah lama dan digunakan sebatas aktivitas

liturgikal17 dengan pola ibadah teratur.

Pola ibadah yang sifatnya liturgikal merupakan sesuatu yang telah lama menjadi pertentangan hangat bagi kaum gereja tradisional dan Kharismatik. Kata liturgi sendiri berasal dari bahasa Yunani litourgia, yang artinya mempersatukan orang-orang.18 Secara populer masyarakat awam mengartikan liturgi sebagai upacara gereja, atau tatacara ibadah gereja, dan sebagainya. Sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh kalangan gereja-gereja Kharismatik, musik dalam ibadah sifatnya lebih fleksibel, spontan, tidak dilakukan dengan struktur yang “kaku”.

Ketika gereja Kharismatik menggunakan musik yang dikenal sebagai musik

16

David R. Ray, Gereja Yang Hidup, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2000.,hlm.41 17

Tatacara liturgikal dalam kekristenan merupakan cara-cara yang ibadah yang digunakan dalam Synagogue rumah doa, pujian, dan pengajaran agama kaum Yahudi.(Albert Seay, Op.Cit.,hlm.9.)

18

Alexander Schemann, Sacraments and Orthodoxy, (New York, Herder and Herder,1965,hlm.28. dalam Wilfred J. Samuel,Op.Cit.,hlm.71.


(26)

Kristen kontemporer (Christian contemporary music)19 dalam sebuah ibadah, kalangan gereja tradisional justru menganggapnya sebagai sebuah ketidakmengertian akan arti himne dan telah “mencuri” kemuliaan Allah. Penggunaan musik Kristen kontemporer dengan peralatan combo band—gaya musik dan aransemennya seperti musik populer umumnya—tersebut kemudian merefleksikan sebuah ibadah yang disebut sebagai ibadah kontemporer (contemporary worship)20 yang sifatnya dinamis

dan penuh antusiasme.

Kalangan industri rekaman di Indonesia, produser dan pengamat musik memberi label yang berbeda terhadap musik-musik yang memiliki pesan Injil, yakni menyebutnya sebagai musik atau rohani. Sedangkan untuk lagu atau musik yang bernafaskan Islam mereka menyebutnya sebagai musik atau lagu religi. Pembedaan ini selain untuk memberi klasifikasi juga lebih bertujuan kepada motif penjualan di

pasar industri musik Indonesia.

Di luar dari perilaku penyanyinya, musik rohani merupakan musik yang mengandung nilai-nilai ibadah. Musik rohani adalah musik gerejawi, namun musik gereja adalah musik yang dipakai dalam ibadah gereja.21 Sementara itu kalangan gereja Kharismatik memiliki pandangan yang berbeda terhadap musik-musik yang

19

Istilah Christian Music Contemporer dianalogikan sebagai jenis musik gereja yang diluar kaidah-kaidah musik maupun instrumentasi gereja tradisi yang menggunakan musik bergaya himne diiringi piano,organ dan sebagainya dalam setiap ibadah, sedangkan Christian Music Contemporer identik dengan terminologi musik masa kini dengan perangkat musik combo band komplit. Winardo Saragih, Misi Musik, Yogyakarta, Andi Offset,hlm.76

20

Ibadah kontemporer (contemporary worship) merupakan ibadah yang sifatnya lebih fleksibel dan tidak diatur dalam sebuah rutinitas yang tersusun secara liturgis.

21

Aris Sudibyo B.C.M (Kepala Program Apresiasi dan Pengembangan Musik Gereja Petra Surabaya) hasil wawancara dengan majalah Tiang Api, dalam Winnardo Saragih, Ibid., hlm.89.


(27)

ada di luar gereja. Mereka menyebutnya sebagai musik “dunia”22 yang sangat berbeda tujuan dengan musik-musik Kristen kontemporer. Bagi sebagian orang sekilas tidak ada yang berbeda antara musik-musik Kristen kontemporer dengan musik-musik “dunia” tadi, baik dari segi instrumentasi maupun aspek musikal, seperti aransemen dan iramanya. Letak perbedaan yang signifikan justru hanya pada

penggunaan lirik lagu tersebut.

Musik Kristen kontemporer cenderung menggunakan lirik-lirik Alkitabiah yang diarahkan vertikal kepada Allah, sedangkan musik “dunia” menggunakan lirik-lirik yang lebih diarahkan horizontal kepada sesama manusia atau alam. Di dalam musik gereja penggunaan lirik yang Alkitabiah mendapat perhatian khusus, karena melalui lirik tersebut akan muncul interpretasi musikal yang akan menghidupkan lirik tersebut. Dengan kekuatan lirik akan terjadi “aklamasi” dan “proklamasi” tentang iman percaya di dalam nyanyian.23 Seorang imam musik sendiri ketika mengikuti sebuah mata kuliah pujian dan penyembahan24 di STT Misi Internasional Pelita Kebenaran berbicara secara terus terang, bahwa ia mengalami kesulitan membedakan antara musik “dunia” dan musik gereja—yang kontemporer—jika tidak mendengar dari liriknya. Hal ini terutama karena musik “dunia” dan musik Kristen kontemporer

22

Dibaca “sekuler”, dalam tulisan ini saya akan menggunakan istilah “dunia” karena kata ini lebih familiar di lingkungan gereja.

23

Aklamasi: jemaat bernyanyi dan bermusik karena ingin memberikan jawaban iman percaya melalui puji-pujian atas karya keselamatan yang telah dikerjakan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Proklamasi: jemaat ataupun gereja juga harus memberitakan bagi orang lain tentang perbuatan-perbuatan Allah yang dahsyat melalui Yesus Kristus.

24

Mata kuliah yang di asuh oleh Pdp.Obed Sembiring dan Pdt. R Bambang Jonan di STT Misi Internasional Pelita Kebenaran


(28)

memiliki kesamaan dalam berbagai aspek musikal. Bapak Pdp.Obed Sembiring25 mengatakan agar berhati-hati memilih lagu yang akan digunakan dalam ibadah. Menurut Bapak Pdp. Obed Sembiring bahwa banyak musik yang mengaku atau dianggap sebagai lagu rohani tetapi justru tidak ada kata Yesus, Tuhan atau Allah disitu.26

Hal ini kemudian menarik perhatian saya dan kemudian saya mencoba menelaah hal tersebut. Saya kemudian teringat ketika diakhir tahun 2010 dalam sebuah perayaan Natal di sebuah gereja, dimana saya termasuk salah seorang pemain musik di acara ibadah Natal tersebut dalam rangka mengiringi sebuah vokal grup. Vokal grup tersebut justru menyanyikan sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Alm. Chrisye dengan judul Hening, yang sama sekali tidak ada kata Yesus dan Allah di dalamnya. Pdp. Obed Sembiring mengatakan memang terdapat kata Tuhan disebutkan di lagu tersebut, tapi Tuhan yang mana? Tidak mengarah kepada satu

sosok pribadi, yaitu Yesus.

Dalam tulisan ini saya perlu mengulas unsur-unsur apa yang menjadikan sebuah lagu bisa dikatakan sebagai lagu atau musik gereja. Karena saya menemukan banyak kasus dalam lagu-lagu lain, sebagian orang menanggapi sebagai lagu rohani, sementara pihak lain tidak demikian. Seperti lagu Ruth Sahanaya “Kaulah

25

Pdp.Obed Sembiring adalah Ketua Departemen Musik GBI Rayon IV Medan Plaza, Direktur Sekolah Musik FLOW yang juga dibawahi oleh GBI Medan Plaza.

26

Pdp.Obed Sembiring mengatakan “Tidak semua musik yang memiliki kata Tuhan itu sebagai lagu rohani” (Disampaikan dalam sebuah kuliah Pujian dan Penyembahan di STT Misi Internasional Pelita Kebenaran pada tanggal 25 Februari 2011)


(29)

Segalanya”, atau lagu Josh Groban “You Raise Me Up” yang sering ‘mampir’ di gereja. Hal ini bisa terjadi karena setiap pihak memiliki kriteria yang berbeda dalam memberi label terhadap sebuah lagu sehingga menjadi lagu rohani. Hal ini bisa saja akibat ketidakmengertian, minimnya pemahaman, atau karena batasan dan kriteria yang berbeda-beda pada institusi-institusi gereja sehingga belum ada kriteria yang “pas” dan dapat diterima banyak pihak untuk menentukan sebuah lagu rohani atau tidak.

Hal ini mungkin akan menjadi sebuah perdebatan yang cukup serius bagi kalangan gereja Kharismatik dan di luar Kharismatik. Khususnya dalam tulisan ini saya mengaitkan permasalahan ini dengan musik Kristen kontemporer dan Departemen Musik yang ada di GBI Medan Plaza yang sudah memiliki konsep-konsep dan batasan yang jelas terhadap sebuah lagu, mana yang layak diberi label lagu rohani (gereja) dan yang tidak layak—tanpa memandang genre27 musik—seperti pernyataan Bapak Pdp.Obed Sembiring di atas. Sementara bagi kalangan di luar GBI Medan Plaza memiliki pandangan yang lebih luas dan batasan yang sedikit lebih “longgar” terhadap sebuah lagu yang layak diberi label rohani atau tidak. Tujuan saya tidak untuk mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, tetapi justru saya merasa perlu dalam tulisan ini untuk menjelaskan bagaimana perbedaan musik yang layak diberi label sebagai musik gereja dan musik “dunia” (sekuler)

Selanjutnya dalam tulisan ini akan mengulas bagaimana sesungguhnya

27

Genre adalah jenis musik, kategori, seperti symphony, himne, ballad, march, atau opera. (David Willoughby, The World of Music 3rd Edition, Brown & Benchmark Publisher, Susquehanna University,1996.hlm.26)


(30)

struktur bentuk dari sebuah ibadah yang kontemporer tersebut. Ketika ibadah tersebut dilakukan apa-apa saja yang dilakukan oleh para jemaat, oleh hamba Tuhan, dan semua orang yang memiliki andil sehingga ibadah tersebut dapat berjalan dengan— saya meminjam istilah Pdt. R. Bambang Jonan—“sukses”. Bagaimana sebuah ibadah kontemporer dapat dikatakan “sukses” dan apa yang menjadi kriteria sebuah ibadah kontemporer “sukses” juga menjadi perhatian menarik bagi saya untuk menelaahnya

lebih jauh.

Kajian lebih jauh juga saya tujukan pada ibadah kontemporer tersebut saat dilakukan, kemudian melalui aktivitas ibadah tersebut akan terlihat begitu banyak kebudayaan-kebudayaan Kharismatik yang termaktub di dalamnya melalui penyajian-penyajian musik Kristen kontemporer. Adakah relevansi yang kuat antara refleksi kebudayaan Kharismatik yang dilakukan jemaat dengan musik Kristen kontemporer, atau ibadah kontemporer dengan visi GBI Medan Plaza untuk memulihkan pondok Daud,28 sehingga muncul sebuah pola ibadah yang menurut Wilfred J. Samuel cenderung berkesan selebratif, “hingar bingar” dan antusias. Dimana dalam suasana yang selebratif jemaat merasa begitu dinamis serta aktif dalam ibadah termasuk melakukan gerakan-gerakan yang dilakukan atas tujuan tertentu. Perilaku jemaat dalam ibadah kontemporer sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh kemampuan

28

Pondok Daud adalah pola ibadah yang dipenuhi sorak sorai dan puji-pujian, sukacita, ucapan syukur, dan dapat dimasuki oleh semua bangsa (Lihat Mazmur 86:9). Pondok Daud merupakan satu pola ibadah yang sangat menekankan pujian dan penyembah yang dinominasi serta peranan musik sangat penting didalamnya, ibadah pujian dan penyembahan akan membawa kita kepada salah satunya adalah selebratif atau perayaan. Alkitab mencatat ada tiga tempat pemujaan yang digunakan untuk bersekutu dengan Tuhan. Ketiga tempat tersebut adalah Tabernakel Musa, Tabernakel (Bait) Salomo dan Tabernakel (pondok) Daud


(31)

pemimpin pujian (worship leader), imam musik29 (worship musician) membangun komunikasi yang aktif.30 Worship leader merupakan pelayanan yang memerlukan kecakapan tersendiri, yang berbeda dengan pelayanan imam musik (worship

musician), pendeta, penatua atau penyanyi (singer). Worship leader memiliki beban yang berat untuk memimpin seluruh jemaat (mereka yang sakit, letih, sakit hati, keras kepala, malas, tak dapat diajar) ke dalam suatu suasana yang menciptakan hubungan dengan Allah baik secara pribadi maupun jemaat secara keseluruhan.31 Ada tiga tugas

worship leader dalam sebuah ibadah kontemporer, yaitu: (1) membawa seluruh jemaat ke dalam hadirat Allah sehingga mereka dapat memuji dan menyembah-Nya dan mendengarkan-Nya dalam setiap ibadah, (2) mengkoordinir dan menyatukan para penyanyi dan pemain musik dalam pelayanan mereka kepada Allah dan dalam jemaat, (3) untuk mempersiapkan jemaat pada pelayanan Firman Tuhan. Kemudian saya akan melihat perilaku jemaat dan aktivitas dalam ibadah tersebut melalui

perspektif sosiologis.

Sebuah ibadah kontemporer menurut pandangan ilmu sosial merupakan sebuah pertunjukan seni (performing art) yang juga dengan mudah dipahami bagi pandangan masyarakat awam. Dalam sebuah kesempatan bersama orang tua, saya dan keluarga menghadiri satu ibadah di GBI Resto Surabaya dan merupakan salah

29

Imam adalah suatu jabatan dalam umat Israel yang penting peranannya. Tugasnya: mempersembahkan korban, mengadakan doa syafaat dan memberi berkat. Dalam gereja, imam musik adalah jabatan yang bertugas melayani dalam bidang musik

30

Secara teologi pendapat ini tidak diterima, seorang worship leader dan imam musik tidak mengandalkan kemampuannnya dalam melayani Tuhan, melainkan karena Tuhanlah yang memampukan mereka melalui Roh Kudus.

31


(32)

satu cabang GBI Medan Plaza. Sepulang dari ibadah dalam perjalan pulang di mobil orang tua saya berkata “Seperti melihat konser saya tadi!”. Saya menafsirkan orang tua saya memiliki konsep yang cukup jelas bahwa apa yang disaksikannya adalah sebuah pertunjukan seni seperti yang ia juga lihat dan kenal selama ini dibanyak media. Karena ia menyaksikan seseorang menyanyi (worship leader) di panggung diiringi oleh musisi (imam musik) yang memainkan seperangkat alat musik seperti, piano, synthesizer, gitar bas, drum dan beberapa penyanyi latar (backing vocal).

Sehingga orang tua saya menyimpulkannya bahwa yang ia saksikan lebih menyerupai sebuah konser daripada sebuah ibadah di gereja yang selama ini ia kenal.

Menurut Murgiyanto (1995)32 kajian-kajian keilmuan mengenai seni terbagi dalam beberapa cabang seni, salah satunya adalah seni pertunjukan (performing art

atau cultural performance) yang didalamnya termasuk: seni musik, tari, teater, yang juga meliputi seperti: sirkus, kabaret, olah raga, ritual, upacara, prosesi pemakaman, dan lain-lain.

Dalam sebuah ibadah kontemporer, proses “membangun” mesbah33 bagi Tuhan melalui doa, pujian dan penyembahan yang dipenuhi atmosfir penyembahan yang intim dengan Tuhan dilakukan ketika lagu penyembahan pertama dinyanyikan. Atmosfir penyembahan adalah menciptakan atau membangun suasana dalam

32

Dalam Muhammad Takari, et al Masyarakat Kesenian di Indonesia, Studia Kultura Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara,2008.hlm.5

33

Mesbah (the altar of God) merupakan tempat pertemuan manusia dengan Tuhan, dimana manusia menyembah dan menaikkan doa-doa kepada Tuhan dan Tuhan mencurahkan berkat-Nya (1Raja-Raja 18:36-37). Mesbah juga sebagai dasar tempat korban diletakkan. Sebenarnya tubuh manusia juga mesbah dimana korban-korban itu diletakkan, artinya setiap orang Kristen harus memberikan korban kepada Tuhan melalui puji-pujian.


(33)

keintiman (intimacy) dengan Tuhan melalui musik sehingga menghadirkan suasana yang penuh dengan hadirat Tuhan (His presence).34 Dalam hadirat Tuhan tersebut ada, sukacita (Mazmur 16:11), kuasa (Kisah Para Rasul 1:8), karunia-karunia Roh Kudus yang nyata (1 Korintus 12:7-11), berkat-berkat jasmani (Matius 6:33), doa dan

permintaan dan lain-lain.

Atmosfir penyembahan “dibangun” melalui lagu-lagu penyembahan yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan sebuah pola akor penyembahan yang disebut flowing dilakukan berulang-ulang dengan dinamik yang bervariatif dengan mengundang Roh Kudus dan hadirat Tuhan memenuhi tempat ibadah tersebut. Sementara itu menurut Pdp. Obed Sembiring akor penyembahan bukanlah sebuah pola, tetapi akor penyembahan adalah cara untuk membawa jemaat dalam kesatuan penyembahan melalui musik yang baik. Beliau mengatakan “Musik yang baik adalah musik yang memiliki unsur doa, penyembahan dan firman”.

Dalam “membangun” mesbah atau atmosfir penyembahan setiap imam musik

harus memiliki kepekaan terhadap flowing, kepekaan tersebut dilatih melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Departemen Musik gereja ini dan melalui kasih karunia yang diberikan oleh Roh Kudus. Imam musik harus dapat melihat tuntunan Roh Kudus bagaimana menggunakan flowing tersebut lalu kemudian diterapkan melalui dinamika-dinamika musik sehingga akan terbangun sebuah

34

Kata hadirat itu sendiri berbeda pengertian dengan hadir, Tuhan itu “Maha Hadir” (Omni Presence). Artinya Tuhan itu bisa berada dimanapun dan kapanpun Ia mau. Maksudnya, hadirnya Tuhan di satu tempat bukan karena Dia Maha ada yang tidak bisa memilih dimana Dia harus berada, tetapi Dia Maha ada dan dapat secara aktif menuaikan keinginannya untuk berada dimanapun, Dia memilih untuk ada secara nyata.


(34)

suasana yang teduh, intim atau bahkan megah. Flowing yang digunakan di GBI Medan Plaza sangat bervariatif dan memiliki makna yang berbeda dalam setiap bentuknya. Saya akan melihat flowing sebagai progresi akor yang baku dan dipakai dalam sebuah ibadah kontemporer, serta bagaimana bentuk progresi akor flowing

yang sarat akan improvisasi tersebut ditempatkan dan digunakan dalam ibadah. Selain itu saya akan mengulas bagaimana musik tersebut disajikan dalam ibadah dengan melihat karakteristik progresi akor, modulasi, kadens, open chord,

slash chord, pemakaian nada dasar, improvisasi, pemakaian kode jari, pola ending

dan sebagainya. Tulisan ini juga akan mengarahkan perhatian terhadap peran musik dalam setiap ibadah. Saya akan mengulas mengapa mulai detik pertama ibadah hingga akhir ibadah musik selalu hadir. Mengapa musik tersebut sangat dominan di gereja ini, bahkan saat Pendeta berkhotbah musik yang lembut melalui permainan piano memiliki peranan mengiringi jalannya khotbah. Hal ini juga pernah saya alami ketika melayani sebagai imam musik di salah satu gereja cabang GBI Hermes Palace, seorang istri pejabat gereja mendatangi saya ketika sesi ibadah kedua akan dimulai dan mengatakan agar saya nanti tetap memainkan piano saya secara lembut dan ringan ketika pendeta sedang berkhotbah, tentu saya taat dengan instruksi tersebut.


(35)

Seorang ahli musik gereja John F. Wilson35 mengatakan, tidak semua musik yang ditampilkan di gereja digunakan secara efektif bagi kemuliaan Tuhan. Beberapa cara membawakan musik tidak menyumbangkan apa-apa hanya sekedar atmosfir euphoria belaka, sementara yang lain melakukan sedikit lebih baik karena berhasil menggugah emosi jemaat. Ada banyak alasan mengapa hal ini benar. Hal ini sering ditelusuri kembali karena kelemahan komponis, pemain (imam musik) dan pendengar (jemaat) dalam melakukan kewajibannya.

Di sisi lain, masalahnya dapat dihubungkan dengan fisik lingkungan, seperti suhu udara, arsitektur gereja atau faktor lain. Bagaimanapun juga, anggapan bahwa para pemain memiliki kemampuan teknis musikal yang sudah cukup memadai, tetapi sesungguhnya sumber utama masalahnya hampir selalu terletak pada kekurangan kekuatan Roh Kudus dibalik beberapa ibadah.36

Setiap denominasi gereja memiliki “porsi” dan “gaya” (genre) musik yang berbeda-beda dalam ibadah mereka. Gereja Kharismatik dengan “gaya” musik Kristen kontemporer-nya, gereja tradisional dengan “gaya” musik himne dan ibadah yang liturgikal, gereja GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) dengan musik tradisional Karo yang dimainkan melalui program musik keyboard, atau GKJ (Gereja Kristen Jawa) dengan musik gamelan dalam ibadahnya. Kebutuhan teologis memungkinkan gereja melakukan inkulturasi karena dirasa efektif agar pekabaran Injil dapat diterima oleh beragam suku bangsa. David J. Hesselgrave menyebutnya sebagai

35

John F.Wilson, An Intorduction to Church Music, Moody Press, Chicago,1965 36


(36)

“pempribumian”. Sehingga saat mengulas tentang musik gereja maka tidak dapat dibatasi oleh satu genre musik tertentu, karena setiap gereja memiliki kebutuhan dan

“porsi” musik masing-masing.

Gereja sangat menekankan pentingnya sebuah komitmen bagi imam musik

yang melayani dibidang musik, sehingga musik yang digunakan jangan sampai menjadi penghalang dalam ibadah. Penghalang dalam ibadah yang dimaksud seperti pengalaman berikut. Dalam salah satu pelayanan gereja cabang dari GBI Medan

Plaza, ketika pujian penyembahan usai, dan Pendeta naik ke altar untuk

menyampaikan Firman Tuhan (khotbah), sang Pendeta berkata kepada tim musik dan pemimpin pujian, “Maaf ya kepada worship leader dan tim musik, saya tidak merasakan hadirat Tuhan di tempat ini”. Bahkan satu ketika dalam sebuah pelayanan, piano yang saya gunakan tidak mengeluarkan suara saat doa syafaat37 (doa diakhir ibadah selesai), sehabis berdoa koordinator ibadah, pendoa, rekan-rekan pengerja

mengatakan “agak aneh” atmosfir yang dirasakan jika berdoa tidak ada musik yang mengiringi. “Seperti anti-klimaks, ujar rekan saya, Daniel Limbong”. Hal ini bisa terjadi karena GBI Medan Plaza memiliki standar musik dalam pujian dan penyembahan yang digunakan pada setiap ibadah dan telah menjadi ciri khas bagi gereja ini. Sehingga ketika dalam ibadah imam musik tidak bermain dalam standar musik yang telah ditetapkan oleh gereja, maka hal tersebut dapat menjadi penghalang dan mengganggu kelancaran ibadah itu sendiri.

37

Doa syafaat adalah doa yang dalam beberapa tata kebaktian gereja-gereja di Indonesia disebut doa umum atau doa pastoral. Di luar negeri disebut dengan nama intercession.


(37)

Wilfred J. Samuel dalam bukunya Kristen Kharismatik mengatakan bahwa musik dalam ibadah kontemporer cenderung overdosis atau berlebihan dalam ibadah. Memang pernyataan Wilfred sangat subyektif bahkan terdengar sedikit tendensius, namun saya berharap bisa membagi pengalaman saya tersebut dan menempatkan isu tentang musik yang menurut Wilfred overdosis tersebut pada sudut perspektif yang tepat.

Ketika saya menghadiri ibadah di GBI Medan Plaza untuk pertama sekali pada tahun 1998, saat itu saya “mencerna” musik yang digunakan dalam ibadah tersebut sebagai musik yang bergenre pop-rock dan mudah digemari oleh kawula muda karena dianggap lebih dinamis. Ketika saya kemudian mulai ikut bergabung melayani dalam tim Departemen Musik yang merupakan cabang dari GBI Medan Plaza, yaitu GBI MMTC, GBI Sun Plaza, GBI Swissbel Hotel dan GBI Hermes Palace saya merasa tertarik untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana struktur musik dan ibadah kontemporer yang digunakan di GBI Medan Plaza. Mengapa gereja ini harus menekankan terhadap pujian dan penyembahan, hal ini juga harus menjadi perhatian saya pada bab berikutnya.

Dengan menganalisis pertanyaan-pertanyaan seperti paragraf sebelumnya tentu akan membuat faset-faset tersebut terwujud secara eksplisit. Suatu gambaran yang komprehensif akan pekerjaan dan peringatan akan Allah dalam setiap ibadah di GBI Medan Plaza dengan demikian akan dibuat menjadi jelas akan peran musik. Dengan aspirasi dan keterbukaan maka saya akan berusaha secara sosial empiris dan


(38)

teologis menyelidiki dan menganalisis musik dalam GBI Medan Plaza. Pengamatan yang saya lakukan merupakan pengalaman saya selama ± 3 tahun melayani di beberapa cabang gereja Kharismatik yang dibawahi oleh GBI Rayon IV Medan Plaza.

1. 2. 1. Label Kharismatik

Ada dua hal berbeda yang dapat muncul dipikiran ketika seseorang mendengar istilah "kharismatik”. Beberapa orang akan berpikir tentang sekelompok orang “lapar” akan Tuhan, berjalan dalam kuasa rohani, Roh dalam ibadah, agresif dalam penginjilan, dan berlimpah dalam kasih. Orang lain melihat kharismatik sebagai individu-individu yang berorientasi pengalaman, imperialis dalam pandangan (hanya mereka yang memiliki Injil penuh), elitis dalam sikap, tidak terkontrol dalam ibadah, dan bebas dari setiap pegangan nyata dari Alkitab yang lebih dari sekedar bukti teks. Gerakan Kharismatik memiliki perkembangan yang sangat pesat dan telah menjadi lebih beragam, sehingga akan menyesatkan untuk menempatkan mereka semua di bawah panji identik. 38

Tingkah laku-tingkah laku demikian sangat melekat dengan orang-orang yang terlibat dalam gereja Kharismatik. Saat istilah “kebudayaan” digunakan dalam konteks gereja kharismatik seperti GBI Medan Plaza, maka setiap pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang ada didalamnya memiliki kebutuhan yang spesifik, seperti

38


(39)

gaya, ekspresi, attitude yang mudah dikenali dan memberikan mereka image maupun identitas yang khas sebagai Kharismatik. Contohnya, jemaat dalam lingkungan Kharismatik sangat senang menggunakan sapaan shalom ketika bertemu dengan yang lain, selalu berjabat tangan ketika bertemu dengan rekan-rekan, bahkan beberapa orang memandang memiliki sikap rohani yang lebih—istilah populer oleh Pdt.R. Bambang Jonan terlalu ‘nge-roh’—dari orang lain. Ekspresi lain juga tampak melalui orang yang “gemar” berbahasa Roh jika dalam satu perbincangan ada hal-hal yang mengejutkan dirinya, lalu dengan spontan ia mengeluarkan ucapan-ucapan “seperti” bahasa Roh39 tadi.

1. 2. 2. Gereja Sebagai Organisme dan Organisasi40

P.G. van Hooijdonk berpendapat gereja sebagai organisme merupakan kenyataan sosial yang memperlihatkan kehidupan dan pertumbuhan orang beriman sebagai kelompok, communio.41 Anggota jemaat merupakan satu tubuh, satu iman, satu baptisan dan satu Tuhan, satu Allah dan Bapa dari semua yang ada di atas kita semua, oleh kita semua dan di dalam kita semua.

Sebagai organisasi gereja terdiri dari (1) Kesatuan (susunan) yg terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu, (2) Kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. (KBBI

39

Bahasa Roh (glossolalia) adalah salah satu karunia Roh Kudus yang memuji Allah di dalam doa dengan bahasa yang baru yang biasanya tidak dapat dipahami oleh orang yang memakainya (Lihat 1Korintus 12 dan 14)

40

Pdt.Dr.Rijnardus A.van Kooij,Menguak Fakta, Menata Karya Nyata. Jakarta,BPK Gunung Mulia 2007,hlm.6.

41


(40)

online) Organisasi adalah hukum yang mengatur dan membina hidup manusia sebagai masyarakat, bangsa dan negara. GBI hidup dan bergerak dalam Negara Hukum Indonesia. Oleh sebab itu GBI adalah salah satu Organisasi Agama Kristen yang telah diakui oleh pemerintah c,q Departemen Agama Pusat Jakarta.

Akan tetapi bagi Dr. H.L Senduk42 gereja tidak boleh diidentikkan dengan organisasi dunia lainnya. Dengan kata lain, gereja bukan suatu organisasi agama. Wujud gereja sama sekali berbeda dengan organisasi dunia umumnya. Beliau secara tegas mengatakan, bahwa gereja adalah Tubuh Kristus, yakni organisme ilahi yang hidup di dalam dunia saat ini. Tuhan Yesus Kristus adalah Kepala Gereja yang memiliki banyak anggota tersebar di seluruh pelosok dunia. Sehingga gereja yang dibentuk Allah tidak akan pernah mati dimakan oleh waktu, melainkan akan mekar dan berkembang secara pesat. Karena gereja yang dinamis adalah gereja yang selalu mengedepankan perintah Allah dan membiarkan Roh Kudus bekerja secara leluasa di dalamnya.

1. 3. Mengkaji Struktur, Konteks dan Fungsi Sosial Dalam Ibadah

Kontemporer

1. 3. 1. Asumsi Dasar Penelitian

Ketika kita hendak memahami konteks dan fungsi musik dan ibadah kontemporer, kita dapat memulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut.

42


(41)

Kapan, dimana, bagaimana dan mengapa musik disajikan? Bagaimana musik tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan melayani kebutuhan masyarakat pendukungnya, serta bagaimana musik tersebut berperan dalam kehidupan jemaat GBI Medan Plaza khususnya? Salah satu cara memahami musik adalah dengan mempelajari konteks dan fungsi sosialnya.43

Penelitian ini akan dilakukan dengan tiga asumsi dasar. Pertama, musik dalam ibadah kontemporer memiliki side effect yang akan menstimulus perasaan dan fisik jemaat yang ada, kemudian secara psikogis menimbulkan pengaruh timbal balik (mutual influence) sehingga akan merefleksikan berbagai kebudayaan kharismatik di dalam ibadah yang kontemporer tersebut. Kedua, musik Kristen kontemporer dan ibadah kontemporer merupakan interpretasi apa yang dilakukan Raja Daud.44 Cara-cara penyembahan di dalam hukum Taurat dan kitab para nabi juga sangat mencerminkan kepada pondok Daud. Itulah yang menjadi pusat pewahyuan dari pujian dan penyembahan dalam Alkitab. Begitu juga cara-cara penyembahan yang muncul di GBI Medan Plaza sangat mencerminkan apa yang dilakukan oleh Daud dan merupakan ungkapan isi hati serta perasaan jemaat kepada Tuhan menurut

pola-pola tertentu dan lambang-lambang tertentu.

Dalam konteks kekinian, musik Kristen kontemporer dan ibadah kotemporer merupakan implikasi apa yang dilakukan Daud, terlebih lagi GBI Medan Plaza

43

Mauly Purba,et.al,MusikPopuler,Lembaga Pendidikan Seni Nusantara,Jakarta,2006.hlm.129 44

Raja Israel yang kedua yang mempersatukan seluruh bangsa dan membuat kota Yerusalem menjadi ibukotanya di mana tabut perjanjian Tuhan ditempatkan (2 Samuel 5-6). Kepada anaknya (bd.anak Daud) dijanjikan Tuhan tahkta yang kokoh dan kekal (2 Samuel 7)


(42)

memiliki visi—istilah populernya “DNA"—untuk memulihkan pondok Daud yang telah roboh. (Lihat dalam Amos 9:11) Ketiga, ibadah kontemporer dengan berbagai refleski kebudayaan Kharismatik telah menjadi tools bagi jemat untuk memenuhi kebutuhan spiritual mereka, ini yang kemudian disebut sebagai “lapar” rohani.

1. 4. Lingkup Penelitian

GBI mencakup wilayah yang lebih luas yaitu Indonesia dan di luar negeri, dengan demikian dalam kajian ini ruang lingkup dibatasi pada penelitian di Medan Plaza saja. Secara geografis penelitian meliputi Kota Medan dimana GBI Medan Plaza berdiri. Kota Medan merupakan kota yang dihuni beragam etnis dan agama. Kota ini dianggap sebagai barometer keamanan di Indonesia dan menjadi contoh pluralisme di Indonesia. Kota Medan juga memiliki jumlah pemeluk agama Kristen dari etnis Batak, Karo, Nias dan Tionghoa yang cukup besar dibanding dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Oleh karena itu pemahaman tentang jemaat dan hamba Tuhan (Pendeta) lebih diarahkan kepada masyarakat kota Medan khususnya. Pembatasan lingkup penelitian bertujuan agar tulisan tidak terjerumus dalam jumlah data yang terlalu banyak yang ingin diteliti.

1. 5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Mengingat bahwa tulisan-tulisan yang ada berkenaan dengan Gerakan Kharismatik, jika bukan merupakan satu bagian kecil dalam konteks studi yang lebih luas, umumnya hanya membahas aspek tertentu dari rangkaian sejarah Gerakan


(43)

Kharismatik dan ditulis oleh kalangan internal pengikutnya. Disamping itu, bertolak dari asumsi bahwa banyak dari peristiwa musik lokal di Sumatera Utara khususnya yang perlu diteliti, dengan itu kajian ini diharapkan memiliki arti penting dalam rangka memperkaya kajian terhadap musik dalam gereja Kharismatik di Kota Medan

khususnya.

Sementara itu Gerakan Kharismatik GBI Medan Plaza merupakan salah satu bagian dari gerakan-gerakan Kristen di negeri ini, yang memiliki ciri khas sebagai gerakan spiritual di abad 20. Kekhasan Gerakan Kharismatik terlihat pada metode penyebaran ajaran, keorganisasian, peribadahan, dan kegiatan-kegiatan yang diupayakan adaptif dengan kebutuhan masyarakat berkembang. Sehingga ciri khas dan keunikan yang dimilikinya penting dan menarik untuk diteliti.

Selain itu, GBI Medan Plaza telah menjadi contoh perubahan dalam mekanisme penggembangan ajarannya, fungsionalisasi organisasi serta orientasi gerakan sosial terutama di Sumatera Utara. Bahkan gereja ini sedang berusaha untuk memperoleh sertifikat ISO (International Standard Operation). Artinya gereja juga butuh pengakuan standar duniawi, sesuatu yang mungkin belum pernah dilakukan

oleh gereja-gereja lain sebelumnya.

Apa yang menjadi tujuan tulisan ini berikutnya adalah untuk secara singkat merefleksikan berbagai kecendrungan Kristen Kharismatik saat ini yang tampak dan berbagai kecendrungan yang tengah muncul dengan menunjukkan pola ibadahnya, dan bagaimana musiknya. Melalui tulisan ini, tesis ini diharapkan berguna sebagai


(44)

sumber referensi ilmiah dan teologis bagi banyak orang dan menjadi berkat dalam melayani Tuhan khususnya bagi para pengerja.45

1. 6. Terminologi dan Konsep

Untuk dapat lebih jauh mengulas arti dari tema penelitian ini, yaitu musik, struktur, konteks dan fungsi sosial ibadah kontemporer di GBI Medan Plaza, maka terlebih dahulu dikemukakan terminologi dan konsep dari kata kunci, yakni: (1) ibadah kontemporer, (2) kontekstualisasi, (3) atmosfir penyembahan, (4) hadirat Tuhan, dan (5) pujian dan penyembahan, (6) imam musik, (7) worship leader, (8) Kharismatik, (9) musik Kristen kontemporer, (10) flowing, (11) manifest, (12) Roh Kudus, (13) korban46, (14) mesbah, (15) pondok Daud, (16) ibadah, (17) open chord,

(18) ibadah kontemporer, (19) pengerja.

Terminologi dan konsep yang saya gunakan dalam tulisan ini, merujuk kepada apa yang ada dalam pemikiran dan dilakukan oleh para pengikut, yakni: jemaat, imam musik, Pendeta dan para pengerja yang melayani di lingkungan GBI Medan Plaza pada umumnya dan juga terhadap pemahaman disiplin sosial empiris

45

Pengerja adalah merupakan istilah yang umum digunakan dalam GBI yang maksudnya adalah karya secara menyeluruh semua umatnya untuk kepentingan penyebaran agama Kristen. Makna ini juga merujuk kepada struktur organisasi GBI, yang terdiri dari pendeta yang lazim disebut Bapak Pembina, departemen-departemen, serta umat. (Gugun Sihombing,Manajemen Organisasi, Pelatihan, dan Struktur Musik di Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza, Skripsi Etnomusikologi USU, Medan.)

46

Korban: Persembahan kepada Allah untuk memuliakan Dia (korban sajian dan korban minuman), untuk memelihara persekutuan dengan Dia (korban bakaran, korban keselamatan dan korban pujian), untuk menebus dosa dan kesalahan (korban penghapus dosa, korban penebus salah). Pada waktu pentahbisan imam ada persembahan unjukan dan persembahan khusus. Demikianlah keadaan di Israel. Yesus Kristus mengorbankan diri-Nya sekali untuk selamanya sebagai korban penebus dosa. Jemaat Kristen dianjurkan untuk berkorban atas dasar perbuatan Yesus itu, khususnya mempersembahkan korban pujian. (Ibrani 13:15)


(45)

dan teologi Kristen. Hal ini saya lakukan pertama untuk melihat sejauh mana konsep mereka terhadap tema dari ulasan dalam tulisan ini. Alasan kedua saya melihat pentingnya mengetahui apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh masyarakat pendukung Gerakan Kharismatik ini khususnya di lingkungan GBI Medan Plaza.

1. 7. Landasan Teori

Ketika seorang ilmuwan mengkaji sebuah fenomena alam fisik atau sosial, dengan latar belakang masalah tertentu, ada yang relatif sederhana dan ada pula yang kompleks, maka ilmuwan tersebut biasanya menggunakan teori-teori. Teori menurut pendapat Marckward et al., memiliki tujuh pengertian, yaitu: (1) sebuah rancangan atau skema yang terdapat dalam pikiran saja, namun berdasar pada prinsip-prinsip verifikasi dengan cara eksperimen atau pengamatan; (2) sebuah bentuk prinsip dasar ilmu pengetahuan atau penerapan ilmu pengetahuan; (3) abstrak pengetahuan yang selalu dilawankan dengan praktik; (4) penjelasan awal atau rancangan hipotesis untuk menangani berbagai fenomena; (5) spekulasi atau hipotesis, sebagai ide atau yang mengarahkan seseorang; (6) dalam matematika berarti sebuah rancangan hasil atau sebuah bentuk teorema, yang menghadirkan pandangan sistematis dari beberapa subjek; dan (7) ilmu pengetahuan tentang komposisi musik, yang membedakannya dengan seni yang dilakukan atau seni yang dieksekusi.47

47

Marckward, Albert H. et al. (eds.),Webster Comprehensive Dictionary (volume 2). Chicago: Ferguson Publishing Company,1990.hlm.1302.


(46)

Teori mengarahkan ilmuwan untuk melakukan kerjanya dalam menganalisis permasalahan keilmuan yang ditemuinya.Sesuai dengan yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini, maka penulis menggunakan beberapa teori untuk mengkaji beberapa pokok permasalahan, selain beberapa teori pendukung yang dirasa perlu dalam mengulas topik tertentu dalam tulisan ini.

1. 7. 1. A functional theory of culture Bronislaw Malinowski.

Saya akan melihat pola-pola gereja Kharismatik yang sedang muncul melalui perspektif etnologis. Etnologi adalah cabang dari Antropologi yang menganalisis secara komparatif, kebudayaan-kebudayaan dari masyarakat kontemporer atau kelompok-kelompok linguistis. Penelitian etnologis akan mencakup penelitian atas pola-pola tingkah laku individual dan komunal48, nilai-nilai kehidupan, model-model religius dan sebagainya. Tujuan tulisan ini mengadopsi pendekatan etnologis adalah untuk memberi wawasan yang mendalam dan reflektif, khususnya menyangkut

dengan ibadah, teologi, dan praktek-praktek ajarannya.

Dalam metode antropologi kebudayaan tercatat setidaknya terdapat enam ciri berbeda yang disebut kompleks kultural, dan menentukan cara suatu komunitas berfungsi. Menurut Malinowski terdapat enam ciri pada tingkat mikro dapat dijelaskan sebagai kebutuhan individual dan pada tingkat makro sebagai kebutuhan komunal, keenam ciri kompleks kultural tersebut adalah (1) lapar, (2) reproduksi, (3) keamanan, (4) gerakan, (5) pertumbuhan, (6) kesehatan.

48

Teori pola tingkah laku individual dan komunal oleh Cooley dalam Wilfred J. Samuel, Op.Cit.,hlm.80


(47)

Malinowski mulai mengembangkan suatu kerangka teori baru untuk menganalisis fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsional tentang kebudayaan atau a functional theory of culture. Ketika kebudayaan dikaitkan dalam konteks Kharismatik, maka akan tercermin pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok orang yang memiliki kebutuhan spesifik, seperti “gaya hidup” dan ekspresi yang bisa dibedakan, yang membuat mereka mendapat label Kharismatik. Sehingga kebudayaan dalam Kharismatik mengacu kepada kebiasaan praktek-praktek agama yang dapat dilihat melalui jemaat yang melakukan ekspresi, teologi, dan aktivitas yang sifatnya pentakostal. Sehingga tulisan ini dapat secara seksama meneliti kebiasaan-kebiasaan Kharismatik atau praktek-praktek kultural, sikap-sikap dan kebiasaan, dan tingkah laku keagamaan.

Malinowski membedakan fungsi sosial dalam tiga tingkat abstraksi, yaitu: (1) fungsi sosial dari suatu adat, institusi sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau kesannya terhadap adat, perilaku manusia dan institusi sosial yang lain dalam masyarakat; (2) fungsi sosial dari suatu adat, institusi sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau kesannya terhadap keperluan suatu adat atau institusi lain untuk mencapai maksudnya, seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat yang terlibat; dan (3) fungsi sosial dari suatu adat atau institusi sosial pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh atau kesannya terhadap keperluan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu.


(48)

1. 7. 2. Used and function theory Alan P. Merriam

Dengan tetap bertolak dari teori fungsi, yang kemudian mencoba menerapkannya dalam etnomusikologi, lebih lanjut secara tegas Merriam membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk kepada keebiasaan (the ways) musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian dari pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain.49 Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara penggunaan dan fungsi sebagai berikut.

Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it may or may not also have a deeper function. If the lover uses song to w[h]o his love, the function of such music may be analyzed as the continuity and perpetuation of the biological group. When the supplicant uses music to the approach his god, he is employing a perticular mechanism in conjunction with other mechanism as such as dance, prayer, organized ritual, and ceremonial acts. The function of music, on the other hand, is enseparable here from the function of religion which may perhaps be interpreted as the establishment of a sense of security vis-á-vis the universe. “Use” them, refers to the situation in which music is employed in human action; “function” concerns the reason for its employment and perticularly the broader purpose which it serves.50

49

Alan P. Merriam,Anthropology of Music,Blomington Indiana:UniversityPress,1964.hlm.210 50


(49)

Dalam kutipan di atas Merriam membedakan defenisi guna dan fungsi musik berasaskan kepada proses dan pengaruhnya dalam sebuah masyarakat. Musik gunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bagiannya. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam. Kemudian Merriam memberikan contoh, jika seeorang menggunakan nyanyian yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu dapat dianalisis sebagai perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan dalam melanjutkan keturunan, yakni dengan memenuhi hasrat biologis, bercinta, kawin dan memiliki keturunan. Ketika seseorang menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme tersebut behubungan dengan mekanisme lain, seperti menari, berdoa, mengorganisasikan ritual dan

kegiatan-kegiatan upacara.

“Penggunaan” menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayaninya. Merriam menekankan bahwa penggunaan lebih berkaitan dengan sisi praktis, sedangkan fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan konsistensi

internal budaya.

Dari kerangka berpikir di atas, selanjutnya Merriam mendeskripsikan bahwa sampai tahun 1964, penelitian yang dilakukan para etnomusikolog tentang fungsi musik dalam kehidupan masyarakat, memperlihatkan adanya 10 fungsi. Kesepuluh fungsi musik itu adalah: (1) sebagai pengungkapan emosional, (2) sebagai penghayatan estetika, (3) sebagai hiburan, (4) sebagai komunikasi, (5) sebagai


(1)

mereka, Yedutun, yang bernubuat dengan diiringi kecapi pada waktu menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi TUHAN.

Mazmur 49:5 Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku,

Mazmur 100:1 Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!

Mazmur 100:2 Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!

Mazmur 100:3 Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

Mazmur 100:4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!

Mazmur 100:5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.

2 Tawarikh 7:1 Setelah Salomo mengakhiri doanya, apipun turun dari langit memakan habis korban bakaran dan korban-korban sembelihan itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi rumah itu.

2 Tawarikh 7:2 Para imam tidak dapat memasuki rumah TUHAN itu, karena kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN.

2 Tawarikh 7:3 Ketika segenap orang Israel melihat api itu turun dan kemuliaan TUHAN meliputi rumah itu, berlututlah mereka di atas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah dan menyanyikan syukur bagi TUHAN: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."

2 Tawarikh 7:4 Lalu raja bersama-sama seluruh bangsa mempersembahkan korban sembelihan di hadapan TUHAN.

1 Korintus 3:16 “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”

Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Roma 5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Wahyu 5:9 Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau

layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.

2 Tawarikh 35:2 Ia menetapkan tugas para imam, dan mendorong mereka menunaikan tugas jabatannya dalam rumah TUHAN.

1 Tawarikh 16:4 Juga diangkatnya dari orang Lewi itu beberapa orang sebagai pelayan di hadapan tabut TUHAN untuk memasyhurkan TUHAN, Allah Israel dan menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi-Nya. 1 Tawarikh 16:5 Kepala ialah Asaf dan sebagai orang kedua ialah Zakharia; lalu

Yeiel, Semiramot, Yehiel, Matica, Eliab, Benaya, Obed-Edom dan Yeiel yang harus memainkan gambus dan kecapi, sedang Asaf harus memainkan ceracap


(2)

1 Tawarikh 16:6 dan Benaya serta Yahaziel, imam-imam itu, selalu harus meniup nafiri di hadapan tabut perjanjian Allah itu.

1 Tawarikh 16:7 Kemudian pada hari itu juga, maka Daud untuk pertama kali menyuruh Asaf dan saudara-saudara sepuaknya menyanyikan syukur bagi TUHAN.

1 Samuel 19:18 Setelah Daud melarikan diri dan luput, sampailah ia kepada Samuel di Rama dan memberitahukan kepadanya segala yang dilakukan Saul kepadanya. Kemudian pergilah ia bersama-sama dengan Samuel dan tinggallah mereka di Nayot.

Keluaran 25:10-22 "Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.

11 Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya.

12 Haruslah engkau menuang empat gelang emas untuk tabut itu dan pasanglah gelang itu pada keempat penjurunya, yaitu dua gelang pada rusuknya yang satu dan dua gelang pada rusuknya yang kedua.

13 Engkau harus membuat kayu pengusung dari kayu penaga dan menyalutnya dengan emas.

14 Haruslah engkau memasukkan kayu pengusung itu ke dalam gelang yang ada pada rusuk tabut itu, supaya dengan itu tabut dapat diangkut.

15 Kayu pengusung itu haruslah tetap tinggal dalam gelang itu, tidak boleh dicabut dari dalamnya.

16 Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu.

17 Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya.

18 Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu.

19 Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya.

20 Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu.

21 Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu.

22 Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel."

Ibrani 9:4-5 Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat


(3)

Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,

5 dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian. Tetapi hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci.

Kisah Para Rasul 24:14 Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi. Mazmur 106:19 Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah

kepada patung tuangan;

Mazmur 106:20 Mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan yang makan rumput.

Mazmur 115:8 Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.

Roma 1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.

Roma 1:22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.

Roma 1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

Mazmur 103:20 “Pujilah Tuhan, hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengar-mendengar suara firman-Nya”.

Mazmur 148:2 “Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya!”

Mazmur 104:33 Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.

Mazmur 104:34 Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.

Kisah Para Rasul 15:16 Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan,

17 supaya semua orang lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini,

18 yang telah diketahui dari sejak semula.

1 Tawarikh 29:20 Kemudian berkatalah Daud kepada segenap jemaah itu: "Pujilah kiranya TUHAN, Allahmu!" Maka segenap jemaah itu memuji TUHAN, Allah nenek moyang mereka, kemudian mereka berlutut dan sujud kepada TUHAN dan kepada raja.

Mazmur 22:24 Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.

Mazmur 68:26 "Dalam jemaah pujilah Allah, yakni TUHAN, hai kamu yang berasal dari sumber Israel!"


(4)

Mazmur 96:2 Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.

Mazmur 103:1-2 Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!

2 Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!

Hakim-Hakim 5:2 Karena pahlawan-pahlawan di Israel siap berperang, karena bangsa itu menawarkan dirinya dengan sukarela, pujilah TUHAN!

Mazmur 72:11-15 Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya!

12 Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong;

13 ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin.

14 Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya.

15 Hiduplah ia! Kiranya dipersembahkan kepadanya emas Syeba! Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari! Mazmur 50:23 Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia

memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."

2 Tawarikh 20:21 Kemudian Hizkia mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya. Maka Manasye, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

Mazmur 9:2 aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi,

Mazmur 28:7 TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.

Mazmur 43:4 Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!

Mazmur 111:1 Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Mazmur `138:1 Dari Daud. Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap

hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Mazmur 69:31 Pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari

pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah.

Mazmur 107:22 Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dengan sorak-sorai!

Yesaya 51:3 Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.

Mazmur 47:6-7 Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah!

7 Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!

Mazmur 57:8-9 Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!


(5)

9 Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa; Mazmur 68:4-5 Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan

bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya!

5 Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus;

Mazmur 98:5 Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring,

Mazmur 144:9 Ya Allah, aku hendak menyanyikan nyanyian baru bagi-Mu, dengan gambus sepuluh tali aku hendak bermazmur bagi-Mu,

Mazmur 147:7 Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi!

Mazmur 149:3 Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!

Mazmur 35:27 Biarlah bersorak-sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat aku dibenarkan! Biarlah mereka tetap berkata: "TUHAN itu besar, Dia menginginkan keselamatan hamba-Nya!"

Mazmur 63:4 Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.

Mazmur 117:1 Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!

Mazmur 145:4 Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-pekerjaan-pekerjaan-Mu.

Daniel 2:23 Ya Allah nenek moyangku, kupuji dan kumuliakan Engkau, sebab Engkau mengaruniakan kepadaku hikmat dan kekuatan, dan telah memberitahukan kepadaku sekarang apa yang kami mohon kepada-Mu: Engkau telah memberitahukan kepada kami hal yang dipersoalkan raja."

1 Tawarikh 23:5 empat ribu orang menjadi penunggu pintu gerbang; dan empat ribu orang menjadi pemuji TUHAN dengan alat-alat musik yang telah kubuat untuk melagukan puji-pujian," kata Daud.

2 Tawarikh 20:19 Kemudian orang Lewi dari bani Kehat dan bani Korah bangkit berdiri untuk menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN, Allah Israel, dengan suara yang sangat nyaring.

Ezra 3:11 Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.

Nehemia 5:13 Juga kukebas lipatan bajuku sambil berkata: "Demikianlah setiap orang yang tidak menepati janji ini akan dikebas Allah dari rumahnya dan hasil jerih payahnya. Demikianlah ia dikebas dan menjadi hampa!" Dan seluruh jemaah berkata: "Amin," lalu memuji-muji TUHAN. Maka rakyat berbuat sesuai dengan janji itu.

Mazmur 22:23 kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!

Yoel 2:26 Maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah


(6)

memperlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.

Keluaran15:11 Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?

2 Tawarikh20:22 Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.

Mazmur22:4 Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.

Yesaya 42:10 Kota yang kacau riuh sudah hancur, setiap rumah sudah tertutup, tidak dapat dimasuki.

Yesaya 61:3 untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran," "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya.