ANALISIS SPASIAL HUBUNGAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN SUHU UDARA KOTA MEDAN.

ANALISIS SPASIAL HUBUNGAN PENGGUNAAN
LAHAN DENGAN SUHU UDARA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
MARIS SILVER SIRAIT
NIM. 071233310045

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama


: Maris Silver Sirait

Nim

: 071233310045

Jurusan

: Pendidikan Geografi

Fakultas

: Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah
benar-benar

merupakan


hasil

karya

sendiri,

bukan

merupakan

pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila

dikemudian

hari

terbukti


atau

dapat

dibuktikan

hasil

jiblakan/plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas
perbuatan tersebut.

Medan, Agustus 2012
Saya yang membuat pernyataan,

Maris Silver Sirait
NIM : 071233310045

ABSTRAK

Maris Silver Sirait. NIM. 071233310045. Analisis Spasial Hubungan

Penggunaan Lahan Dengan Suhu Udara Kota Medan. Jurusan Pendidikan
Geografi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Mengetahui sebaran suhu
secara spasial. 2) Mengetahui hubungan penggunaan lahan dengan suhu udara
Kota Medan.
Penelitian ini memiliki populasi yaitu seluruh wilayah kecamatan di Kota
Medan. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Purposive Sampling dimana dari penentuan sampel tersebut terdapat 32
sampel. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran
suhu. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deksriptif
kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Dari model regresi yang terbentuk
maka klasifikasi suhu udara kota Medan menjadi tiga kelas yaitu antara 26-280C;
28,1-300C; dan 30,1-320C. Suhu terendah yaitu 26-280C terdapat pada tujuh
kecamatan, suhu pada kelas 28,1-300C terdapat pada enam kecamatan dan suhu
tertinggi pada kelas 30,1-320C terdapat pada delapan kecamatan di Kota Medan.
2) Dari hasil analisis korelasi bivariat menunjukkan bahwa semakin kecil tutupan
vegetasi kota Medan, maka semakin tinggi suhu udara kota Medan tersebut.

vii


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
melimpahkan Berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini denga judul “Analisis Spasial Hubungan Penggunaan Lahan Dengan
Suhu Udara Kota Medan”. Adapun tujuan skripsi ini dibuat adalah sebagai
kelengkapan tugas dalam memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, untuk kesempurnaan tulisan ini, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh
simpati dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Bapak Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.


2.

Bapak Drs. Restu, MS. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3.

Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial.

4.

Drs. W. Lumbantoruan, M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Dra. Asnidar, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

6. Bapak Drs. Julismin, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan waktu dan bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan
dan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Mbina Pinem, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis

yang telah banyak memberikan motivasi selama penulis dalam perkuliahan.
8.

Bapak Drs. Maringan Sirait SU dan Darwin P. Lubis S.Si, M. Si selaku
Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini.

9.

Bapak/ Ibu dosen khususnya di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah
membekali penulis dengan segudang ilmu di bangku perkuliahan.

10. Bapak Siagian selaku tata usaha jurusan pendidikan geografi yang telah
memberi nasehat dan membantu dalam melengkapi berkas-berkas.
11. Kepada Kepala Balitbang, Dinas Kehutanan, Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika, serta seluruh camat yang telah banyak memberikan bantuan
kepada penulis selama dalam pelaksanaan penelitian.
12. Teristimewa kedua orang tua penulis, Ayahanda Ramlen Sirait, SP, MMA
dan Ibunda Risma Situmorang atas doa, pengertian serta dukungan materi.
Terlebih lagi buat rasa percaya kalian buatku hingga di tiap langkah dalam

penyelesaian perkuliahan ini selalu ada semangat. You mean the most to me, i
have always thank God for giving me the awsome mom and dad.
13. Buat kakak Elvi Juwita Sirait,SE, abang Dickson HP Sirait,SE serta adik saya
David Raymond Sirait terima kasih atas doa, dukungan, serta kritikan yang
bersifat membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Buat Togetherness; Eka Santa Maria Sihaloho, Irene Tamba, Flora Yolanda
Panjaitan, Yansen Sitanggang, Hans Simanjuntak, Victor Doloksaribu, terima
kasih buat waktu yang kalian luangkan untuk membantu setiap keluhan saya.
I can’t imagine if i ain’t got you guys. Serta Elfridawaty Silalahi dan Vina
Pandiangan yang juga memberi bantuan kepada penulis.
15. Buat teman seperjuangan yang selalu saling mendukung Supradno, Lestari,
Rosmiwaty, Anni, Dila, Feny, Justina, Widia, Jesica, Dwi, Novrianto, Murni,
Darliana dan teman yang lainnya.
16. Buat teman- teman Kelas A Reguler 2007 yang sudah memberikan motivasi
dan dukungan buat penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini
kedepan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.


Medan,
Penulis

Juli 2012

Maris Silver Sirait
NIM. 071233310045

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ......................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 8
A. Kerangka Teoritis ................................................................................... 8
B. Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 20
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24
A. Lokasi Penelitian ................................................................................. 24
B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 24
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional .................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 26
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 26
BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN......................................... 34
A. Kondisi Fisik ........................................................................................ 34
B. Kondisi Non Fisik ................................................................................ 45

viii


BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 56
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 56
B. Pembahasan ........................................................................................... 76
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 79
A. Kesimpulan .......................................................................................... 79
B. Saran ..................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN ....................................................................................................... 82

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kerangka pembangunan nasional, perencanaan pengembangan
wilayah perkotaan dimaksudkan

sebagai usaha untuk mengembangkan dan

meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antar sistem
ekonomi, manusia atau masyarakat dan lingkungan hidup serta sumber daya alam.
Kondisi ini dapat diterjemahkan dalam bentuk pembangunan ekonomi, sosial,
politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam
konteks keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian.
Dalam

perkembangan

selanjutnya,

kota

senantiasa

tumbuh

dan

berkembang seiring dengan potensi dan dinamika yang dimilikinya. Hal ini
terlihat dari adanya aglomerasi penduduk beserta kegiatan-kegiatannya yang
semakin beragam baik dalam menggunakan, mengelola, maupun menguasai alam.
Akan tetapi ini akan berlangsung dengan baik apabila terdapat kesesuaian antara
jumlah penduduk dengan daya dukung wilayah perkotaan. Karena objek dari daya
dukung adalah tanah atau lahan, maka selain penduduk, tanah atau lahan akan
menjadi pusat perhatian utama dalam membahas analisis penggunaan lahan dan
suhu udara di kota.
Penggunaan lahan merupakan keterkaitan antara aktivitas manusia dengan
sebidang lahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak manusia yang
bermukim pada suatu wilayah, maka semakin besar intervensi manusia dalam
mengubah fungsi lahan untuk berbagai macam bentuk kegiatan. Perubahan fungsi
1

2

lahan tersebut akan menimbulkan konsekuensi terhadap lingkungan. Karakteristik
lahan yang kompleks membuat terjadi persaingan dalam penggunaan lahan untuk
berbagai aktivitas. Secara ekonomis, persediaan lahan bersifat tetap, sedangkan
permintaannya terus bertambah seiring dengan dinamika perkembangan wilayah.
Pertumbuhan kebutuhan lahan didorong oleh pertambahan penduduk, pendapatan
dan tingkat migrasi penduduk yang berasal dari wilayah lain. Interaksi antara
permintaan dan penawaran lahan akan menghasilkan pola tata guna lahan yang
mengatah pada aktivitas paling menguntungkan harga lahan makin meningkat.
Bentuk penggunaan lahan di seluruh wilayah Indonesia terkait dengan
pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk dan semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak
pada makin meningkatnya perubahan penggunaan lahan. Pertumbuhan dan
aktivitas penduduk yang tinggi terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga
daerah perkotaan pada umumnya mengalami perubahan penggunaan lahan yang
cepat. Menurut Miller (1988), sebanyak 43 % penduduk dunia tinggal di wilayah
perkotaan. Sementara menurut Simmond (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan
dari 24 juta hektar lahan hijau (pertanian, kehutanan, perkebunan, dan lain-lain)
telah berubah peruntukannya menjadi lahan perkotaan. Adanya perubahan
penggunaan lahan tersebut dilihat dari aspek ekonomi pertanian merupakan
ancaman terhadap ketahanan pangan penduduk dan dilihat dari aspek lingkungan
hal itu merupakan ancaman terhadap daya dukung lingkungan.
Perkembangan kota akibat bertambahnya populasi penduduk dan
industrialisasi menyebabkan penggunaan bahan bakar meningkat, baik untuk
proses industri, transportasi maupun keperluan rumah tangga.

Di lain pihak

3

perkembangan jumlah penduduk dan ekonomi juga mengakibatkan kebutuhan
akan ruang untuk pemukiman, jasa serta industri juga meningkat, hal ini
berdampak pada perubahan pola penggunaan lahan di perkotaan. Kawasan di
perkotaan yang seringkali mengalami perubahan adalah kawasan hijau yang
mempunyai penutupan vegetasi. Berkurangnya kawasan hijau akan berdampak
pada perubahan unsur-unsur iklim mikro terutama di pusat kota akan berbeda
dengan wilayah di sekitarnya yang relatif masih lebih banyak mempunyai
kawasan hijau. Hal ini menunjukkan bahwa suhu udara maksimum di sebuah
kota biasanya terletak di daerah padat penduduk yang merupakan pusat kota
terpanas. Sedangkan suhu udara terendah terletak di tepi kota, dan dipinggir pulau
panas.
Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang
tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, meyebar, atau
bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam,
membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan
lingkungan sehat, nyaman dan estetis. Hasil negatif kota antara lain meningkatnya
suhu udara, menurunnya kelembaban, kebisingan, debu, polutan lainnya, dan
hilangnya habitat berbagai burung karena hilangnya berbagai vegetasi dan RTH.
Dalam hal ini diharapkan hutan kota dapat menyerap panas, meredam suara bising
di kota, mengurangi debu, memberikan estetika, membentuk habitat untuk
berbagai jenis burung atau satwa lainnya (Irwan, 2005).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang
tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus

4

urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat
(Sinulingga, 1999). Perbandingan luas RTH dengan luas kota secara keseluruhan
berkurang dari 30% di awal tahun 1970-an dan menjadi berkurang 10% hingga
sekarang ini.
Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara mengalami
permasalahan mengenai penggunaan lahan. Kondisi perubahan luas wilayah kota
Medan dengan aktivitas ekonomi yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan
penggunaan lahan dan tutupan lahan di daerah pusat kota sampai ke wilayah
pesisir yang berdampak pada perubahan penyebaran spasial suhu udaranya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan peningkatan suhu di Kota Medan, yang
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi
keduanya. Salah satu faktor tersebut adanya pencemaran udara di Kota Medan
akibat dari kegiatan manusia atau masyarakat pada wilayah tersebut. Pencemaran
udara di antaranya disebabkan oleh kegiatan manusia yaitu transportasi, industri,
pembakaran (perapian dan kompor) dan kebakaran hutan. Pencemaran udara
dapat mengakibatkan dampak peningkatan suhu yang bersifat langsung yaitu
secara lokal, regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu
kemudian.
Berdasarkan kondisi di atas, mengingat semakin bertambahnya faktorfaktor peningkatan suhu yang berdampak pada kerusakan alam yang terjadi maka
dilakukan penelitian tentang perubahan penggunaan lahan yang sudah terjadi serta
hubungannya terhadap perubahan suhu yang ada. Untuk itu diperlukan informasi
yang memadai yang bisa digunakan oleh pengambil keputusan khususnya
informasi secara spasial. Untuk itu diperlukan informasi yang memadai yang bisa

5

digunakan oleh pengambil keputusan khususnya informasi spasial. Sistem
Informasi Geografis (SIG) akan mempermudah perencanaan penghijauan kota
terutama dalam menentukan posisi geografis suatu lokasi dan menyajikan
tampilan dari kawasan perkotaan tersebut. Pemanfaatan Sistem Informasi
Geografis (SIG) akan mendukung kelancaran perencanaan penghijauan kota,
sehingga tujuan dan sasarannya akan tercapai.
Teknologi penginderaan jauh merupakan pendekatan berbasis spasial
yang dapat merekam dan menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terjadi.
Manfaat utama penggunaan sistem informasi spasial dengan komputer
dibandingkan dengan metode pembuatan peta tradisional dan masukan data
manual atau informasi manual, adalah memperkecil kesalahan manusia,
kemampuan membuat kembali peta tumpangsusun dari simpanan data SIG secara
cepat, menggabungkan tumpangsusun tersebut tetapi penggabungan batas agak
sulit, dan untuk memperbaharui dengan memperhatikan perubahan lingkungan
data statistik dan batas agak sulit, dan untuk memperbaharui dengan
memperhatikan perubahan lingkungan data statistik dan batas-batas dan area yang
nampak pada peta. Lebih lanjut dengan mengintegrasikannya dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG) maka akan didapatkan distribusi spasial suhu udara.

6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah perlu dilakukan kajian
tentang penggunaan lahan dengan suhu udara Kota Medan. Maka yang menjadi
identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi : 1) Bagaimana sebaran suhu
secara spasial di Kota Medan, 2) Bagaimanakah penggunaan lahan di Kota
Medan, 3) Bagaimanakah hubungan penggunaan lahan dengan suhu udara Kota
Medan, 4) Apa dampak yang ditimbulkan dari perubahan suhu di Kota Medan.

C. Pembatasan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah yang telah dibahas maka penelitian ini
dibatasi pada sebaran suhu secara spasial di Kota Medan serta hubungannya
dengan penggunaan lahan di Kota Medan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan ruang lingkup masalah di atas,
maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sebaran suhu secara spasial di Kota Medan?
2. Bagaimanakah hubungan penggunaan lahan dengan suhu udara Kota
Medan?

7

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui sebaran suhu secara spasial di Kota Medan
2. Mengetahui hubungan penggunaan lahan dengan suhu udara Kota Medan

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diharapkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumbangan informasi bagi pemerintah setempat agar dapat
membuat kebijakan-kebijakan dalam mengatasi masalah suhu udara dan
penggunaan lahan.
2. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menulis karya ilmiah
dalam bentuk skripsi.
3. Sebagai gambaran dan informasi yang jelas kepada masyarakat Kota
Medan mengenai suhu udara serta penggunaan lahan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keadaan suhu pada
daerah yang diteliti yaitu Kota Medan, tingkat suhu udara tertinggi berada di
penutupan lahan aspal, lapangan udara serta jalan raya dengan suhu sebesar
320C. Hal ini dikarenakan kurangnya vegetasi yang tumbuh di sekitar
kawasan tersebut. Sedangkan untuk suhu terendah berada pada tutupan lahan
vegetasi yaitu taman kampus dan kebun binatang sebesar 260C, karena
memiliki tutupan vegetasi yang rapat.
2. Nilai korelasi bivariat antara nilai NDVI dengan besarnya suhu udara pada
citra satelit sebesar -0,405 yang berarti semakin jarang kerapatan vegetasi
maka semakin tinggi suhu udara di Kota Medan.

Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian, kota Medan memiliki suhu udara tinggi yang
disebabkan oleh RTH yang tidak cukup untuk mengabsorbsi karbondioksida
di udara, sehingga diharapkan pemerintah setempat untuk melakukan
penanaman pohon disekitar wilayah kota medan.
2. Pada perencanaan penataan tata ruang Kota Medan ada baiknya pemerintah
memperhatikan daerah-daerah pemukiman agar memiliki taman kota.

79

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah
Perkotaan. Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Dwiyanto, A. 2009. Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Pemukiman Kota. Jurnal Nasional Arsitektur. Universitas Diponegoro Press
Howard, J. A. 1996. Penginderaan Jauh Untuk Sumberdaya Hutan Teori dan
Aplikasi. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta
Husein, R. 2006. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi (Geographics
Information System). www.komunitasilmukomputer.com. [11 November
2008]
Irwan, Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan Dan Lansekap Hutan Kota. Penerbit
Bumi Aksara. Jakarta
Lakitan, B. 2002. Dasar Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Lillesand, T. M dan Kiefer, R.W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Nengah, I.J. 2009. Analisis Citra Diital. Perpsepektif Penginderaan Jauh Untuk
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Newcomer,
J.
2008.
Satellite
Landsat
TM.
Extr.
http://daac.ornl.gov/FIFE/guides.html [28 Desember 2009]

Data.

Nuarsa, I. 2005. Menganalisis Data Spasial Dengan Arc View GIS 3,3 Untuk
Pemula. PT Elex Media Komputindo. Jakarta
Nugrahani, T. 2006. Sistem Informasi Geografi Perikanan. Dinas Perikanan dan
Kelautan Daerah Istimewa Yogyakarta. www.perikanan-diy.info. [5
Desember 2008]
Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove Pada Lingkungan Salin Dan Jenuh
Air. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Pardede, M. 2008. Sistem Informasi Geografi. Kantor pengolahan Data
Elektronik. Propinsi Sumatera Utara. Medan. [5 Desember 2008]
Purwadhi, S. H. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.

80

81

Rotib,
W.
2007.
Termometer
Sistem
Pengukuran
http://en.wikipedia.org/wiki/Thermometer. [25 September 2008]

Suhu.

Santoso, S. 2000. SPSS versi 10.0. PT. Gramedia. Jakarta
Sinulingga, B. 1999. Pembangunan Kota (Tinjauan Regional dan Lokal). Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta
Sitorus, et al. 2006. Kajian Model Deteksi Perubahan Penutup Lahan
Menggunakan Data Inderaja Untuk Aplikasi Perubahan Lahan Sawah.
Bidang Pengembangan Pemanfaat Inderaja. Pusbangja Lapan
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta
Sudjana. 1997. Pengantar Statistika. PT. Gramedia. Jakarta
Susanta, G dan Hari S. 2008. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan
Global. Penebar Swadaya. Jakarta
Syakur, A. dan Sandi, A. 2009. Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra
Alos/Avnir-2 Dan Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Evaluasi Tata
Ruang Kota Denpasar. Universitas Udayana. Bali
Tampubolon, T. Darmawan. Wikantika K. Lim H. dan Khiruddin A. 2008.
Analisis Hubungan NDVI dan Temperatur Terhadap Tutupan Lahan
Dengan Data Landsat ETM. Universiti Sains Malaysia, Institute of
Technology Bandung, Universitas Negeri Medan
Widyawati. Hafid, S. Farida R. 2006. Kondisi Udara Sebagai Cermin Penataan
Ruang Kota. www.geografiana.com/makalah/fisik/kondisi-udara-sebagaicermin-penataan-ruang-kota. [11 November 2008]
Winarso, P. A. 2008. Pemanasan/Perubahan Iklim Global dan Dampaknya di
Indonesia. Badan Meteorologi Indonesia
Yani, S. A. 2009. Suhu Udara. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Jawa Tengah.