Analisis persediaan kayu jati dengan metode EOQ pada UD.Ronggo Jati Sragen dean

(1)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul :

ANALISIS PERSEDIAAN KAYU JATI DENGAN METODE EOQ PADA UD.RONGGO JATI SRAGEN

Surakarta, 15 Februari 2010

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing

SARWOTO,SE NIP. 350 700 001


(2)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul :

ANALISIS PERSEDIAAN KAYU DENGAN METODE EOQ PADA UD.RONGGO JATI SRAGEN

Telah disahkan oleh Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma III Manajemen Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, April 2010 Tim Penguji Tugas Akhir :

Sinto Sunaryo,SE,M.SI

NIP.19750306 200012 2 001 Penguji

Sarwoto,SE


(3)

commit to user

MOTTO

Sahabat adalah teman setia yang slalu

menemani kita meski kita sudah melupakan

dan meninggalkan ia. Ia akan senantiasa

menunggu kita untuk memeluk dan menjaga

kita di saat susah,sedih , menanggis, dan

bahagia. (penulis)

Persahabatan bagaikan tangan dan mata ,

saat tangan terluka mata menangis. Saat

mata menangis tangan menghapusnya.

(penulis)

Tidak ada kata terlambat,kita harus bisa

jadi lebih baik,hari ini harus lebih baik

dari hari kemaren sedangkan besok harus

lebih baik dari hari ini .


(4)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Atas kehendak Allah karya tulis ini kupersembahkan untuk :

- Alm.Bapak dan Ibu tercinta, semoga Allah senantiasa menjaga dan memberkati di dunia dan diakherat.

- Mbak Arum, Iin, Pungki, Pak Upik

- Junika Alvionita yang selalu menemani hari-hariku - Temen-temen di jurusan Manajemen Industri - Sahabat dan orang-orang yang menyayangiku - Almamater


(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkat, rahmat dan hidayahnya yang terlimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “ANALISIS PERSEDIAAN

KAYU JATI DENGAN METODE EOQ PADA UD.RONGGO JATI SRAGEN”. Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa kelancaran dan

keberhasilan penulisan ini tidak pernah lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu dengan segenap hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Bambang Sutopo M.Com, M.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

2. Ibu Intan Novela QA, SE, MSi selaku Ketua Program D3 Manajemen Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret 3. Bapak Sarwoto selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang

sangat membantu dalam proses penggerjaan Tugas Akhir ini

4. Mbak Tutik dan Mbak Anik selaku Pembimbing Pendamping dari UD Ronggo Jati yang sangat membantu dalam mencari data

5. Alm Bapak, Doa semangat ibuku yang selalu menyertaiku ,Mbak Arum, Iin, adikku Pungki yang telah membantu ketik dan seluruh keluarga. Terima kasih atas segala yang kalian berikan.

6. Pak.Upik atas dukungan berupa materi

7. Junika Alvionita atas dukungan dan semangatnya

8. Anang yang selalu memberi bantuan. Teman-teman Manajemen Industri 2006 yang telah bersama-sama mengalami suka maupun


(6)

commit to user

vii

duka selama menimba ilmu di bangku kuliah mari kita teruskan perjuangan kita.

9. Semua pihak-pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis dalam memyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis berharap, karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 2009


(7)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian... 5

1. Lokasi Penelitian ... 5

2. Sumber Data ... 5

3. Metode Pengumpulan Data ... 6

F . Kerangka Pemikiran ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persediaan ... 10


(8)

commit to user

ix

B. Jenis-jenis Persediaan ... 11

C. Fungsi Persediaan ... 12

D. Biaya-biaya yang Timbul dari Adanya Persediaan ... 13

E. Fungsi dan Tujuan Persediaan ... 15

F. Teknik Analisis ... 18

BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian ... 25

1. Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 25

2. Struktur Organisasi Perusahaan dan personalia... 25

3. Aspek Pemasaran Perusahaan ini meliputi ... 30

B. Laporan Magang Kerja ... 30

1. Pengertian ... 30

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang ... 31

3. Kegiatan Magang ... 31

C. Analisis Data ... 32

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN


(9)

commit to user

DAFTAR TABEL

TABEL

3.1 Kebutuhan Kayu jati tahun 2007per m3 ... 33

3.2 Biaya Pemesanan Tahun 2007 ... 35

3.3 Biaya Penyimpanan Selama Tahun 2007 ... 37

3.4 Penghitungan Standar Deviasi ... 41

3.5 Perbandingan Antara Kebijakan Perusahaan Dengan Metode EOQ ... 43


(10)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

1.1 Kerangka Pemikiran ... 8

2.1 Grafik EOQ ... 19

2.2 Grafik Safety Stock... 21


(11)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan

2. Surat Keterangan dari Perusahaan 3. Nilai Magang


(12)

commit to user

ABSTRAKSI

ANALISIS PERSEDIAAN KAYU JATI DENGAN METODE EOQ PADA UD.RONGGO JATI SRAGEN

DEAN ANGGORO F3506077

Persediaan adalah salah satu hal yang berperan penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya persediaan yang optimal, maka perusahaan mampu memenuhi kebutuhan consumen di pasaran, tanpa harus menunggu barang karena kehabisan stock di gudang. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada statu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang di hasilkan. Oleh sebab itu perusahaan harus mempunyai persediaan yang optimal dalam kuantitas yang tepat, pada waktu yang tepat dan biaya yang minimal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan persedian barang pada UD.RONGGO JATI, dengan menggunakan metode EOQ. Metode ini digunakan untuk menentukan pembelian/pemesanan dan biaya – biaya persediaan yang lebih ekonomis. Asumsi dalam menggunakan metode EOQ adalah ketersediaan barang yang dapat dipastikan/permintaan constan dan lead time.

Dari hasil analisis yang penulis lakukan yaitu dengan membandingkan kebijakan pengelolaan persediaan yang sekarang berlaku diperusahaan dengan menggunakan metode EOQ dalam menggadakan pemesanan barang, maka diperoleh kesimpulan bahwa menggunakan metode EOQ lebih optimal daripada kebijakan perusahaan. Hal ini bisa dilihat dengan menggunakan meyode EOQ diperoleh biaya persediaan yang lebih kecil, yaitu sebesar Rp. 50.102.230 sedangkan biaya persediaan menurut kebijakan perusahaan sebesar Rp. 65.940.000 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.15.837.770. Untuk mengantisipasi hal – hal yang tidak di inginkan berhubungan dengan pengadaan barang, maka perusahaan perlu menyediakan persediaan penyelamat (safety stock) sebesar 11,055 m3. Perusahaan juga sebaiknya melakukan pemesanan kembali (reoder point) saat persediaan gudang tinggal 10,34 m3.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa sebaiknya perusahaan menggunakan metode EOQ kebijakan dalam pengelolaan barang, karena metode EOQ karena metode EOQ lebih optimal daripada kebijakan perusahaan yang berlaku sekarang.


(13)

(14)

(15)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan zaman dan era globalisasi sekarang ini menjadikan suatu negara berada pada jalur perdagangan bebas dan terbuka yang memunculkan adanya suatu persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor perindustrian. Dengan keadaan yang sedemikian rupa, banyak perusahaan berusaha bersaing membuat suatu produk yang dapat dinilai lebih dari produk pesaingan tentu saja dengan harga jual yang ekonomis dan berkualitas dengan tetap mempertahankan dari segi yang menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri. Setiap perusahaan selalu mempunyai persediaan barang untuk menunjang adanya kelancaran proses produksi, dikarenakan dengan adanya bahan baku yang berkualitas dan mempunyai lebih akan tercipta suatu produk yang baik pula. Pada peinsipnya semua perusahaan mempunyai persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku ini tentu saja biasa digunakan utuk memenuhi kebutuhan bahan baku disaat adanya permintaan dari para konsumen yang begitu banyak sehingga produksi melonjak tinggi atau supply bahan baku berkurang. Dengan keadaan seperti itu tentu saja perusahaan mengalami kesulitan dalam mencari bahan baku. Dengan kata lain persediaan bahan baku digunakan untuk menghadapi suatu ketidakpastian dalam pemenuhan kebutuhan.


(16)

commit to user

2 Adanya pengadaan bahan baku yang besar dapat menyebabkan tingginya biaya penyimpanan serta investasi dalam persediaan bahan baku tentu saja menyebabkan berkurangnya dana investasi dalam bidang yang lain seperti peluasan produksi sehingga dapat menghilangi kemajuan perusahaan tersebut, dilain pihak adanya pengadaan bahan baku yang terlalu kecil atau sedikit memunculkan suatu keadaan tidak tercukupinya suatu kebutuhan sehingga proses produksi terhambat atau tidak berjalan lancar. Persediaan bahan baku yang kecil dapat mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku menjadi sangat tinggi, sehingga menyebabkan biaya – biaya persiapan pembelian bahan baku (ordering cost atau up cost) akan menjadi sangat tinggi pula dimana suatu perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar. Agar persediaan bahan baku dapat tercukupi untuk suatu proses produksi sangat diperlukan adanya pembelian bahan baku yang optimal. Adanya suatu fungsi manajerial sangat penting dikarenakan persediaan fisik (barang mentah, barang dalam proses, barang jadi dan pembantu lain). Merupakan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar dalam suatu perusahaan (Handoko, 1999 : 333).

Menurut Render dan Heizer (2001 : 314) persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dan total modal yang diinvestasikan. Bagi banyak perusahaan, persediaan mencerminkan investasi besar. Invesatasi ini lebih besar daripada yang seharusnya, dikarenakan bagi perusahaan lebih mudah untuk memiliki perusahaan “just-in-case” (jaga


(17)

commit to user

– jaga kalau ada apa – apa) dari persediaan “just-in-time” (persediaan seperluanya). Akan tetapi pada dasarnya bahan baku sebernanya tidak hanya untuk menjaga kelangsungan proses produksi saja, tetapi mempunyai tujuan yang lebih jauh yaitu penentuan persedian bahan baku yang betul – betul dapat menimbulkan efisiensi bagi perusahaan karena itu berarti akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanana dan pemeliharaan gudang, memperbesar kerugian karena kerusakan yang berakibat terhadap turunnya kualitas bahan baku sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Sebaliknya adanya investasi yang terlalu kecil dalam persediaan bahan baku akan mempunyai efek yang menekan keuntunganya juga, kekurangan material menjadikan perusahaan tidak dapat bekerja dengan kapasitas produksi yang penuh, selain itu akan mempertinggi biaya produksi rata – rata yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan yang diperolehnya.

Setiap perusahaan berusaha meminimalkan biaya total operasi yang ada dalam perusahaan dengan menentukan seberapa besar persediaan bahan baku perusahaan itu sendiri, berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan setiap kali melakukan pemesanan dan kapan pemesanan bahan baku dilakukan.

Selama ini UD.Ronggo Jati belum menerapkan perhitungan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ. Karena selama proses produksi berlangsung bahan baku selalu kurang dan pemesanan bahan baku baru dilakukan ketika persediaan di gudang


(18)

commit to user

4 mulai menipis. Untuk itu penulis ingin menggunakan metode EOQ di dalam pengadaan bahan baku serta membandingkan antara kebijakan persediaan perusahaan yang tidak menggunakan EOQ dengan jika perusahaan menggunakan EOQ.

Berdasarkan uraian diatas, maka pengadaan bahan baku yang optimal perlu dilakukan oleh perusahaan. Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui pengadaan bahan yang optimal pada sebuah perusahaan mebel. dalam penulisan tugas akhir ini dengan mengmbil judul “ANALISIS PERSEDIAAN KAYU JATI DENGAN METODE EOQ

PADA UD RONGGO JATI SRAGEN”

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah-masalah pokok yang mendorong penelitian tentang penerapan analisys Pengendalian Bahan Baku pada UD Ronggo Jati adalah;

1. Berapa jumlah persedian bahan baku yang optimal dengan memakai metode EOQ

2. Berapa total biaya persediaan bahan baku pada UD Ronggo Jati 3. Berapa jumlah persedian pengaman yang dibutuhkan pada UD

Ronggo Jati

4. Kapan harus dilakukan pemesanan kembali bahan baku untuk persedian UD Ronggo Jati


(19)

commit to user

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui jumlah persedian bahan baku kayu jati yang

optimal untuk perusahaan UD Ronggo Jati

2. Untuk mengetahui total biaya persedian bahan baku kayu jati 3. Untuk mengetahui jumlah persedian pengaman yang dibutuhkan 4. Untuk mengetahui kapan dilakukan pemesanan kembali bahan

baku kayu jati.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain :

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dalam membuat keputusan maupun kebijakan terutama yang berkaitan dengan pengendalian persediaan bahan baku untuk meminimasi biaya

2. Bagi penulis

Penelitian ini menambah pengetahuan, wawasan dan menerapkan teori yang didapat dari bangku kuliah khususnya tentang manajemen persediaan yang diterapkan dalam dunia kerja.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini dapat mendapat menambah bahan bacaan mengenai pengadaan persedian bahan baku dan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak


(20)

commit to user

6

E. METODE PENELITIAN

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan pada UD Ronggo Jati yang beralamat di Jl. Solo-Purwodadi km 17, Karang Rejo,Sragen

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan antara lain : a. Data primer

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara dengan staf di bagian Administrasi,di bagian pengolahan dan dibagian persediaan.

b. Data sekunder

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dari catatan, dokumen perusahaan.

Contoh data sekunder adalah :

1. Mencari data tentang sejarah perusahaan

2. Mencari data tentang struktur organisasi beserta tugas dan wewenang.

3. Mencari informasi data tentang kebutuhan bahan baku pada tahun 2007

4. Mencari informasi tentang biaya pemesanan bahan baku dan biaya penyimpanan


(21)

commit to user 3. Metode pengumpulan data

Penulis menggunakan pengumpulan data yaitu :

a. Interview atau wawancara merupakan bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

b. Pemeriksaan dokumen yaitu membuka arsip – arsip yang kiranya berkaitan dengan data yang dibutuhkan penulis dari perusahaan.

c. Ovservasi langsung ke perusahaan yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk meperoleh tambahan data yang dibutuhkan mengenai persediaan bahan baku yang sebenarnya.

4. Metode analisis data

a. EOQ (economic order quantity)

Adalah metode untuk menentukan jumlah bahan baku yang dibeli untuk memperoleh biaya yang minimal atau ekonomis. 2DS = Q2H

Q2 = H DS 2

Q* = 2DS Dimana :

Q = jumlah barang setiap pemesanan

Q* = jumlah optimal barang per pemesanan (EOQ) D = permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit


(22)

commit to user

8 H = biaya penahanan atau penyimpanan per unit per tahun Safety stock

Safety stock merupakan yang dicadangakan sebagai pengaman kelangsungan proses produksi dengan harapan proses produksi tidak akan terganggu hanya karena ketidakpastian adanya persediaan bahan baku

d =

( )

n x x

å

-b. Lead time

Untuk menjamin kelancaran proses produksi dan perlu memperhatikan jangka waktu antara pembelian bahan baku c. Reoder point

Reoder point adalah satu titik dimana harus diadakan pemesanan lagi sehingga bahan baku yang dipesan tiba tepat pada waktunya, yaitu pada saat persediaan sama dengan nol. Rumus reoder point adalah sebagai berikut :

ROP = d × L Dimana :

ROP = Reoder point L = Lead time


(23)

commit to user

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Pemakaian bahan baku

Biaya persediaan EOQ

Perkiraan persediaan

Safety stock

Pemakaian sebenarnya

Reorder poin Waktu tunggu

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran

Untuk mengetahui persediaan bahan baku optimal, maka perusahaan harus mengetahui pemakaian kebutuhan bahan baku. Kemudian dilakukan perhitungan dengan biaya persediaan yang dikeluarkan.

Selain itu perlu adanya persediaan pengaman (safety stock) untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku. Disamping harus punya persediaan pengaman (safety stock), perusahaan harus menetapkan kapan mengadakan pembelian atau pemesanan bahan baku (reoder point) yang dipengaruhi waktu tunggu. Setelah kebutuhan persediaan bahan baku tersebut dapat diketahui keberadaanya disaat bahan baku tersebut digunaka, dan untuk waktu tunggu dapat diketahui seberapa lama waktu yang diperlukan saat terjadi pemesanan bahan

Persediaan bahan baku yang optimal


(24)

commit to user

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persedian

Persediaan menurut Sentono (1997:61) adalah kekayan lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persedian bahan mentah (bahan baku/raw material), barang setengah jadi (waktu proses), dan barang jadi (finished goods).

Sedangkan menurut Assauri (1999:169) Persediaan adalah aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal/persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan atau proses produksi atau persedian bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam proses produksi

Menurut Nasution (2003:103) persediaan adalah sumberdaya yang menganggur (iddle resource) yang menunggu proses lanjut. Yang dimaksud proses lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada system manufaktur, kegiatan pemasaran pada system distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada system rumah tangga.

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat diketahui persedian merupakan sesuatu jenis kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk barang-barang yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi, serta barang jadi yang dengan maksud untuk dijual kembali secara langsung maupun melalui


(25)

commit to user

proses produksi dalam siklus normal perusahaan, atau barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun yang menunggu waktu penggunan dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya suatu perusahan mempermudah atau memperlancar jalanya operasi pada penjualan untuk memenuhi kebutuhan para konsumen

Persedian barang dagangan adalah elemen yang sangat penting dalam menentukan harga pokok penjualan pada perusehaan dagang eceran maupun perusahaan dagang dengan partai besar. Perusahaan pengaruh terhadap neraca maupun laporan rugi laba. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang atau perusahan dagang atau perusahaan manufaktur persedian seringkali merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruh aktiva lancer yang dimiliki perusahaan. Perusahaan menggambarkan 70% dari keseluruhan aktiva lancar (Jusup, 1999:99)

B. Jenis – Jenis Persediaan

Menurut jenis dan posisi bahan didalam urutan pengerjaan produk, perusahaan dikelompokan menjadi (Handoko, 2000:334 – 335) :

1. Persediaan bahan mentah (Raw material)

Perusahaan barang – barang berwujud (seperti : baja, kayu,dan komponen – komponen lainnya)yang digunakan dalam proses produksi.


(26)

commit to user

12 2. Persediaan komponen – komponen rakitan (Purchased

Parts/Component)

Persediaan barang – barang yang terdiri dari komponen –

komponen yang diperoleh dari perusahaan secara langsung dirakit menjadi satu produk.

3. Persediaan bahan pembantu/penolong (supplies)

Persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi,

tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in proses)

persediaan yang merupakan pengeluaran dan tiap – tiap

bagian dalam proses produksi atau apa yang telah diolah menjadi satu bentuk tetapi masih diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. persedian barang jadi (finished goods)

persediaan barang – barang yang telah selesai diproses/diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan

C. Fungsi Persediaan

Menurut Handoko (2000:335 – 336) persediaan mempunyai 3 fungsi yaitu :

a. Fungsi Decoupling

Adalah memungkinkan operan – operan perusahaan internal


(27)

commit to user

Persediaan ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier

b. Fungsi Ekonomis Lot Sizing

Melalui penyimpanan persedian perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber – sumber daya alam kuantitas yang dapat mengurangi biaya – biaya per unit

c. Fungsi Antisipasi

Sering perusahaan menghadapi fluktasi permintaan yang dapat piperkirakan atau diramalkan berdasarkan pengalaman atau data – data masa lalu yaitu permintaan musiman

D. Biaya – Biaya Yang Timbul Dari Adanya Persediaan

Menurut Assauri (1999:72) biaya – biaya yang timbul dari adanya persediaan adalah :

1. Biaya Pemesanan (Ordering cost)

Biaya pemesanan adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan barang dari luar. Sifat biaya pemesanan ini adalah semakin besar frekuensi pembelian semakin besar biaya pemesanan

2. Biaya Penyimpanan (Carrying cost)

Komponen utama dari dari biaya simpan (carrying cost) terdiri dari :


(28)

commit to user

14 a. Biaya Modal

Biaya modal meliputi biaya modal diinvestasikan persediaa, gedung dan peralatan yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara peralatan

b. Biaya Simpan

Biaya simpan meliputi: biaya sewa gedung, perawatan, dan perbaikan bangunan,listrik, gaji personel karyawan, pajak dan asuransi peralatan. Biaya tersebut ada yang bersifat tetap, variable, maupun semi fixed/semi variable c. Biaya Resiko

Biaya resiko persediaan meliputi: biya keuangan, asuransi persediaan, biaya susut secara fisik, dan resiko kehilangan 3. Biaya Kekurangan Persediaan

Biaya kekurangan persediaan terjadi apabila persediaan tidak tersedia digudang ketika dibutuhkan untuk produksi/ketika langganan menerimanya

4. Biaya kapasitas

Biaya ini terjadi karena adanya perubahan dalam kapasitas produksi diperlukan karena perusahaan berusaha untuk memenuhi fluktasi permintaan.


(29)

commit to user 5. Biaya Bahan/Barang

Biaya bahan atau barang adalah harga yang harus dibayar atas item yang dibeli. Biaya ini akan dipengaruhi oleh besarnya diskon yang diberikan oleh supplier.

E. Fungsi Dan Tujuan Persediaan

Persediaan dapat membantu fungsi yang penting yang akan menambah fleksibilitas operasi perusahaan. Terdapat beberapa tujuan penting persediaan menurut (Zulfikarijah, 2005:6) :

1. Fungsi Ganda

Fungsi utama persediaan adalah memisahkan produksi dan distribusi. Pada saat penawaran atau item persediaan tidak teratur,maka mengamankan persediaan merupakan keputusan yang terbaik.

2. Mengantisipasi adanya inflasi

Persediaan dapat mengantisipasi perubahan harga dan inflasi, Penempatan persediaan kas dalam bank merupakan pilihan tepat untuk mengembalikan investasi.

3. Memperoleh diskon terhadap jumlah persediaan yang dibeli Fungsi persediaan yang adalah memanfaatkan keuntungan dari diskon terhadap jumlah persediaan yang dibeli karena seringkali pemasok banyak yang menawarkan diskon untuk pembelian alam jumlah besar. Pembelian dalam jumlah besar secara substansi dapat mengurangi biaya produksi.


(30)

commit to user

16 4. Menjaga adanya ketidakpastian

Dalam system persediaan terdapat ketidakpastian dalam hal permintaan, penawaran dan waktu tunggu. Persediaan pengaman dijaga untuk memproteksi adanya ketidakpastian, baik persediaan bahan baku, persediaan pengaman barang dalam proses maupun persediaan barang jadi. Misalnya persediaan bahan bakuharus dijaga untuk menantisipasi ketidakpastian pengiriman oleh penjual dan persediaan barang dalam proses harus dijaga untuk mengantisipasi terjadinya perubahan penjadwalan yang tidak tepat. Menjaga produksi dan pembelian yang ekonomis.

5. Menjaga produksi dan pembelian yang ekonomis

Seringkali perusahaan memproduksi skala ekonomis bahan baku dalam lot. Dalam hal ini lot produksi melebihi periode waktu dan tidak dilanjutkan ke produksi sampai lot mendekati habis. Kondisi ini memungkinkan dapat membengkaknya biaya persiapan mesin produksi dan pembelian bahan baku. Karena biaya pemesanan, diskon jumlah pemesanan, dan biaya transportasi seringkali lebih ekonomis pada pembelian dalam jumlah besar, maka sebagian lot dapat dijadikan persediaan untuk penggunaanya.

6. Mengantisipasi perubahan permintaan penawaran

Persedian (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari suatu perusahaan. Ada


(31)

commit to user

enam pengunanaan persediaan menurut (Render dan Heizer, 2001:314) :

1) Untuk memberikan suatu stock barang – barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2) Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan produknya tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stock selama musim dingin, sehingga biaya pengurangan stock dan kehabisan stock dapat dihindari. Demikian pula, bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku ekstra mungkin diperlukan.

3) Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.

4) Untuk menghindari dari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. “safety stock” misalnya barang ditangan ekstra dapat mengurangi resiko kehabisan stock.

5) Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik yaitu dengan menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaan.


(32)

commit to user

18

F. Tehnik analisis

a. Economic Order Quantity

Menurut Rander dan Heizer (2001:316) merupakan teknik tertua juga sebuah metode manajemen persediaan yang paling terkenal Economic Order Quantity (EOQ), merupakan sebuah konsep dasar yang digunakan untuk menjawab pertanyaan “berapa jumlah yang harus dipesan” karena dengan semakin dekatnya perkiraan persediaan dengan terpenuhinya permintaan maka hal ini dapat menghemat opportunity cost pada perusahaan dan dapat meminimalisasikan biaya total. Konsep ini banyak digunakan di perusahaan-perusahaan atas usaha yang dilakukan oleh seorang konsultan yang bernama Wilson. Dan pada tahun 1915 FW, Harris mengembangkan rumus ini. Pada saat beberapa biaya menigkat dan yang lain menurun, maka keputusn ukuran pemesanan terbaik jarang terjadi. Ukuran lot terbaik akan menghasilkan persediaan yang mencukupi untuk mengurangi beberapa biaya penyimpanan. Dalam hal ini terdapat kompromi terhadap biaya tersebut. Model EOQ dapat digunakan untuk menentukan persediaan dengan syarat harus memenuhi beberapa asumsi dibawah ini:

1) Tingkat penggunaan seragam dan diketaui (permintaan konstan)


(33)

commit to user

2) Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan (tidak diskon)

3) Semua pesanan dikirim pada waktu yang sama

4) Lead time konstan dan diketahui dengan baik. Persediaan datang pada saat persediaan habis

5) Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitanya dengan produk lain

6) Biaya penempatan dan pemesanan diabaikan untuk sejumlah pesanan

7) Stuktur biaya kusus digunakan dengan cara biya item untuk unit konstan dan tidak ada diskon untuk pembelian jumlah besar

Gambar 2.1

Grafik Economic Order Quantity

Q : Jumlah yang dipesan kapan saja persediaan mencapai titik pesanan kembali (R)

d : Tingkat permintaan dan penggunaan per hari. L : Lead time

Q

R R - dL


(34)

commit to user

20 Karena permintaan akan produk adalah konstan dan seragam, grafik persediaan dari waktu ke waktu berbentuk seperti dalam grafik 2-1 (ini menyebabkan mengapa EOQ sering disebut model Continuous).

Economic Order Quantity dicari dengan cara :

Jumlah pemesanan EOQ yaitu jumlah pemesanan yang dapat diminimalkan total biaya persediaan, sehingga persediaan biaya hanya dapat didasarkan pada biaya yang dapat mempengaruhi pemesanan dan pembelian yaitu total biaya pemesanan yaitu total pemesanan dan total biaya penyimpanan, sehingga :

TOC = TCC

C Q Q D ÷ ø ö ç è æ = ÷÷ ø ö çç è æ 2 2 ÷ ø ö ç è æ = C DS Q2 2

Sehingga EOQ dapat dihitung dengan :

C ds EOQ= 2

b. Safety Stock

Didalam EOQ diatas memiliki kelemahan yaitu tidak pekanya terhadap perubahan-perubahan dari permintaan, biaya pemesanan dan biaya kehabisan persediaan atau chortage cost (stoct out) dapat dicontohkan tingkat kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 0.05 dan apabila


(35)

commit to user

ketidakpastian permintaan mengalami peningkatan, maka akan mengalami kehabisan stok (stock out). Safety stoc merupakan dilemma dimana adany stoct out akan berakibat terganggunya proses produksi dan adanya stoct yang berlebihan juga akan membengkakan penyimpanan biaya.

Gambar 2.2 Grafik Safety Stock

Maka tujuan model ini adalah menentukan besarnya persediaan (safety stock) untuk memimumkan biaya kehabisan bahan (expenced cost of shotages) dan biaya penyimpan persediaan pengaman. Gambar 2.2 memperihatkan kalau perusahaan tidak memiliki pengalaman maka perusahaan akan mengalami kekurangan bahan.

Menurut Zulkifikarijah (2006:144) ada beberapa factor yang dapat menyebabakan perusahaan melakukan safety stock, yaitu

1. Biaya atau kerugian yang disebabkan oleh stock out tinggi. Apabila bahan yang digunakan untuk proses produksi tidak

Pesanan diterima


(36)

commit to user

22 tersedia, maka aktivitas perusahaan akan terhenti yang menyebabkan terjadinya idle tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang pada akhirnya perusahaan akan kehilangan penjualan. Stock out pada produk jadi menyebabkan pengiriman tertunda dan pelanggan harus menunggu akibat keterlambatan ini.

2. Variasi atau ketidakpastian permintaan yang meningkat. Adanya jumlah permintaan atau tidak sesuai dengan peramalan yang ada diperusahaan menyebabkan tingkat kebutuhan persediaan yang meningkat pula, oleh karena itu perlu dilakakan antisipasi terhadap safety stock agar semua permintaan dapat terpenuhi.

3. Resiko Stockout meningkat. Keterbatasan jumlah peserdiaan yang ada di pasar dan kesulitan yang dihadapi perusahaan mendapat persediaan akan berdampak pada sulitnya terpenuhi persediaan yang ada diperusahaan, kesulitan ini akan menyebabkan persediaan mengalami stock out.

4. Biaya penyimpanan safety stock yang murah. Apabila perusahaan memiliki gudang yang memadahi dan memungkinkan, maka biaya penyimpanan tidaklah terlalu besar hal ini dimaksutkan untuk mengantisipasi terjadinya stock out.


(37)

commit to user

Persediaan pengaman (Sefety Stock) dicari dengan cara : SS=d max - d

d max = permintaan maxsimum per hari d = permintaan per hari

c. Reorder Point

Setelah kita menentukan beberapa persediaan yang akan dipesan ,kita akan melihat pada pertanyaan persediaan yang kedua , kapankah pemesanan kembali akan dilakukan . model persediaan sederhana EOQ mengasumsikan bahwa suatu permintaan pesanan bersifat seketika, dengan kata lain mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaanya sampai nol sebelum perusahaan memesan kembali. Dan dengan seketika kiriman yang dipesan akan diterima. Akan tetapi waktu diantara pemesanan hingga saat barang diterima disebut Leat Time, dan basa saja pengirim bias lebih cepat atau terlambat, maka metode ini dinamakan RQP ( Re Order Poin) yang memiliki fungsi membarikan pertimbangan atas keputusan kapankah perusahaan akan memesan persediaan kembali, hal ini dapat diungkapkan dalam konteks pemesanan ulang.

Titik Pemesanan Ulang dicari dengan cara: ROP =U x L

U = Permintaan per hari


(38)

commit to user

24 Untuk permintaan per hari dicari dengan cara:

D =

hari per ja jml

D ker

Persamaan diatas mengamsusikan bahwa permintaannya sama dan bersifat konstan. Dan jika didalam lead time terjadi lonjakan permintaan atau keterlambatan waktu kirim maka perusahaan harus membuka persediaan tambahan atau sering disebut stok pengaman (safety stock)


(39)

commit to user

BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Perkembangan Perusahan

UD. RONGGO JATI yang berlokasi di Karangrejo kalijambe, Sragen adalah perusahaan yang bergerak di bidang furniture, yang menyediakan berbagai macam produk furniture, almari, meja kursi dll

Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Surono pada tahun 1988. Bapak Surono adalah pemimpin utama perusahaan ini, selama perusahaan ini berdiri belum terjadi pergantian pemimpin, selama dipimpin bliau perusahaan ini mengalami kemajuan yang pesat.

Perusahaan ini pertama kali usaha hanya memproduksi kusen-kusen dan jual beli kayu glondongan. Semakin berkembangnya zaman dan respon yang baik dari konsumen maka perusahaan ini mulai bergerak di bidang furniture yang mulai berkembang hasil-hasil produksinya mulai dari pintu ukir, almari, kusen, meja makan dll. Produksi barang-barang masih masih dilingkup pasar lokal dan pesanan dari mitra kerja. Di tahun 2011 perusahaan akan untuk menembus pasar ekspor dangan lebih meningkatkan kwalitas barang produksi.

2. Struktur Organisasi Perusahaan dan Personalia

Struktur organisasi perusahaan berhubungan dengan penyusunan personil yang saling berhubungan dengan tugasnya. a. Struktur Organisasi Perusahaan


(40)

2

6

STRUKTUR ORGANISASI UD RONGGO JATI

Pimpinan

Keuangan

Administrasi

Kasir

Kepala Gudang

Administrasi Gudang

Bagian Umum

Sopir

Bagian Produksi

Teknisi

Gambar 3.1

Struktur Organisasi UD. Ronggo Jati


(41)

Dibawah ini adalah uraian dan tugas dari masinng-masing bagian struktur organisasi UD.RONGGO JATI :

1) Pimpinan

Tugas dan tangging jawab pimpinan adalah:

a) Menetapkan kebijakan umun dalam menyusun rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja perusahaan.

b) Memberikan penilaian, pengarahan dan saran tentang kinerja perusahaan yang dilakukan oleh para bagian bawah pimpinan c) Penanggung jawab utama semua kegiatan dan usaha untuk

mencapai tujuan perusahaan 2) Keuangan

Tugas dan tanggung jawab bagian keuangan adalah

a) Membuat catatan pembukuan terhadap transaksi-transaksi yang dilakukan oleh perusahaan

b) Bertanggung jawab atas keamanan keuangan perusahaan 3) Kepala Gudang

Tugas dan tanggung jawab seorang kepala gudang adalah

a) Mengawasi kegiatan keluar masuk barang yang ada digudang b) Mengelola dan mengatur barang yang datang

4) Administrasi Gudang

Tugas dan tanggung jawab administrasi


(42)

commit to user

28 c) Membuat dan menghitung retur barang

5) Bagian Umum

Tugas dan tanggung jawab bagian umum

a) Mengatur dan mengontrol bagian teknis yang ada diperusahaan b) Menangani masalah transportasi kendaraan diperusahaan 6) Sopir

Tugas dan tanggung jawab sopir adalah mengantar pesanan barang kepada pelanggan.

7) Keamanan

Bertugas menjaga dan mengamankan perusahaan selama 24 jam dan menerima dan mengecek truk bawaan perusahaan

8) Bagian Produksi

Tugas dan Tanggung jawab karyawan adalah memproduksi barang dari barang mentah menjadi barang jadi

b. Personalia

1) Jumlah keryawan

Jumlah karyawan di UD.Ronggo Jati berjumlah 70 orang untuk karyawan tetap dengan rincian :

a) Keuangan 4 Orang

b) Bagian Gudang 5 Orang

c) Bagian Umum 1 Orang

d) Bagian Produksi 51 Orang


(43)

f) Teknisi 2 Orang

g) Keamanan 2 Orang

70 Orang 2) Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku pada UD.Ronggo Jati adalah sebagai berikut :

Senin – Jum’at : Pukul 08.00 – 16.00 WIB Istirahat : Pukul 12.00 - 13.00 WIB 3) Sistem Penggajian

Sistem penggajian yang berlaku di UD.Ronggo Jati dibagi berdasarkan atas jabatan dan tingkat keahlian karyawan yaitu : a) Karyawan Tetap

Pembayaran dilakukan secara bulanan dan dibayarkan setiap tanggal 10.

b) Karyawan Harian

Pembayaran dilakukan setiap hari Sabtu 4) Kesejahteraan karyawan

Dalam hal ini UD.Ronggo Jati juga juga memperhatikan kesejahteraan dan anggota keluarga dalam bentuk

a) Memperoleh tunjangan hari raya (THR)

b) Biaya pengobatan jika terjadi kecelakaan kerja c) Pinjaman kebutuhan mendadak


(44)

commit to user

30 3. Aspek Pemasaran Perusahaan ini Meliputi

a. Produk

Produk yang terdapat pada UD.Ronggo Jati antara lain pintu ukir, almari, meja rias, kursi tamu,kusen-kusen, dipan, meja makan, meja kursi berbagai jenis dan model.

b. Harga

Penetapan harga tiap produk berdasarkan ukuran, jenis kayu yang digunakan dan tingkat kerumitan ukiran

c. Saluran Distibusi

Distribusi menurut Gitosudarmo (1999:253) adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirim serta menyampaikan barang yang dipasarkan itu kepada konsumen. Dalam menentukan saluran distribusi sebaiknya perusahaan harus berhati-hati. Karena peran ini Sangat penting baik bagi perusahaan maupun konsumen.

B. LAPORAN MAGANG KERJA

1. Pengertian

Magang kerja asalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa baik secara kelompok maupun individu yang terjun langsung didunia kerja. Magang kerja wajib dilakukan oleh mahasiwa Diploma Tiga jurusan Manajemen Industri semester akhir waktu pelaksanaan selama satu bulan.


(45)

2. Waktu dan Pelaksanaan Magang Kerja

Magang dilaksanakan selama satu bulan yaitu tanggal 2 Maret 2009 sampai dengan tanggal 3 Maret 2009, atau selama liburan semester V. Sedangkan pelaksanaan adalah hari Senin – Jum’at : Pukul 08.00-14.00 WIB.

Magang kerja dilaksanakan di UD.Ronggo Jati yang terletak di Jl.Solo-Purwodado km.17, Kalijambe, Sragen.

3. Kegiatan Magang

Selama mengikuti magang mahasiswa wajib melaksanakan kegiatan yang di tetapkan oleh perusahan, kegiatan tersebut meliputi a) Minggu pertama dan kedua

Selama minggu pertama dan kedua masiswa melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Perkenalan dengan staff kantor maupun bagian gudang

2) Mencatat dan mengumpulkan data perusahaan yang

diperlukan.

b) Minggu ketiga dan keempat

Kegiatan minggu ketiga dan keempat meliputi :

1) Membantu karyawan dibagian administrasi gudang 2) Mencatat dan mengumpulkan data di bagian gudang


(46)

commit to user

32

C. Analisis Data

Metode yang penilis gunakan dalam penelitian mengenai data persediaan barang UD. Ronggo Jati adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). EOQ adalah suatu metode untuk menganalisa jumlah pengadaan barang

1. Analisis menurut kebijakan perusahaan

Selama ini UD.Ronggo Jati memperoleh bahan baku dari supplier , tetapi perusahaan menerapkan pengendalian kwalitas yang ketat dan teliti mengenai bahan baku supaya produksinya berkualitas baik.

Kebutuhan bahan baku dari tahun ke tahun semakin meningkat disebabkan oleh pesanan yang meningkat. Persediaan kebutuhan bahan baku kayu jati selama ini menyesuaikan kondisi barang yang ada digudang, sehingga perusahaan sering mengalami kekurangan bahan baku kayu jati karena pemesanan dilakukan saat persediaan kayu jati digudang mulai menipis, hal ini dapat berdampak pada pelayanan kepada konsumen, jika banyak pesanan maka perusahaan tidak dapat memenuhi semuanya dan pengirimanpun bisa tidak tepat waktu.

Perusahaan perlu lebih memperhatikan jumlah dan kualitas pembelian bahan baku yang lebih ekonomis. Sehingga terkadang perusahaan akan mengalami kekurangan dan kelebihan bahan baku dan dapat mempengaruhi laba perusahaan.


(47)

= 45,5 m3

Berikut adalah data kebutuhan kayu jati tahun 2007 per m3 :

Tabel 3.1

Kebutahan kayu jati tahun 2007 per m3

No Periode Kebutuhan (X)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 30 45 47 39 50 55 43 40 45 50 55 47 546 Sumber UD. Ronggo Jati Tahun 2007 1). Jumlah pengadaan rata-rata barang

Jumlah pengadaan rata-rata barang pada periode 2007 yang dilakukan UD. Ronggo Jati setiap bulan adalah sebagai berikut:

= Jumlah kebutuhan barang selama setahun

Frekuensi pengadaan selama satu tahun = 546


(48)

commit to user

34 2) Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan adalah biaya yang akan terkait langsung dengan kegiatan pemesanan barang oleh perusahaan. Biaya ini akan semakin besar bila perusahaan semakin sering melakukan kegiatan pemesanan barang. Biaya pemesanan tidak memperhitungkan jumlah unit yang dipesan, namun biaya ini cuma menghitungkan frekuensi pemesanan. Biaya –biaya yang ditanggung oleh UD. Ronggo Jati adalah sebagai berikut.

a) Biaya Telepon

Yaitu biaya yang timbul karena adanya komunikasi lewat telepon didalam proses pemesanan kayu jati selama tahun 2007. Yaitu sebesar Rp 1.820.000

b) Biaya bongkar muat barang

Yaitu biaya yang timbul akibat pemakaian tenaga untuk memindahkan kayu jati dari truk ke gudang. Perusahaan mempunyai 4 pekerja dengan gaji setiap bongkar muat kayu jati sebasar Rp 40.000/orang. Selama tahun 2007 terjadi 22 kali bongkar muat kayu jati.

4 orang x Rp 40.000= Rp 160.000


(49)

c) Biaya transportasi

yaitu biaya yang terjadi karena pemakaian kendaraan perusahaan untuk penggambilan bahan baku kayu jati.biaya trnsportasi ini meliputi biaya pembelian solar pada truk angkut. Selama tahun 2007 total biaya transprotasi untuk penggambilan kayu jati sebesar Rp 10.050.000

Berikut adalah jumlah biaya pemesananyang dilakukan UD.Ronggo Jati

Tabel 3.2

Biaya pemesanan tahun 2007

Jenis biaya Jumlah

Biaya telepon Biaya bongkar muat Biaya transportasi

Rp 1.820.000 Rp 3.520.000 Rp 10.050.000

Jumlah Rp 15.390.000

Sumber UD. Ronggo Jati tahun 2007

Maka biaya pemesanan sekali pesan untuk pengadaan barang adalah

= Rp 15.390.000 12


(50)

commit to user

36 3) Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan yaitu biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena adanya penyimpanan barang. Biaya penyimpanan akan semakin tinggi jumlahnya apabila jumlah unit yang disimpan semakin besar. Biaya penyimpanan tidak terpengaruh dengan jumlah frekuensi pemesanan barang.

Berikut adalah biaya-biaya penyimpanan yang ditanggung oleh UD Ronggo Jati

a) Biaya penyusutan gedung

Pada saat ini gedung UD.Ronggo Jati telah memiliki gedung sebagai tempat penyimpanan barang sehingga perusahaan tidak mengeluarkan uang untuk menyewa gedung .

Perkiraan biaya pengusutan gedung sebesar Rp 1.000.000 b) Biaya tenaga kerja gudang

Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar gaji karyawan bagian gudang yaitu karyawan yang bertugas menata dan mengatur barang digudang. UD. Ronggo Jati memperkerjakan 6 orang tenaga kerja dengan gaji Rp 25.000 perhari

6 orang x Rp 25.000 x 300 =Rp 45.000.000 c) Biaya listrik

Biaya yang disediakan perusahaan untuk membayar pemakaian listrik yang digunakan untuk penerangan listrik. Pada biaya ini


(51)

perusahaan telah menetapkan sebesar 50% dari keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.

50% x Rp 6.100.000 = Rp 3.050.000 d) Biaya perawatan gudang

Biaya yang disediakan perusahaan untuk merawat & membersihkan gudang agar gudang layak dipakai untuk menyimpan barang sebesar Rp 1.500.000. Biaya perawatan gedung ini biasanya meliputi pengecatan gedung, pembenahan atap jika ada yang rusak.

Berikut adalah jumlah biaya penyimpanan barang UD.Ronggo Jati selama tahun 2007.

Tabel 3.3

Biaya penyimpanan selama tahun 2007

Jenis biaya Jumlah Biaya

Biaya penyusutan gedung Biaya tenaga kerja gudang Biaya listrik

Biaya perawatan gudang

Rp 1.000.000 Rp 45.000.000

Rp 3.050.000

Rp 1.500.000

Jumlah Rp 50.550.000

Sumber : UD. Ronggo Jati tahun 2007

Biaya penyimpanan untuk persediaan barang adalah

Rp50.500.000, sehingga besar biaya penyimpanan per unit adalah : =

546 000 . 550 . 50 Rp


(52)

commit to user

38 4) Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)

Menurut kebijakan perusahaan yaitu jumlah total biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menyediakan barang. Selama ini UD. Rongga Jati belum menggunakan suatu metode tertentu untuk menghitung biaya persediaan.

Diketahui :

pesan Biaya pesan sekali : Rp 1.282.500

Biaya simpan per unit : Rp 92.582,418

Sehingga biaya persediaan selama tahun 2007 adalah

TIC : Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

: (Rp 1.282.500 x 12) + (Rp 92.582,418 x 546) : Rp 15.390.000 + Rp 50.550.000

: Rp 65.940.000

2. Analisis dengan Metode EOQ

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian mengenai data persediaan barang UD. Rongga Jati adalah metode Economical Order Quantity (EOQ). EOQ adalah suatu metode untuk menganalisis jumlah pengadaan barang yang paling ekonomis dalam pengadaan barang atau bahan. Dengan pengadaan yang lebih ekonomis dapat menekan atau mengurangi biaya untuk pengeluaran perusahaan terutama biaya-biaya yang menyangkut persediaan. Langkah dalam menganalisis persediaan dengan metode EOQ yaitu sebagai berikut :


(53)

a) Analisis besarnya persediaan barang yang optimal

1) Biaya penyimpanan per unit (C) : Rp 92.582,418

2) Biaya pemesanan sekali pesan (S) : Rp 1.282.500

3) Kebutuhan barang selama 1 tahun (D) : 546 Maka persediaan barang yang optimal adalah

Q* =

C DS 2

Q* =

418 , 582 . 92 000 . 282 . 1 546

2 x x

Q* = 123 m3

b) Frekuensi pengadaan yang ekonomis untuk kebutuhan barang selama tahun 2006 adalah sebagai berikut :

Frekuensi pengadaan =

Q

setahun barang

kebutuhan Jumlah

Frekuensi pengadaan =

123 546

Frekuensi pengadaan = 4,4 kali

Jadi, Frekuensi pengadaan = 4,4 kali.

c) Total biaya persediaan atau Total Inventory Cost

Total persediaan atau total inventory cost adalah jumlah keseluruhan biaya persediaan meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan barang. Cara menghitung total biaya persediaan dengan metode EOQ adalah sebagai berikut :


(54)

commit to user

40

1) Biaya penyimpanan per unit (C) : Rp 92.582,418

2) Kebutuhan barang selama 1 tahun(D) : 546

3) Biaya pemesanan sekali pesan (S) : Rp 1.282.500

4) Persediaan barang yang optimal(Q) : 122,9

Maka :

TIC = S Q C

Q D 2 + ú û ù ê ë é

TIC = 92.582,418

2 9 , 122 500 . 282 . 1 9 , 122 546 Rp x Rp + ú û ù ê ë é

TIC = 11.386.870,59

Sehingga biaya total persediaan selama satu tahun adalah : = Frekuensi pemesanan x TIC

= 4,3 x Rp 11.386.870,59 = Rp 50.102.230,58

3. Menentukan Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Kebutuhan perusahaan akan adanya barang tidak akan sama setiap bulannya, selain itu barang yang dipesan oleh perusahaan belum tentu selalu datang pada waktunya. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen perusahaan yaitu dengan menyediakan persediaan pengamanan atau safety stock hal ini dimasukkan agar konsumen tidak kecewa apabila barang yang di gudang kehabisan stock barang. Penentuan jumlah persediaan pengaman atau safety stock dilakukan


(55)

dengan metode statistik yaitu dengan membandingkan pemakaian barang sesungguhnya dengan rata-rata pemakaian barang kemudian dicari berapa besar penyimpangannya atau standar deviasi. Standar deviasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

SD = n x x 2

å

÷ ø ö ç è æ -

-Tabel 3.4

Penghitungan Standar Deviasi

No. Periode X x- ÷

ø ö ç è

æ -

-x x 2 ÷ ø ö ç è æ -

-x x

1 Januari 30 45,5 -15,5 240,25

2 Februari 45 45,5 -0,5 0,25

3 Maret 47 45,5 1,5 2,25

4 April 39 45,5 -6,5 42,25

5 Mei 50 45,5 4,5 20,25

6 Juni 55 45,5 9,5 90,25

7 Juli 43 45,5 -2,5 6,25

8 Agustus 40 45,5 -5,5 30,25

9 September 45 45,5 -0,5 0,25

10 Oktober 50 45,5 4,5 20,25

11 November 55 45,5 9,5 90,25

12 Desember 47 45,5 1,5 2,25

545 SD = n x x 2 ÷ ø ö ç è æ -å -SD = 12 545


(56)

commit to user

42 Dengan asumsi bahwa manajemen perusahaan menggunakan dua standar penyimpanan atau penyimpangan yang paling ujung yang tidak ditolerir, serta dengan mempergunakan satu sisi dari kurve normal (yang mempunyai nilai 1,65 dimana nilail ini dapat dilihat dalam tabel area kurve normal). Maka perhitungan besarnya persediaan

pengaman adalah sama dengan nilai dari dua standar penyimpangan

yang ada yaitu sebagai berikut :

Safety stock = Z x Standar Deviasi

= 1,65 x 6,7 = 11,055

4. Analisis Titik Pemesanan Kembali (Re Order Point)

Lead Time pada UD. Rongga Jati adalah dua hari, maka untuk menghitung rata-rata dengan asumsi bahwa setahun adalah 300 hari yaitu :

Penggunaan rata-rata per hari =

hari kebutuhan Jumlah

300

= 300 546

= 1,82

Jadi, besarnya Re Order Point adalah sebagai berikut :

Re Order Point = d x L x ss


(57)

Jadi, pemesanan kembali barang harus dilaksanakan oleh perusahaan

pada waktu persediaan di gudang sebesar 10,34 m3

Tabel 3.5

Perbandingan Antara Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ

No. Keterangan Kebijakan

Perusahaan

Metode EOQ Selisih

1 Pengadaan rata-rata

barang

45,5 122,9 77,4

2 Persediaan

penyelamat

Tak ada 11,055 11,055

3 Titik pemesanan

kembali

Tak ada 10,34 10,34

4 Total biaya persediaan Rp 65.940.000 Rp 50.102.230 15.837.770

Dari tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Pengadaan rata-rata barang menurut kebijakan perusahaan

sebesar 45,5 m3 sedangkan menurt EOQ adalah sebesar 122,9.m3

2) Menurut kebijakan perusahaan persediaan penyelamatan tidak ada sedangkan menurut metode EOQ perusahaan harus mengadakan

persediaan penyelamatan sebesar 11,055 m3

3) Perusahaan tidak mencatat pasti kapan harus melakukan

pemesanan kembali tetapi menurut metode EOQ perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali saat persediaan tinggal 10,34 m3.

4) Besar biaya perusahaan menurut kebijakan perusahaan adalah Rp65.940.000, sedangkan analisis metode EOQ besarnya biaya persediaan adalah sebesar Rp 50.102.230


(58)

commit to user

44

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis data pada UD.GONGGO JATI maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut

1. Mengacu pada metode EOQ, kebijakan perusahaan tentang pengadaan barang belum dilakukan seoptimal mungkin, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang penulis lakukan yaitu jumlah pengadaan rata-rata barang yang dipesan perusahaan menurut kebijakan

sekarang adalah sebesar 45,5 m3. Sedangkan menurut metode EOQ

adalah sebesar 122,9 m3. Jadi jumlah persediaan barang optimal yang

harus dipesan oleh perusahaan agar penjualan tetap lancer adalah sebesar 122,9 m3.

2. Bersarnya biaya persediaan barang menurut kebijakan perusahaan yaitu sebesar Rp65.940.000. Dibandingkan dengan dengan biaya persediaan menurut kebijakan perusahaan, perhitungan dengan metode EOQ relative lebih rendah yaitu sekitar Rp50.102.230

3. Besarnya persediaan penyelamatanatau safety stock yang harus disediakan UD.RONGGO JATI untuk penjualan barang adalah sebesar 11,055 m3. Hal ini dapat dilakukan dengan pertimbangan apabila perusahaan berada pada saat junlah permintaan mengalami lonjakan maka safety stock dapat menutupi permintaan tersebut, sehingga proses penjualan dapat berjalan lancar.


(59)

4. Melalui analisis yang penulis lakukan UD.RONGGO JATI sebaiknya melakukan pemesanan barang kembali (Ro Order Poin) apabila persediaan digudang kususnya kayu jati tinggal 10.34 m3. Kondisi ini perlu diperhatikan agar perusahaan tidak mengalami kehabisan stock atau kekurangan barang.

B.Saran

Dari kesimpulan diatas penulis dapat memberikan saran untuk UD.Ronggo Jati dijadikan bahan pertimbanganbagi pihak perusahaan dalam pengadaan persediaan barang yaitu :

1. Perusahaan sebaiknya menerapkan metode EOQ dalam melakukan pengadaan persediaan barang dengan asumsi dengan pertimbangan analisis yang penulis lakukan, karena dengan metode EOQ lebih dapat meningkatkan efisiensi dan mencapai biaya persediaan barang yang lebih ekonomis dibandingkan dengan kebijakan perusahaan yang sekarang diterapkan.

2. Perusahaan sebaiknya menyediaan persediaan penyelamat (Safety Stock) untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan sehubungan dengan persediaan barang agar tidak terjadi kekurangan barang sehingga proses penjualan tidak terganggu.

3. Perusahan hendaknya melakukan pemesanan kembali (Re Order Point) untuk menghidari keterlambatan pesanan barabg saat saat persediaan gudang tinggal 10,34 m3 Hal ini perlu dipertimbangkan


(1)

1) Biaya penyimpanan per unit (C) : Rp 92.582,418 2) Kebutuhan barang selama 1 tahun(D) : 546

3) Biaya pemesanan sekali pesan (S) : Rp 1.282.500 4) Persediaan barang yang optimal(Q) : 122,9

Maka :

TIC = S Q C

Q D

2 + ú û ù ê ë é

TIC = 92.582,418

2 9 , 122 500 . 282 . 1 9 , 122

546

Rp x

Rp +

ú û ù ê ë é

TIC = 11.386.870,59

Sehingga biaya total persediaan selama satu tahun adalah : = Frekuensi pemesanan x TIC

= 4,3 x Rp 11.386.870,59 = Rp 50.102.230,58

3. Menentukan Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Kebutuhan perusahaan akan adanya barang tidak akan sama setiap bulannya, selain itu barang yang dipesan oleh perusahaan belum tentu selalu datang pada waktunya. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen perusahaan yaitu dengan menyediakan persediaan pengamanan atau safety stock hal ini dimasukkan agar konsumen tidak kecewa apabila barang yang di gudang kehabisan stock barang.


(2)

dengan metode statistik yaitu dengan membandingkan pemakaian barang sesungguhnya dengan rata-rata pemakaian barang kemudian dicari berapa besar penyimpangannya atau standar deviasi. Standar deviasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

SD = n x x 2

å

÷ ø ö ç è æ -

-Tabel 3.4

Penghitungan Standar Deviasi

No. Periode X x- ÷

ø ö ç è

æ -

-x x 2 ÷ ø ö ç è æ -

-x x

1 Januari 30 45,5 -15,5 240,25

2 Februari 45 45,5 -0,5 0,25

3 Maret 47 45,5 1,5 2,25

4 April 39 45,5 -6,5 42,25

5 Mei 50 45,5 4,5 20,25

6 Juni 55 45,5 9,5 90,25

7 Juli 43 45,5 -2,5 6,25

8 Agustus 40 45,5 -5,5 30,25

9 September 45 45,5 -0,5 0,25

10 Oktober 50 45,5 4,5 20,25

11 November 55 45,5 9,5 90,25

12 Desember 47 45,5 1,5 2,25

545 SD = n x x 2 ÷ ø ö ç è æ -å -SD = 12 545


(3)

Dengan asumsi bahwa manajemen perusahaan menggunakan dua standar penyimpanan atau penyimpangan yang paling ujung yang tidak ditolerir, serta dengan mempergunakan satu sisi dari kurve normal (yang mempunyai nilai 1,65 dimana nilail ini dapat dilihat dalam tabel area kurve normal). Maka perhitungan besarnya persediaan pengaman adalah sama dengan nilai dari dua standar penyimpangan yang ada yaitu sebagai berikut :

Safety stock = Z x Standar Deviasi = 1,65 x 6,7

= 11,055

4. Analisis Titik Pemesanan Kembali (Re Order Point)

Lead Time pada UD. Rongga Jati adalah dua hari, maka untuk menghitung rata-rata dengan asumsi bahwa setahun adalah 300 hari yaitu :

Penggunaan rata-rata per hari =

hari kebutuhan Jumlah

300

=

300 546

= 1,82

Jadi, besarnya Re Order Point adalah sebagai berikut : Re Order Point = d x L x ss


(4)

Jadi, pemesanan kembali barang harus dilaksanakan oleh perusahaan pada waktu persediaan di gudang sebesar 10,34 m3

Tabel 3.5

Perbandingan Antara Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ

No. Keterangan Kebijakan

Perusahaan

Metode EOQ Selisih

1 Pengadaan rata-rata barang

45,5 122,9 77,4

2 Persediaan penyelamat

Tak ada 11,055 11,055

3 Titik pemesanan kembali

Tak ada 10,34 10,34

4 Total biaya persediaan Rp 65.940.000 Rp 50.102.230 15.837.770 Dari tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Pengadaan rata-rata barang menurut kebijakan perusahaan sebesar 45,5 m3 sedangkan menurt EOQ adalah sebesar 122,9.m3

2) Menurut kebijakan perusahaan persediaan penyelamatan tidak ada sedangkan menurut metode EOQ perusahaan harus mengadakan persediaan penyelamatan sebesar 11,055 m3

3) Perusahaan tidak mencatat pasti kapan harus melakukan pemesanan kembali tetapi menurut metode EOQ perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali saat persediaan tinggal 10,34 m3.

4) Besar biaya perusahaan menurut kebijakan perusahaan adalah Rp65.940.000, sedangkan analisis metode EOQ besarnya biaya persediaan adalah sebesar Rp 50.102.230


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis data pada UD.GONGGO JATI maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut

1. Mengacu pada metode EOQ, kebijakan perusahaan tentang pengadaan barang belum dilakukan seoptimal mungkin, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang penulis lakukan yaitu jumlah pengadaan rata-rata barang yang dipesan perusahaan menurut kebijakan sekarang adalah sebesar 45,5 m3. Sedangkan menurut metode EOQ

adalah sebesar 122,9 m3. Jadi jumlah persediaan barang optimal yang

harus dipesan oleh perusahaan agar penjualan tetap lancer adalah sebesar 122,9 m3.

2. Bersarnya biaya persediaan barang menurut kebijakan perusahaan yaitu sebesar Rp65.940.000. Dibandingkan dengan dengan biaya persediaan menurut kebijakan perusahaan, perhitungan dengan metode EOQ relative lebih rendah yaitu sekitar Rp50.102.230

3. Besarnya persediaan penyelamatanatau safety stock yang harus disediakan UD.RONGGO JATI untuk penjualan barang adalah sebesar 11,055 m3. Hal ini dapat dilakukan dengan pertimbangan

apabila perusahaan berada pada saat junlah permintaan mengalami lonjakan maka safety stock dapat menutupi permintaan tersebut,


(6)

4. Melalui analisis yang penulis lakukan UD.RONGGO JATI sebaiknya melakukan pemesanan barang kembali (Ro Order Poin) apabila persediaan digudang kususnya kayu jati tinggal 10.34 m3. Kondisi ini

perlu diperhatikan agar perusahaan tidak mengalami kehabisan stock atau kekurangan barang.

B.Saran

Dari kesimpulan diatas penulis dapat memberikan saran untuk UD.Ronggo Jati dijadikan bahan pertimbanganbagi pihak perusahaan dalam pengadaan persediaan barang yaitu :

1. Perusahaan sebaiknya menerapkan metode EOQ dalam melakukan pengadaan persediaan barang dengan asumsi dengan pertimbangan analisis yang penulis lakukan, karena dengan metode EOQ lebih dapat meningkatkan efisiensi dan mencapai biaya persediaan barang yang lebih ekonomis dibandingkan dengan kebijakan perusahaan yang sekarang diterapkan.

2. Perusahaan sebaiknya menyediaan persediaan penyelamat (Safety Stock) untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan sehubungan dengan persediaan barang agar tidak terjadi kekurangan barang sehingga proses penjualan tidak terganggu.

3. Perusahan hendaknya melakukan pemesanan kembali (Re Order Point) untuk menghidari keterlambatan pesanan barabg saat saat persediaan gudang tinggal 10,34 m3 Hal ini perlu dipertimbangkan