PENGARUH KUALIFIKASI AKADEMIK GURU DAN KOMPETENSI PROFESIONAL TERHADAP KINERJA GURU ATAS DASAR PENILAIAN KEPALA SEKOLAH : Sensus pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara.

(1)

Meliaty Simbolon, 2012

Pengaruh Kualifikasi Akademik Guru dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR RUMUS ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 11

1.3 Rumusan Masalah Penelitian 11

1.4 Tujuan Penelitian 12

1.5 Manfaat Penelitian 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka 14

2.1.1 Kualifikasi Akademik Guru 15

2.1.2 Kompetensi Profesional Guru 20

2.1.3 Kinerja Guru 40

2.1.3.1 Pengertian 40

2.1.3.2 Evaluasi Kinerja Guru 43

2.1.3.3 Lingkup Kinerja Guru 46

2.2 Kerangka Pemikiran 51

2.3 Hipotesa Penelitian 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian 55

3.2 Populasi Penelitian 55

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 57

3.3.1 Variabel-variabel Penelitian 57

3.3.2 Definisi Operasional Penelitian 57

3.4 Instrumen dan Pengumpulan Data 59

3.4.1 Jenis instrumen yang digunakan 59

3.4.2 Kisi-kisi instrumen 60

3.5 Teknik Pengumpulan Data 62

3.6 Uji Instrumen Penelitian 63


(2)

Meliaty Simbolon, 2012

Pengaruh Kualifikasi Akademik Guru dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.6.2 Pengujian Reliabilitas 68

3.7 Teknik Analisis Data 71

3.7.1 Uji Persyaratan Pengolahan Data 71 a. Method of Successive Intervals (MSI) 71

b. Uji Asumsi Normalitas 72

c. Uji Asumsi Klasik 72

1. Uji Heteroskedastisitas 73 2. Uji Multikolinieritas 73

3.7.2 Analisis Dekriptif Variabel 74

3.7.3 Teknik Pengolahan Data untuk Uji Hipotesis 75

3.7.3.1 Analisis Korelasi 75

3.7.3.2 Analisis regresi linear berganda 76

3.7.3.3 Koefisien Determinasi 78

3.7.3.4 Rancangan Pengujian Hipotesis 78 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 80

4.1.1 Karakteristik Responden Penelitian 80 4.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 88 4.1.2.1 Variabel Kualifikasi Akademik 89 4.1.2.2 Variabel Kompetensi Profesional Guru 91

4.1.2.3 Variabel Kinerja Guru 94

4.1.3 Hasil Analisis Prasyarat Uji Statistik 99

4.1.3.1 Uji Normalitas 99

4.1.3.2 Uji Multikolinieritas 101

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas 102 4.1.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 103

4.2 Pembahasan 110

4.2.1 Pengaruh Kualifikasi Akademik Terhadap Kinerja

Guru 110

4.2.2 Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap

Kinerja Guru 115

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan 118

5.2 Rekomendasi 120

DAFTAR PUSTAKA 123


(3)

Meliaty Simbolon, 2012

Pengaruh Kualifikasi Akademik Guru dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia, oleh karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan kenegaraan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan pembinaan sumber daya manusia, maka penyelenggaraan pendidikan harus dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa

2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna

3. Pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat


(4)

2

4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat

6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.

Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk menguasai kompetensi.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara eksplisit mengisyaratkan adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.


(5)

Standarisasi pendidikan menjadi tolak ukur untuk mengetahui mutu pendidikan. Mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, apalagi jika dibandingkan dengan mutu pendidikan Negara lain. Hasil Survey Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang dilakukan pada tahun 2000 tentang mutu pendidikan di kawasan Asia menempatkan Indonesia di rangking 12 setingkat di bawah Vietnam.

Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah kesiapan sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Sumber daya yang dimaksud adalah pendidik (guru) dan tenaga kependidikan. Tenaga pendidik (guru) berpengaruh besar karena guru adalah pihak yang secara langsung mengelola kegiatan pendidikan secara langsung di kelas. Secara umum guru masih belum mencapai kinerja yang baik.

Hal ini dinyatakan oleh Sukmadinata dalam Jejen Musfah (2003: 203) “Selain masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar hal yang menjadi permasalahan pendidikan adalah faktor guru. Pertama, guru belum bekerja dengan sungguh-sungguh. Kedua, kemampuan profesional guru masih kurang”.

Hal ini ditambahkan oleh Sanusi (2007: 17) yang menyatakan:

Guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek kinerjanya yang standar, karena ia belum memiliki; keahlian dalam isi dari bidang studi, pedagogis, didaktik, dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya berdisiplin dan bermotivasi, kerja tim antara sesama guru, dan tenaga kependidikan lain.

Sebagai pendidik profesional, maka guru harus memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Pendidikan guru juga secara umum masih belum memenuhi standar kualifikasi minimal. Rendahnya


(6)

4

sumberdaya manusia Indonesia berdasarkan hasil survey UNDP tersebut adalah akibat rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Salah satu kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional adalah peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, juga perluasan dan pemerataan pendidikan serta akuntabilitas juga menjadi kebijakan pembangunan pendidikan nasional (UUSPN No. 20 Tahun 2003).

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain:

1. Adanya keberagaman kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan penguasaan pengetahuan.

2. Belum adanya alat ukur yang akurat untuk mengetahui kemampuan guru. 3. Pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan.

Jika hal tersebut tidak segera diatasi, maka akan berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan dimaksud antara lain:

1. Kemampuan siswa dalam menyerap mata pelajaran yang diajarkan guru tidak maksimal.

2. Kurang sempurnanya pembentukan karakter yang tercermin dalam sikap dan kecakapan hidup yang dimiliki oleh setiap siswa.

3. Rendahnya kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa terutama di tingkat dasar (hasil studi internasional yang dilakukan oleh organisasi International Education Achievement, 1999).


(7)

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sering menjadi sorotan berbagai pihak. Rendahnya kualifikasi akademik guru disebabkan oleh beragam faktor, diantaranya:

1. Rendahnya kesejahteraan guru. Gaji guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, sehingga tidak ada alokasi dana untuk melanjutkan pendidikan atau menambah referensi.

2. Rendahnya kualitas, kualifikasi dan kompetensi guru. Kompetensi guru yang rendah sering menjadi kendala guru untuk memperoleh beasiswa yang jumlahnya terbatas. Jika mutu guru rendah, maka mereka akan sulit dan/atau kalah berkompetisi dengan guru yang lebih bermutu.

3. Rendahnya komitmen guru untuk meraih pendidikan lebih tinggi. Guru dapat melanjutkan sekolah dan/atau menyelesaikan pendidikannya manakala dalam dirinya ada komitmen yang tinggi dan pemikiran jauh ke depan.

4. Rendahnya motivasi guru untuk meraih pendidikan lebih tinggi. Guru-guru pada umumnya cenderung untuk merasa cukup dengan keadaan yang ada, kalaupun ada usaha adalah sekedar memenuhi persyaratan kualifikasi akademik. Banyak guru, meskipun tidak semua yang memaksakan diri untuk sekolah jika diharuskan atau jika ada pengaruhnya pada jabatan dan pendapatan.

Peran guru sangat penting dalam mutu pendidikan, karena mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya. Hal ini ditegaskan oleh Abdul Malik Fajar bahwa peningkatan mutu guru adalah prioritas utama. Guru yang belum memenuhi standar kompetensi masih besar jumlahnya, hal ini disebabkan


(8)

6

oleh karena adanya guru yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola peserta didik, kepribadian guru masih labil, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat masih rendah, serta penguasaan guru terhadap materi pembelajaran masih dangkal.

Guru merupakan profesi yang sudah diakui keberadaannya sebagai profesi seiring dengan tuntutan profesional. Pemenuhan tuntutan profesional sebagai seorang guru akan memunculkan guru yang berkualitas, memiliki kompetensi memadai, memiliki pemahaman mendalam mengenai apa yang dikerjakannya, cakap dalam mengelola pembelajaran yang efektif dan efisien serta memiliki karakter atau kepribadian yang kuat. Guru yang tidak profesional membawa pengaruh negatif pada pencapaian peserta didik.

Menurut Allan C. Ornstein dalam Jejen Musfah (1990: 6) mengatakan bahwa :

Guru tidak dapat membuat perubahan pada prestasi siswa, ada tiga hal yang harus menjadi perhatian guru: kebutuhan minimal untuk persiapan guru (sebelum mengajar), kebutuhan minimal untuk fokus pada kompetensi guru, dan guru harus bertanggung jawab pada prestasi siswa.

Pengembangan kompetensi guru semestinya fokus pada lima wilayah pengembangan (Lang dan Evans dalam Jejen Musfah, 2007: 8), yaitu :

1. Isi pengetahuan; pengetahuan tentang isi kurikulum dan pengajaran, melampaui teks, memperluas pengetahuan siswa tentang bidang studi, dan mengatur kembali pengetahuan.

2. Tingkat konseptualisasi; kemampuan mengidentifikasi wilayah permasalahan atau wilayah untuk meningkatkan kemampuan mengajar seseorang,


(9)

mengidentifikasi perilaku cadangan, mengaplikasikan teori dan ide dan mendesain rencana pengembangan profesional.

3. Proses pengajaran; kemampuan dan penggunaan yang tepat terhadap variasi strategi, metode dan keterampilan manajemen kelas dan pengajaran

4. Komunikasi antarpribadi; kemampuan berkomunikasi dengan siswa, staf sekolah, dan orangtua

5. Ego; pengetahuan tentang diri dan bertanggung jawab atas perbuatan, perhatian pada orang lain, merespon positif umpan balik, objektif dan jujur, memfasilitasi pertumbuhan orang lain, mengembangkan konsep diri yang positif dan meningkatkan kemuliaan-diri (self-esteem).

Jumlah guru mata pelajaran seni di Provinsi Sumatera Utara khususnya daerah Kota Binjai masih relatif sedikit (40 guru di 26 Sekolah Menengah Atas (SMA). Berikut adalah data jumlah guru seni di Kota Binjai tahun 2012:

Tabel 1.1

Jumlah Guru Seni Di Kota Binjai Tahun 2012 Guru

(1)

Jurusan (2)

L. Belakang Pendidikan (3)

S1 Seni (4)

S1 Non Seni (5) 40 orang Seni Musik Bahasa Indonesia 8 orang 4 orang

Seni Tari Olah Raga 10 orang 18 orang Seni Rupa Dan lain-lain 6 orang 4 orang

Guru yang ada pada kolom 3 dan 5 adalah guru yang termasuk tidak memenuhi kualifikasi akademik. Hal ini diasumsikan menjadi salah satu penyebab kurang bervariasi dan mendalamnya pengetahuan teori serta praktek guru mata pelajaran seni sehingga siswa kurang mengeksplorasi kemampuan seninya. Hal ini


(10)

8

dapat diketahui dari nilai semester. Mata pelajaran seni tahun 2011 di Kota Binjai memiliki nilai diatas rata-rata. Adapun nilai rata-rata seni sebagai berikut:

Tabel 1.2 Nilai Rata-Rata Seni

NAMA SEKOLAH NILAI HASIL KARYA

SMA SWAKARYA 75 Tari, vokal

SMA ABDI NEGARA 75 Seni kriya

SMA AHMAD YANI 75 Vokal

SMA ANNADWA ISLAMIC CENTRE 75 Nyanyi

SMA GAJAH MADA 75 Gambar

SMA INSANI 75 Seni kriya

SMA LANGKAT BINJAI 75 Seni kriya

SMA MELATI 75 Gambar

SMA METHODIS BINJAI 75 Gambar

SMA MUHAMMADIYAH 2 BINJAI 75 Vokal, Gambar

SMA PABA BINJAI 75 Vokal, recorder + pianika

SMA PALAPA BINJAI 75 Nyanyi

SMA SANTO THOMAS 4 75 Vokal

SMA SATRIA BINJAI 75 Nyanyi

SMA SETIA BUDI 75 Seni Kriya

SMA TAMAN SISWA 75 Vokal, gambar, teater

SMA TELADAN 75 Gambar

SMA TUNAS PELITA 75 Vokal, Tari

SMA YPIS MAJU 75 Gambar

SMA N 1 BINJAI 75 Nyanyi, gambar

SMA N 2 BINJAI 75 Musikal, gambar

SMA N 3 BINJAI 75 Seni Kriya

SMA N 4 BINJAI 75 Gambar

SMA N 5 BINJAI 75 Gambar

SMA N 6 BINJAI 75 Gambar

SMA N 7 BINJAI 75 Gambar

Sumber: Kepala Sekolah dan Guru SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa guru yang berlatar belakang pendidikan non seni secara teoritis tidak memiliki pemahaman yang memadai, jika ada pengalaman tentu masih belum tentu dapat dijadikan dasar belajar formal.


(11)

Hal inilah yang membedakan guru sebagai profesi formal dengan pelatih sanggar tari, musik atau rupa.

Guru yang mempunyai latar belakang pendidikan seni setingkat DIII (di bawah standar kualifikasi akademik) juga dianggap belum cukup layak untuk mengajar karena belum mendapatkan teori pedagogik untuk peserta didik. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan non seni dan berlatar belakang seni di bawah Strata 1 (S-1) merupakan guru yang kualifikasi akademiknya belum cukup dan akan berpengaruh pada kompetensi profesionalnya dalam menyampaikan mata pelajaran seni di sekolah khususnya Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Guru yang berlatar belakang non seni diharapkan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya yaitu dengan mengikuti pelatihan baik dalam bentuk kompetensi pedagogik maupun pelatihan sebagai instruktur.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terutama pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 28 menjelaskan bahwa kompetensi yang wajib dimiliki dan dikuasai guru terbagi dalam empat dimensi kompetensi yaitu:

1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada anak didik.

2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru dalam pembawaan yang tenang, berkarisma, berwibawa, namun tetap mampu didekati anak didik dan mencerminkan kecerdasan yang bukan hanya terkait pada bidang keilmuan tapi juga dalam wawasan pengetahuan yang luas.


(12)

10

3. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat dan berinteraksi dengan anak didik, sekolah dan lingkungannya dengan baik, dalam arti adil dan tegas tanpa memandang status anak didik.

4. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing anak didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

a. Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar

b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah c. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

d. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari

e. Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Kompetensi profesional adalah kompetensi yang dibutuhkan bagi setiap profesional agar dapat melaksanakan tugas sesuai tuntutan kompetensinya. Guru sebagai suatu profesi perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan profesinya yaitu kompetensi pekerjaan pada tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Kompetensi profesional dapat dipelajari melalui pelatihan dan diskusi antara sesama guru, oleh karena itu jika masih belum memadai guru yang bersangkutan masih dapat memperbaiki kemampuannya.


(13)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh bagaimana kualifikasi akademik dan kompetensi profesional guru mata pelajaran seni terhadap kinerja guru atas dasar penilaian kepala sekolah yang tergambar pada nilai mata pelajaran siswa pada mata pelajaran tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah dapat dinyatakan bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi profesional adalah beberapa dari berbagai unsur yang mempengaruhi kinerja guru. Latar belakang pendidikan yang sesuai akan memberikan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas guru, dalam hal ini adalah guru mata pelajaran seni. Selain itu kemampuan guru melaksanakan tugas profesinya yang disebut kompetensi profesional juga menjadi bagian penting dari tingkat keberhasilan kinerja guru.

Tingkat kinerja guru di Kota Binjai masih perlu diteliti lebih lanjut untuk memastikan bagaimana latar belakang pendidikan dan kompetensi profesional guru yang mempengaruhi kinerja guru. Hal ini penting untuk diketahui sebagai masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan seperti sekolah, guru dan peneliti masalah serupa.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi permasalahan, rumusan masalah yang dijadikan topik penelitian adalah sebagai berikut:


(14)

12

1. Bagaimanakah gambaran kualifikasi akademik guru mata pelajaran seni, pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Binjai?

2. Bagaimanakah gambaran kompetensi profesional guru mata pelajaran seni pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Binjai?

3. Bagaimanakah gambaran kinerja guru mata pelajaran seni di Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Binjai?

4. Bagaimanakah pengaruh kualifikasi akademik dan kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru yang dinilai oleh kepala sekolah pada mata pelajaran seni di Kota Binjai?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kualifikasi akademik dan kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru mata pelajaran seni, Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Binjai.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui seberapa banyak jumlah guru yang memiliki kualifikasi akademik jurusan seni dan yang memiliki kualifikasi akademik yang bukan jurusan seni tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Binjai.

b. Mengetahui sejauh mana kompetensi profesional guru pada mata pelajaran seni Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Binjai

c. Mengetahui sejauh mana kepala sekolah mengetahui kinerja guru pada mata pelajaran seni di Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Binjai.


(15)

d. Mengetahui pengaruh kualifikasi akademik dan kompetensi profesional terhadap kinerja guru mata pelajaran seni tingkat SMA di kota Binjai

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka hasil penelitian ini memiliki manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, yaitu:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan,

dan melihat pengaruh kualifikasi akademik dan kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru atas dasar penilaian kepala sekolah.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menjadi referensi dalam melaksanakan tugas di instansi tempat peneliti bekerja;

2. Menjadi referensi bagi peneliti yang akan melaksanakan kajian pada masalah yang terkait;

3. Menjadi masukan bagi kepala sekolah yang menjadi lokasi penelitian; 4. Menjadi masukan bagi guru seni yang terkait;

5. Bagi peneliti, kesempatan penelitian yang dilakukan ini merupakan upaya menambah wawasan berfikir ilmiah;

6. Bagi penelitian lebih lanjut dapat memanfaatkan penelitian yang berkaitan dengan kualifikasi akademik dan kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru sebagai bahan kajian yang relevan.


(16)

Meliaty Simbolon, 2012

Pengaruh Kualifikasi Akademik Guru dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui penelitian survei. Penelitian survei dipilih berdasarkan beberapa hal, yaitu efektifitas waktu dan tenaga, efisiensi biaya dan mempermudah generalisasi permasalahan menjadi kesimpulan yang dapat diterima. Pada penelitian ini disebarkan kuesioner mengenai pengaruh kualifikasi akademik guru dan kompetensi profesional guru pada kinerja guru di bidang seni dan populasinya adalah guru seni kelas X, XI, XII di SMA negeri dan swasta di Kota Binjai. Selanjutnya dilakukan observasi dan hasil dari analisis data selanjutnya menjadi dasar untuk menghasilkan rekomendasi strategi penjaminan mutu pendidikan di sekolah.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Seni SMA Negeri dan Swasta di Kota Binjai.


(17)

Tabel 3.1

Populasi SMA di Kota Binjai

No Kecamatan Sekolah Negeri Sekolah Swasta

1. Binjai Kota 1. SMA NEGERI 1 2. SMA TAMAN SISWA

3. SMA AHMAD YANI

4. SMA METHODIST BINJAI

5. SMA MUHAMMADIYAH 12

6. SMA TELADAN

7. SMA SWAKARYA

2. Binjai Timur 1. SMA NEGERI 4 2. SMA SANTO THOMAS 4

3. SMA SATRIA BINJAI

3. Binjai Selatan 1. SMA NEGERI 2

2. SMA NEGERI 3

3. SMA NEGERI 5

4. SMA PABA BINJAI

5. SMA PALAPA BINJAI

4. Binjai Utara 1. SMA NEGERI 6 2. SMA INSANI

3. SMA LANGKAT BINJAI

4. SMA SETIA BUDI

5. SMA ABDI NEGARA

6. SMA ANNADWA ISLAMIC

CENTRE

7. SMA MELATI

8. SMA TUNAS PELITA

9. SMA YPIS MAJU

5. Binjai Utara 1. SMA NEGERI 6 2. SMA GAJAH MADA

Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Binjai

Berdasarkan populasi SMA negeri dan swasta yang ada di lima kecamatan Kota Binjai diketahui bahwa jumlah guru seni SMA adalah 40 orang. Distribusi dari populasi guru seni SMA di Kota Binjai dapat diketahui di tabel berikut.

Tabel 3.2

Populasi Guru Seni SMA di Kota Binjai

No Status Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Guru

1 Sekolah Negeri 7 12

2 Sekolah Swasta 19 28


(18)

57

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel-variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang dapat dijadikan sebagai informasi yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel independen, disebut juga variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualifikasi akademik dan kompetensi profesional.

b. Variabel dependen, disebut juga variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable independen. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru.

3.3.2 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional adalah pemahaman konseptual dari variable-variabel yang terukur dalam penelitian. Definisi operasional yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kualifikasi Akademik Guru

Merupakan tingkatan keahlian atau prasyarat yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu. Kualifikasi adalah seseorang yang dapat menunjukkan suatu “keahlian atau kecakapan khusus” yang dikuasainya dan telah diakui.


(19)

Dalam penelitian ini kualifikasi akademik meliputi ijazah yang merefleksikan kemampuan yang dipersyaratkan bagi guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada jenjang, jenis, satuan pendidikan atau mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan standar nasional pendidikan.

b. Kompetensi Profesional Guru

Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Definisi dari kompetensi guru adalah kemampuan guru dalam melakukan pekerjaannya atau kemampuan mengajar guru. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran telah ditentukan dalam standar kompetensi yang wajib dimilikinya, penelitian ini menggunakan kompetensi guru berdasarkan pendapat E. Mulyasa (2008:135), sehingga dalam penelitian ini kompetensi profesional termasuk digabungkan dalam tiga kompetensi lainnya. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan; (a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampunya; dan (b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.


(20)

59

c. Kinerja Guru

Kinerja guru adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas guru dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

Hal ini senada dengan pendapat Mahsun (2006) yang menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program, kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi sekolah yang tertuang dalam perencanaan strategis suatu sekolah.

3.4 Instrumen dan Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis instrumen yang digunakan

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data-data penelitian yang diukur dan dihitung atau analisa. Isi dari kuesioner berupa aspek-aspek dan pertanyaan yang mengacu pada tujuan kuesioner. Kuesioner penelitian ini terbagi dari tiga kuesioner yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan dengan alternatif jawaban yang tertutup. Tujuan penggunaan kuesioner dengan model ini untuk mengetahui secara fakta dan jelas semua informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Instrumen dalam penelitian ini dianalisa dengan berdasarkan pembagian informasi yang menjadi pertanyaan. Misalkan untuk kualifikasi akademik, informasi yang digali peneliti adalah latar belakang pendidikan dan tugasnya mengajarnya.


(21)

Dari tiga indikator ini, seorang guru harus dimilikinya, sehingga kualitas belajar siswa terukur melalui perubahan yang dihasilkan dari proses belajar mengajar yaitu dengan peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa.

3.4.2 Kisi-kisi Instrumen

Pengembangan instrument dilakukan dengan beberapa cara yaitu: a. Kuesioner akademik guru

b. Test kompetensi profesional guru

c. Kuesioner kinerja guru, serta melakukan validitas dan reliabilitas instrumen. Berikut kisi-kisi masing-masing instrumen:

Tabel 3.3

Kisi-kisi kuesioner Kualifikasi Akademik Guru

Dimensi Indikator Soal Item Skala

1. Kualifikasi akademik

1.1 Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai

1.2 Memiliki pengalaman mengajar selain di sekolah penugasan 1,2 3,4,5,6,7,8 Ordinal Ordinal 2. Kegiatan pengembangan profesi keguruan dan keahlian

2.1 Mengikuti pelatihan dan pendidikan tentang peningkatan

kompetensi 2.2 Melaksanakan

penyusunan instrumen pembelajaran

2.3 Pelaksanakan pengembangan instrumen pembelajaran

2.4 Berperan aktif dalam organisasi profesi 9 10 11,12 13,14,15 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(22)

61

Tabel 3.4

Kisi-kisi kuesioner Kompetensi Profesional Guru

Variabel Indikator Soal Item Skala

1. Kompetensi Profesional Guru

1.1 Menguasai materi pelajaran

1.2 Menguasai kompetensi dasar mata pelajaran 1.3 Mengembangkan

materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

1.4 Mengembangkan keprofesionalan 1.5 Memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi

1,2,3,4,5 6,7,8,9 10, 11,12

13 s/d 17 18,19,20 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Tabel 3.5

Kisi-kisi kuesioner Kinerja Guru

Variabel Indikator Soal Item Skala

1. Kinerja Guru 1.1 Merencanakan Program kegiatan pembelajaran 1.2 Melaksanakan kegiatan

pembelajaran

1.3 Evaluasi pembelajaran 1.4 Disiplin

1 s/d 8

9,10,13,15,16

11,12,14 17 s/d 20

Ordinal

Ordinal

Ordinal Ordinal


(23)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi literatur

Yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Wawancara

Yaitu digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2008:194).

3. Kuesioner

Dilakukan dengan menyebarkan seperangkat daftar pertanyaan tertulis kepada responden (sampel penelitian). Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang telah disediakan dengan membubuhkan tanda (X) pada masing-masing alternatif jawaban yang dianggap paling tepat.

Langkah-langkah penyusunan kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Menyusun kisi-kisi kuesioner atau daftar pertanyaan.


(24)

63

3. Jenis instrumen yang digunakan dalam angket merupakan instrumen yang bersifat tertutup, yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis dan disertai dengan alternatif jawaban yang telah disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban yang tersedia.

3.6 Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan paling tinggi karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan fungsinya sebagai pembentukan hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan mutu hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliable, melalui uji validitas dan reliabilitas sehingga didapat data yang baik dan benar untuk sebuah penelitian.

3.6.1 Pengujian Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168), Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kavalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas rendah.

Rumus yang digunakan untuk menghitung kevalidan dari sebuah instrumen adalah rumus korelasi produk moment (product moment coefisient of corelation) yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:


(25)

Rumus 3.1

Keterangan :

R = Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

N = Jumlah sampel

ƩX2 = Kuadrat faktor variabel X ƩY2 = Kuadrat faktor variabel Y

∑XY = Jumlah perkalian faktor korelasi variabel X dan Y

Uji validitas secara manual bisa dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment seperti diatas, sedangkan untuk memudahkan uji validitas ini bias dengan menggunakan Program SPSS for Window hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan analisa correlation-bivariate-Pearson (Sugiyono, 2007) atau dengan menggunakan scale-realibility analysis-pada tabel item total statistics dengan item corrected item total correlation (Kusnendi, 2010).

Adapun kriterianya bisa menggunakan syarat minimal validitas sebesar 0,30 sebagai nilai kritis atau membandingkannya dengan r tabel pada tabel r product- moment.

=

� − ( )

�. 2− 2 �. 2−


(26)

65

Dalam penelitian ini menggunakan kriteria minimal uji validitas 0,3. Uji Validitas dari variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6

Uji Validitas Kualifikasi Akademik Guru

NO ITEM r HITUNG r KRITIS KETERANGAN

1 0.502 0.30 VALID

2 0.533 0.30 VALID

3 0.399 0.30 VALID

4 0.335 0.30 VALID

5 0.307 0.30 VALID

6 0.422 0.30 VALID

7 0.454 0.30 VALID

8 0.591 0.30 VALID

9 0.387 0.30 VALID

10 0.495 0.30 VALID

Berdasarkan Tabel 3.6, diperoleh informasi bahwa item-item pertanyaan untuk variabel kualifikasi akademik sudah valid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r hitung lebih besar dari r kritis.


(27)

Tabel 3.7

Uji Validitas Kompetensi Profesional Guru

NO ITEM r HITUNG r KRITIS KETERANGAN

1 0.464 0.30 VALID

2 0.478 0.30 VALID

3 0.376 0.30 VALID

4 0.308 0.30 VALID

5 0.418 0.30 VALID

6 0.314 0.30 VALID

7 0.539 0.30 VALID

8 0.431 0.30 VALID

9 0.474 0.30 VALID

10 0.527 0.30 VALID

11 0.464 0.30 VALID

12 0.488 0.30 VALID

Berdasarkan Tabel 3.6, diperoleh informasi bahwa item-item pertanyaan untuk variabel kompetensi profesional guru sudah valid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r hitung lebih besar dari r kritis.


(28)

67

Tabel 3.8

Uji Validitas Kinerja (Kepala Sekolah)

NO ITEM r HITUNG r KRITIS KETERANGAN

2 0.461 0.30 VALID

4 0.344 0.30 VALID

6 0.539 0.30 VALID

7 0.391 0.30 VALID

8 0.338 0.30 VALID

9 0.464 0.30 VALID

12 0.477 0.30 VALID

13 0.468 0.30 VALID

14 0.413 0.30 VALID

15 0.667 0.30 VALID

16 0.420 0.30 VALID


(29)

Tabel 3.9

Uji Validitas Kinerja (Guru)

NO ITEM KOEFISIEN r KRITIS KETERANGAN

1 0,415 0.30 VALID

2 0,442 0.30 VALID

3 0,410 0.30 VALID

4 0,322 0.30 VALID

5 0,390 0.30 VALID

6 0,473 0.30 VALID

7 0,587 0.30 VALID

8 0,352 0.30 VALID

9 0,453 0.30 VALID

10 0,533 0.30 VALID

11 0,305 0.30 VALID

Berdasarkan Tabel 3.6, diperoleh informasi bahwa item-item pertanyaan untuk variabel kinerja guru sudah valid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r hitung lebih besar dari r kritis.

3.6.2 Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya dapat


(30)

69

dipercaya, juga dapat diandalkan. Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006:178).

Pengujjian reliabilitas instrumen dengan rentan skor antara 1-5 menggunakan rumus Cronbach Alpha (Cα), yaitu:

Rumus 3.2

Keterangan :

r 11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau butir soal

�2 = Jumlah varians butir soal atau pertanyaan

�2

� = varians total

Jumlah varian butir tiap pertanyaan dapat dicari dengan cara mencari nilai varians tiap butir yang kemudian dijumlahkan ( �2) sebagai berikut :

Rumus 3.3

�2 = 2−

2 �

Sumber: Husein Umar (2002:147)

(Husein Umar, 2002:146)

11 =

�−1

1

ó2 ó2


(31)

Keterangan : σ2

= varians ∑X = jumlah skor N = jumlah responden

Uji realibilitas secara manual bisa dihitung dengan menggunakan rumus Alpha, sedangkan dengan menggunakan Program SPSS for Window hal ini bisa dihitung dengan menggunakan scale-realibility analysis pada tabel realibility Statistics. Kriteria yang digunakan yaitu minimal 0,5 (Sugiyono, 2007); 0,6 (Bhuono Agung Nugroho, 2005) atau 0,7 (Kusnendi, 2009). Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah minimal 0,70.

Hasil uji reabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.10 Uji Reabilitas

Variabel Cronbach's Alpha Keterangan

Kualifikasi akademik 0.753 Reliabel

Kompetensi professional 0.751 Reliabel Kinerja (Kepala Sekolah) 0.765 Reliabel

Kinerja (Guru) 0,718 Reliabel


(32)

71

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini meliputi tiga hal yaitu :

3.7.1 Uji Persyaratan Pengolahan Data

Agar data yang digunakan tepat sehingga diperoleh model yang baik maka dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap pendahuluan dan pengujian prasyarat penelitian sebagai berikut :

a. Method of Successive Intervals (MSI)

Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah pengukuran pada slaka ordinal. Untuk kepentingan analisis data dengan Analisis Jalur (Path Analysis) yang mensyaratkan tingkat pengukuran variabel sekurang-kurangnya interval, indeks pengukuran variabel ini ditingkatkan menjadi data dalam skala interval melalui Method of Successive Intervals (Rasyid, 2005: 36).

Penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam operasional variabel sebelumnya, maka semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasikan menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (Harun Al Rasyid, 1994:131).

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban, berdasarkan hasil jawaban responden pada setiap pernyataan.

2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap peryataan, dilakukan perhitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.


(33)

3. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, dilakukan perhitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

4. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pernyataan dan setiap pilihan jawaban.

5. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut :

Scala Value = (Dencity at Lower Limit ) – (Dencity at Upper Limit) (Area Below Upper Limit ) – (Area Bellow Lower Limit)

b. Uji Asumsi Normalitas

Syarat pertama untuk melakukan analisis regresi adalah normalitas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Triton (2005:76) “data sampel hendaknya memenuhi prasyarat distribusi normal.” Data yang mengandung data ekstrim biasanya tidak memenuhi data normalitas. Jika sebaran data mengikuti sebaran normal, maka populasi dari mana data diambil berdistribusi normal dan akan dianalisis menggunakan analisis parametrik. Pada penelitian ini, untuk mendeteksi apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak akan dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov yang ada pada program SPSS versi 20.0 for windows. Jika nilai signifikansi dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.


(34)

73

1. Uji Heteroskedastisitas

Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastis pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastis jika output SPSS pada gambar scatterplot menunjukkan penyebaran titik-titik data sebagai berikut :

1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka . 2. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Hal ini menyimpulkan bahwa varians dari data penelitian bersifat Homogen dan model dinyatakan tidak memiliki masalah heteroskedastisitas (Bhuono Agung Nugroho, 2005 : 63).

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan pelanggaran terhadap asumsi klasik yang menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel-veriabel bebas dalam model yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Gejala multikolinieritas dapat meyebabkan koefisien regresi masing-masing variabel independen tidak signifikan secara statistik, sehingga tidak dapat diketahui variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala


(35)

multikolinieritas dapat dilihat pada nilai koefisien parsial. Jika R2 cukup tinggi (antara 0.7 – 1).

Tapi, tidak ada satu pun variabel yang signifikan secara parsial, maka ada indikasi terdapat gejala multikolinieritas (Gujarati, 2003:344). Dalam output SPSS untuk mendeteksi uji multikolinieritas ini dapat dilihat dari TOL dan VIP.

3.7.2 Analisis Deskriptif Variabel

Perhitungan persentase digunakan untuk mengetahui gambaran variabel penelitian, melalui perhitungan frekuensi skor jawaban responden pada setiap alternatif jawaban angket, sehingga diperoleh persentasi jawaban setiap alternatif jawaban dan skor rata-rata.

Interpretasi skor rata-rata jawaban responden dalam penelitian ini menggunakan rumus interval , sebagai berikut :

Panjang Kelas Interval = Rentang

Banyak Kelas Interval

Sesuai dengan skor alternatif jawaban angket yang terentang dari 1 sampai dengan 5, banyak kelas interval ditentukan sebanyak 5 kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut :

Panjang Kelas Interval =5−1


(36)

75

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penaksiran skor rata-rata jawaban responden tampak seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.11

Skala Penafsiran Rata-rata Skor Jawaban Responden

Rentang Penafsiran

1,00−1,75 Tidak mampu

1,76−2,25 Kurang mampu

2,26−3,25 Mampu

3,26−4,00 Sangat mampu

3.7.3 Teknik Pengolahan Data untuk Uji Hipotesis 3.7.3.1Analisis Korelasi

Untuk keperluan perhitungan koefisien korelasi r (korelasi product moment) berdasarkan sekumpulan data (Xi, Yi) berukuran n dapat digunakan rumus menurut Sugiyono (2010:255) berikut ini:

Rumus 3.4

�= � � �− � �

2

� 2 �2− � 2

Keterangan :

r = Koefisien korelasi


(37)

Y = Variabel terikat (dependent)

Sugiyono (2010:257) menjelaskan interprestasi koefisien korelasi untuk mengetahui besarnya tingkat hubungan antar variabel sebagai berikut :

Tabel 3.12

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2010:257)

3.7.3.2Analisis Regresi Linear berganda

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan kausal dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier sederhana, karena penelitian ini hanya menganalisis dua variabel. Analisis ini digunakan untuk menentukan seberapa kuatnya pengaruh variabel independen (X1) yaitu kualifikasi akademik dan variabel (X2) kompetensi profesional guru terhadap variabel dependen (Y) yaitu kinerja guru.


(38)

77

Maka bentuk umum persamaannya adalah:

Rumus 3.5

= 0+ 1+ 2+� Sugiyono (2009:262)

dimana:

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan α = Harga Y nila X = 0 (harga konstan)

β = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Langkah–langkah yang dilakukan dalam analisis regresi adalah sebagai berikut:

a. Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung koefisien a dan b, yaitu; ƩXi, ƩYi,ƩXiYi, ƩXi2, ƩYi2 , serta

b. Mencari koefisien regresi a dan b dengan rumus yang dikemukakan Sugiyono (2009:272) sebagai berikut:

= � �2 − � � �

� �2 2

= �� � � � −2 � �

� 2


(39)

X dikatakan mempengaruhi Y, jika berubahnya nilai X akan menyebabkan adanya perubahan nilai Y, artinya naik turunya X akan membuat nilai Y juga naik turun, dengan demikian nilai Y ini akan bervariasi. Namun nilai Y bervariasi tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh X, karena masih ada faktor lain yang menyebabkannya.

3.7.3.3Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya kontribusi dari X terhadap naik turunnya nilai Y dihitung dengan suatu koefisien yang disebut koefisien determinasi (KD). Adapun rumusnya sebagai berikut:

Rumus 3.6

KD = r 2 x 100 % (Sugiyono, 2009:210)

Keterangan :

KD = Koefisien determinasi R = koefisien korelasi

3.7.3.4Rancangan Pengujian Hipotesis

Untuk menguji keberartian koefisien korelasi antar variabel X dan Y dilakukan dengan membandingkan thitung dan ttabel, yaitu dengan menggunakan rumus distribusi studen (t student). Rumus dari t-student adalah :


(40)

79

Rumus 3.7

� = � �−2 1−�2

Keterangan :

t = Distribusi student r = Koefisien korelasi n = Banyaknya data

Kriterian pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah: 1. jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

2. jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.


(41)

Meliaty Simbolon, 2012

Pengaruh Kualifikasi Akademik Guru dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data penelitian kuantitatif ini menyimpulkan bahwa :

1. Kualifikasi akademik guru seni di SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai memiliki latar belakang akademik yang sebagian besar berasal dari jurusan pendidikan seni, pengalaman mengajar sebagian besar sebagai guru seni di sekolah, instrumen pembelajaran yang dibuat selama ini sudah sesuai dengan pendidikan seni dan sebagian besar sudah aktif dalam organisasi yang mendukung profesi sebagai guru seni. Dengan demikian, kualifikasi akademik guru SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai sudah sesuai dengan profesi yang dijalankan saat ini sebagai seorang guru seni.

2. Kompetensi profesional guru seni di SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai yang sebagian besar menguasai materi pelajaran, kompetensi dasar materi pelajaran, mampu mengembangkan keprofesionalan dan memamfaatkan TIK. Dengan demikian, guru seni SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai memiliki kompetensi profesional yang baik sebagai seorang guru seni.

3. Kinerja guru seni di SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai dalam penelitian ini menggunakan penilaian kepala sekolah sebagai penilai utama di sekolah dan


(42)

124

guru yang melakukan evaluasi sendiri (self evaluation) . Kinerja guru yang dinilai oleh kepala sekolah masing-masing menganggap bahwa sebagian besar guru seni merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai, melaksanakan evaluasi pembelajaran yang sesuai, dan melaksanakan disiplin. Dengan semikian guru seni SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai memiliki kinerja yang baik berdasarkan penilaian kepala sekolah. Kinerja guru yang dinilai oleh guru sendiri (Self evaluation) menunjukkan bahwa guru sangat mampu merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran dan melaksanakan disiplin. Bila dibandingkan dengan kinerja yang dinilai oleh kepala sekolah, maka kinerja yang dinilai oleh guru sendiri berada pada anggapan yang lebih rendah dalam menilai kinerja guru.

4. Kualifikasi akademik guru memiliki hubungan kuat dengan kinerja dan memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja. Artinya tinggi rendahnya kinerja guru cukup dipengaruhi oleh kualifikasi akademik guru tersebut. 5. Kompetensi profesional guru memiliki hubungan sangat kuat dengan kinerja

dan memiliki pengaruh yang kuat. Artinya tinggi rendahnya kinerja guru sangat dipengaruhi oleh kompetensi profesional dari guru seni tersebut. 6. Kualifikasi akademik dan kompetensi profesional memiliki pengaruh secara

bersama-sama terhadap kinerja guru. Artinya tinggi rendahnya kinerja guru sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh kompetensi profesional dan kualifikasi akademik. Namun, pengaruh kompetensi profesional lebih besar dibandingkan pengaruh kualifikasi akademik terhadap kinerja guru.


(43)

5.2 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. LPMP memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru yang ada di Kabupaten/Kota

2. LPMP bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk melakukan pelatihan khususnya pada guru seni.

3. Kualifikasi akademik para calon guru seni diharapkan sesuai dengan profesi yang akan di jalankannya, yaitu yang memiliki tingkat pendidikan S1 Pendidikan Seni. Untuk menjaga hal ini, maka pemerintah maupun pihak sekolah harus memiliki standar yang sama dalam merekrut para calon guru seni di sekolah. Disamping harus memiliki kualifikasi pendidikan formal yang sesuai, para calon guru seni juga harus memiliki bakat/talenta dalam bidang seni tertentu. Hal ini dilakukan agar para calon guru seni tidak hanya paham secara teori kesenian, tapi juga mahir dalam karya seni secara praktik. 4. Kompetensi profesional guru harus terus ditingkatkan melalui pendidikan dan

pelatihan yang terprogram dilakukan kepada para guru seni. Pendidikan dan pelatihan ini menyangkut program pengembangan kemampuan guru dari aspek pendidikan dan kesenian. Pendidikan dan pelatihan guru seni ini dapat dilakukan secara formal melalui jenjang pendidikan di perguruan tinggi maupun mengikutsertakan guru-guru dalam sanggar-sanggar kesenian di daerah. Disamping itu, dalam meningkatkan kompetensi guru seni dalam mendidik siswa di sekolah, sekolah harus dapat memfasilitas guru-guru untuk


(44)

126

melakukan studi banding dengan sekolah lain yang dapat dijadikan referensi dalam mengajarkan kesenian secara kreatif.

5. Kinerja guru dapat ditingkatkan dengan pemberian motivasi yang diberikan secara vertikal oleh pihak kepala sekolah dan dinas pendidikan maupun secara horizontal melalui perkumpulan guru-guru seni di MGMP dan komunitas lainnya. Hal yang praktis dilakukan yaitu dengan memberikan penghargaan nyata kepada guru-guru yang dapat mendorong para siswa nya untuk berprestasi membuat karya seni. Contoh : memberikan hadiah kepada guru yang siswanya memperoleh juara/melakukan penampilan di pentas seni daerah, nasional maupun internasional. Hal lain yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah dengan memfasilitasi guru-guru kesenian dengan fasilitas-fasilitas kesenian seperti alat-alat musik, sanggar, kostum dan fasilitas lainnya yang dapat mendorong guru mau berbuat nyata dalam menghasilkan karya seni bagi para siswanya.

6. Diharapkan kepada pemerintah agar membuat program pelatihan khususnya untuk guru-guru seni, sebab dari hasil penelitian banyak guru yang bukan bidangnya harus mengajar seni karena sebahagian besar orang yang memiliki keahlian tidak banyak yang berminat sebagai guru.

7. Diharapkan kepada pemerintah pusat khususnya di bidang pendidikan, agar perlu diperhatikan mata pelajaran khususnya seni, dimana seni merupakan bidang yang langka dan mata pelajaran yang tidak begitu diminati masyarakat karena dianggap tidak begitu diperlukan.


(45)

8. Untuk penelitian selanjutnya, agar diteliti mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru.


(46)

Meliaty Simbolon, 2012

Pengaruh Kualifikasi Akademik Guru dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2010). Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2008 tentang Guru. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 14 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Fatah, Nanang. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hamalik,Oemar. Dr. Prof, 2009, Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka.

Hasan, Alwi dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Pers.

Maisah dan Yamin, Martinis. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada.

Makawimbang, Jerry. H. 2010. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mudzakir, Sutrisno. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Cetakan Keempat. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Musfah, Jejen. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana.

Nurhayati B dan Hadis, Abdul. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Permadi, Dadi dan Arifin. Daeng. 2010. The Smiling Teacher (Perubahan dan Sikap dalam Mengajar). Cetakan Pertama. Bandung. CV Nuasa Aulia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar


(47)

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Riduwan (2010). Metode dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rusyan, Tabrani dkk. 1994. Pendekatan dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. 2010 Total Quality Manajemen in Education: Manajemen Mutu Pendidikan (Terjemahan Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi) Yogyakarta : IRCiSoD.

Sia, Tjundjing. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana N. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukardi. (2009). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Tilaar, H.A.R. (206). Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Asdi Mahasatya. Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uzer Usman, Moh. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

dinilai oleh kepala sekolah masing-masing menganggap bahwa sebagian besar guru seni merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai, melaksanakan evaluasi pembelajaran yang sesuai, dan melaksanakan disiplin. Dengan semikian guru seni SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai memiliki kinerja yang baik berdasarkan penilaian kepala sekolah. Kinerja guru yang dinilai oleh guru sendiri (Self evaluation)

menunjukkan bahwa guru sangat mampu merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran dan melaksanakan disiplin. Bila dibandingkan dengan kinerja yang dinilai oleh kepala sekolah, maka kinerja yang dinilai oleh guru sendiri berada pada anggapan yang lebih rendah dalam menilai kinerja guru.

4. Kualifikasi akademik guru memiliki hubungan kuat dengan kinerja dan memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja. Artinya tinggi rendahnya kinerja guru cukup dipengaruhi oleh kualifikasi akademik guru tersebut. 5. Kompetensi profesional guru memiliki hubungan sangat kuat dengan kinerja

dan memiliki pengaruh yang kuat. Artinya tinggi rendahnya kinerja guru sangat dipengaruhi oleh kompetensi profesional dari guru seni tersebut. 6. Kualifikasi akademik dan kompetensi profesional memiliki pengaruh secara

bersama-sama terhadap kinerja guru. Artinya tinggi rendahnya kinerja guru sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh kompetensi profesional dan kualifikasi akademik. Namun, pengaruh kompetensi profesional lebih besar dibandingkan pengaruh kualifikasi akademik terhadap kinerja guru.


(2)

125

5.2 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. LPMP memfasilitasi segala bentuk kegiatan dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru yang ada di Kabupaten/Kota

2. LPMP bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk melakukan pelatihan khususnya pada guru seni.

3. Kualifikasi akademik para calon guru seni diharapkan sesuai dengan profesi yang akan di jalankannya, yaitu yang memiliki tingkat pendidikan S1 Pendidikan Seni. Untuk menjaga hal ini, maka pemerintah maupun pihak sekolah harus memiliki standar yang sama dalam merekrut para calon guru seni di sekolah. Disamping harus memiliki kualifikasi pendidikan formal yang sesuai, para calon guru seni juga harus memiliki bakat/talenta dalam bidang seni tertentu. Hal ini dilakukan agar para calon guru seni tidak hanya paham secara teori kesenian, tapi juga mahir dalam karya seni secara praktik. 4. Kompetensi profesional guru harus terus ditingkatkan melalui pendidikan dan

pelatihan yang terprogram dilakukan kepada para guru seni. Pendidikan dan pelatihan ini menyangkut program pengembangan kemampuan guru dari aspek pendidikan dan kesenian. Pendidikan dan pelatihan guru seni ini dapat dilakukan secara formal melalui jenjang pendidikan di perguruan tinggi maupun mengikutsertakan guru-guru dalam sanggar-sanggar kesenian di daerah. Disamping itu, dalam meningkatkan kompetensi guru seni dalam mendidik siswa di sekolah, sekolah harus dapat memfasilitas guru-guru untuk


(3)

dalam mengajarkan kesenian secara kreatif.

5. Kinerja guru dapat ditingkatkan dengan pemberian motivasi yang diberikan secara vertikal oleh pihak kepala sekolah dan dinas pendidikan maupun secara horizontal melalui perkumpulan guru-guru seni di MGMP dan komunitas lainnya. Hal yang praktis dilakukan yaitu dengan memberikan penghargaan nyata kepada guru-guru yang dapat mendorong para siswa nya untuk berprestasi membuat karya seni. Contoh : memberikan hadiah kepada guru yang siswanya memperoleh juara/melakukan penampilan di pentas seni daerah, nasional maupun internasional. Hal lain yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah dengan memfasilitasi guru-guru kesenian dengan fasilitas-fasilitas kesenian seperti alat-alat musik, sanggar, kostum dan fasilitas lainnya yang dapat mendorong guru mau berbuat nyata dalam menghasilkan karya seni bagi para siswanya.

6. Diharapkan kepada pemerintah agar membuat program pelatihan khususnya untuk guru-guru seni, sebab dari hasil penelitian banyak guru yang bukan bidangnya harus mengajar seni karena sebahagian besar orang yang memiliki keahlian tidak banyak yang berminat sebagai guru.

7. Diharapkan kepada pemerintah pusat khususnya di bidang pendidikan, agar perlu diperhatikan mata pelajaran khususnya seni, dimana seni merupakan bidang yang langka dan mata pelajaran yang tidak begitu diminati masyarakat karena dianggap tidak begitu diperlukan.


(4)

127

8. Untuk penelitian selanjutnya, agar diteliti mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru.


(5)

Meliaty Simbolon, 2012

Pengaruh Kualifikasi Akademik Guru dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus pada Guru Mata Pelajaran Kesenian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatera Utara)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Alma, Buchari. (2010). Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2008 tentang Guru. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 14 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Fatah, Nanang. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hamalik,Oemar. Dr. Prof, 2009, Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka.

Hasan, Alwi dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Pers.

Maisah dan Yamin, Martinis. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada.

Makawimbang, Jerry. H. 2010. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Mudzakir, Sutrisno. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Cetakan Keempat. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Musfah, Jejen. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana.

Nurhayati B dan Hadis, Abdul. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Permadi, Dadi dan Arifin. Daeng. 2010. The Smiling Teacher (Perubahan dan Sikap dalam Mengajar). Cetakan Pertama. Bandung. CV Nuasa Aulia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar


(6)

124

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Riduwan (2010). Metode dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rusyan, Tabrani dkk. 1994. Pendekatan dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. 2010 Total Quality Manajemen in Education: Manajemen Mutu Pendidikan (Terjemahan Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi) Yogyakarta : IRCiSoD.

Sia, Tjundjing. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana N. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukardi. (2009). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Tilaar, H.A.R. (206). Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Asdi Mahasatya. Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uzer Usman, Moh. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA GURU, DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI WILAYAH ABUNG LAMPUNG UTARA

2 15 191

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA GURU, DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI WILAYAH ABUNG LAMPUNG UTARA

0 8 23

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KESIAPAN GURU EKONOMI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SE-KOTA MEDAN.

1 2 28

PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU MATA PELAJARAN EKONOMI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKOTA SERANG.

0 10 49

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU GEOGRAFI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LHOKSEUMAWE.

0 2 39

PENGARUH GAYA KEPEMIMIPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU: survei tehadap sekolah menengah atas di kota bandung.

0 1 46

Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah menengah atas : survei guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta.

1 3 125

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI HASIL UJI KOMPETENSI GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KOTA SURAKARTA.

0 0 11

Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru : studi kasus guru-guru sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 2 147

Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah menengah atas : survei guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 123