EFEKTIVITAS BIJI JAYANTI (SESBANIA SESBAN) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN KIMIAWI LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK.
EFEKTIVITAS BIJI JAYANTI (Sesbania sesban)
SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN KIMIAWI LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Progam Studi Biologi
Oleh :
Friska Dwi Nur Styani 0809123
PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
FRISKA DWI NUR STYANI
EFEKTIVITAS BIJI JAYANTI (Sesbania sesban) SEBAGAI
BIOKOAGULAN DALAM MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN KIMIAWI LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. H. Saefudin, M.Si. NIP. 196307011988031003
Pembimbing II
Hj. Tina safari, M.Si. NIP. 197303172001122002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Dr. H. Riandi, M.Si. NIP. 196305011988031002
(3)
EFEKTIVITAS BIJI JAYANTI (Sesbania sesban) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN KIMIAWI LIMBAH CAIR
INDUSTRI BATIK
Oleh
Friska Dwi Nur Styani 0809123
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
© Friska Dwi Nur Styani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(4)
EFFECTIVENESS JAYANTI SEEDS (Sesbania sesban) AS A BIOCOAGULANT TO IMPROVE PHYSICAL AND CHEMICAL CHARACTERISTICS OF WASTE WATER BATIK INDUSTRIES
ABSTRACT
This research concerned about effectiveness of Sesbania sesban seed as a
coagulant to improve physical and chemical characteristic of waste water batik industries by coagulation-flucolation process. The aim of this research was to fine
put the optimum concentration of Sesbania sesban seed to improve physical and
chemical characteristics of waste water batik industries. Physical characteristics
investigated in this research were turbidity and Total Suspended Solid (TSS).
Chemical characteristics investigated were Biochemical Oxygen Demand (BOD)
(mg/l), Chemical Oxygen Demand (COD) (mg/l), and hardness. This research was
used completely randomized design (RAL) methods with six concentration levels include: 590 mg/l, 610 mg/l, 630 mg/l, 650 mg/l, 690 mg/l, and one control. Research was done with four replication. Results of statistical analysis showed that the concentration of 590 mg/l for turbidity parameters, BOD, COD, TSS, showed a significant difference. The highest effectiveness values for the turbidity (91,24%), BOD (77,89%), COD (71,09%), and TSS (61,24%) concentrations were 690 mg/l. The most optimum hardness values after coagulation-floculation process at 630 mg/l was 90,07 mg/l.
Keyword: Coagulation-floculation, Biocoagulant, Sesbania sesban, wasted water
(5)
EFEKTIVITAS BIJI JAYANTI (Sesbania sesban) SEBAGAI
BIOKOAGULAN DALAM MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN KIMIAWI LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai efektivitas biji Sesbania sesban
sebagai koagulan dalam memperbaiki sifat fisik dan kimiawi limbah cair industri batik melalui proses koagulasi-flokulasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran dan konsentrasi biji Sesbania sesban yang optimum dalam
memperbaiki sifat fisik dan kimiawi limbah cair industri batik. Sifat fisik dalam
penelitian ini mencakup turbiditas dan Total Suspended Solid (TSS), sedangkan
sifat kimiawi mencakup Biochemical Oxygen Demand (BOD) (mg/l), Chemical
Oxygen Demand (COD), dan kesadahan. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan enam taraf konsentrasi yaitu 590 mg/l, 610 mg/l, 630 mg/l, 650 mg/l, 690 mg/l dan satu kontrol, masing-masing dengan empat kali pengulangan. Hasil analisis statistika menunjukan bahwa pada konsentrasi 590 mg/l untuk parameter turbiditas, BOD, COD, TSS, telah menunjukan perbedaan yang signifikan. Nilai efektivitas tertinggi untuk parameter turbiditas, BOD, COD, dan TSS terdapat pada konsentrasi 690 mg/l. Nilai efektivitas turbiditas 91,41%, nilai efektivitas BOD 77,89%, nilai efektivitas COD 71,09%, nilai efektivitas TSS 61,24%, dan nilai kesadahan yang paling optimum setelah proses koagulasi terdapat pada konsentrasi 630 mg/l dengan nilai kesadahan 90,07 mg/l.
Kata kunci : Koagulasi-flokulasi, Biokoagulan, Sesbania sesban, Limbah cair
(6)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRACK ... ii
ABSTRAK iii KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Batasan Masalah ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Asumsi ... 6
G. Hipotesis ... 6
BAB II BATIK, Sesbania sesban, KOAGULASI DAN FLOKULASI ... 7
A. BATIK ... 7
B. Sesbania sesban ... 16
C. Koagulasi dan Flokulasi ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Desain Penelitian ... 28
C. Populasi dan Sampel ... 29
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
(7)
F. Prosedur Pelaksanaan ... 31
G. Pengolahan Data ... 37
H. Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil dan Pembahasan ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Baku mutu limbah industri tekstil dan batik ... 14
2.2 Kandungan asam amino pada biji Sesbania sesban ... 20
3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian ... 30
3.2 Bahan yang digunakan dalam penelitian ... 31
4.1 Hasil pH optimum dan waktu pengendapan optimum dengan konsentrasi 420 mg/l menggunakan pengadukan lambat 40 rpm selama 20 menit dan pengadukan cepat 168,89 rpm selama 10 menit. ... 40
4.2 Hasil pH optimum dan waktu pengendapan optimum dengan konsentrasi 420 mg/l dengan menggunakan pengadukan lambat 40 rpm selama 15 menit dan pengadukan cepat 156 rpm selama 10 menit. ... 41
4.3 Hasil rentang konsentrasi optimum koagulan serbuk biji Sesbania sesban setelah proses koagulasi-flokulasi ... 44
4.4 Hasil efektivitas turbiditas setelah proses koagulasi-flokulasi pada limbah cair industri batik. ... 46
4.5 Hasil efektivitas BOD setelah proses koagulasi-flokulasi pada limbah cair industri batik ... 48
4.6 Hasil efektivitas COD setelah proses koagulasi-flokulasi pada limbah cair industri batik. ... 51
4.7 Hasil efektivitas TSS setelah proses koagulasi-flokulasi pada limbah cair industri batik ... 55
4.8 Hasil nilai kesadahan setelah proses koagulasi-flokulasi pada limbah cair industri batik ... 59
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Pabrik Komar dan contoh batik yang dibuat di pabrik Komar ... 16
2.2 Tanaman Sesbania sesban... 19
2.3 Biji Sesbania sesban ... 19
3.1 Pembuatan serbuk biji Sesbania sesban ... 32
3.2 Pewarnaan dan perebusan kain batik di pabrik Komar ... 32
3.3 Rancangan Alur Penelitian ... 39
4.1 Nilai efektivitas turbiditas setelah proses koagulasi-flokulasi ... 47
4.2 Nilai efektivitas BOD setelah proses koagulasi-flokulasi………. ... 49
4.3 Nilai efektivitas COD setelah proses koagulasi-flokulasi………. ... 52
4.4 Hasil akhir tritasi COD perubahan warna menjadi cokelat... ... 54
4.5 Nilai efektivitas TSS setelah proses koagulasi-flokulasi……….. ... 56
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1 Gambar ... 71 2 Tabel hasil pengujian ... 74
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri batik nasional semakin berkembang akibat semakin banyaknya permintaan terhadap batik, sejak dicanangkan hari batik nasional pada tanggal 2 Oktober 2009 omset pengusaha batik naik hingga 50% (Suhendra, 2009). Proses pembuatan batik pada industri batik banyak menggunakan bahan-bahan kimia dan air, bahan kimia ini biasanya digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan, pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri batik selain warna dapat berupa logam berat, padatan tersuspensi, atau zat organik. Proses pembuatan batik secara garis besar terdiri dari pemolaan, pembatikan tulis, pewarnaan/pencelupan, pelodoran/penghilangan lilin, dan penyempurnaan (Purwaningsih, 2008).
Industri batik merupakan industri yang potensial mengandung logam berat yang merupakan limbah berbahaya, sehingga dapat menyebabkan rusaknya lingkungan. Keberadaan limbah pada industri dapat diketahui dengan adanya pencemaran berupa pencemaran fisik, seperti berbau menyengat dan kontaminan akan membuat air menjadi keruh. Timbulnya gejala tersebut secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi (Wardhana, 2004). Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan, selain kandungan zat warnanya tinggi limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, setelah proses pewarnaan selesai akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan, limbah air yang berwarna-warni akan menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan
dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable
yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini
(12)
berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan
atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee et al., 1999 dan
Al-kdasi, 2004). Industri pabrik tekstil membuang limbah cair ke lingkungan dengan demikian akan mengakibatkan aliran limbah cair tersebut akan melalui perairan di sekitar pemukiman, dengan demikian mutu lingkungan tempat tinggal penduduk
menjadi turun karena limbah cair tersebut dapat menaikkan kadar COD (Chemical
Oxygen Demand), jika hal ini melampaui ambang batas yang diperbolehkan, maka gejala yang paling mudah diketahui adalah matinya organisme perairan (Al-kdasi, 2004). Proses persiapan bahan, pewarnaan, dan pelodoran menghasilkan limbah cair dengan kandungan COD dan warna yang tinggi, kadar COD mencapai 3039.7 mg/l dan warna 185 CU (Purwaningsih, 2008). Parameter lain yang digunakan
sebagai parameter kualitas air adalah TSS (total suspended solid) adalah material
tersuspensi diameter > 0,1µm yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 m (Efendi, 2000). Aktivitas industri batik disamping memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif. Banyaknya produsen batik baik yang besar maupun yang berskala rumah tangga memiliki kesamaan yaitu dengan menghasilkan limbah cair batik, dengan kandungan zat
warna, zat padat tersuspensi, BOD (Biologycal Oxigen Demand), COD (Chemical
Oxigen Demand), minyak dan lemak yang perlu pengolahan sebelum dibuang ke badan perairan (Setyaningsih, 2007).
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri perlu dikaji lebih mendalam, karena apabila hal ini tidak diperhatikan akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungan. Daerah yang dijadikan sebagai pusat industri mempunyai permasalahan tersendiri terhadap pencemaran, akan lebih bermasalah lagi ketika hasil buangan yang berupa polutan yang sulit terurai akan mencemari lingkungan perairan apabila dibuang ke badan perairan seperti sungai atau saluran irigasi (Hindarko, 2003). Salah-satu alternatif untuk mengatasi permasalahan limbah tersebut dengan cara biologis adalah dengan cara koagulasi-flokulasi. Proses
(13)
menghilangkan partikel-partikel yang terdapat di dalam limbah cair tersebut. Koagulan adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan menetralkan muatan koloid dan mengikat partikel sehingga mudah membentuk flok atau gumpalan (Hammer, 1986). Koagulasi diartikan sebagai proses kimia fisik dari pencampuran bahan kimia ke dalam aliran limbah dan selanjutnya diaduk cepat dalam bentuk larutan tercampur. Flokulasi adalah proses penambahan flokulan pada pengadukan lambat untuk meningkatkan hubungan antar partikel yang goyah sehingga meningkatkan penyatuannya (aglomerasi) (Steel & McGhee,1985).
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kekayaan sumber daya alam yang memiliki keanekaragaman tanaman yang sangat tinggi terutama tanaman kacang-kacangan. Tanaman kacang-kacangan dapat dijadikan sebagai koagulan
alami, salah satunya adalah Sesbania sesban atau biasa dikenal dengan tumbuhan
Jayanti. Tanaman Sesbania Sesban biasanya ditemukan di pematang sawah atau
pada daerah perkebunan, beberapa bagian tanaman pada Sesbania sesban
mempunyai banyak manfaat dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan dapat digunakan sebagai pupuk hijau (Heering, 1992). Menurut Le Houerou (1980) tanaman kacang-kacangan atau polong-polongan khususnya legum merupakan sumber protein bagi hewan ruminansia. Kandungan protein yang tinggi pada tanaman kacangan menunjukan bahwa tanaman kacang-kacangan memiliki potensi yang tinggi untuk digunakan sebagai suplemen protein dalam makanan ruminansia karena suplemen protein ini dapat meningkatkan
fermentasi karbohidrat (Molina et al., 1996). Biji dan daun Sesbania sesban
banyak mengandung cavanin dan saponin, dalam biji dan daun Sebania sesban
tidak terlalu banyak mengandung tanin (Ahn et al.,1989; Shquire et al.,1989).
Sesbania sesban mengandung triterpenoid, karbohidrat, vitamin, asam amino, protein, tanin, saponin glikosida, sterol, ka mpferol, lemak dan steroid, bunga
Sesbania sesban memilki kandungan lukosida cyanidin dan delphinidin. Biji
Sesbania sesban banyak mengandung protein dan dapat dijadikan sebagai bahan
obat. Penggunaan biji Sesbania sesban harus berhati - hati karena penelitian
sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan biji Sesbania sesban pada domba
(14)
hewan jantan dan betina (Mekoya et al., 2009 a, Mekoya et al., 2009 b), menurunkan sifat birahi, menyebabkan keguguran, dan kematian pada domba
yang sedang hamil (Melaku et al., 2004). Penelitian lainnya menyebutkan bahwa
biji Sesbania sesban menghambat fungsi ovarium, mengubah struktur uterus,
mencegah implantasi, dan mengontrol kesuburan tikus putih betina (Singh, 1990).
Menurut Anderson (1989) daun yang sudah kering dari Sesbania sesban dapat
digunakan di beberapa negara sebagai teh yang dianggap memiliki antibiotik, anti-cacing, anti-tumor dan sifat kontrasepsi. Melihat dari penelitian yang sudah
dilakukan walaupun biji Sesbania sesban mengandung banyak protein tetapi biji
Sesbania sesban tidak boleh sembarangan dikonsumsi, maka dari itu pemanfaatan
biji Sesbania sesban dapat dimanfaatkan dalam hal lain yaitu dapat digunakan
sebagai alternatif biokoagulan karena kandungan protein yang cukup tinggi.
Sesbania sesban adalah salah-satu tanaman kacang-kacangan yang berfungsi sebagai biokoagulan yang telah disebutkan pada penelitian sebelumya.
Penggunaan konsentrasi biji Sesbania sesban berpengaruh pada
keefektivitasannya memperbaiki sifat fisika dan kimia limbah. Koagulasi dan flokulasi didefinisikan sebagai proses kimia dan fisika dimana bahan yang akan dikoagulasikan dicampur dengan zat koagulan di dalam satu aliran sehingga akan terbentuk flok yang nantinya dapat disaring (Cheremisinoff, 2002 ; Spellman, 2003). Flokulasi terjadi setelah koagulasi berupa pengadukan pelan yang bertujuan untuk menyatukan kembali partikel-partikel koloid kemudian mengendapkan atau menyaring partikel koloid (Spellman, 2003). Tanaman kacang-kacangan dapat dijadikan koagulan alternatif, penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa penggunaan Sesbania sesban efektif dalam memperbaiki
sifat fisik dan kimiawi air baku air minum (Mardiyana,2009), Moringa oleifera
dapat digunakan sebagai koagulan alternatif dalam proses penjernihan air industri
tekstil (Rambe, 2009) Vicia vaba dapat memperbaiki sifat fisik dan kimiawi
industri pulp dan kertas (Aryani, 2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan penelitian dan
(15)
sebagai koagulan dalam pengolahan limbah cair industri batik sehingga dapat memenuhi baku mutu limbah cair.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana peran biji Sesbania Sesban dalam memperbaiki sifat fisik dan
kimiawi limbah cair industri batik? Berdasarkan rumusan masalah tersebut dikemukakan beberapa pertanyan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh biji Sesbania sesban dalam memperbaiki sifat fisik dan
kimiawi limbah cair industri batik?
2. Berapa konsentrasi serbuk biji Sesbania sesban yang optimum dalam
memperbaiki sifat fisik limbah cair industri batik yaitu turbiditas dan TSS (Total Suspended Solid)?
3. Berapa konsentrasi serbuk biji Sesbania sesban yang optimum dalam
memperbaiki sifat kimia limbah cair industri batik yaitu BOD (Biochemical
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), pH, dan kesadahan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivitasan biji Sesbania
sesban dalam memperbaiki sifat fisik dan kimiawi limbah cair industri batik.
D. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah : Turbiditas, pH,
kesadahan total, BOD,COD, dan TSS.
2. Biji Sesbania sesban yang digunakan dalam bentuk serbuk.
3. Biji Sesbania sesban diambil dari daerah Cihideung.
4. Limbah cair industri batik diambil dari rumah wisata batik Komar yang
(16)
E. Manfaat Penelitian
Menganalisis permasalahan pencemaran limbah cair industri batik sebelum dibuang kebadan perairan agar tidak merusak keseimbangan ekosistem.
F. Asumsi
1. Tanaman kacang-kacangan adalah tanaman yang efektif berperan sebagai
koagulan (Cohhen & Hannah).
2. Protein merupakan salah satu polielektrolit yang dapat digunakan sebagai
koagulan karena memiliki gugus yang dapat terionisasi yaitu gugus karboksil dan gugus amina (Amirtharajah & O'melia).
3. Biji Sesbania sesban memiliki kandungan protein sebesar 44% (Prakash &
Misra).
G. Hipotesis
Pemberian biji Sesbania sesban dapat memperbaiki sifat fisik dan kimiawi
(17)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen karena dilakukan manipulasi terhadap variabel dan adanya kontrol (Nazir, 1938).
B.Desain Penelitian
Pada penelitian ini digunakan desain percobaan rancangan acak lengkap (RAL) karena dilakukan di dalam laboratorium dimana kondisi cuaca dapat dikontrol (Nazir, 1938:234). Semua sampel dapat ditempatkan dimana saja karena kondisi di dalam labotarorium dianggap homogen.
Penelitian ini terdiri atas satu kontrol dan enam perlakuan, yaitu dengan
penambahan serbuk biji Sesbania sesban sebagai biokoagulan. Konsentrasi
optimum yang digunakan dalam penelitian inti adalah 295 mg, 305 mg, 315 mg, 325 mg, 335 mg, 345 mg, konsentrasi ini didapat dari rentang konsentrasi kasar. Volume limbah cair industri batik tiap-tiap perlakuan sebanyak 500 ml, maka
konsentrasi biji Sesbania sesban yang digunakan adalah 590 mg/l, 610 mg/l, 630
mg/l, 650 mg/l, 670 mg/l, dan 690 mg/l. Penentuan banyaknya pengulangan pada rancangan acak lengkap (RAL) (Gomes,1995) didasarkan atas nilai minimal derajat yaitu minimal sama dengan 20, maka banyaknya sampel yang digunakan pada penelitian inti adalah 24 sampel dengan pengulangan sebanyak empat kali. Banyaknya pengulangan diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
T (r-1) ≥ 20 6 (r-1) ≥ 20
6r ≥ 26
r ≥ 4,33
keterangan : t = perlakuan ; r = replikasi = (Gomes, 1995).
Jumlah kelompok percobaan atau plot disusun secara acak yaitu sebagai berikut:
(18)
A1 C1 A2 F3 D1 B3 G1
B4 D4 E2 B1 C3 G4 E3
C2 G3 A3 E4 D3 D2 F2
F4 E1 G2 F1 B2 A4 A4
Keterangan :
A : kontrol ( 0 mg/l)
B : konsentrasi biji Sesbania sesban 590 mg/l
C : konsentrasi biji Sesbania sesban 610 mg/l
D : konsentrasi biji Sesbania sesban 630 mg/l
E : konsentrasi biji Sesbania sesban 650 mg/l
F : konsentrasi biji Sesbania sesban 670 mg/l
G : konsentrasi biji Sesbania sesban 690 mg/l
C.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh limbah cair industri batik yang diambil dari pabrik batik Komar yang berada di jalan Cibeunying.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 24 buah sampel limbah cair industri batik. Jumlah volume masing-masing tiap perlakuan yaitu sebanyak
500 ml yang dimasukan ke dalam beker glass yang diberi serbuk biji Sesbania
sesban sebagai biokoagulan. Konsentrasi optimum yang digunakan adalah 590 mg/l, 610 mg/l, 630 mg/l, 650 mg/l, 670 mg/l, 690 mg/l, dan satu kontrol 0 mg/l, masing-masing dengan empat kali pengulangan.
Variabel terikat : Kekeruhan, COD, BOD, TSS, dan, kesadahan
Variabel bebas : Konsentrasi biji Sesbania sesban
Variabel kontrol : Jumlah volume sampel limbah cair industri batik dan derajat keasaman.
D.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret hingga Juni 2013. Analisis sifat fisik dan kimiawi meliputi turbiditas, TSS, BOD, COD, pH dilakukan di laboratorium Ekologi dan Fisiologi Jurusan Pendidikan FPMIPA UPI, sedangkan untuk uji kesadahan dilakukan di Balai Kesehatan Hasan Sadikin.
(19)
E.Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel limbah cair industri batik yang didapat dari industri batik Komar yang berada di jalan Cibeunying, materi utama yang
berfungsi sebagai biokoagulan adalah serbuk biji Sesbania sesban.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian
No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1. Mortal & Alu - 1 pasang
2. Saringan - 1 buah
3. Mechanicel stirrer Ika Lbortechnik Staifen RW-16 B 2 unit
4. pH meter Uchida KT-1A 1 unit
5. Gunting - 1 buah
6. Kertas saring Whatman 42 30 biji
7. Kertas label 500 MI 1 pak
8. Microturbidimeter Hanna-HI 93703 1 unit
10. Erlenmeyer 250 ml 10 buah
11. Stopwatch - 1 buah
12. Pipet tetes - 10 buah
13. Batang pengaduk - 1 buah
14. Gelas ukur 100 ml 5 buah
15. Oven Sibata SPF-450 1 unit
16. Desikator - 1 unit
17. Cawan petri - 10 buah
18. Botol BOD - 25 buah
19. Waterbath - 1 unit
20. Labu ukur 100 ml - 7 buah
21. Labu elenmeyer 250 ml - 7 buah
22. Peralatan refluks yang
terdiri dari labu elemeyer, pendingin
leibig 30 cm
- 1 unit
23. Timbangan analitik - 1 unit
(20)
Tabel 3.2 Bahan yang digunakan dalam penelitian
No. Nama bahan Jumlah
1. NaOH 0,2 M 50 ml
2. H2SO4 pekat 500 ml
3. Buffer pH 4 50 ml
4. Buffer pH 7 50 ml
5. Sodium sulfite anhydrous 2 gram
6. Aquades 2 liter
7. Air limbah batik 20 liter
8. HgSO4 0,48 gram
9. Boraks 0,10 gram
10. K2Cr2O7 3,064 gram
11. Fero ammonium sulfat
0,1 N
2 gram
12. Biji Sesbania sesban 100 gram
13. Ag2SO4 5 gram
14. Indikator feroin 25 ml
15. Alkali iodida-azida 30 ml
16. N2S2O3 0,025 N 50 ml
17. MnSO4 30 ml
18. Amilum 25 ml
F. Prosedur Pelaksanaan
Terdapat beberapa tahapan kerja dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan, prapenelitian, penelitian inti, pengolahan data, analisis data, dan penyusunan.
a) Persiapan
1. Semua alat yang digunakan dipersiapkan dan dibersihkan.
2. Pengambilan biji Sesbania sesban di lapangan daerah Cihideung dan
pembuatan serbuk biji Sesbania sesban, tahapannya yaitu:
Biji Sebania sesban yang digunakan adalah biji yang sudah kering dengan
ciri-ciri berwarna cokelat dan memiliki tekstur biji yang keras. Biji
Sesbania sesban direndam selama 12 jam kemudian ditiriskan dan dikeringkan di dalam oven sampai kandungan airnya hilang, pada suhu
berkisar 80-1000C, hal ini bertujuan agar memudahkan pembuatan serbuk
biji Sesbania sesban. Biji yang sudah kering dihaluskan menggunakan alu
(21)
saringan ini berupa serbuk biji Sesbania sesban yang halus. Biji Sesbania sesban dalam bentuk serbuk yang halus sudah dapat digunakan sebagai biokoagulan dan ditimbang terlebih dahulu menggunakan timbangan digital (tipe HM-200) sesuai konsentrasi optimum yang telah ditentukan pada pra penelitian.
Gambar 3.1 Pembuatan serbuk biji Sesbania sesban
Sumber : Dokumentasi pribadi
3. Pengambilan sampel limbah cair batik diambil dari industri batik Komar
yang berada di jalan Cibeunying.
Gambar 3.2 Pewarnaan dan perebusan kain batik di pabrik Komar Sumber : Dokumentasi pribadi
b) Tahap Pra Penelitian (Jar Test)
Jar tes merupakan metode standar yang dilakukan untuk menguji proses
koagulasi (Gozan et al., 2006; Kemmer, 2002). Data yang dihasilkan dengan
melakukan jar test antara lain konsentrasi optimum, pengendapan optimum, dan
(22)
1. Analisis sifat fisik dan kimiawi limbah cair industri batik
Analisis limbah yang dilakukan mencakup turbiditas, pH, BOD, COD, TSS, dan kesadahan.
2. Penentuan pH optimum proses koagulasi-flokulasi dengan biji Sesbania
sesban
Aktivitas koagulasi-flokulasi dengan menggunakan biokoagulan efektif pada pH asam (Lestari, 2005). Rentang pH yang digunakan untuk menentukan pH optimum adalah 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4; 4,5; dan 5. Pada tahap ini variabel yang
berpengaruh adalah konsentrasi koagulan (Sesbania sesban), lamanya pengadukan
dan pengendapan dibuat tetap. Menentukan pH optimum dilakukan dengan cara
210 mg serbuk biji Sesbania sesban dimasukan ke dalam beker glass dengan
volume limbah 500 ml. Sampel kemudian ditentukan tingkat keasamannya dengan menambahkan H2SO4 2M dan NaOH 0,2 M hingga pH yang diinginkan tercapai.
Sampel kemudian diaduk dengan menggunakan mecahinel stirer dengan
menggunakan dua kombinasi yang mengacu pada penelitian sebelumnya, yaitu (Aryani, 2006), untuk pengadukan lambat 40 rpm selama 15 menit, dan untuk pengadukan cepat 156 rpm selama 10 menit, dan (Mardiyana, 2009) untuk pengadukan lambat 40 rpm selama 20 menit dan untuk pengadukan cepat 168,89 rpm selama 10 menit, hal ini dilakukan untuk mencari pengadukan mana yang paling optimum. Sampel kemudian diendapkan selama 3 jam untuk menunjang proses sedimentasi. Nilai pH optimum berdasarkan nilai efektivitas turbiditas yang dihasilkan.
3. Penentuan kecepatan pengadukan optimum
Menentukan pengadukan optimum dilakukan dengan mengkombinasikan pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Menentukan pengadukan optimum di lakukan dengan dua cara yang mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu (Aryani, 2006) dan (Mardiyana, 2009). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengadukan mana yang paling optimum. Pengadukan cepat 156 rpm selama 15 menit dan untuk pengadukan lambat 40 rpm selama 10 menit (Aryani, 2006). Pengadukan cepat 168,89 rpm selama 20 menit dan untuk pengadukan lambat 40 rpm selama 20 menit (Mardiyana, 2009). Hasil setelah analisis menunjukan
(23)
bahwa pengadukan optimum yang paling baik mengacu pada (Aryani, 2006). Sampel di endapakan selama tiga jam.
Pengadukan cepat pada kecepatan 300-400 rpm akan menyebabkan restabilisasi koloid karena menghambat terjadinya proses tumbukan, sedangkan pengadukan lambat dengan kecepatan lebih dari 75 rpm akan mengakibatkan pemutusan ikatan jembatan antar partikel karena pengadukan yang terlalu cepat (Hadiana, 2003).
4. Penentuan rentang konsentrasi optimum
Menentukan rentang konsentrasi untuk penelitian inti ditentukan dari rentang konsentrasi kasar yang telah ditentukan pada pra penelitian dan nantinya dicari rentang konsentrasi halus. Pada tahap ini variabel yang berpengaruh seperti pH, cepat lambatnya pengadukan, dan waktu pengendapan. Rentang konsentrasi untuk penelitian berdasarkan nilai efektivitas penurunan turbiditas yang dihasilkan.
c) Penelitian Inti
1. Analisis sifat fisik dan kimiawi sampel air limbah cair industri batik 1.1. Kekeruhan
Untuk mengukur kekeruhan digunakan alat Mikroturbidimeter,
sampel air dimasukan kedalam beker glass sampai mencapai volume yang
diinginkan volume air limbah ini sebanyak 500 ml. Beker glass yang telah
diisi sampel air limbah batik di ukur kekeruhannya menggunakan
mikroturbidimeter, setelah itu nilai pada layar dibaca. Kalibrasi
mikroturbidimeter ini menggunakan air lalu biasanya kalibrasi selama delapan jam atau menunggu layar sampai menunjukan angka nol setelah itu mikroturbidimeter dapat digunakan.
1.2.Derajat keasaman (pH)
Penentuan pH merupakan salah satu yang terpenting dan sering digunakan dalam pengujian kimia air. Secara praktis setiap tahap dari pengolahan air limbah misalnya netralisasi asam basa, penguapan, koagulasi dan kontrol korosi tergantung dari pH (Gozan, 2006). Penelitian
(24)
ini untuk mengukur nilai pH digunakan alat pH meter dengan spesifikasi Uchida KT-1A. Pengukuran pH meter dilakukan dengan cara memasukan
500 ml sampel limbah cair industri batik yang akan di ukur ke dalam beker
glass setelah itu derajat keasaman diukur menggunakan pH meter lalu angka pada layar dibaca. Kalibrasi pH meter ini menggunakan larutan buffer 4 dan buffer 7, perlakuan di ulang sebanyak tiga kali agar mendapat hasil yang konstan.
1.3.Kesadahan
Pengukuran kesadahan limbah cair industri batik dilakukan di Balai Lingkungan Kesehatan (BLK) yang berada di rumah sakit Hasan Sadikin. Pengukuran kesadahan di BLK dilakukan dengan metode
pemeriksaan SNI. No. 06-6989.73.2009. Metode tritasi dengan Etilen
Diamine Tetra Asetat (EDTA), prinsip dari kesadahan ini adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam air dapat membentuk senyawa komplek
dengan Etilen Diamine Tetra Asetat (EDTA) pada suatu pH tertentu.
Untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam yaitu EBT (Eichrome Black T).
Prosedur pelaksanaan kesadahan adalah air sampel sebanyak 100
ml dimasukan ke dalam labu erlemeyer. Tambahkan 5 ml buffer pH 10
dikocok hingga homogen. Tambahkan 50 mg indikator EBT. Sampel dititrasi dengan EDTA 0,01 M, perubahan warna sampel menjadi biru merupakan titik akhir titrasi catat jumlah EDTA yang digunakan.
1.4. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Pengukuran BOD menggunakan metode Alkali-Iodida-Azida (idiometri). Sampel dimasukan kedalam BOD 250 ml diusahakan jangan ada gelembung dan hindari terjadinya turbulensi. Sampel diperiksa kadar oksigen terlarut 0 hari dan 5 hari. Pemeriksaan oksigen terlarut pada 0 hari
sampel di dalam botol BOD di tambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml
alkali-iodid-azida, botol ditutup dan dikocok beberapa saat hindari gelembung udara, ketika endapan mulai turun tambahkan 1 ml H2SO4
(25)
pekat botol ditutup dan dikocok sampai homogen. Dua ratus ml larutan
ditritrasi dengan larutan N2S2O3 0,025 N sampai warna kuning muda,
tambahkan beberapa tetes larutan kanji dan tritrasi kembali hingga warna biru hilang, tetes larutan kanji dan titrasi N2S2O3 dicatat. Botol yang lain
disimpan dalam inkubator pada suhu 200C selama 5 hari, setelah 5 hari
periksa kadar oksigen terlarut sama seperti pada pemeriksaan kadar BOD pada 0 hari.
Rumus DO
DO (ppm) = V Na2S2O3 x N Na2SO3 x 8 x 1000 V sampel
Rumus BOD :
5 X [ kadar { DO(0 hari) - DO (5 hari) }] ppm.
1.5. Chemical Oxygen Demand (COD)
Pengukuran COD merujuk pada (APHA ,AWWA, WPCF, 1985)
dengan menggunakan metode refluks terbuka Chemical Oxygen yaitu
dengan oksidasi bahan organik dengan reflux potassium dichromat dan
asam sulfat pekat atau senyawa organik dalam air dioksidasi oleh larutan
kalium dikromat dalam suasana asam, kelebihan kalium dikromat dioksidasai oleh fero ammonium sulfat dengan indikator feroin. Pengukuran COD dilakukan dengan cara 20 ml air sampel dimasukan kedalam gelas elemeyer ditambah 0,4 gram serbuk HgSO4, 10 ml K2Cr2O7 0,25 N, dan 30 ml pereaksi H2SO4 pekat, refluks selama 2 jam pada suhu
105oC. Sampel didinginkan kemudian sampel diencerkan hingga volume
sampel 140 ml. Sampel dititrasti dengan larutan fero ammonium sulfat 0,1 N dan 2-3 tetes indikator feroin. Perubahan sampel menjadi coklat merupakan titik akhir titrasi, fero ammonium sulfat yang digunakan dicatat dalam ml.
Rumus : COD (mg O2/L) = (A-B) C × 8000
(26)
A = volume (ml) fero amonium sulfat untuk blanko B = volume (ml) fero amonium sulfat untuk sampel C = normalitas fero ammonium sulfat
1.6. Total Suspended Solid (TSS)
Pengukuran TSS merujuk pada (APHA ,AWWA, WPCF, 1985)
dengan metode pengeringan pada suhu 103-1050C. Basahi kertas saring
secukupnya dengan aquades, kertas saring dipanaskan dalam oven pada
suhu 1050C selama satu jam dan didinginkan di dalam desikator lalu
ditimbang menggunakan timbangan analitik, lakukan pengulangan hingga mendapat berat konstan (B gram), 100 ml sampel disaring dengan menggunakan kertas saring dengan whatman grade 42 dengan diameter 90 mm dan memiliki pori 2 µm. Kertas saring dan residu dipanaskan dalam
oven selama 1 jam pada suhu 1050C dinginkan dalam desikator lalu
ditimbang menngunakan timbangan analitik lakukan pengulangan hingga mendapat berat konstan.
TSS (mg/L) = (A-B)×103
C
A= berat filter dan residu setelah pemanasan 1050C (mg)
B= berat filter kering sesudah pemanasan 1050C (mg)
C= volume sampel (ml)
G.Pengolahan Data
Data-data yang telah diperoleh seperti turbiditas (NTU), BOD (mg/l), COD (mg/l), dan TSS (mg/l) dihitung efektifitasnya dengan menggunakan rumus:
Efektifitas (%) = B-A x 100
B
A : Hasil turbiditas, BOD, COD, TSS sesudah pengolahan B : Hasil turbiditas, BOD, COD, TSS sebelum pengolahan (Sumber : Sofyani, 1999).
(27)
H.Analisis Data
Uji statistik menggunakan software SPSS 20.0 for windows. Data
normal dan homogen dilanjutkan dengan uji parametrik yaitu uji Anova, jika hasil signifikan maka pengujian dilanjutkan menggunakan uji Tukey HSDa dengan nilai α = 0,05. Data tidak normal menggunakan uji non parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis, jika hasil signifikan maka dilanjutkan
(28)
Alur Penelitian
Gambar 3.2 Rancangan Alur Penelitian Persiapan
Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
Pengambilan biji Sesbania sesban
dan pembuatan serbuk biji Sesbania
sesban
Pembuatan larutan
untuk uji kimiawi (pH) Pengambilan sampel limbah cair
industri batik di pabrik Komar
Pra-penelitian
Mencari pH, konsentrasi
Sesbania sesban, dan pengadukan optimum
Analisis sifat fisik dan kimiawi awal sampel limbah cair industri batik
Penelitian inti
Pembuatan larutan untuk uji kimiawi
(COD, BOD,dan pH)
Pengontakan limbah cair industri batik
dengan serbuk biji Sesbania sesban dengan
konsentrasi biji yang berbeda dari hasil pra-penelitian
Analisis data
Penyusunan skripsi
Uji kesadahan dilakukan di Balai Kesehatan Hasan
(29)
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa biji Sesbania sesban dapat berperan
sebagai biokoagulan sehingga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimiawi limbah cair industri batik terhadap penurunan nilai turbiditas, BOD, COD, dan TSS. Nilai kesadahan setelah proses koagulasi-flokulasi terjadi peningkatan, namun nilai peningkatan kesadahan ini masih berada di bawah batas baku mutu.
Pemberian koagulan yang sesuai akan memberikan nilai efektivitas turbiditas, BOD, COD, TSS, dan kesadahan yang optimum. Hasil analisis statistika menunjukan bahwa pada konsentrasi 590 mg/l untuk parameter turbiditas, BOD, COD, TSS, telah menunjukan perbedaan yang signifikan. Nilai efektivitas tertinggi untuk parameter turbiditas, BOD, COD, dan TSS terdapat pada konsentrasi 690 mg/l. Nilai efektivitas turbiditas mencapai 91,41%, nilai efektivitas BOD mencapai 77,89%, nilai efektivitas COD mencapai 71,09%, nilai efektivitas TSS mencapai 61,24%, dan nilai kesadahan yang paling optimum setelah proses koagulasi terjasi pada konsentrasi 630 mg/l dengan nilai kesadahan 90,07 mg/l.
Dari hasil uji dan analisis turbiditas, BOD, COD, dan TSS setelah proses
koagulasi-flokulasi menunjukan bahwa biji Sesbania sesban mampu memperbaiki
sifak fisik dan kimiawi limbah cair industri batik. Hasil uji dan analisis turbiditas, BOD, dan TSS setelah proses koagulasi-flokulasi telah berada di bawah batas baku mutu menurut peraturan daerah Jawa Tengah No 10 tahun 2004, tetapi untuk hasil analisis COD setelah proses koagulasi-flokulasi masih berada di atas batas baku mutu menurut peraturan daerah Jawa Tengah No 10 tahun 2004.
B. Saran
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa setelah proses koagulasi-flokulasi parameter yang diuji seperti turbiditas, BOD, TSS, dan kesadahan menunjukan bahwa nilai telah berada di bawah baku mutu sebelum dibuang kebadan perairan, untuk nilai COD setelah proses koagulasi-flokulasi hasil analisis menunjukan nilai
(30)
diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan Sesbania sesban
terhadap parameter biologis setelah proses koagulasi-flokulasi dalam pengolahan limbah cair industri batik. Harus dilakukan pula penelitian lebih lanjut mengenai kandungan warna dan logam pada limbah cair industri batik berapa penurunannya setelah proses koagulasi dan flokulasi sehingga dapat diketahui lebih jelas karakteristik dan strukturnya. Hasil kesadahan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut hubungan antara pemberian koagulan (Sesbania sesban) terhadap kenaikan
(31)
DAFTAR PUSTAKA
Ahn, J. H. Robertson, B. M., Elliott, R., Guttgeridge, R. C., Ford, C. W. 1989. Quality assessment of tropical browse legumes: tannin content and protein degradation. Anim. Feed Sci. Technol., 27 (1-2): 147-156
Al-Kdasi, A., Idris, A., Saed, K. dan Guan, C.T. 2004. Treatment of textile
wastewater by advanced oxidation processes. Global Nest the Int.
Alaerts, S., Santika., & Srissumesti. 1987, Metode Penelitian Air Usaha Nasional. Surabaya
Amirtharajah,A., & C.R. O'Melia. 1990. Coagulation Processes: Destabilisation,
Mixing and Flocculation. In : Water Quality ang Treatment (a Handbook of Community Water Supplies). 4th ed. New York : Mc Graw Hill.Inc.
Anderson, D.M.W. 1989. Sesbania species as sources of gum exudates and seed
galactomannan gums. In Macklin B, Evans DO, editors. Perennial J
species in agroforestry systems. Proceedings of an International Workshop at ICRAF. Nairobi, Kenya, NFTA Special Publication 90-01. p99-194. Anonim. 2012. Wahana Wisata Batik Komar. [online] tersedia http ://.amazing
bandung.com/2012/01/22/wahana-wisata-batik-komar/html. [24 Juli
2013].
Anonim. 2013. Penyisihan Kesadahan Dengan Metode Penukar Ion.
Laboratorium Operasi Teknik Kimia – FT UNTIRTA. Hal 1-7.
APHA,AWWA,WEF. 1985. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater.Washington:American Public Health Association.
Aryani, M. 2006. Efektivitas Biokoagulan Kacang Babi Vicia Vaba Dalam
Memperbaiki sifat Fisik dan Kimiawi Limbah Cair Industri pulp dan Kertas. Skripsi Sarjana. Jurusan pendidikan Biologi. Universitas pendidikan Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 06-6989.14-2004. Cara Uji Oksigen
Terlarut Secara Iodametri. Direktorat Pengembangan Labor Rujukan dan Pengelolaan data.
Bai, G., and R.P. Devadas. 1973. Ability of two rice diets to support reproductive and lactation perform ance in rats. Indian Journal of Nutrition and Dietetics 10:275-281.
Bai, G., and R.P. Devadas. 1974. Nitrogen balance in college women on indigenous diets. Indian Journal of Nutrition and Dietetics 11:1-9.
(32)
Benton and Werner, 1976, Field Biology and Ecology, Edisi ke 3, Tata McGraw Hill Publ., New Delhi.
Burkill, I.H. 1935. Dictionary of the economic products of the Malay Peninsula.
Governments of Straits Settlements and Federated Malay States, London.
Canter, L.W. 1977. Environmental Impact Assessment. New York: Mc. Graw
Hill.
Catanho, M. 2006. Avaliacao Dos Tratamentos Eletroquimico E
Fotoeletroquimico Na Degradacao De Corantes Texteis, Quim.Nova,
Vol.29, No.5
Char, W.P. 1983. A revision of the Hawaiian species of Sesbania (Leguminosae). Unpublished MS Thesis, University of Hawaii.
Cheremisinoff, N.P. Ph.D. 2002. Handbook Of Water and Wastewater Treatmant
Technologies , Butterworth-Heinemann, USA, PP. 42-45, 255-260, 455-462.
Cohen, J.M. & S.A. Hannah. 1971. Coagulation and Flucculation. In : Water
Quality and Treatment (a Handbook of Community Water Supplies). 4th
ed, New York : Mc Graw Hill.Inc.
Culp,R.L., dan Culp,G.L. 1986. Hand Book of Public Water System, Mc
Graw-Hill,New York.
Dae-Hee A., Won-Seok C. dan Tai-Il Y. 1999. Dyestuff wastewater treatment using chemical oxidation, physical adsorption and fixed bed biofilm
process, Process Biochemistry 34: 429–439.
Davis, M.L. and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Environmental
Engineering. 2nd ed. McGraw-Hill, Inc. New York.
Devadata, S.C., and T.C. Appanna. 1954. Availability of Calcium in some of the leafy vegetables. Proceedings of the Indian Academy of science 39B:236-242.
Djomena, N. 1990. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Jambatan
Eckenfelder Jr., W. Wesley. 1989. “Industrial Water Pollution Control”. 2nd edition, McGraw Hill. USA.
Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber daya Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
(33)
Evans, D.O. 1983. Sesbania flowering observations. Nitrogen fixing Tree Research Reports 1:42.
Evans, D.O., R.S. Yost, and G.W. Lundeen. 1983. A selected and annotated bibliography of tropical green manures and legume covers. Hawaii Institute of Tropical Agriculture and Human Resources Research and Extension Series 028. 211p.
Farooq, S and S.G. Velioglu. 1989. Physico-Chemical Treatment of Domestic
Wastewater. Dalam P.N. Cheremisinoff (Editor). Encyclopedia of Environmental Control Technology. Vol. 3: Wastewater Treatment Technology. Gulf Publishing Company Book Division. Houston.
Gillett, J.B. 1963. Sesbania in Africa (excluding Madagascar) and southern Arabia. Kew Bulletin 17:91-159.
Gomez, K.A. & Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk penelitian
Pertanian (Edisi Kedua). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Gozan, Misri dan Diyan Supramono. 2006. Pengolahan Air untuk Utilitas Pabrik. Departemen Teknik Kimia FTUI: Depok.
Hadiana, T. 2003. Ipomea batatas Sebagai Flokulan Alternatif dalam Proses
Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil PT HMI. Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Kimia. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Hammer, M.J. 1986. Water and Wastewater Technology. Prentice-Hall Int. Inc.,New Jersey.
Hamzuri. 1989. Batik Klasik. Jakarta: Jambatan.
Hidayat, S. 1999. Efektivitas Bioflokulan Biji Moringa oleifera dalam Proses
Pengolahan Limbah Cair Industri Pulp dan Kertas. Tesis Magister Departemen Biologi. Institut Teknologi Bandung.
Heering, J. H. ; Gutteridge, R. C. 1992. Sesbania sesban (L.) Merrill. Record from
Proseabase. Mannetje, L.'t and Jones, R.M. (Editors). PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation, Bogor, Indonesia
Hindarko, S. 2003. Mengolah Air Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain, Jakarta : Penerbit Esha
Jenie, B. S. L. dan W. P. Rahayu. 1993. Penanganan limbah Industri Pangan Kerjasama PAU Pangan dan Gizi IPB Kanisius, Yokyakarta.
Katoch, B.S., and A.K. Chopra. 1974a. D-termination of various growth
depressants in dhaincha (Sesbania aculeata Pers.) seeds and their eftect on
(34)
Katoch, B.S., and A.K. Chopra. 1974b. Effect of autoclaving on the nutritional
value –f dhaincha (Sesbania aculeata) seeds for poultry. Indian Journal of
Animal Science 44:884-887.
Kemmer, F. N. 2002. The Nalco Water Handbook 3rd Edition. Mcgraw Hill: USA.
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 10, 2004, “Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Tengah”, Jawa Tengah.
Kiely, G. 1998. Environmental Engineering. Irwin McGraw-Hill. Boston.
Klimiuk,E,. U Filipkowska, A. Korzeiowska. 1999. ” Efeects of pH and
Coagulant Dosage on Effectiveness of Coagulation wastewater by Polyalumunium Chloride (PAC)”, Polish Journal of Enviromental Studies Vol.8, No, 2 hal 73-79
Laksono & Endang, W. 2010. Kajian Penggunaan Absorben Sebagai Alternatif
Pengolahan Limbah Zat Pewarna Tekstil. Makalah Jurdik Kimia FMIPA. Universitas Negeri Yogyakarta
Le Houerou, H. N. 1980. The role of browses in the Sahelian and Sudanian zones. In: Browse in Africa, the current state of knowledge. H. N. Le Houérou (ed.), ILCA, Addis Ababa, Ethiopia, 83-100
Lestari, M. 2005. Efektivitas Bioflokulan Kacang Babi (Vicia vaba) Dalam
memperbaiki Sifat Fisik Air Baku Air minum. Skripsi Sarjana Jurusan pendidikan Biologi. Universitas pendidikan Indonesia.
Linsley R.K, JB Franzini. 1989. Teknik Sumberdaya Air. Penerbit Airlangga,
Jakarta.
Manurung, J. 2009. Studi Efek dan Berat Jenis Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD dan BOD Pada Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi. Skripsi Sarjana. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.
Mardiyana. 2009. Efektivitas Biji Jayanti (Sesbania sesban) Sebagai Biokoagulan
dalam Memperbaiki Sifat Fisik dan Kimiawi Air Baku Air Minum. Skripsi Sarjana. Jurusan Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Mekoya, A., Oosting, S. J., Fernandez-Rivera, S., Tamminga, S., Tegegne,
A., Zijpp, A. J. van der. 2009. Effect of supplementation of Sesbania
sesban on reproductive performance of sheep. Livest. Sci., 121 (1): 117-125.
(35)
Mekoya, A., Oosting, S. J., Fernandez-Rivera, S., Tamminga, S., Tegegne, A.,
Zijpp, A. J. van der. 2009. Effect of supplementation of Sesbania sesban
on post-weaning growth performance and sexual development of Menz sheep (Ethiopia). Livest. Sci., 121 (1): 108-116.
Melaku, S., Peters, K. J., Tegegne, A. 2004. Feed intake, live weight gain and
reproductive performance of Menz ewes supplemented with Lablab
purpureus, graded levels of Leucaena pallida 14203 and Sesbania sesban
1198. Livest. Prod. Sci., 87 (2-3): 131-142
Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater Engineering. Third Edition. McGraw-Hill International Edition, Singapore.
Molina, G.E., Fernandez, S, J.M., Sanchez, P, J.A., Garcia, C.F. 1996. A study on simultaneous photolimitation and photoinhibition in dense microalgal cultures taking into account incident and averaged irradiances. J.
Biotechnol. 45, 59–69.
Motgomery, M.J. 1985, Water Treatment Principles and Design, John Wiley &
Sons Inc, New Work.
Nao, T.V. 1979. Sesbania species in two agro-forestry systems. UNU/CMU workshop on agro-forestry for rural 12-16, communities, Chiang Mai, Thailand, November 1979
Nao, T.V. 1983. Agroforestry systems and some research in “Plant research and agroforestry. “P.A. problems. Huxlex (ed.). International Counsil for Research in Agroforestry, Nairobi, Kenya, pp. 71-77
Nathanson, J.A. 1997. Basic Environmental Technology. Water Supply, Waste Management, and Pollution Control. Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Nathanson, J.A. 1986. Basic Environmental Technology : Water Supply, Waste
Disposal, and Pollution Control. John Wiley & Sons, Inc. New York. Nazir, M. 1983. Metodologi Penelitian. Cetakan IV. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Olphen, V.H. 1997. An Introduction to Clay Colloid Chemistry. 2nd ed. New
York : John Willey & Sonsa Willey Interscience Publication.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Pandia, S. 2005. Pengaruh Masa Biji Kelor Pada Penjernihan Proses Air. Program studi Tekhnik Kimia, Fakultas Teknik Sumatera Utara. Medan 2005. Vol 26-33 ISSN 1412-7814.
(36)
PESCOD, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp
Polhill, R.M. and M. Sauza. 1964. In Advances in legume (Benth) Hutch sytematics, R.M. Polhill and D.H. Raven (eds.), Royal Botanic Gardens, Kew.
Prakash, D. & Misra, P.S. 1988. Protein content and amino acid profile of some wild leguminous seed. Plant foods for human nitrition 38: 61 65.
Pratiwi, Y. 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil
Berdasarkan Nutrition Value Coefitient Bioindikator. Jurnal teknologi
Volume 3 no. 2 Desember 2010, 129-137.
Purwaningsih, I. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cv. Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau
Dari Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) dan Warna. Tugas
Akhir Jogjakarta:UII
Rambe, A. 2009. Pemanfaatan Biji Kelor Moringa oleifrera Sebagai Koagulan
Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Richter, A. 1994. Arts and Crafts of Indonesia. San Francisco: Chronicle Books.
Riyanto, D. SE. 1993. Proses Batik, Batik Tulis, Batik Cap, Batik Printing. Solo: C.V. Aneka.
Rizaldi, R. 2008. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu di Perumaha Dayu Permai Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta: Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
Rossi, M.E. dan Ward, N.I. 1993. The Influence of Chemical Treatment of Metal
Composition of Raw'Water. Proc. Int. Conf.on Heavy Metals In The
Environ. 2: 471-475.
Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
SAWYER, C.N and P.L., MC CARTY. 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3rd ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.:n405 - 486 pp.
Setyaningsih, H. 2007. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi karbon aktif. Tesis Program Pasca Sarjana UI. Jakarta.
Shqueir, A. A. ; Brown, D. L. ; Taylor, S. J. ; Rivkinc, I. ; Klasing, K. C. 1989. Effects of solvent extractions, heat treatments and added cholesterol on
(37)
Sesbania sesban toxicity in growing chicks. Anim. Feed Sci. Technol., 27 (1-2): 127-135
Singh. 1990. Fertility Control of Female through Sesbani Sesbian Seeds. The Journal of Research and Education in Indian Medicine. p.27-32.
Singh, N.T. 1989. Perennial Sesbania in India In: Macklin, B. and Evans, D.O.
(eds), Perennial Sesbania Species in Agroforestry Systems. Proceedings of
an international workshop at ICRAF Nairobi, Kenya. NFTA Special Publication 90-01, pp. 139-150.
Sofiany, R. 1999. Efektivitas Biji Moringa oleifera Lam dalam memperbaiki Sifat
Fisik Kimia Limbah Cair Industri Penyamakan kulit di Sukaregang. Tesis Magister. Departemen Biologi. Institut Teknologi Bandung.
Spellman, F. R. 2003. Handbook of Water and Wastewater Treatmant Plant Operationt, Lewis Publisher, London. Pp. 329-480.
S t e e l , E . W . d a n T . J . M c G h e e . 1 9 8 5 . W a t e r S u p p l y a n d S e w e r a g e . M c G r a w -H i l l
I n c . , N e w Y o r k .
Storey, J. 1992. Textile Printing. London: Thames R Hudson
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Ui Press, Jakarta.
Suhendra. 2009. Permintaan Batik Melonjak. [online] tersedia http url: http:// www.detikfinance.com/read/2009/03/14/152007/1099371/4/permintaa batik-melonjak-50. [23 Juli 2013]
Soekamto, S. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Tjokrokusumo. 1995. Pengantar Konsep Teknologi Bersih. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH. Hal. 63-65.
United States Develpoment of Agriculture. 2000 .Of Plant Profile of Sesbania sesban. [online]. Tersedia : http://plant.usda.gov (22 Januari 2013).
Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Whistler, R.L., and T. Hymowitz. 1979. Guar agronomy production industrial use and nutrition. Purdue University Press, West Lafayette, Indiana, USA
(38)
(1)
Evans, D.O. 1983. Sesbania flowering observations. Nitrogen fixing Tree Research Reports 1:42.
Evans, D.O., R.S. Yost, and G.W. Lundeen. 1983. A selected and annotated bibliography of tropical green manures and legume covers. Hawaii Institute of Tropical Agriculture and Human Resources Research and Extension Series 028. 211p.
Farooq, S and S.G. Velioglu. 1989. Physico-Chemical Treatment of Domestic Wastewater. Dalam P.N. Cheremisinoff (Editor). Encyclopedia of Environmental Control Technology. Vol. 3: Wastewater Treatment Technology. Gulf Publishing Company Book Division. Houston.
Gillett, J.B. 1963. Sesbania in Africa (excluding Madagascar) and southern Arabia. Kew Bulletin 17:91-159.
Gomez, K.A. & Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk penelitian Pertanian (Edisi Kedua). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Gozan, Misri dan Diyan Supramono. 2006. Pengolahan Air untuk Utilitas Pabrik. Departemen Teknik Kimia FTUI: Depok.
Hadiana, T. 2003. Ipomea batatas Sebagai Flokulan Alternatif dalam Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil PT HMI. Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Kimia. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Hammer, M.J. 1986. Water and Wastewater Technology. Prentice-Hall Int. Inc.,New Jersey.
Hamzuri. 1989. Batik Klasik. Jakarta: Jambatan.
Hidayat, S. 1999. Efektivitas Bioflokulan Biji Moringa oleifera dalam Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Pulp dan Kertas. Tesis Magister Departemen Biologi. Institut Teknologi Bandung.
Heering, J. H. ; Gutteridge, R. C. 1992. Sesbania sesban (L.) Merrill. Record from Proseabase. Mannetje, L.'t and Jones, R.M. (Editors). PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation, Bogor, Indonesia
Hindarko, S. 2003. Mengolah Air Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain, Jakarta : Penerbit Esha
Jenie, B. S. L. dan W. P. Rahayu. 1993. Penanganan limbah Industri Pangan Kerjasama PAU Pangan dan Gizi IPB Kanisius, Yokyakarta.
Katoch, B.S., and A.K. Chopra. 1974a. D-termination of various growth depressants in dhaincha (Sesbania aculeata Pers.) seeds and their eftect on chicks. Indian Journal of Animal Science 44:557-562.
(2)
Katoch, B.S., and A.K. Chopra. 1974b. Effect of autoclaving on the nutritional value –f dhaincha (Sesbania aculeata) seeds for poultry. Indian Journal of Animal Science 44:884-887.
Kemmer, F. N. 2002. The Nalco Water Handbook 3rd Edition. Mcgraw Hill: USA.
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 10, 2004, “Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Tengah”, Jawa Tengah. Kiely, G. 1998. Environmental Engineering. Irwin McGraw-Hill. Boston.
Klimiuk,E,. U Filipkowska, A. Korzeiowska. 1999. ” Efeects of pH and Coagulant Dosage on Effectiveness of Coagulation wastewater by Polyalumunium Chloride (PAC)”, Polish Journal of Enviromental Studies Vol.8, No, 2 hal 73-79
Laksono & Endang, W. 2010. Kajian Penggunaan Absorben Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Zat Pewarna Tekstil. Makalah Jurdik Kimia FMIPA. Universitas Negeri Yogyakarta
Le Houerou, H. N. 1980. The role of browses in the Sahelian and Sudanian zones. In: Browse in Africa, the current state of knowledge. H. N. Le Houérou (ed.), ILCA, Addis Ababa, Ethiopia, 83-100
Lestari, M. 2005. Efektivitas Bioflokulan Kacang Babi (Vicia vaba) Dalam memperbaiki Sifat Fisik Air Baku Air minum. Skripsi Sarjana Jurusan pendidikan Biologi. Universitas pendidikan Indonesia.
Linsley R.K, JB Franzini. 1989. Teknik Sumberdaya Air. Penerbit Airlangga, Jakarta.
Manurung, J. 2009. Studi Efek dan Berat Jenis Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD dan BOD Pada Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi. Skripsi Sarjana. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.
Mardiyana. 2009. Efektivitas Biji Jayanti (Sesbania sesban) Sebagai Biokoagulan dalam Memperbaiki Sifat Fisik dan Kimiawi Air Baku Air Minum. Skripsi Sarjana. Jurusan Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Mekoya, A., Oosting, S. J., Fernandez-Rivera, S., Tamminga, S., Tegegne, A., Zijpp, A. J. van der. 2009. Effect of supplementation of Sesbania sesban on reproductive performance of sheep. Livest. Sci., 121 (1): 117-125.
(3)
Mekoya, A., Oosting, S. J., Fernandez-Rivera, S., Tamminga, S., Tegegne, A., Zijpp, A. J. van der. 2009. Effect of supplementation of Sesbania sesban on post-weaning growth performance and sexual development of Menz sheep (Ethiopia). Livest. Sci., 121 (1): 108-116.
Melaku, S., Peters, K. J., Tegegne, A. 2004. Feed intake, live weight gain and reproductive performance of Menz ewes supplemented with Lablab purpureus, graded levels of Leucaena pallida 14203 and Sesbania sesban 1198. Livest. Prod. Sci., 87 (2-3): 131-142
Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater Engineering. Third Edition. McGraw-Hill International Edition, Singapore.
Molina, G.E., Fernandez, S, J.M., Sanchez, P, J.A., Garcia, C.F. 1996. A study on simultaneous photolimitation and photoinhibition in dense microalgal cultures taking into account incident and averaged irradiances. J. Biotechnol. 45, 59–69.
Motgomery, M.J. 1985, Water Treatment Principles and Design, John Wiley & Sons Inc, New Work.
Nao, T.V. 1979. Sesbania species in two agro-forestry systems. UNU/CMU workshop on agro-forestry for rural 12-16, communities, Chiang Mai, Thailand, November 1979
Nao, T.V. 1983. Agroforestry systems and some research in “Plant research and agroforestry. “P.A. problems. Huxlex (ed.). International Counsil for Research in Agroforestry, Nairobi, Kenya, pp. 71-77
Nathanson, J.A. 1997. Basic Environmental Technology. Water Supply, Waste Management, and Pollution Control. Prentice-Hall Inc., New Jersey. Nathanson, J.A. 1986. Basic Environmental Technology : Water Supply, Waste
Disposal, and Pollution Control. John Wiley & Sons, Inc. New York. Nazir, M. 1983. Metodologi Penelitian. Cetakan IV. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Olphen, V.H. 1997. An Introduction to Clay Colloid Chemistry. 2nd ed. New York : John Willey & Sonsa Willey Interscience Publication.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Pandia, S. 2005. Pengaruh Masa Biji Kelor Pada Penjernihan Proses Air. Program studi Tekhnik Kimia, Fakultas Teknik Sumatera Utara. Medan 2005. Vol 26-33 ISSN 1412-7814.
(4)
PESCOD, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp
Polhill, R.M. and M. Sauza. 1964. In Advances in legume (Benth) Hutch sytematics, R.M. Polhill and D.H. Raven (eds.), Royal Botanic Gardens, Kew.
Prakash, D. & Misra, P.S. 1988. Protein content and amino acid profile of some wild leguminous seed. Plant foods for human nitrition 38: 61 65.
Pratiwi, Y. 2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan Nutrition Value Coefitient Bioindikator. Jurnal teknologi Volume 3 no. 2 Desember 2010, 129-137.
Purwaningsih, I. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cv. Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau Dari Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) dan Warna. Tugas Akhir Jogjakarta:UII
Rambe, A. 2009. Pemanfaatan Biji Kelor Moringa oleifrera Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Richter, A. 1994. Arts and Crafts of Indonesia. San Francisco: Chronicle Books. Riyanto, D. SE. 1993. Proses Batik, Batik Tulis, Batik Cap, Batik Printing. Solo:
C.V. Aneka.
Rizaldi, R. 2008. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu di Perumaha Dayu Permai Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta: Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
Rossi, M.E. dan Ward, N.I. 1993. The Influence of Chemical Treatment of Metal Composition of Raw'Water. Proc. Int. Conf.on Heavy Metals In The Environ. 2: 471-475.
Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
SAWYER, C.N and P.L., MC CARTY. 1978. Chemistry for Environmental
Engineering. 3rd ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.:n405 - 486 pp.
Setyaningsih, H. 2007. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi karbon aktif. Tesis Program Pasca Sarjana UI. Jakarta.
Shqueir, A. A. ; Brown, D. L. ; Taylor, S. J. ; Rivkinc, I. ; Klasing, K. C. 1989. Effects of solvent extractions, heat treatments and added cholesterol on
(5)
Sesbania sesban toxicity in growing chicks. Anim. Feed Sci. Technol., 27 (1-2): 127-135
Singh. 1990. Fertility Control of Female through Sesbani Sesbian Seeds. The Journal of Research and Education in Indian Medicine. p.27-32.
Singh, N.T. 1989. Perennial Sesbania in India In: Macklin, B. and Evans, D.O. (eds), Perennial Sesbania Species in Agroforestry Systems. Proceedings of an international workshop at ICRAF Nairobi, Kenya. NFTA Special Publication 90-01, pp. 139-150.
Sofiany, R. 1999. Efektivitas Biji Moringa oleifera Lam dalam memperbaiki Sifat Fisik Kimia Limbah Cair Industri Penyamakan kulit di Sukaregang. Tesis Magister. Departemen Biologi. Institut Teknologi Bandung.
Spellman, F. R. 2003. Handbook of Water and Wastewater Treatmant Plant Operationt, Lewis Publisher, London. Pp. 329-480.
S t e e l , E . W . d a n T . J . M c G h e e . 1 9 8 5 . W a t e r S u p p l y a n d S e w e r a g e . M c G r a w -H i l l
I n c . , N e w Y o r k .
Storey, J. 1992. Textile Printing. London: Thames R Hudson
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Ui Press, Jakarta.
Suhendra. 2009. Permintaan Batik Melonjak. [online] tersedia http url: http://
www.detikfinance.com/read/2009/03/14/152007/1099371/4/permintaa batik-melonjak-50. [23 Juli 2013]
Soekamto, S. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Tjokrokusumo. 1995. Pengantar Konsep Teknologi Bersih. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH. Hal. 63-65.
United States Develpoment of Agriculture. 2000 .Of Plant Profile of Sesbania sesban. [online]. Tersedia : http://plant.usda.gov (22 Januari 2013).
Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Whistler, R.L., and T. Hymowitz. 1979. Guar agronomy production industrial use and nutrition. Purdue University Press, West Lafayette, Indiana, USA Yudoseputro, W. 1986. Pengantar Seni Rupa di Indonesia. Bandung: Angkasa
(6)