MODEL KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN :Studi Pengembangan Model Konseling Bagi Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga.

(1)

MODEL KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL

UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN

(Studi Pengembangan Model Konseling pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga di Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung Tahun 2013)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang

Bimbingan dan Konseling

MUHTASOR 1008958

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI: Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja

Ko-Promotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd. Nip. 195206201980021001

Anggota

Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono

Mengetahui

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Dr. H. Nandang Rusmana M.Pd. Nip. 196005011986031004


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul: “MODEL KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN (Studi Pengembangan Model Konseling Pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga di Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung Tahun 2013)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan adannya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan


(4)

MODEL KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN

(Studi Pengembangan Model Konseling Bagi Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga)

Oleh Muhtasor

S.Pd. STKIPM Pringsewu, 1995 M.M. IPWIJA Jakarta, 2002

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

SPs UPI Bandung

© Muhtasor 2013

Universitas Pendidikan Indonesia September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(5)

Abstrak

Muhtasor. (2013). Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual untuk Mereduksi Kecemasan (Studi Pengembangan Model Konseling Bagi Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga di Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung Tahun 2013). Dibimbing oleh: Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja (Promotor); Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. (Ko-Promotor); dan Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono (Anggota Promotor). Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Penelitian ini bertujuan menghasilkan model konseling yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan penelitian dan pengembangan (R&D). Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian campuran (mixed methods) dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil uji pakar dan uji lapangan, dihasilkan model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang dikembangkan untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga terdiri dari tiga sesi, lima langkah dan empat belas pertemuan konseling yang dilakukan secara sistematis. Pengujian efektivitas model menggunakan metode eksperimen dan desain yang dipilih adalah

pretest and posttest control group design. Instrumen yang digunakan adalah skala

pengukuran kecemasan adopsi dari teori Spielberger (1979). Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan analisis kovarian (ANAKOVA) dengan mengontrol sifat kecemasan, diketahui bahwa terdapat pengaruh model konseling berbasis penyembuhan spiritual terhadap penurunan kecemasan.

Kata kunci: kecemasan, model konseling, penyembuhan spiritual, ibu hamil pertama trimester ketiga.


(6)

Abstract

Muhtasor. (2013). A Counseling Model Based on Spiritual Healing for Reducing Anxiety (A Study of Counseling Model Development for First Pregnancy Women of Third Trimester in Pagelaran of Pringsewu Regency in Lampung Province in 2013). Under guidance of: Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja (Promoter); Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. (Co-Promoter); and Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono (Member of Promoters). Postgraduate of Guidance and Counseling Study Program in Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

The objective of this research is to produce an effective counseling model for reducing third trimester women who were pregnancy for the first time, and this objective is obtained by research and development (R&D). This research used a mixed method design with quantitative and qualitative approaches. Results of expert and field tests, a counseling model is produced based on spiritual healing which was developed to reduce anxiety of first pregnancy women of third trimester consisting of three sessions, five steps and fourteen counseling meetings conducted systematically. Model effectiveness test used experiment method with pretest and posttest control group design. An anxiety measurement scale adopted from Spielberger theory (1979) was used as instrument. The hypothesis analysis results using analysis covariance (ANCOVA) by controlling anxiety trait showed that there was an influence between the counseling model based on spiritual healing and reduced anxiety.

Keywords: anxiety, counseling model, spiritual healing, first pregnancy women of third trimester

The objectives of this studi are to establish an efective counseling model in order to reduce anxieties during first pregnancy, specifically at the third trimester.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... ixx

DAFTAR GRAFIK ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 20

C. Tujuan Penelitian ... 23

D. Manfaat Penelitian ... 23

BAB II KECEMASAN PADA KEHAMILAN PERTAMA TRIMESTER KETIGA DAN KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan ... 27


(8)

2. Jenis-jenis Kecemasan ... 35

3. Proses Terbentuknya Kecemasan ... 42

B. Konsep Tentang Kehamilan Pertama Trimester Ketiga 1. Pengertian Kehamilan ... 50

2. Perubahan-perubahan Psikologis pada Kehamilan ... 54

3. Kecemasan pada Kehamilan Pertama Trimester Ketiga ... 63

C. Konsep Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual 1. Pengertian Spiritual dan Penyembuhan Spiritual ... 75

2. Prinsip-prinsip Penyembuhan Spiritual ... 88

3. Spiritualitas dalam Konseling... 99

4. Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual ... 108

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 144

B. Variabel Penelitian ... 148

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 150

D. Subjek Penelitian ... 162

E. Teknik Analisa Data ... 164

F. Prosedur dan Tahap Penelitian ... 166

1. Studi pendahuluan ... 167

2. Pengembangan dan Validasi Model ... 169

3. Uji Coba Lapangan ... 172


(9)

A. Hasil Penelitian ... 189

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 189

2. Hasil Pengembangan dan Validasi Model ... 197

3. Hasil Uji Coba Keefektifan Model... 200

B. Pembahasan Hasil penelitian ... 227

1. Gambaran Kecemasan Pada Ibu Hamil ... 232

2. Efikasi Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual untuk Mereduksi Kecemasan ... 244

3. Keunggulan dan Kelemahan Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual ... 247

4. Keterbatasan Penelitian ... 249

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 251

B. Rekomendasi ... 253

DAFTAR PUSTAKA ... 265

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 261

1. SK Pengangkatan Pembimbing dan Surat Izin Penelitian

2. Model Konseling Berbasis Penyembuhan untuk Mereduksi Kecemasan 3. Instrumen Penelitian

4. Hasil Pengolahan Data Penelitian 5. Riwayat Hidup


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kehamilan merupakan periode dramatis terhadap kondisi biologis wanita disertai dengan perubahan-perubahan psikologis dan terjadinya proses adaptasi terhadap pola hidup dan proses kehamilan itu sendiri. Informasi yang sama, tampak juga dalam buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002) yang menyebutkan bahwa kehamilan merupakan perubahan fisik maupun emosional seorang wanita serta perubahan sosial dalam keluarga. Pada saat seorang wanita mengalami hamil maka akan tejadi perubahan-perubahan yang bersifat fisik maupun emosional.

Pada umumnya, dalam periode kehamilan akan terjadi perubahan kondisi fisik dan tanda-tanda fisiologis mulai dari mual dan muntah-muntah, kepala pusing sampai timbulnya keluhan secara umum seperti rasa panas dalam perut khususnya pada lambung (heartburn). Persoalannya adalah keluhan-keluhan tersebut akan terus meningkat setiap berat janin bertambah. Penambahan berat janin mengakibatkan posisi rahim dalam perut naik atau meninggi, kemudian rahim serta segala hal yang termuat di dalamnya akan mendesak lambung.


(11)

Lamadhah (2011) mengungkapkan bahwa keluhan berkaitan dengan timbulnya rasa panas dalam perut tergolong sederhana namun dapat menimbulkan kegelisahan dan kelelahan pada ibu hamil. Seiring dengan perubahan-perubahan tersebut terjadi pula perubahan emosional yang kompleks, sehingga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.

Mustika (2008) dalam buku Panduan Spiritual Kehamilan menyebutkan satu ungkapan Jack Canfield dalam Chicken Soup for the Expectant Mother’s Soul, bahwa segala sesuatunya tidak akan pernah sama lagi. Tubuh kita mengalami perubahan-perubahan drastis, sementara emosi kita berganti-ganti antara antisipasi dan rasa takjub ketika merasakan getar-getar kehidupan yang pertama di dalam tubuh kita, sampai pada kecemasan membayangkan saat melahirkan dan kesanggupan kita untuk menjadi orang tua. Mulai dari rasa mual sampai eforia, kehamilan benar-benar merupakan pengalaman mendebarkan.

Respon terhadap kecemasan pada wanita hamil tidak hanya menjadi masalah pribadi, akan tetapi dapat meluas menjadi masalah-masalah sosial dalam keluarga. Keharmonisan keluarga antara istri dan suami dapat menjadi kurang baik akibat kurangnya pemahaman dan/atau penerimaan dari keduanya, keluarga atau ditempat kerjanya terhadap kenyataan perubahan-perubahan prilaku ibu hamil yang terjadi selama menjalani kehamilan.


(12)

Pada proses kehamilannya, para wanita disamping mengalami perubahan-perubahan fisik dan tanda-tanda fisiologis sebagaimana dijelaskan di atas, perubahan-perubahan yang kemudian mampu menimbukan masalah sosial dalam keluarga adalah perubahan-perubahan yang bernuansa psikologis terutama pada aspek emosionalnya seperti prilaku menjadi mudah tersinggung, mudah sedih, suka khawatir, merasa kurang diperhatikan, merasakan sesuatu yang tidak nyaman dan tidak jelas penyebabnya, termasuk memiliki permintaan yang tidak masuk akal seperti minta jenis buah yang tidak pada musimnya, dan cenderung harus dipenuhi. Jika tidak terpenuhi, maka tidak sedikit dari wanita hamil kemudian mengekspresikan perasaan dan pikirannya pada prilaku yang terkadang tidak wajar seperti meminta yang harus segera dipenuhi, tersinggung dan menyalahkan sebagai bentuk pertahanan ego. Tentu hal ini akan menjadi persoalan baru menyangkut keharmonisan sosial dalam keluarga dan lingkungannya manakala kurangnya saling mengerti dan memahami dengan baik. Dalam kontek konseling, fenomena di atas memunculkan kebutuhan adanya sebuah layanan konseling yang dilakukan sebagai upaya membangun self awareness pada konseli (wanita hamil dan suaminya), serta pihak-pihak yang terkait dengan konseli.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa perubahan emosi pada ibu hamil sangat jelas dan jika berkelanjutan tanpa penanganan yang tepat mampu mengakibatkan reaksi kecemasan yang berat bahkan gangguan jiwa pada ibu hamil itu sendiri. (Spielberger: 1979; Correy: 1997; Wiknjosastro: 1999; Ibrahim: 2011).


(13)

Suami dan keluarga yang semestinya dapat menjadi pendamping untuk mengurangi respon psikologis ibu hamil seperti kecemasan, justru sebaliknya berpotensi menjadi ikut mengalami kecemasan.

Perubahan-perubahan psikologis selama menjalani kehamilan ternyata juga disadari oleh para ibu hamil itu sendiri. Berikut ungkapan singkat seorang wanita bernama Sofia yang dihasilkan dari wawancara dalam prariset. Sofia menjelaskan bahwa pada masa kehamilannya mengalami perasaan yang berbeda dari masa sebelum hamil. Beberapa hal yang dirasakannya seperti menjadi mudah sedih, manja dan ingin selalu ditemani suami. Semua yang diinginkan harus dipenuhi dan jika tidak, maka direspon dengan menangis. Hal lain yang lebih mencemaskan apabila membayangkan proses melahirkan. Perasaannya sering takut, khawatir jika ada apa-apa dengan bayinya memikirkan kira-kira selamat atau tidak, termasuk menjadi suka bertanya-tanya sendiri. Padahal sudah cukup rajin periksa ke bidan dan sering dinasihati ibunya. Menurutnya, semua hal di atas sering mengakibatkan sakit kepala, perut terasa pedih, dan rasanya malas jika mau makan.

Ungkapan di atas secara umum dialami dan dirasakan oleh sebagian besar ibu hamil sebagaimana diungkapkan oleh beberapa ahli, (Harianto: 2003; Mustika: 2008; Krisnadi: 2008; Sweet dalam Andina: 2010; Stoppard: 2011; Sholihah: 2011; Apprilia dan Ritchmond: 2011; Lusa: 2011).


(14)

Perubahan-perubahan emosi terutama pada perasaan cemas berupa perasaan tegang, khawatir, sedih, gugup, takut menjadi persoalan mendasar berkaitan dengan proses kehamilan seorang ibu dan persoalan-persoalan tersebut jarang mendapatkan solusi sehingga menimbulkan masalah psikologis pada ibu hamil yang akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Utaminingsih dalam Suciningsih (2004), menjelaskan bahwa kecemasan pada ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan otak bayi dalam kandungan termasuk kemungkinan bayi lahir dengan cacat fisik dan lambanya perkembangan otak bahkan ada yang autis. Gambaran tersebut akan menjadi persoalan yang tidak sederhana sebab jika lahir anak-anak dengan kecacatan atau terjadi kelambanan perkembangan otak dan bahkan autis akan menjadi persoalan besar terhadap penyiapan generasi yang berkualitas dalam rangka membangun bangsa dan negara.

Uraian di atas menggambarkan bahwa sesungguhnya masalah perubahan-perubahan psikologis yang mengakibatkan ketidaknyamanan, secara umum dialami oleh ibu hamil dan masalahnya sangat kompleks dengan berbagai pengaruh atau dampak yang buruk. Perubahan-perubahan tersebut diawali sejak usia trimester pertama hingga trimester ketiga terutama dengan respon psikologis yang dapat berubah-ubah setiap saat.

Krisnadi (2008) dalam makalahnya tentang Proses Adaptasi Psikologi pada ibu hamil menjelaskan bahwa respon psikologis masa hamil dapat berubah setiap saat,


(15)

diantaranya dimulai pada trimester pertama beberapa wanita hamil merasakan kecemasan, kegusaran, ketakutan, perasaan panik terhadap kehamilan dan segala akibatnya. Dalam pikiran mereka, kehamilan merupakan ancaman, kegawatan, ketakutan dan bahaya bagi dirinya, bahkan ada di antara sikap mereka yang tidak hanya menolak kehamilan tapi berusaha menggugurkannya atau mencoba bunuh diri. Pada trimester kedua respon psikologis pada ibu hamil ditandai dengan adanya narsisme dan introversi.

Narsisme menandakan keterkaitan minat dan perhatian pada diri/tubuh sendiri yang

dimanivestasikan dalam bentuk hati memilih baju yang baik untuk digunakan, hati-hati memilih makanan yang dimakan, memilih lingkungan yang lebih nyaman dari sebelumnya, termasuk ketakutan kalau-kalau tugasnya dapat membahayakan janin. Sedangkan introversi dimanivestasikan dalam bentuk memikirkan tentang diri sendiri, membesar-besarkan kesalahannya, perasaannya, dan kurang berminat pada dunia luar. Pada trimester ketiga secara umum kehidupan psikologik-emosional dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan datang.

Dari uraian tersebut diperoleh suatu gambaran bahwa spektrum masalah pada ibu hamil dengan adanya perubahan-perubahan disertai berbagai reaksi psikologisnya begitu kompleks. Berbagai reaksi atau respon psikologis tersebutlah yang pada gilirannya sebagai penyebab atau pemicu munculnya kecemasan bahkan distres pada ibu hamil sehingga berdampak pada kesehatan dan perkembangan janin termasuk


(16)

persoalan-persoalan di seputar persalinan seperti persalinan lama atau sulit, mengganggu his, rasa nyeri atau kesakitan.

Kegelisahan-kegelisahan peneliti terhadap fenomena-fenomena sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, sekaligus menimbulkan pertanyaan awal bahwa: “Apakah persoalan-persoalan yang sangat kompleks dengan berbagai dampak buruk tersebut cukup menjadi konsumsi pembicaraan atau pembiaran oleh masyarakat, negara, atau mungkin dunia pendidikan termasuk di dalamnya bimbingan dan konseling tanpa adanya upaya yang tepat sebagai sebuah solusi?”.

Kegelisahan terhadap fenomena yang terjadi dan pertanyaan peneliti inilah yang kemudian menjadi pijakan berpikir terhadap pentingnya dilakukan sebuah penelitian. Secara konseptual, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan dengan harapan mampu menjawab segala persoalan yang muncul pada masyarakat, khususnya masalah-masalah kecemasan ibu hamil yang secara filosofis dan empiris dapat menimbulkan dampak-dampak yang negatif.

Asumsi yang juga mendasari pentingnya penelitian ini dilakukan adalah apabila fenomena kecemasan-kecemasan yang terjadi pada ibu hamil berlangsung secara berkelanjutan tanpa adanya upaya atau penanganan yang tepat dapat menimbulkan hal buruk seperti: 1) lahirnya pribadi ibu hamil yang lemah karena terbebani oleh persoalan-persoalan yang menimbulkan berbagai reaksi negatif baik secara fisik maupun psikologis; 2) akan lahir anak-anak yang kurang berkualitas dari


(17)

ibu-ibu hamil yang terjerat dalam kecemasan; 3) menimbulkan persoalan bangsa dengan kurang berkualitasnya generasi penerus.

Langkah berikutnya untuk mewujudkan penelitian ini dan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam termasuk dari sisi aspek spiritualitasnya, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa bidan yang menangani pasien ibu hamil di lokasi penelitian. Hasilnya, para bidan di lingkungan kerja PKM Pagelaran (lokasi penelitian) membenarkan bahwa hampir dari setiap ibu hamil yang mereka hadapi mengalami kecemasan dan sangat dirasakan terutama pada saat usia kehamilan memasuki bulan ketujuh dan seterusnya (trimester ketiga).

Adapun deskripsi hasil wawancara secara umum adalah bahwa kecemasan yang biasa dialami ibu hamil pada trimester ketiga yaitu apakah dapat melahirkan dengan lancar tanpa kesulitan, apakah bayi yang akan dilahirkannya nanti dalam keadaan sehat dan tidak cacat, apakah dapat menyusui dan merawat bayi dengan baik. Rata-rata merasa cemas karena tubuhnya yang kurang menarik lagi dan mengkhawatirkan janin dalam kandungannya. Saat persalinan sudah dekat dan kontraksi makin sering, akan semakin tampak kecemasannya. Biasanya pasien terlihat pucat, susah senyum, dan tidak sedikit yang berteriak-teriak bahkan ada yang berkata kasar. Saat ini pemberian obat penenang sejenis diazepam menurut mereka bukan lagi merupakan solusi yang dilakukan.

Sementara dari sisi aspek spiritual, diperoleh data bahwa pada saat pasien mengalami keluhan-keluhan atau rasa sakit diseputar persoalan kehamilan atau


(18)

persalinan ketika dituntun ke jalan spiritual untuk menyadari segala hal yang sedang terjadi agar diterima dengan baik atau untuk mengingat Tuhan, pasien cenderung acuh atau hanya sekadarnya dan makin teriak atau sedikitnya hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Sedikit sekali yang mampu mengembangkan kesadaran bahwa segala rasa sakit yang dialaminya adalah hal yang memang harus dilalui dengan baik dan ada kemauan serta keyakinan bahwa dirinya mampu berusaha mengurangi rasa sakit serta menyandarkan segala yang dilakukannya kepada Tuhan.

Hasil wawancara terhadap bidan berkenaan dengan reaksi fisiologis dan psikologis, secara umum dapat dideskripsikan bahwa pasien terkadang sampai mengeluhkan sesak nafas atau rasa tercekik, telinga berdenging, muka pucat, jantung berdebar, mata kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak akan tertolong lagi. Pasien menunjukkan rasa kecemasan ditandai oleh rasa gelisah dan ketakutan luar biasa sehingga kondisinya menjadi panik.

Kondisi kepanikan sebagai wujud dari kecemasan yang berat tersebut berdampak sangat buruk bagi keselamatan ibu dan janinnya. Cohents dalam Andina (2010) menyatakan bahwa cemas dapat mengganggu, seseorang perempuan yang panik dapat mengalami abruptio plasenta dan hal tersebut berakibat sangat buruk seperti terjadinya perdarahan hebat bahkan dapat menimbulkan kematian. Dalam kondisi seperti ini, jika kecemasan ibu hamil tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan memungkinkan munculnya sikap putus asa sehingga yang ada dalam


(19)

benaknya saat mengalami rasa sakit atau persoalan yang berat terhadap kehamilannya adalah berpikir selamat atau tidak, hidup atau mati, dan seterusnya.

Grayson (2001) menjelaskan bahwa dalam prinsip spiritual, apa yang dipikirkan, itulah yang akan terjadi. Maka akan menjadi malapetaka besar jika dalam kondisi kecemasan yang berat seseorang hanya berpikir tentang kematian. Secara spiritual, ini menjadi sesuatu yang berbahaya jika konseli (pasien) benar-benar mengalami kematian, sementara kondisi jiwanya tidak mampu bertransendensi, hanya terpusat pada rasa sakit secara fisik, hilang spirit untuk hidup, tidak terbentuk keterhubungan dengan Sang Pemilik Kekuatan, sehingga ia jauh dengan Tuhan yang memiliki sifat kemahaan-Nya. Jiwanya kering tanpa sentuhan-sentuhan nilai ketuhanan. Padahal sesungguhnya fitrah setiap manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang ber-Tuhan. Akan sangat menjadi rendah ketika manusia dengan kalbunya tidak mampu mengembangkan fitrah mulia ini.

Dahlan (2005), memandang bahwa apabila fitrah manusia itu tidak dikembangkan secara optimal, lahirlah kalbu yang qasi (membatu) mewujudkan pribadi yang kaku, kasar, keras, kufur, dan tidak taat serta pribadi yang lalai sehingga tidak meyakini akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Berdasarkan gambaran di atas, dapat dijelaskan bahwa pada kehidupan kaum hawa sesungguhnya ada suatu proses kehidupan manusia yang sangat berat dan harus dialami dalam perjalanan fitrahnya. Pada saat yang sama akan tergambar sosok pribadi


(20)

dengan kompetensi fitrahnya mampu menghadapinya dengan sadar atas segala apa yang sedang terjadi sehingga ia mampu bertransendensi dengan Tuhannya secara baik atau sebaliknya ia menjadi pribadi yang ingkar yang tidak mampu melakukan upaya transendensi sama sekali sehingga hidupnya kosong dengan kalbu yang qasi.

Selanjutnya untuk mengetahui data empiris keadaan psikologis ibu hamil pada trimester ketiga secara umum pada sebagian lokasi penelitian, peneliti melakukan studi dokumentasi terhadap data penanganan pasien ibu hamil di BPS (bidan praktik swasta). Keadaan psikologis dimaksud dalam hal ini adalah kondisi emosional ibu hamil di trimester ketiga yang dibagi dalam dua kategori, yakni kategori cemas dan tenang. Sepanjang periode empat bulan terakhir tahun 2011, diperoleh catatan keadaan emosi wanita hamil pada trimester ketiga sebagai tahapan menghadapi waktu persalinan menunjukkan bentuk emosi yang berbeda. Dari 32 orang pasien yang diamati, kondisi emosional ibu hamil berupa cemas, yakni tidak mau tenang, banyak mengeluh, berkeringat dingin, jarang senyum, kadang-kadang berteriak, berkata yang tidak jelas, memarahi orang lain, menyalahkan orang lain termasuk suaminya, kadang menggigit, sebanyak 23 orang (71,9%), dan hanya 9 orang (28,1%) kondisi emosional ibu hamil yang tenang, yakni sikapnya tenang, mudah diarahkan, mudah diajak komunikasi, sabar dan mau menyebut nama Tuhannya.

Penelitian berikut memperkuat temuan empiris dan kajian teoritis di atas, diantaranya: 1) survei yang dilakukan Tb. Erwin Kusuma seorang ahli spesialis kejiwaan


(21)

dari Klinik Prorevital Jakarta dalam www.klinikpria.com, dengan judul Stress Pada Wanita Hamil. Peneliti melakukan survei melalui daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengukur skala distres. Hasilnya diketahui bahwa lebih dari 60 persen wanita hamil mengalami distres dan kurang dari 10 persen yang termasuk relatif tenang. Masalahnya adalah, distres yang berlanjut akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan janin, bahkan akan mempengaruhi tumbuh kembangnya kelak; 2) Andina (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan kehamilan. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Penelitian lainya yang berkenaan dengan kecemasan pada ibu hamil dan perlunya sebuah intervensi/bantuan, diantaranya adalah: (Reed dalam Wiknjosastro: 1999; Harianto: 2003; Nur’aini: 2006; Diponegoro: 2007; Budi dan Sulistyorini: 2007; dan Fatmawati: 2010).

Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran tentang kecemasan yang dialami ibu hamil di lokasi penelitian, yakni di wilayah kerja puskesmas Pagelaran, peneliti melakukan studi pendahuluan pada subyek sebanyak 30 orang ibu yang sedang menjalani kehamilan trimester ketiga yang telah dipilih secara random dari populasi sebanyak 92 orang. Studi ini dilakukan untuk mengungkap tingkat kecemasan (anxiety state) yang sedang dialami oleh ibu hamil, juga diungkap sifat kecemasannya (anxiety trait) sehingga diketahui apakah individu tersebut memiliki sifat dasar cemas atau tidak.


(22)

Hasil studi pendahuluan memberikan gambaran bahwa kecemasan ibu hamil berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 1 orang (3%), kecemasan kategori tinggi sebanyak 22 orang (73%), kecemasan kategori sedang sebanyak 5 orang (17%), kecemasan kategori rendah sebanyak 2 orang (7%) dan kecemasan kategori sangat rendah 0 (0%). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tingkat kecemasan yang dialami ibu hamil pada trimester ketiga di Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung sebanyak 73% menunjukkan tingkat kecemasan tinggi. Dengan kata lain secara umum ibu hamil pada trimester ketiga mengalami kecemasan yang tinggi.

Secara empiris, kecemasan pada ibu hamil secara umum dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: umur ibu hamil, umur kehamilan, urutan kehamilan pertama, kedua dan seterusnya, ada tidaknya masalah kelainan kandungan, tingkat keyakinannya (spiritual), sifat dasar kepribadian, dukungan sosial, keadaan ekonomi termasuk dari kultur yang berbeda.

Pemikiran Freud, lebih mengedepankan bahwa penyebab utama dari kecemasan adalah lemahnya ego untuk mengontrol dorongan insting atau id dan tuntutan dari superego. Sedangkan Spielberger (1979) menggambarkan bahwa secara umum penyebab dari kecemasan adalah dari persepsi individu atau penilaian kognitif (cognitive appraisal) yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari: a) pikiran; persepsi terhadap sumber ancaman atau bahaya yang berkaitan dengan kemampuan, pengalaman, sifat dasar kepribadian dan keyakinan (spiritual);


(23)

b) perasaan, dicirikan dengan merasa sulit untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan atau pesimis, menyerah terhadap situasi yang ada, kritis terhadap dirinya sendiri dan selalu khawatir terhadap yang dilakukan; c) kebutuhan biologis, yaitu kemampuan menjaga tubuh menjadi homeostatis menyangkut fungsi vital tubuh (pernapasan, sirkulasi darah dan temperatur tubuh). Sedangkan faktor eksternal, yaitu keadaan di luar diri individu yang dirasa merugikan, membahayakan atau mengancam terdiri dari: a) perilaku orang lain di sekitarnya; dan b) kejadian-kejadian yang berkaitan dengan dirinya baik secara langsung maupun tidak langsung seperti melihat peristiwa yang tidak diinginkan, mendengar berita buruk, terjadi kelainan medik atau adanya tindakan medikalisasi terhadap dirinya.

Pada penelitian ini, untuk membatasi luasnya kajian penyebab dari kecemasan, maka ditetapkan aspek spiritual yang dinilai akan banyak mempengaruhi kecemasan seseorang. Hal tersebut berangkat dari asumsi dan hasil penelitian Miller yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara spiritual, kesehatan dan agama. Mann et al. (2008) dalam penelitiannya membuktikan bahwa religius dan spiritual berhubungan dengan berkurangnya kecemasan pada wanita hamil. Demikian juga hasil penelitian lainnya, (Simmon: 2001, J. R. Mann et al: 2010, Breen, Price dan Lake).

Adapun aspek kondisi empiris pada ibu hamil trimester ketiga seperti umur ibu, umur kehamilan, urutan kehamilan, kelainan medik, latar belakang pendidikan,


(24)

pekerjaan atau perbedaan kultur tidak menjadi kajian dalam penelitian ini. Hal ini dapat menjadi bagian penelitian lainnya mengingat luasnya kajian yang harus dilakukan. Selain itu berdasarkan hasil studi pendahuluan, kecemasan kategori tinggi menyebar pada semua kondisi empiris tersebut kecuali pada urutan kehamilan pertama (gravida satu) dan khusus untuk pasien yang mengalami kelainan medik dianulir untuk menjadi subyek dalam penelitian ini.

Keterkaitan dengan latar belakang dari sifat kecemasan (anxiety trait) dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki sifat dasar cemas, kecemasannya berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 1 orang (3%), kategori tinggi sebanyak 16 orang (53%), kategori sedang sebanyak 4 orang (13%) dan kategori rendah sebanyak 1 orang (3%). Sedangkan responden yang tidak memiliki sifat dasar cemas, kecemasannya berada pada kategori tinggi sebanyak 6 orang (20%), kategori sedang sebanyak 1 orang (3%) dan kategori rendah sebanyak 1 orang (3%).

Berdasarkan data di atas, dapat dijelaskan secara singkat bahwa subyek yang memiliki sifat dasar cemas memiliki tingkat kecemasan yang bervariasi dari kecemasan kategori sangat tinggi sampai kategori rendah. Demikian juga sebaliknya pada subyek yang tidak memiliki sifat dasar cemas. Tidak dimilikinya sifat dasar cemas tidak mengindikasikan tidak adanya kecemasan. Dengan demikian diduga bahwa orang yang memiliki tingkat kecemasan tinggi tidak berarti karena memiliki


(25)

sifat dasar cemas, sebaliknya orang yang memiliki tingkat kecemasan sedang atau bahkan rendah juga bukan berarti karena tidak memiliki sifat dasar cemas.

Selanjutnya dari hasil pengukuran diperoleh data bahwa dari 22 orang (73%) yang mengalami tingkat kecemasan kategori tinggi, ternyata 15 orang (68%) berasal dari latar belakang kehamilan pertama, sebanyak 5 orang (23%) kehamilan kedua (G2),

sebanyak 1 orang (4,5%) kehamilan ketiga (G3) dan sebanyak 1 orang (4,5%) berasal

dari kehamilan keempat (G4). Dengan demikian diketahui bahwa ternyata 22 orang

responden yang mengalami kecemasan kategori tinggi, sebesar 68% adalah berlatar belakang dari kehamilan pertama. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dan untuk membatasi luasnya latar belakang kehamilan (gravida) pada sampel penelitian, peneliti selanjutnya menetapkan sampel penelitian pada subyek yang sedang menjalani kehamilan pertama trimester ketiga (G1T3).

Melalui data kualitatif pada tahap studi pendahuluan, diperoleh keterangan bahwa selain bentuk-bentuk kecemasan yang dialami secara umum oleh ibu hamil, calon ibu yang baru pertama kali hamil akan merasa lebih cemas khususnya disebabkan oleh faktor internal ibu hamil, yakni belum memiliki pengalaman yang cukup terhadap proses kehamilan dan melahirkan. Selain ibu hamil mengalami bentuk kecemasan yang berkenaan dengan aspek fisik, fisiologis dan psikologis ternyata ibu hamil mengalami masalah spiritual, yakni kepercayaan terhadap mitos dan lemahnya kemampuan untuk melakukan transendensi.


(26)

Secara rinci dapat dideskripsikan bahwa para ibu hamil lebih merasakan pada rasa sakit atau rasa tidak nyaman seperti perut selalu kencang, jantung berdetak cepat, perut terasa panas, leher seperti tercekik, mata terasa kabur, gatal-gatal, dan nyeri. Sedangkan kemampuan membangun daya spiritualnya, yakni melakukan keterhubungan dengan yang memiliki Kekuatan Lebih sangat lemah. Lemahnya kemampuan tersebut akibat terdistorsinya pikiran dan perasaan-perasaan yang bersifat subyektif sehingga sulit membuka dan membangkitkan nilai-nilai spiritual yang ada dalam dirinya, kurang mampu memahami hakikat hidup dan dirinya sebagai bagian dari penciptaan alam semesta, tidak mampu menolak pikiran negatif, serta lemahnya kemampuan menyandarkan segala masalahnya pada kekuasaan Tuhan akibatnya emosinya lebih tampak dan jiwanya kurang lembut, serta hatinya mengeras dengan prilaku menolak, meronta, menyalahkan, dan kadang berteriak.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi pendahuluan yang berkaitan dengan tingginya tingkat kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga dan besarnya dampak negatif yang ditimbulkannya serta lemahnya kemampuan spiritualnya, selanjutnya menjadi dasar asumsi diperlukannya sebuah intervensi konseling yakni model konseling yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

British Association of Counseling (BAC) dalam McLeod (2003)


(27)

hubungan yang mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah. Fungsi dari konseling adalah memberikan kesempatan kepada “klien” untuk mengeksplorasi, menemukan dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.

Selanjutnya, kegiatan layanan konseling memiliki kontribusi positif sebagai agen perubahan (agent of change) di masyarakat dalam pembangunan dan penyiapan generasi penerus yang berkualitas. Kaitannya dengan kontribusi kegiatan layanan konseling terhadap penyiapan generasi yang berkualitas, didasari asumsi bahwa layanan konseling akan mampu membantu ibu hamil yang sedang mengalami kecemasan sehingga mampu terhindar dari masalah adanya potensi melahirkan anak yang kurang berkualitas.

Intervensi melalui layanan konseling ini penting dilakukan juga didasari oleh kajian literatur bahwa: 1) kecemasan yang berlanjut pada proses kehamilan akan berakibat buruk terhadap kesehatan psikologis ibu hamil bahkan gangguan jiwa yang berat; 2) dalam manifestasi klinik, kecemasan berpotensi menimbulkan dampak yang sangat buruk yakni terjadinya inertia uteri, abruptio plasenta yang dapat mengakibatkan kematian atau mengganggu his sehingga proses persalinan menjadi sulit dan kesakitan. Hal ini sebagaimana dijelaskan sebelumnya oleh Cohents dalam Andina (2010), bahwa cemas yang salah satunya ditandai dengan panik, dalam proses persalinan sangat mengganggu. Seseorang perempuan yang panik dapat mengalami abruptio plasenta.


(28)

Berkaitan dengan dampak buruk dalam proses persalinan, Cahyani (2010) dalam tulisannya tentang gangguan kecemasan pada ibu hamil menjelaskan bahwa tidak sedikit calon ibu yang mengalami rasa cemas ditandai dengan rasa takut pada fase menjelang kelahiran. Menurutnya, justru rasa cemas itulah yang memicu rasa sakit saat melahirkan. Perasaan tersebut selanjutnya membuat jalan lahir (birth canal) menjadi mengeras dan menyempit. Dengan demikian diperlukan sebuah solusi yang didesain secara khusus untuk mereduksi kecemasan-kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

Solusi melalui intervensi konseling dilakukan melalui dengan menggali atau mempengaruhi konseli dari aspek pola pikir, emosi, sikap, atau tingkah laku konseli, dan aspek spiritualnya. Pada penelitian ini konseling dilakukan dengan penekanan pada aspek spiritualnya yakni dengan layanan konseling berbasis penyembuhan spiritual. Hal ini dilatarbelakangi asumsi bahwa sesungguhnya pada setiap diri manusia terdapat nilai-nilai spiritual, sekalipun yang bersangkutan mungkin tidak beragama. Namun keinginan untuk terjadi keterhubungan antara dirinya dengan pemilik kekuatan lebih (Tuhan) selalu ada pada saat-saat tertentu. Siapapun manusia pada hakekatnya mengakui keberadaan Tuhan yang memiliki kekuatan dan kuasa menciptakan termasuk terhadap dirinya sebagai tempat dimintai pertolongan. Persoalannya adalah ketika para ibu hamil mengalami berbagai masalah, di saat itulah kebanyakan kurang mampu mendayagunakan potensi


(29)

spiritualnya untuk mengatasi masalah dan hanya terpusat pada perasaan-perasaan kecemasan dan rasa sakit yang diakibatkannya.

Terdapat beberapa bentuk atau model intervensi konseling di Indonesia telah dilakukan untuk membantu konseli yang mengalami kecemasan melalui riset diantaranya: 1) konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis, 2) konseling rasional emotif dengan teknik relaksasi, 3) teknik empty chair, 4) coping

skill, 5) pendekatan cognitif behavioral therapy (CBT).

Dalam perspektif ilmu bimbingan dan konseling (BK), kecemasan yang berlanjut dipandang sebagai faktor psikologis yang negatif. Kecemasan yang terjadi secara berkelanjutan tanpa mendapat penanganan yang tepat akan memunculkan gangguan jiwa seperti stres dan depresi. Corey (2005) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi individu berbuat sesuatu. Apabila seseorang tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego. Kebanyakan orang merasakan kecemasan sebelum suatu peristiwa penting atau pertama kali hal itu terjadi. Dalam hal ini individu terlebih dahulu mempersepsikan sesuatu yang akan dihadapinya diprediksi sulit atau bahkan tidak akan dapat dikerjakannya, sehingga kecemasan pun menjadi permasalahan pertama yang muncul dalam dirinya yang pada akhirnya berpotensi menyebabkan adanya gangguan jiwa.


(30)

Berkaitan dengan gangguan jiwa, teori Freud (1923) dalam Hawari (2002) menjelaskan bahwa ganguan jiwa muncul akibat terjadinya konflik internal (dunia dalam) pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar. Lebih lanjut, Hawari (2002) mengungkapkan bahwa faktor-faktor psikologis yang bersifat negatif (stres, cemas, depresi) melalui jaringan “psiko-neuro-endokrin” secara umum dapat mengakibatkan kekebalan tubuh (imunitas) menurun yang pada gilirannya tubuh mudah terserang penyakit, atau dapat juga sel-sel organ tubuh berkembang radikal (misalnya pada kanker). Demikian pula penyakit infeksi lainnya mudah menyerang tubuh disebabkan karena kekebalan tubuh seseorang sedang menurun. Di lain pihak, faktor psikologis yang bersifat positif (bebas dari stres, cemas, depresi) melalui jaringan “psiko-neuro-endokrin” dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga seseorang tidak mudah terserang penyakit atau mempercepat proses penyembuhan.

Setiap individu pada dasarnya menginginkan selalu berada pada kondisi psikologis yang positif. Namun secara umum kemampuan individu untuk selalu berada pada kondisi psikologis yang positif tersebut sangat fluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal berupa kemampuan diri sendiri untuk mengelola aspek psikologisnya dan faktor eksternal yang berpotensi ikut mempengaruhinya. Pada konteks inilah bimbingan dan konseling memiliki kontribusi yang sangat besar sebagai bentuk kegiatan layanan bantuan yang diberikan kepada konseli secara


(31)

profesional agar memiliki kemampuan untuk berusaha, memelihara dalam kondisi psikologis yang positif.

Pada penelitian ini, sesuai dengan karakteristik subyek yaitu ibu hamil pertama trimester ketiga yang mengalami kecemasan dengan berbagai reaksi psikologisnya serta lemahnya kemampuan untuk membangkitkan potensi spiritual, maka dikonstruksi Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual untuk mereduksinya. Landasan filosofisnya adalah bahwa manusia pada hakekatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Burke, Chauvin, dan Miranti (1995) secara umum menyetujui bahwa secara total manusia terdiri dari beberapa dimensi, yakni: fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Dimensi spiritual merupakan potensi bawaan setiap individu yang dengan potensi tersebut manusia akan mampu mengembangkan nilai-nilai kehidupan serta mencirikan bahwa ada kehidupan pada diri seseorang.

Hendrawan (2009) mengungkapkan bahwa spiritual berhubungan dengan yang suci. Dalam pengertiannya, spiritualitas berarti menghidupkan, tanpa spiritualitas organisme mati secara jasad dan kejiwaan, memiliki status suci, statusnya lebih tinggi dari yang material dan terkait dengan Tuhan sebagai causa prima kehidupan.

Beberapa hal di atas inilah yang selanjutnya menjadi asumsi dasar pentingnya layanan konseling berbasis penyembuhan spiritual dilakukan untuk membantu membangkitkan potensi kesadaran spiritual konseli. Layanan konseling berbasis penyembuhan spiritual adalah sebuah layanan konseling yang dilakukan melalui sesi


(32)

dan langkah-langkah yang didasarkan pada prinsip-prinsip penyembuhan spiritual dalam melakukan terapeutik. Hal lain juga karena menurut pengetahuan peneliti, kajian ini belum dilakukan oleh peneliti lain dalam bidang bimbingan dan konseling.

Model konseling berbasis penyembuhan spiritual merupakan sebuah model yang dilakukan dengan mempengaruhi sisi spiritual/ruhaniyahnya dengan membangkitkan nilai-nilai kesadaran spiritual akan fakta yang sedang ia hadapi dan membimbing agar mampu melakukan tindakan secara sadar untuk melakukan keterhubungan (transendensi). Model konseling berbasis penyembuhan spiritual adalah model layanan bantuan yang diberikan kepada konseli yang didasarkan pada prinsip-prinsip penyembuhan spiritual dan fokusnya adalah melibatkan hubungan serta manfaat spiritualitas sehingga konseli mampu melakukan keterhubungan dengan Tuhan.

Asumsi dasar konsep penyembuhan spiritual digunakan sebagai pedoman pokok dalam model konseling ini adalah bahwa penyembuhan spiritual itu untuk semua orang dan merupakan hasil asli dan alami dari cara semesta berfungsi saat digunakan dengan benar. Ide dasar dari spiritual adalah substansi dan daya fundamental yang dilakukan seseorang, kemudian akan menciptakan sebuah pengalaman yang dikehendaki. Fakta dari penyembuhan spiritual adalah bahwa apa yang diyakini seseorang, itulah yang akan terjadi. Asumsi ini diadopsi dari teori Grayson (2001) tentang penyembuhan spiritual (spiritual healing).


(33)

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut. 1) secara umum wanita saat menjalani kehamilannya terutama pada trimester ketiga sampai dengan menjelang persalinan mengalami masalah psikologis berupa kecemasan ditandai dengan ketegangan, rasa sedih, khawatir, gugup, termasuk takut. Pada umumnya mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi tanpa sebab yang jelas (bersifat subyektif); 2) pada saat mengalami kecemasan ditandai oleh perasaan yang tidak menyenangkan bahkan merasa sangat tersiksa, ibu hamil kurang mampu untuk membangkitkan potensi spiritualitasnya dan pikirannya terdistorsi oleh persepsi-persepsi negatif terhadap segala yang sedang dirasakan bahkan mitos lebih dipercayai; 3) bantuan layanan konseling selama ini di Indonesia secara umum masih berorientasi pada upaya mempengaruhi aspek pola pikir, emosi, sikap, atau tingkah laku konseli, dan masih sangat minim pada aspek spiritualnya; 4) diperlukan pengembangan sebuah model konseling yang efektif digunakan untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga; 5) pendekatan konseling berbasis penyembuhan spiritual diasumsikan sebagai model konseling yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

Pemilihan pendekatan tersebut didasari beberapa pertimbangan, yakni: a) kecemasan dan bentuk emosi lainnya sangat terkait dengan dimensi spiritual; b) lebih nyata dapat kita temukan bahwa faktor spiritual secara langsung akan mempengaruhi emosi konseli, selanjutnya emosi itu akan menentukan tindakan.


(34)

Pertimbangan tersebut sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebagaimana dijelaskan Satriyah (2010) dalam Jurnal Irsyad edisi 1 bahwa: (1) penelitian Miller membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara spiritual, kesehatan dan agama. Menurutnya jika spiritual dan agama meningkat maka kesehatan pun akan meningkat, (2) penelitian Simmon (2001) menghasilkan bahwa pasien-pasien yang kurang percaya dengan keberadaan Tuhan mempunyai risiko kematian yang tinggi, (3) World Health Organization (WHO) dalam Hawari (2002) menyatakan bahwa sejak tahun 1984 menetapkan bahwa sehat mencakup 4 aspek yaitu: biologis, psikis, sosial, dan spritual.

Tahap penelitian selanjutnya berkaitan dengan intervensi yang akan dikonstruksi untuk mengentaskan masalah-masalah di atas, yakni dengan model konseling berbasis penyembuhan spiritual untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini secara umum baru mengungkap pada aspek kondisi psikologis ibu hamil, faktor yang menyebabkannya serta ada tidaknya pengaruh konseling terhadap ibu hamil. Sebatas pengetahuan peneliti belum menghasilkan konstruksi sebuah model intervensi konseling yang dapat diterapkan terhadap ibu hamil yang sedang mengalami kecemasan.

Hal lain yang menjadi kekhasan penelitian ini adalah adanya sebuah model yang mengedepankan nilai-nilai spiritual dengan membangkitkan potensi kesadaran


(35)

atau sumber kekuatan dalam diri konseli dengan fokus melibatkan hubungan serta manfaat spiritualitas terhadap cara seseorang memandang kehidupannya. Dengan demikian posisi penelitian ini menjadi urgen dan memiliki unsur orisinalitas.

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama

trimester ketiga?”

Secara rinci pertanyaan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk model konseling hipotetik yang dapat digunakan untuk

mereduksi kecemasan pada kehamilan pertama trimester ketiga?

2. Apakah Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual (MKBPS) efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga?

B.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menghasilkan model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memperoleh gambaran teoritis dan empiris mengenai hal-hal berikut.


(36)

1. Dihasilkannya sebuah Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual (MKBPS) yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

2. Diketahuinya tingkat keefektifan Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual (MKBPS) untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

Dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

Model konseling berbasis penyembuhan spiritual efektif untuk menurunkan

kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pengembangan ilmu maupun pelaksanaan bimbingan dan konseling.

1. Manfaat teoritik

Hasil penelitian berupa model konseling berbasis penyembuhan spiritual (MKBPS) diharapkan dapat menambah jumlah referensi/teori dalam bimbingan dan konseling sebagai model yang efektif untuk mereduksi kecemasan.

2. Manfaat empirik

Hasil penelitian ini diharapkan praktis dan mudah digunakan oleh para konselor untuk membantu konseli dalam mereduksi kecemasan.


(37)

a. Menjadi masukan sebagai rumusan kebijakan sebagai salah satu bentuk model konseling dalam bimbingan dan konseling di Indonesia.

b. Menjadi salah satu upaya pedagogis dalam keilmuan bimbingan dan konseling sehingga MKBPS dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk memasukkan aspek spiritual ke dalam kurikulum dan mata kuliah yang relevan sehingga setting model layanan bimbingan dan konseling dapat berkembang.

c. Menjadi pertimbangan bagi bidan dan/atau rumah sakit untuk membuka layanan MKBPS bekerjasama dengan para konselor terlatih sebagai pendamping layanan medik mengingat secara umum kecemasan-kecemasan dialami pasien dalam menjalani kehamilan dan persalinan.


(38)

BAB III `

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan metode Penelitian

Tujuan akhir dari penelitan ini adalah tersusunnya model konseling berbasis penyembuhan spiritual (MKBPS) untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan model penelitian dan pengembangan (research and development), Borg dan Gall (2003). Kerangka isi dan komponen model disusun berdasarkan kajian konsep dan teori konseling, penyembuhan spiritual, kecemasan, kajian penelitian terdahulu yang relevan, studi pendahuluan yang menjaring data dan permasalahan tentang kecemasan pada ibu hamil, serta uji empiris terhadap model.

Memperkuat alasan pemilihan penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini adalah sebagaimana dijelaskan Sugiyono (2010) bahwa metode penelitian dan pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini produk yang akan dihasilkan adalah model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.


(39)

Muhtasor, 2013

Sukmadinata (2012) mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan terdapat tiga metode yang digunakan, yaitu deskriptif, evaluatif dan eksperimen. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menghimpun data permasalahan ditinjau dari aspek profil kecemasan ibu hamil pada trimester ketiga sebagai studi pendahuluan. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan, yaitu kefektifan dari model konseling berbasis penyembuhan spiritual. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba, dan setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi baik proses maupun hasil. Dalam penelitian ini evaluasi dilakukan pada pelaksanaan uji model konseling berbasis penyembuhan spiritual baik pada uji coba terbatas maupun pada uji coba lebih luas atau uji empiris.

Pendekatan kuntitatif dan kualitatif dalam metode penelitian campuran (mixed

methods) digunakan bersama-sama secara terpadu. Alasan penggunaan pendekatan ini adalah sebagaimana diungkapkan Natawidjaja (2009) adaptasi dari John W. Creswell, bahwa penelitian dengan metode campuran akan diperoleh pemahaman yang lebih lengkap mengenai masalah yang diteliti.

Mixed methods berfokus pada pengumpulan dan analisis data serta


(40)

Muhtasor, 2013

maupun penelitian jamak. Premis sentral yang menjadi dasar methods research adalah bahwa mengunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menemukan hasil penelitian yang lebih baik dibanding menggunakan salah satu pendekatan saja. Pada penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat mengukur, sementara penelitian kualitatif menggunakan peneliti sebagai instrumen.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan eksperimen menggunakan model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang merupakan hasil pengembangan dari model terapi penyembuhan spiritual (spiritual healing). Adapun rancangan penelitian metode campuran yang digunakan adalah rancangan metode campuran melekat. Proses mixed terjadi pada saat data hasil kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk memperoleh suatu interpretasi.

Proses pengumpulan dan analisis data kuantitatif dilakukan sebelum intervensi diberikan (pretest) dan setelah intervensi diberikan (posttest). Sedangkan proses pengumpulan dan analisis data kualitatif dilakukan sebelum, selama dan setelah intervensi dilakukan. Secara visual rancangan penelitian adopsi dari Natawidjaja (2009) digambarkan pada bagan berikut.

Eksperimen


(41)

Muhtasor, 2013

Intervensi

Proses pengumpulan Dan analisis data kualitatif (sebelum, selama, setelah perecobaan)

Bagan 3.1

Rancangan Penelitian Metode Campuran Melekat

Pengumpulan data kualitatif sebelum intervensi, dilakukan dengan prosedur wawancara terhadap subjek (ibu hamil), suami ibu hamil dan bidan yang menangani pasien dalam subjek penelitian. Selama intervensi, pengumpulan data kualitatif menggunakan format monitor pencapaian tujuan (format D1) pada tahap awal terapi dalam SKL 5, 6 dan 7, dan format D2 pada tahap inti terapi dalam SKL 8, 9, 10 dan 11. Sedangkan setelah intervensi, data kualitatif diperoleh dari format umpan balik (format E) berupa tanggapan umpan balik dari subjek terhadap proses dan hasil intervensi konseling.

Adapun proses pengumpulan dan analisis data kuantitatif dilakukan sebelum dan sesudah intervensi diberikan pada sampel yang telah dipilih secara random baik


(42)

Muhtasor, 2013

kepompok eksperimen maupun kelompok kontrol yang telah terbentuk dengan prosedur random assigment.

Proses akhir adalah melakukan diskusi keseluruhan hasil dan interpretasi terhadap keefektifan model konseling yang telah dikembangkan dan diujicobakan sehingga menghasilkan model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang akuntabel. Diskusi yang dilakukan dalam prosedur ini adalah diskusi tema dalam konteks intervensi dan hasilnya. Hasil diskusi tersebut merupakan bahan yang penting dalam rangka melakukan revisi dan finalisasi model sehingga terbentuk produk akhir berupa model konseling (MKBPS) yang teruji.

Dalam mengembangkan model konseling, sebagai bahan revisi dan finalisasi model, peneliti tidak hanya menganalisis hasil perhitungan data kuantitatif ujicoba model akan tetapi mengakomodasi data kualitatif berupa penilaian pakar, tanggapan dan masukan dari subjek maupun konselor pengamat. Penelitian kuantitatif digunakan dalam pengumpulan dan analisis data berkaitan dengan tingkat dan sifat kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga, sedangkan kualitatif digunakan untuk mengetahui validitas rasional model hipotetik konseling berbasis penyembuhan spiritual, menggali lebih mendalam terhadap kecemasan yang sedang dialami oleh ibu


(43)

Muhtasor, 2013

hamil termasuk potensi spiritualitasnya serta tanggapan dan masukan terhadap proses dan hasil konseling.

B. Variabel Penelitian

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah model konseling berbasis penyembuhan spiritual (MKBPS), yakni intervensi konseling yang diberikan kepada ibu hamil pertama trimester ketiga, sedangkan variabel terikat (dependent variable) penelitian ini adalah kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

Berikut dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini secara operasional.

a. Model konseling berbasis penyembuhan spiritual (MKBPS)

Model konseling berbasis penyembuhan spiritual (MKBPS) merupakan prosedur konseling yang dilakukan oleh konselor untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga. Model konseling berbasis penyembuhan spiritual adalah proses bantuan yang diberikan kepada konseli dengan cara membangkitkan nilai kesadaran dalam diri konseli agar mampu belajar untuk menjadi sadar akan faktor tak sadar dalam dirinya dan mampu mengubah serta mengarahkan faktor itu sehingga cara pandang terhadap kehidupan yang dirasa serba sulit menjadi mungkin


(44)

Muhtasor, 2013

berdasarkan pada prinsip-prinsip penyembuhan spiritual. Fokusnya adalah dengan cara melibatkan hubungan serta manfaat spiritualitas terhadap cara seseorang memandang kehidupannya.

Produk akhir MKPBS memuat: (1) rasional, (2) tujuan, (3) strategi layanan, (4) langkah-langkah implementasi model, (5) kompetensi konselor, (6) perangkat yang digunakan, (7) evaluasi dan indikator keberhasilan, dan panduan model berupa rincian pelaksanaan tiap sesi dilengkapi dengan satuan kegiatan layanan (SKL), alat evaluasi serta lampiran deskripsi materi.

b. Kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga

Kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga adalah perasaan-perasaan cemas yang dialami oleh ibu hamil pertama selama menjalani kehamilannya ditrimester ketiga. Kecemasan tersebut diartikan sebagai perasaan yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tanpa sebab yang jelas ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, sedih, gugup dan khawatir disertai respon fisiologis seperti detak jantung meningkat atau otot menegang dan respon psikologis seperti kesulitan memusatkan perhatian.

Adapun bentuk-bentuk kecemasan dimaksud diantaranya meliputi menjadi peka perasaannya, mudah tersinggung, mudah sedih, suka gugup, sering khawatir


(45)

Muhtasor, 2013

atau was-was, merasa cemas akan kondisi janin yang masih dalam kandungan, perubahan fisik, proses persalinan, merasa kurangnya penerimaan dari lingkungan, percaya dengan mitos, ketakutan yang berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya masih tergolong wajar, sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan perlindungannya kepada janin, berkhayal atau bermimpi tentang apabila janin akan lahir dengan kecacatan, menjadi sangat merasa bergantung kepada pasangannya, dan emosionalnya makin bergejolak bahkan menganggap orang lainlah yang menjadi penyebab dari segala rasa tidak nyaman yang sedang dialami.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan dan sifat kecemasan adalah skala pengukuran kecemasan A-State dan A-Trait adopsi dari Spielberger (1979). Jumlah item dalam skala sebanyak 32 item, terdiri dari 16 item skala A-State dan 16 item skala A-Trait. Pernyataan yang tergolong positif (favorable) sebanyak 22 item yakni pernyataan yang isinya mendukung tingkat atau sifat kecemasan sebagai atribut yang hendak diukur dan pernyataan negatif (unfavorable) sebanyak 10 item. Pernyataan negatif disisipkan di antara pernyataan


(46)

Muhtasor, 2013

positif guna mengontrol tingkat ketelitian dan keseriusan responden dalam memberikan respons.

Skala disusun dengan empat alternatif jawaban. Pada skala A-State menggunakan alternatif: sangat (verymuch), sedang (moderately), sedikit (somewhat), dan tidak sama sekali (not at all). Sedangkan pada skala A-Trait menggunakan alternatif: hampir selalu (almost always), sering (often), kadang-kadang (sometimes), dan hampir tidak pernah (almost never).

Penilaian pernyataan favorable untuk skala kecemasan bergerak dari 4 sampai 1, yaitu: sangat (verymuch) mendapat skor 4, sedang (moderately) mendapat skor 3, sedikit (somewhat) mendapat skor 2, tidak sama sekali (not at all) mendapat skor 1. Sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable penilaiannya bergerak sebaliknya yaitu sangat (verymuch) mendapat skor 1, sedang (moderately) mendapat skor 2, sedikit (somewhat), mendapat skor 3, tidak sama sekali (not at all) mendapat skor 4.

Berdasarkan definisi operasional yang telah dikemukakan maka disusunlah kisi-kisi instrumen pengungkap kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.


(47)

Muhtasor, 2013

Tabel 3.1

Kisi-kisi Skala Kecemasan Pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga

No Aspek

Kecemasan

Indikator No Item Total

Favorable Unfavorable (n)

1 Anxiety State

(A-State)

1.1 Ketegangan 1, 2,3 4 4

1.2 Rasa sedih 5, 6, 7 8 4

1.3 Rasa gugup 9, 10,11 12 4

1.4. Rasa khawatir 13, 14,15 16 4 2 Anxiety Trait

(A-Trait)

Kecenderungan melihat dunia sebagai sesuatu yang

berbahaya atau mengancam dan frekuensi keadaan kecemasan

1, 2, 4, 5, 6, 7, 10,11, 12, 14

3, 8, 9, 13, 15, 16

16


(48)

Muhtasor, 2013

Setelah dihasilkan skor dari tabulasi data hasil pengukuran, selanjutnya dibuat kategorisasi berdasar model distribusi normal (Azwar: 2002) sebagai berikut.

Tabel 3.2

Standar Kategorisasi A-State Data Berdasarkan Model Distribusi Normal

Standar Kategorisasi

X ≤ -1,5 SD sangat rendah -1,5 SD < X ≤ -0,5 SD Rendah -0,5 SD < X ≤ +0,5 SD Sedang +0,5 SD < X ≤ +1,5 SD Tinggi +1,5 SD < X sangat tinggi

Perhitungan kategorisasinya adalah sebagai berikut. Jumlah item : 16

Rentang skor : 1 – 4 Skor terendah : 16 Skor tertinggi : 64 Mean ideal : 40 Standar deviasi : 10,67


(49)

Muhtasor, 2013

µ - 1,5 SD = 40 – (1,5 x 10,67) = 23,995 (24) dibulatkan

_________________________________________________ µ - 0,5 SD = 40 – (0,5 x 10,67

= 34,665 ( 35) dibulatkan

_________________________________________________ µ +0,5 SD = 40 + (0,5 x 10,67)

= 45,335 (45) dibulatkan

_________________________________________________ µ + 1,5 SD = 40 + (1,5 x 10,67)

= 56,005 (56) dibulatkan

_________________________________________________

Berdasarkan perhitungan di atas, maka ditetapkan kategorisasi sebagai berikut.

Tabel 3.3

Perhitungan Terhadap Kategorisasi Tingkat Kecemasan (A-State)

Kategorisasi Perhitungan Rentang

Sangat rendah X ≤ 24 di bawah atau = 24

Rendah 24 < X ≤ 35 25 s.d 35

Sedang 35 < X ≤ 45 36 s.d 45

Tinggi 45 < X ≤ 56 46 s.d 56

Sangat tinggi 56 < X di atas 56

Selanjutnya untuk mengetahui apakah individu/subjek memiliki sifat dasar cemas atau sifat dasar tidak cemas berdasarkan distribusi normal mengunakan rumus:

Mean > X = tidak memiliki sifat dasar cemas Mean < X = memiliki sifat dasar cemas (pencemas)


(50)

Muhtasor, 2013

Dimana mean adalah mean teoritis hasil perkalian nilai tengah pada skala instrumen dengan jumlah butir pertanyaan ( 2,5 x 16) = 40

Selanjutnya bagi subjek yang memiliki sifat dasar cemas diberi koding 1. Sedangkan individu yang memiliki memiliki sifat dasar tidak cemas (tidak pencemas) diberi koding 2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.4

Koding Kategorisasi Pada Sifat Kecemasan (A-Trait)

Kategorisasi Koding

Memiliki sifat dasar cemas (pencemas) 1

Tidak memiliki sifat dasar cemas (tidak pencemas) 2

Adapun pedomaan wawancara untuk mengetahui lebih mendalam berkaitan dengan kecemasan yang dialami yakni dari beberapa ibu hamil itu sendiri, suami ibu hamil dan bidan dapat dilihat pada tabel 3.5, 3.6 dan 3.7 berikut.

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara Bagi Ibu Hamil

Reponden : Ibu hamil Kode : ...

Nama :


(51)

Muhtasor, 2013

Alamat : ... Agama : ... Pendidikan : ...

Gravida ke : ...

Aspek yang diungkap : kecemasan dan spiritual Hari/tanggal : ...20... Ibu yang saya hormati,

Menurut beberapa hasil penelitian dan teori, wanita hamil pertama pada trimester ketiga merasakan berbagai perubahan yang menyebabkan kecemasan (anxiety). Kecemasan tersebut ditandai dengan ketegangan, rasa khawatir, rasa gugup, rasa sedih dan kadang ketakutan pada sesuatu yang penyebabnya tidak jelas atau bersifat subjektif. Rasa cemas berkaitan dengan kondisi tubuh, janin yang dikandungnya sampai dengan cemas membayangkan proses dan keselamatan persalinan. Kecemasannya juga ditampakkan prilaku ibu hamil menjadi lebih manja, mudah marah, tersinggung, menangis, termasuk cemburu tanpa alasan yang jelas.

Apakah anda juga demikian?.

Jika demikian, ceritakanlah hal apa saja yang anda alami berkaitan dengan hal di atas. Disamping itu, apakah saat mengalami kecemasan, anda mampu membangkitkan daya spiritual anda untuk terhubung dengan yang anda yakini memiliki kekuatan lebih (Tuhan)?.

Informasi anda sangat berguna berkaitan dengan penelitian yang sedang saya lakukan untuk mengkonstruksi sebuah model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang diharapkan efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil.

Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Deskripsi jawaban responden:

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Responden, ... Tabel 3.6


(52)

Muhtasor, 2013

Pedoman Wawancara Bagi Suami Ibu Hamil

Reponden : Suami Ibu hamil Kode : ... Alamat : ... Agama : ... Pendidikan : ...

Nama :

Aspek yang diungkap : kecemasan dan spiritual Hari/tanggal : ...20...

Bapak yang saya hormati,

Menurut beberapa hasil penelitian dan teori, wanita hamil pertama pada trimester ketiga merasakan berbagai perubahan yang menyebabkan kecemasan (anxiety). Kecemasan tersebut ditandai dengan ketegangan, rasa khawatir, rasa gugup, rasa sedih dan kadang ketakutan pada sesuatu yang penyebabnya tidak jelas atau bersifat subjektif. Rasa cemas berkaitan dengan kondisi tubuh, janin yang dikandungnya sampai dengan cemas membayangkan proses dan keselamatan persalinan. Kecemasannya juga ditampakkan prilaku ibu hamil menjadi lebih manja, mudah marah, tersinggung, menangis, termasuk cemburu tanpa alasan yang jelas.

Apakah istri anda juga demikian?.

Jika demikian, ceritakanlah hal apa saja yang anda ketahui berkaitan dengan hal di atas. Disamping itu, apakah saat mengalami kecemasan, istri anda mampu membangkitkan daya spiritualnya untuk terhubung dengan yang diyakini memiliki kekuatan lebih (Tuhan)?.

Informasi anda sangat berguna berkaitan dengan penelitian yang sedang saya lakukan untuk mengkonstruksi sebuah model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang diharapkan efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil. Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Deskripsi Jawaban Responden:

... ... ... ... ... ... ... Responden,


(53)

Muhtasor, 2013

...

(boleh inisial)

Tabel 3.7

Pedoman Wawancara Bagi Bidan

Reponden : Bidan Kode : ... Alamat : ...

Nama :

Aspek yang diungkap : kecemasan dan spiritual Hari/tanggal : ...20... Ibu bidan yang saya hormati,

Menurut beberapa hasil penelitian, wanita hamil pertama pada trimester ketiga merasakan berbagai perubahan yang menyebabkan kecemasan (anxiety) ditandai dengan ketegangan, rasa khawatir, rasa gugup, rasa sedih dan kadang ketakutan pada sesuatu yang penyebabnya tidak jelas atau bersifat subjektif. Rasa cemas diantaranya berkaitan dengan kondisi tubuhnya, janin yang dikandungnya sampai dengan cemas membayangkan proses dan keselamatan persalinan. Kecemasannya juga ditampakkan pada prilaku ibu hamil menjadi lebih manja, mudah marah, mudah tersinggung, kadang menangis, termasuk cemburu tanpa alasan yang jelas.

Apakah pasien anda juga demikian?.

Jika demikian, jelaskan hal apa saja yang anda ketahui tentang kondisi pasien anda berkaitan dengan hal kecemasan seperti di atas. Disamping itu, saat pasien mengalami kecemasan, apakah mereka mampu membangkitkan spiritualnya yakni berusaha untuk terhubung dengan yang diyakini memiliki kekuatan lebih (Tuhan)?.

Informasi anda sangat berguna berkaitan dengan penelitian yang sedang saya lakukan untuk mengkonstruksi sebuah model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang diharapkan efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil. Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Deskripsi Jawaban Responden:

... ... ... ...


(54)

Muhtasor, 2013

... ...

... Responden,

___________________________ Nip/NRPTT.

2. Skala Penilaian Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual

Instrumen ini dikembangkan untuk kepentingan validasi model hipotetik konseling berbasis penyembuhan spiritual untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga. Instrumen validasi model konseling berbentuk skala penilaian untuk mengukur aspek substansi dan panduan model. Selanjutnya hasil penilaian dianalisis dengan teknik analisis median dengan kriteria sebagai berikut. Median 1 sampai 3 berarti ditolak, median 4 sampai 6 berarti diperbaiki dan median 7 sampai 9 berarti diterima.

Kegiatan validasi melibatkan 3 orang pakar bimbingan dan konseling. Penilaian model tidak hanya berbentuk penilaian kuantitatif, tetapi juga menghimpun masukan kualitatif berupa saran dan kritikan pakar terhadap model konseling yang dikembangkan.

Keseluruhan aspek yang dinilai melalui skala penilaian model konseling disajikan melalui Tabel 3.8 dan 3. 9 berikut.


(55)

Muhtasor, 2013

Tabel 3.8

Kisi-kisi Skala Penilaian Model Hipotetik Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual untuk Mereduksi Kecemasan

Pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga

Komponen Skala

a. Rasional Tidak Tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

b. Tujuan Tidak Tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

c. Strategi layanan Tidak Tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

d. Langkah-langkah implementasi model

Tidak Tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat


(56)

Muhtasor, 2013

f. Perangkat yang digunakan

Tidak Tepat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

g. Evaluasi dan indikator keberhasilan

Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

Keterangan:

Skala 1 sampai 3 berarti tidak tepat

Skala 4 sampai 6 berarti dapat diperbaiki, dan Skala 7 sampai 9 berarti tepat

(berlaku sama pada penilaian panduan model hipotetik)

Tabel 3.9

Kisi-kisi Skala Penilaian Panduan Model Hipotetik Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual untuk Mereduksi Kecemasan

Pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga

Komponen Sub Komponen Skala

Sesi 1 Penyelenggaran pretest

Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

Sesi 2 a. Membina hubungan baik dengan konseli

Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

b. Menggali masalah konseli (eksplore)

Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

c. Kontrak Tidak Tepat


(57)

Muhtasor, 2013

konseling

Sesi 3 a. Latihan duduk hening

Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

b. Latihan pernapasan

Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

c. Latihan meningkatkan konsentrasi

Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

Sesi 4 a. Pengenalan Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat b. Keyakinan Tidak

Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat c. Partikulasi Tidak

Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat d. Pelepasan Tidak

Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat Sesi 5 Penyelenggaraan

posttest

Tidak Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat Sesi 6 a. Pengisian angket Tidak

Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat b. Wawancara Tidak

Tepat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tepat

3. Penimbangan dan Uji Validitas-Reliabilitas Instrumen

Untuk memperoleh instrumen yang layak digunakan, setiap instrumen yang dikembangkan dikoreksi oleh tiga orang penimbang untuk dikaji secara rasional dari segi redaksi item serta ditelaah kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Ketiga penimbang instrumen adalah para pakar bimbingan dan konseling


(58)

Muhtasor, 2013

yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai serta berkualifikasi pendidikan doktor bimbingan dan konseling.

Setelah dilakukan penilaian penimbangan oleh pakar dan dinyatakan layak, selanjutnya diujicobakan kepada 20 orang subjek untuk diketahui validitas dan reliabilitas instrumen. Item-item yang dinyatakan tidak valid selanjutnya direvisi.

Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi item-total product moment. Perhitungan validitas item pernyataan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrumen. Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan koefesien reliabilitas

Alpha Cronbach dan proses pengujiannya menggunakan bantuan SPSS versi 17.

Adapun instrumen skala penilaian model konseling dikembangkan berdasarkan kajian teoretik tentang unsur model secara umum. Untuk mengetahui ketepatan instrumen skala penilaian model dilakukan validasi rasional bersama dengan pembimbing.


(59)

Muhtasor, 2013

Hasil validasi instrumen penelitian ditindaklanjuti dengan kegiatan revisi. Setelah instrumen memenuhi syarat validitas, reliabilitas dan kepraktisan, maka dilakukan finalisasi instrumen berupa penataan bentuk instrumen dan lembar jawaban, penyusunan pedoman pengerjaan, terakhir berupa penggandaan instrumen.

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung. Proses penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan dengan subjek penelitian yang beragam.

Pada studi pendahuluan, subjek adalah ibu hamil trimester ketiga di Pagelaran berjumlah 30 orang dari populasi sebanyak 92 orang yang diambil dengan teknik random sampling (random sampling). Teknik yang digunakan untuk memilih subjek dalam menentukan sampel adalah dengan cara mengundi gulungan kertas yang telah diberi nama masing-masing sehingga menghasilkan subjek terpilih sebanyak 30 orang. Alasan peneliti menggunakan teknik tersebut adalah bahwa sudah homogennya subjek penelitian yang berasal dari umur ibu, umur kehamilan, domisili, dan latar belakang belakang pendidikan yang beragam, selanjutnya yang paling penting adalah menjaga netralisitas peneliti dalam penentuan sampel.


(60)

Muhtasor, 2013

Pada tahap pengembangan dan validasi model subjeknya adalah pakar bimbingan dan konseling berjumlah tiga orang, dipilih berdasarkan kesediaan pakar untuk memberikan penilaian (judgment). Sedangkan dalam uji model/uji efektivitas terbatas sampel berjumlah 20 orang dan pada uji efektifitas lebih luas sampel berjumlah 40 orang ibu hamil pertama trimester ketiga. Penentuan sampel baik pada uji model terbatas maupun luas, sampel dipilih secara random (random selection) dengan cara sebagaimana dilakukan dalam pemilihan sampel pada studi pendahuluan, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen secara random (random assigment).

Dasar pemilihan subjek pada ibu hamil pertama trimester ketiga adalah sesuai dengan pembatasan subjek pada bab I bahwa: (1) untuk mengurangi interpretasi terhadap kemungkinan-kemungkinan pengaruh yang ditimbulkan akibat dari perbedaan urutan kehamilan selain kehamilan pertama, (2) tingginya angka kecemasan dibuktikan dengan 73% ibu hamil trimester ketiga yang mengalami tingkat kecemasan kategori tinggi, 68 % berlatar belakang kehamilan pertama.

Secara rinci jumlah subjek yang dijadikan sampel sesuai dengan tahap dalam penelitian ini dimulai dari validasi instrumen sampai dengan uji model lebih luas disajikan pada Tabel berikut.


(1)

Tersedia: http://trina-oye.blogspot.com/2009/04/cerdas-spiritual-beda-dengan-sikap.html (29 Mei 2012)

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian, Bandung: AFABETA, cv. Furqon., Emilia, E. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Beberapa Isu

Kritis), Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. (2008). Introduction to Counseling and Guidance, Edisi Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Grayson, S. (2001). Spiritual Healing, Edisi bahasa Indonesia, Semarang: Dahara Prize.

Hafina., A. (2008). Keterampilan dan Pendekatan Praktikum Konseling, Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia.

Harianto, A. (2003). Kondisi Psikologis Ibu Hamil Pertama, (Studi kasus di

Puskesmas Kec. Tanjunganom Kab. Nganjuk). Tesis dari JIPTUMM: tidak

diterbitkan.

Hawari, D. (2002). Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi, Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Hendrawan, S. (2009). Spiritual Management: From Personal Enlightenment

Towards, Bandug: PT. Mizan Pustaka.

Hidayat, K. (2008). Psikologi Kematian, Mengubah Ketakutan menjadi Optimisme Jakarta: PT Mizan Publika.

Ibrahim, A., S. (2011). Ansietas (Takut Mati), Cemas, was-was dan Khawatir, Tanggerang: Jelajah Nusa.

Kartadinata, S. (2010). Isu-isu Pendidikan : Antara Harapan dan Kenyataan, Bandung: UPI Press.


(2)

Kathryn, W., Senstock, T D. & Baldo. (2009). “Influence of Counselor Spirituality and Training on Treatment Focus and Self-Perceived Competence”, Journal of Counseling and Development. 87, 412-419.

Kelly, E.W. (1995). “Spirituality and Religion In Counseling and Psychotherapy- Part 1”. Journal of American Counseling Association. 1, Issues 13,14, bulan

Juli 1998.

Kivlighan, D, M., Wampold, B, E., Heppner, P. (2008). Research Design in

Counseling (third ed.). Thomsen Brooks/Cole

Krisnadi, S., R. (2008). Physiologi of Pregnancy, Psikologi Wanita Hamil dan

Melahirkan, makalah pada Program Penyetaraan Dosen Lampung: tidak diterbitkan.

Kusuma, Tb. E. (2007). Stres pada Wanita Hamil. (On line). Tersedia:

http//belberkekbel.blogspot.com/2007/10/efektifitas_teknik_hipnobirthing.ht ml. (10 Desember 2011)

Leong, F.T.L., Altmaier, E.M. & Johnson, B.D. (Eds) (2008). Encyclopedia of

Counseling. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.

Lusa, 2011. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester Ketiga, (Online): Tersedia: http://www.lusa.web.id/perubahan-psikologis-kehamilan-trimester-ketiga/ (25 Oktober 2011)

Maesaroh, C. (2010). “Pendekatan Konseling Spiritual untuk Mengembangkan Hikmah Ibadah bagi Pemulihan Pecandu NAPZA”, Jurnal Bimbingan dan

Konseling. 13, 27-44.

Mann, J., R. et al. (2008). “Religiosity, Spirituality and Antenatal Anxiety in

Southhern U.S Women”, Journal Archives of Women’s Mental Health

Netherlands. 11: 19-26.

Mann, J., R. et al. (2010). “Religion, Spirituality, Social Support, Perceived Stress in Pregnant and Postpartum Hispanic Women”, Journal JOGNN Departement of Family andSchool of Medicine Preventive Medicine, University of South


(3)

Carolina. JOGNN, 39, 645-667.

Martin, J,. et al. (2009). “Implementation Intention Formation Reduces Consultations for Emergency Contraception and Pregnancy Testing Among Teenage Women”, Journal Health Psychology. 28, (6), 762-769.

Mayer, P., D. (2008). Overcoming School Anxiety: How to Help Your Child Deal

With Separation, Tests, Homework, Bullies. Math Phobia, and Other

worries, a Devision of American management Association, 1601 Broadway,

New York, NY 10019.

McLeod, J. (2008). Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, Jakarta: Kencana. Medforth, J., et al. (2006). Oxford Handbook of Midwifery: Oxford University Press. Mehmet, C. Oz. M.D. (2011). Healing From the Heart, A Plume Book. Penguin

Group, 1998. Edisi Terjemahan, Bandung: Qanita PT Mizan Pustaka. Mulyadi. (2007). 10 Tanda Orang Terkena Stres, Untuk Orang yang Ingin Tenang

dalam Menjalani Hidup, Bandung: Garis Publising.

Mulyadi. (2010). Pesan Nabi Bagi yang Cemas, Bandung: Garis Publising. Munajjid, M-Al. (2010). Terapi Kecemasan, Solo: PT. Aqwam Medika Profetika. Mustika, M., S. (2008). Panduan Spiritual Kehamilan, Yogyakarta: Qudsi Media. Nasr, S., H. (2002). Ensiklopedia Tematis Spiritualitas Islam, Alih Bahasa: Rahmani

Astuti, Bandung: Mizan.

Natawidjaja, R. (1987). Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok I, Bandung: cv Diponegoro.

Natawidjaja, R. (2003). Kompetensi dan Etika Konselor Masa Depan, Makalah Seminar dan Workshop tanggal 17 Pebruari 2003, Bandung: Program Pascasarjana UPI


(4)

Bandung: Rizqi Press

Natawidjaja, R. (2009). Makalah Pengantar Penelitian dengan Metode Campuran

(PMC), Adaptasi dari John W. Creswell: tidak diterbitkan.

Nur’aini, T. (2006). Konstruksi Alat Ukur Kecemasan pada Wanita Hamil. Tesis pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia: tidak diterbitkan. Peale, N., V. (1996). The Power Of Positive Thinking. Alih bahasa: Budiyanto,

Jakarta: Binarupa Aksara.

Pieter, H. Z., & Lubis, N. L. (2010). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Kaya Akademik. Bandung: UPI University Press.

Rusmana, N. (2009). Konseling Kelompok Bagi Anak Berpengalaman Traumatis, Bandung: RIZQI Press.

Satriyah, L. 2010. Pendekatan Spiritual dalam Konseling (konseling spiritual),

Jurnal Irsad. 1 (Online). Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/20594406/jurnal-irsyad-edisi I (7 Desember 2010) Schippers, V., (2008). Menyembuhkan dengan Kekuatan Pikiran, Journal Fillamenta. (Online). Tersedia: http://fillamenta.multiply.com/journal (16 Oktober 2012) , Sholihah, L. (2011). Panduan Lengkap Hamil Sehat, Jogyakarta: DIVA Press

Spielberger, C. (1972). Anxiety, Current Trends in Theory and Research, Volume 1, New York and London: Academik Press.

Spielberger, C. (1972). Anxiety, Current Trends in Theory and Research, Volume 2, New York and London: Academik Press.


(5)

Spielberger, C. (1979). Understanding Stress and Anxiety, Holland: Multimedia Publications.

Stoppard, M. (2011). Panduan Mempersiapkan Kehamilan dan Kelahiran, alih bahasa Agung Prihantono, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suciningsih, (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta: Sagung Veto

Sudjana. (1996). Teknik Analisis data Kualitatif. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, cv.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, cv.

Suherman. (2008). Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling, Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI.

Suherman, U. (2008). Konseling Rehabilitasi:Teori dan Praktik, A Program Report

by Visiting Foreign Research Fellows, No 17, Center for Research on

International Cooperation in Educational Development. University of Tsukuba.

Sukmadinata, N., S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosdakarya Suryani, L.K. (2010) . Atasai Masalah dengan Kemampuan Spiritual Anda, Jakarta:

PT. Intisari Mediatama.

Susanto, D. (2012). Pemulihan Jiwa, Rahasia Menguasai Perasaan dan Pikiran, Jakarta: Trans Media Pustaka.

Tim Pustaka Poenik. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Baru, Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung: UPI University Press.


(6)

Menumbuhkan dan Merawat Sukma Anak-anak Anda, Alih bahasa: Rahmani

Astuti, Bandung: Kaifa.

Wiknjosastro, H. (1999). Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI.

Wiknjosastro, H. (1999). Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI.

Yana, A. (2011). Konseling Spiritual dan Implementasinya, Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Young., P., & Miller, E., M., (2005). Spirituality and Mental Healt, Simultanously Publised in the USA and Canada by Routledge, 270 Madison Evenue, New York NY 10016

Yusuf, S. LN & Nurihsan, AJ. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.