Pola Makan dan Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun 2012

(1)

POLA TRIM A MAKAN MESTER K SIKAP

FAKU

UN

N DAN KON KETIGA DI PING KABU DINN

ULTAS K

NIVERSIT

NSUMSI TA I WILAYA UPATEN P SKRIP Oleh NYA DARO NIM. 0810

KESEHAT

TAS SUM

MEDA

2012

ABLET BE AH KERJA PASAMAN PSI h : OSHA PUT 000060

TAN MAS

MATERA

AN

2

ESI PADA PUSKESM N TAHUN 2

RI

SYARAK

A UTARA

IBU HAM MAS LUBU 2012

KAT

IL UK


(2)

POLA MAKAN DAN KONSUMSI TABLET BESI PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK

SIKAPING KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DINNYA DAROSHA PUTRI NIM. 081000060

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

POLA MAKAN DAN KONSUMSI TABLET BESI PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK

SIKAPING KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2012 Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh

DINNYA DAROSHA PUTRI NIM. 081000060

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi

Pada Tanggal 16 Mei 2012 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes) (Dra. Jumirah, Apt, MKes) NIP. 196205291989032001 NIP. 195803151988112001

Penguji II Penguji III

(Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi) (Ernawati Nasution, SKM, MKes) NIP. 196806191993032003 NIP.197002121995012001

Medan, Mei 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Kebutuhan ibu hamil semakin meningkat terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga. Ibu hamil pada trimester ketiga yang mengalami anemia gizi besi dan KEK akan beresiko untuk mengalami perdarahan dan akan membahayakan proses persalinan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan konsumsi tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman pada tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 64 orang ibu hamil trimester ketiga. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner, formulir food recall 24 jam dan formulir food frequency.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi energi, protein, asam folat dan kalsium dibawah angka kecukupan yang dianjurkan. Sedangkan untuk zat besi sebesar 71,9% sudah dalam kategori baik. Makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi, telur sebagai lauk hewani, tempe dan tahu sebagai lauk nabati. Sayur-sayuran yang banyak dikonsumsi adalah bayam, sedangkan buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah pisang. Jajanan yang sering dikonsumsi adalah gorengan sedangkan minuman yang sering dikonsumsi adalah susu pada frekuensi ≥1 kali/hari. Umumnya ibu hamil mendapatkan tablet besi selama kehamilan. Ada yang memperoleh dari petugas kesehatan maupun membeli sendiri. Namun hanya 87,5% yang mengkonsumsi tablet besi tersebut.

Disarankan kepada pihak puskesmas agar dapat memberikan informasi secara terpadu mengenai gizi selama kehamilan, melakukan konseling, pemantauan kesehatan ibu hamil dan anjuran mengkonsumsi tablet besi. Diharapkan kepada pemerintah setempat untuk mengadakan program pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dalam rangka meningkatkan status gizi ibu dan mencegah terjadinya KEK dan anemia gizi besi.


(5)

ABSTRACT

The needs of pregnant women increasing especially in pregnancy who stepped on third trimester. Pregnant women in the third trimester are having iron anaemia and chronic energy shortages will be at risk for experiencing bleeding and would endanger the process of childbirth.

The purpose of this research was to described the food pattern and consumption of iron tablets on the third trimester pregnant women in work areas of Lubuk Sikaping Primary Health Center Pasaman district in 2012. This was a descriptive study with a total sample of 64 people pregnant third trimester. Data collection was done through interviews using questionnaire, form the food recall 24 hours and form of food frequency.

The results showed most pregnant women consumed the energy, protein, folic acid and calcium under the recommended dietary allowance. As for the iron of 71.9% are already in good categories. The staple food which often consumed was rice, egg as a side dish animal, tempeh and tofu as the side dish vegetable. The vegetables which often consumed was spinach, while the fruits consumed was bananas. The hawker food which often consumed were fried food, while drinks which often consumed is milk on the frequency of ≥ 1 time/day. Generally, pregnant woman get iron tablet during pregnancy. There was got from health workers and bought by themselves. But, only 87,5% who consumes the iron tablet.

It is recommended to the Primary Health Center in order to provide integrated information about nutrition during pregnancy, counseling, monitoring health of pregnant women and the suggestion of consume iron tablet. The local government is expected to hold complementary feeding programs for pregnant women in order to improve the nutritional status and prevent the chronic energy malnutrition and iron anaemia.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinnya Darosha Putri

Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Sikaping / 20 November 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 1 (satu)

Alamat Rumah : Jl. Tri Dharma No. 8, Kampus USU Medan Alamat Orang Tua : Jl. Gajah Mada No 18 Pauh Kecamatan Lubuk

Sikaping Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri 09 Pauh Lubuk Sikaping Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri 1 Lubuk Sikaping Tahun 2005 – 2008 : SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Pola Makan dan Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda M. Yusuf dan Ibunda Syafni Daryetti yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi, dan selalu mendoakan penulis.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Pembantu Dekan I, Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu dengan ikhlas untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang selalu sabar dan telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi selaku dosen Penguji II. 6. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen penguji III. 7. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot Samosir S.T yang telah memberi masukan serta membantu dalam segala urusan administrasi.

9. Ibu Hj. Ida Trisna, SKM selaku Kepala Puskesmas Lubuk Sikaping beserta seluruh Bidan Desa yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

Selanjutnya, secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Nenek tersayang, Om dan tante, beserta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan baik moril maupun materil, dan do’a yang tiada henti.

2. Buat Zikri Azhari, terima kasih untuk kebersamaan, kesabaran dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis.


(9)

3. Teman-temanku dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Riska, Tami, Ithy, Dewi, Kak Irma, Kak Cut, Kak Lia, Kak Jana, Kak Yusi, Kak Endang, Uchy, Oja, Diza dan lainnya yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan dan kritikan sehingga menambah semangat penulis serta seluruh teman-teman stambuk 2008 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

4. Teman-temanku di IMIB-USU Ririn, Siska, Adeck, Ficky, Rozi, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan, pengalaman, dan semangatnya. Satu pembelajaran bahwa kita tidak akan pernah berlari bersama untuk satu tujuan sepanjang waktu, tapi setidaknya kita pernah saling mengenal untuk saling berbagi dalam suka dan duka.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2012

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup...iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil ... 6

2.1.1. Energi ... 8

2.1.2. Protein ... 9

2.1.3. Vitamin dan Mineral ... 10

2.1.3.1. Zat Besi ... 10

2.1.3.2. Asam Folat ... 12

2.1.3.3. Kalsium ... 12

2.2. Pola Makan Ibu Hamil ... 13

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Asupan Zat Gizi Pada Ibu Hamil ... 18

2.4. Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil ... 20

2.4.1. Sarana Pendistribusian Tablet Besi ... 20

2.4.2. Dosis dan Cara Pemberian Tablet Besi ... 21

2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tablet Besi ... 22

2.4.3.1. Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan ... 22

2.4.3.2. Usia Kehamilan ... 22

2.4.3.3. Dukungan Sosial ... 23

2.5. Kerangka Konsep ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 25


(11)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 25

3.3. Populasi dan Sampel ... 25

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

3.5. Definisi Operasional ... 26

3.6. Aspek Pengukuran ... 27

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.7.1. Pengolahan Data ... 28

3.7.2. Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.2. Gambaran Umum Responden ... 31

4.2.1. Distribusi Responden Menurut Usia ... 31

4.2.2. Distribusi Responden Menurut Usia Kehamilan ... 31

4.2.3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 32

4.2.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah Penghasilan ... 32

4.3. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi ... 33

4.3.1. Tingkat Kecukupan Energi ... 33

4.3.2. Tingkat Kecukupan Protein ... 34

4.3.3. Tingkat Kecukupan Zat Besi ... 34

4.3.4. Tingkat Kecukupan Asam Folat ... 35

4.3.5. Tingkat Kecukupan Kalsium ... 36

4.4. Gambaran Frekuensi Makanan ... 36

4.4.1. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Makanan Pokok yang Dikonsumsi Responden ... 36

4.4.2. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Hewani Yang Dikonsumsi Responden ... 37

4.4.3. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Nabati Yang Dikonsumsi Responden ... 38

4.4.4. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Sayuran Yang dikonsumsi Responden ... 38

4.4.5. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Buah-Buahan Yang Dikonsumsi Responden ... 39

4.4.6. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Makanan Jajanan Yang Dikonsumsi Responden ... 40

4.4.7. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Minuman Yang Dikonsumsi Responden ... 41

4.5. Gambaran Konsumsi Tablet Besi ... 42

4.5.1. Sumber Perolehan Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 42

4.5.2. Jumlah Tablet Besi Yang Dikonsumsi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 42

4.5.3. Kecukupan Zat Besi Berdasarkan Tablet Besi Yang Dikonsumsi Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 43


(12)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Zat Besi, Asam Folat, dan Kalsium

Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 44

5.1.1. Tingkat Kecukupan Protein ... 44

5.1.2. Tingkat Kecukupan Protein ... 45

5.1.3. Tingkat Kecukupan Zat Besi ... 46

5.1.4. Tingkat Kecukupan Asam Folat ... 47

5.1.5. Tingkat Kecukupan Kalsium ... 48

5.2. Frekuensi dan Jenis Makanan ... 49

5.3. Jumlah Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkiraan Faktorial Protein Terhadap Komponen-Komponen

Pertambahan Pada Kehamilan Normal Cukup Bulan ... 9

Tabel 2.2 Dosis Pemberian Tablet Zat Besi...22

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Usia ... 31

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia Kehamilan ... 31

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 32

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Jumlah Penghasilan ... 33

Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 33

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 34

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Zat Besi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 35

Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Asam Folat Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 35

Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Kecukupan Kalsium Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 36

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Makanan Pokok yang Dikonsumsi Responden ... 37

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Hewani Yang Dikonsumsi Responden ... 37

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Lauk Nabati Yang Dikonsumsi Responden ... 38

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi Responden ... 39

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Buah-Buahan Yang Dikonsumsi Responden ... 40

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Jajanan Yang Dikosumsi Responden ... 40

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Jenis Minuman Yang Dikonsumsi Responden ... 41

Tabel 4.17 Distribusi Sumber Perolehan Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 42

Tabel 4.18 Distribusi Jumlah Tablet Besi Yang Dikonsumsi Ibu Hamil Trimester Ketiga ... 42

Tabel 4.19 Distribusi Kecukupan Zat Besi Berdasarkan Tablet Besi Yang Dikonsumsi ... 43


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Formulir Food Recall 24 jam Lampiran 3 Formulir Food Frequency

Lampiran 4 Master Data Hasil Perhitungan SPSS Lampiran 5 Data Konsumsi Zat Gizi

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian/Riset dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian/Riset dari Kepala Puskesmas Lubuk Sikaping

       


(16)

ABSTRAK

Kebutuhan ibu hamil semakin meningkat terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga. Ibu hamil pada trimester ketiga yang mengalami anemia gizi besi dan KEK akan beresiko untuk mengalami perdarahan dan akan membahayakan proses persalinan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan dan konsumsi tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman pada tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 64 orang ibu hamil trimester ketiga. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner, formulir food recall 24 jam dan formulir food frequency.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi energi, protein, asam folat dan kalsium dibawah angka kecukupan yang dianjurkan. Sedangkan untuk zat besi sebesar 71,9% sudah dalam kategori baik. Makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi, telur sebagai lauk hewani, tempe dan tahu sebagai lauk nabati. Sayur-sayuran yang banyak dikonsumsi adalah bayam, sedangkan buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah pisang. Jajanan yang sering dikonsumsi adalah gorengan sedangkan minuman yang sering dikonsumsi adalah susu pada frekuensi ≥1 kali/hari. Umumnya ibu hamil mendapatkan tablet besi selama kehamilan. Ada yang memperoleh dari petugas kesehatan maupun membeli sendiri. Namun hanya 87,5% yang mengkonsumsi tablet besi tersebut.

Disarankan kepada pihak puskesmas agar dapat memberikan informasi secara terpadu mengenai gizi selama kehamilan, melakukan konseling, pemantauan kesehatan ibu hamil dan anjuran mengkonsumsi tablet besi. Diharapkan kepada pemerintah setempat untuk mengadakan program pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dalam rangka meningkatkan status gizi ibu dan mencegah terjadinya KEK dan anemia gizi besi.


(17)

ABSTRACT

The needs of pregnant women increasing especially in pregnancy who stepped on third trimester. Pregnant women in the third trimester are having iron anaemia and chronic energy shortages will be at risk for experiencing bleeding and would endanger the process of childbirth.

The purpose of this research was to described the food pattern and consumption of iron tablets on the third trimester pregnant women in work areas of Lubuk Sikaping Primary Health Center Pasaman district in 2012. This was a descriptive study with a total sample of 64 people pregnant third trimester. Data collection was done through interviews using questionnaire, form the food recall 24 hours and form of food frequency.

The results showed most pregnant women consumed the energy, protein, folic acid and calcium under the recommended dietary allowance. As for the iron of 71.9% are already in good categories. The staple food which often consumed was rice, egg as a side dish animal, tempeh and tofu as the side dish vegetable. The vegetables which often consumed was spinach, while the fruits consumed was bananas. The hawker food which often consumed were fried food, while drinks which often consumed is milk on the frequency of ≥ 1 time/day. Generally, pregnant woman get iron tablet during pregnancy. There was got from health workers and bought by themselves. But, only 87,5% who consumes the iron tablet.

It is recommended to the Primary Health Center in order to provide integrated information about nutrition during pregnancy, counseling, monitoring health of pregnant women and the suggestion of consume iron tablet. The local government is expected to hold complementary feeding programs for pregnant women in order to improve the nutritional status and prevent the chronic energy malnutrition and iron anaemia.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sasaran pembangunan milenium yang telah disepakati oleh 189 negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 2000. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif setiap kegiatan terhadap kesehatan masyarakat. MDGs berisi delapan target pembangunan yang harus dicapai oleh negara-negara yang menyepakatinya pada tahun 2015. Delapan target pembangunan tersebut salah satunya adalah meningkatkan kesehatan ibu.

Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan yang paling tepat untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan ibu dan anak. Berdasarkan Riskesdas tahun 2010, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi dibanding negara ASEAN yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Untuk kasus kematian bayi, Indonesia telah mengalami penurunan secara signifikan, yaitu 68/1000 kelahiran hidup menjadi 34/1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama (Depkes, 2011).

Jika berbicara mengenai kesehatan ibu salah satunya adalah mengatasi masalah gizi pada ibu hamil. Menurut Riskesdas tahun 2010, penyebab utama kematian ibu hamil adalah perdarahan yang sering terjadi pada saat persalinan, yang menempati persentase tertinggi sebesar 28%. Faktor pemicu perdarahan tersebut


(19)

antara lain adalah anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang juga merupakan masalah gizi di Indonesia yang belum teratasi sampai saat ini.

Menurut WHO kejadian anemia kehamilan secara global adalah 51%, sedangkan anemia pada wanita secara keseluruhan adalah 35% (Aritonang, 2010). Sedangkan prevalensi anemia gizi besi kehamilan di Indonesia tahun 2008 yaitu sekitar 24,5% (Depkes, 2011).

Mengingat dampak anemia terhadap angka kematian ibu, maka Kementrian Kesehatan sejak tahun 1975 telah melakukan upaya penanggulangan dengan pemberian tablet besi yang dapat dilakukan melalui pelayanan antenatal di sarana kesehatan seperti Puskesmas, dengan rincian 30 tablet pada trimester kedua dan 60 tablet pada trimester ketiga. Menurut Depkes RI tahun 2008, cakupan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet dari tahun 2003-2008 mengalami penurunan dari 66% menjadi 48%. Selanjutnya hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa cakupan konsumsi 90 tablet Fe pada ibu hamil trimester ketiga hanya sebesar 18%.

Cakupan konsumsi 90 tablet Fe di Sumatera Barat tahun 2009 masih tergolong rendah yaitu sebesar 59% dari seluruh kehamilan karena ibu hamil masih mengabaikan anjuran WHO untuk mengkonsumsi tablet besi sehingga tingkat rawan anemia gizi besi di Sumatera Barat masih tinggi. Untuk wilayah Puskesmas Lubuk Sikaping target pemberian 90 tablet Fe di pada tahun 2011 sudah mencapai 95% dari seluruh ibu hamil trimester ketiga yang ada. Namun, laporan PWS-KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman menunjukkan bahwa deteksi resiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping masih terdapat yaitu sekitar 24,7% yang salah satu penyebabnya adalah anemia. Selain itu, jika dilihat dari register


(20)

kohort ibu yang diperoleh pada survei awal diketahui bahwa dari 64 orang ibu hamil trimester ketiga, terdapat sebanyak 41 orang ibu hamil dengan Hb < 11 gr/dl atau dengan persentase sebesar 64%, yang selanjutnya bisa memicu terjadinya perdarahan dan membahayakan proses persalinan. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan terutama pada trimester ketiga sebagai persiapan untuk persalinan nantinya. Pada trimester ketiga, darah ibu hamil akan mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu (Arisman, 2004).

Disamping kurangnya kesadaran, tingkat sosial ekonomi penduduknya yang masih rendah mengakibatkan masyarakatnya enggan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas kesehatan dan masih cenderung menggunakan pengobatan secara non-medis. Sehingga asupan zat gizi ibu hamil hanya diperoleh dari makanan yang mereka konsumsi sehari-hari, tanpa adanya suplementasi tablet besi yang seharusnya dikonsumsi selama masa kehamilan.

Oleh karena kesehatan ibu merupakan unsur utama yang akan menentukan kualitas generasi yang akan datang dan merupakan kunci dari perkembangan pembangunan nasional, maka kesehatan dan kesejahteraan ibu harus diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran pola makan dan konsumsi tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman Tahun 2012.


(21)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola makan dan konsumsi tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pola makan dan konsumsi tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk sikaping, Kabupaten Pasaman tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi ibu hamil trimester ketiga.

2. Untuk mengetahui kecukupan asupan energi dan protein pada ibu hamil trimester ketiga.

3. Untuk mengetahui kecukupan asupan zat besi pada ibu hamil trimester ketiga. 4. Untuk mengetahui kecukupan asupan asam folat pada ibu hamil trimester ketiga. 5. Untuk mengetahui kecukupan asupan kalsium pada ibu hamil trimester ketiga. 6. Untuk mengetahui jumlah tablet besi yang dikonsumsi pada ibu hamil trimester


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi tentang pola makan dan konsumsi tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga kepada pihak Puskesmas Lubuk Sikaping sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan program terutama dalam hal peningkatan status gizi dan pendistribusian tablet besi pada ibu hamil.

2. Memberi informasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman sebagai perencana dan pembuat kebijakan dalam pengembangan program selanjutnya .


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Menurut Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Kondisi kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu hamil. Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral (Kusmiyati, 2009).

Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu. Kusmiyati (2009) mengungkapkan dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :

a. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme basal pada masa 4 bulan pertama mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25% pada 20 minggu terakhir.

b. Perubahan fungsi alat pencernaan karena perubahan hormonal, peningkatan HCG, estrogen, progesteron menimbulkan berbagai perubahan seperti mual muntah, motilitas lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama,


(24)

peningkatan absorbsi nutrien, dan motilitas usus sehingga timbul masalah obstipasi.

c. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi pada pertengahan kehamilan dan sedikit cairan dieksresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.

d. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah erytrosit 20-30% sehingga terjadi penurunan hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin.

Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan akan menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi terganggu.

Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah (Aritonang, 2010):

1. Buruknya status gizi ibu

2. Usia ibu yang masih sangat muda 3. Kehamilan kembar

4. Jarak kehamilan yang rapat 5. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi

6. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi 7. Konsumsi rokok dan alkohol


(25)

Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil sangat kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan, dan makan yang banyak/berlebihan (Salmah dkk, 2006). Menurut Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :

a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya merupaka kenaikan berat badan ibu.

b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.

c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.

2.1.1. Energi

Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat. Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru (Almatsier, 2009). Selain itu, tambahan kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta untuk proses metabolisme jaringan baru (Mitayani, 2010). Ibu hamil memerlukan sekitar 80.000 tambahan kalori pada kehamilan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian dalam satu hari asupan energi ibu hamil trimester ketiga dapat mencapai 2300 kkal/hari.

Kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah


(26)

itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier, 2009).

2.1.2. Protein

Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan baru (Aritonang, 2010). Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr.

Menurut Aritonang (2010), perkiraan faktorial protein terhadap komponen-komponen pertambahan pada kehamilan normal cukup bulan dapat dilihat dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perkiraan Faktorial Protein Terhadap Komponen-Komponen Pertambahan Pada Kehamilan Normal Cukup Bulan

Komponen Pertambahan Berat (gr) Protein (gr)

Janin 3400 440

Plasenta 650 100

Cairan amnion 800 3

Rahim 970 166

Darah 1250 81

Cairan Ekstrasellular 1680 135

Total 8750 925

Sumber : Kebutuhan Gizi Ibu Hamil, Aritonang 2010

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam hal jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan kerang. Selain sumber


(27)

hewani, ada juga yang berasal dari nabati seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan (Almatsier, 2009).

2.1.3. Vitamin dan Mineral

Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat +200 µg, vitamin B12 +0,2 µg, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13 mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 µg. 2.1.3.1. Zat Besi

Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk :

1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh 2. Sintesis enzim yang terkait besi

3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).

Arisman (2004) menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg untuk kehamilan pada trimester ketiga.


(28)

Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga adalah 39 mg/hari.

Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari (Almatsier, 2009).

Menurut Aritonang (2010), makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil diantaranya sebagai berikut :

1. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging, sayur, dan buah yang kaya vitamin C.

2. Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi.

Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.


(29)

2.1.3.2. Asam Folat

Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolisme beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting dalam sintesis asam nukleat (Aritonang, 2010). Selain itu Almatsier (2009) menyebutkan bahwa asam folat juga dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sum-sum tulang belakang dan untuk pendewasaannya. Sekitar 24-60% wanita baik di negara berkembang maupun yang telah maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan mereka sehari-hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka disaat hamil. Kekurangan asam folat berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia kehamilan dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010).

Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200 µg untuk ibu hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen. Suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan. Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 µg per hari, masing-masing pada trimester I, II, dan III (Arisman, 2004). Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan, daging, jeruk, dan telur.

2.1.3.3. Kalsium

Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang perrtumbuhan tulang dan gigi serta persendian janin. Selain itu kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontrkasi dan berdilatasi. Jika kebutuhan kalsium


(30)

tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu yang mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos atau osteoporosis (Sophia, 2009).

Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 150 mg kalsium untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian kebutuhan kalsium yang harus dipenuhi oleh ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang menjadi sumber kalsium diantaranya ikan teri, udang, sayuran hijau, dan berbagai produk olahan susu seperti keju dan yoghurt. Kekurangan kalsium selama hamil akan menyebabkan tekanan darah ibu menjadi meningkat.

2.2.Pola Makan Ibu Hamil

Keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari pola makannya sehari-hari yang dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan (Sediaoetama, 1996). Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Menurut Margaret Mead yang dikutip oleh Almatsier (2009), pola makan (food patern) diartikan sebagai cara seseorang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan sosio-ekonomi yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan. Sedangkan Husada (2009) menyebutkan, pengertian pola makan pada dasarnya mendekati definisi pengertian diet dalam ilmu gizi. Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk mencapai pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,


(31)

penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta menghasilkan energi.

Di dalam susunan pola makan seseorang ada satu bahan makanan yang dianggap penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan makanan tersebut tidak ada, bahan makanan tersebut adalah bahan makanan pokok. Di Indonesia bahan makanan pokok adalah beras dan di beberapa daerah menggunakan jagung, sagu, dan ubi jalar (Almatsier, 2009).

Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :

1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah.

2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-kultural setempat memegang peranan penting dalam konsumsi pangan penduduk. Menurut Den Hartog dan Hautvast (1980) dalam Almatsier (2009), fungsi makanan menurut aspek sosio-kultural adalah sebagai fungsi kenikmatan (gastronomik), untuk menyatakan jati diri, fungsi religi (magis), fungsi komunikasi, dan status ekonomi. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan di suatu daerah. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola konsumsi anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang


(32)

rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang pula (Khumaidi, 1994).

Adapun aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang yaitu : 1. Jumlah makanan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan atau diminum yang

dihitung untuk mendapatkan gambaran secara kuantitatif mengenai asupan zat gizi tertentu.

2. Jenis makanan, yaitu bahan makanan yang diolah, disusun, dan dihidangkan yang dibagi kedalam kelompok makanan pokok, kelompok lauk-pauk, kelompok sayur, dan kelompok buah cuci mulut (Sediaoetama, 1993).

3. Frekuensi makanan, yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi sejumlah bahan makanan tertentu atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun. Frekuensi makanan menggambarkan pola konsumsi makanan secara kualitatif (Supariasa, 2002).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati pada tahun 2010, terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan ibu dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan persentase ibu hamil yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal adalah sebesar 44,4%, sedangkan untuk persentase ibu hamil yang mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal sebesar 49,5%.

Pola makan merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, sebab apa yang dikonsumsi oleh ibu akan mempengaruhi janin di dalam kandungan (Devi, 2010). Oleh karena itu ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik diantaranya harus memenuhi sumber karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan


(33)

mineral demi tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Senada dengan hal itu, Husada (2009) juga menyatakan bahwa salah satu pedoman pola makan sehat adalah makanan triguna, yaitu:

1. Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, roti, dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan lemak yang mengandung lemak.

2. Mengandung zat pembangun yang berguna untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewan mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang, udang, kepiting, susu, serta hasil olahannya. Sedangkan jenis makanan yang mengandung protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah kacang tanah, kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan lain sebagainya.

3. Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.

Thorn (2003) mengungkapkan, cara termudah untuk menjamin pola makan yang sehat adalah dengan memilih berbagai makanan segar secara keseluruhan, karena makanan yang telah mengalami pemrosesan tinggi akan kehilangan banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi karena dengan diet yang tepat saat hamil, akan dapat


(34)

mengurangi resiko pembentukan janin abnormal dan membantu menjamin bayi tumbuh dengan baik.

Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan menu juga harus seimbang. Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang bervariasi setiap hari, minimal mengandung 5 porsi buah dan sayur, 5 porsi karbohidrat kompleks, 5 porsi protein dan lemak, dan dilengkapi dengan kombinasi makanan produk susu (Thorn, 2003).

Menurut Irianto (2004), ada beberapa syarat makanan sehat bagi ibu hamil yaitu :

1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan pertumbuhan bayi.

2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin, mineral).

3. Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.

4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar gula darah, dan tekanan darah.

Sophia (2009) menyatakan, kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak daripada kebutuhan untuk wanita yang tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :

1. Untuk pertumbuhan janin dalam kandungan

2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri 3. Agar luka-luka akibat persalinan cepat sembuh dalam masa nifas


(35)

4. Sebagai cadangan untuk masa laktasi.

2.3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Asupan Zat Gizi Pada Ibu Hamil

Masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat dengan pangan, karena gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan (Baliwati dkk, 2004).

1. Tabu Makanan (Pantangan)

Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya (Sediaoetama, 1999). Beberapa alasan tabu diantaranya khawatir terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penyakit, larangan agama, pembatasan makanan hewani karena disucikan oleh adat/budaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartati Bahar pada tahun 2010, menyimpulkan bahwa kepercayaan berpantang makanan tertentu memiliki kontribusi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah makanan yang kaya akan zat besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya. Golongan makanan hewani seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telor bebek, dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, nenas, durian, terong, serta beberapa jenis buah-buahan.


(36)

Di beberapa negara berkembang umumnya masih ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil, tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak semua tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari pengaruhnya untuk jangka panjang (Sediaoetama, 1999).

2. Rendahnya Penghasilan dan Pendidikan

Pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab gizi kurang. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini akan menyebabkan rendahnya penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap rendahnya seseorang dalam menyiapkan makanan baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Supariasa, dkk, 2002).

Studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh Jerome yang dikutip oleh Soeharjo, menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk makan erat kaitannya dengan serentetan karakteristik masyarakat daripada dengan pendapatan keluarga. Analisis Jerome menyimpulkan bahwa pendapatan bukan sebagai faktor penentu dalam perilaku konsumen, tetapi faktor-faktor gabungan antara pendapatan dan gaya hidup dapat memberikan andil bagi perilaku kelompok yang kebudayaannya cenderung berubah (Suharjo, 2003).


(37)

2.4.Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu Hamil

Tablet zat besi adalah zat besi-folat yang berbentuk tablet, tiap tablet berisi 60 mg besi elemental dan 500 µg asam folat (Aritonang, 2010). Tablet besi diberikan oleh pemerintah kepada ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi besi terutama pada kehamilan yang menginjak trimester ketiga (Nasoetion dan Karyadi, 1988). Konsumsi tablet besi diperlukan karena kebutuhan zat besi yang tinggi pada masa kehamilan tidak akan bisa terpenuhi hanya dari asupan makanan sehari-hari.

Penambahan asupan besi baik lewat makanan ataupun suplemen terbukti mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah, dkk (2011) juga menyimpulkan bahwa kadar hemoglobin berkaitan erat dengan konsumsi tablet besi ibu selama kehamilannya. Tanpa suplementasi cadangan besi dalam tubuh ibu akan mengalami penurunan yang tajam dan akan habis pada akhir kehamilan. Oleh karena itu tablet besi sebesar 30-60 mg yang dimulai pada minggu ke-12 kehamilan yang diteruskan sampai tiga bulan pascapartum perlu diberikan setiap hari (Arisman, 2004).

2.4.1. Sarana Pendistribusian Tablet Besi

Untuk mengatasi masalah anemia gizi besi pada ibu hamil, pemerintah melalui Depkes sejak tahun 1975 lewat Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) mulai mendistribusikan tablet besi (Depkes RI 1996). Ini merupakan cara yang efisien untuk mencegah dan mengobati anemia gizi besi pada ibu hamil karena kandungan besinya padat dan dilengkapi asam folat. Selain itu tablet besi diberikan secara cuma-cuma sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat luas dan mudah didapat.


(38)

Menurut ketentuan Depkes RI (1999), tablet besi diberikan kepada sasaran melalui sarana-sarana pelayanan pemerintah maupun swasta, sebagai berikut :

1. Puskesmas / Puskesmas pembantu

2. Polindes (Pondok Bersalin Desa) / Bidann di desa 3. Posyandu

4. Rumah Sakit Pemerintah / Swasta

5. Pelayanan Swasta / Bidan, Dokter Praktek Swasta dan Poliklinik 6. Apotek / toko obat / warung

7. POD (Pos Obat Desa)

2.4.2. Dosis dan Cara Pemberian Tablet Besi

Menurut Aritonang (2010), waktu yang tepat untuk memulai suplementasi besi dengan dosis 30 mg/hari adalah setelah 12 minggu kehamilan (awal trimester kedua) ketika kebutuhan besi mulai meningkat. Selanjutnya pemberian dengan dosis 60-120 mg/hari dibolehkan bila terdapat bukti lain yang menunjukkan anemia dan dosis besi bisa diturunkan kembali menjadi 30 mg/hari bila kadar Hb sudah kembali normal. Sedangkan menurut Depkes RI (1999) tablet besi diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan dosis dan cara yang ditentukan, yaitu :

1. Dosis pencegahan, diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb, yaitu 1 tablet berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilan. Mulai pemberian saat pertama kali ibu memeriksakan kehamilannya (K1).

2. Dosis pengobatan, diberikan kepada sasaran yang anemia (Hb < 11 gr/dl), pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya.


(39)

Tabel 2.2. Dosis Pemberian Tablet Zat Besi

Kelompok Sasaran Umur Dosis

Ibu hamil sampai nifas - Hb < 11 gr/dl pemberian 3 tablet sehari selama 90 hari

Hb = 11 gr/dl pemberian 1 tablet sehari minimal 90 hari

Anak usia sekolah 6-12 tahun Sehari ½ tablet, 2 kali seminggu selama 3 bulan

Remaja Putri / WUS 12-49 tahun Hb < 12 gr/dl pemberian 3 tablet sehari selama 10 hari pada waktu haid Sumber : Pedoman Pemberian Besi, Depkes 1999.

2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tablet Besi

Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi tablet besi pada ibu hamil antara lain :

2.4.3.1. Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan yang selanjutnya akan berdampak pada derajat kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Ada kemungkinan bahwa tingkat pendidikan yang rendah merupakan salah satu faktor penyebab tidak tercukupinya asupan zat besi, sebagai konsekuensi dari kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan gizi. Seseorang cenderung menolak untuk mengkonsumsi tablet besi karena ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka memrlukan tambahan zat besi (Arisman, 2004). 2.4.3.2. Usia Kehamilan

Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada waktu hamil jauh lebih besar dari pada wanita yang tidak hamil. Pada kehamilan trimester I, kebutuhan zat besi lebih rendah daripada sebelum hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang ditransfer


(40)

ke janin masih rendah. Pada waktu kehamilan mulai menginjak trimester II terjadi peningkatan sel darah merah sebanyak 450 mg. Oleh sebab itulah kebutuhan zat besi pada trimester II dan III akan jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang terdapat di dalam makanan sehingga suplementasi tablet besi sangat diperlukan.

2.4.3.3. Dukungan Sosial

Jika keluarga dan petugas kesehatan memberikan dukungan pada ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet besi, maka ibu hamil tersebut akan cenderung mengikuti nasehat medis yang diberikan. Namun, jika motivasi dari keluarga dan petugas kesehatan kurang atau tidak ada sama sekali, bisa mengakibatkan ibu hamil tidak akan mengkonsumsi tablet besi tersebut. Hal ini disebabkan karena dukungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap tindakan seseorang, terutama ibu hamil yang berada dalam keadaan fisiologis khusus.

Keberadaan kader posyandu dan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan motivasi dan membantu dalam upaya pemenuhan gizi, dintaranya adalah pendistribusian tablet besi pada ibu hamil.


(41)

2.5.Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka konsep penelitian

Pada gambar 2.1. diatas dapat dilihat bahwa aspek yang akan diteliti adalah pola makan dan konsumsi tablet besi. Pola makan meliputi jenis dan frekuensi makanan serta kuantitas zat gizi. Sedangkan konsumsi tablet besi meliputi jumlah konsumsi dan sumber perolehannya. Selanjutnya dihitung kecukupan zat gizi energi, protein, zat besi, asam folat dan kalsium yang diperoleh dari pola makan dan konsumsi tablet besi tersebut.

 

Kecukupan - Energi - Protein - Zat Besi - Asam Folat - Kalsium Konsumsi Tablet Besi

- Jumlah Konsumsi - Sumber Perolehan

Pola Makan - Jenis makanan - Frekuensi makanan - Kuantitas zat gizi

(Energi, Protein, Zat Besi, Asam Folat, Kalsium)


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif untuk mengetahui gambaran pola makan dan suplementasi tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping pada tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman yang mencakup 20 polindes. Dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah :

1. Menurut data yang diperoleh pada saat survei awal diketahui bahwa sebesar 64% ibu hamil trimester ketiga memiliki Hb < 11 gr/dl yang merupakan faktor pemicu perdarahan pada saat melahirkan.

2. Berdasarkan wawancara terhadap 10 orang bidan desa pada survei awal diketahui bahwa kesadaran masyarakat setempat masih kurang terutama mengenai kesehatan dan gizi selama kehamilan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei 2012. 3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan 27-40 minggu (trimester ketiga) yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas


(43)

Lubuk Sikaping pada tahun 2012 dan sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 64 orang.

3.4.Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan terdiri dari : 1. Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi identitas responden, pola makan, dan konsumsi tablet besi ibu hamil yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada ibu hamil dengan menggunakan kuesioner, formulir Food recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali dan formulir Food Frequency.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Polindes dan Puskesmas Lubuk Sikaping mengenai data ibu hamil yang ada di daerah tersebut.

3.5. Definisi Operasional

1. Pola makan adalah suatu cara dalam pengaturan jenis, frekuensi dan kuantitas zat gizi untuk mempertahankan kesehatan dan status gizi ibu hamil.

2. Kuantitas zat gizi adalah banyaknya zat gizi yang tekandung di dalam bahan makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan dihitung berdasarkan DKBM.

3. Kuantitas energi dan protein adalah banyaknya energi dan protein yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan dihitung berdasarkan DKBM.

4. Kuantitas zat besi adalah banyaknya zat besi yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil dan dihitung berdasarkan DKBM.


(44)

5. Kuantitas asam folat adalah banyaknya asam folat yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan dihitung berdasarkan DKBM.

6. Kuantitas kalsium adalah banyaknya kalsium yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan dihitung berdasarkan DKBM.

7. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman.

8. Frekuensi makanan adalah tingkat keseringan konsumsi makanan oleh ibu hamil selama periode tertentu.

9. Kecukupan zat gizi adalah taraf konsumsi zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi orang sehat, yang merupakan perbandingan dari konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan yang dianjurkan.

10. Konsumsi tablet besi adalah banyaknya tablet besi yang dikonsumsi ibu, yang diminum minimal 90 tablet selama kehamilannya, baik yang diperoleh dari petugas kesehatan maupun dari sarana kesehatan lainnya.

3.6.Aspek Pengukuran

1. Jumlah dan kuantitas zat gizi makanan diperoleh dengan wawancara dengan menggunakan formulir food recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali dan dihitung kandungan gizinya meliputi energi, protein, zat besi, asam folat dan kalsium. Data konsumsi selama dua hari kemudian dicari rata-ratanya dan selanjutnya dihitung kecukupan zat gizinya dengan menggunakan rumus :


(45)

Kecukupan Gizi = x 100%

Adapun kriteria untuk kecukupan gizi energi dan protein adalah sebagai berikut (Supariasa, 2002) :

≥100% AKG = Baik

80% - 99% AKG = Sedang 70% - 80% AKG = Kurang < 70 % AKG = Defisit

Sedangkan kriteria untuk kecukupan zat besi, asam folat dan kalsium adalah sebagai berikut :

≥100% AKG = Baik

<100% AKG = Kurang

2. Jenis dan frekuensi makanan diperoleh dengan menggunakan formulir Food Frequency yang dikategorikan menjadi ≥1 kali/hari, 1-4 kali/minggu, ≤2 kali/minggu, dan tidak pernah.

3. Konsumsi tablet besi diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuesioner yang mencakup jumlah konsumsi dan sumber perolehannya.

3.7. Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1.Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :


(46)

1. Data konsumsi makanan yang dikumpulkan dengan formulir food recall 24 jam yang dilakukan sebanyak dua kali kemudian dihitung zat gizinya meliputi energi, protein, zat besi, dan asam folat berdasarkan DKBM yang dinyatakan dalam kkal/hari untuk energi, gram untuk konsumsi protein, miligram untuk zat besi dan kalsium dan mikrogram untuk asam folat. Selanjutnya dicari rata-rata zat gizi tersebut kemudian dihitung kecukupan gizinya dengan menggunakan rumus. Hasilnya kemudian disesuaikan dengan kriteria kecukupan gizi yang telah ditentukan.

4. Data frekuensi makanan diolah dengan cara mengelompokkan jenis bahan makanan dengan frekuensi makanan yaitu ≥1 kali/hari, 1-4 kali/minggu, ≤2 kali/minggu, dan tidak pernah.

2. Data konsumsi tablet besi dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, selanjutnya dilihat sumber perolehan dan jumlah konsumsinya.

3.7.2. Analisis Data

Data pola makan yang meliputi jenis, frekuensi dan kuantitas zat gizi serta data konsumsi tablet besi kemudian disajikan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Keseluruhan proses pengolahan dan analisis data dibantu dengan perangkat lunak SPSS for Windows version 15.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN  

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Lubuk Sikaping terletak di Nagari Tanjung Beringin Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman, dengan luas wilayah 183,01 km2. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas adalah sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Talamau

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rao Mapat Tunggul - Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sundatar - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bonjol.

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping mencakup empat nagari yaitu Nagari Tanjung Beringin yang terdiri dari 8 jorong, Nagari Durian Tinggi terdiri dari 8 jorong, Nagari Pauh terdiri dari 3 jorong, dan Nagari Jambak yang juga terdiri dari 3 jorong. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Tahun 2011 adalah sebanyak 24.085 jiwa.

Dalam usaha pemberian pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Lubuk Sikaping didukung oleh 52 orang tenaga kesehatan. Disamping tenaga kesehatan, Puskesmas Lubuk Sikaping juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas kesehatan seperti Puskesmas induk, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Polindes. Selain itu, ada pula sarana kesehatan yang bersumber dari masyarakat diantaranya Posyandu, Posyandu Lansia, Kader, dan Dukun Terlatih.


(48)

4.2. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada pada trimester ketiga pada saat dilakukan penelitian yang berjumlah 64 orang, yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping.

4.2.1. Distribusi Responden Menurut Usia

Distribusi responden menurut usia dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Usia

No. Usia (Tahun) n %

1. ≤20 1 1,6

2. 21 – 25 20 31,2

3. 26 – 30 23 35,9

4. 31 – 35 14 21,8

5. >35 6 9,4

Jumlah 64 100,0

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden yang diteliti, ditemukan sebanyak 1,6% ibu hamil dengan usia ≤20 tahun dan 9,4% ibu hamil dengan usia >35 tahun. Sedangkan responden terbanyak adalah ibu hamil yang berusia 26-30 tahun yaitu sebanyak 23 orang (35,9%).

4.2.2. Distribusi Responden Menurut Usia Kehamilan

Distribusi responden menurut usia kehamilan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia Kehamilan

No. Usia Kehamilan (Bulan) n %

1. 7 20 31,3

2. 8 27 42,2

3. 9 17 26,6


(49)

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden terbanyak adalah ibu hamil dengan usia kandungan delapan bulan yaitu sebanyak 27 orang (42,2%), selanjutnya ibu hamil dengan usia kandungan tujuh bulan sebanyak 20 orang (31,3%), dan yang paling sedikit adalah ibu hamil dengan usia kandungan sembilan bulan sebanyak 17 orang (26,6%).

4.2.3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan n %

1. SD 6 9,4

2. SMP 14 21,9

3. SMA 27 42,2

4. Diploma 4 6,2

5. Sarjana 13 20,3

Jumlah 64 100,0

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari pada 64 orang responden, tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMA sebanyak 42,2% dan yang paling sedikit adalah Diploma yaitu sebanyak 4 orang (6,2%). Dari penelitian diketahui bahwa ternyata masih terdapat 6 orang (9,4%) responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar.

4.2.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah Penghasilan

Distribusi responden menurut jumlah penghasilan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(50)

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Jumlah Penghasilan

No. Jumlah Penghasilan per Bulan n %

1. <1.150.000 36 56,25

2. ≥1.150.000 28 43,75

Jumlah 64 100,0

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 56,25% responden yang diteliti memiliki penghasilan keluarga per bulan kurang dari UMP Sumatera Barat yang sebesar Rp 1.150.000,-

4.3. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi 4.3.1. Tingkat Kecukupan Energi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata persentase asupan energi dari 64 orang ibu hamil trimester ketiga adalah sebesar 88,13%, yang sudah termasuk kedalam kategori sedang setelah dibandingkan dengan angka kecukupan zat gizi energi untuk ibu hamil trimester ketiga sebesar 2300 kkal/orang/hari. Nilai persentase asupan terkecil adalah 34,64%, sedangkan persentase terbesar adalah 145,74%. Untuk lebih lengkapnya, distribusi konsumsi energi responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga

No. Kategori n %

1. Baik 19 29,7

2. Sedang 24 37,5

3. Kurang 10 15,6

4. Defisit 11 17,2

Jumlah 64 100,0

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 37,5%. Namun, walaupun demikian dapat diketahui bahwa


(51)

sebagian besar kecukupan energi ibu hamil masih berada dibawah angka kecukupan yang dianjurkan untuk ibu hamil trimester ketiga.

4.3.2. Tingkat Kecukupan Protein

Berdasarkan temuan penelitian mengenai konsumsi protein, dapat diketahui bahwa rata-rata persentase asupan protein pada 64 orang ibu hamil trimester ketiga adalah sebesar 99,43%, yang tergolong kedalam kategori sedang. Angka kecukupan zat gizi protein yang dianjurkan untuk ibu hamil trimester ketiga adalah sebesar 67 gr/orang/hari. Nilai persentase terkecil untuk asupan protein adalah 26,57%, sedangkan persentase terbesar adalah 174,10%. Untuk lebih lengkapnya distribusi kecukupan protein dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga

No. Kategori n %

1. Baik 30 46,9

2. Sedang 18 28,1

3. Kurang 8 12,5

4. Defisit 8 12,5

Jumlah 64 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden terbanyak untuk tingkat kecukupan protein pada ibu hamil trimester ketiga berada pada kategori baik yaitu sebanyak 46,9%. Namun, walaupun demikian sebagian besar responden masih memiliki tingkat kecukupan protein dibawah angka kecukupan yang dianjurkan. 4.3.3. Tingkat Kecukupan Zat Besi

Berdasarkan hasil penelitian pada 64 orang ibu hamil trimester ketiga dapat diketahui bahwa rata-rata persentase asupan zat besi adalah sebesar 121,29%. Jumlah tersebut sudah jauh melebihi angka kecukupan zat besi yang dianjurkan untuk ibu


(52)

hamil trimester ketiga yaitu 39 mg/orang/hari. Nilai persentase asupan zat besi terendah adalah 13,10%, sedangkan persentase tertinggi adalah 193,18%. Untuk lebih lengkapnya distribusi kecukupan zat besi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Zat Besi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga

No. Kategori n %

1. Baik 46 71,9

2. Kurang 18 28,1

Jumlah 64 100,0

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden yang diteliti ternyata masih ditemukan sebanyak 18 orang (28,1%) yang kecukupan zat besi nya masih tergolong kurang.

4.3.4. Tingkat Kecukupan Asam Folat

Dari temuan penelitian terhadap 64 orang ibu hamil trimester ketiga dapat diketahui bahwa persentase rata-rata asupan asam folat yang dikonsumsi responden adalah 100,41%, yang sudah tergolong kedalam ketegori baik jika dibandingkan dengan angka kecukupan asam folat yang dianjurkan untuk ibu hamiltrimester ketiga yaitu sebesar 600 µg. Nilai persentase terendah adalah 28,55%, sedangkan persentase tertinggi untuk asupan folat adalah 186,33%. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Asam Folat Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga

No. Kategori n %

1. Baik 29 45,3

2. Kurang 35 54,7


(53)

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang diteliti masih memiliki tingkat kecukupan asam folat dengan kategori kurang yaitu sebanyak 54,7%.

4.3.5. Tingkat Kecukupan Kalsium

Berdasarkan hasil penelitian mengenai konsumsi kalsium terhadap 64 orang ibu hamil trimester ketiga, dapat diketahui bahwa persentase rata-rata asupan kalsium responden adalah sebesar 75,07%, setelah dibandingkan dengan angka kecukupan kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil trimester ketiga yaitu 950 mg/orang/hari. Nilai persentase asupan terkecil adalah 26,97% sedangkan persentase tertinggi adalah 132,84%. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Kecukupan Kalsium Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga

No. Kategori n %

1. Baik 8 12,5

2. Kurang 56 87,5

Jumlah 64 100,0

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 64 orang yang diteliti hanya diperoleh 8 orang (12,5%) ibu hamil yang tingkat kecukupan kalsiumnya dalam kategori baik.

4.4.Gambaran Frekuensi Jenis Makanan

4.4.1. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pokok yang Dikonsumsi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi jenis bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh responden dapat digambarkan pada tabel berikut :


(54)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Makanan Pokok yang Dikonsumsi Responden

No

Jenis Makanan

Pokok

Frekuensi

≥1x/hr 1-4x/mg ≤ 2x/bln Tidak

Pernah Total

n % n % n % n % n %

1 Nasi 64 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 64 100,0

2 Ubi 0 0,0 16 25,0 16 25,0 32 50,0 64 100,0

3 Mie 0 0,0 37 57,8 15 23,4 12 18,8 64 100,0

4 Roti 35 54,7 24 37,5 2 3,1 3 4,7 64 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa umumnya responden mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan frekuensi ≥ 1 kali/hari yaitu sebanyak 64 orang (100%). Konsumsi mie lebih banyak pada frekuensi 1-4 kali/minggu dengan persentanse 57,8% yang berjumlah 37 orang. Sebanyak 54,7% responden mengkonsumsi roti pada frekuensi ≥ 1 kali/hari. Sebagian besar responden tidak pernah mengkonsumsi ubi ataupun makanan pokok lainnya.

4.4.2. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Hewani yang Dikonsumsi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi jenis lauk hewani yang dikonsumsi oleh responden dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Hewani yang Dikonsumsi Responden No Jenis Lauk Hewani Frekuensi

≥1x/hr 1-4x/mg ≤ 2x/bln Tidak

Pernah Total

n % n % n % n % n %

1 Telur 5 7,8 48 75,0 11 17,2 0 0,0 64 100,0

2 Daging 0 0,0 29 45,3 33 51,6 2 0,0 64 100,0

3 Ikan 9 14,1 41 64,1 14 21,8 0 0,0 64 100,0

4 Ayam 0 0,0 43 67,2 21 32,8 0 0,0 64 100,0

5 Teri 2 3,1 45 70,3 11 17,2 6 9,4 64 100,0

6 Udang 0 0,0 16 25,0 18 28,1 30 46,9 64 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa konsumsi telur, ikan, ayam, dan teri sebagai lauk hewani lebih banyak pada frekuensi 1-4 kali/minggu. Sedangkan


(55)

konsumsi daging yang terbanyak terdapat pada frekuensi ≤ 2 kali/bulan dengan jumlah 33 orang (51,6%). Sebagian besar responden tidak pernah mengkonsumsi udang ataupun lauk hewani lainnya.

4.4.3. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Nabati yang Dikonsumsi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi jenis lauk nabati yang dikonsumsi oleh responden dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Nabati yang Dikonsumsi Responden

No

Jenis Lauk Nabati

Frekuensi

≥1x/hr 1-4x/mg ≤ 2x/bln Tidak

Pernah Total

n % n % n % n % n %

1 Tahu 0 0,0 64 100,0 0 0,0 0 0,0 64 100,0

2 Tempe 0 0,0 56 87,5 4 6,3 4 6,3 64 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tahu dan tempe pada umumnya dikonsumsi pada frekuensi 1-4 kali/minggu dengan jumlah masing-masing 64 orang (100%) untuk tahu dan 56 orang (87,5%) untuk tempe. Pada umumnya responden tidak pernah mengkonsumsi sumber lauk nabati lainnya.

4.4.4. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Sayuran yang Dikonsumsi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi jenis sayuran yang dikonsumsi responden dapat digambarkan pada tabel berikut :


(56)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Sayuran yang Dikonsumsi Responden

No Jenis Sayuran

Frekuensi

≥1x/hr 1-4x/mg ≤ 2x/bln Tidak

Pernah Total

n % n % n % n % n % 1 Daun

Singkong

0 0,0 45 70,3 15 23,4 4 6,3 64 100,0

2 Kangkung 0 0,0 48 75,0 13 20,3 3 4,7 64 100,0

3 Bayam 0 0,0 54 84,4 4 6,3 6 9,4 64 100,0

4 Kacang Panjang

0 0,0 41 64,1 13 20,3 10 15,6 64 100,0

5 Buncis 0 0,0 47 73,4 12 18,8 5 7,8 64 100,0

6 Sawi 0 0,0 34 53,1 11 17,2 19 29,7 64 100,0

7 Tauge 0 0,0 43 67,2 10 15,6 11 17,2 64 100,0

8 Lainnya 0 0,0 0 0,0 9 14,1 55 85,9 64 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sayuran umumnya lebih banyak dikonsumsi responden pada frekuensi 1-4 kali/minggu dan sayuran yang paling diminati responden pada frekuensi ini adalah sayur bayam dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan yang lain yaitu sebesar 84,4%, dengan jumlah 54 orang responden. Untuk jenis sayuran lainnya hanya sebagian kecil saja responden yang mengkonsumsinya yaitu sebesar 14,1% seperti pare, daun pepaya, terong, dan lain sebagainya.

4.4.5. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Buah-buahan yang Dikonsumsi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi jenis buah-buahan yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada tabel berikut :


(57)

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Buah-buahan yang Dikonsumsi Responden

No Jenis Buah

Frekuensi

≥1x/hr 1-4x/mg ≤ 2x/bln Tidak

Pernah Total

n % n % n % n % n %

1 Jeruk 6 9,4 43 67,2 9 14,1 6 9,4 64 100,0

2 Pisang 9 14,1 47 73,4 8 12,5 0 0,0 64 100,0

3 Pepaya 0 0,0 47 73,4 8 12,5 9 14,1 64 100,0

4 Semangka 0 0,0 34 53,1 22 34,4 8 12,5 64 100,0

5 Salak 0 0,0 34 53,1 16 25,0 14 21,9 64 100,0

6 Jambu 0 0,0 18 28,1 22 34,4 24 37,5 64 100,0

7 Lainnya 0 0,0 20 31,3 9 14,1 35 54,7 64 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada umumnya buah-buahan lebih banyak dikonsumsi responden dengan frekuensi 1-4 kali/minggu, terkecuali untuk buah jambu. Dari frekuensi tersebut jenis buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi responden adalah pisang dan pepaya dengan persentase sebesar 73,4%. Sedangkan untuk jenis buah-buahan lain hanya sebagian kecil dari responden yang mengkonsumsinya pada frekuensi yang sama seperti apel, pear, rambutan, dan lain sebagainya.

4.4.6. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Makanan Jajanan yang Dikonsumsi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi jenis makanan jajanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil trimester ketiga dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Jajanan yang Dikonsumsi Responden

No Jenis Jajanan

Frekuensi

≥1x/hr 1-4x/mg ≤ 2x/bln Tidak

Pernah Total

n % n % n % n % n %

1 Gorengan 18 28,1 43 67,2 0 0,0 3 4,7 64 100,0

2 Rujak 0 0,0 10 15,6 21 32,8 33 51,6 64 100,0

3 Bakso 0 0,0 31 48,4 19 29,7 14 21,9 64 100,0

4 Sate 2 3,1 47 73,4 3 4,7 12 18,8 64 100,0


(58)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi konsumsi makanan jajanan responden bervariasi. Gorengan, sate, dan bakso umumnya dikonsumsi pada frekuensi 1-4 kali/minggu dengan persentase masing-masing 67,2%, 73,4%, dan 48,4%. Untuk jajanan lain hanya sebagian kecil yang mengkonsumsi seperti cokelat, kacang, dan lain-lain.

4.4.7. Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Minuman yang Dikonsumsi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi jenis minuman yang dikonsumsi oleh ibu hamil trimester ketiga adalah sebagai berikut :

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Jenis Minuman yang Dikonsumsi Responden

No Jenis

Minuman

Frekuensi

≥1x/hr 1-4x/mg ≤ 2x/bln Tidak

Pernah Total

n % n % n % n % n %

1 Juice 9 14,1 31 48,4 8 12,5 16 25,0 64 100,0

2 Susu 29 45,3 20 31,3 2 3,1 13 20,3 64 100,0

3 Teh/Kopi 22 34,4 21 32,8 0 0,0 21 32,8 64 100,0

4 Sirop 3 4,7 14 21,9 0 0,0 47 73,4 64 100,0

5 Kelapa Muda

0 0,0 27 42,2 20 31,2 17 26,6 64 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis minuman seperti juice dan kelapa muda lebih banyak dikonsumsi responden pada frekuensi 1-4 kali/minggu dengan persentase masing-masing sebesar 48,4% dan 42,2%. Untuk konsumsi susu, teh atau kopi konsumsinya lebih banyak pada frekuensi ≥1 kali/hari dengan persentase masing-masing 45,3% dan 34,4%. Sedangkan untuk sirop dan minuman lainnya sebagian besar responden tidak pernah mengkonsumsinya.


(59)

4.5.Gambaran Konsumsi Tablet Besi

4.5.1. Sumber Perolehan Tablet Besi Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga

Distribusi sumber perolehan tablet besi pada ibu hamil trimester ketiga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.17 Distribusi Sumber Perolehan Tablet Besi Ibu Hamil Trimester Ketiga

No. Sumber Perolehan n %

1. Petugas Kesehatan 33 54,1

2. Membeli Sendiri 6 9,8

3. Keduanya 22 36,1

Jumlah 61 100,0

Berdasarkan penelitian pada 64 orang ibu hamil trimester ketiga diketahui bahwa 61 orang responden sudah pernah mendapatkan tablet besi. Kebanyakan dari responden tersebut memperoleh dari petugas kesehatan dan hanya sebagian kecil saja yang membeli dari luar.

4.5.2. Jumlah Tablet Besi Yang Dikonsumsi Ibu Hamil Trimester Ketiga

Pada temuan penelitian dapat diketahui bahwa dari 61 orang responden yang mendapatkan tablet besi, hanya 56 orang responden yang pernah mengkonsumsi tablet besi tersebut. Distribusi jumlah tablet besi yang dikonsumsi ibu hamil trimester ketiga dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.18 Distribusi Responden Menurut Jumlah Konsumsi Tablet Besi

No. Jumlah Tablet Yang Dikonsumsi n %

1 ≤30 14 25,0

2 31-60 13 23,2

3 61-90 13 23,2

4 >90 16 28,6


(60)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil yang mengkonsumsi tablet besi cukup bervariasi. Namun, masih dijumpai ibu hamil yang mengkonsumsi dibawah 30 tablet selama kehamilannya yaitu sebanyak 25%.

4.5.3. Kecukupan Zat Besi Berdasarkan Tablet Besi Yang Dikonsumsi Ibu Hamil Trimester Ketiga

 

Distribusi kecukupan zat besi berdasarkan jumlah tablet besi yang dikonsumsi ibu hamil trimester ketiga dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.19 Distribusi Kecukupan Zat Besi Berdasarkan Tablet Besi Yang Dikonsumsi

No.

Kecukupan Jumlah

Kategori

Total Baik Kurang

1. ≤30 7 7 14

2. 31-60 10 3 13

3. 61-90 10 3 13

4. >90 15 1 16

Jumlah 42 14 56

 

Dari tabel diatas dapat dillihat bahwa responden yang mengkonsumsi tablet besi pada umumnya memiliki kecukupan zat besi pada kategori baik dan hanya sebagian kecil saja yang memiliki kecukupan pada kategori kurang.


(61)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Zat Besi, Asam Folat dan Kalsium Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga

5.1.1. Tingkat Kecukupan Energi

Keadaan gizi sangat erat kaitannya dengan konsumsi makanan seseorang. Jika konsumsi makanan ibu hamil baik, maka keadaan gizinya juga akan baik. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berasal dari makanan yang dimasak sendiri oleh ibu dan makanan diluar karena terkadang lebih praktis jika dibandingkan dengan makanan yang harus diolah terlebih dahulu.

Tingkat kecukupan energi ibu hamil trimester ketiga terbanyak berada pada kategori sedang yaitu sebesar 37,5%. Namun, walaupun demikian dapat dilihat bahwa sebagian besar kecukupan energi ibu hamil masih berada dibawah angka kecukupan yang dianjurkan untuk ibu hamil trimester ketiga. Hal tersebut dapat diketahui bahwa dari 64 orang ibu hamil yang diteliti hanya terdapat 19 orang (29,7%) ibu dengan tingkat kecukupan energi pada kategori baik. Hal ini disebabkan karena ibu tersebut belum memahami tentang kebutuhan zat gizi energi yang harus dipenuhi setiap harinya selama masa kehamilan. Makanan sumber energi antara lain seperti nasi, roti, umbi-umbian, jagung dan sebagainya (Almatsier, 2009).

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh petugas kesehatan setempat dalam rangka meningkatkan status kesehatan ibu hamil salah satunya dengan mengadakan kelas ibu hamil. Pada kegiatan ini petugas kesehatan memberikan materi-materi diantaranya mengenai gizi selama masa kehamilan. Namun, karena program ini


(1)

karena efek samping yang dirasakan dari tablet besi tersebut. Menurut mereka tablet besi tersebut berbau amis dan menimbulkan rasa pusing dan mual bahkan menyebabkan muntah. Hal ini tidak akan terjadi jika ibu hamil tersebut mengetahui kapan waktu yang tepat untuk meminum tablet besi agar efek sampingnya dapat diminimalisir.

Menurut ibu hamil yang pernah meminum tablet besi tersebut, selama mengkonsumsi tablet besi sering merasakan berbagai macam keluhan seperti susah buang air besar, mual dan pusing. Namun, sebagian besar dari mereka tetap mengkonsumsinya. Hal ini menunjukkan sudah adanya kesadaran ibu-ibu tersebut akan pentingnya mengkonsumsi tablet besi selama kehamilan. Selain keluhan diatas ibu hamil tersebut juga seringkali bosan dan lupa untuk meminum tablet besi tersebut. Oleh karena itu banyak dari mereka yang tidak mengkonsumsi tablet besi rutin setiap harinya.

 

               


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kecukupan energi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping dengan kategori baik terdapat sebesar 29,7% dan kategori defisit sebesar 17,2%. Sedangkan untuk kecukupan protein, kategori baik terdapat sebesar 46,9% dan kategori defisit sebesar 12,5%.

2. Kecukupan zat besi pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping dengan kategori baik terdapat sebanyak 71,9%, kecukupan asam folat terdapat sebanyak 45,3% dengan kategori yang sama, sedangkan kecukupan kalsium dengan kategori baik hanya 12,5%.

3. Pada umumnya ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan frekuensi ≥1 kali/hari, telur sebagai lauk hewani, tempe dan tahu sebagai lauk nabati dikonsumsi hampir setiap hari. Jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi adalah bayam pada frekeunsi 1-4 kali/minggu sedangkan jenis buah-buahan yang paling sering dikonsumsi adalah pisang. Sementara jenis makanan jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah gorengan sedangkan jenis minumannya adalah susu dengan frekuensi ≥1 kali/hari.

4. Dari ibu hamil yang diteliti, sebagian besar sudah pernah memperoleh tablet besi. Sumber perolehannya ada yang berasal dari petugas kesehatan dan dengan cara


(3)

membeli dari luar. Namun, hanya 87,5% ibu hamil yang mengkonsumsi tablet besi tersebut. Jumlah konsumsi >90 tablet terdapat sebanyak 28,6%, sedangkan konsumsi ≤30 tablet ada sebanyak 25%.

6.2. Saran

1. Bagi pihak Puskesmas agar dapat memberikan informasi mengenai gizi selama masa kehamilan melalui diskusi dalam kegiatan kelas ibu hamil seperti anjuran konsumsi aneka ragam makanan. Selain itu juga melakukan konseling terhadap permasalahan yang dihadapi ibu hamil, pemantauan kesehatan terutama pertambahan berat badan, ibu hamil resiko tinggi, anjuran untuk mengkonsumsi tablet besi.

2. Bagi pemerintah setempat sebaiknya mengadakan program pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dalam rangka meningkatkan kecukupan gizi dan status gizi ibu hamil.

                   


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2006. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

_______. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Anonim. 2011. Kondisi Anemia Yang Sebabkan Kematian Pada Ibu Hamil.

http://kosmo.vivanews.com/news/read/270661-penyebab-tertinggi-kematian-ibu-di-indonesia. Diakses tanggal 22 Februari 2012

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC

Aritonang, E. 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor : IPB Press

Bahar. 2011. Kondisi Sosial Budaya Berpantangan Makanan dan Implikasinya

Pada Kejadian Anemia Ibu Hamil. Info Kesehatan Masyarakat Vol. XI,

No.1: 11-18.

Bagian Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo. 1991. Penuntun Diit. Jakarta : Gramedia Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya

Depkes RI. 1999. Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat dan Sirup Besi Bagi

Petugas. Jakarta

_______. 2011. Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun

2011. http://www.bppsdmk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&v

iew=article&id=157:capaian-pembangunan-kesehatan-tahun-2011&catid=38:berita&Itemid=82. Diakses tanggal 22 Februari 2012 _______. 2004. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia.

Gizi.depkes.go.id/download/AKG 2004.pdf. Diakses tanggal 11 April 2012. _______. 2005. Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata Yang Dianjurkan Bagi


(5)

Fatimah, dkk. 2011. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di

Kabupaten Maros. Makara Kesehatan Vol. 15 No. 1 hal 31-36.

Irianto, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widya Khumaidi. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

Krisnawati, N. 2010. Hubungan Tingkat Konsumsi Ibu Hamil Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Puskesmas Wonoayu. alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/4266849922_abs.pdf. Diakses tanggal 2 Februari 2012

Kusmiyati, Y. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Sikaping Tahun 2011.

Mitayani. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : Trans Info Media

Nasoetion, A.H dan Karyadi, D. 1988. Gizi Untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Jakarta : Gramedia

_______. 1991. Vitamin. Jakarta : Gramedia

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta _______. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC

Sediaoetama, A.D. 1996. Ilmu Gizi Jilid I Cetakan Ketiga. Jakarta : Dian Rakyat _______. 1993. Ilmu Gizi Jilid II Cetakan Kedua. Jakarta : Dian Rakyat

_______. 1999. Ilmu Gizi Jilid II Cetakan Ketiga. Jakarta : Dian Rakyat

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi Cetakan Kedua. Jakarta : Bumi Aksara


(6)

Supariasa,D.N, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Tan, A. 1996. Wanita dan Nutrisi. Jakarta : Bumi Aksara Thorn. 2003. Kehamilan Sehat. Jakarta : Erlangga

                                       


Dokumen yang terkait

Motivasi Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Zat Besi (FE) di Klinik HJ. Ramini Medan Tahun 2013

0 28 76

Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang

4 74 77

Perilaku ibu hamil Dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) di Puskesmas Alue Ie Mirah Kecamatan Indra Makmu Kabupaten Aceh Timur tahun 2009

2 104 62

Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Terhadap Tingkat Kejadian Anemia Di Puskesmas Pekan Heran Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2008

23 182 59

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Zat Besi Selama Kehamilan di Klinik Bersalin WIPA Medan

0 41 69

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

1 4 86

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

0 0 17

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

0 0 2

HUBUNGAN KETERATURAN KONSUMSI TABLET BESI DAN POLA MAKAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS MUARA TEMBESI

0 0 6

HUBUNGAN POLA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS SANDEN, BANTUL , YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN POLA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS S

0 0 9