HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SEKS BEBAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA KOMUNITAS MOTOR DI BANDUNG : Studi Korelasi Terhadap Anggota Kawasaki Ninja Club Bandung.
No. Skripsi : 412/SKRIPSI/PSI-FIP/UPI.03.2014
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SEKS BEBAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA KOMUNITAS MOTOR DI BANDUNG
(Studi Korelasi Terhadap Anggota Kawasaki Ninja Club Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana Psikologi
Oleh
Muhammad Randy Sanjaya 0800927
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN IINDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
Hubungan Antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
(Studi Korelasi Terhadap Anggota Kawasaki Ninja Club Bandung)
Oleh
Muhammad Randy Sanjaya
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Muhammad Randy Sanjaya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Muhammad Randy Sanjaya (0800927). Hubungan antara Persepsi Seks Bebas
dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung (Studi Korelasi Terhadap Anggota Kawasaki Ninja Club Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi seks bebas dan perilaku seksual serta hubungan mengenai kedua variabel tersebut pada komunitas motor di Bandung. Selain itu, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan variabel persepsi seks bebas terhadap variabel perilaku seksual pada anggota komunitas motor di Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota komunitas motor Kawasaki Ninja Club (KNC) Bandung sebanyak 30 orang. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional, dimana uji korelasi dengan menggunakan metode analisis korelasional Spearman Rank dan koefisien determinasi untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner persepsi seks bebas berdasarkan teori dari Atkinson & Hilgard (1991) dan Kartono (1997), dan kuesioner perilaku seksual berdasarkan dari teori Kachadourian (1993). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anggota KNC Bandung yang memiliki persepsi seks bebas dalam kategori negatif sebesar 56,67% dan sebesar 60% yang memiliki perilaku seksual tergolong dalam kategori rendah. Pengujian korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi seks bebas dengan perilaku seksual anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung dengan angka signifikansi sebesar 0,598. Koefisien determinasi sebesar 0,357 menunjukkan bahwa kontribusi variabel persepsi seks bebas terhadap perilaku seksual sebesar 35,76%. Penelitian ini diharapkan anggota komunitas atau klub motor KNC Bandung yang memiliki persepsi positif terhadap seks bebas dapat meminimalisir penyimpangan perilaku seksual.
(5)
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Muhammad Randy Sanjaya (0800927). The Relationship between Free-Sex
Perception and Sexual Behavior at a Motorcycle Community in Bandung (Correlation Study Against Members of The Kawasaki Ninja Club Bandung). Thesis. Psychology Major Faculty of Education Indonesia University of Education. Bandung, 2014.
The purpose of this research is to describe the perception of free-sex and sexual behavior and the relationship both of the variables at a motorcycle community in Bandung. And to find out the contribution that is given by the free-sex variable towards the free-sexual behavior variable. The sample population in this research are 30 members of the Kawasaki Ninja Club community in Bandung. To prove this hypothesis we used the Spearman Rank Correlation and the Determination Coefficient method. The result of this research is showed as below: Correlation Spearman Rank testing found a positive relationship between free-sex perception and sexual behavior. The significant value is 0.598. The value of the determination coefficient is 0.357. It shows that 35.76% of sexual behavior perceptions can be explained by the free-sex perception variable. From this research it is expected that all members of KNC Bandung who have a negative free-sex perception can reduce their deviative sexual behavior.
(6)
iii Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...5
C. Tujuan Penelitian...6
D. Manfaat Penelitian...6
E. Struktur Organisasi Skripsi ...6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9
A. Kajian Pustaka ...9
1. Persepsi Seks Bebas...9
2. Perilaku Seksual...18
3. Komunitas Motor ...22
B. Penelitian Sebelumnya ...25
C. Kerangka Pemikiran ...26
D. Hipotesis Penelitian ...28
BAB III METODE PENELITIAN ...29
A. Desain Penelitian ...29
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...29
1. Variabel Penelitian...29
(7)
iv Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Populasi Penelitian ...31
D. Teknik Pengumpulan Data ...31
1. Pengembangan Alat Ukur Penelitian ...32
E. Uji Coba Instrumen ...35
1. Uji Validitas Intrumen ...35
2. Uji Reliabilitas Intrumen ...37
F. Teknik Analisis Data ...39
1. Uji Normalitas ...39
2. Uji Linearitas ...40
3. Kategorisasi ...40
4. Uji Hipotesis ...42
5. Uji Koefisien Determinasi ...43
G. Prosedur Penelitian...43
1. Tahap Persiapan ...44
2. Tahap Pelaksanaan...45
3. Tahap Pengolahan Data ...45
4. Tahap Penyelesaian ...45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...46
A. Hasil Penelitian ...46
1. Gambaran umum persepsi seks bebas pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung ...46
2. Gambaran umum perilaku seksual pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung ...48
3. Hubungan antara persepsi seks bebas dengan perilaku seksual pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung...50
B. Pembahasan ...51
1. Gambaran umum persepsi seks bebas pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung ...51
2. Gambaran umum perilaku seksual pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung ...54
(8)
v Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Hubungan antara persepsi seks bebas dengan perilaku seksual pada
anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung...56
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...58
A. Kesimpulan...58
B. Rekomendasi ...59
DAFTAR PUSTAKA ...60
(9)
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Persepsi... 11 Gambar 2. 2 Skema Berpikir... 28 Gambar 3. 1 Korelasi Antara Dua Variabel ... 29
(10)
vii Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Instrumen Persepsi Seks Bebas ... 32
Tabel 3. 2 Bobot Skor Pilihan Jawaban ... 33
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual ... 34
Tabel 3. 4 Bobot Skor Pilihan Jawaban ... 35
Tabel 3. 5 Item Terbuang dan Item Terpakai... 36
Tabel 3. 6 Item Terbuang dan Item Terpakai... 37
Tabel 3. 7 Koefisien Reliabilitas Instrumen Menurut Guilford ... 38
Tabel 3. 8 Uji Normalitas... 39
Tabel 3. 9 Uji Linieritas ... 40
Tabel 3. 10 Kategorisasi Persepsi Seks Bebas ... 41
Tabel 3. 11 Kategorisasi Perilaku Seksual... 42
Tabel 3. 12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 43
Tabel 4. 1 Kategorisasi Persepsi Seks Bebas ... 46
Tabel 4. 2 Hasil Kategorisasi Persepsi Seks Bebas ... 47
Tabel 4. 3 Kategorisasi Perilaku Seksual... 48
(11)
viii Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Persepsi Seks Bebas ... 47
Grafik 4. 2 Indikator Persepsi Seks Bebas ... 48
Grafik 4. 3 Perilaku Seksual ... 49
(12)
ix Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 1 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Seks Bebas Sebelum Uji Coba ... 65
Lampiran 1. 2 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Seksual Seksual ... 69
Lampiran 1. 3 Kuesioner Setelah Uji Coba ... 74
Lampiran 1. 4 Skor Persepsi Seks Bebas ... 78
Lampiran 1. 5 Skor Perilaku Seksual... 79
Lampiran 1. 6 Uji Reliabilitas Persepsi Seks Bebas Sebelum Buang Item (if item deleted)... 82
Lampiran 1. 7 Uji Reliabilitas Persepsi Seks Bebas Setelah Buang Item (if item deleted)... 84
Lampiran 1. 8 Uji Reliabilitas Perilaku SeksualSebelum Buang Item (if item deleted)... 85
Lampiran 1. 9 Uji Reliabilitas Perilaku SeksualSetelah Buang Item (if item deleted)... 88
Lampiran 1. 10 Uji Reliabilitas Persepsi Seks Bebas Anggota KNC Bandung .... 90
Lampiran 1. 11 Uji Reliabilitas Perilaku Seksual Anggota KNC Bandung ... 92
Lampiran 1. 12 Uji Normalitas Persepsi Seks Bebas dan Perilaku Seksual ... 94
Lampiran 1. 13 Uji Linieritas Persepsi Seks Bebas dan Perilaku Seksual ... 96
Lampiran 1. 14 Kategorisasi Persepsi Seks Bebas dan Perilaku Seksual ... 96
Lampiran 1. 15 Kategorisasi Indikator Persepsi Seks Bebas ... 100
Lampiran 1. 16 Kategorisasi Dimensi Perilaku Seksual... 102
(13)
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan dan salah satunya adalah permasalahan sosial. Masalah sosial selalu dijadikan topik pembicaraan di kalangan masyarakat manapun. Salah satu permasalahan sosial yang selalu dibicarakan adalah fenomena perilaku seks bebas. Menurut Maslow (Hall & Lindzey, 1993) dalam tingkat hierarkis, bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang bersifat instingtif ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks.
Fenomena seks bebas di masyarakat timur kini menjadi kenyataan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI merilis survei yang menyebutkan 62,7% dari 4.500 responden remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Bahkan 92,7% remaja yang disurvei mengaku pernah berciuman, petting, hingga melakukan oral seks. Hal ini menandakan sudah parahnya kehidupan remaja dan anak muda di Indonesia saat ini (Nurrachman, 2010).
Berbicara tentang seks, tidak akan menjadi masalah jika dalam penyaluran dorongan seksualnya sehat seperti tidak bertukaran pasangan, berganti-ganti pasangan, bertanggung jawab dan tidak melanggar norma. Tetapi sebaliknya, permasalahan seksualitas yang umum dihadapi sekarang adalah penyaluran dorongan seksual yang tidak bertanggung jawab dan melanggar norma, karena dilakukan sebelum menikah.
Menurut Sarwono (2002) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Objek seksual biasa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri.
Dewasa ini penyimpangan perilaku seks bebas semakin menunjukkan keprihatinan. Hal ini dapat dilihat dari banyak sekali contoh kasus perilaku seks bebas yang terjadi (Widodo, 2007). Kehidupan seks bebas (free sex) pada
(14)
2
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kalangan remaja di kota-kota besar, khususnya di kota Bandung yang semakin mengkhawatirkan. Hal tersebut tergambar dari terus meningkatnya data mengenai hubungan seks bebas yang masuk ke lembaga konseling Mitra Citra Remaja (MCR)-PKBI Jawa Barat. Jika pada 2002 hanya tercatat 104 kasus, setahun berikutnya melonjak menjadi 170 kasus. Diyakini, angka itu tidak mencerminkan kasus yang sebenarnya. Ibarat fenomena gunung es, kenyataan di lapangan bisa lebih besar lagi. (Wiyana, 2004).
Saat ini free-sex atau seks bebas telah banyak dilakukan dikalangan remaja, terutama pada orang dewasa, baik yang telah berumah tangga maupun yang belum terikat hubungan pernikahan. Mereka telah banyak yang melakukan seks bebas dengan berbagai macam maksud, baik yang hanya untuk mengatasi kejenuhan atau bahkan sekedar mancari kesenangan semata. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seksual pranikah, survei MCR-PKBI Jabar membagi dalam 8 faktor, diantaranya faktor sulit mengendalikan dorongan seksual menduduki peringkat tertinggi, yakni 63,68%. Selanjutnya, faktor kurang taat menjalankan agama (55,79%), rangsangan seksual (52,63%), sering nonton blue film (49,47%), dan kurangnya bimbingan orangtua (9,47%). Tiga faktor terakhir yang turut menyumbang hubungan seksual pranikah adalah masalah ekonomi (12,11%), pengaruh tren (24,74%), dan (18,42%) tekanan dari lingkungan (Wiyana, 2004).
Informasi yang salah tentang seks juga dapat mengakibatkan pengetahuan dan persepsi seseorang mengenai seluk-beluk seks itu sendiri menjadi salah. Menurut Atkinson dan Hilgard (1991 : 201), persepsi adalah proses dimana individu mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus ke dalam lingkungan.
Kotler (2005) juga mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Hal ini menjadi salah satu indikator meningkatnya perilaku seks bebas di kalangan masyarakat saat ini (Evlyn dan Suza, 2007).
Menurut Ghifari (2003) perilaku negatif, terutama hubungannya dengan penyimpangan seksualitas pada dasarnya bukan murni tindakan dari diri sendiri,
(15)
3
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melainkan ada faktor pendukung atau yang mempengaruhi dari luar. Faktor-faktor yang menjadi sumber penyimpangan tersebut salah satunya adalah kualitas diri individu itu sendiri seperti perkembanggan emosional yang tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang mendalami norma agama, dan ketidakmampuan menggunakan waktu luang.
Gunarsa (1995) mengemukakan beberapa faktor yang menjadi penyebab meningkatnya perilaku seks bebas, diantaranya ialah waktu. Dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat maka dengan mudah menimbulkan adanya pergaulan bebas, misalnya dengan mementingkan hidup bersenang-senang, bermalas-malasan, suka berkumpul sampai larut malam. Dalam hal ini, perilaku yang dimunculkan misalnya dengan menghabiskan waktu luangnya dengan menjadi anggota dari salah satu komunitas motor. Pandangan masyarakat mengenai komunitas motor dapat dikatakan negatif. Namun, perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan antara klub motor dengan geng motor. Akan tetapi, beberapa masih ada yang menyamakan kedua hal tersebut.
Secara sekilas pengertian klub motor dan geng motor hampir sama, keduanya merupakan kelompok yang terorganisasi dengan menggunakan kendaraan bermotor sebagai salah satu syarat agar mereka bisa tergabung dalam kelompok tersebut. Klub motor biasanya terbentuk untuk suatu tujuan yang positif, sedangkan geng motor lebih cenderung kepada tindakan yang negatif. Geng motor tidak dapat diindentifikasi secara kasat mata, butuh pengamatan khusus untuk mengetahui mereka. Misalnya, saat melakukan tindakan kriminal tidak pernah menggunakan atribut khusus karena untuk menghilangkan identitas mereka. Sedangkan pengenalan identitas anggota klub motor lebih mudah dikenali, kebanyakan dari mereka dengan bangga menggunakan atribut klub atau warna bendera klub mereka pada saat berpartisipasi dalam kegiatan klub motor tersebut.
Keresahan sosial atas geng motor yang merupakan kumpulan orang-orang pecinta motor sudah sangat terasa, dimana adanya rasa bangga bagi anggota geng motor yang telah melakukan tindakan kriminal seperti merampok, perkelahian antar geng motor, merusak fasilitas-fasilitas umum, dan pembunuhan (Sianturi,
(16)
4
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2012). Bahkan menurut pengakuan dari salah satu anggota geng motor, hubungan seks bebas biasa dilakukan dalam sebuah pergaulan sesama geng motor (Nofitra, 2013). Fenomena mengenai geng motor motor tersebut membuat masyarakat memberikan image negatif terhadap sebuah klub motor karena tindakan kriminal dan perilaku seks bebas yang telah dilakukan oleh geng motor.
Saat ini jumlah komunitas atau klub motor di kota-kota besar kian meningkat, khususnya di Kota Bandung. Salah satunya yaitu Kawasaki Ninja Club atau yang lebih dikenal dengan sebutan KNC. Kawasaki Ninja Club atau KNC terbentuk sejak tahun 1997 di Bandung, dengan nama awal BKNC atau Bandung Kawasaki Ninja Club. KNC memiliki kegiatan-kegiatan rutin yang mewadahi anggotanya dalam kegiatan yang lebih positif. Anggota KNC sendiri setiap tahunnya semakin meningkat dengan latar belakang alasan masing-masing yang berbeda. (KNC Bandung, 2005).
Tidak sedikit anggota yang menggunakan produk Kawasaki dan menjadi anggota klub tersebut dengan alasan agar dapat memperluas pergaulan serta lebih menarik lawan jenis. Berdasarkan hasil wawancara informal yang digunakan peneliti pada tahun 2012 sebagai studi pendahuluan yang dilakukan pada salah satu anggota KNC Bandung, menurutnya dengan desain yang aerodinamis, maskulin, serta memiliki ciri khas sebagai motor balap, membuat ia semakin percaya diri dalam bersosialisasi dan merasa memiliki nilai tambah terhadap penampilannya. Selain itu, ia juga merasa mudah berkenalan dengan lawan jenisnya hingga berganti-ganti pasangan pada saat berkencan.
Fenomena tersebut menunjukan bahwa globalisasi peradaban yang tengah terjadi saat ini telah mengakibatkan terbentuknya kultur dan gaya hidup. Homogenitas kultur dan gaya hidup tersebut meliputi pakaian, cara hidup, selera dan persepsi tentang diri dan pergaulan sosial, termasuk juga didalamnya persepsi tentang hubungan seks. Dimana ketika hubungan seks mengalami desakralisasi (penurunan nilai sakral) dan demoralisasi (penurunan nilai moral), maka persepsi tersebut membentuk persepsi yang serupa. Oleh karena itu, hubungan seks bebas saat ini menjadi gejala globalisasi yang terasa kian sulit dibentengi program penyadaran moral (Mayasari, 2010).
(17)
5
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seiring dengan meningkatnya fenomena seks bebas di kalangan masyarakat, hal tersebut berdampak kepada tingkat penelitian mengenai seks bebas itu sendiri, khususnya di Indonesia. Salah satu penelitian terdahulu mengenai hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku seksual ialah penelitian yang dilakukan oleh Evlyn dan Suza (2007) dengan remaja di SMA Negeri 3 Medan sebagai sampel penelitian. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan atau dengan kata lain tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks bebas dan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 3 Medan.
Selain itu, image masyarakat yang cenderung negatif terhadap sebuah komunitas motor/ klub motor, serta tingkat perilaku seksual yang dianggap tinggi pada sebuah klub motor KNC Bandung. Hal tersebut menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi mengenai perilaku seks bebas pada sebuah komunitas motor, khususnya pada anggota Kawasaki Ninja Club Bandung yang ditinjau dari persepsi terhadap seks bebas itu sendiri. Adapun
judul dari penelitian ini ialah “Hubungan Persepsi antara Seks Bebas dengan
Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung (Studi Korelasi Terhadap Anggota Kawasaki Ninja Club Bandung)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran persepsi seks bebas pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung?
2. Bagaimanakah gambaran perilaku seksual pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung?
3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi tentang seks bebas dengan perilaku seksual pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung?
(18)
6
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran persepsi tentang seks bebas pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung.
2. Mengetahui gambaran tentang perilaku seksual pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung.
3. Mengetahui hubungan antara persepsi tentang seks bebas dengan perilaku seksual pada anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, kegunaan penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap Psikologi Sosial dan untuk menambah serta memperluas wawasan mengenai hubungan antara persepsi seks bebas dengan perilaku seksual khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan persepsi seks bebas dengan perilaku seksual pada komunitas motor di Bandung.
Sedangkan kegunaan penelitian secara praktis baik peneliti maupun anggota klub motor dapat mengetahui hubungan persepsi seks bebas dengan perilaku seksual, sehingga mampu meminimalisir penyimpangan perilaku tersebut.
Bagi penulis sendiri, manfaat praktis yang didapatkan untuk mentransformasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah serta untuk mengetahui persepsi seks bebas dengan perilaku seksual yang ada pada komunitas motor Kawasaki Ninja Club Bandung atau KNC Bandung.
E. Struktur Organisasi Skripsi
1. JUDUL
Disertai pernyataan maksud penelitian skripsi. 2. TIM PEMBIMBING
(19)
7
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. PERNYATAAN
Tentang keaslian karya ilmiah. 4. KATA PENGANTAR
5. ABSTRAK
Ringkasan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam karya tulis ilmiah ini.
6. DAFTAR ISI
Urutan isi karya ilmiah. 7. LAMPIRAN
Berisi daftar lampiran bersdasarkan urutan bab dalam karya tulis ilmiah ini. 8. BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari enam sub bab meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penilitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi penelitian skripsi. 9. BAB II KAJIAN TEORI
Meliputi pembahasan mengenai konsep dan teori tentang persepsi, seks bebas, dan perilaku seksual serta hipotesis penelitian.
10.BAB III METODE PENELITIAN
Adalah metode penelitian yang terdiri atas identifikasi variabel penelitian, definis operasional, populasi dan sampel, serta metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur dan metode analisis.
11.BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari analisa dan interpretasi data yang berisikan mengenai subjek penelitian dan hasil penelitian.
12.BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Merupakan kesimpulan, diskusi dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
13.DAFTAR PUSTAKA
Kumpulan literatur yang dijadikan referensi oleh peneliti dalam pembuatan karya ilmiah ini, ditulis berdasarkan urutan alphabet.
(20)
8
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 14.LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran berupa data pendukung dalam penelitian. 15.RIWAYAT HIDUP PENELITI
(21)
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif kuantitatif. Dimana, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2011: 14).
Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi analisis bivariat untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih. Desain penelitian yang digunakan ialah sebagai berikut :
Gambar 3. 1 Korelasi Antara Dua Variabel
Adapun variable-variabel yang dikorelasikan dalam penelitian ini terdiri dari persepsi seks bebas sebagai variabel X dan perilaku seksual sebagai variabel Y. Sehingga didapatkan hubungan (rxy) antara variabel persepsi seks bebas dengan perilaku seksual.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang dikorelasikan dalam penelitian ini terdiri dari variabel X dan variabel Y.
Variabel X : Persepsi seks bebas Variabel Y : Perilaku seksual
Persepsi Seks Bebas (Variabel X)
Perilaku Seksual (Variabel Y)
(22)
30
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Definisi Operasional a. Persepsi Seks Bebas
Variabel X dalam penelitian ini ialah persepsi seks bebas. Dimana derajat skor yang diperoleh merujuk pada teori persepsi menurut Atkinson (1983 : 201) dan Kartono (1997) mengenai definisi seks bebas. Proses persepsi yang digunakan yaitu mencakup interpretasi mengenai pola stimulus tentang seks bebas. Dimana seks bebas adalah hubungan seks secara bebas dengan banyak orang dan merupakan tindakan hubungan seksual yang tidak bermoral, dilakukan dengan terang-terangan tanpa ada rasa malu sebab didorong oleh nafsu seks yang tidak terintegrasi, tidak matang, dan tidak wajar.
Dengan kata lain, yang dimaksud persepsi seks bebas dalam penelitian ini yaitu menginterpretasikan informasi mengenai hubungan seksual yang dilakukan dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan, menginterpretasikan informasi hubungan seksual yang tidak bermoral, dan menginterpretasikan informasi hubungan seksual yang dilakukan secara terang-terangan tanpa ada rasa malu.
b. Perilaku Seksual
Variabel Y dalam penelitian ini mengukur perilaku seksual. Dimana derajat skor yang diperoleh merujuk pada teori Kachadourian (Steinberg, 1993) mengenai perilaku seksual yang terdiri dari dua dimensi perilaku, yaitu :
1. Perilaku autoerotik merupakan perilaku seksual yang dilakukan oleh diri sendiri dengan tujuan merangsang atau mendapatkan kepuasan seksual. perilaku autoerotik ini mempunyai dua macam perilaku, yaitu:
a. Berfantasi seksual, dan
b. Masturbasi atau onani.
2. Perilaku sosioseksual, merupakan perilaku seksual yang dilakukan dengan pasangan baik dengan pasangan resmi atau dengan teman
(23)
31
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atas dasar suka sama suka atau dengan bukan pasangan resmi (pekerja seks komersial). Perilaku sosioseksual ini terbagi berupa:
a. Berpegangan tangan atau menyentuh, b. Cium kering,
c. Cium basah,
d. Necking,
e. Meraba anggota tubuh pasangan,
f. Petting,
g. Intercourse.
C. Populasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini ialah anggota komunitas motor di Bandung. Sedangkan sampel penelitian dalam penelitian ini yaitu seluruh anggota aktif Kawasaki Ninja Club (KNC) Bandung sebanyak 30 orang. Dimana teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian populasi. Dengan kata lain, sampel yang diambil dari anggota Kawasaki Ninja Club (KNC) Bandung dianggap sesuai dengan karakteristik penelitian yang diteliti. Menurut Arikunto (2002: 112) apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik jumlah yang digunakan ialah seluruhnya sehingga jenis penelitian merupakan penelitian populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bermaksud untuk mencari data tentang persepsi seks bebas dengan perilaku seksual. Dimana teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara penyebaran kuesioner yang berupa pertanyaan tertutup. Menurut Sugiyono (2011) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya dengan menggunakan skala. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam instrumen alat ukur. Sehingga apabila alat ukur tersebut digunakan dalam penelitian akan
(24)
32
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2011: 133). Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk mengukur masing-masing variabel penelitian. Dimana dalam Sugiyono (2011: 134) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok mengenai suatu fenomena sosial.
Dalam penelitian ini terdapat dua skala, yang pertama yaitu persepsi seks bebas berdasarkan teori persepsi Atkinson dan Kartono untuk teori seks bebas. Skala pertama mencakup interpretasi dimana pada masing-masing dimensi tersebut terdapat tiga tahapan persepsi yaitu hubungan seks secara bebas dengan banyak orang, tindakan hubungan seksual yang tidak bermoral, dan hubungan seks yang dilakukan dengan terang-terangan tanpa ada rasa malu. Sedangkan untuk skala kedua menggunakan teori perilaku yang mencakup perilaku autoerotik dan perilaku sosioksual.
1. Pengembangan Alat Ukur Penelitian a. Instrumen Persepsi Seks Bebas
Alat ukur yang digunakan dalam mengukur persepsi seks bebas diturunkan dari teori Atkinson & Hilgard (1983 : 201) dan seks bebas oleh Kartono (1997). Berikut kisi-kisi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Instrumen Persepsi Seks Bebas
Variabel Dimensi Indikator Fav
Item Unfav Item ∑ Item Variabel X: Persepsi seks bebas Menginterpretasikan informasi mengenai seks bebas Menginterpretasikan informasi mengenai hubungan seksual yang dilakukan dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan 3,4, 5,6 1,2, 7,8 8
(25)
33
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel Dimensi Indikator Fav
Item
Unfav Item
∑
Item
informasi mengenai hubungan seksual yang tidak
bermoral.
13
Menginterpretasikan informasi mengenai hubungan seksual yang dilakukan secara terang-terangan
15,16, 18,19,
20
14,17, 7
Untuk mengukur persepsi seks bebas digunakan skala Likert. Pada skala ini disediakan lima alternatif pilihan jawaban dimana masing-masing bobot nilai terbagi menjadi dua macam pernyataan yaitu favorable dan unfavorable. Kelima jawaban tersebut sebagai berikut :
Tabel 3. 2 Bobot Skor Pilihan Jawaban
Pilihan Jawaban Bobot
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Kurang Setuju 3 3
Tidak Setuju 2 4
(26)
34
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Instrument Perilaku Seksual
Alat ukur yang digunakan dalam mengukur perilaku seksual diturunkan langsung dari teori Kachadourian (Steinberg, 1993). Berikut kisi-kisi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual
Variabel Dimensi Indikator Fav
Item Unfav Item ∑ Item Variabel Y: Perilaku seksual Perilaku autoerotik
Berfantasi seksual 1,2,3, 0 3
Masturbasi/ onani 4,5,6 0 3
Perilaku sosioseksual
Berpegangan tangan/ menyentuh anggota tubuh pasangan
7,8,9,10 0 4
Cium kering 11,12,13,14,15,16, 17,18,19,20,21,22
0 12
Cium basah 23,24,25,26,27,28 0 6
Necking 29,30 0 2
Meraba anggota tubuh pasangan
31,32,33,34,35,36, 37,38,39,40,41,42, 43,44,45,46,47,48
0 18
Petting 49,50,51 0 3
Sexual intercourse 52,53 0 2
Untuk mengukur perilaku seksual digunakan skala Likert. Pada skala ini disediakan lima alternatif pilihan jawaban dimana masing-masing bobot nilai terbagi menjadi satu macam pernyataan yaitu favorable. Kelima jawaban tersebut sebagai berikut :
(27)
35
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3. 4 Bobot Skor Pilihan Jawaban
Pilihan Jawaban Bobot
Sangat Sering 5
Sering 4
Jarang 3
Pernah 2
Tidak Pernah 1
E. Uji Coba Instrumen
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini akan diuji cobakan terlebih dahulu sebelum digunakan pada subjek yang sebenarnya. Dalam hal ini, uji coba intrumen akan dilakukan terlebih dahulu kepada 60 responden dengan kirteria tertentu. Uji coba intrumen dilakukan di komunitas motor berbeda yaitu club motor X sebanyak 30 orang dan 30 orang lainnya kepada individu-individu yang dianggap memiliki perilaku seksual tinggi.
Data yang diperoleh dari uji coba selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kualitas alat ukur tersebut. Perhitungan analisis hasil uji coba menggunakan bantuan software SPSS versi 19 for windows, guna memperoleh validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang dirancang.
1. Uji Validitas Intrumen
Uji validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Dimana menurut Sugiyono (2011 : 182) pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan mambandingkan antara isi instrumen dengan teori yang digunakan dalam penelitian. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Setelah itu dilakukan judgement experts pada intrumen yang telah dirancang. Dimana judgement experts merupakan upaya
(28)
36
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau proses validitas dengan menggunakan bantuan dari para ahli untuk menentukan kualitas dari intrumen. Setelah itu dilakukan uji coba kepada 60 responden dengan kriteria teertentu.
Data yang diperoleh dari uji coba selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kualitas alat ukur tersebut. Perhitungan analisis hasil uji coba menggunakan bantuan SPSS versi 19 for windows. Dari hasil uji validitas yang telah dilakukan diketahui bahwa item yang terbuang dan terpakai adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 5 Item Terbuang dan Item Terpakai Variabel Persepsi Seks Bebas
No. Dimensi Indikator Item
Terpakai
Item Terbuang
1. Menginterpretasikan informasi mengenai seks bebas
Menginterpretasikan informasi mengenai hubungan seksual yang dilakukan dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan 1,2,3,5, 6,8,9,10 4,7 Menginterpretasikan informasi mengenai hubungan seksual yang tidak bermoral. 11,12,16, 17,19 13,14,15,18,20 Menginterpretasikan informasi mengenai hubungan seksual yang dilakukan secara terang-terangan
21,22,23,24, 25,26,27
(29)
37
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3. 6 Item Terbuang dan Item Terpakai Variabel Perilaku Seksual
No. Dimensi Indikator Item
Terpakai
Item Terbuang
1. Perilaku autoerotik
Berfantasi seksual 1,3,4 2,5,6
Masturbasi/ onani 7,8,9 -
2. Perilaku sosioseksual
Berpegangan tangan/ menyentuh anggota tubuh pasangan
10,12,13,14 11
Cium kering 15,16,17,18,
19,20,21,22, 23,24,25,26
27
Cium basah 28,29,30,31,
32,33
-
Necking 34,35 -
Meraba anggota tubuh pasangan 36,37,38,39, 40,41,42,43, 44,45,46,47, 48,49,50,51, 52,53
-
Petting 54,55,56 -
Sexual intercourse 57,59 58
2. Uji Reliabilitas Intrumen
Reliabilitas tes adalah sejauh mana hasil suatu tes itu dapat dipercaya. Sebuah tes dikatakan reliabel atau dipercaya jika memberikan hasil yang sama dalam atribut diukur yang didapat dari pengukuran, peserta dan tes yang sama (Ihsan: 133). Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan formula Alpha Cronbach. Rumus yang diunakan adalah sebagai berikut:
(30)
38
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu [ ] [ ∑ ]
Keterangan:
α : koefisien reliabilitas Alpha Cronbach n : banyaknya butir soal
: varians pada masing-masing item : varians total dari keseluruhan item
Uji reliabilitas dilakukan melalui uji coba instrumen dengan menggunakan Alpha Cronbach. Alpha Cronbach bisa digunakan baik untuk data dikotomi maupun multikotomi.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut dengan nilai koefisien reliabilitas. Nilai koefisien α berkisar antara 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai koefisien kehandalannya, semakin baik alat ukurnya. Berikut merupakan kriteria koefisien reliabilitas menurut Guildford (Sugiyono, 2007).
Tabel 3. 7 Koefisien Reliabilitas Instrumen Menurut Guildford
Koefisien Reliabilitas α Kriteria
> 0,900 Sangat Reliabel
0,700 – 0,900 Reliabel
0,400 – 0,700 Cukup Reliabel
0,200 – 0,400 Kurang Reliabel
< 0,200 Tidak Reliabel
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 19.0 for Windows, reliabilitas instrumen yang diujicobakan kepada 60 responden di komunitas motor yang berbeda diperoleh skor 0,933 untuk instrument persepsi seks bebas dan untuk instrumen perilaku seksual diperoleh skor 0,975 (lihat
(31)
39
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lampiran 1.10 dan 1.11). Dengan demikian merujuk pada kriteria reliabilitas menurut Guilford, instrumen persepsi seks bebas dan instrumen perilaku seksual termasuk ke dalam kategori sangat reliabel.
F. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sampel yang akan dianalisis berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk melakukan uji normalitas dilakukan dengan rumus one sample Shapiro-Wilk yang perhitungannya dibantu dengan software SPSS 19.0 for Windows. Uji normalitas ini dilakukan untuk menentukan teknik analisis statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini. Apabila tingkat signifikansi ≥ 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Dimana hasil perhitungan menunjukan bahwa variabel persepsi seks bebas memperoleh skor 0,006 dan diperoleh skor 0,162 untuk variabel perilaku seksual. Dimana perolehan skor ada dalam tabel berikut :
Tabel 3. 8 Uji Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. persepsi .205 30 .002 .894 30 .006 perilaku .112 30 .200* .949 30 .162 a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Dari hasil tersebut dapat dikategorisasikan bahwa pada salah satu variabel yaitu persepsi seks bebas tidak berdistribusi normal. Sehingga untuk uji statistik yang akan digunakan yaitu non-parametrik dengan uji korelasi spearman rank.
(32)
40
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Uji Linearitas
Uji linieritas dilakukan untuk mencari persamaan garis regresi variabel x (persepsi seks bebas) terhadap variabel y (perilaku seksual). Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas. Maksudnya, apakah garis regresi antara variabel bebas dan terikat membentuk garis linier atau tidak. Apabila signifikansi < 0,05 maka terdapat hubungan yang linier antara variabel x dan variabel y. Uji linieritas ini menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for windows. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil signifikansi 0,006 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh terdapat hubungan linier.
Setelah dilakukan uji normalitas dan linieritas, diperoleh hasil bahwa salah satu variabel tidak berdistribusi normal namun data keduanya menunjukan hubungan linier. Sehingga analisis statistik yang digunakan yaitu uji non-parametrik dengan teknik korelasi Spearman Rank Correlation. Dimana skor yang didapatkan sebagai berikut :
Tabel 3. 9 Uji Linieritas ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig. perilaku *
persepsi
Between Groups
(Combined) 42355.467 22 1925.248 1.445 .322 Linearity 20547.472 1 20547.472 15.424 .006 Deviation
from Linearity
21807.995 21 1038.476 .780 .694
Within Groups 9325.500 7 1332.214
Total 51680.967 29
3. Kategorisasi
a. Kategorisasi Persepsi Seks Bebas
Kategorisasi digunakan untuk mengetahui tingkat persepsi seks bebas pada anggota Kawasaki Ninja Club (KNC) Bandung. Kategorisasi ini dibagi menjadi dua tingkatan yaitu positif dan negatif.
(33)
41
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dikatakan positif karena skor yang diperoleh tentang seks bebas adalah rendah. Begitu pun sebaliknya, dikatakan negatif karena dari skor yang diperoleh mengenai seks bebas adalah tinggi.
Dalam penelitian ini perhitungannya mengunakan software SPSS versi 19.0 for Windows. Variabel persepsi seks bebas dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal sehingga besarnya interval setiap tingkat kategori ditentukan oleh besarnya perhitungan median atau nilai tengah, dengan kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 3. 10 Kategorisasi Persepsi Seks Bebas
Rentang Kategori
Me ≤ X Positif
X < Me Negatif
Dimana :
Me = Median
Kategorisasi positif yaitu cara seseorang menginterpretasikan seks bebas itu sebagai suatu hal yang wajar dilakukan. Sedangkan kategorisasi negatif merupakan interpretasi seseorang yang memandang bahwa seks bebas itu suatu hal yang tidak baik atau tidak wajar.
b. Kategorisasi Perilaku Seksual
Kategorisasi perilaku seksual digunakan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pada anggota Kawasaki Ninja Club (KNC) Bandung. Kategorisasi ini dibagi menjadi dua tingkatan yaitu tinggi dan rendah. Dikatakan tinggi karena skor yang diperoleh mengenai perilaku seksual adalah tinggi. Begitu pun sebaliknya, dikatakan rendah karena skor mengenai perilaku seksual yang diperoleh adalah rendah.
(34)
42
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dimana perhitungannya mengunakan software SPSS versi 19.0 for Windows. Variabel perilaku seksual dalam penelitian ini berdistribusi normal sehingga besarnya interval setiap tingkat kategori ditentukan oleh besarnya perhitungan mean dengan kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 3. 11 Kategorisasi Perilaku Seksual
Rentang Kategori
µ ≤ X Tinggi
X < µ Rendah
Dimana :
µ = Mean
Kategorisasi tinggi merupakan perilaku seksual yang cenderung sering dilakukan. Sedangkan kategorisasi rendah yaitu seseorang melakukan perilaku seksualnya cenderung jarang, pernah, bahkan tidak pernah.
4. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi untuk menguji hipotesis. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Spearman Rank Correlation. Dimana dalam hal ini perhitungannya dibantu dengan software SPSS versi 19.0 for Windows.
Kuat lemahnya suatu hubungan diantara kedua variabel diperoleh dari hasil perhitungan korelasi dengan Spearman Rank Correlation tersebut. Kriteria kuat lemahnya korelasi menurut Guilford dalam Susetyo (2010 : 118) terdapat pada tabel berikut :
(35)
43
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3. 12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
R Interpretasi
0,91 – 1,000 Korelasi sangat kuat 0,71 – 0,90 Korelasi kuat 0,41 – 0,70 Korelasi sedang 0,21 – 0,40 Korelasi rendah 0 – 0,20 Tidak ada korelasi
Dalam penelitian ini, hasil perhitungan korelasi sebesar 0,598. Dengan kata lain dari tabel tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar nilai variable x, maka akan semakin besar pula nilai variabel y. Dimana korelasi dapat dinyatakan positif atau searah. Begitu pun sebaliknya, variabel x bernilai besar dan variabel y akan semakin mengecil nilainya apabila korelasi dinyatakan negatif atau berlawanan arah.
5. Uji Koefisien Determinasi
Setelah dilakukan uji normalitas, linieritas dan uji hipotesis, selanjutnya dilakukan uji koefisien determinasi. Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel persepsi seks bebas terhadap variabel perilaku seksual. Rumus yang digunakan untuk memperoleh koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
KD = ² x 100%
Keterangan :
KD : Koefisien Determinasi
(36)
44
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terbagi atas empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data, tahap penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dalam beberapa kegiatan, yaitu: a. Memilih permasalahan
Permasalahan yang akan diteliti didapatkan peneliti berdasarkan berbagai fenomena yang terjadi. Dalam hal ini peneliti harus peka terhadap fenomena yang ada, sehingga dalam merumuskan masalah, peneliti tidak mengalami kebingungan.
b. Melakukan studi kepustakaan
Dalam hal ini, peneliti melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan kajian teori. Kajian teori yang dipilih kemudian menjadi dasar penelitian berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.
c. Penyusunan proposal penelitian
Setelah mendapatkan teori-teori yang relevan, peneliti mulai menyusun proposal penelitian yang kemudian akan diajukan kepada Dewan Skripsi.
d. Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Skripsi
Peneliti mengajukan proposal dan dosen pembimbing skripsi pada Dewan Skripsi.
e. Perizinan penelitian
Peneliti mengajukan perizinan penelitian untuk memenuhi syarat administratif.
f. Penyusunan Instrumen
Peneliti mulai menyusun instrumen berdasarkan landasan teori yang digunakan, kemudian dengan dibantu oleh dua orang dosen, dilakukan judgement atas instrumen tersebut.
(37)
45
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebelum pengambilan data, instrumen dari kedua variabel diujikan terlebih dahulu, sehingga instrumen yang digunakan dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti datang ke tempat dilakukannya pengambilan data. Kemudian mulai melakukan penyebaran kuesioner pada anggota-anggota komunitas motor KNC Bandung, yang sebelumnya diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai cara mengisi kuesioner.
3. Tahap Pengolahan Data
Prosedur yang dilakukan dalam proses pengolahan data, yaitu: a. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa kembali kelengkapan jumlah kuesioner yang terkumpul dan kelengkapan pengisian kuesioner yang telah diisi oleh responden.
b. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah proses dimana peneliti merekap semua data yang telah diperoleh di lapangan.
c. Pengolahan Data secara Statistik
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS versi 19.0 for Windows dengan melakukan beberapa pengujian yaitu uji coba instrumen, uji normalitas, uji linearitas dan uji korelasi.
4. Tahap Penyelesaian
a. Menampilkan hasil dan analisis penelitian.
b. Membahas hasil dan analisis penelitian berdasarkan teori yang digunakan.
c. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian.
d. Menyusun laporan hasil penelitian dan dipresentasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(38)
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, didapatkan kesimpulan dari pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun kesimpulan untuk masing-masing pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Secara umum, anggota komunitas motor KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung memiliki tingkat persepsi seks bebas yang negatif. Dalam arti lain, anggota KNC Bandung mampu menginterpretasikan dan memandang bahwa seks bebas merupakan hal yang tidak wajar untuk dilakukan. 2. Sebagian besar anggota KNC memiliki perilaku seksual dalam kategori
rendah dan hanya sebagian kecil yang menujukkan perilaku seksual dalam kategori tinggi.
3. Terdapat hubungan positif antara persepsi seks bebas dengan perilaku seksual anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung dengan angka signifikansi sebesar 0,598 (p ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif persepsi anggota KNC Bandung terhadap seks bebas, maka semakin tinggi tingkat perilaku seksual yang ada dalam komunitas motor tersebut. Selain itu, kontribusi variabel persepsi seks bebas terhadap variabel perilaku seksual sebesar 35,76%. Jika persepsi seseorang terhadap suatu objek adalah persepsi yang benar maka tindakannya terhadap hal tersebut merupakan tindakan yang benar. Anggota klub motor yang memiliki persepsi positif terhadap seks bebas dalam hal ini menganggap seks bebas sebagai hal yang wajar, menunjukan perilaku seksual dengan kategori tinggi atau sering melakukan hubungan seksual dengan pasangan di luar nikahnya dan sebaliknya.
(39)
59
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang disarankan oleh peneliti dalam penelitian ini ditujukan kepada anggota komunitas motor KNC Bandung itu sendiri, masyarakat, pemerintah dan kepada peneliti selanjutnya.
1. Bagi Anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi seks bebas dengan perilaku seksual. Karena itu, diharapkan anggota komunitas ataupun klub motor di KNC Bandung yang memiliki persepsi negatif terhadap seks bebas dapat meminimalisir penyimpangan perilaku seksualnya. Sehingga, penelitian ini diharapkan mampu meluruskan pandangan negatif masyarakat umum mengenai komunitas motor menyangkut tingkat perilaku seksual.
2. Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian ini, diharapkan masyarakat tidak memandang negatif komunitas motor, terutama dalam perilaku seksual. Hal tersebut dikarenakan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah tingkat perilaku seksual di sebuah komunitas atau klub motor KNC Bandung adalah rendah. Selain itu, masyarakat diharapkan mampu mempersepsikan seks bebas secara positif. Dengan kata lain, persepsi yang dihasilkan sejalan dengan ilmu agama yang tidak mewajarkan adanya seks bebas.
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah diharapkan mencanangkan pendidikan seksual di ranah pendidikan formal maupun non-formal, guna meningkatkan pemahaman mengenai perilaku seksual. Misalnya mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang pendidikan seks, terutama bagi komunitas-komunitas motor, sehingga anggota komunitas motor dan masyarakat dapat memahami bahaya perilaku seks bebas sejak dini.
(40)
60
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Metode penelitian yang digunakan sebaiknya tidak hanya kuantatif, tetapi menggabungkan teknik wawancara dan observasi agar hasil yang didapatkan bisa lebih memberikan informasi dan gambaran yang lebih mendalam. Tujuan digunakannya mix-method dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai aspek-aspek lain di luar persepsi yang mempengaruhi tingkat perilaku seksual. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan menghubungkan aspek persepsi terhadap sikap sebagai variabel penelitian.
(41)
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adiabeta, A. K & Muhari. (2012). Hubungan Antara Persepsi Tentang Seks Dan Pengetahuan agama Terhadap Kecenderungan Perilaku Seksual Pada Remajadi Sma Negeri 1 Cerme Gresik. Daikses pada tanggal 29 Januari 2014 di http://id.scribd.com
Admin. (2005). KNC Bandung. Diakses pada tanggal 3 Maret 2011 di www.knc-bandung
Admin. (2012). Club Motor Vs Gengster Motor. Diakses pada tanggal 28 Juni 2012 di http://paschell-mc.blogspot.com/2012/05/club-motor-vs-gengster-motor.html (28 Juni 2012)
Andisti, M. A dan Ritandiyono. (2009). Religiusitas Dan Perilaku Seks Bebas Pada Dewasa Awal. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di http://ejournal.gunadarma.ac.id/
Anonym. (2009). Kawasaki. Diakses pada tanggal 28 Juni 2012 di http://en.wikipedia.org/wiki/kawasaki_motorcycles
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Atkinson, R. L, Atkinson. R. C & Hilgard. E. R. (1991). Pengantar Psikologi,
Edisi Kedelapan – Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Atkinson, R. L, Atkinson. R. C & Hilgard. E. R. (1999). Pengantar Psikologi. Batam : Interaksara.
Darmasih, R. (2009). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di http://etd.eprints.ums.ac.id/
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Evlyn, M dan Suza, D. E. (2007). “Hubungan Antara Persepsi Tentang Seks Dan
Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 3 Medan”. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara. 2, (2), 48-55. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di http://repository.usu.ac.id/
(42)
62
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ghifari, Al. A. (2003). Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern. Bandung: Mujahid Press.
Green, L.W. & Kreuter M.W. (2000). Health Promotion Planning An educational and Environmental Approach. Maylield Publishing Company.
Gunarsa, S.D, & Gunarsa, Y. (1995). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.
Hall, C. S & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian 2: Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisium.
Harisah, A dan Masiming, Z. (2008). “Persepsi Manusia Terhadap Tanda, Simbol dan Spasial”. Jurnal SMARTek, 6, (1), Pebruari 2008: 29 – 43.
Imran, I. (1999). Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Bekerja sama dengan UNFPA.
Kartono, K. (1992). Patologi Sosial, Jilid I. Jakarta: CV Rajawali.
Kotler, P. (2005). Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Mayasari, W. C. (2010). Hubungan Antara Konsep Diri Dan Perilaku Seks
Pranikah Pada Siswa SMA Negeri I Kesamben – Blitar. Diakses pada
tanggal 11 Mei 2011 di http://karya-ilmiah.um.ac.id/
Mu’tadin, Z. (2002). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2013 di http://repository.usu.ac.id/
Nenglya. (2010). Perbedaan Antara Geng Motor, Club Motor Dan Motor
Community. Diakses pada tanggal 3 Maret 2011 di
http://gugling.com/perbedaan-antara-geng-motor-club-motor-dan-motor-community.html
Nofitra, R. (2013). Anggota Geng Motor Biasa Seks Bebas. Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 di http://tempo.co/
Nurrachman, K. I. (2010). Seks Bebas Jadi Gaya Hidup? Diakses pada tanggal 28 Januari 2014 di http://news.okezone.com/
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development 8 ed. New York: Mc Graw-Hill Santrock, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan.
(43)
63
Muhammad Randy Sanjaya, 2014
Hubungan antara Persepsi Seks Bebas dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor di Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sarwono, S. W. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sianturi, R. A. (2012). Fenomena Geng Motor. Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 di http://edukasi.kompasiana.com/
Steinberg. (1993). Adolescence, Third Edition. New York: Mc Graw Hill Stuart G.W. and Sundeen S.J. (1999). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. New York : Mosby Year Book, Inc.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Syani, A. (2009). Latar Belakang Perilaku Seks Bebas Dan Perkembangannya Dalam Pola Kehidupan Masyarakat Pada Remaja SMA Di Surakarta. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di http://blog.unila.ac.id/abdulsyani/ Wenger, E. (et. al.). (2002). Cultivating Communities of Practice: a Guide to
Managing Knowledge. Boston: Harvard Business School Press.
Wiyana, D. (2004). Free Sex Remaja Bandung Mengkhawatirkan. Diakses pada tanggal 15 Mei 2011 di http://www.tempo.co/
Widodo, U. P. (2007). Perilaku Seks Bebas Pada Seorang Alkoholik. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di www.gunadarma.ac.id
Yuniarti, D. (2007). Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Sikap Mengenai Seks Pranikah Pada Remaja. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di www.rusmanmalili.com/
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, didapatkan kesimpulan dari pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun kesimpulan untuk masing-masing pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Secara umum, anggota komunitas motor KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung memiliki tingkat persepsi seks bebas yang negatif. Dalam arti lain, anggota KNC Bandung mampu menginterpretasikan dan memandang bahwa seks bebas merupakan hal yang tidak wajar untuk dilakukan. 2. Sebagian besar anggota KNC memiliki perilaku seksual dalam kategori
rendah dan hanya sebagian kecil yang menujukkan perilaku seksual dalam kategori tinggi.
3. Terdapat hubungan positif antara persepsi seks bebas dengan perilaku seksual anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung dengan angka signifikansi sebesar 0,598 (p ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif persepsi anggota KNC Bandung terhadap seks bebas, maka semakin tinggi tingkat perilaku seksual yang ada dalam komunitas motor tersebut. Selain itu, kontribusi variabel persepsi seks bebas terhadap variabel perilaku seksual sebesar 35,76%. Jika persepsi seseorang terhadap suatu objek adalah persepsi yang benar maka tindakannya terhadap hal tersebut merupakan tindakan yang benar. Anggota klub motor yang memiliki persepsi positif terhadap seks bebas dalam hal ini menganggap seks bebas sebagai hal yang wajar, menunjukan perilaku seksual dengan kategori tinggi atau sering melakukan hubungan seksual dengan pasangan di luar nikahnya dan sebaliknya.
(2)
B. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang disarankan oleh peneliti dalam penelitian ini ditujukan kepada anggota komunitas motor KNC Bandung itu sendiri, masyarakat, pemerintah dan kepada peneliti selanjutnya.
1. Bagi Anggota KNC (Kawasaki Ninja Club) Bandung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi seks bebas dengan perilaku seksual. Karena itu, diharapkan anggota komunitas ataupun klub motor di KNC Bandung yang memiliki persepsi negatif terhadap seks bebas dapat meminimalisir penyimpangan perilaku seksualnya. Sehingga, penelitian ini diharapkan mampu meluruskan pandangan negatif masyarakat umum mengenai komunitas motor menyangkut tingkat perilaku seksual.
2. Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian ini, diharapkan masyarakat tidak memandang negatif komunitas motor, terutama dalam perilaku seksual. Hal tersebut dikarenakan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah tingkat perilaku seksual di sebuah komunitas atau klub motor KNC Bandung adalah rendah. Selain itu, masyarakat diharapkan mampu mempersepsikan seks bebas secara positif. Dengan kata lain, persepsi yang dihasilkan sejalan dengan ilmu agama yang tidak mewajarkan adanya seks bebas.
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah diharapkan mencanangkan pendidikan seksual di ranah pendidikan formal maupun non-formal, guna meningkatkan pemahaman mengenai perilaku seksual. Misalnya mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang pendidikan seks, terutama bagi komunitas-komunitas motor, sehingga anggota komunitas motor dan masyarakat dapat memahami bahaya perilaku seks bebas sejak dini.
(3)
60
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Metode penelitian yang digunakan sebaiknya tidak hanya kuantatif, tetapi menggabungkan teknik wawancara dan observasi agar hasil yang didapatkan bisa lebih memberikan informasi dan gambaran yang lebih mendalam. Tujuan digunakannya mix-method dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai aspek-aspek lain di luar persepsi yang mempengaruhi tingkat perilaku seksual. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan menghubungkan aspek persepsi terhadap sikap sebagai variabel penelitian.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Adiabeta, A. K & Muhari. (2012). Hubungan Antara Persepsi Tentang Seks Dan
Pengetahuan agama Terhadap Kecenderungan Perilaku Seksual Pada Remajadi Sma Negeri 1 Cerme Gresik. Daikses pada tanggal 29 Januari
2014 di http://id.scribd.com
Admin. (2005). KNC Bandung. Diakses pada tanggal 3 Maret 2011 di www.knc-bandung
Admin. (2012). Club Motor Vs Gengster Motor. Diakses pada tanggal 28 Juni 2012 di http://paschell-mc.blogspot.com/2012/05/club-motor-vs-gengster-motor.html (28 Juni 2012)
Andisti, M. A dan Ritandiyono. (2009). Religiusitas Dan Perilaku Seks Bebas
Pada Dewasa Awal. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di
http://ejournal.gunadarma.ac.id/
Anonym. (2009). Kawasaki. Diakses pada tanggal 28 Juni 2012 di http://en.wikipedia.org/wiki/kawasaki_motorcycles
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Atkinson, R. L, Atkinson. R. C & Hilgard. E. R. (1991). Pengantar Psikologi,
Edisi Kedelapan – Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Atkinson, R. L, Atkinson. R. C & Hilgard. E. R. (1999). Pengantar Psikologi. Batam : Interaksara.
Darmasih, R. (2009). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di http://etd.eprints.ums.ac.id/
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Evlyn, M dan Suza, D. E. (2007). “Hubungan Antara Persepsi Tentang Seks Dan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 3 Medan”. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara. 2, (2), 48-55. Diakses pada tanggal 11 Mei
(5)
62
Ghifari, Al. A. (2003). Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern. Bandung: Mujahid Press.
Green, L.W. & Kreuter M.W. (2000). Health Promotion Planning An educational
and Environmental Approach. Maylield Publishing Company.
Gunarsa, S.D, & Gunarsa, Y. (1995). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan
Keluarga. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.
Hall, C. S & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian 2: Teori-teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisium.
Harisah, A dan Masiming, Z. (2008). “Persepsi Manusia Terhadap Tanda, Simbol dan Spasial”. Jurnal SMARTek, 6, (1), Pebruari 2008: 29 – 43.
Imran, I. (1999). Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Bekerja sama dengan UNFPA.
Kartono, K. (1992). Patologi Sosial, Jilid I. Jakarta: CV Rajawali.
Kotler, P. (2005). Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Mayasari, W. C. (2010). Hubungan Antara Konsep Diri Dan Perilaku Seks
Pranikah Pada Siswa SMA Negeri I Kesamben – Blitar. Diakses pada
tanggal 11 Mei 2011 di http://karya-ilmiah.um.ac.id/
Mu’tadin, Z. (2002). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2013 di http://repository.usu.ac.id/
Nenglya. (2010). Perbedaan Antara Geng Motor, Club Motor Dan Motor
Community. Diakses pada tanggal 3 Maret 2011 di
http://gugling.com/perbedaan-antara-geng-motor-club-motor-dan-motor-community.html
Nofitra, R. (2013). Anggota Geng Motor Biasa Seks Bebas. Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 di http://tempo.co/
Nurrachman, K. I. (2010). Seks Bebas Jadi Gaya Hidup? Diakses pada tanggal 28 Januari 2014 di http://news.okezone.com/
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development 8 ed. New York: Mc Graw-Hill Santrock, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan.
(6)
Sarwono, S. W. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sianturi, R. A. (2012). Fenomena Geng Motor. Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 di http://edukasi.kompasiana.com/
Steinberg. (1993). Adolescence, Third Edition. New York: Mc Graw Hill Stuart G.W. and Sundeen S.J. (1999). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. New York : Mosby Year Book, Inc.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Syani, A. (2009). Latar Belakang Perilaku Seks Bebas Dan Perkembangannya
Dalam Pola Kehidupan Masyarakat Pada Remaja SMA Di Surakarta.
Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di http://blog.unila.ac.id/abdulsyani/ Wenger, E. (et. al.). (2002). Cultivating Communities of Practice: a Guide to
Managing Knowledge. Boston: Harvard Business School Press.
Wiyana, D. (2004). Free Sex Remaja Bandung Mengkhawatirkan. Diakses pada tanggal 15 Mei 2011 di http://www.tempo.co/
Widodo, U. P. (2007). Perilaku Seks Bebas Pada Seorang Alkoholik. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di www.gunadarma.ac.id
Yuniarti, D. (2007). Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Sikap Mengenai Seks
Pranikah Pada Remaja. Diakses pada tanggal 11 Mei 2011 di