KESENIAN PANTUN MEDAL PUSAKA WANGI DI KAMPUNG SUKALAKSANA DESA CIKAHURIPAN KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

(1)

KESENIAN PANTUN MEDAL PUSAKA WANGI

DI KAMPUNG SUKALAKSANA DESA CIKAHURIPAN

KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh,

Angga Purwantara

0901410

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Kesenian Pantun Medal Pusaka

Wangi Di Kampung Sukalaksana

Desa Cikahuripan Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat

Oleh Angga Purwantara

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Angga Purwantara 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KESENIAN PANTUN MEDAL PUSAKA WANGI DI KAMPUNG SUKALAKSANA DESA CIKAHURIPAN KECAMATAN LEMBANG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh, Angga Purwantara

0901410

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Suwardi Kusmawardi, S.Kar.,M.Sn. NIP. 195604011991011001

Pembimbing II

Oya Yukarya, S.Kar., M.Sn. NIP. 196012011990011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik

Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd NIP. 197303262000031003


(4)

ABSTRAK

Kesenian Pantun Medal Pusaka wangi, di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Merupakan judul dari sebuah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah kesenian, Agar kesenian tersebut bisa di kenal lebih luas Khususnya untuk peneliti dan umumnya untuk seluruh Seniman dan masyarakat. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode deskriptif analitik, yang dibantu dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil temuan penelitian yang di dapat, berupa struktur pertunjukan Kesenian pantun, peranan waditra kacapi pada Kesenian pantun, dan fungsi kesenian Pantun di masyarakat Desa Cikahuripan. Data-data tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi budayawan dan kalangan pendidik di masyarakat.


(5)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK. ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iva DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan perumusan masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat/Signifikasi Penelitian ... 4

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kesenian Tradisional ... 6

B. Seni Pertunjukan ... 7

C. Kesenian Pantun ... 8

D. Kacapi sunda ... 10

E. Fungsi seni dimasyarakat ... 10

F. Fungsi alat musik ... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

A. Metode Penelitian ... 12

B. Lokasi Penelitian ... 12

C. Teknik Pengumpulan data ... 12

1. Teknik Observasi ... 13

2. Teknik Wawancara ... 14

3. Studi Literatur... 15

4. Dokumentasi... 16


(6)

E. Definisi Operasional ... 16

F. Prosedur Pengolahan ... 18

G. Langkah-langkah Penelitian ... 18

H. Instrument Penelitian... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

A. Hasil Penelitian ... 21

1. Sekilas Gambaran Kesenian Pantun ... 21

2. Waktu dan tempat pertunjukan Pantun ... 22

3. Sesajen ... 23

4. Waditra pada kesenian Pantun ... 25

5. Pemain... 28

B. Pembahasan... 31

1 Fungsi kesenian Pantun dimasyarakat ... 31

2.Fungsi Kacapi pada kesenian Pantun... 32

3.Struktur pertunjukan kesenian pantun... 40

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 56

A Kesimpulan ... 56

B Rekomendasi ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 61


(7)

DAFTAR GAMBAR

4.1 Sasajen……….24

4.2 Kacapi Siter……….26

4.3 Waditra Piul………..……….….………… 27

4.4 Pimpinan Kesenian Pantun…………...……… 28

4.5 Pemain Piul….……….………29

4.6 Pemain kacapi………...……….………...30

4.7 Juru kawih………31


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran 1 Daftar Pertanyaan………...61

B. Lampiran 2 Cerita Pantun………..…..………...62

C. Lampiran 3 Biodata Narasumber………66

D. Lampiran 4 SK………...68

E. Lampiran 5 Riwayat hidup………..….72


(9)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesenian merupakan salah satu unsur yang cukup kental peranannya di masyrakat Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak sekali berbagai Suku dan adat istiadat, sehingga munculah beragam jenis kesenian. Kesenian tersebut berawal dan lahir dari kebudayaan nenek moyang terdahulu, sehingga kesenian tersebut hidup secara turun temurun.

Di daerah Jawa Barat, khusunya di Kabupaten Bandung Barat. terdapat berbagai Kesenian. Kesenian tersebut diantaranya, kesenian angklung, karindingan, dan beragam kesenian lainnya. Sementara itu, di daerah Bandung khususnya Lembang, terdapat salah satu kesenian yang sudah jarang dipertunjukan yaitu kesenian pantun. yang terletak di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan.

Desa Cikahuripan yang berada di Kecamatan Lembang adalah salah satu daerah yang terletak di bagian Utara dari Kabupaten Bandung Barat dan saat ini Lembang menjadi salah satu objek wisata dan keaneka ragaman budaya karena pemandangan dan panorama yang indah. sehingga banyak sekali wisatawan dan turis lokal maupun asing yang datang ke daerah Lembang.

Tinggi rata-rata wilayah Lembang berada pada 500-700 M dari permukaan laut. Batas-batas wilayah Desa Cikahuripan, yaitu sebelah utara yang berbatasan dengan Desa Cisaroni, sebelah timur dengan Desa Jayagiri, sebelah barat dengan Kecamatan Parongpong, sedangkan sebelah selatan dengan Desa Manoko. Mayoritas masyarakat dan penduduk di Desa Cikahuripan yaitu beragama Islam dan bermata pencaharian sebagai petani, peternak dan lain sebagainya.

Kesenian yang hidup di lingkungan Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang ialah kesenian pantun. Sebelumnya kesenian tersebut hidup di daerah Bogor sejak abad 15. Namun seiring perkembangan zaman kesenian pantun telah


(11)

2

tersebar ke seluruh kawasan di Jawa Barat sekitarnya, khususnya di daerah Lembang.

Di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan terdapat sebuah organisasi atau perkumpulan kesenian pantun yang sudah cukup lama berdiri yang bernama Medal Pusaka Wangi. Organisasi ini telah berdiri pada tahun 1985 dan disahkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat pada tanggal 27 Februari 2001. Organisasi ini sudah berdiri kurang lebih 28 tahun lamanya.

Selain itu bila dilihat dari struktur pertunjukannya. Kesenian pantun, menurut peneliti memiliki salah satu hal yang unik. Kesenian pantun merupakan kesenian campuran antara cerita, sastra, narasi, dialog dan musik. Jadi, pertunjukan kesenian pantun tersebut tidak hanya dapat dinikmati dari unsur musiknya saja. Akan tetapi, perlunya audience (penonton), untuk menonton dan menyaksikan secara langsung pertunjukan kesenian pantun tersebut. Oleh karena itu, kesenian pantun ini menjadi salah satu hal yang menarik untuk di teliti lebih lanjut.

Kelestarian Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi saat ini hampir terlupakan. Bisa kita lihat dari salah satu tokoh masyarakat yang bernama Pak Ondo Sutisna. Dahulu ia berprofesi sebagai seorang juru pantun ternama di daerah Lembang. Sedangkan pada saat ini beliau hanya menggunakan keahlian berpantunnya di jalanan, yang lebih akrab disebut dengan pengamen. Mungkin itu terjadi karena pemerintah yang belum sempat melihat potensi kesenian pantun yang ada di pelosok desa seperti di daerah Pak Ondo. Yaitu Desa Cikahuripan.

Secara tidak sadar begitu disayangkan kesenian pantun seperti ini terlupakan, karena mungkin tidak semua orang dapat berpantun seperti yang dilakukan oleh Pak Ondo. Mungkin pemerintah dapat membina kesenian pantun Medal Pusaka wangi dengan cara mendirikan fasilitas seperti sanggar dan paguyuban, dan dapat kita pastikan kesenian pantun ini dapat dilestarikan kembali.


(12)

3

Dari uraian di atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian terhadap kesenian tradisional yang ada di desa Cikahuripan ialah kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi. Adapun judul yang peneliti ambil dalam penelitian ini adalah “Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari apa yang telah dipaparkan dalam judul “Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat” maka peneliti mengemukakan rumusan masalah dengan beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana fungsi Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi bagi masyarakat Desa Cikahuripan?

2. Bagaimana fungsi waditra kacapi pada Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi?

3. Bagaimana struktur pertunjukan Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa di Jawa Barat, Memiliki Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi yang merupakan kesenian Budaya turun temurun dari zaman kerajaan hingga saat ini yang hampir terlupakan. karena tidak adanya penerus Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi, Oleh karena itu peneliti mencoba meneliti lebih dalam tentang Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi sehingga masyarakat lebih mengenali kesenian tersebut


(13)

4

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus Penelitian ini, adalah untuk menjawab dan mendeskripsikan tentang:

a. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kesenin Pantun Medal Pusaka Wangi di Desa Cikahuripan.

b. Untuk mengetahui peranan waditra kacapi dalam kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi di Desa Cikahuripan.

c. Untuk Mengetahui struktur pertunjukan kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi di Desa Cikahuripan.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu yang sedang diteliti dan pada pihak-pihak yang terkait. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Peneliti

Menambah wawasan peneliti menjadi semakin luas tentang kesenian dan kebudayaan yang ada di Jawa Barat.

2. Guru Seni budaya/Lembaga yang diteliti

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada para Guru Seni Budaya/Seni Musik untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebudayaan kesenian yang ada pada zaman dahulu khususnya di daerah Jawa Barat

3. Bagi Prodi Pendidikan Seni musik.

Melalui penelitian ini bagi Jurusan Pendidikan Seni Musik memilki dokumentasi tentang bagaimana proses terjadinya kesenian tersebut dan latar belakang terbentuknya kesenian tersebut.


(14)

5

E. Struktur organisasi skripsi

Struktur organisasi dalam penelitian ini terbagi ke dalam Lima (5) Bab, yaitu:

1. Bab I : Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II : Kajian Pustaka

Pada Bab ini di paparkan landasan teoritik dalam analisis temuan yang mencakup teori-teori yang berhubungan dengan Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi.

3. Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini di jelaskan mengenai metode penelitian yang memuat beberapa komponen yaitu: instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolaha data dan langkah-langkah penelitian.

4. Bab IV : Hasil Penelitian dan pembahasan

Pada bab ini di dalamnya berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan serta hasil temuan pada Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi.

5. Bab V : Kesimpulan dan Rekomendasi

Pada bab ini di dalamnya berisi tentang penafsiran dan pemaknaan hasil temuan dilapangan yang dipaparkan dalam bentuk kesimpulan dan Rekomendasi setelah mengolah dan menganalisis data.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian di atas, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi. Maka metode yang dianggap paling tepat untuk menggali seluruh paparan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Deskriftif analitik adalah metode yang bisa digunakan dalam memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun data, menganalisis data, dan menafsirkan data. Dalam hal ini Arikunto (1993:130), menyebutkan bahwa:

Penelitian yang menggunakan metode deskriftif bukan penelitian yang akan menguji hipotesis, tapi untuk menggambarkan apa-apa yang terdapat pada salah satu variable. Memang ada dalam variable ini yang ingin membuktikan hipotesis,tapi hal ini tidak lazim dilakukan. Oleh sebab itu, penelitian deskriftif umumnya bukan untuk menguji hipotesis.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi yang ada di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tepatnya di rumah milik pak Ondo Sutisna. Desa Cikahuripan terletak di bagian utara dari Kabupaten Bandung Barat. Di desa ini rata-rata masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar daerah di desa ini memiliki tanah yang subur dan sangat cocok untuk bertani dan berladang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menggali dan mendapatkan berbagai data yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan penelitian. Cara-cara yang digunakan dalam menjaring berbagai data yang dilakukan tersebut biasanya dirancang dan disusun dengan baik, sehingga benar–benar tepat dan baik, sesuai dengan yang


(16)

13

diinginkan. Namun demikian, keberhasilan suatu penelitian itu pun sangat bergantung pula kepada instrument yang digunakan, yaitu :

1. Observasi

Dalam penelitian ini, salah satu instrument pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan tindakan observasi ke lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan sebagai studi pendahuluan untuk mengenal, mengamati dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, baik pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Peneliti datang ke lokasi secara langsung untuk mengamati dan mencatat data yang diperoleh dari lokasi penelitian kemudian mengidentifikasi masalah yang akan diteliti.

Adapun observasi yang dilakukan, adalah di kediaman Pak Ondo Sutisna yang kini tinggal di Kampung Sukalaksana desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan sebanyak 3 kali. Peneltian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini ialah mengapresiasi pertunjukan kesenian pantun untuk selanjutnya diolah hingga menghasilkan sebuah kesimpulan penelitian.

Observasi pertama dilakukan pada tanggal 2 februari 2013 yaitu melihat lokasi dimana kesenian pantun tersebut berada, selain itu juga penelti berkenalan secara langsung dengan Pak Ondo Sutisna selaku narasumber sekaligus pimpinan dari Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi dari pukul 13:00 sampai dengan 16:00 WIB, dan meminta izin kepada Kepala Desa Cikahuripan untuk melakukan kegiatan observasi dan penelitian di tempat tersebut.

Observasi kedua dilakukan pada tanggal 12 maret 2013 mempersiapkan tanggal dan acara pertunjukan kesenian pantun di Desa Cikahuripan kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, di kediam Pak Ondo yaitu di waktu senggang yakni antara pukul 12:00 sampai dengan 17:00, hal ini dilaksanakan agar tidak mengganggu aktifitas para nayaga kesenian pantun yang bermata pencaharian sebagai peternak dan petani.

Observasi yang ketiga dilakukan pada tanggal 21 oktober 2013. Mengamati secara langsung struktur pertunjukan dari awal hingga akhir. Pertunjukan itu dimulai


(17)

14

pada pukul 20:00 WIB sampai dengan 23:00 WIB di kediaman Pak Ondo Sutisna di Desa Cikahuripan kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat.

2. Wawancara

Selain kegiatan observasi dalam pengumpulan data penelitian ini, peneliti juga melakukan kegiatan wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan data pendukung mengenai masalah yang diteliti. Untuk melengkapi penulisan, pembahasan hasil penelitian sebagai bahan acuan dengan cara memberikan berbagai pertanyaan.

Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini, memiliki dua cara yaitu terencana dan tidak terencana. Teknik wawancara terencana yaitu teknik wawancara yang terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua wawancara yang diwawancarai diberi pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan kata yang disusun sedemikian rupa. Sedangkan wawancara yang tidak terencana adalah wawancara yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya seperti daftar yang diurut dan harus dipatuhi oleh peneliti.

Secara langsung untuk memperoleh data dari para informan yang berkenaan dengan permasalahan yang penulis temukan dalam objek yang akan diteliti atau narasumber yang dapat mewakilinya untuk melengkapi. Data-data yang telah ada dan informasi tersebut dapat diperoleh dari objek tertentu atau dari masyarakat yang bersangkutan. Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh kelengkapan dan kejelasan informasi serta sebagaimana subjek penelitian memandang sesuatu menurut persepektif pengalaman atau perasaan dan realita kehidupan masa kini.

Instrument yang digunakan adalah peneliti sendiri dengan berpegang pedoman wawancara yang telah di siapkan sebelumnya. Orang yang diwawancarai peneliti adalah:

a. Pimpinan organisasi kesenian pantun medal pusaka wangi Pak ondo sutisna. b. Pemain piul organisasi kesenian pantun medal pusaka wang yaitu pak Ena


(18)

15

c. Tokoh masyarakat di desa cikahuripan kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pak Anda.

Kegiatan wawancara ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu. pertama tanggal 2 Februari 2013 kedua tanggal 12 Maret 2013, sedangkan yang ketiga dilakukan tanggal 21 Oktober 2013.

Adapun kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti ialah: Wawancara yang pertama dilakukan oleh peneliti kepada narasumber dan sekaligus ketua Organisasi dan grup Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi yaitu Pak Ondo Sutisna tentang bagaimana sejarah dan perkembangan Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Yang kedua kegiatan wawancara ini dilakukan kepada seorang pemain kacapi di Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi yaitu Pak Yayan Maryana tentang bagaimana pernanan waditra kacapi pada Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi. Serta wawancara yang ketiga sekaligus yang terakhir, yaitu kepada tokoh masyarakat di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Pak Anda, tentang bagaimana perkembangan dan fungsi Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi di Desa Cikahuripan. Media penelitian yang digunakan ialah alat tulis, media, rekaman dan kamera digital.

3. Studi Literatur

Studi ini dimaksudkan untuk mempelajari berbagai sumber kepustakaan yang ada, buku-buku maupun media bacaan lainnya yang berguna dan membantu dalam mecari informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Sumber-sumber yang dijadikan liteatur pada penelitian yang penulis lakukan adalah sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dari data di lapangan dan hasil wawancara.


(19)

16

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data yang berbentuk fisik seperti audio, foto dan video. Pertunjukan kesenian pantun ini didokumentasikan dengan foto dan video. Dari semua data yang didapat peneliti mempergunakan data tersebut untuk keterangan yang nyata untuk diolah. Alat bantu yang digunakan adalah kamera digital yang dipergunakan dari bulan Februari 2013. Dokumentasi yang dilakukan pada saat penelitian diantaranya mengambil gambar sasajen, seperti makanan, kopi, padudan dan para nayaga kesenian pantun. Video digunakan peneliti pada saat observasi untuk merekam pertunjukan kesenian pantun. Hasil video digunkanan untuk proses penelitian. Dari semua data yang didapat dipergunakan untuk keterangan nyata dan diolah menjadi suatu karya ilmiah.

D. Teknik pengolahan data

Pengolahan data dalam penelitian kualitatif adalah suatu proses pengolahan data setelah semua data terkumpul seperti, catatan rekaman audio video dan gambar-gambar. Selanjutnya, dilakukan tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut.

1. Mengelompokan dan mengumpulkan data-data berdasarkan jenis data dan hasil penelitian.

2. Melakukan penyesuaian dan perbandingan antara hasil data yang di dapat dari lapangan dengan literartur yang diperoleh, sebagai bahan kesimpulan penelitian. 3. Mendeskripsikan hasil penelitian berupa kesimpulan dari pengolahan data dalam

bentuk laporan dan tulisan.

E. Definisi Operasional 1. Kesenian Tradisional

Kesenian tradisional terbentuk dari budaya masyarakat pada zaman dahulu serta terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh generasi penerusnya. Seperti yang diungkap oleh yoeti O.K. (1985:2) bahwa:


(20)

17

seni budaya tradisional adalah seni budaya yang sejak lama turun temurun telah hidup dan berkembang pada suatu daerah tertentu. Penjelasan tersebut menunjukan bahwa yang menjadi ciri kesenian tradisional adalah adanya sistem pewarisan yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

2. Kesenian Pantun

Kesenian pantun sangat familiar dengan masyarakat Jawa Barat. Hal itu dapat dibuktikan dengan perkembangan kesenian tersebut hingga dapat bertahan sampai saat ini. Pengertian pantun sendiri dalam kamus umum bahasa Sunda adalah ‘bahasa ‘dangding” (puisi) anu tungtung jajarana di wangun ku kecap-kecap anu murwakanti”. (1980:357).

Dilihat dari segi unsur-unsurnya, seni pantun terdiri dari dua unsur di dalamnya, yaitu unsur sastra dan unsur musik. Kedua unsur tersebut menyatu dalam suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, salah seorang sastrawan terkenal Ajip Rosidi (1973:1) mengungkapkan bahwa ”Kesenian pantun ialah cerita yang dibawakan oleh juru pantun dengan diiringi petikan kacapi, kadang-kadang juga diiringi dengan alat musik tarawangsa”.

Selain pengertian yang diungkapkan oleh Ajip Rosidi tersebut di atas, Iskandar Wasid juga menjelaskan tetntang pengertian pantun secara lebih luas Menurut Iskandar Wasid (1994:102) pantun adalah:

Cerita yang biasa dilakonkan oleh juru pantun dalam pergelaran ritual. Berdasarkan kebiasaan-kebiasaan pergelaran pantun yang dilaksanakan pada malam hari, cerita yang dilakonkannya pun umumnya panjang bahkan ada cerita pantun yang tamat dalam tiga hari. Berdasarkan medianya pantun dapat tergolong pada sastra lisan. Hal inilah yang mengakibatkan timbulnya versi-versi dalam cerita pantun. Berdasarkan bentuknya pantun merupakan bentuk aturan (ugeran) atau bentuk puisi bercampur dengan bentuk prosa, yang diceritakan ditembangkan.

3. Medal Pusaka Wangi

Medal Pusala Wangi adalah suatu organisasi kesenian pantun yang berda di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Kesenian pantun tersebut di Pimpin langsung oleh


(21)

18

Mbah Ondo Sutisna. Kesenian tersebut sudah hidup dan berkembang di daerah lembang 28 tahun lamanya.

F. Prosedur pengolahan data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal penelitian, selama penelitian serta pada akhir penelitian. Hal tersebut dinyatakan oleh Nasution (1996:129) bahwa ”dalam penelitian kualitatif analisis data harus di mulai sejak awal. Tahap analisis data menurut Nasution (1996:129) adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses analisa data yang dilakukan untuk mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitik beratkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduski data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi data memberikan gambaran lebih rinci.

2. Display data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Pengambilan kesimpulan

Verifikasi data merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk memberikan makna terhadap data di lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data.

G. Langkah-langkah penelitian

Rancangan penggarapan dalam penelitian ini mencakup empat bagian yakni ; tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap penyusunan laporan.


(22)

19

1. Tahap persiapan

Langkah-langkah yang di tempuh dalam tahapan persiapan meliputi: a. Mengajukan usulan judul penelitian

b. Melaksanakan studi literartur c. Menyusun rencana penelitian 2. Tahap pengumpulan data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah:

a. Meneliti struktur yang ada pada cerita pantun tersebut termasuk: lagu – lagu, fungsi instrument kacapi, dan cara penyajiannya.

b. Mengklasifikasikan struktur tersebut berdasarkan kebutuhan penelitian, sebagaimana yang termasuk di atas.

3. Tahap pengolahan data

Langkah-langkah yang ditemukan dalam mengolah data meliputi a. Mengkaji kembali data yang sudah terkumpul dari lapangan. b. Penyusunan dan pemilahan data-data yang sudah terkumpul. 4. Tahap menyusun laporan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari semua data yang telah diolah dan dianalisis kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk laporan hasil penelitian yang biasa disebut dengan skripsi

H. Instrument penelitian

Instrument pada penelitian Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi ini mengacu kepada dua unsur dalam instrument penelitian yaitu:

1. Pedoman Observasi

Observasi bertujuan sebagai studi pendahuluan untuk mengenal, mengamati dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, baik pengamatan secara langsung maupun tidak langsung.


(23)

20

Wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan data pendukung mengenai masalah yang sedang diteliti. Untuk melengkapi penulisan, pembahasan hasil penelitian sebagai bahan acuan dengan cara memberikan berbagai pertanyaan.


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan yang ada di lapangan mengenai Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Terdapat beberapa hal yang ingin peneliti simpulkan, diantaranya:

Fungsi Kesenian Pantun di masyarakat Desa Cikahuripan ialah sebagai media komunikasi yang mengandung pesan moral untuk berbagai kalangan masyarakat di Desa Cikahuipan. Pada zaman dulu media komunikasi seperti televisi, dan radio belum ada. Pada saat ini perkembangan teknologi dan media komunikasi sangat berpengaruh terhadap fungsi kesenian pantun di Kampung Sukalaksana Desa Cikahuripan. Kesenian pantun mengalami berbagai perubahan aspek serta makna. Baik dari segi pertunjukannya ataupun dari segi kesenian pantun itu sendiri. Dapat dilihat dari pertunjukan pantun yang pada mulanya pertunjukan pantun ini dilaksanakan setiap tahun sebagai persembahan kepada Dewi Sri. Namun, pada saat ini kesenian pantun telah dijadikan sebagai sarana hiburan.

Peranan kacapi pada Kesenian Pantun ialah sebagai pengiring sekar sekaligus juga untuk memberikan nuansa adgegang pada setiap bagian pertunjukan kesenian pantun. Waditra pengiring pada kesenian pantun terdiri dari dua waditra yaitu kacapi siter dan piul. Terdapat dua pola tabuhan kacapi pada pertunjukan kesenian pantun, yang pertama adalah pola tabuhan kacapi pemberi standar nada untuk sekar, dan yang kedua tabuhan kacapi sebagai pengiring.

Struktur pertunjukan kesenian pantun terbagi menjadi tiga bagian yaitu pembukaan, pertunjukan inti dan penutup. Pada pelaksanaannya, pertunjukan kesenian pantun dimulai dengan sambutan dan pengucapan do’a oleh para pemain kesenian pantun. Pada bagian-bagian pertunjukan pantun, pembukaan terdiri dari pembaca do’a, rajah pamuka, pangambatan, dan bangbalikan. Pertunjukan inti terdiri dari mangkat lakon dan lagu dalam selingan. Yang terakhir rajah pamunah sebagai penutup pertunjukan Kesenian Pantun.


(25)

57

B. Rekomendasi

Peneliti merasa kesenian pantun ini merupakan hasil budaya yang seharusnya dapat terus dan dilestarikan oleh masyarakat. Pada saat ini kehidupan Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi masih digarap oleh senimannya. Namun, frekuensi pertunjukannya tergolong langka. Selain itu, kehidupannya pun tidak terlalu diperhatikan oleh instransi pemerintahan desa setempat maupun dalam tatanan hidup di masyarakatnya. Untuk itu, rekomendasi peneliti untuk keberlangsungan kesenian pantun medal pusaka wangi adalah:

1. Alangkah lebih baiknya apabila seniman memperhatikan kehidupannya dengan meningkatkan apresiasi, sehingga masyarakat dapat memaknai kesenian pantun. Setidaknya dengan upaya pelestarian nilai-nilai tradisional, diharapkan mampu menjaga kelestariannya untuk mengurangi kepunahan kesenian tersebut.

2. Pemerintahan Desa Cikahuripan seharusnya memberikan perhatian atas tumbuh dan berlangsungnya kehidupan Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi dengan langkah-langkah nyata.

Dengan selesainya seluruh laporan penelitian ini, bukan berarti tuntasnya segala permasalahan Kesenian Pantun Medal Pusaka Wangi. Untuk lebih meningkatkan kesempurnaan, perlu dilaksanakannya penelitian lebih lanjut terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam kesenian pantun ini. Laporan penelitian ini jauh dari kata sempurna dengan segala keterbatasan penulis. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi mengenai kesenian pantun.


(26)

LAMPIRAN 1

Daftar pertanyaan

1. Bagaimana awal terbentuknya kesenian pantun medal pusaka wangi? 2. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya organisasi ini?

3. Sejak kapan dan sejarahnya bagaimana? 4. Apa yang dimaksud kesenian pantun?

5. Bagaimana struktur penyajian kesenian pantun? 6. Ada berapa pemain dalam kesenian pantun? 7. Suka duka menjadi pemain kesenian pantun?


(27)

LAMPIRAN 2

Cerita pantun malang sari tejamantri

Di nagara gunung gurubuh babakan bale salaka ratu Munding Kawati Prameswari Padmawati meiliki anak Malang sari tejamantri dan tunjung Campaka. Malangsari Tejamantri berniat berguru ilmu di kampung mandala ayu. Perjalanan menuju kampung tersebut diantar oleh patih kerajaan, para punggawa, dan lengser. Perjalanan menuju kampung mandala ayu melewati leuweung (hutan) ganggong sima gong-gong tempatna maung jeng bagong. Singkat cerita, Malangsari Tejamantri beserta patih dan lengser tiba di kampung mandala ayu dan diterima maksud kedatangannya oleh para ulama dan para santri di mandala ayu. Lengser dan patih kerajaan pun kembali ke keraton meninggalkan Malang Sari Tejamantri di kampong madala ayu.

Sementara itu, di nagara kuta ireng , ratu Tubagus Jaya Kusuma ingin meiliki Prameswari dan berniat melamar Tunjungan Cempaka. Para patih dan para ponggawa kerajaan kuta ireng, di utus Tubagus Jaya kusuma untuk memberikan surat lamaran menuju nagara gunung gurubuh Babakan Bale Salak. Singkat cerita, lamaran Tubagus Jaya Kusuma diterima oleh Tunjung Cempaka. Perkawinan pun terjadi, nagara gunung gurubuh Babakan Bale Salaka mengadakan pesta perkawinan yang dilaksanakan selama tujuh hari tujuh malam.

Sementara itu, Sangian Jaya Lengakara di nagara karang kajinan mendengar berita pesta perkawinan Tunjung Campaka di nagara Gunung Gurubuh Babakan Bale


(28)

Salaka. Ia merasa di perlakukan tidak adil oleh ratu Munding Kawati, karena ia pernah melamar Tunjung Campaka dan ditolak lamarannya oleh Munding Kawati Karena Tunjung Campaka tidak mencintai Jaya Lengkara. Karena sakit hati, sangiang jaya lengkara berniat menggagalkan perkawinan Tunjung Campaka dan Tubagus Jaya Kusuma dengan cara menculik Tunjung Campaka. Untuk menggagalkan perkawinan itu, Sangiag Jaya Lengkara minta bantuan kepada Kelang Gading dan Kelang Sangara yang berada di nagara Kuta Siluman. Usaha tersebut dilakukan dengan cara halus, karena mereka tidak berani perang tanding secara fisik.

Sangiang Jaya Lengkara, Kelang Gading, dan Kelang Sangara pergi ke Pasir Ipis Pangipingan pasir dampak pangapakan Pasir Tulang Pamoyanan untuk merubah mereka menjadi heulang ruyuk (elang) sakembaran. Setelah mereka berubah wujud, kemudian pergi menuju nagara Gunung Gurubuh Babakan Bale Salaka dan hinggap di pangkuan tunjung campak. Usaha tersebut tidak berhasil, karena Tubagus Jaya Kusuma mengetahui gelagat yang tidak baik. Akhirnya burung elang tersebut ditangkap oleh Tubagus Jaya Kusuma, kemudian dibantingkan pada beusi wulung dan mereka pun berubah menjadi wujud aslinya.

Takut perang tanding, kemudian sangiang jaya lengkara, kelang gading, dan kelang Sangara kembali ke pasir ipis pangipingan pasir dempak pangapakan pasir tulang pamoyan untuk merubah mereka menjadi ucing cantil sakembaran , usaha ini pun tidak berhasill, tubagus jaya kusuma membantingkan mereka pada beusi wulung. Akhirnya, mereka kembali ke pasir ipis pangiping pasir dempak panagapakan pasir tulang pamoyanan untuk menjadi angin puyuh lilimbungan. nagara Gunung Gurubuh


(29)

babakan bale salaka pun porak poranda oleh angin puyuh tersebut, namun usaha itu pun gagal oleh Azimat Karembong Cinda Wulung. Setelah mengalami kegagalan, mereka menggunakan ajian sireup, semua orang yang berada di Gunung Gurubuh Babakan Bale salaka dalam pesta perkawinan tertidur pulas, tetapi, Tubagus Jaya Kusuma terbangun dari tidurnya, dan melihat semua orang tertidur. Dan melihat keanehan tersebut, ia segera menyembunyikan tunjung cempaka, kemudian digantikan oleh Jimaat Tampolong Kancana yang mempunyai tunjung cempaka. Mereka pun berhasil menyulik tunjung cempaka tiruan, kemudian dibawa ke Nagara kuta siluman. Singkat cerita, mereka mengetahui bahwa yang diculik adalah tiruan tunjung campaka. Merasa ditipu, mereka pun kembali menggunakan ajian sirep. Kali ini, usaha menculik tanjung campaka berhasil. Sangiang jaya lengkara meminta tunjung campaka menjadi isterinya, apabila tidak bersedia diperistikan ia akan binasa. Tunjung campaka mengajukan syarat, ia rela dipersunting asal dipenjara dengan tujuh lapis besi. Permintaan tersebut dikabulkan , tunjung campaka di penjara dengan tujuh lapis besi.

Sementara itu, Malang Sari tejamantri yang sedang berguru ilmu di mandala ayu mendapat firasat, bahwa terjadi kekacauan di Nagara gurung gurubuh babakan bale salaka, datanglah suara dari khayangan bahwa d Nagara gunung gurubuh Babakan Bale Salaka terjadi kekacauan, adiknya tunjung campaka yang telah dipersunting tubagus jaya kusuma diculik oleh Sangiang Jaya Lengakara, kelang gading, dan kelang sagara di Negara kuta siluman. Hanya Malang Sari lah yang dapat menyelamatkan sang adik Tunjung Campaka.


(30)

Kemudian, Malang sari tejamantri menmyamar menjadi kakek kakek bagus cotom singa leom dan pergi menuju kerajaan Kuta Siluman para ponggawa kerajaan menjegal Malang Sari Tejamantri yang menyamar menjadi kakek-kakek, terjadilah peperangan di nagara kuta siluman. Semua prajurit kalah oleh Malang Sari, ia berhasil menuju tempat Tunjung Campaka di penjara tujuh lapis bes. Akhirnyaa, Malang Sari Tejamantri membebaskan tunjung campaka dan berhasil membawa pulang Tunjung Campaka dan berhasil membawa pulang tunjung campaka ke Negara Gunung Gurubuh Babakan Bale Salaka.


(31)

LAMPIRAN 3

BIODATA NARASUMBER

A. Identitas Nara Sumber 1. Nara Sumber Pertama

Nama : Ondo Sutisna.

Usia : 79 Tahun

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 30 Mei 1934

Alamat : Kp Sukalaksana Desa cikahuripan

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Rt 01/Rw 06

Bidang keahlian dalam

Group Calung Gending Sari : Juru pantun sekaligus pemain kacapi Pekerjaan : Ketua Organisasi kesenian Pantun Medal


(32)

2. Nara Sumber Kedua

Nama : Ena Sumpena

Usia : 64 Tahun

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 01 Desember 1949

Alamat : Kp cikidang desa langensari kecamatan Lembang kabupaten bandung barat RT 02/Rw 05

Bidang keahlian dalam

Group Calung Gending Sari : Pemain Piul di kesenian pantun medal pusaka wangi.


(33)

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama :Angga Purwantara

Jenis Kelamin :Laki-laki

Tempat & Tgl lahir :Bandung, 3 januari 1991

Alamat Asal :Perum Bumi Babakan Damai Jalan Paus Blok B10 no 11 desa Babakan kecamatan Cisaat kabupaten Sukabumi Pendidikan :SD Negeri Pasir Ipis lulus tahun 2003

SMP Negeri 3 Lembang lulus tahun 2005 SMA Negeri 1 Cisaat lulus tahun 2009 UPI jurusan Pendidikan Seni Musik


(34)

B. Identitas Keluarga

Nama Ayah :Dede Suwarman

Nama Ibu :Siti Rohaeti Aminah

Nama Anak :1. Angga Purwantara


(1)

babakan bale salaka pun porak poranda oleh angin puyuh tersebut, namun usaha itu pun gagal oleh Azimat Karembong Cinda Wulung. Setelah mengalami kegagalan, mereka menggunakan ajian sireup, semua orang yang berada di Gunung Gurubuh Babakan Bale salaka dalam pesta perkawinan tertidur pulas, tetapi, Tubagus Jaya Kusuma terbangun dari tidurnya, dan melihat semua orang tertidur. Dan melihat keanehan tersebut, ia segera menyembunyikan tunjung cempaka, kemudian digantikan oleh Jimaat Tampolong Kancana yang mempunyai tunjung cempaka. Mereka pun berhasil menyulik tunjung cempaka tiruan, kemudian dibawa ke Nagara kuta siluman. Singkat cerita, mereka mengetahui bahwa yang diculik adalah tiruan tunjung campaka. Merasa ditipu, mereka pun kembali menggunakan ajian sirep. Kali ini, usaha menculik tanjung campaka berhasil. Sangiang jaya lengkara meminta tunjung campaka menjadi isterinya, apabila tidak bersedia diperistikan ia akan binasa. Tunjung campaka mengajukan syarat, ia rela dipersunting asal dipenjara dengan tujuh lapis besi. Permintaan tersebut dikabulkan , tunjung campaka di penjara dengan tujuh lapis besi.

Sementara itu, Malang Sari tejamantri yang sedang berguru ilmu di mandala ayu mendapat firasat, bahwa terjadi kekacauan di Nagara gurung gurubuh babakan bale salaka, datanglah suara dari khayangan bahwa d Nagara gunung gurubuh Babakan Bale Salaka terjadi kekacauan, adiknya tunjung campaka yang telah dipersunting tubagus jaya kusuma diculik oleh Sangiang Jaya Lengakara, kelang gading, dan kelang sagara di Negara kuta siluman. Hanya Malang Sari lah yang dapat


(2)

Kemudian, Malang sari tejamantri menmyamar menjadi kakek kakek bagus cotom singa leom dan pergi menuju kerajaan Kuta Siluman para ponggawa kerajaan menjegal Malang Sari Tejamantri yang menyamar menjadi kakek-kakek, terjadilah peperangan di nagara kuta siluman. Semua prajurit kalah oleh Malang Sari, ia berhasil menuju tempat Tunjung Campaka di penjara tujuh lapis bes. Akhirnyaa, Malang Sari Tejamantri membebaskan tunjung campaka dan berhasil membawa pulang Tunjung Campaka dan berhasil membawa pulang tunjung campaka ke Negara Gunung Gurubuh Babakan Bale Salaka.


(3)

LAMPIRAN 3

BIODATA NARASUMBER

A. Identitas Nara Sumber

1. Nara Sumber Pertama

Nama : Ondo Sutisna.

Usia : 79 Tahun

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 30 Mei 1934

Alamat : Kp Sukalaksana Desa cikahuripan

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Rt 01/Rw 06

Bidang keahlian dalam

Group Calung Gending Sari : Juru pantun sekaligus pemain kacapi Pekerjaan : Ketua Organisasi kesenian Pantun Medal


(4)

2. Nara Sumber Kedua

Nama : Ena Sumpena

Usia : 64 Tahun

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 01 Desember 1949

Alamat : Kp cikidang desa langensari kecamatan Lembang kabupaten bandung barat RT 02/Rw 05

Bidang keahlian dalam

Group Calung Gending Sari : Pemain Piul di kesenian pantun medal pusaka wangi.


(5)

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama :Angga Purwantara

Jenis Kelamin :Laki-laki

Tempat & Tgl lahir :Bandung, 3 januari 1991

Alamat Asal :Perum Bumi Babakan Damai Jalan Paus Blok B10 no 11

desa Babakan kecamatan Cisaat kabupaten Sukabumi

Pendidikan :SD Negeri Pasir Ipis lulus tahun 2003

SMP Negeri 3 Lembang lulus tahun 2005 SMA Negeri 1 Cisaat lulus tahun 2009 UPI jurusan Pendidikan Seni Musik


(6)

B. Identitas Keluarga

Nama Ayah :Dede Suwarman

Nama Ibu :Siti Rohaeti Aminah

Nama Anak :1. Angga Purwantara