Dampak ekonomi sosial dan Lingkungan pemanfaatan limbah ternak sapi perah di Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

(1)

DAMPAK EKONOMI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK DI KAMPUNG ARENG

DESA CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN

BANDUNG BARAT

ERLIN RISKA WINDU WULAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Ekonomi Sosial dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah di Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015 Erlin Riska Windu Wulan NIM H44110031


(4)

(5)

ABSTRAK

ERLIN RISKA WINDU WULAN. Dampak Ekonomi Sosial dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.

Indonesia memiliki populasi sapi perah yang cukup besar sehingga berpotensi menimbulkan polusi dari limbah ternak yang dihasilkan. Pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas sebagai energi alternatif adalah solusi untuk permasalahan tersebut. Penelitian ini menganalisis persepsi responden mengenai pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas serta menganalisi dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki penilaian bahwa pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas memiliki manfaat langsung maupun tidak langsung bagi peternak dan masyarakat di sekitar lokasi usahaternak. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peternak dalam pemanfaatan biogas yaitu lama berusahaternak, jumlah ternak, tingkat pendidikan, dan keikutsertaan kelompok ternak. Hasil analisis perbandingan pendapatan diperoleh usahaternak tipe I lebih tinggi dibandingkan usahaternak tipe II dengan selisih pendapatan atas biaya total sebesar Rp 200.970 per bulan. Rata-rata selisih pengeluaran energi usahaternak tipe I dan tipe II sebesar Rp 22.050 per bulan. Dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan biogas antara lain: meningkatkan budaya gotong royong masyarakat dan meningkatkan kinerja kelompok peternak, perubahan kondisi lingkungan sekitar kandang yang lebih bersih, dan berkurangnya pencemaran udara akibat tumpukan kotoran sapi.

Kata Kunci : biogas, dampak ekonomi sosial dan lingkungan, limbah ternak, regresi logistik


(6)

(7)

ABSTRACT

ERLIN RISKA WINDU WULAN. The Impact of Economic, Social and Environment of The Utilization Dairy Cattle Waste in Areng Sub Village, Cibodas Village, Lembang District, West bandung Regency. Supervised by YUSMAN SYAUKAT.

Indonesia has great beef cattle population potentially cause pollution from livestock waste. Utilization of livestock waste into biogas as an alternative energy is a solution. This study analyzed the perception of the respondents about the use of livestock waste into biogas, analyzed the factors that influence the decision of breeders in use livestock waste into biogas, to analyze the changes of energy consumption before and after the use of biogas and energy consumption cost difference between the farmers types I and II, and analyzed the impact of social and environment from the use livestock waste into biogas. The research results show that the majority of respondents have that utilization of livestock waste into biogas have direct and indirect benefit for breeders and community around location. Significant factors that influence th breeders decision to use biogas is long of cattle business, the number of livestock, the level of education , and the participation of the group of cattle. The results showed that the rate of dairy cattle business income type I is higher than type II with the the total value income of Rp 200.970 /month . The difference in the cost of energy consumption between the two types of cattle business Rp 22.050. The social and environment impact from the utilization of livestock waste into biogas are improve cultural cooperation communities, improve the performance of the group of cattle, changes in environmental conditions around the cage cleaner, and reduced air pollution due to a heap of livestock waste.

Keywords : biogas, livestock waste, logistic regression, the impact of economicsocial and environment


(8)

(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DAMPAK EKONOMI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK DI KAMPUNG ARENG

DESA CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN

BANDUNG BARAT

ERLIN RISKA WINDU WULAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(10)

(11)

(12)

(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Dampak Ekonomi Sosial dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak di Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung

Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :

1. Kedua orangtua tercinta Bapak Endang Suwandi (alm) dan Ibu Trisilawati, kakak dan adik (Erwin, Ervin, Ergin, dan Errina), yang telah memberikan doa, dukungan, didikan dan kasih sayang yang tak pernah berhenti kepada penulis. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. selaku dosen pembimbing, terimakasih atas

arahan, dukungan, waktu, kesabaran, ilmu dan pengalaman yang sangat berharga yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan Hastuti, SP, MP, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

4. Prof.Dr.Ir Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing akademik.

5. Dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB .

6. Bapak Entis Sutisna, Ibu Alis dan peternak sapi perah Kampung Areng yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.

7. IbuMartha Swissanto dan suami yang telah memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan

8. Sahabat-sahabat tersayang Santi, Rinda, Denanda, Finda, Iin A, Dina, Vidia, Kiki, Marliana dan Rayyan serta teman-teman ESL 48 yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan kenangan indah selama ini. 9. Sahabat satu bimbingan Gitta, Relita, Tommi, Anis, Campina, Nurul, dan

Aida yang selalu saling menyemangati.

10. Sahabat-sahabat kostan Dena NR, Ika F, Anissa P, dan Anisa K atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan motivasinya.

11. Keluarga Besar Organisasi Mahasiswa Daerah Subang “FOKKUS IPB” yang telah menjadi keluarga kedua selama penulis kuliah di IPB.

12. Keluarga Besar Himpunan Profesi REESA IPB atas segala pangalaman berharga yang di berikan.

.

Bogor, Mei 2015 Erlin Riska Windu Wulan


(14)

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Eksternalitas Limbah Peternakan 7

2.2 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi 7 2.2.1 Dampak terhadap Pendapatan Peternak 7 2.2.2 Dampak terhadap Pengeluaran Energi 8 2.3 Dampak Sosial, dan Lingkungan Pemanfaatan

Limbah Ternak Sapi 8

2.4 Pemanfaatan Limbah Peternakan Untuk Pupuk Organik 9 2.5 Pemanfaatan Limbah Peternakan Untuk Biogas 9

2.6 Penelitian Terdahulu 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN 13

IV. METODE PENELITIAN 15

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15

4.2 Metode Pemilihan Responden 15

4.3 Jenis dan Sumber Data 15

4.4 Metode Analisis Data 16

4.4.1 Analisis Persepsi Responden 17

4.4.2 Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Peternak Memanfaatkan Limbah ternak Menjadi Biogas 17

4.4.3 Analisis Pendapatan 20

4.4.4 Analisis Konsumsi Energi 21

4.4.5 Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan

Limbah Ternak Sapi Perah 22

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23

5.1 Kondisi Umum Desa Cibodas 23

5.1.1 Letak Geografi dan Tofografi 23

5.1.2 Keadaan Lahan dan Jenis Penggunaannya 23 5.1.3 Potensi Sumberdaya Manusia dan Mata Pencaharian 24

5.2 Karakteristik Umum Responden 24

5.2.1 Jenis Kelamin dan Usia 25

5.2.2 Tingkat Pendidikan 26

5.2.3 Status Kepemilikan Ternak 26


(16)

5.2.5 Lama Usahaternak 26

5.2.6 Jumlah Ternak 26

5.3 Kondisi Usahaternak Sapi Perah di Kampung Areng 27

5.4 Perkembangan Biogas di kampung Areng 27

5.5 Proses Produksi Biogas 28

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 31

6.1 Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak 31 6.1.1 Persepsi Responden Mengenai Biogas 33 6.1.2 Persepsi Responden terhadap Manfaat Biogas 33 6.2 Identifikasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keputusan Peternak

untuk Memanfaatkan Limbah Ternak Menjadi biogas 34

6.2.1 Variabel yang Signifikan 35

6.2.2 Variabel yang tidak Signifikan 36

6.3 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah 37 6.3.1 Analisis Dampak terhadap Pendapatan Peternak 37 6.3.1.1 Penerimaan Usahaternak Tipe I dan Tipe II 37 6.3.1.2 Biaya Usahaternak Tipe I dan Tipe II 41 6.3.1.3 Analisis Pendapatan Usahaternak Tipe Idan

Tipe II 44

6.3.2 Analisis Pengeluaran Energi Responden 45 6.4 Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak

di Kampung Areng 46

6.4.1 Dampak Sosial Pemanfaatan Limbah Ternakdi Kampung

Areng 46

6.4.2 Dampak Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak

di kampung Areng 47

VII. SIMPULAN DAN SARAN 49

7.1 Simpulan 49

7.2 Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 69


(17)

DAFTAR TABEL

1.1 Populasi berbagai ternak di Indonesia tahun 2014 2 1.2 Populasi peternakan sapi menurut kabupaten di Jawa Barat tahun

2013 3

2.1 Komposisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran sapi 9 2.2 Nilai kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain 10

4.1 Matriks analisis data 16

5.1 Luas lahan Desa Cibodas menurut penggunaannya 23 5.2 Potensi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Cibodas 24 5.3 Karakteristik responden peternak di Kampung Areng 25 6.1 Persepsi responden terhadap pemanfaatan limbah ternak menjadi

biogas 32

6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam

memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan regresi logistik 34

6.3 Rata-rata penerimaan peternak tipe I 39

6.4 Rata-rata penerimaan peternak tipe II 40

6.5 Persentase selisih penerimaan usahaternak 40

6.6 Rata-rata biaya peternak tipe I 43

6.7 Rata-rata biaya peternak tipe II 44

6.8 Analisis ekonomi pendapatan usahaternak 45 6.9 Perubahan jumlah konsumsi energi responden 46 6.10 Dampak sosial terhadap perubahan perilaku peternaktipe I dan

tipe II 47

6.11 Dampak lingkungan terhadap perubahan perilaku peternak tipe I

dan tipe II 48

DAFTAR GAMBAR


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi 53

2. Kuesioner penelitian 56

3. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusanpeternak dalam memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan model

regresi logistik 63

4. Tenaga kerja usahaternak tipe I 65

5. Tenagakerja usahaternak tipe II 65

6. Biaya penyusutan alat usahaternak tipe I 66

7. Biaya penyusutan usahaternak tipe II 66

8. Rata-rata pendapatan peternak sapi perah tipe I di Kampung Areng 67 9. Rata-rata pendapatan peternak sapi perah tipe II di Kampung Areng 69


(19)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan salah satu sumberdaya yang memiliki peranan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 2000 hingga 2010 sebesar 1,49 persen pertahun (BPS 2014). Hingga tahun 2015, energi yang digunakan oleh manusia sebagian besar berasal dari energi yang tidak dapat diperbaharui, yaitu energi yang berasal dari fosil mulai dari minyak bumi, gas alam serta batubara. Produksi sumberdaya yang tidak sebanding dengan permintaan, mengakibatkan semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak yang tersedia dialam, sedangkan untuk menghasilkannya kembali diperlukan waktu berjuta-juta tahun lamanya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) tahun 2012, permintaan energi nasional didominasi oleh sektor industri (50,4%), diikuti sektor transportasi (22,0%), rumahtangga (11,0%), komersial (5,1%), lainnya (3,3%) dan non energi (8,2%). Sektor rumahtangga sebagai pengguna energi terbesar ketiga dimana permintaan energinya digunakan untuk kebutuhan akan tenaga listrik (untuk penerangan, pengkondisian ruangan, dan peralatan elektronik lainya) dan energi panas untuk memasak. Kebutuhan energi panas dipenuhi dengan pembakaran BBM (minyak tanah), LPG, gas bumi (untuk beberapa wilayah kota besar) dan kayu bakar (untuk beberapa wilayah pinggiran kota dan pedesaan). Berdasarkan data Kementerian ESDM diperkirakan permintaan energi sektor rumah tangga akan tumbuh rata-rata 4,3% per tahun.

Berdasarkan kondisi tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)yang membahas mengenai diversifikasi energi yaitu penganekaragaman, penyediaan, dan pemanfaatan berbagai sumber energi dalam rangka optimasi penyediaan energi. Saat ini penyediaan energi masih didominasi oleh energi berbahan baku fosil yang merupakan sumber energi yang tidak terbarukan, disisi lain penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih relatif terbatas padahal potensi sumberdaya EBT Indonesia cukup melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan energi nasional. Potensi sumberdaya EBT yang dapat dimanfaatkan di antaranya tenaga air, panas bumi, mini dan mikrohidro, biomassa, tenaga surya, tenaga angin, biofuel, arus laut, nuklir, Coal Bed Methane (CBM), dan batubara.

Penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4% dari total penggunaan energi dan diharapkan pemanfaatan EBT akan mencapai 17% pada tahun 2025 (Pusdatin 2011). Pemanfaatan EBT di Indonesia diharapkan pula dapat mengurangi ketergantungan akan energi fosil sehingga kelestarian alam lebih terjaga dengan penggunaan energi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui.


(20)

Energi tidak dapat dilepaskan dari isu lingkungan yang sedang mengemuka di tataran global saat ini seperti isu pemanasan global dan perubahan iklim. Hal ini dikarenakan sektor energi sangat terkait dengan lingkungan dimana sektor energi dapat memberikan dampak terhadap lingkungan, mulai dari produksi energi sampai dengan pemanfaatan energi semuanya memberikan kontribusi terhadap perubahan lingkungan. Pengembangan energi alternatif terbarukan dan ramah lingkungan merupakan hal yang sangat relevan dengan isu energi dan isu lingkungan saat ini. Salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui adalah biogas.

Energi biogas berasal dari berbagai macam limbah organic, seperti sampah biomassa, kotoran manusia, dan kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobic digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk memanfaatkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Indonesia memiliki potensi mengembangkan biogas karena di samping potensi sumber daya ternak yang besar, sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai penggerak perekonomian.

Indonesia memiliki potensi peternakan yang sangat besar dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Ternak yang diusahakan beraneka ragam, antara lain sapiperah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik, dan sebagainya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan populasi ternak Indonesia tahun 2014.

Tabel 1.1 Populasi berbagai ternak (ribu ekor) di Indonesia tahun 2014

No Jenis Tahun

2013 2014*

1. Sapi Perah 444 483

2. Sapi Potong 12.686 14.703

3. Kerbau 1.110 1.321

4. Kambing 18.500 19.216

5. Domba 14.926 15.716

6. Babi 7.611 7.873

7. Kuda 434 455

8. Ayam Buras 276.777 286.538

9. Ayam Ras Petelur 146.622 154.657

10. Ayam Ras Pedaging 1.344.191 1.481.872

11. Itik 12.015 52.775

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2015) Catatan : *Angka Sementara

Dari data diatas dapat di lihat bahwa setiap jenis ternak mengalami peningkatan populasi dari tahun 2013 ke tahun 2014. Salah satu jenis ternak yang mengalami peningkatan adalah ternak sapi perah. Kegiatan usahaternak sapi perah di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2014, Jawa Timur berada pada urutan pertama dengan jumlah populasi sebanyak 238.867 ekor, kemudian Jawa Barat diurutan kedua sebanyak 124.549 ekor, dan Jawa Tengah berada diurutan ketiga sebanyak 106.171 ekor.


(21)

Jawa Barat sebagai provinsi terbesar kedua populasi sapi perah, memiliki potensi untuk mengembangkan usahaternak sapi perah. Kondisi iklim Jawa Barat cocok untuk kegiatan usahaternak sapi perah di dukung juga oleh budaya masyarakat sunda yang gemar untuk bertani dan beternak. Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat populasi sapi perah terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat kemudian Kabupaten Garut (Tabel 1.2).

Tabel 1.2 Populasi peternakan sapi menurut kabupaten di Jawa Barat tahun 2013.

No Kabupaten Sapi Potong Sapi Perah

1. Bogor 32.967 7.131

2 Sukabumi 16.673 3.705

3. Cianjur 26.582 1.380

4. Bandung 19.531 34.503

5. Garut 30.796 13.375

6. Tasikmalaya 42.841 1.732

7. Ciamis 26.935 266

8. Kuningan 22.957 4.529

9. Cirebon 3.547 136

10. Majalengka 11.843 497

11. Sumedang 38.122 6.021

12. Indramayu 10.044 231

13. Subang 28.816 1.217

14. Purwakarta 13.414 21

15 Karawang 10.861 33

16. Bekasi 21.916 239

17. Bandung Barat 11.982 26.382

Jawa Barat 369.827 101.398

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2014)

Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, wilayah di Kabupaten Bandung Barat yang memiliki populasi sapi perah terbesar adalah Kecamatan Lembang dengan jumlah populasi 15.420 ekor. Tingginya populasi sapi baik sapi potong maupun sapi perah memberikan keuntungan dari tingginya permintaan produk peternakan dan menjadi sumber pendapatan bagi peternak sapi. Seiring dengan bertambahnya populasi ternak dapat menimbulkan pula eksternalitas negatif yaitu limbah kotoran ternak yang dihasilkan dari usahaternak sapi pun semakin meningkat. Limbah kotoran ternak tersebut menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara bagi lingkungan sekitar usahaternak. Beberapa wilayah di Kecamatan Lembang telah memanfaatkan limbah ternak sapi perah menjadi biogas, salah satunya yaitu di wilayah Kampung Areng Desa Cibodas. Pemanfaatan biogas di Kampung Areng digunakan untuk kebutuhan memasak sebagai pengganti gas elpiji, adapun ampas biogas yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pemanfaatan limbah usahaternak sapi perah yang telah melakukan pengolahan kotoran ternak menjadi hasil sampingan yang bernilai ekonomi (pupuk kompos, biogas, dan sumber energi listrik) dengan usahaternak yang belum melakukan pengolahan limbah kotoran ternak (usahaternak non biogas).


(22)

Perbedaan pengelolaan dan pemanfaatan limbah ternak akan menimbulkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan sekitar yang berbeda di antara kedua usahaternak tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Limbah ternak dari usahaternak sapi perah dalam skala besar dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang berdampak pada masyarakat sekitar. Satu ekor sapi dewasa menghasilkan feses rata-rata 25 kg per hari dan jika diakumulasikan dengan jumlah populasi sapi yang ada maka limbah yang dihasilkan akan sangat banyak.Limbah yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah akan mengkontaminasi udara, air, dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Pencemaran pada tanah, limbah ternak dapat melemahkan daya dukung tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Pencemaran pada air, limbah ternak yang dibuang ke sungai dapat menimbulkan pencemaran air dan sumber penyakit, sedangkan pencemaran udara timbul dari gas methan dan gas-gas lain yang terkandung seperti ammonium, hydrogen sulfida, CO2yang menyebabkan efek

rumah kaca (Green House).

Pengolahan dan pemanfaatan limbah yang baik merupakan alternatif yang dapat mengurangi dampak negatif dan memberikan manfaat lain seperti dapat diolah menjadi biogas dan pupuk. Biogas digunakan sebagai energi alternatif ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk memasak sehingga berpengaruh terhadap penggunaan energi peternak terutama konsumsi gas elpiji, sedangkan pupuk digunakan peternak untuk pertanian sehingga mengurangi biaya produksi.

Jumlah peternak sapi perah di Desa Cibodas sekitar 514 orang dengan populasi sapi perah mencapai 2.700 ekor tersebar di 8 kampung, maka setiap hari tersedia sekitar 67,5 ton kotoran sapi (rata-rata 25 kg kotoran/sapi/hari). Berdasarkan potensi yang dimiliki, pada tahun 2013 Desa Cibodas ditargetkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi Desa Mandiri Energi dan Pangan. Berdasarkan target tersebut, warga Desa Cibodas diharapkan dapat memanfaatkan kotoran sapi menjadi sumber energi alternatif (biogas) pengganti BBM dan pupuk organik untuk meningkatkan produksi pertanian. Mayoritas peternak di Desa Cibodas yang telah memanfaatkan limbah ternaknya menjadi biogas dan pupuk organik yaitu berada di Kampung Areng.

Keputusan menggunakan biogas tidak terlepas dari beberapa hal yang dijadikan pertimbangan oleh peternak, sehingga diperlukan analisis untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang signifikan terhadap keputusan peternak untuk menggunakan biogas sehingga berpengaruh terhadap pengembangan biogas di Kampung Areng. Oleh karena itu, penelitian dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pemanfaatan limbah kotoran ternak ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak. Pemanfaatan dan pengolahan limbah kotoran ternak selain dapat memberikan manfaat ekonomi, juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan sosial sekitar usahaternak.

Berdasarkan permasalahan yang ada, aspek yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana persepsi peternak mengenai pemanfaatan limbah kotoran ternak di Kampung Areng?


(23)

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas di Kampung Areng? 3. Bagaimana dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap tingkat

pendapatan peternak dan pengeluaran energi responden di Kampung Areng? 4. Bagaimana kondisi sosial dan lingkungan masyarakat di sekitar lokasi

usahaternak biogas dan usahaternak non biogas di Kampung Areng? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi persepsi peternak mengenai pemanfaatan limbah kotoran ternak di Kampung Areng.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas di Kampung Areng. 3. Membandingkan dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap

pendapatan usahaternak tipe I dan usahaternak tipe II serta membandingkan dampak pemanfaatan tersebut terhadap pengeluaran energi peternak di Kampung Areng.

4. Membandingkan kondisi sosial dan lingkungan masyarakat di sekitar lokasi usahaternak tipe I dan usahaternak tipe II di Kampung Areng.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Bagi peternak, dapat memberikan gambaran mengenai potensi pemanfaatan limbah kotoran sapi perah terhadap kondisi ekonomi sosial dan lingkungan kegiatan usahaternak.

2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan masukan untuk penyusunan kebijakan dalam upaya pengembangan potensi wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan limbah kotoran sapi perah.

3. Bagi pembaca dan peneliti, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dan informasi untuk penelitian selanjutnya yang relevan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Wilayah penelitian hanya meliputi kawasan Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

1. Objek penelitian adalah peternak yang tergabung pada kelompok ternak Mekar Saluyu dan Bakti Saluyu yang menjadi anggota KPSBU (Koperasi Peternak Susu Bandung Utara). Peternak tipe I merupakan peternak yang sudah memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan kepemilikan instalasi biogas yang berasal dari subsidi pemerintah dan peternak tipe II adalah peternak yang belum memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas. 2. Dampak ekonomi dalam penelitian ini dilihat dari tingkat pendapatan pada

kedua tipe usahaternak, perbedaan konsumsi energi (gas elpiji) responden sebelum dan setelah menggunakan biogas, dan selisih konsumsi energi usahaternak sapi perah tipe I dan tipe II.


(24)

3. Dampak sosial dalam penelitian ini adalah hanya melihat perubahan perilaku masyarakat terhadap rutinitas dari kegiatan sebelum dan setelah adanya program pemanfaatan biogas bagi peternak, serta perubahan perilaku masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar energi lainnya seperti: gas elpijidan kayu bakar.

4. Dampak terhadap kondisi lingkungan dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap kondisi lingkungan yang dirasakan masyarakat Kampung Areng akibat pembuangan limbah ternak sebelum dan setelah dimanfaatkan sebagai pupuk dan biogas.


(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Eksternalitas Limbah Peternakan

Eksternalitas adalah pengaruh/dampak/efek samping yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat dari kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak lain. Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externalities) atau merugikan (negative externalities). Masalah eksternalitas umumnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu hak kepemilikan, keberadaan barang publik, keberadaan sumberdaya bersama, ketidaksempurnaan pasar, dan kegagalan pemerintah.

Usahaternak memiliki manfaat sebagai penyedia protein hewani sehingga mendorong meningkatnya populasi ternak dan produktivitas ternak.Peningkatan usahaternak selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif dari limbah yang dihasilkan. Limbah ternak tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,bulu, isi rumen, dan lain-lain. Semakin besar skala usaha peternakan, maka limbah yang dihasilkan akan semakin banyak. Dampak yang ditimbulkan dari banyaknya limbah peternakan akan mengakibatkan rusaknya lingkungan serta terganggunya kesehatan manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk memanfaatkan limbah peternakan untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan.

2.2 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi 2.2.1 Dampak terhadap Pendapatan Peternak

Pendapatan usahaternak sapi perah didapat dari selisih penerimaan usahaternak dengan pengeluaran biaya dalam usahaternak sapi perah. Soekartawi (2002) menyatakan bahwa biaya usahatani diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap karena besarnya tidak dapat dihitung dengan rumus maka sekaligus ditetapkan nilainya saja. Biaya variabel dapat didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Secara matematis pendapatan usahaternak sebagai berikut :

Dimana :

Π = Pendapatan usahaternak sapi perah (Rp) TR = Penerimaan total usahaternak sapi perah (Rp) TC = Biaya total usahaternak sapi perah (Rp) TFC = Totat Fix Cost/ Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost/Total Biaya Variable (Rp)

Faktor-faktor produksi yang diperkirakan berpengaruh dalam menentukan pendapatan dalam pemeliharaan sapi adalah jumlah kepemilikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja. Pendapatan utama peternak diperoleh dari penjualan sapi dan produksi susu, sedangkan pendapatan sekunder diperoleh dari penjualan kotoran dan penjualan pupuk dari ampas biogas.


(26)

2.2.1 Dampak terhadap Pengeluaran Energi

Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang unggul dan mampu menyumbangkan andil untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar rumah tangga (Elizabeth dan Rusdiana 2010). Kegiatan konsumsi dan produksi sehari-hari di masyarakat menyebabkan tingginya penggunaan bahan bakar minyak yang non-renewable yang berasal dari fosil sehingga ketersediaanya di alam menjadi semakin sedikit. Sementara itu limbah peternakan dan pertanian selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan energi alternatif dapat meminimalisasi pencemaran lingkungan, mengantisipasi habisnya ketersediaan kayu bakar dan mengurangi penggunaan BBM dan elpiji.

2.3 Dampak Sosial dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Pengembangan biogas yang berbahan baku kotoran ternak merupakan salah satu alternatif penyediaan energi di tingkat lokal, namun memiliki kontribusi terhadap pengurangan persoalan lingkungan yang bersifat lokal maupun global. Pada tingkat lokal, pengembangan biogas dapat mengurangi terjadinya pencemaran udara dan pencemaran air sungai. Menurut Sudiarto (2008), pada tingkat global, pengembangan biogas memberikan kontribusi dalam mengurangiefek rumah kaca yang dilakukan melalui tiga cara sebagai berikut: a. Biogas menjadi energi yang mensubstitusi atau menggantikan bahan bakar

fosil dimana penggunaan bahan bakar fosil dapat menyumbang gas-gas rumah kaca dalam jumlah yang besar.

b. Metana yang dihasilkan secara alami oleh kotoran ternak yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan karbondioksida. Penggunaan biogas dapat mengkonversi metana menjadi karbondioksida yang lebih rendah efeknya terhadap pemanasan global. Karbondioksida yang dihasilkan pun tidak sebesar karbondioksida yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, dengan demikian, penggunaan biogas dapat mengurangi jumlah metana di udara. c. Dengan lestarinya hutan, maka karbondioksida yang ada di udara akan

diserap oleh hutan sehingga menghasilkan oksigen.

Pemanfaatan limbah peternakan, khususnya kotoran ternak menjadi biogasmendukung konsep zero waste sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramahlingkungan dapat dicapai. Menurut Sudiarto (2008), pengelolaan limbah peternakan yang ramah lingkungan adalah pengelolaan yang tidakberakibat terhadap menurunnya daya dukunglingkungan. Pengelolaan limbah ternak harusdiperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Cara pengelolaannya berkesinambungan.

2. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan limbah dapat menjamin proses berikutnya.

3. Teknologi yang digunakan dapat meningkatkan nilai sumber daya limbah yang dikelola.

4. Dampak negatif akibat pengelolaan limbah dapat dihindari

Menurut Elizabeth dan Rusdiana (2010), manfaat dari sisi sosial kelembagaan adalah terjalinnya sifat sosial dalam kebersamaan dan tenggang rasa antar masyarakat pengguna biogas (umumnya terdiri antar kelompok untuk satu reaktor). Manfaat lainnya yang dapat dirasakan yaitu berfungsinya kelembagaan


(27)

dari hulu (produsen) hingga kelembagaan hilir (konsumen) dan berjalannya kelembagaan kelompok ternak.

2.4 Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Pupuk Organik

Pemanfaatan limbah untuk pembuatan pupuk organik memberikan manfaat yang sangat menguntungkan bagi pihak peternak maupun lingkungan. Pemanfaatan limbah tersebut selain mengurangi dampak pencemaran lingkungan juga dapat bermanfaat dalam menyuburkan tanah pertanian atau pekebunan bahkan menjadi peluang usaha tersendiri dari peternak dengan penjualan pupuk organik ke masyarakat dan petani lainnya.

Pupuk organik dari limbah kotoran ternak mengandung unsur hara baik mikro maupun makro seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S. Kompos adalah pupuk organik yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari limbah/sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan humus yang telah mengalami dekomposisi.Manfaat penggunaan pupuk organik terhadap tanah (Kaharudin dan Sukmawati 2010) :

a. Menambah kesuburan tanah

b. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur

c. Memperbaiki sifat kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman

d. Memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih stabil

e. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan

f. Memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah. 2.5 Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Biogas

Limbah ternak selain dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik, limbah dari kotoran ternak juga dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga(Baba2008).

Tabel 2.1 Komposisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran sapi

Jenis Gas Volume (%)

Metana (CH4) 40 – 70 %

Karbondioksida (CO2) 30 – 60 %

Nitrogen (N2) 2 – 6 %

Hidrogen Sulfida (H2S) 0 – 3 %

Gas lain Tidak Terukur

Sumber : Baba (2008)

Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara. Produksi biogas memungkinkan pertanian berkelanjutan dengan sistem proses terbarukan dan ramah lingkungan.Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak


(28)

mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas, kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula karena yang diambil hanya gas metana yang digunakan sebagai bahan bakar sedangkan ampas biogasnya dapat dijadikan pupuk organik. Nilai kesetaraan biogas dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Nilai kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain

No Jenis Energi Kesetaraan dengan 1m3 Biogas

1. Elpiji 0,46 Kg

2. Minyak Tanah 0,62 Liter

3. Minyak Solar 0,52 Liter

4. Bensin 0,80 Liter

5. Gas Kota 1,50 m3

6. Kayu Bakar 3,50 Kg

7. Listrik 1,25 KWH

Sumber : Kementerian Pertanian (2014)

Keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas (Setiawan 1998) :

1. Biogas yang dihasilkan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang jumlahnya terbatas dan harganya cukup mahal.

2. Jika diterapkan oleh masyarakat disekitar hutan yang banyak menggunakan kayu sebagai bahan bakar, diharapkan dapat mengurangi penebangan kayu sehingga kelestarian hutan lebih terjaga.

3. Teknologi ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena kotoran yang semula hanya mencemari lingkungan digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat, dengan demikian kebersihan lebih terjaga.

4. Ampas biogas (sludge) selain menghasilkan energi, juga dapat digunakan sebagai pupuk yang baik.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam penelitian ini adalah di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Maulanasari (2010), Rismala (2010), Hermawati (2012), dan Pajarwati (2014). Penelitian yang dilakukan oleh Rismala (2010) berjudul “identifikasi Dampak Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Dari Pemanfaatan Biogas (studi kasus : Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat)”. Penelitian tersebut menggunakan metode estimasi penilaian lingkungan dengan Contingent Valuation Method (CVM). Penelitian ini menghitung nilai WTP peternak terhadap pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Dampak sosial akibat pemanfaatan biogas di Desa Cipayung tidak terlalu signifikan dirasakan peternak, sedangkan dampak ekonomi hanya dirasakan oleh peternak, yakni penghematan pengeluaran biaya untuk bahan bakar LPG sebesar Rp 558.000. Dampak negatif lebih dirasakan oleh non-peternak yang meggunakan air sungai untuk keperluan mencuci ataupun yang bertempat tinggal di dekat sungai. Rata-rata WTP dari masyarakat sebesar Rp 577.586.954,7 per tahun.


(29)

Penelitian terdahulu lainnya yang mejadi referensi dalam penelitian ini adalah mengenai “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan Penggunaan Biogas di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang” oleh Maulanasari (2010). Hasil dari penelitian tersebut adalah besar keluarga, pengetahuan istri mengenai biogas dan jumlah akses informasi berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan penggunaan biogas. Penelitian Hermawati (2012) mengenai “Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat”. Hasil penelitian bahwa, faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peternak dalam pemanfaatan biogas yaitu jenis kelamin, lama berusahaternak, dan tingkat pengetahuan peternak mengenai biogas. Hal tersebut terjadi dikarenakan mayoritas peternak yang memanfaatkan biogas di Desa Haurngombong merupakan peternak pria yang telah lama berusahaternak serta memiliki pengetahuan mengenai biogas

Penelitian lainnya adalah penelitian berjudul“Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat” oleh Pajarwati (2014). Peneliti membagi peternak menjadi dua tipe yaitu tipe I yaitu peternak yang memanfaatkan limbah menjadi biogas dan tipe II yaitu peternak yang tidak memanfaatkan limbah menjadi biogas. Hasil analisis tingkat pendapatan menunjukkan bahwa pendapatanusahaternak sapi perah tipe I lebih besar dibandingkan usahaternak sapiperah tipe II. Rata-rata selisih pendapatan atas biaya total diantara keduajenis usahaternak tersebut sebesar Rp 146.273 per bulan untuk setiap satuanternak. Rata-rata nilai R/C rasio yang dihasilkan dari usahaternak sapiperah tipe I dan usahaternak sapi perah tipe II masing-masing sebesar 1,25 dan 1,14 yang nilainya lebih besar dari satu, sehingga usahaternakmenguntungkan.

Penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu, melakukan studi komparatif dengan with-wthout approach antara usahaternak tipe I dengan tipe II, menganalisis dampak ekonomi terhadap pendapatan dari aspek penerimaan dan penghematan pengeluaran rumah tangga peternak, analisis dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas atau non-biogas bagi peternak dengan menggunakan analisis deskriptif, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peternak dalam pengambilan keputusan pemanfaatan biogas dengan menggunakan analisis Regresi Linier logistik menggunakan software SPSS22.


(30)

(31)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kegiatan produksi dan konsumsi dari kegiatan usahaternak sapi menghasilkan limbah ternak yang dapat menimbulkan eksternalitas. Limbah yang dihasilkan dari usahaternak sapi perah berupa limbah padat dan limbah cair. Pemanfaatan dan pengelolaan limbah ternak dilakukan sebagai upaya mengatasi eksternalitas tersebut. Pengelolaan limbah usahaternak sapi perah di Kampung Areng menggolongkan usahaternak sapi perah menjadi 2 jenis, yaitu usahaternak sapiperah tipe I dan usahaternak sapi perah tipe II. Usahaternak sapi perah tipe I adalah kegiatan usaha peternakan yang telah memanfaatkan limbah ternakmenjadi biogas, sedangkan usahaternak sapi perah tipe II sebaliknya, yaitu usahaternak yang tidak memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi biogas. Peternak tipe I dan tipe II tersebut yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Pemilihan responden tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai dampak yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perbedaan pengelolaan tersebut berdampak pada pendapatan, pengeluaran rumah tangga peternak, kondisi sosial, dan lingkungan di sekitar lokasi usahaternak sebelum dan setelah adanya upaya pengelolaan limbah tersebut.

Tahapan pertama adalah analisis persepsi peternak mengenai pemanfaatan limbah ternak sebagai indikasi awal terdapatnya dampak dari pengolahan limbah tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif. Tahapan kedua mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk melakukan pemanfaatan biogas dengan menggunakan metode analisis regressi linear logistikdengan menggunakan program SPSS 22. Tahapan ketiga adalah mengidentifikasi dan menganalisis dampak ekonomi yang dilihat dari pendapatan usahaternak dengan pendekatan penerimaan, total biaya dan pengeluaran energi responden dengan menggunakan analisis pendapatan dan pengeluaran. Tahapan selanjutnya menganalisis dampak sosial dan lingkungan dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif berdasarkan hasil kuesioner dan observasi langsung di lapangan secara obyektif, serta analisis studi komparatif (with-without approach) pada usahaternak biogas dan non biogas. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.1


(32)

Gambar 3.1 Skema Kerangka Pemikiran Operasional

Usahaternak Sapi Perah di Kampung Areng Desa Cibodas

Dampak Pengelolaan dan pemanfaatan limbah pada Usahaternak non-Biogas Dampak Pengelolaan dan

pemanfaatan limbah pada Usahaternak Biogas

Usahaternak Biogas

Usahaternak non-Biogas

Ekonomi Sosial Lingkungan Ekonomi Sosial Lingkungan

Analisis Pendapatan dan

pengeluaran Energi Responden

Analisis Pendapatan dan

pengeluaran Energi Responden Analisis

Deskriptif AnalisisDeskrip

tif

Persepsi terhadap pemanfaatanlimb

ah

Faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pemanfaatan biogas

Analisis Regresi Linear Logistik

Analisis Deskriptif Rekomendasi

Kebijakan


(33)

IV.

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki potensi usahaternak sapi perah dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai pupuk, biogas, dan penghasil listrik. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Februari 2015, dalam kurun waktu tersebut peneliti melakukan pengumpulan data dan observasi secara langsung untuk menjawab tujuan penelitian.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperolah melalui observasi lapang dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang merupakan peternak sapi perah tipe I dan peternak sapi perah tipe II. Data tersebut mencakup karakteristik responden dan data meliputi biaya dan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan responden dalam usahaternak dan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Lembang dan Desa Cibodas.

4.3 Metode Pengambilan Contoh Responden

Pengambilan contoh pada responden menggunakan teknik cluster random sampling. Metode ini digunakan terhadap sampling unit (individu) dimana sampling unitnya berada dalam satu kelompok (cluster) yang dalam penelitian ini terbagi menjadi usahaternak tipe I dan usahaternak tipe II. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah peternak yang tergabung pada kelompok ternak Mekar Saluyu dan Bakti Saluyu yang menjadi anggota KPSBU (Koperasi Peternak Susu Bandung Utara). Peternak tipe I merupakan peternak yang sudah memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan kepemilikan instalasi biogas yang berasal dari subsidi pemerintah dan peternak tipe II adalah peternak yang belum memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas. Jumlah minimum responden ditentukan berdasarkan syarat minimum untuk pengolahan data sehingga data menyebar normal secara statistik dan hasil yang diperoleh memiliki tingkat validitas yang tinggi. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 83 responden dengan jumlah responden pada usahaternak sapi perah tipe I sebanyak 49 responden, dan responden pada usahaternak tipe II sebanyak 34 resonden.

Pengambilan contoh dilapangan dipengaruhi oleh ketersediaan dan waktu luang dari responden. Wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada sore hari di tempat penyetoran susu hasil pemerahan dikarenakan pada sore hari merupakan waktu luang peternak. Wawancara juga dilakukan dengan kunjungan langsung ke lokasi usahaternak bertujuan untuk observasi langsung terhadap kondisi lingkungan usahaternak.


(34)

4.4 Metode Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh diolah dengan bantuan komputer. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Penelitan ini menggunakan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperolah melalui observasi lapang dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang merupakan peternak sapi perah biogas dan peternak non biogas. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Lembang dan Desa Cibodas. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan usahaternak dari segi penerimaan dan biaya serta pengeluaran energi responden dengan program microsoft excel 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam mengelola limbah ternak sapi perah menjadi biogas diolah dengan metode analisis regresi linear logistik menggunakan program SPSS 22. Metode kualitatif dengan analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis persepsi dan dampak sosial lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi perah.

Analisis dampak sosial dan lingkungan pada penelitian ini tidak hanya dianalisis berdasarkan data hasil kuesioner dan data sekunder yang terkait, tetapi peneliti melakukan observasi langsung secara objektif di lokasi penelitian. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Matriks metode analisis data

No. Tujuan Sumber Data Metode Analisis

1 Menganalisis persepsi responden terhadap

pemanfaatan limbah kotoran ternak

Data Primer (wawancara menggunakan

kuesioner)

Analisis Deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel

2007

2 Menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan biogas

Data Primer (wawancara menggunakan

kuesioner)

Analisis regresi logistik dengan menggunakan program

SPSSStatistics 22.

3 Analisis Dampak Ekonomi terhadap Pendapatan dan pengeluaran energi antara usahaternak tipe I dan

Usahaternak tipe II

Data Primer (wawancara menggunakan

kuesioner)

Analisis pendapatan

(pendekatan penerimaan dan pengeluaran Rumah Tangga usahaternak) dengan

menggunakan Microsoft Excel

2007 4 Analisis Dampak

sosial dan lingkungan

pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai biogas

Data Primer (wawancara menggunakan

kuesioner)

dan observasi langsung secara obyektif

Analisis Deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel


(35)

4.4.1 Analisis Persepsi Responden

Analisis persepsi terhadap responden dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan wawancara secara langsung kepada peternak menggunakan kuesioner. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak dalam pemanfaatan limbah ternak yang menghasilkan produk sampingan bernilai ekonomi, serta persepsi peternak terhadap penggunaan biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak.

4.4.2 Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Peternak Memanfaatkan Limbah ternak Menjadi Biogas

4.4.2.1 Model Regresi Logistik

Uji regresi logistik merupakan uji binomial dengan dua kategori variabel terikat atau variabel dependen. Penggunaan model logit dalam penelitian ini dikarenakan variabel terikat atau variabel dependen memiliki dua pilihan (binnary logisticregression) yaitu bernilai 0 jika peternak memanfaatkan biogas, dan bernilai 1 jika peternak tidak memanfaatkan biogas, sehingga tepat untuk menggunakan analisis regresi logit untuk menjawab tujuan penelitain mengenai faktor-faktor yang memengaruhi peternak untuk memanfaatkan biogas. Model regresi logistik diturunkan berdasarkan fungsi peluang variabel kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda 2009) :

Pi = F (Zi)=F( + i)= = (1)

Dari persamaan di atas dapat dikembangkanmodellogit sebagai berikut:

Pi = P(Xi) = (2)

Dimana:

Pi = Peluang individu dalam mengambil suatu keputusan (probabilitas) Xi = Variabel bebas

= Intersep

= Koefisien regresi

e =Bilangan dasar logaritma natural (e=2,718) Zi = + Xi (variabel acak yang menyebar normal)

Berdasarkan persamaan 2 di atas, maka terdapat dua probabilitas atau peluang. P(i) adalah peluang peternak memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas, sedangkan 1-Pi adalah peluang peternak tidak memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas, dirumuskan sebagai berikut:

(3) Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas adalah lama usahaternak (X1), jumlah ternak (X2), tingkat pendidikan (X3), jumlah tanggungan keluarga (X5), konsumsi gas elpiji (X6), dummy keikutsertaan kelompok ternak (X7), dan


(36)

dummyjenis kelamin (X8). Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan peternak, maka model logit dapat dirumuskan sebagai berikut :

Li = ln ( ) = Zi = + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+ 7X7 (4) Dimana :

Li = Persamaan Logaritma

Pi = Peluang individu dalam mengambil keputusan memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas

(1-Pi) = Peluang individu dalam mengambil keputusan memanfaatkan limbah ternak tidak menjadi biogas

Zi = Keputusan peternak = Intersep

i = Parameter peubah Xi X1 = Lama usahaternak X2 = Jumlah ternak X3 = Tingkat pendididkan

X4 = Jumlah tanggungan keluarga X5 = Konsumsi gas elpiji

X6 = Keikutsertaan kelompok ternak

X7 = Dummy jenis kelamin (laki-laki = 1, perempuan = 0)

Hipotesis dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas adalah sebagai berikut:

1. Lama Usahaternak

Lama usahaternak diharapkan bernilai positif, semakin lama peternak menjalankan usahaternaknya maka semakin baik pula peternak dalam mengelola limbah ternaknya.

2. Jumlah Ternak

Jumlah ternak yang dimiliki peternak diharapkan bernilai positif, semakin banyak ternak yang dimiliki peternak maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan dan potensi pengembangan biogas semakin tinggi. 3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan diharapkan bernilai positif, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah untuk memahami adanya manfaat dari pengolahan limbah menjadi biogas baik manfaat ekonomi maupun manfaat bagi lingkungan.

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga diharapkan positif, semakin banyak anggota keluarga akan menyebabkan semakin tinggi kebutuhan energi maka pemanfaatan limbah ternak sebagai energi alternatif semakin tinggi.

5. Konsumsi Gas Elpiji

Konsumsi gas elpiji diharapkan berpengaruh positif, sebelum penggunaan biogas peternak harus mengeluarkan uang lebih untuk pembelian gas elpiji. Adanya pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas dapat mengurangi pengeluaran peternak.


(37)

Keikutsertaan kelompok ternak diharapkan bernilai positif, masuknya peternak menjadi anggota kelompok ternak akan mempermudah peternak dalam menerima informasi tentang pemanfaatan limbah menjadi biogas. Keikutsertaan kelompok ternak ini merupakan variabeldengan “X7 = 1” jika

peternak merupakan anggota kelompok peternak sedangkan “X7 = 0“, jika peternak bukan anggota kelompok peternak.

7. Dummy Jenis Kelamin

Jenis kelamin peternak diharapkan berpengaruh positif, proses pengolahan limbah ternak menjadi biogas merupakan pekerjaan yang cukup berat sehingga harus dilakukan oleh peternak laki-laki. Nilai dummy pria= “1”

dan wanita =”0”

4.4.2.2Pengujian Model Regresi Logistik a. Uji Likelihood Ratio

Setelah dugaan model linear logistik diperoleh, selanjutnya menguji apakah model logit tersebut secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan kualitatif (Hosmer dan Lemeshow 1989). Hipotesis statistik yang diuji dalam hal ini adalah:

H0: β1= β2= β3=…= βk = 0 (model tidak dapat menjelaskan) H1: minimal ada βi ≠ 0, i = 1,2,3,…k (model dapat menjelaskan)

Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji-G yaitu uji rasio kemungkinan (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas dalam model secara bersamaan. Statistik uji G dibawah ini menyebar menurut sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas (k-1).Statistik uji-G

mengikuti sebaran χ2

dengan derajat bebas p. Kaidah keputusan yang diambil yaitu menolak H0 jika G > χ2p( ) (Hosmer dan Lemeshow 1989). Rumus umum untuk uji-G adalah :

G = -2 ln

[

(5)

Dimana :

L0 = Likelihood tanpa variable bebas L1= Likelihood dengan variable bebas b. Uji Wald

Pengujian faktor mana ( ≠ 0) yang berpengaruh nyata terhadap pilihannya perlu dilakukan uji statistik lebih lanjut. Pengujian signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan statistik uji Wald yang serupa dengan statistik uji-t atau uji-Z dalam regresi linear biasa (Juanda 2009). Penggunaan uji terhadap komponen pengujian merupakan langkah untuk mendapatkan hasil penelitian yang memiliki tingkat validitas yang tinggi. Hipotesis statistik yang diuji adalah:

H0 : βi= 0 untuk 1,2,3,…k (peubah Xi tidak berpengaruh nyata)


(38)

Statistik uji yang digunakan adalah:

W = (6)

Dimana :

= Koefisien regresi

se = Standard error of (galat kesalahan dari ) c. Uji Odds Ratio

Odds Ratio merupakan rasio peluang terjadi pilihan ya (1) terhadap peluang terjadi pilihan tidak (0) dari variabel respons. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Odds Ratio = (7)

Di mana :

Pi = Peluang kejadian yang terjadi 1- Pi = Peluang kejadian yang tidak terjadi 4.4.3 Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan usahaternak digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha saat ini. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

π = Pendapatan usahaternak sapi perah (Rp)

TR = Penerimaan total usahaternak sapi perah (Rp) TC = Biaya total usahaternak sapi perah (Rp)

Penerimaan usahaternak adalah perkalian antara produksi yang diporoleh (Y) dengan harga jual (Py). Total penerimaan usahaternak sapi perah per bulan dibedakan menjadi dua bagian yaitu tunai dan non tunai. Penerimaan usahaternak dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Dimana:

TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Jual

Aplikasi dari rumus diatas juka digunakan dalam penelitian ini maka persamaan menjadi :

TR = TRtunai + TRnon tunai


(39)

Dimana:

TRtunai = Penerimaan yang diperoleh peternak secara tunai TRnontunai = Penerimaan yang tidak diperhitungkan

Y1Py1 = Perkalian antara jumlah susu yang dijual (liter) dengan harga jual yang berlaku (Rp/liter)

Y2Py2 = Perkalian antara jumlah pupuk yang dijual (kg) dengan harga jual yang berlaku (Rp/kg)

Y3Py3 = Perkalian antara jumlah kotoran yang dijual (kg) dengan harga jual yang berlaku (Rp/kg)

Y4Py4 = Perkalian antara jumlah susu yang dikonsumsi keluarga (liter) dengan harga jual yang berlaku (Rp/liter)

Y5Py5 = Perkalian antara jumlah pupuk yang digunakan untuk lahan pertanian sendiri dengan harga jual yang berlaku (Rp/kg)

Y6Py6 = Manfaat dari penggunaan biogas yang dikonversi dari jumlah penghematan pengeluaran energi peternak setelah melakukan pemanfaatan biogas untuk keperluan memasak.

Total penerimaan usahaternak dalam penelitian ini dikonversikan dalam jangka waktu satu bulan (penerimaan usahaternak perbulan). Identifikasi dan perhitungan dari total penerimaan dan total biaya digunakan untuk melihat pendapatan yang diperoleh peternak dalam kurun waktu satu bulan.

Biaya yang digunakan dalam usaha ternak sapi perah juga dibedakan atas biaya tunai dan non tunai. Biaya tunai meliputi biaya pakan (ampas singkong dan konsentrat), listrik kandang, air, dan iuran wajib anggota. Biaya non tunai meliputi biaya penyusutan (kandang dan peralatan) dan biaya tenaga kerja keluarga. Biaya penyusutan merupakan nilai beli suatu benda investasi atau peralatan dikurangi nilai sisa kemudian dibagi dengan lamanya benda investasi atau peralatan dipakai (umur ekonomis). Biaya penyusutan dalam penelitian ini dihitung dengan metode garis lurus, yaitu diasumsikan nilai sisa nol. Rumus biaya penyusutan adalah :

Biaya Penyusutan =

Analisis pendapatan usahaternak muncul akibat adanya pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi yang berbeda diantara peternak sapi di Kampung Areng. Analisis pendapatan tersebut dapat dilihat manfaat ekonomi pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi biogas dengan melihat margin atau perbedaan tingkat pendapatan yang diterima oleh masing-masing usahaternak sehingga dapat diperoleh share (%) manfaat limbah ternak sapi terhadap total pendapatan usahaternak sapi tersebut.

4.4.4 Analisis Konsumsi Energi

Menurut Hermawati (2012), analisis pengeluaran energi atau konsumsienergi responden menggambarkan penghematan akibat adanya penggunaan biogassebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas elpiji. Konsumsi energi responden peternak initerdiri dari komponen-komponen biaya yang dikeluarkan oleh tiap rumah tanggapeternak. Komponen konsumsi energi tersebut meliputi biaya penggunaan BBM dan gas elpiji dengan menggunakan biogas dan tanpa menggunakan dalam kurunwaktu satu bulan. Nilai penghematan


(40)

dari adanya pemanfaatan limbah ternak sapiperah menjadi biogas dilakukan melalui studi komparatif pada usahaternak sapiperah tipe I dengan membandingkan konsumsi energi sebelum dan setelahpenggunaan biogas.

ΔC = C0 - C1 dimana :

ΔC = Penghematan biaya konsumsi energi

C0= Total biaya energi responden sebelum penggunaan biogas C1= Total biaya energi responden setelah penggunaan biogas

4.4.5 Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah

Ternak Sapi perah

Dampak sosial dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan data hasil kuesioner dan wawancara responden mengenai perubahan kondisi sosial dan lingkungan di sekitar usahaternak pada saat sebelum dan setelah dilakukanya pemanfaatan limbah ternak sapi perah di Kampung Areng. Parameter yang digunakan untuk menganalisis dampak sosial pemanfaatan limbah dibedakan atas perubahan perilaku peternak dan non peternak yang dianalisis secara deskriptif.

Dampak lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi perah dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil kuesionerdan observasi langsung secara obyektif mengenai kondisi lingkungan di sekitar usahaternak. Pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas pada prinsipnya menganut sistem zero waste dimana pada produksi biogas menghasilkan ampas (sludge) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik padat maupun cair. Pengelolaan limbah yang terintegrasi tersebut menyebabkan termanfaatkannya semua limbah yang ada sehingga terciptanya kelestarian lingkungan.


(41)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Desa Cibodas

Kondisi umum Desa Cibodas dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu letak geografi dan topografi, keadaan lahan dan jenis penggunaannya, serta potensi sumberdaya manusia dan mata pencaharian.

5.1.1 Letak geografi dan topografi

Wilayah penelitian merupakan bagian dari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Desa Cibodas berjarak 8 Km dari pusat Kecamatan Lembang. Luas Desa Cibodas mencapai 1.273,44 ha.Batas wilayah Desa Cibodas secara geografis adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang Sebelah selatan : Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan Sebelah timur : Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang Sebelah barat : Desa Lengansari, Kecamatan Lembang

Secara topografi, Desa Cibodas merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 1.260 meter di atas permukaan laut (mdpl). Curah hujan rata-rata 177,55 mm per tahun dengan suhu rata-rata harian 190C sampai 220C.

5.1.2 Keadaan Lahan dan Jenis Penggunaannya

Desa Cibodas terletak diwilayah yang berbukit-bukit serta dikelilingi oleh hutan lindung. Kondisi tanah yang subur berwarna hitam dan tekstur tanah bersifat debuan. Luas lahan menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Luas lahan Desa Cibodas menurut penggunaannya

Jenis Penggunaan Luas Lahan (ha)

Pemukiman 113,5

Pertanian 637,74

Hutan lindung 351

Pemakaman 0,9

Pekarangan 130

Taman 1

Perkantoran 0,5

Prasarana umum lainnya 36,5

Total luas desa 1.273,44

Sumber : Laporan Profil Desa Cibodas (2013)

Berdasarkan Tabel 5.1, lahan pertanian merupakan lahan yang paling luas, hal ini dikarenakan tekstur dan jenis tanah di Desa Cibodas sesuai dan menunjang untuk usaha pertanian. Selain itu, luas lahan pertanian yang besar tersebut menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Desa Cibodas berprofesi sebagai petani. Komoditas pertanian yangditanam di wilayah Desa Cibodas antara lain tanaman pangan (jagung, ubi kayu, ubi jalar), tanaman hortikultura (cabe, tomat, sawi, kentang, kubis, mentimun, buncis, brokoli, terong, bayam, selada, asparagus, alpukat, pepaya, jambu klutuk, dan murbei).


(42)

5.1.3 Potensi Sumberdaya Manusia dan Mata Pencaharian

Jumlah total penduduk di Desa Cibodas tahun 2013 sebanyak 10.425 orang dengan jumlah penduduk laki-laki yang lebih banyak yaitu 5.256 orang dibandingkan perempuan yang berjumlah 5.169 orang. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 3.374 KK. Mata pencaharian penduduk di Desa Cibodas beraneka ragam, namun pada umumnya bekerja sebagai petani dan buruh tani. Potensi penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2013 dapat dilihat dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2 Potensi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Cibodas

Jenis Pekerjaan Laki-laki (orang) Perempuan (orang)

Petani 553 44

Buruh tani 789 299

Buruh migran 2 9

Pegawai Negeri Sipil 37 23

Pengrajin industri rumah tangga 3 6

Pedagang keliling 39 14

Peternak 497 17

Montir 23 -

Dokter Swasta 1 -

Pembantu rumah tangga 7 18

TNI 3 -

POLRI 1 -

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 29 4

Pengusaha kecil dan menengah 51 33

Pengusaha besar 13 2

Arsitek 1 -

Seniman 6 -

Sumber : Laporan Profil Desa Cibodas (2013)

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa luas lahan pertanian berbanding lurus dengan potensi sumber daya manusianya. Luas lahan pertanian yang besar menjadikan mayoritas masyarakat di Desa Cibodas bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani.

5.2 Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden di Kampung Areng Desa Cibodas diperoleh secara cluster sampling yang dilakukan terhadap 83 responden yang terdiri dari 49 responden peternak sapi perah tipe I dan 34 responden peternak sapi perah tipe II. Karakteristik responden ini dilihat dari variabel yang meliputi jenis kelamin dan usia, tingkat pendidikan, status kepemilikan ternak, jumlah tanggungan keluarga, lama berusahaternak, dan jumlah ternak. Karakteristik responden di Kampung Areng dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:


(43)

Tabel 5.3 Karakteristik responden peternak di Kampung Areng Karakteristik Responden

Jumlah Responden

(Orang) Jumlah Persentase (%) Tipe I Tipe II

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki 49 29 78 93,98

b. Perempuan 0 5 5 6,02

2. Usia (tahun)

a. 21-30 6 6 12 14,46

b. 31-40 9 11 20 24,10

c. 41-50 22 11 33 39,76

d. 51-60 8 5 13 15,66

e. >60 4 1 5 6,02

3. Tingkat Pendidikan

a. Tidak Tamat SD 6 6 12 14,46

b. SD/Sederajat 34 21 55 66,27

c. SMP/Sederajat 7 6 13 15,66

d. SMA/Sederajat 2 1 3 3,61

4. Status Kepemilikan Ternak

a. Milik Sendiri 40 23 63 75,90

b. Gabungan/Paro 9 11 20 24,10

5. Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)

a. <3 19 16 35 42,17

b. 3-5 30 18 48 57,83

c. >5 0 0 0 0

6. Lama Usahaternak (tahun)

a. <5 1 9 10 12,05

b. 5-10 16 15 31 37,35

c. 11-20 29 10 39 46,99

d. >20 3 - 3 3,61

7. Jumlah Ternak (ekor)

a. 1-3 31 23 54 65,06

b. 4-6 17 8 25 30,12

c. 7-9 1 3 4 4,82

Sumber : Data Primer (diolah), 2015

5.2.1 Jenis Kelamin dan Usia

Responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 78 responden (93,98%) dan 5 responden (6,02%) perempuan. Responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari usia 23 tahun hingga 70 tahun. Usia responden sebagian besar berada pada kisaran 41-50 tahun sebanyak 33 responden (39,76%), sedangkan persentase paling sedikit yaitu sebanyak 5 responden (6,02%) pada usia diatas 60 tahun. Mayoritas peternak berjenis kelamin laki-laki menunjukan bahwa usahaternak sapi perah merupakan usaha yang cukup berat jika dilakukan oleh perempuan, mulai dari kegiatan pencarian pakan hijauan


(44)

dengan jarak yang cukup jauh dan memikul rumput dengan beban yang cukup berat sekitar 20 kg.

5.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden di Kampung Areng Desa Cibodas masih tergolong rendah.Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 12 responden (14,46%) tidak tamat SD. Mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 55 responden (66,27%). Peternak yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP sebanyak 13 responden (15,66%). Pendidikan tertinggi reponden hanya sampai tingkat SMA sebanyak 3 responden (3,61%). Semakin tinggi tingkat pendidikan, diharapkan akan berpengaruh pada tingkat penyerapan informasi dan penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas peternakan.

5.2.3 Status Kepemilikan Ternak

Peternak di Kampung Areng Desa Cibodas umumnya memiliki ternak dengan status kepemilikan sendiri sebanyak 63 responden (75,90%) dan sebanyak 20 responden (24,10%) dengan kepemilikan gabungan atau sistem paro. Kepemilikan ternak dengan sistem gabungan atau maro memiliki sistem pembagian, baik dalam hal biaya maupun penerimaan antara pemilik ternak dan pemelihara ternak yang disepakati oleh kedua belah pihak.

5.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu karakteristik responden yang ditentukan dari banyaknya jumlah anggota keluarga yang terdiri dari istri, anak, dan anggota keluarga lain yang tinggal bersama di dalam satu rumah. Berdasarkan data hasil kuesioner penelitian, responden memiliki jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1-5 orang sebanyak 48 responden (57,83%) dan sisanya sebanyak 35 responden (42,17%) memiliki tanggungan kurang dari 3 orang. Hal ini menunjukan kondisi rumahtangga responden dengan beban pembiayaan kehidupan sehari-hari rendah hingga sedang sebanding dengan pendapatan yang diperoleh.

5.2.5 Lama Usahaternak Responden

Peternak di Kampung Areng Desa Cibodas mayoritas telah beternak selama 11 hingga 20 tahun sebanyak 39 peternak (46,99%). Responden yang beternak kurang dari 5 tahun sebanyak 10 peternak (12,05%), lama beternak 5 sampai 10 tahun sebanyak 31 peternak (37,35%), dan sisanya 3 peternak (3,61%) telah beternak lebih dari 20 tahun. Pada umumnya adalah peternak muda yang baru memulai usahaternak. Usahaternak yang ada di Kampung Areng merupakan usahaternak yang telah dijalankan secara turun temurun, sehingga pengalaman usahaternak responden diperoleh sejak membantu orangtua maupun keluarga yang memiliki usahaternak.

5.2.6 Jumlah KepemilikanTernak

Mayoritas responden memiliki ternak dengan jumlah 1-3 ekor yaitu sebanyak 54 responden (65,06%), 25 responden (30,12%) memiliki ternak 4-6


(45)

ekor, dan hanya 4 responden (4,82%) memiliki ternak >7 ekor. Kepemilikan jumlah ternak responden yang kurang dari 10 ekor menunjukkan bahwa jenis usaha yang dijalankan oleh responden merupakan jenis usahaternak rakyat.

5.3 Kondisi Usahaternak Sapi Perah di Kampung Areng Desa Cibodas Mata pencaharian penduduk di Desa Cibodas beraneka ragam, namun pada umumnya bekerja sebagai petani dan buruh tani. Selain di sektor pertanian, penduduk di Desa Cibodas juga mayoritas bekerja di sektor peternakan. Jumlah peternak di Desa Cibodas sebanyak 514 peternak. Usahaternak sapi perah di Kampung Areng merupakan usahaternak sapi perah rakyat dengan kepemilikan sapi 1-4 ekor per peternak. Peternak-peternak di Kampung Areng terbagi ke dalam dua kelompok ternak yaitu Mekar Saluyu dan Bakti Saluyu serta satu perusahaan Agropurna. Kelompok ternak Mekar Saluyu merupakan pemekaran dari kelompok ternak Bakti Saluyu. Kelompok Ternak Bakti Saluyu berdiri pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2004 dilakukan pemekaran karena jumlah anggota terlalu banyak. Saat ini jumlah anggota di kelompok Mekar Saluyu berjumlah 71 orang dengan kepemilikan sapi rata-rata sebanyak 1-3 ekor per peternak. Jumlah anggota di kelompok Bakti Saluyu sebanyak 33 orang sedangkan di perusahaan Agropurna mandiri sebanyak 11 orang.

Keberhasilan perkembangan usahaternak sapi perah di Kampung Areng Desa Cibodas didukung dari tercukupinya pakan hijauan/rumput ternak yang tersedia cukup melimpah. Peternak menanam sendiri rumput di lahan miliknya sendiri atau di lahan milik perhutani yang bekerja sama dengan KPSBU (Koperasi Peternak Susu Bandung Utara) dengan sistem bagi hasil, karena mayoritas peternak di kampung Areng merupakan anggota KPSBU.

5.4 Perkembangan Biogas di Kampung Areng

Awal mula dikenalnya biogas di Kampung Areng adalah dari sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2009 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat memberikan bantuan berupa instalasi biogas yang terbuat dari plastik, namun tidak berkembang dikarenakan daya tahannya yang rendah dan cepat rusak sehingga masyarakat kurangtertarik untuk menggunakannya. Pada tahun yang sama KPSBU bekerjasama dengan Hivos dan SNV (Stichting Nederlandse Vrijwilligers) yang merintis Program Biogas Rumah (BIRU) menawarkan kredit instalasi biogas dengan reaktor jenis kubah (fixed dome) berukuran 6 m3 dengan harga Rp 6.600.000. Hivos memberikan subsidi sebesar Rp 2.000.000 untuk pembangunan setiap instalasi biogas sehingga biaya yang dibayarkan peternak hanya sebesar Rp 4.600.000. Kredit yang dibayarkan peternak sebesar Rp 100.000/bulan. Lamanya cicilan dibayarkan peternak 3-5 tahun dengan sistem potongan dari hasil penjualan susu oleh pihak KPSBU. Hivos (Humanist Institute for Cooperation in full atau dalam Bahasa Belanda : Humanistisch Instituut voor Ontwikkelingssamenwerking) adalah organisasi Belanda untuk pembangunan. Hivos memberikan dukungan finansial kepada organisasi di Afrika, Amerika Latin dan Asia, memberikan advokasi dan mendukung berbagi pengetahuan khususnya di bidang perubahan sosial, aktivisme digital dan inovasi pedesaan.


(1)

Jenis Alat Jumlah Harga Umur Ekonomis

(bulan)

Nilai penyusutan per bulan Milk Can (20

liter)

1 400.000 60 6.666,68

Ember 4 10.000 4 10.000

Gayung 2 5.000 6 1.666,68

Sabit/Arit 2 30.000 36 1.666,68

Golok 2 35.000 36 1.944,46

Cangkul 1 45.000 36 1.250

Sekop 1 45.000 36 1.250

Saringan Susu 1 5.000 3 1.666,68

Lap Ambing 1 5.000 1 5.000

Karpet 1 400.000 60 6.666,68

Lampiran 7. Biaya penyusutan alat usahaternak tipe II Jenis Alat Jumlah Harga Umur

Ekonomis (bulan)

Nilai penyusutan per bulan Milk Can (20

liter)

1 400.000 60 6.666,68

Ember 2 10.000 4 5.000

Gayung 2 5.000 6 1.666,68

Sabit/Arit 3 35.000 36 2.916,68

Golok 1 35.000 36 972,23

Cangkul 1 45.000 36 1.250

Sekop 1 45.000 36 1.250

Saringan Susu 1 5.000 3 1.666,68

Lap Ambing 1 5.000 1 5.000


(2)

67 Lampiran 8. Rata-rata Pendapatan Peternak Sapi Perah Tipe I di Kampung Areng (Rp/bulan/ekor)

No Nama

Penerimaan

TR

Biaya

TC

Pendapatan Tunai

Non-Tunai Tunai

Non-Tunai

atas biaya tunai

atas biaya total

1 Entis Sutisna 1536000 35600 1571600 508850 1022083.4 1530933.4 1062750 40666.59 2

Nandang

Suryana 1247000 42800 1289800 498250 812500.07 1310750.1 791550 -20950.07 3 Ayi Tarya 1432000 43800 1475800 518000 904444.48 1422444.5 957800 53355.52 4 Tateng 1383000 63800 1446800 586450 747916.71 1334366.7 860350 112433.29 5 Dede 1847000 21800 1868800 599950 661944.47 1261894.5 1268850 606905.53 6 Entis Sutisna 1240000 43400 1283400 486000 804138.95 1290139 797400 -6738.95 7 Oma 1978000 41600 2019600 599200 648611.16 1247811.2 1420400 771788.84 8 Eman 1669500 24600 1694100 597650 930694.52 1528344.5 1096450 165755.48 9 Nenem 1509000 22600 1531600 540350 972222.28 1512572.3 991250 19027.72 10 Odih 1117000 23600 1140600 430100 697361.15 1127461.2 710500 13138.85 11 Encang B.A 1539500 22300 1561800 617200 894166.71 1511366.7 944600 50433.29 12 Sumarna 1289000 23400 1312400 552040 819305.62 1371345.6 760360 -58945.62 13 Wita 1202000 23300 1225300 448550 901944.48 1350494.5 776750 -125194.48 14 Mamat Rahmat 1269000 48000 1317000 545950 530138.93 1076088.9 771050 240911.07 15 Aming 1485000 25400 1510400 594300 714583.35 1308883.4 916100 201516.65 16 Encang E 1553500 47800 1601300 601650 784166.7 1385816.7 999650 215483.3 18 Ara S 1239000 23400 1262400 488550 854305.61 1342855.6 773850 -80455.61 19 Jajang S 1261000 21800 1282800 491600 615416.7 1107016.7 791200 175783.3 20 Rohana 931500 22900 954400 440500 807638.92 1248138.9 513900 -293738.92 21 Ecep 1171000 26000 1197000 468900 732222.27 1201122.3 728100 -4122.27


(3)

22 Dede Mulyadi 1262000 23100 1285100 501700 701666.69 1203366.7 783400 81733.31 23 Maman A 1853000 23400 1876400 524950 572361.16 1097311.2 1351450 779088.84 24 Dadang R 1032000 30000 1062000 452850 727638.92 1180488.9 609150 -118488.92 25 Momon 1452000 29400 1481400 510940 633194.48 1144134.5 970460 337265.52 26 Aep Juanda 1493000 24000 1517000 496400 922777.85 1419177.9 1020600 97822.15 27 Maman 1123000 44400 1167400 436800 814305.59 1251105.6 730600 -83705.59 28 Yoyo 1532000 38000 1570000 531500 1066666.7 1598166.7 1038500 -28166.71 29 Rari 1238000 28900 1266900 535250 509444.48 1044694.5 731650 222205.52 30 Mamat Rahmat 1224000 26300 1250300 505200 893750.05 1398950.1 745100 -148650.05 31 Hendra 1318000 29000 1347000 524350 921611.19 1445961.2 822650 -98961.19 32 Ayi Masna 1276000 44200 1320200 533650 761666.74 1295316.7 786550 24883.26 34 Taryana 1255000 46800 1301800 518700 837638.94 1356338.9 783100 -54538.94 35 Ujang Dana 1088000 22900 1110900 433400 749583.38 1182983.4 677500 -72083.38 36 Ade Sutisna 1516000 34000 1550000 515300 977083.4 1492383.4 1034700 57616.6 37 Ejang 1654000 23900 1677900 496200 771527.81 1267727.8 1181700 410172.19 38 Ade Titing 1284000 70000 1354000 499850 877916.71 1377766.7 854150 -23766.71 39 Yaya 1862000 53600 1915600 586350 804027.83 1390377.8 1329250 525222.17 40 Enjang 1562500 26300 1588800 549050 768750.06 1317800.1 1039750 270999.94 41 Nandang S 1937000 54000 1991000 481300 884305.63 1365605.6 1509700 625394.37 42 Asim 1452000 27400 1479400 470080 612083.37 1082163.4 1009320 397236.63 43 Umaran 1308500 24400 1332900 475700 774444.48 1250144.5 857200 82755.52


(4)

69 48 Iri 1217000 1600 1218600 534000 670277.83 1204277.8 684600 14322.17

49 Udung 1448000 21300 1469300 555100 622222.28 1177322.3 914200 291977.72 50 Yayat 1185000 33800 1218800 518550 740972.26 1259522.3 700250 -40722.26 51

Maskun

Supriadi 1620000 33000 1653000 477850 953888.93 1431738.9 1175150 221261.07

Rata-Rata 1402082 32000 1434082 519621.3 783785.2 1302532 915334.6939 131549.4996

Lampiran 9. Rata-rata Pendapatan Peternak Sapi Perah Tipe II di Kampung Areng (Rp/bulan/ekor)

o Nama

Penerimaan

TR

Biaya

TC

Pendapatan Tunai

Non-Tunai Tunai

Non-Tunai

atas biaya tunai

atas biaya total

1 Cito Rukmana 1450000 800 1450800 454150 774111.18 1228261.2 996650 222538.82 2 Tati 1442000 800 1442800 437900 568888.95 1006789 1004900 436011.05 3

Wawan

Juanda 1210000 4000 1214000 477500 669444.5 1146944.5 736500 67055.5 4 Maman 1355000 2400 1357400 487950 622222.25 1110172.3 869450 247227.75 5 Entu 1249000 1600 1250600 481000 694833.39 1175833.4 769600 74766.61 6 Rustana 1240000 3200 1243200 505450 439305.61 944755.61 737750 298444.39 7 Oneng 1159000 15600 1174600 416250 887638.95 1303889 758350 -129288.95 8 Iim 1356000 1600 1357600 493650 778472.28 1272122.3 863950 85477.72 9 Toyib 1480000 2400 1482400 444000 548055.6 992055.6 1038400 490344.4 10 Ade Rahmat 1856000 4800 1860800 461000 704053.37 1165053.4 1399800 695746.63 11 Nana S 1246000 1600 1247600 394900 650694.46 1045594.5 852700 202005.54 12 Kokom 1330000 12000 1342000 432800 557083.38 989883.38 909200 352116.62 13 Yana Taryana 1142000 8000 1150000 408350 795555.61 1203905.6 741650 -53905.61


(5)

14 Uca 1158000 12800 1170800 390850 807916.75 1198766.8 779950 -27966.75 15 Ayi 1856000 4000 1860000 492150 640138.93 1132288.9 1367850 727711.07 16 Jajang 1158000 2400 1160400 471100 663750.06 1134850.1 689300 25549.94 17 Atang 1211000 10400 1221400 482000 832777.82 1314777.8 739400 -93377.82 18 Ujang Hidayat 1437000 15600 1452600 444800 991111.18 1435911.2 1007800 16688.82 19 Amang Toto 1142000 7800 1149800 440550 808750.08 1249300.1 709250 -99500.08 20 Cahyana 1117000 800 1117800 462300 658472.26 1120772.3 655500 -2972.26 21

Ecep

Supriatna 1056500 3200 1059700 445250 633888.92 1079138.9 614450 -19438.92 22 Budi 1124000 800 1124800 460100 646250.02 1106350 664700 18449.98 23 Lili 987000 4000 991000 335800 631666.7 967466.7 655200 23533.3 24

Tatang

Rohman 1109000 2400 1111400 468550 654722.27 1123272.3 642850 -11872.27 25 Iwan 1293500 1600 1295100 445550 785138.91 1230688.9 849550 64411.09 26 Dani Kustana 1354000 2400 1356400 450550 506805.6 957355.6 905850 399044.4 27 Aah 1109000 800 1109800 478700 649444.48 1128144.5 631100 -18344.48 28 Rasna 1363000 5600 1368600 473600 501388.93 974988.93 895000 393611.07 29 Eda 1308500 2400 1310900 456250 647777.82 1104027.8 854650 206872.18 30 Deni 1207000 3200 1210200 460950 658055.58 1119005.6 749250 91194.42 31 Juanda 1293500 5600 1299100 500850 649166.7 1150016.7 798250 149083.3 32 Atikah 1322000 2400 1324400 483000 640694.47 1123694.5 841400 200705.53


(6)

Penulis bernama Erlin Riska Windu Wulan, Lahir di Subang pada 14 Desember 1993. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Endang Suwandi (Alm) dan Ibu Trisilawati.

Penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Jalancagak dan lulus pada tahun 2008, pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Jalancagak dan lulus tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Menejemen. Penulis pun mendapat beasiswa Bidik Misi dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti)

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan. Pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis bergabung pada UKM Gentra Kaheman. Pada tingkat dua dan tiga penulis aktif sebagai staf Divisi Campus Social Responsibility (CSR) Himpro REESA IPB 2012-2014. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan baik sebagai peserta maupun sebagai panitia.


Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani peternakan sapi perah studi kasus di desa Lembang, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 9 91

Analisis Usaha Ternak Sapi Perah dalam Suatu Sistem Usahatani (Suatu Kasus di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung)

0 4 150

Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

5 23 232

Analisis Pendapatan Dan Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah (Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

0 3 100

Tingkat Difusi-Adopsi Inovasi Biogas oleh Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

1 12 80

DAMPAK KEGIATAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DESA LANGENSARI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

1 4 42

Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Perah Rakyat Di Kabupaten Bandung (Studi Kasus Di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan).

0 0 2

Kegiatan Pemanfaatan Limbah Ternak Melalui Biogas di RW.07 Kp. Cilumber Desa Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 0 1

DAMPAK KEGIATAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DESA LANGENSARI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT - repository UPI S MRL 0901376 Title

1 2 3

POTENSI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS KOMUNITAS DI DESA CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT POTENCY OF COMMUNITY-BASED AGROTOURISM DEVELOPMENT IN CIBODAS VILLAGES OF LEMBANG SUBDISTRICT BANDUNG BARAT REGENCY

0 0 7