PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KONSEP ISOLATOR DAN KONDUKTOR DI SDN GIRI MEKAR KABUPATEN SUBANG.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………..………. i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ………..………. iv

DAFTAR TABEL ………...... vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR GRAFIK ………. viii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A.Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Hipotesis Tindakan ………... 5

D.Tujuan Penelitian ……….. 5

E. Manfaat Penelitian ………... 6

F. Definisi Operasional ………. 7

BAB II PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KONSEP ISOLATOR DAN KONDUKTOR ………....... 9

A.Pembelajaran IPA 9 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)………... 9

2. Pembelajaran IPA di SD ……….. 10

3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ……….. 13

B.Pendekatan Keterampilan Proses ………. 14

C.Hasil Belajar ……… 21

1. Pengertian Belajar ……….…….. 21

2. Pengetian Hasil Belajar ... 23

D.Penerapan Model Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses.. 24

E. Konsep Isolator dan Konduktor Panas ……… 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 31

A. Metode Penelitian ……….. 31

B. Model Penelitian ……… 33

C. Subjek Penelitian ……… 34

D. Prosedur Penelitian ……….… 34


(2)

2. Pelaksanaan Tindakan ………... 36

3. Observasi Pembelajaran ……… 37

4. Refleksi ………. 38

E. Instrumen Penelitian ………... 38

F. Pengolahan dan Analisis Data ...………. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….……….. 43

A. Deskripsi Awal Penelitian ………...…..………… 43

B. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ………...……… 45

Siklus I a. Perencanaan Pembelajaran ………..……… 45

b. Pelaksanaan Pembelajaran ……..………. 47

c. Hasil Observasi Pembelajaran (Temuan) ………..…………... 49

d. Refleksi Pembelajaran ………..…..….………… 63

Siklus I a. Perencanaan Pembelajaran ………..……… 65

b. Pelaksanaan Pembelajaran ……..………. 65

c. Hasil Observasi Pembelajaran (Temuan) ………..…………... 70

d. Refleksi Pembelajaran ………..…..…….………… 80

C.Pembahasan ………...………. 81

1. Perencanaan Pembelajaran …………..……… 81

2. Pelaksanaan Pembelajaran………...………... 82

3. Hasil Belajar Siswa ………...………... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 91 A.Simpulan ………..………. 91

B. Rekomendasi ……… 93

DAFTAR PUSTAKA ………... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Konversi Nilai Angka Kepada Nilai Huruf ………. 32

Tabel 3.3 Presentase Nilai dan kategorinya ……… 32

Tabel 4.1 Daftar Nama-Nama Pendidik SDN Giri Mekar…………... 43

Tabel 4.2 Daftar Keberadaan Siswa SDN Giri Mekar……… 44

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aspek Keterampilan Proses yang dipahami Guru Pada Siklus I……….. 52

Tabel 4.4 Presentase Nilai dan kategorinya ……… 55

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aspek Keterampilan Proses yang dipahami Siswa Pada Siklus ………... 56

Tabel 4.6 Presentase Nilai dan kategorinya …………... 59

Tabel 4.7 Daftar Nilai Siklus I IPA Kelas VI ……….. 60

Tabel 4.8 Data Hasil Kerja Kelompok Siklus I ... 63

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aspek Keterampilan Proses yang dipahami Guru ……… 70

Tabel 4.10 Presentase Nilai dan kategorinya ……….. 73

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aspek Keterampilan Proses yang dipahami Siswa Pada Siklus II ………. 74

Tabel 4.12 Presentase Nilai dan kategorinya ……….. 76

Tabel 4.13 Daftar Nilai Siklus II IPA Kelas VI ……….. 77


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Benda-benda yang isolator dan konduktor …… 30


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 : Perolehan Nilai Evaluasi Siswa Siklus Ke I ……….. 61

Grafik: 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ………. 78

Grafik 4.3 Aktivitas Belajar siswa ... 87

Grafik 4.4 Aktivitas Guru ... 87

Grafik 4.5 Data Nilai Rata-Rata Persiklus ... 89


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (Tn. 2003:20), tercantum tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(7)

Untuk mewujudkan tujuan nasional di atas, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ikut andil di dalamnya. Dimana Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA di sekolah dasar selalu mengacu pada kurikulum IPA. Di dalam kurikulum telah ditegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir rasional. Hasil kajian penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar masih banyak dilakukan secara konvensional /tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) dan prestasi belajar IPA masih sangat rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya (Sardjono, 2000). Hal tersebut juga ditemukan pada saat melakukan observasi di SDN Giri Mekar Kec. Palasari Kab. Subang, dimana pelajaran IPA selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan textbook oriented, cenderung hanya berpusat pada teori saja, sehingga tidak memberi kesempatan siswa untuk mengamati, menyelidiki dan membangun pengetahuannya sendiri. Siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal sehingga kurang menarik minat siswa dan membosankan, yang akhirnya membuat siswa hanya mengandalkan penerimaan informasi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran lebih cenderung bersifat teacher oriented daripada student oriented.


(8)

Prestasi belajar siswa kelas VI SDN Giri Mekar Kecamatan Palasari Kabupaten Subang pada mata pelajaran IPA selama ini masih dirasakan kurang memuaskan. Dari data yang dijelaskan oleh wali kelas VI SDN Giri Mekar Kecamatan Palasari Kabupaten Subang yaitu 85% atau 22 orang dari 26 siswa kelas VI nilainya di bawah KKM (65) dan siswa yang telah lulus KKM yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 15,38 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 6,15 serta kemampuan siswa untuk mengingat pelajaran sangat rendah. Rendahnya kemampuan siswa ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, sehingga hasil pembelajaran IPA yang diperoleh selama ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil analisis soal ulangan harian yang biasa diberikan oleh guru, ditemukan bahwa soal tersebut belum mampu menggali keterampilan berpikir rasional siswa.

Guru jarang menggunakan alat peraga atau media pelajaran IPA sekalipun di sekolah tersedia KIT IPA, serta tidak terbiasa untuk melibatkan siswa dalam melakukan kegiatan percobaan. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran IPA. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar


(9)

siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran IPA yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat memberikan penguatan terhadap kualitas pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagai sarana penelitian adalah model pembelajaran keterampilan proses.

Menurut Djamarah (2005: 88) pembelajaran dengan keterampilan proses “bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik memahami, menyadari dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik”. Rangkaian kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan. Sehingga siswa mengkonstruksikan pemikiranya sendiri, siswa dapat belajar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan kesan bermakna dan menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran IPA dapat tercapai.

Konsep isolator dan konduktor panas dalam mata pelajaran IPA merupakan konsep yang sulit dipahami sehingga siswa menunjukkan sikap kurang bergairah, pasif dalam belajar yang mengakibatkan suasana tidak kondusif, sehingga hasil belajarnya kurang memuaskan.

Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk mengambil judul “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Konsep Isolator dan Konduktor di SDN. Giri Mekar Kabupaten Subang.


(10)

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah PTK ini yaitu “Bagaimana penerapan model keterampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran konsep isolator dan konduktor panas di kelas VI SD Negeri Giri Mekar?”. Oleh karena itu peneliti mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran pada konsep isolator dan

konduktor panas pada mata pelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada konsep isolator dan konduktor

panas pada mata pelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses? 3. Bagaimana hasil belajar siswa pada konsep isolator dan konduktor panas

melalui penggunaan model keterampilan proses di kelas VI SD? C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisis teoritik dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pendekatan keterampilan proses akan meningkatkan hasil belajar pada konsep isolator dan konduktor panas pada pelajaran IPA anak kelas VI Sekolah Dasar”.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan pembelajaran pada

konsep isolator dan konduktor panas pada mata pelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses.


(11)

2. Untuk memperoleh tentang gambaran perencanaan pembelajaran pada konsep isolator dan konduktor panas pada mata pelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses.

3. Untuk memperoleh gambaran peningkatan hasil belajar pada pembelajaran

konsep Isolator dan Konduktor Panas melalui penggunaan model keterampilan proses.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan diantaranya:

a. Manfaat bagi guru, antara lain:

1) sebagai wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran sehingga guru mampu

melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa; 2) mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas

sehingga guru akan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap teori dan pemikiran yang melandasi reformasi kurikulum;

3) meningkatkan profesionalisme guru melalui proses latihan sistematis secara berkelanjutan.

b. Manfaat bagi siswa, antara lain:

1) menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran konsep

isolator dan konduktor panas melalui pendekatan keterampilan proses;

2) meningkatkan aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran

konsep isolator dan konduktor panas melalui pendekatan keterampilan proses;


(12)

3) meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI sekolah dasar pada konsep isolator dan konduktor panas melalui pendekatan keterampilan proses. F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap definisi operasional maka perlu dirumuskan pengertiannya. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah

1. Pendekatan keterampilan proses

Pendekatan keterampilan proses dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan ketrampilan proses yang digunakan untuk mengungkap dan menemukan fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang diperlukan oleh siswa. Pada pembelajarannya bertujuan agar kreatifitas yang ada dalam diri siswa dapat dikembangkan seperti keterampilan mengamati, mengkomunikasikan dan menyimpulkan apa yang dilakukannya serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran IPA dapat tercapai.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan merupakan hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya yang merupakan suatu perubahan tigkah laku siswa kearah yang lebih baik. Hal tersebut didasarkan kepada pengukuran dengan membandingkan skor pra siklus (Pretest) dengan skor stelah tindakan pembelajaran (Postest)


(13)

3. Konsep isolator dan konduktor panas

Isolator adalah benda-benda yang tidak dapat atau sulit menghantarkan panas (Abitur, 2004 : 46). Contoh benda-benda isolator adalah kaca, kayu, karet, kain. Sedangkan Konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas (Abitur, 2004 : 45). Contoh benda-benda konduktor adalah batang besi, tembaga, alumunium, dan seng.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas atau dengan istilah Classroom Action Research, yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Maksud dari PTK ini adalah untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran, khususnya pada pembelajaran IPA. Melalui penelitian tindakan kelas dilakukan refleksi pembelajaran dengan melakukan tindakan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini disusun atas dasar kekurangpuasan guru terhadap hasil pembelajaran siswa yang dilakukan sebelumnya.

Dalam penelitian tindakan kelas guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas. Penelitian ini dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi karena setelah meneliti kegiatan sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi guru akan memperoleh umpan balik mengenai kegiatan yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru pun dapat melihat, merasakan dan menghayati apakah praktek-praktek


(15)

pembelajaran yang dilakukan mmiliki efktivitas yang tinggi atau tidak. Oleh sebab itu guru dapat merumuskan tindakan tertentu untuk memperbaiki keadaan kelas tersebut melalui prosedur penelitian tindakan kelas.

Tujuan dan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran, meningkatkan relevansi pendidikan melalui peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran, meningkatkan mutu pendidikan, dan dapat meningkatkan profesionalisme guru terhadap proses pembelajaran.

“Manfaat PTK yang dilaksanakan bagi guru adalah mmberikan pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian, meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengembangkan profesionalisme guru” (Kasbolah, 1999 : 43-44). Sedangkan manfaat penelitian kelas terkait dengan komponen pembelajaran antara lain mencakup: (1) inovasi pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas; (3) pengembangan profesi guru.

Fokus dalam penelitian ini adalah upaya guru melalui berbagai tindakan yang sistematis dan terencana untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep isolator dan konduktor panas di kelas VI SD. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari satu tindakan yang saling berkaitan antara tindakan kesatu sampai tindakan terakhir. Setiap tindakan dirancang untuk dapat memperbaiki dan memyempurnakan tindakan-tindakan sebelumnya. Pelaksanaan penelitian akan dimulai dengan membuat rencana, kemudian


(16)

melaksanakan tindakan dan observasi selanjutnya dilakukan refleksi sebagai gambaran awal untuk membuat rencana selanjutnya.

B. Model Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang dipergunakan berbentuk spiral atau siklus mengadopsi dari Kemmis dan MC. Taggart (Kasbolah, 1999) bahwa dengan menggunakan model ini apabila dalam awal tindakan ditemukan kekurangan dan kelemahan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang ingin dicapai.

Dalam model ini digambarkan bahwa penelitian kelas merupakan serangkaian langkah-langkah sebagai berikut:

a. Rencana (Planning ) : tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap sebagai solusi.

b. Tindakan (Action) : realisasi dari rncana yang kita buat.

c. Observasi (Observation) : mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa.

d. Refleksi (Reflektion) : tahap pengkajian, melihat dan mempertimbangkan hasil atau proses dari setiap tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini dilakukan revisi atau perbaikan terhadap rencana awal.

Siklus model Kemmis dan Mc Taggart ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, seperti siklus di bawah ini :


(17)

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas VI SDN Giri Mekar Kecamatan Palasari Kabupaten Subang, dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki dengan sasaran penelitian tindakan kelas adalah proses pembelajaran pada konsep isolator dan konduktor panas di kelas VI sekolah dasar.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus atau lebih. Pelaksanaan setiap siklus disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai sebagaimana dalam desain yang telah dibuat tentang factor yang diselidiki.

Gambar 3.1. Disain PTK Kemmis Dan Mc-Taggart (1982) Dalam Basrowi (1008:27)

Rencana

Siklus I

Refleksi Tindakan

Observasi

Rencana

Siklus II Refleksi

Tindakan

Observasi Siklus ke-n


(18)

Tahapan penelitian kelas ini terdiri atas : 1) Perencanaan (planning), 2). Pelaksanaan tindakan (action), 3) observasi (observasion), dan 4). Refleksi (reflection) dalam setiap siklusnya.

1. Perencanaan Tindakan

Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam tahap ini penulis menetapkan seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran mengenai konsep isolator dan konduktor panas, yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran keterampilan proses, adapun langkah-langkah

perencanaannya yaitu sebagai berikut:

1) Meminta izin kepada Kepala Sekolah SDN Giri Mekar dan rekan guru

kelas VI.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

3) Merumuskan langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan untuk

menguji hipotesis.

4) Memilih prosedur evaluasi penelitian. 5) Melaksanakan tindakan.


(19)

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat yaitu :

1) Tahap Awal Pembelajaran

a) Guru mengucapkan salam.

b) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran. c) Guru mengecek kehadiran siswa.

d) Guru melakukan apersepsi 2) Tahap Inti Pembelajaran

a) Siswa dibagi kedalam 5 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang).

b) Guru mengkondisikan siswa supaya duduk berkelompok.

c) Siswa menyimak panjelasan guru tentang tugas yang harus

diselesaikan dalam kelompoknya.

d) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.

e) Masing-masing kelompok melakukan percobaan tentang konsep

isolator dan konduktor panas.

f) Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang terdapat dalam LKS.

g) Siswa bersama guru membahas LKS yang telah didiskusikan dalam


(20)

h) Siswa bersama guru menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari mengenai manfaat isolator dan konduktor panas.

i) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan apa yang telah

dipelajari bersama.

j) Guru melakukan evaluasi.

3) Tahap Akhir Pembelajaran

a) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b) Melakukan tindak lanjut.

3. Observasi Pembelajaran

Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer bertugas mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi.

Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran IPA mengenai konsep gerak dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.


(21)

4. Refleksi

Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat penelitian oleh peneliti, observer dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil. Peneliti akan melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini memerlukan data yang otentik. Untuk mengumpulkan data tersebut peneliti menggunakan instrument tes dan instrument non tes.

1. Instrument Tes

Instrument tes bertujan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran konsep isolator dan konduktor dengan pendekatan keterampilan proses. Instrument tes yang digunakan yaitu:

a. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa merupakan panduan siswa untuk melaksanakan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok yang di dalamnya berisi soal-soal. Kegiatan ini selain dipantau oleh peneliti secara langsung, juga dipantau oleh observer. Dari hasil analisis LKS, guru bisa


(22)

merefleksikan sejauh mana LKS dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep.

b. Lembar Evaluasi (Post tes)

Lembar evaluasi merupakan instrument yang digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman serta tingkat keberhasilan siswa terhadap konsep yang dibelajarkan. Lembar evaluasi digunakan pada akhir setiap tindakan dan dilaksanakan secara individual

2. Instrumen Non Tes

Instrumen tess digunakan untuk mengetahui ketercapaian

pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, selain itu instrument tes berguna untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajara guru dan siswa. Adapun instrument non tes terdiri dari:

a. Lembar Observasi Guru

Lembar observasi untuk merekam segala aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

b. Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi untuk merekam segala aktivitas atau tingkah laku siswa yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh dari berbagai instrumen penelitian terkumpul, data tersebut disaring dan ditarik kesimpulan. Untuk


(23)

memperoleh data yang diinginkan maka penelitian memandang perlu menjelaskan secara singkat mengenai cara pengolahan data yang didapatkan dari setiap instrumen. Adapun pembahasannya seperti berikut:

a) Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan panduan observer dalam mengadakan pengamatan terhadap jalannya kegiatan penelitian, salah satunya untuk memantau kegiatan dan tingkah laku guru dan siswa selama mengikuti pembelajaran. Ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

Dalam mengolah data yang digunakan rumus persantase berdasarkan kriteria Purwanto, Rata-rata adalah ukuran yang merupakan wakil dari sekumpulan data yang digunakan untuk menggambarkan secara jelas tentang data tersebut, selain itu merupakan salah satu ukuran gejala pusat yang paling dekat dengan hasil yang sebenarnya”. Adapun rumus yang digunakan (Purwanto, 2009) adalah sebagai berikut:

Dan untuk mencari nilai rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dalam persen yaitu menggunakan rumus:

Keterangan :

X = Nilai rata-rata

∑N = Total nilai yang diperoleh

n = banyaknya item yang dinilai �= ∑�

� �=

∑�


(24)

b) Lembar Evaluasi Siswa dan LKS

Untuk mengetahui hasil belajar siswa secara individu, sekaligus untuk memperoleh gambaran mengenai daya serap dan tingkat keberhasilan terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan. Pada setiap akhkir kegiatan pembelajaran dilakukan kegiatan evaluasi.

Bentuk evaluasinya adalah tes tertulis dan LKS, dengan pertanyaan mengenai materi yang dipelajari. Kemudian hasil tes yang didapat dari setiap siklusnya dicari nilai rata-rata kelasnya dengan menggunakan rumus (Purwanto, 2009) yaitu sebagai berikut:

Rata-rata pretes dan postes dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

X = Nilai rata-rata

∑N = Total nilai yang diperoleh

n = banyaknya item yang dinilai 2. Analisis Data

a) Lembar Observasi

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran, maka dilakukan pengolahan nilai yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut; langkah pertama yaitu mencari rata-rata nilai yang diperoleh dari aspek penilaian.

�=∑�


(25)

Langkah kedua dari hasil penghitungan data tersebut untuk memperoleh data kualitatif mengenai aktivitas guru dan siswa kemudian dilakukan pencocokan terhadap konversi Nilai yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

Konversi Nilai Angka Kepada Nilai Huruf

No Nilai Presentase Kategori

1 3,33 – 4,00 ≥ 90 % Baik sekali

2 2,50 – 3,29 70%-89 % Baik

3 2,00 – 2,49 50%-69 % Cukup

4 1,00 – 1,99 30%-49 % Kurang

5 ≤ 0,99 ≤ 29 % Kurang Sekali

b)Lembar Evaluasi Siswa

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan hasil belajar siswa mengenai pembelajaran yang telah dipelajari yaitu dengan cara mencari nilai rata-rata yang didapatkan kemudian dikonversikan menuruk kategori berikut:

Tabel 3.3 Presentase Nilai dan Kategorinya

No Nilai Presentase Kategori

1 ≥ 90 ≥ 90 % Baik sekali

2 70-89 70%-89 % Baik

3 50-69 50%-69 % Cukup

4 30-49 30%-49 % Kurang


(26)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.SIMPULAN

Berdasarkan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep isolator dan konduktor, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistematika penyusunan RPP dengan menerapkan pendekatan keterampilan

Proses pada pembelajaran IPA mengenai isolator dan konduktor di kelas VI SDN Giri Mekar pada dasarnya sama dengan sistematika RPP yang di buat oleh para guru di sekolah, namun untuk penerapan pendekatan keterampilan Proses RPP yang disusun memiliki ciri-ciri khusus yaitu menerapkan 10 komponen keterampilan proses yaitu melalui langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dengan diantaranya Observasi, Menafsirkan Hasil Pengamatan,

Klasifikasi, Meramal (prediksi), Berkomunikasi, Berhipotesis,

Percobaan/Eksperimen, Menerapkan Konsep, Mengajukan pertanyaan, dan Membuat Kesimpulan. Ternyata dengan RPP yang digunakan pada siklus I dan siklus dapat dijadikan rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. RPP yang disusun dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(27)

2. Dengan penerapan pendekatan keterampilan proses pada proses pembelajaran IPA konsep isolator dan konduktor yang telah dilakukan, menunjukkan peningkatan proses pembelajaran, siswa dapat terlibat langsung pada pembelajarannya dengan menggunakan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari, siswa dapat berfikir kritis, siswa dapat bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran, dapat mendorong siswa menemukan konsep-konsep baru, siswa dapat belajar menggunakan metode ilmiah dan pada pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing. Siswa dapat melaksanakan pembelajaran IPA dengan baik, adapun langakah-langkah pembelajaranya terdiri dari dari 10 tahapan pembelajaran diantaranya yaitu Observasi,

Menafsirkan Hasil Pengamatan, Klasifikasi, Meramal (prediksi),

Berkomunikasi, Berhipotesis, Percobaan/Eksperimen, Menerapkan Konsep, Mengajukan pertanyaan, dan Membuat Kesimpulan. Walaupun pada mulanya siswa belum paham dengan proses pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses tersebut.

3. Penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa yaitu 6,46 dan siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 14 orang atau 53,85% sedangkan sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses nilai rata-rata siswa yaitu 6,15 atau siswa yang mencapai KKM hanya 4 orang. Pada siklus II nilai rata-rata


(28)

siswa sebesar 7,81 dan tingkat ketuntasannya sebesar 100%. Pada akhir pembelajaran siswa dapat memahami konsep isolator dan konduktor, dimana siswa dapat mengidentifikasi benda-benda yang merupakan isolator dan konduktor.

B.REKOMENDASI

Berdasarkan hasil temuan-temuan dalam penelitian ini, dapat

direkomendasikan kepada guru, kepala sekolah/sekolah dan peniliti lain beberapa hal sebagai berikut:

1. Guru/Pendidik

Hasil penelitian pembelajaran keterampilan proses sangat cocok digunakan dan di terapkan pada mata pelajaran IPA konsep isolator dan konduktor. Pembelajaran keterampilan proses juga dapat digunakan pada pembelajan IPA pada kompetensi dasar lainnya dan kompetensi dasar pada mata pelajaran lainnya. Dalam pelaksanaan penerapannya guru harus

mengarah dan selalu memberikan motivasi pada siswa untuk

mengembangkan kreativitas dan kepercayaan dirinya serta dalam proses pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator dan motivator siswa.

Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses berbeda dengan metode ceramah, karena perencanaan pembelajarannya harus menggambarkan sepuluh tahapan pembelajaran. Untuk itu guru dapat mempelajari dan mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses yang terdiri dari Observasi, Menafsirkan Hasil Pengamatan, Klasifikasi, Meramal (prediksi), Berkomunikasi, Berhipotesis,


(29)

Percobaan/Eksperimen, Menerapkan Konsep, Mengajukan pertanyaan, dan Membuat Kesimpulan dan guru mengetahui cara pembuatan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses dengan menguasai teorinya terlebih dahulu dan mempersiapkan semaksimal mungkin RPP yang akan dilaksanakan.

2. Kepala Sekolah/Sekolah

Kepala Sekolah/Sekolah hendaknya dapat membantu meningkatkan keefektivan pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Di samping itu sekolah juga hendaknya dapat membantu meningkatkan profesionalisme guru melalui pelatihan-pelatihan atau seminar baik di sekolah maupun di luar sekolah karena keprofesionalan guru di sekolah memiliki peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. 3. Peneliti lain

Penelitian ini terbatas pada penggunaan keterampilan proses. Peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini untuk lebih dikembangkan atau sebagai penelitian awal. Selain itu peneliti lain disarankan dapat juga menggunakan pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA di sekolah-sekolah lain dan penelitian ini dapat dijadikan bahan diskusi ataupun rujukan untuk pembelajaran mata pelajaran lain.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Galia Indonesia

Dahar,R.(1996). Teori-teori Belajar.Jakarta:Erlangga

Darmodjo, H dan kaligis, J. (1992/1993). Pendidikan IPA II. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No.

20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Eko

Jaya

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuam Pendidikan

(KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti.

Djamarah (2005). Pembelajaran Keterampilan Proses. (http;//

Djamarah.blogspot.com/2011/01/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.h tml. diakses n0vember 2012

Hamalik, Oemar 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:Tarsito

Karli, H. dan Yuliariatiningsih.(2002). Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi. Model-Model pembelajaran 1. Bandung: Bina Media Informasi

Kasbolah, K, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


(31)

Nasution, Noehi. (2007). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Purwanto, N.(1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Roskdakarya

Sanjaya, W. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suparno (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanesius.

Yuliariatiningsih, M.S. dan Irianto D.M (2009). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Kampus Cibiru


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.SIMPULAN

Berdasarkan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep isolator dan konduktor, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistematika penyusunan RPP dengan menerapkan pendekatan keterampilan Proses pada pembelajaran IPA mengenai isolator dan konduktor di kelas VI SDN Giri Mekar pada dasarnya sama dengan sistematika RPP yang di buat oleh para guru di sekolah, namun untuk penerapan pendekatan keterampilan Proses RPP yang disusun memiliki ciri-ciri khusus yaitu menerapkan 10 komponen keterampilan proses yaitu melalui langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dengan diantaranya Observasi, Menafsirkan Hasil Pengamatan, Klasifikasi, Meramal (prediksi), Berkomunikasi, Berhipotesis, Percobaan/Eksperimen, Menerapkan Konsep, Mengajukan pertanyaan, dan Membuat Kesimpulan. Ternyata dengan RPP yang digunakan pada siklus I dan siklus dapat dijadikan rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. RPP yang disusun dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(2)

2. Dengan penerapan pendekatan keterampilan proses pada proses pembelajaran IPA konsep isolator dan konduktor yang telah dilakukan, menunjukkan peningkatan proses pembelajaran, siswa dapat terlibat langsung pada pembelajarannya dengan menggunakan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari, siswa dapat berfikir kritis, siswa dapat bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran, dapat mendorong siswa menemukan konsep-konsep baru, siswa dapat belajar menggunakan metode ilmiah dan pada pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing. Siswa dapat melaksanakan pembelajaran IPA dengan baik, adapun langakah-langkah pembelajaranya terdiri dari dari 10 tahapan pembelajaran diantaranya yaitu Observasi, Menafsirkan Hasil Pengamatan, Klasifikasi, Meramal (prediksi), Berkomunikasi, Berhipotesis, Percobaan/Eksperimen, Menerapkan Konsep, Mengajukan pertanyaan, dan Membuat Kesimpulan. Walaupun pada mulanya siswa belum paham dengan proses pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses tersebut.

3. Penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa yaitu 6,46 dan siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 14 orang atau 53,85% sedangkan sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses nilai rata-rata siswa yaitu 6,15 atau siswa yang mencapai KKM hanya 4 orang. Pada siklus II nilai rata-rata


(3)

siswa sebesar 7,81 dan tingkat ketuntasannya sebesar 100%. Pada akhir pembelajaran siswa dapat memahami konsep isolator dan konduktor, dimana siswa dapat mengidentifikasi benda-benda yang merupakan isolator dan konduktor.

B.REKOMENDASI

Berdasarkan hasil temuan-temuan dalam penelitian ini, dapat direkomendasikan kepada guru, kepala sekolah/sekolah dan peniliti lain beberapa hal sebagai berikut:

1. Guru/Pendidik

Hasil penelitian pembelajaran keterampilan proses sangat cocok digunakan dan di terapkan pada mata pelajaran IPA konsep isolator dan konduktor. Pembelajaran keterampilan proses juga dapat digunakan pada pembelajan IPA pada kompetensi dasar lainnya dan kompetensi dasar pada mata pelajaran lainnya. Dalam pelaksanaan penerapannya guru harus mengarah dan selalu memberikan motivasi pada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan kepercayaan dirinya serta dalam proses pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator dan motivator siswa.

Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses berbeda dengan metode ceramah, karena perencanaan pembelajarannya harus menggambarkan sepuluh tahapan pembelajaran. Untuk itu guru dapat mempelajari dan mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses yang terdiri dari Observasi, Menafsirkan Hasil Pengamatan, Klasifikasi, Meramal (prediksi), Berkomunikasi, Berhipotesis,


(4)

Percobaan/Eksperimen, Menerapkan Konsep, Mengajukan pertanyaan, dan Membuat Kesimpulan dan guru mengetahui cara pembuatan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses dengan menguasai teorinya terlebih dahulu dan mempersiapkan semaksimal mungkin RPP yang akan dilaksanakan.

2. Kepala Sekolah/Sekolah

Kepala Sekolah/Sekolah hendaknya dapat membantu meningkatkan keefektivan pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Di samping itu sekolah juga hendaknya dapat membantu meningkatkan profesionalisme guru melalui pelatihan-pelatihan atau seminar baik di sekolah maupun di luar sekolah karena keprofesionalan guru di sekolah memiliki peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. 3. Peneliti lain

Penelitian ini terbatas pada penggunaan keterampilan proses. Peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini untuk lebih dikembangkan atau sebagai penelitian awal. Selain itu peneliti lain disarankan dapat juga menggunakan pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA di sekolah-sekolah lain dan penelitian ini dapat dijadikan bahan diskusi ataupun rujukan untuk pembelajaran mata pelajaran lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Galia Indonesia

Dahar,R.(1996). Teori-teori Belajar.Jakarta:Erlangga

Darmodjo, H dan kaligis, J. (1992/1993). Pendidikan IPA II. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Eko Jaya

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuam Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta : BP. Dharma Bhakti.

Djamarah (2005). Pembelajaran Keterampilan Proses. (http;// Djamarah.blogspot.com/2011/01/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.h tml. diakses n0vember 2012

Hamalik, Oemar 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:Tarsito

Karli, H. dan Yuliariatiningsih.(2002). Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi. Model-Model pembelajaran 1. Bandung: Bina Media Informasi

Kasbolah, K, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


(6)

Nasution, Noehi. (2007). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Purwanto, N.(1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Roskdakarya

Sanjaya, W. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suparno (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanesius.

Yuliariatiningsih, M.S. dan Irianto D.M (2009). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Kampus Cibiru


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii Di Smp Giri Taruna

0 6 14

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA BAHASAN KONDUKTOR & ISOLATOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI BT.P. 2012/2013 SDN. NO. 107404 SAMBIREJO TIMUR.

6 30 57

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN IPA KONSEP ISOLATOR DAN KONDUKTOR DI SDN GIRI MEKAR KABUPATEN SUBANG.

0 0 36

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN PANCAINDRA (PENGECAP).

0 0 33

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS.

0 0 42

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN : Penelitian Tindakan Kelas di SDN Kalapa Kembar Kelas VI Semester 1 Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Subang Kabupaten Sub

0 2 40

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA KONSEP GAYA.

0 2 42

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI ENERGI PANAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS III SDN TUGU 11 KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK.

0 0 36

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS.

5 27 29

UPAYA MenInGkATkAn PROSeS PeMBelAJARAn dAn HASIl BelAJAR IPA MelAlUI PendekATAn keTeRAMPIlAn PROSeS

0 0 5