EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK.

(1)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK

MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

(

Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung

Tahun ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

RESYA NOOR DIANI

0900420

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK

MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

(

Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung

Tahun ajaran 2013/2014)

Oleh

Resya Noor Diani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Resya Noor Diani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

RESYA NOOR DIANI 0900420

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

(Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Ilfiandra, M.Pd NIP. 197211241999031003

Pembimbing II

Dra. Setiawati, M.Pd NIP. 196211121986102001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP. 196005011986031004


(4)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRACT

Resya Noor Diani. (2013). The Efeectiveness of Psychodrama Technique to

Increase Students’ Self-Acceptance (Pre-Experimental Research to the Eight Graders of SMPN 16 Bandung 2013/2014)

Self-acceptance refers to the individual's satisfaction or happiness within himself, which is needed for good mental health. Teenagers who can accept themselves and admit their condition are free to take advantages of the conditions they have. They also acknowledge their shortcomings without blaming themselves. The use of group counseling services using psychodrama technique is expected to create individuals who are able to accept their condition.

The study aims to test the effectiveness of psychodrama technique in ncreasing self-acceptance of the eighth graders of SMP Negeri 16 Bandung (N = 24 students). The research method used is a pre-experimental research, Using One Group Pretest-Posttest design. The data was collected using a questionnaire which was an instrument to measure self-acceptance of the samples. The instruments used refers to the aspects and indicators proposed by Berger. To analyze the data, the researcher uses descriptive statistical calculations to see the increasing of self-acceptance scores and to analyze the pre-test and post-test. The results showed that psychodrama technique is effective to increase the learners’ self-acceptance.


(5)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

Resya Noor Diani. (2013). Efektivitas Teknik Psikodrama Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Peserta Didik. (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung Tahun ajaran 2013/2014)

Penerimaan diri mengacu pada kepuasan individu atau kebahagiaan dengan dirinya sendiri, yang diperlukan untuk kesehatan mental yang baik. Remaja yang dapat menerima diri dan mengakui kondisi mereka bebas untuk memanfaatkan kondisi yang mereka punya. Mereka juga mengakui kekurangan mereka tanpa menyalahkan diri mereka sendiri. Penggunaan layanan konseling kelompok dengan teknik psikodrama diharapkan dapat menciptakan individu agar dapat menerima keadaan dirinya.

Penelitian bertujuan menguji efektivitas teknik Psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung. Metode penelitian yang digunakan yaitu pra-eksperimen, dengan One Group

Pretest-Postest Design. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat

ukur berupa kuesioner yaitu alat ukur penerimaan diri kepada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung. Instrumen yang digunakan mengacu pada aspek dari Shepard dan indikator-indikator dari Berger. Partisipasi berjumlah 24 peserta didik (L=10 dan P=14). Analisis perhitungan data menggunakan statistika deskriptif untuk melihat kenaikan skor penerimaan diri dan analisis pre-test dan

post-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik psikodrama efektif untuk

meningkatkan penerimaan diri peserta didik.


(6)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu i

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Konsep Penerimaan Diri ... 9

1. Definisi Penerimaan Diri... 9

2. Ciri-ciri Penerimaan Diri... 12

3. Aspek-aspek Penerimaan Diri... 15

4. Penerimaan Diri pada Remaja... 17

5. Upaya Meningkatkan Penerimaan Diri Melalui Psikodrama... 21


(7)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii

b. Unsur Dasar Psikodrama... ... 25

c. Tahapan Prosese Psikodrama ... 28

d. Perbedaan Antara Psikodrama dan Sosiodrama ... 33

B. Simpulan... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

1. Lokasi Penelitian... 36

2. Populasi dan Sampel ... 36

B. Desain Penelitian... 37

C. Metode Penelitian... 37

D. Definisi Operasional Variabel ... 38

E. Proses Pengembangan Instrumen... 40

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 40

2. Pedoman Skor... 42

3. Uji Kelayakan Instrumen... 42

F. Pengumpulan Data Penelitian... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Efektivitas Teknik Psikodrama Secara umum ... 59

B. Efektivitas Teknik Psikodrama Pada Setiap Indikator... 61

C. Dinamika Peningkatan Penerimaan Diri Peserta Didik Melalui Teknik Psikodrama... 66 D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

1. Pembahasan Hasil Penelitian... 68


(8)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iii BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 76

B. Rekomendasi ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(9)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kondisi-kondisi yang menyebabkan remaja diterima atau ditolak... ...

17

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel ... 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penerimaan Diri ... 41

Tabel 3.3 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Penerimaan Diri Siswa ... 42 Tabel 3.4 Kategori, Frekuensi dan Persentase Penerimaan Diri ... 56

Tabel 3.5 Makna Kategori Penerimaan Diri ... 56

Tabel 4.1 Hasil Uji Dua Buah Rata-rata... ... 59

Tabel 4.2 Perolehan Skor Kondisi Pre-Test dan Kondisi Post-Test ... 60 Tabel 4.3 Perolehan Skor Per-Indikator Kondisi Pre-Test dan Kondisi

Post-Test ...


(10)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Penerimaan Diri pada Setiap Indikator Kondisi

Pre-Test dan Post-Pre-Test ...

62

Grafik 4.2 Peningkatan Penerimaan Diri pada Kondisi Pre-Test dan

Post-Test Indikator 1...

63

Grafik 4.3 Peningkatan Penerimaan Diri pada Kondisi Pre-Test dan

Post-Test Indikator 2...

64

Grafik 4.4 Peningkatan Penerimaan Diri pada Kondisi Pre-Test dan

Post-Test Indikator 3...

65

Grafik 4.5 Peningkatan Penerimaan Diri pada Kondisi Pre-Test dan

Post-Test Indikator 4...


(11)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat-surat Penelitian ... Lampiran B Kisi-kisi dan Instrumen Penelitan... Lampiran C Pengolahan Data ... Lampiran D Rancangan Konseling ... Lampiran E Lembar Kerja Peserta Didik ... Lampiran F Dokumentasi... Lampiran G Judgement Instrumen dan Program... Lampiran H Daftar Riwayat Hidup ...


(12)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan yang dapat dilakukan adalah melalui institusi pendidikan yaitu sekolah salah satunya dengan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam proses pendidikan yang memiliki peranan penting dalam mencegah atau mengatasi permasalahan peserta didik karena salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan yang optimal salah satunya yaitu penerimaan diri. Sesuai pendapat Yusuf (2009:38) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada peserta didik agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan diri secara optimal dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara personal maupun sosial.

Penerimaan diri merupakan salah satu kompetensi kemandirian peserta didik yang harus dikuasai menurut ABKIN (2008:253) seperti dalam pengenalan : mengenal kemampuan dan keinginan diri, akomodasi : menerima keadaan diri secara positif, dan menampilkan perilaku yang merefleksikan keragaman diri dalam lingkungannya.

Menurut Roger Barker (Yusuf, 2008:185) masa remaja merupakan periode pertumbuhan fisik yang cepat dan peningkatan dalam koordinasi, maka remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa. Roger Barker (Yusuf, 2008:185-186) berpendapat bahwa pertumbuhan fisik sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik, dari mulai anak sampai orang dewasa. Oleh karena itu, pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perolehan sifat-sifat yang diterima anak. Maka pertumbuhan fisik seseorang menentukan pengalaman sosialnya.


(13)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Monks (1998:259) anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi remaja tidak pula termasuk golongan dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja masih mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak Calon (Monks, 1998:260).

Santrock (2003:334) mendefinisikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Perubahan biologis mencakup perubahan-perubahan dalam hakikat fisik individu. Perubahan kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam pikiran, inteligensi dan bahasa tubuh. Sedangkan perubahan sosial-emosional meliputi perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan.

William Kay (Yusuf, 2008:72) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja yaitu menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok, menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya, menerima diri sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri, memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup dan mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri.

Menurut Osterrieth (Nurihsan dan Agustin, 2011:58) bahwa struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi selama awal tahun masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku indivdu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal


(14)

3

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Apabila perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

Berdasarkan penjelasan tentang masa remaja, bahwa masa remaja merupakan masa transisi yang dialami setiap individu dalam rentang kehidupannya, pada masa transisi ini individu akan mengalami berbagai perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai pada usia belasan tahun dan berakhir pada usia dua puluh tahunan.

Hurlock (1996:290) mengungkapkan bahwa perkembangan biologis pada remaja terlihat jelas dari perubahan tinggi badan, bentuk badan, berkembangnya otot-otot tubuh, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan remaja putri seringkali menjadi tidak suka dengan keadaan tubuhnya dan menjadikan remaja menjadi tidak percaya diri. Menurut Allport (Hjelle & Ziegler, 1992:275) penerimaan diri merupakan salah satu dari enam bagian positif kesehatan mental ataupun kematangan diri. Menyatakan penerimaan diri adalah toleransi atas peristiwa-peristiwa yang membuat kecewa atau menyakitkan sejalan dengan menyadari kekuatan-kekuatan pribadinya. Toleransi yang diartikan sebagai sikap membiarkan kegagalan sehingga tidak merasa tertekan dan tidak mengingat-ingat peristiwa hidup yang tidak mengenakkan yang dapat mengganggu kehidupan di masa datang. Penerimaan diri juga merupakan sikap yang positif, yaitu ketika individu menerima diri sebagai seorang manusia. Remaja dapat mengatasi keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa menggangu orang lain.

Kedua aspek positif, misalnya harga diri dan aspek-aspek negatif dari adaptasi misalnya kesepian ditentukan oleh penerimaan diri. Itatsu (Toyota, 2011: 449-459) menemukan hubungan yang erat antara hubungan penerimaan diri dan interpersonal. Yakni, remaja yang menerima diri mereka sendiri memiliki sikap ramah terhadap orang lain. Sebagai sikap terhadap orang lain merupakan aspek penting dalam adaptasi, semakin dapat menerima diri sendiri, semakin tinggi tingkat adaptasi yang ia memiliki. Oleh karena itu, penerimaan diri bernilai


(15)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sedang diperiksa untuk memperjelas aspek penting adaptasi. Seperti Toyota et al. (Toyota, 2011: 449-459) menunjukkan, ada hubungan positif antara EL (Emotional Intelligence) dan harga diri. Hubungan ini dapat dimediasi oleh penerimaan diri. Karena remaja dengan EI yang lebih tinggi bisa mengendalikan emosi mereka dalam situasi stres yang kuat, mereka bisa menerima diri mereka sendiri. Adapun remaja dengan EI (Emotional Intelligence) rendah, mereka tidak bisa mengendalikan emosi mereka dalam situasi seperti ini dan mereka sering mengalami kesulitan dalam menerima diri mereka sendiri.

Berdasarkan penelitian Oktaviana (2004) Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Ciri-Ciri Perkembangan Sekunder Dengan Konsep Diri Pada Remaja Puteri SLTPN 10 Yogyakarta diketahui bahwa semakin tinggi penerimaan diri remaja putri terhadap ciri-ciri perkembangan seksual sekundernya, maka akan semakin tinggi pula konsep dirinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah penerimaan diri remaja putri terhadap ciri-ciri perkembangan seksual sekundernya, maka akan semakin rendah pula konsep dirinya. Penelitian Ramadan terhadap peserta didik kelas VII SMP Negeri 7 Kota Sukabumi (2013) mengungkapkan penerimaan perkembangan fisik pada taraf sedang dengan persentase sebesar 69%. Sebagian peserta didik yang memiliki penerimaan perkembangan fisik yang tinggi akan memiliki kematangan emosi yang tinggi pula dan sebagian peserta didik yang memiliki penerimaan perkembangan fisik yang rendah akan memiliki kematangan emosinya yang rendah pula.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 16 Bandung Pada tanggal 14 Desember 2012 melalui metode wawancara dengan guru bimbingan dan konseling dan observasi selama Program Pengenalan Lapangan peserta didik yang penerimaan dirinya kurang adanya ketidakpuasan terhadap penampilan fisik yang dimilikinya. Selain itu, peserta didik yang mengeluh atau kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya.

Bertitik tolak dari fenomena penerimaan diri yang kurang pada remaja diatas diperlukannya bimbingan dari guru Bimbingan dan Konseling (konselor) di sekolah, seperti yang diungkapkan ABKIN (2008: 234) “Peran guru BK (konselor) sebagai salah satu komponen student support services, adalah


(16)

5

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mendukung perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karir, dan akademik peserta didik”. Shertzer dan Stone (Yusuf, 2009:38) mengartikan bimbingan sebagai “Process of helping an individual to understand himself and his world (Proses pemberian bantuan kepada peserta didik agar mampu memahami

diri dan lingkungannya)”. Bimbingan yang diberikan dapat berupa layanan responsif yang merupakan upaya bantuan dan bertujuan membantu peserta didik dalam memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para peserta didik yang dipandang mengalami hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya Supriatna (2011).

Menurut White, Rosenblat, Love, dan Little (Kellermann, 1987: 461) bahwa teknik psikodrama efektif dalam memodifikasi sikap positif individu melalui peningkatan penerimaan diri, pengendalian diri, tanggung jawab, dan sosialisasi. Selain itu diperkuat dengan pernyataan dari Carpenter dan Sandberg (Kellermann, 1987: 461) teknik psikodrama efektif dalam meningkatkan kekuatan ego dan dalam mengembangkan keterampilan sosialisasi dalam kelompok kecil remaja bermasalah.

Memfasilitasi perkembangan penerimaan diri yang kurang, diperlukan adanya intervensi bimbingan dalam bentuk teknik psikodrama yang dirancang untuk membantu meningkatkan penerimaan diri peserta didik. Teknik yang digunakan oleh konselor menggunakan teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri remaja, sehingga pendekatan yang dirasa tepat dan efektif untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik adalah teknik psikodrama.

Psikodrama adalah metode tindakan dipelopori oleh Moreno, salah satu pendiri dari kelompok psikoterapi Corsini (Somov, 2008: 151-161). Sebuah modalitas terapi di mana “orang memberlakukan adegan dari kehidupan mereka, mimpi atau fantasi dalam upaya untuk mengungkapkan perasaan terpendam, mendapatkan wawasan baru dan pemahaman, dan praktek perilaku baru yang lebih memuaskan” Garcia & Buchanan (Somov, 2008: 151-161).


(17)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Konopka (Yusuf, 2009:9) menyatakan bahwa masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan peserta didik, dan merupakan masa transisi (dari masa anak ke masa dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.

Masa ini sikap individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa Al-mighwar (2006: 19).

Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ia dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya Maslow (Hjelle dan Ziegler, 1992: 272).

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan berikut rumusan masalah dalam penelitian ini yang dikemas dalam pertanyaan:

” Bagaimana penggunaan teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri

peserta didik SMP Negeri 16 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2012/2013 ?”

C.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran penerimaan diri peserta didik SMP Negeri 16 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana pelaksanaan psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik SMP Negeri 16 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2013/2014?


(18)

7

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Apakah teknik psikodrama efektif untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik SMP Negeri 16 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2013/2014?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ialah memperoleh gambaran empiris mengenai efektivitas teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik SMP Negeri 16 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan tujuan umum, penulis menjabarkan lagi tujuan tersebut ke dalam beberapa tujuan khusus:

1. Profil penerimaan diri peserta didik SMP Negeri 16 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2013/2014.

2. Pelaksanaan layanan bimbingan psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri fisik peserta didik SMP Negeri 16 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2013/2014.

3. Efektivitas teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik SMP Negeri 16 Bandung kelas VIII Tahun ajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Setelah rumusan tujuan dapat tercapai, maka penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Secara Teoritis :

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi upaya bimbingan pribadi untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik di SMP. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan informasi berguna bagi peneliti selanjutnya.

2. Secara Praktis :

SMP Negeri 16 Bandung dapat memberikan masukan kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan dalam peningkatan penerimaan diri yaitu dengan teknik psikodrama sehingga mampu menghadapi permasalahan secara efektif. Bagi sekolah dapat dijadikan masukan dalam membantu peserta didik untuk dapat


(19)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengembangkan penerimaan diri di lingkungan sekolah. Serta konselor sekolah dapat menggunakan layanan dasar bagi peserta didik sebagai upaya preventif untuk mencegah perilaku-perilaku yang maladaptif pada peserta didik serta dapat membantu peserta didik agar dapat mengembangkan penerimaan diri, sehingga menunjang pencapaian keberhasilan peserta didik di sekolah baik akademik maupun non-akademik.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I membahas tentang latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur penulisan.

Bab II menyajikan teori yang relevan sebagai landasan dilakukannya penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

Bab III membahas mengenai metode penelitian, mencakup lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, pengumpulan data penelitian, dan analisis data.

Bab IV membahas pemaparan hasil penelitian, efektivitas teknik psikodrama secara umum dalam meningkatkan penerimaan diri peserta didik, efektivitas teknik psikodrama per-indikator dalam meningkatkan penerimaan diri peserta didik, dinamika peningkatan penerimaan diri, dan pembahasan tentang penerimaan diri peserta didik.


(20)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 16 Bandung yang berlokasi di Jl. PH. Mustofa Alasan pemilihan lokasi penelitian salah satunya yaitu belum tersedianya layanan bimbingan dan konseling khususnya dengan teknik psikodrama yang secara khusus berdasarkan penerimaan diri peserta didik.

Selain itu pemilihan lokasi penelitian berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMP Negeri 16 Bandung yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2012 melalui wawancara dengan guru BK dan pengamatan langsung masih terdapat peserta didik menunjukan penerimaan diri rendah.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Jumlah populasi penelitian adalah 346 orang, diambil 224 orang untuk dijadikan sampel penelitian. Pertimbangan dasar dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di SMP Negeri 16 Bandung adalah karena peneliti merasa belum ada suatu program bimbingan konseling khususnya bimbingan kelompok yang secara khusus fokus untuk meningkatkan penerimaan diri siswa.

Adapun rincian jumlah populasi dan sampel dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah

1. VIII.1 38

2. VIII.2 38

3. VIII.3 38

4. VIII.4 39

5. VIII.5 38


(21)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7. VIII.7 38

8. VIII.8 39

9. VIII.9 38

10. VIII.10 39

Jumlah Populasi 346

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan pendapat Surakhmad (1998:100) yaitu “bila populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, dan jika berada diantara 100 sampai 1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15% - 50% dari jumlah populasi”. Dengan demikian populasi kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 346 siswa, sehingga sampel yang diambil sebesar 40,445% yang berjumlah 140 siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan one-group pretest-posttest design yakni desain eksperimen dengan memberikan pre-test sebelum dan sesudah diberikan perlakuan atau eksperimen. Desain penelitian digunakan untuk memperoleh gambaran keefektifan teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung tahun angkatan 2013-2014. Desain penelitiannya adalah sebagai berikut.

Keterangan:

O1= nilai Pre test (sebelum dilakukan treatment)

X = eksperiment/tindakan (treatment)

O2 = nilai post test ( setelah dilakukan treatment)

(Sugiyono, 2010:110)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen, yaitu “metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada pengontrol variabel sama sekali” (Sugiyono, 2010:109).


(22)

38

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Definisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian yaitu penerimaan diri dan teknik psikodrama. Definisi operasional variabel diuraikan sebagai berikut : 1. Definisi penerimaan diri yang digunakan dalam penelitian ini adaptasi dari

konsep Berger versi tahun 1973. Menurut Shepard (1979:139) penerimaan diri didefinisikan sebagai penegasan atau penerimaan diri terlepas dari kelemahan atau kekurangan. Meskipun istilah ini telah sering dipahami secara akal sehat, para peneliti telah menetapkan secara resmi dalam hal konsep diri positif dan negatif. Selain itu, Shepard (1979:141) penerimaan diri mengacu pada kepuasan individu atau kebahagiaan dengan dirinya sendiri, dan diperlukan untuk kesehatan mental yang baik. Penerimaan diri melibatkan pemahaman diri, realistis, subyektif, kesadaran, kekuatan dan kelemahan seseorang.

Pada pengukuran penerimaan diri dari Ellis (Bernand, 2013:47) mengungkapkan, terdapat perbedaan individu dalam penerimaan diri

unconditional self-acceptance (penerimaan diri tidak bersyarat) dan conditional self-acceptance (penerimaan diri bersyarat) yang berhubungan dengan realistis,

subyektif dan kesadaran diri akan kelebihan dan kekurangan. Pada individu yang berorientasi penerimaan diri unconditional self-acceptance (penerimaan diri tidak bersyarat) ditandai oleh : Individu memiliki keyakinan dalam kapasitasnya untuk mengatasi kehidupannya, Individu bertanggung jawab dari perilakunya sendiri, Individu berusaha mengelak perasaan, motif, keterbatasan, kemampuan atau kualifikasi yang baik yang terlihat dalam dirinya sendiri, Individu tidak mengharapkan orang lain untuk menolaknya baik dia memberikannya suatu alasan untuk menolaknya atau tidak dan Individu sadar diri. Individu yang berorientasi penerimaan diri conditional self-acceptance (penerimaan diri bersyarat) ditandai oleh : Individu mengandalkan tekanan dari luar sebagai pedoman bagi perilakunya, Individu menerima pujian atau kritik dari orang lain secara objektif, Individu menganggap dirinya sendiri sebagai seseorang yang benar-benar berbeda dengan orang lain atau secara umum tidak normal dalam reaksinya dan Individu menganggap dirinya sebagai seseorang yang berharga dalam posisi yang sama dengan orang lain.


(23)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, esensi dari penerimaan diri adalah menerima kelebihan maupun kekurangan dirinya secara bersyarat dan tidak bersyarat yang meliputi aspek realistik, subyektif dan kesadaran diri akan kelebihan dan kekurangan. Individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

Secara operasional, penerimaan diri dalam penelitian ini adalah respon peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 terhadap pernyataan tertulis tentang menerima kelebihan maupun kekurangan dirinya secara bersyarat dan tidak bersyarat yang meliputi aspek realistik, subyektif dan kesadaran diri akan kelebihan dan kekurangan.

a. Realistik yang berorientasi penerimaan diri internal ditandai oleh Individu memiliki keyakinan dalam kapasitasnya untuk mengatasi kehidupannya dan Individu tidak mengharapkan orang lain untuk menolaknya. Pada individu yang berorientasi penerimaan diri eksternal ditandai oleh Individu mengandalkan tekanan dari luar sebagai pedoman bagi perilakunya.

b. Subyektif yang berorientasi penerimaan diri internal ditandai oleh Individu berusaha mengelak perasaan, motif, keterbatasan, kemampuan atau kualifikasi yang baik yang terlihat dalam dirinya sendiri. Pada individu yang berorientasi penerimaan diri eksternal ditandai oleh Individu menganggap dirinya sebagai seseorang yang berharga dalam posisi yang sama dengan orang lain dan Individu menganggap dirinya sendiri sebagai seseorang yang benar-benar berbeda dengan orang lain atau secara umum tidak normal dalam reaksinya. c. Kesadaran diri akan kelebihan dan kekurangan yang berorientasi penerimaan

diri internal ditandai oleh Individu bertanggung jawab dari perilakunya sendiri dan Individu sadar diri. Pada individu yang berorientasi penerimaan diri eksternal ditandai oleh Individu menerima pujian atau kritik dari orang lain secara objektif.

2. Secara konsep “Teknik psikodrama yaitu suatu teknik dalam satu cara yang unik daripada terapi lain, meskipun menggunakan komunikasi verbal tidak terlalu bergantung pada cara seperti pengobatan. Sebaliknya, berbicara melalui gerakan tubuh adalah hal yang utama. Dengan fisik memberlakukan kembali


(24)

40

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengalaman masa lalu dibawa ke masa sekarang, yang memungkinkan konseli untuk memproses kenangan dengan bimbingan konselor dan partisipasi anggota kelompok dengan permasalahan yang sama Kipper (1998; Clark, T. L., & Davis-Gage, 2010). Hal ini berdasarkan pada asumsi Corey, Gerald (2010) teknik psikodrama adalah tindakan di mana konseli mengeksplorasi masalah mereka melalui bermain peran, memberlakukan situasi menggunakan berbagai kegiatan dramatis untuk mendapatkan wawasan, menemukan kreativitas mereka sendiri, dan mengembangkan keterampilan perilaku.

Teknik psikodrama terdiri dari tiga tahap : (a) pemanasan, (b) tindakan, dan (c) sharing atau diskusi. Tahap-tahap ini tidaklah mutlak, tapi secara umum membantu dalam merancang spontanitas, mengaplikasikannya dan mengintegrasikan proses psikodrama ke dalam kelompok Corey (2010). Pada tahap awal dalam teknik psikodrama konselor melakukan pemanasan terhadap konseli sebelum selanjutnya akan masuk ketahap inti. Ditahap awal konselor melakukan pengenalan terhadap konseli, membuat situasi antara konselor dan konseli menjadi hangat serta menjelaskan sedikit mengenai apa yang akan nanti dilakukan pada tahap inti. Setelah tahap awal selesai konselor melanjutkan ketahap selanjutnya yakni tahap inti yang isinya adalah konseli melakukan drama untuk mengelurkan pikian, perasaan, dan sikap. Selanjutnya konselor mengajak konseli untuk berdiskusi yakni mendiskusikan hasil dari drama yang telah dilakukan oleh konseli tadi.

E. Proses Pengembangan Instrumen 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan karakteristik Penerimaan Diri dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan instrumen agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk mengukur penerimaan diri peserta didik mengacu pada aspek realistis, subyektif dan kesadaran diri akan kelebihan dan kekurangan yang didalamnya terkandung indikator dari


(25)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

self-acceptance (penerimaan diri bersyarat) untuk kemudian dijabarkan dalam

bentuk pernyataan. Instrumen dalam penelitian ini dikembangkan dengan dua alternatif jawaban. Dua alternatif jawaban tersebut menggambarkan orientasi penerimaan diri unconditional self-acceptance (penerimaan diri tidak bersyarat) dan conditional self-acceptance (penerimaan diri bersyarat) yang tersebar dalam pilihan a dan b. Kisi-kisi dari instrumen disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penerimaan diri

ASPEK DIMENSI YANG

DIUKUR

INDIKATOR BENTUK

PERNYATAAN

Internal Eksternal

Realistik

Conditional Self Acceptance (CSA)

Penerimaan Diri

Bersyarat”

1. Individu mengandalkan tekanan dari luar sebagai pedoman bagi perilakunya.

2a, 3b

2b, 3a

Unconditional Self Acceptance (USA)

Penerimaan Diri Tak

Bersyarat”

2. Individu memiliki keyakinan sesuai kapasitas untuk mengatasi kehidupannya. 4b, 5b, 6b 4a, 5a, 6a Unconditional Self Acceptance (USA)

Penerimaan Diri Tak

Bersyarat”

3. Individu menerima adanya penolakan dari orang lain.

21a, 22b,23b,25 a, 26b, 27a

21b, 22a, 23a, 25b, 26a, 27b

Subyektif

Conditional Self Acceptance (CSA)

Penerimaan Diri

Bersyarat”

4. Individu menganggap dirinya sebagai seseorang yang berharga dalam posisi yang sama dengan orang lain. 17b, 18b, 19a 17a, 18a, 19b Conditional Self Acceptance (CSA)

Penerimaan Diri

Bersyarat”

5. Individu menganggap dirinya sendiri sebagai seseorang yang benar-benar berbeda dengan orang lain atau secara umum tidak normal dalam reaksinya.

29b, 30b, 31b 29a, 30a, 31a Unconditional Self Acceptance (USA)

Penerimaan Diri Tak

Bersyarat”

6. Individu berusaha mengelak perasaan, motif,

keterbatasan, atau kualifikasi yang kurang baik yang terlihat dalam dirinya sendiri. 12 b, 13b , 14b, 15a, 12a, 13a, 14a, 15b Kesadaran diri akan kelebihan dan kekurangan Conditional Self Acceptance (CSA)

Penerimaan Diri

Bersyarat”

7. Individu menerima pujian atau kritik dari orang lain secara objektif.

9b, 11b

9a, 11a

Unconditional Self Acceptance (USA)

Penerimaan Diri Tak

Bersyarat”

8. Individu bertanggung jawab dari perilakunya sendiri.

8b 8a

Unconditional Self Acceptance (USA)

Penerimaan Diri Tak

Bersyarat”

9. Individu tidak malu atau sadar diri.

32a, 34b, 35b, 36b

32b, 34a, 35a, 36a


(26)

42

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Pedoman Skor

Instrumen Penerimaan Diri dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan beserta kemungkinan jawabannya. Instrumen penerimaan diri dalam penelitian ini dibuat dengan dua alternatif jawaban. Dua alternatif jawaban tersebut merupakan pernyataan yang menggambarkan orientasi internal dan eksternal yang tersebar dalam pilihan a dan b yang memiliki kunci jawaban yang berbeda pada setiap itemnya. Adapun pola penilaian untuk tiap alternatif jawaban yang diberikan kepada peserta didik dijelaskan pada tabel

Tabel 3.3

Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Penerimaan Diri Siswa

Skor Jawaban

Deskripsi

1 Jika responden (peserta didik) memilih jawaban yang menggambarkan

karakteristik penerimaan diri tidak bersyarat

0 Jika responden (peserta didik) memilih jawaban yang menggambarkan

karakteristik penerimaan diri bersyarat

3. Uji Kelayakan Instrumen

Uji validitas rasional bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk dan isi. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh dua dosen ahli. Uji validitas rasional dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberikan nilai M berarti item tersebut bisa digunakan dan item yang diberi nilai TM bisa memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau masih bisa digunakan dengan revisi terlebih dahulu.

Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk seluruh item pada angket penerimaan diri termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dari tiga dosen ahli dapat disimpulkan pada pada dasarnya item-item pernyataan dapat digunakan dengan beberapa perbaikan redaksi yakni dilihat dari segi bahasa, konstruk, dan konten agar mudah


(27)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dipahami oleh peserta didik. Item-item yang diperbaiki antara lain : 6, 7, 10, 11, 12, 13, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 32, 33, 35 dan 36

Uji keterbacaan instrumen dilaksanakan kepada lima peserta didik kelas VIII SMP Negeri 50 yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Tujuan uji keterbacaan ini adalah untuk mengukur tingkat keterbacaan instrumen dari segi kata-kata, istilah dan kalimat secara utuh. Hasil uji keterbacaan adalah penyederhanaan kalimat tanpa mengubah makna dari pernyataan tersebut. Berdasarkan uji keterbacaan pada kelima peserta didik tersebut, tidak terdapat kekeliruan dalam butir pernyataan. Para siswa memahami dan merasa mampu untuk mencerna maksud dari tiap butir pernyataan.

a. Uji Validitas Butir Item

Pengujian validitas alat pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap penerimaan diri peserta didik. Metode yang digunakan dalam uji validitas adalah metode korelasi Spearman. Hasil uji validitas item penerimaan diri peserta didik berjumlah 28 item yang dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil uji validitas menunjukan, dari 36 item pernyataan terdapat 28 item pernyataan yang valid. Ini artinya terdapat 28 item pernyataan yang dapat digunakan selanjutnya untuk perhitungan reliabilitas.

Menurut Arikunto (2010:221), reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas alat ukur adalah dengan menggunakan rumus Alpha metode Cronbach.

Berdasarkan uji realibilitas dengan SPSS for Windows Versi 20.0, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen 0,998 pada item 28. Hasil konsultasi skor tingkat reliabilitas instrumen dengan pedoman klarifikasi realibilitas menunjukkan bahwa tingkat korelasi dan derajat keterandalan berada pada kategori sangat tinggi untuk instrumen penerimaan diri. Hal ini berarti bahwa


(28)

44

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

instrumen yang dibuat reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen yang tinggi derajat keterandalannya.

F. Pengumpulan Data Penelitian 1. Penyusunan Proposal

Rancangan kegiatan dalam penelitian dituangkan peneliti dalam bentuk proposal. Langkah penyusunan proposal penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Menentukan permasalahan yang akan dijadikan tema penelitian dan membuat peta masalah.

b. Menentukan pendekatan masalah yang meliputi metode penelitian, teknik pengumpulan data, penentuan sampel dan populasi, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data.

c. Menyusun proposal skripsi dengan sistematika penulisan yang telah ditentukan.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian diperlukan sebagai legitimasi dari pelaksanaan penelitian. Proses perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Direktorat Akademik, dan SMP Negeri 16 Bandung.

3. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan angket, yakni sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengungkap karakteristik Penerimaan Diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung.

Kisi-kisi dan instrumen yang digunakan dikembangkan dalam bentuk angket, sebelumnya telah dikembangkan oleh Berger (Kenneth, 1973) yang selanjutnya disebut dengan Angket A. Angket yang pernah dikembangkan tersebut selanjutnya dimodifikasi untuk dapat digunakan dalam penelitian ini, yang disebut dengan Angket B. Instrumen yang berupa angket digunakan untuk


(29)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengidentifikasi tingkat penerimaan diri. Angket pengungkap karakteristik penerimaan diri digunakan untuk pre-test dan post-test.

4. Pre-test

Pelaksanaan pre-test dilakukan dengan menyebar angket penerimaan diri pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung untuk mengetahui tingkat Penerimaan Diri.

5. Treatment

Pemberian treatment (perlakuan) dengan menggunakan teknik psikodrama dilakukan pada siswa yang memiliki tingkat penerimaan diri rendah berdasarkan dari hasil pre-test. Konselor melakukan treatment untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik dengan teknik psikodrama dengan langkah-langkah kegiatan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan intervensi teknik psikodrama dalam meningkatkan penerimaan diri selama delapan sesi pertemuan, yang berdurasi disetiap sesinya 45 menit. Penentuan jumlah sesi ini merujuk pada penelitian Moreno. Pada setiap sesinya memiliki fokus yang berbeda dan mengacu pada penerimaan diri yang akan dikembangkan, meliputi : (1) Meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk mengandalkan tekanan dari dalam (diri sendiri) sebagai pedoman bagi perilakunya, (2) Meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk dapat menerima orang lain menerima atau menolak dirinya, (3) Meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik untuk menerima keadaan diri yang berbeda dengan orang lain dan (4) Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menerima pujian atau kritik orang lain secara objektif.

Pada tahap awal dalam teknik psikodrama konselor melakukan pemanasan terhadap konseli sebelum selanjutnya akan masuk ketahap inti. Ditahap awal konselor melakukan pengenalan terhadap konseli, membuat situasi antara konselor dan konseli menjadi hangat serta menjelaskan sedikit mengenai apa yang akan nanti dilakukan pada tahap inti. Setelah tahap awal selesai konselor melanjutkan ketahap selanjutnya yakni tahap inti yang isinya adalah konseli melakukan drama untuk mengelurkan pikian, perasaan, dan sikap. Selanjutnya


(30)

46

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konselor mengajak konseli untuk berdiskusi yakni mendiskusikan hasil dari drama yang telah dilakukan oleh konseli tadi.

Penentuan jadwal intervensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dan konseli. Pada setiap sesi, instruksi yang diberikan sama, namun dengan topik yang berbeda. Setelah treatment selesai dilakukan, konselor melanjutkan dengan pelaksanaan post-test.

Komponen-komponen program intervensi dengan teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik disusun setelah mengkaji konsep penerimaan diri, baik secara teoritis maupun empiris. Intervensi ini didasarkan pada prinsip-prinsip Psikodinamik yang dirancang oleh konseling kelompok secara umum dan teknik psikodrama secara khusus. Komponen-komponen program intervensi dengan teknik psikodrama diantaranya:

A. Rasional

Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan yang dapat dilakukan adalah melalui institusi pendidikan yaitu sekolah salah satunya dengan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam proses pendidikan yang memiliki peranan penting dalam mencegah atau mengatasi permasalahan peserta didik karena salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan yang optimal salah satunya yaitu penerimaan diri. Sesuai pendapat Yusuf (2009:38) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada peserta didik agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan diri secara optimal dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara personal maupun sosial.

Penerimaan diri merupakan salah satu kompetensi kemandirian peserta didik yang harus dikuasai menurut ABKIN (2008:253) seperti dalam pengenalan : mengenal kemampuan dan keinginan diri, akomodasi : menerima keadaan diri


(31)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

secara positif, dan menampilkan perilaku yang merefleksikan keragaman diri dalam lingkungannya.

Berdasarkan penelitian Oktaviana (2004) Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Ciri-Ciri Perkembangan Sekunder Dengan Konsep Diri Pada Remaja Puteri SLTPN 10 Yogyakarta diketahui bahwa semakin tinggi penerimaan diri remaja putri terhadap ciri-ciri perkembangan seksual sekundernya, maka akan semakin tinggi pula konsep dirinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah penerimaan diri remaja putri terhadap ciri-ciri perkembangan seksual sekundernya, maka akan semakin rendah pula konsep dirinya. Penelitian Ramadan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Sukabumi (2013) mengungkapkan penerimaan perkembangan fisik pada taraf sedang dengan persentase sebesar 69%. Sebagian siswa yang memiliki penerimaan perkembangan fisik yang tinggi akan memiliki kematangan emosi yang tinggi pula dan sebagian siswa yang memiliki penerimaan perkembangan fisik yang rendah akan memiliki kematangan emosinya yang rendah pula.

Bertitik tolak dari fenomena penerimaan diri yang kurang pada remaja diatas diperlukannya bimbingan dari guru Bimbingan dan Konseling (konselor) di sekolah, seperti yang diungkapkan ABKIN (2008: 234) “Peran guru BK (konselor) sebagai salah satu komponen student support services, adalah mendukung perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karir, dan akademik peserta didik”. Shertzer dan Stone (Yusuf, 2009:38) mengartikan bimbingan sebagai “Process of helping an individual to understand himself and his world (Proses pemberian bantuan kepada siswa agar mampu memahami diri dan

lingkungannya)”. Selain itu dilihat dari hasil bimbingan juga sebagai upaya untuk (1) meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk mengandalkan tekanan dari dalam (diri sendiri) sebagai pedoman bagi perilakunya, (2) meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk menerima pendapat dari orang lain, (3) meningkatkan penerimaan pemahaman peserta didik untuk menerima keadaan diri yang berbeda dengan orang lain, (4) meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk menerima keterbatasan dan kelebihan yang dimilikinya, (5) meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk menerima pujian atau kritik


(32)

48

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

orang lain secara objektif dan (6) meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk memiliki rasa tanggung jawab dari perilakunya sendiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa layanan responsif yang merupakan upaya bantuan dan bertujuan membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya Supriatna (2011).

Menurut White, Rosenblat, Love, dan Little (Kellermann, 1987: 461) bahwa teknik psikodrama efektif dalam memodifikasi sikap positif individu melalui peningkatan penerimaan diri, pengendalian diri, tanggung jawab, dan sosialisasi. Selain itu diperkuat dengan pernyataan dari Carpenter dan Sandberg (Kellermann, 1987: 461) teknik psikodrama efektif dalam meningkatkan kekuatan ego dan dalam mengembangkan keterampilan sosialisasi dalam kelompok kecil remaja bermasalah.

B. Tujuan

Secara umum tujuan intervensi teknik psikodrama adalah untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dalam menerima karakteristik/ keadaan diri sendiri dengan apa adanya.

Secara khusus, tujuan intervensi teknik psikodrama adalah :

1. Meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk mengandalkan tekanan dari dalam (diri sendiri) sebagai pedoman bagi perilakunya.

2. Meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk dapat menerima orang lain menerima atau menolak dirinya

3. Meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik untuk menerima keadaan diri yang berbeda dengan orang lain.

4. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menerima pujian atau kritik orang lain secara objektif.


(33)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. Prosedur Teknik Psikodrama

Psikodrama terdiri dari tiga tahap : (a) pemanasan, (b) tindakan, dan (c) sharing dan diskusi. Tahap-tahap ini tidaklah mutlak, tapi secara umum membantu dalam merancang spontanitas, mengaplikasikannya, dan mengintegrasikan proses psikodrama ke dalam kelompok.

1. Pemanasan (warm-up)

Didalam pemanasan konselor menumbuhkan kepercayaan terhadap konseli. Pemanasan yang dilakukan oleh konselor ini dilakukan untuk meningkatkan secara bertahap agar menciptakan suasana yang terasa hangat dan konseli ikut terlibat. Konselor melakukan pemanasan bisa dengan teknik fisik seperti menggunakan musik, menari, dan gerakan atau latihan nonverbal lainnya. 2. Pentas (action)

Didalam tahap inti ini konselor menginstrusikan agar konseli melakukan aksi drama untuk mengeluarkan pikiran, sikap dan perasaan yang tidak disadari oleh mereka.

3. Sharing atau diskusi

Setelah drama selesai, konselor dan konseli tersebut melakukan sharing. Di sini konselor menginstrusikan agar konseli untuk mengungkapkan apa yang dirasakan setelah dilakukannya drama juga konselor mengajak konseli untuk mengeluarkan pendapat mereka tentang drama yang telah dilakukan. Lalu dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana drama tadi mempengaruhi pola pikir dan perasaan mereka.

D. Sasaran Intervensi

Intervensi dilakukan terhadap 24 orang peserta didik kelas VIII dengan jumlah laki-laki 10 dan jumlah perempuan 14 dengan intensitas Penerimaan Diri rendah. Upaya layanan yang akan diberikan untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik yaitu berupa layanan konseling kelompok dengan teknik psikodrama.


(34)

50

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. Sesi Intervensi

Program intervensi teknik psikodrama dalam menangani penerimaan diri peserta didik dilakukan selama 8 sesi dan 2 sesi digunakan untuk pre test dan post test. Pelaksanaan intervensi konseling dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Penentuan jadwal intervensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dan siswa. Gambaran setiap sesi intervensi sebagai berikut.

Langkah-langkah kegiatan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan intervensi ini dilakukan selama delapan sesi. Penentuan jumlah sesi ini merujuk pada penelitian Moreno. Pada setiap sesinya memiliki fokus yang berbeda dan mengacu pada penerimaan diri yang akan dikembangkan, meliputi : (1) Meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk mengandalkan tekanan dari dalam (diri sendiri) sebagai pedoman bagi perilakunya, (2) Meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk dapat menerima orang lain menerima atau menolak dirinya, (3) Meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik untuk menerima keadaan diri yang berbeda dengan orang lain dan (4) Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menerima pujian atau kritik orang lain secara objektif.

Setiap sesi berdurasi 45 menit. Penentuan jadwal intervensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dan konseli. Pada setiap sesi, instruksi yang diberikan sama, namun dengan topik yang berbeda. Instruksi yang diberikan adalah sebagai berikut :

Sesi pertama, dilakukan pembuka dan pengenalan dari intervensi Psikodrama. Tujuan dari tahap ini adalah membangun hubungan yang positif dengan konseli, serta mengenalkan intervensi kepada konseli dan kemampuan apa yang akan konseli peroleh. Selain itu pada sesi pertama konselor menayangkan contoh video psikodrama dari Moreno Jacob kepada konseli sebagai pengenalan drama yang akan nantinya dilakukan oleh konseli.

Sesi kedua, dengan topik kegiatan “Realistis”. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mengandalkan tekanan dari dalam (diri sendiri) sebagai pedoman bagi perilakunya.


(35)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Tahap awal : Konselor menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok serta menjelaskan topik yang nantinya akan dijadikan drama oleh konseli.

1. Tahap inti : Konselor meminta konseli untuk memulai proses drama dengan judul “AKU BISA.

2. Tahap akhir : Setelah dilakukannya drama, konseli (kelompok) tersebut melakukan diskusi. Di sini konseli mengeluarkan pendapat yang tidak menghakimi antar sesama. Konselor yang mengajak semua konseli (kelompok) untuk mengungkapkan pengaruh yang dialami secara pribadi. Lalu dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana drama tadi mempengaruhi pola pikir dan perasaan konseli. Konseli yang mendapat peran sebagai pembantu dapat berbagi dalam dua cara. Pertama, mereka dapat didorong untuk berbagi apa yang mereka temukan dan rasakan atau berpikir dalam peran mereka. Kedua, mereka bisa lebih lanjut dan berbagi sesuatu dari kehidupan mereka sendiri yang tersentuh oleh peran yang dilakukan. Sesi ini merupakan awal bagi konseli untuk menggali pengalaman penerimaan diri yang pernah dirasakan konseli.

Sesi ketiga, dengan topik kegiatan “Realistis”. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mengandalkan tekanan dari dalam (diri sendiri) sebagai pedoman bagi perilakunya.

1. Tahap awal : Konselor menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok serta menjelaskan topik yang nantinya akan dijadikan drama oleh konseli.

2. Tahap inti : Konselor meminta konseli untuk memulai proses drama dengan judul “KEBIASAAN.

3. Tahap akhir : Setelah dilakukannya drama, konseli (kelompok) tersebut melakukan diskusi. Di sini konseli mengeluarkan pendapat yang tidak menghakimi antar sesama. Konselor yang mengajak semua konseli (kelompok) untuk mengungkapkan pengaruh yang dialami secara pribadi. Lalu dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana drama tadi mempengaruhi pola pikir dan perasaan konseli. Konseli yang mendapat peran sebagai


(36)

52

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembantu dapat berbagi dalam dua cara. Pertama, mereka dapat didorong untuk berbagi apa yang mereka temukan dan rasakan atau berpikir dalam peran mereka. Kedua, mereka bisa lebih lanjut dan berbagi sesuatu dari kehidupan mereka sendiri yang tersentuh oleh peran yang dilakukan.

Refleksi pada sesi ini mengarah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menerima pendapat dari orang lain. Setelah adanya diskusi konselor meminta konseli untuk menuliskan pendapat apa saja yang kurang diterima oleh konseli beserta alasannya.

Sesi keempat, dengan topik kegiatan “Subyektif”. Sesi ini bertujuan agar meningkatkan penerimaan diri peserta didik untuk tidak mengharapkan orang lain menolak dirinya.

1. Tahap awal : Konselor menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok serta menjelaskan topik yang nantinya akan dijadikan drama oleh konseli.

2. Tahap inti : Konselor meminta konseli untuk memulai proses drama dengan judul “TIDAK SEMUANYA SAMA.

3. Tahap akhir : Setelah dilakukannya drama, konseli (kelompok) tersebut melakukan diskusi. Di sini konseli mengeluarkan pendapat yang tidak menghakimi antar sesama. Konselor yang mengajak semua konseli (kelompok) untuk mengungkapkan pengaruh yang dialami secara pribadi. Lalu dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana drama tadi mempengaruhi pola pikir dan perasaan konseli. Konseli yang mendapat peran sebagai pembantu dapat berbagi dalam dua cara. Pertama, mereka dapat didorong untuk berbagi apa yang mereka temukan dan rasakan atau berpikir dalam peran mereka. Kedua, mereka bisa lebih lanjut dan berbagi sesuatu dari kehidupan mereka sendiri yang tersentuh oleh peran yang dilakukan.

Sesi kelima, dengan topik kegiatan “Subyektif”. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik untuk menerima keadaan diri yang berbeda dengan orang lain.


(37)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Tahap awal : Konselor menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok serta menjelaskan topik yang nantinya akan dijadikan drama oleh konseli.

2. Tahap inti : Konselor meminta konseli untuk memulai proses drama dengan judul “INILAH AKU.

3. Tahap akhir : Setelah dilakukannya drama, konseli (kelompok) tersebut melakukan diskusi. Di sini konseli mengeluarkan pendapat yang tidak menghakimi antar sesama. Konselor yang mengajak semua konseli (kelompok) untuk mengungkapkan pengaruh yang dialami secara pribadi. Lalu dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana drama tadi mempengaruhi pola pikir dan perasaan konseli. Konseli yang mendapat peran sebagai pembantu dapat berbagi dalam dua cara. Pertama, mereka dapat didorong untuk berbagi apa yang mereka temukan dan rasakan atau berpikir dalam peran mereka. Kedua, mereka bisa lebih lanjut dan berbagi sesuatu dari kehidupan mereka sendiri yang tersentuh oleh peran yang dilakukan.

Sesi keenam, dengan topik kegiatan “Keadaan diri akan kelebihan dan kekurangan”. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menerima pujian atau kritik orang lain secara objektif.

1. Tahap awal : Konselor menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok serta menjelaskan topik yang nantinya akan dijadikan drama oleh konseli

2. Tahap inti : Konselor meminta konseli untuk memulai proses drama dengan topik “KRITIKAN MEMBANGUN.

3. Tahap akhir : Setelah dilakukannya drama, konseli (kelompok) tersebut melakukan diskusi. Di sini konseli mengeluarkan pendapat yang tidak menghakimi antar sesama. Konselor yang mengajak semua konseli (kelompok) untuk mengungkapkan pengaruh yang dialami secara pribadi. Lalu dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana drama tadi mempengaruhi pola pikir dan perasaan konseli. Konseli yang mendapat peran sebagai pembantu dapat berbagi dalam dua cara. Pertama, mereka dapat didorong untuk berbagi apa yang mereka temukan dan rasakan atau berpikir dalam


(38)

54

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peran mereka. Kedua, mereka bisa lebih lanjut dan berbagi sesuatu dari kehidupan mereka sendiri yang tersentuh oleh peran yang dilakukan.

Fokus refleksi yang diberikan pada sesi ini adalah mengeksplorasi keefektifan tindakan-tindakan yang konseli lakukan ketika sedang berada dalam situasi ketika orang lain memberikan pujian atau kritik. Apakah dapat menerima pujian atau kritik dengan baik atau tidak serta penerimaan diri yang konseli rasakan ketika menerima tindakan tersebut.

Sesi ketujuh, dengan topik kegiatan “Kesadaran diri akan kelebihan dan kelemahan”. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menerima pujian atau kritik orang lain secara objektif.

1. Tahap awal : Konselor menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok serta menjelaskan topik yang nantinya akan dijadikan drama oleh konseli.

2. Tahap inti : Konselor meminta konseli untuk memulai proses drama dengan judul “KRITIK UNTUK LEBIH BAIK.

3. Tahap akhir : Setelah dilakukannya drama, konseli (kelompok) tersebut melakukan diskusi. Di sini konseli mengeluarkan pendapat yang tidak menghakimi antar sesama. Konselor yang mengajak semua konseli (kelompok) untuk mengungkapkan pengaruh yang dialami secara pribadi. Lalu dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana drama tadi mempengaruhi pola pikir dan perasaan konseli. Konseli yang mendapat peran sebagai pembantu dapat berbagi dalam dua cara. Pertama, mereka dapat didorong untuk berbagi apa yang mereka temukan dan rasakan atau berpikir dalam peran mereka. Kedua, mereka bisa lebih lanjut dan berbagi sesuatu dari kehidupan mereka sendiri yang tersentuh oleh peran yang dilakukan.

Fokus refleksi pada sesi ini adalah meningkatkan kemampuan konseli untuk mengidentifikasi bahwa pada setiap pengalaman penerimaan diri yang dialami konseli, terdapat makna yang dapat konseli jadikan pelajaran dan inspirasi. Selain itu, sesi ini juga berfokus pada upaya peningkatan rasa tanggung jawab konseli terhadap diri sendiri dan orang lain. Konseli diajak menganalisis


(39)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dari hasil drama yang telah dilakukan untuk lebih bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sesi kedelapan, sesi kedelapan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengeluarkan pikiran, sikap dan perasaan konseli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membantu konseli dalam membawa pikiran-pikiran yang mendasari, sikap, dan perasaan yang sepenuhnya tidak disadari oleh konseli.

Selain itu sesi terakhir ini berbentuk post-test yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunakan teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri siswa.

F. Indikator Keberhasilan

Evaluasi keberhasilan intervensi untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik dilakukan pada setiap sesi intervensi dan setelah seluruh program intervensi selesai dilaksanakan. Konseli yang berhasil mengikuti kegiatan intervensi adalah konseli yang mampu menerima keadaan dan kemampuannya sendiri serta orang lain . Lembar evaluasi diberikan setelah peserta didik mengikuti setiap sesi kegiatan. Lembar evaluasi ini yang digunakan dalam mengukur sejauh mana keefektifan proses konseling. Evaluasi dari keseluruhan drama juga dilakukan dengan melihat peningkatan penerimaan diri positif yang konseli tulis dalam jurnal hariannya, selain dengan menulis jurnal dilihat dari perilakunya dalam kegiatan di sekolah yakni dilihat melalui wawancara dengan guru bk dan wali kelasnya.

Evaluasi keseluruhan sesi intervensi berbentuk post-test yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunakan teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri siswa.

G. Analisis Data

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.

1. Pertanyaan penelitian mengenai gambaran umum penerimaan diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 dijawab


(40)

56

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berdasarkan skala jawaban dengan menggunakan jawaban siswa tentang penerimaan diri yang dilakukan dengan rating. Langkah ini dilakukan untuk memberikan kategori, hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4

Kategori, Frekuensi dan Persentase Penerimaan Diri

No Rentang Skor Kategori

Penerimaan Diri

F %

1. x > + 1 Internal (Tinggi) 30 24,43

2. ( - 1 ) – ( + 1 ) Gradasi internal – ekternal (Sedang)

86 61,43

3. x < ( - 1 ) Eksternal (Rendah) 24 17,14

Setiap kategori mengandung pengertian sebagai berikut. Tabel 3.5

Makna Kategori Penerimaan Diri

No Kategori Skor Deskripsi

1 Internal

(Tinggi)

x > 24 Penerimaan diri peserta didik pada kategori ini berorientasi internal (penerimaan diri tak bersyarat), dengan kata lain peserta didik menerima karakteristik dirinya sendiri dengan apa adanya. Artinya peserta didik memiliki keyakinan sesuai kapasitas untuk mengatasi kehidupannya, tidak mengharapkan orang lain untuk menolaknya, berusaha mengelak perasaan, motif, keterbatasan atau kualifikasi yang kurang baik yang terlihat dalam dirinya, bertanggung jawab dari perilakunya sendiri dan individu sadar diri.

2 Gradasi

internal – ekternal

15– 24 Penerimaan diri peserta didik pada kategori ini berada pada gradasi internal-eksternal, dengan kata lain peserta didik menerima karakteristik


(41)

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Sedang) yang dimilikinya dengan apa adanya tetapi di sisi lain lain masih menerima faktor dari luar diri yang mendorong untuk menerima karakteristik yang ada pada dirinya. Hal tersebut menggambarkan bahwa karakteristik yang ditunjukkan peserta didik dalam kategori ini adalah karakteristik yang dimiliki orientasi penerimaan diri tak bersyarat dan bersyarat. 3 Eksternal

(Rendah)

x < 15 Penerimaan diri pada kategori ini berorientasi eksternal (penerimaan diri bersyarat), dengan kata lain peserta didik meyakini faktor dari luar yang menjadi pendorong untuk menerima karakteristik yang dimilikinya. Artinya peserta didik bergantung pada dorongan orang lain dalam mengandalkan tekanan dari luar sebagai pedoman bagi perilakunya, menganggap dirinya sebagai seseorang yang berharga dalam posisi yang sama dengan orang lain, menganggap dirinya sendiri sebagai seseorang yang benar-benar berbeda dengan orang lain dan menerima pujian atau kritik orang lain secara objektif.

Berdasarkan tabel 3.5, menunjukkan gambaran umum penerimaan diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung membutuhkan intervensi dengan teknik psikodrama. Pemberian layanan difokuskan berdasarkan kualifikasi dari interpretasi skor kategori penerimaan diri peserta didik.

2. Pertanyaan kedua mengenai rancangan intervensi melalui teknik psikodrama untuk meningkatkan penerimaan diri peserta didik. Rancangan intervensi disusun berdasarkan hasil pre-test. Uji kelayakan (judgement) dilakukan untuk rancangan intervensi.

3. Pertanyaan penelitian ketiga mengenai efektivitas teknik psikodrama dirumuskan ke dalam hipotesis “teknik psikodrama efektif dalam


(42)

58

Resya Noor Diani,2014

EFEKTIVITAS TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatkan penerimaan diri peserta didik.” Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji statistik Wilcoxon Match Pairs Test dengan menggunakan SPSS 20.0 for windows.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: DEPDIKNAS.

Aleta, Stiner. 2008. Psychometric properties of the Unconditional Self-Acceptance Questionnaire and the association of self-acceptance with eating

disorders. Disertation: Villanova University.

Allen, Woody. 2011. Finding Happiness Through Self-Acceptance. Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi remaja, Bandung : Pustaka Setia.

Anggraini, I. V. 2006. Hubungan Antara Penerimaan Diri, Dengan Aliensi Pada Waria. (Skripsi,Fakultas Psikologi Universitas Mumahmmadiyah Malang, 2006, Tidak diterbitkan).

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian”Suatu Pendekatan Praktik: Edisi Revisi 2010. Penerbit: Rineka Cipta.

ASGPP. 2012. What Is Psychodrama, Sociometry, And Sociodrama?.

Bergemann, Niels. 1988. Self-Acceptance and Acceptance of Others An Afrikaans Version of the Berger Scales. South African Journal of Psychology. Vol. 18 No. 3.

Bernand, M.E. 2013. The Strength of Self-Acceptance (Theory, Practice and Research). Melbourne, Australia: Spinger New York Heidelberg Dordrecht London.

Chamberlain, John. M & Haaga, David A. F. 2001. Unconditional Self-Acceptance and Psychological Health. Journal of Rational-Emotive and Cognitive-Behavior Therapy. Vol. 19, No. 3, 163-176.

Charmaine & Kathryn. 2006. Healing a mother's emotional pain: protagonist and director recall of a Therapeutic Spiral Model (TSM) session. Journal of Group Psychotherapy, Psychodrama & Sociometry.

Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Chimera & Baim. 2010. Introduction to Psychodrama. Workshop for IASA


(2)

Clark, T. L., & Davis-Gage, D. 2010. Treating trauma: Using psychodrama in groups. Retrieved from:

http://counselingoutfitters.com/vistas/vistas10/Article_59.pdf.

Corey, Gerald. 2010. Theory & Practice of Group Counseling. Eight Edition. Cronbach, L. J. 1963. Educational Psychology.United States Of America :

Harcourt, Brance and Company Inc.

E. B. Hurlock. 1993. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga.

E. B. Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan Isti Widayanti). Jakarta: Erlangga. Fox, Vince. 2004. Self-Worth What It Is, And Is Not. USA - Unconditional Self

Acceptance: The Foundation.

Fung, Camille. 2011. Exploring Individual Awareness As it Relates to Self-Acceptance and The Quality Of Interpersonal Relationship. Thesis: Faculty of The George L. Graziadio. School of Business and Management Pepperdine University.

G, Somov. P. 2008. A Psychodrama Group for Substance Use Relapse Prevention Training. The Arts in Psychotherapy. 38 , 151-161.

Gagani & Grieve. 2012. Working in Action with Autistic Children.

Handayani, Ratnawati dan Helmi. 1998. Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri. Jurna Psikologi : Universitas Gajah Mada. Vol: 2, 47-55.

Hurlock, E. B.1996. Personality Development. New Delhi: McGraw- Hill Publishing Company.

Hjlle, L. A dan Ziegler. D. J. 1992. Personality Theories: Basic Assumption, Research And Application. Tokyo : MC Graws Hill.

Jersild, Arthur. T. 1965. The Psychology of Adolescence second edition. New York: The Macmillan Company.

Johnson, D. W. 1993. Reaching Out : Interpersonal Effectiveness and Self – Actualization, fith edition. USA.Allyn and Bacon.

Josephine. 2006. Psychodrama as a preventive measure: teenage girls confronting violence. Journal of Group Psychotherapy, Psychodrama & Sociometry.


(3)

Julie, Taub. M. 2012. Fat talk and body self-acceptance talk: An Experimental Test of the Possible Consequences for Women. Disertation: Villanova University.

Karatas & Gokcakan. 2009. The Eff ect of Group-Based Psychodrama Therapy on Decreasing the Level of Aggression in Adolescents. Turkish Journal of Psychiatry.

Kellermann, Peter. Felix. 1987. Outcome Research In Classical Psychodrama. First Published In Small Group Behavior, Vol. 18 No.4, ;459-469.

Kenneth, L. Denmark. 1973. Self-Acceptance and Leader Effectiveness. Texas A & M University.

Kooraki, Yazdkhasti, Ebrahimi & Oreizi. 2012. Effectiveness of Psychodrama in Improving Social Skills and Reducing Internet Addiction in Female Students. Iranian Journal of Psychiatry and Clinical Psychology, Vol. 17, No. 4, Winter 2012, 279-288.

Mearns, Jack. 2009. “Measuring acceptance: Expectancy for success vs.

self-esteem”. Journal of Clinical Psychology. Vol. 45, No. 3, 390–397.

Michalak, Teismann, Heidenreich, Strohle & Vocks, 2011. Buffering low esteem: The effect of mindful acceptance on the relationship between self-esteem and depression. Journal Personality and Individual Differences. Vol. 50, No. 5, 751–754.

Monks, J. F. 1998. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya (Terjemahan Siti Rahayu Haditono). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nadya, Aisha. 2013. Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Fisik Siswa (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012-2013). (Skripsi, Pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, Tidak diterbitkan).

Nishinaga, Ken. 2011. Self-Acceptance of Mothers Who Have Children with Intellectual Disabilities: A Study by Semi-Structured Interview.

Nurihsan, A. Juntika dan Agustin, Mubiar. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja : Tinjauan Psikologi, Pendidikan dan Bimbingan. PT Refika Aditama.

O’Donohue, William & Fisher, Jane E. 2008 1957. Cognitive Behavior Therapy : Appling Empirically Supported Techniques in Your Practice. 2nd ed.


(4)

Oktaviana, Rina. 2004. Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Ciri-Ciri Perkembangan Sekunder Dengan Konsep Diri Pada Remaja Puteri SLTPN 10 Yogyakarta. Jurnal Psikologi, vol 1 no 2. Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang.

Propper, Herb. 2009. A Concise Introduction to Psychodrama, Sociodrama and Sociometry.

Ramadan, M. P. (2013). Hubungan antara penerimaan perkembangan fisik dengan kematangan emosi pada remaja awal (studi korelasional pasa siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Sukabumi Tahun Ajaran 2001-2012). (Skripsi, Pada Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, Tidak diterbitkan).

Rambang. 2008. Stress Kerja Ditinjau Dari Penerimaan Diri Pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Wanita Di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Semarang. (Skripsi, Pada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2008).

Richter, J, Richter,G, Eisemann & Seering. 1995. Depression, perceived parental rearing and self-acceptance. Journal. Vol.10, No. 6, 290–296.

Santrock, J. W. 2003. Adolescence: perkembangan remaja (Edisi Ke-6). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Scholwinski & Lasser. 2006. The Use of Psychodrama Techniques for Students

With Asperger’s Disorder. Texas State University, San Marcos.

Shepard, L. A. 1979. Self-acceptance: The evaluative component of the self-concept construct. American Educational Research Journal. Vol. 16, No. 2, 139- 160.

Strang, Ruth. 1957. The Adolescent View Himself. United States Of America : McGraw-Hill Book Company, Inc.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit : ALFABETA.

Supraktinya. 1995. Komunikasi antar pribadi :Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius.

Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


(5)

Suwanpon, Parichart. 2006. Self- acceptance in people with spinal cord injury who attended the Independent Living Unit. Parallel Session 5. CBR & Independent.

Tauvon. 2001. A Comparison of Psychoanalytic and Psychodramatic Theory from

a Psychodramatist’s Perspective.

Toyota, Hiroshi. 2011. Differences in Relationship Between Emotional Intelligence and Self-Acceptance as Function of Gender and Ibasho (a Person Who Eases the Mind) of Japanese Undergraduates. Journal. Vol. 20, No. 3, 449-459.

Vingoe, Frank. J. 1967. “Self-Awareness, Self-Acceptance, And Hypnotizability”. Journal of Abnormal Psychology. Vol. 72, No. 5, 454-456.

Wayne, Matthews. 1993. Acceptance of Self And Others. Published by: North Carolina Cooperative Extension Service.

Wilkins, Paul. 1999. Sage Publication : Psychodrama. British Library Cataloguing in Publication data.

Willis. S. S. (2010). Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Yusuf, LN. Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: Rosda.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi.


(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS TEKNIK PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN DIRI DALAM BELAJAR PESERTA DIDIK: Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 11 98

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN DAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK.

2 10 45

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN HARGA DIRI PESERTA DIDIK : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 5

EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN PESERTA DIDIK.

0 0 72

IMPLEMENTASI TEKNIK PSIKODRAMA DALAMBIMBINGANKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 3 KARANGPANDAN KARANGANYAR.

0 1 1

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN DAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK - repository UPI S PPB 0900417 Title

0 0 3

Teknik Psikodrama untuk Meningkatkan Efikasi Diri Peserta Didik SMP | Sugito | Consilium: Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling 11072 23242 1 SM

0 1 9

EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PESERTA DIDIK

0 0 11

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 2 111

KEEFEKTIFAN TEKNIK MODEL SIMBOLIK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK SMP NEGERI 8 SURAKARTA

0 0 18