NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN “CIVIC CULTURE” SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN INDONESIA : Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu.

(1)

NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN CIVIC

CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN

INDONESIA

(Studi kasus masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh : SITI FATIMAH

0900959

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya dengan Civic Culture Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia

(Studi Kasus Masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)

Oleh

SITI FATIMAH

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© SITI FATIMAH 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

SITI FATIMAH

NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA DENGAN CIVIC

CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN

INDONESIA

(Studi kasus Masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd 19600515 198803 1 002

Pembimbing II

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd 19721001 200112 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. 19630820 198803 1 001


(4)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

SKRIPSI INI DIUJI PADA :

Hari/Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia Ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1 Penguji I :

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

3.2 Penguji II :

Drs. Rahmat, M.Si NIP. 19580915 198603 1 003 3.3 Penguji III:

Dr. Hj. Komala Nurmalina, M.Pd NIP. 1303452500


(5)

ABSTRAK

Siti Fatimah (0900959). NILAI BUDAYA ADAT NGAROT

KAITANNYA DENGAN “CIVIC CULTURE” SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN KEBUDAYAAN INDONESIA (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu).

Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang mampu menopang masyarakat untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya daerahnya. Nilai-nilai budaya yang menunjang masyarakat tersebut berguna untuk menciptakan karakter dan identitas warganegara. Upacara adat Ngarot adalah salah satu budaya daerah yang masih dilaksanakan tiap tahun oleh masyarakat Lelea Kecamatan lelea kabupaten Indramayu. Dalam tradisi adat Ngarot ini terdapat nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan budaya kewarganegaraan (civic

culture) yang mampu menciptakan karakter warganegaranya. Penelitian ini

didasarkan pada lima permasalahan, yaitu: bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot, nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam adat Ngarot kaitanya dengan civic culture, upaya apa yang dilakukan dalam melestarikan nilai budaya adat Ngarot, kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai budaya adat Ngarot, solusi apa saja yang di harapkan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelestarian budaya adat Ngarot. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah sesepuh Ngarot, tokoh agama, pemerintah desa, peserta Ngarot dan masyarakat Lelea. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa proses pelaksaan adat Ngarot pada intinya merupakan pesta atau upacara penanda bahwa musim menanam padi di desa Lelea sudah dimulai. Dalam adat Ngarot terdapat nilai-nilai budaya kaitannya dengan budaya kewarganegaraan (civic culture) yaitu nilai kebersamaan, nilai kekeluargaan, dan nilai gotong royong yang yang terkandung di dalam Pancasila yaitu sila ketiga dan keempat. Proses pelestarian nilai-nilai budaya adat Ngarot dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi proses pelestarian nilai-nilai budaya adat Ngarot dilakukan oleh orang tua di keluarga, masyarakat dan lembaga pemerintah Desa Lelea.Kendala-kendala yang ditemui dalam upaya proses pelestarian nilai-nilai budaya adat Ngarot ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu kurang pahamnya generasi penerus terhadap makna yang sesungguhnya dari adat Ngarot itu sendiri dan kurangnya kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai-nilai budaya adat Ngarot kepada anaknya. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya luar, dalam bentuk tayangan-tayangan di televisi, pergaulan hidup sehari-hari dan akses internet yang mudah. Solusi yang dibutuhkan dalam menangani pelestarian adat Ngarot salah satunya yaitu dengan measukan budaya adat Ngarot menjadi salah satu materi dalam pembelajaran disekolah baik dalam pelajaran seni budaya maupun muatan lokal.


(6)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Siti Fatimah (0900959). NGAROT INDIGENOUS CULTURAL VALUES RELATED TO "CIVIC CULTURE" AS A CULTURAL PRESERVATION

form INDONESIA (Lelea the case study village Lelea Lelea District Indramayu Regency).

Cultural citizenship (civic culture) is a society sustains a culture that is able to live up to the cultural values of the region. Cultural values that underpin society is useful to create a character and national identity. Ngarot ritual is one of the regional culture that is still performed every year by community lelea Lelea District Indramayu district. In this tradition there Ngarot customary cultural values associated with the culture of citizenship (civic culture) that is able to create the character of its citizens. The study was based on five issues, namely: how to process a custom implementation Ngarot, what cultural values are embodied in customary Ngarot relation to civic culture, what is done in an effort to preserve traditional cultural values Ngarot, whatever obstacles are encountered in the process of preservation indigenous cultural values Ngarot, any solution that is expected to overcome the obstacles in the preservation of indigenous cultures Ngarot. The approach used in this study is a qualitative approach using case studies. The data was collected through interview, observation, literature study, and study documentation. Subjects in this study were Ngarot elders, religious leaders, village government, and community participants Ngarot Lelea. Based on the results of the study revealed that the process of implementation of customs Ngarot essentially a ceremonial feast or marker that rice planting season in the village Lelea already begun. In Ngarot custom there cultural values its relationship with the culture of citizenship (civic culture) that the value of togetherness, family values, and the values of mutual cooperation contained in Pancasila that is just the third and fourth. The process of preservation of cultural values Ngarot custom made in the family, school and community. Efforts are being made to address the preservation of traditional cultural values Ngarot done by older people in the family, the community and government agencies Lelea.Kendala village-obstacles encountered in the process of preservation efforts of indigenous cultural values Ngarot there are two internal factors and external factors . nternal factors are less pahamnya the next generation of the true meaning of custom Ngarot itself and the lack of awareness of parents to instill cultural values of indigenous Ngarot to his son. While external factors, namely the influence of foreign culture, in the form of the shows on television, day-to-day social life and easy internet access. Solutions needed to deal with the preservation of indigenous Ngarot one of them is the traditional cultural measukan Ngarot be one in school learning materials both in culture and art lessons local content.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Nilai Budaya ... 9

1. Pengertian Nilai ... 9

2. Kategorisasi Nilai ... 12

3. Budaya ... 13

a. Pengertian Kebudayaan ... 13

b. Wujud Kebudayaan ... 16

c. Unsur-unsur Kebudayaan ... 18

d. Komponen Kebudayaan ... 20

e. Pelestarian Budaya Indonesia ... 20

4. Nilai Budaya ... 21

a. Pengertian Nilai Budaya ... 21

b. Fungsi Nilai Budaya ... 25

B. Kajian Tentang Adat Ngarot ... 27

1. Pengertian adat Ngarot ... 27

2. Sejarah Ngarot ... 28

C. Budaya Kewarganegaraan Civic Culture ... 29

1. Pengertian Budaya kewarganegaraan Civic Culture ... 29

2.Ciri-ciri Budaya Kewarganegaraan Civic Culture ... 30

3. Elemen Civic Culture ... 31

D. Penelitian Terdahulu ... 34

E. Kerangka Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

1. Lokasi Penelitian ... 38

2. SubjekPenelitian ... 38

B. Pendekatan dan Metode Penelitian... 38

1. Pendekatan Penelitian ... 38


(8)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan

Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Definisi Operasional ... 41

1. Nilai Budaya ... 41

2. Adat Ngarot ... 41

3. Budaya Kewarganegaraan (Civic culture) ... 42

4. Pelestarian Kebudayaan ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Observasi ... 42

2. Wawancara ... 43

3. Studi Literature... 44

4. Studi Dokumentasi ... 45

E. Validitas Data ... 45

1. Memperpanjang masa observasi ... 45

2. Pengamatan terus menerus ... 46

3. Menggunakan Referensi ... 46

4. Menggunakan Member Check ... 46

F. Prosedur Penelitian ... 46

1. Tahap Pra Penelitian ... 47

2. Tahap Pelaksanaan ... 48

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 49

1. Reduksi Data (Data Reduction) ... 49

2. Penyajian Data (Data Display)... 50

3. Verifikasi dan Kesimpulan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. GambaranUmum Lokasi Penelitian ... 52

1. Letak Secara Umum Desa Lelea ... 52

2. Keadaan Penduduk ... 53

a. Bidang Sosial ... 53

b. Bidang Ekonomi ... 55

c. Bidang pendidikan ... 55

d. Bidang Agama ... 56

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

1. Proses Pelaksanaan Adat Ngarot ... 57

2. Nilai-nilai Budaya yang Terkandung dalam Adat Ngarot Kitannya dengan Civic Culture ... 60

3. Upaya yang dilakukan dalam Melestarikan Nilai Budaya adat Ngarot ... 61

4. Kendala yang ditemui dalam Proses Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat Ngarot ... 64

5. Solusi yang diharapkan untuk Mengatasi Hambatan-hambata dalam Pelestarian Adat Ngarot ... 67

C. Analisis Hasil Penelitian ... 68

1. Proses Pelaksanaan Adat Ngarot ... 68

2. Nilai-nilai Budaya yang Terkandung dalam Adat Ngarot Kitannya dengan Civic Culture ... 72 3. Upaya yang dilakukan dalam Melestarikan Nilai Budaya adat


(9)

Ngarot ... 76

4. Kendala yang ditemui dalam Proses Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat Ngarot ... 79

5. Solusi yang diharapkan untuk Mengatasi Hambatan-hambata dalam Pelestarian Adat Ngarot ... 81

D. Pembahsan Hasil Penelitian ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 92

A.Kesimpulan ... 92

B.Saran ... 94

1. Kepada Pemerintah Desa Lelea ... 94

2. Kepada Tokoh Masyarakat ... 94

3. Kepada masyarakat Lelea ... 95

4. Kepada Orang Tua ... 95

5. Kepada Generasi Muda ... 95

6. Kepada Sekolah ... 95

7. Peneliti Selanjutnya ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN


(10)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan

Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Checklist Undang-Undang Dokumen Ngarot 2012 Instrumen Wawancara Hasil Wawancara Lampiran Lainnya Dokumentasi


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berlokasikan berbatasan dengan kabupaten Cirebon di Sebelah Tenggara, kemudian berbatasan dengan kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Subang di sebelah barat. Indramayu sendiri merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan sumber daya alam dan manusianya, disamping itu juga Indramayu memiliki banyak ragam kebudayaan dan adat istiadat, salah satunya yaitu „Ngarot‟.

Berkenan dengan kebudayaan, Koenjoroningrat (2005: 72)

mengemukakan bahwa “Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,

tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat

yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Begitu juga dengan kebudayaan adat

„Ngarot‟, kebudayaan adat ini tidak serta merta timbul tumbuh dan berkembang

dengan sendirinya, melainkan melalui proses penciptaan masyarakat di lingkungan tersebut, yang di sebabkan oleh proses belajar yang di ikuti dengan tindakan serta karya yang di hasilkan manusia dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kebudayaan merupakan sesuatu hal yang berharga yang tercipta dari suatu sistem nilai-nilai luhur yang berkembang di masyarakat. Nilai-nilai luhur inilah yang dijadikan bahan untuk menciptakan kebudayaan melalui suatu proses belajar. Disamping itu masyarakat Indramayu juga memiliki nilai kebudayaan yang kuat. Hal ini dapat terlihat dengan masih dipertahankannya adat-adat dan kegiatan lain yang dipengaruhi oleh unsur budaya. Hal ini merupakan prinsip sebagai warganegara yang baik, sesuai dengan apa yang dikemukakan Gultom (Iswandi, 2004:28) sebagai berikut:

Salah satu sosok sebagai warga negara yang baik adalah menjadi insan budaya, yakni bahwa warga negara harus mampu membuktikan dirinya sebagai mahluk yang memiliki peradaban yang tinggi, begitu pula seorang warga negara harus ikut bagian dalam melestarikan kebudayaan yang telah ada sebagai hasil dari cipta, karsa dan karya manusia.


(12)

2

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Masyarakat dan kebudayaan yang ada di Indramayu memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan daerah lain, dimana nilai-nilai budaya kewarganegaraan (civic culture) ada dalam kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indramayu seperti gotong royong, kerja sama dan pemecahan masalah. Hal ini bisa dilihat dalam pelaksanaan tradisi yang leluhur wariskan kepada generasi berikutnya yang masih dilaksanakan oleh masyarakat dalam upaya menjaga kebudayaan serta nilai-nilai yang ada di masyarakat. Gotong royong dan kerja sama bisa dilihat ketika masyarakat ada kegiatan misalnya kerja bakti, masyarakat langsung ikut mengerjakan bersama-sama hingga terselesaikan dengan baik. Sedangkan dalam pemecahan masalah terlihat ketika dalam masyarakat terdapat permasalahan maka diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai kata mufakat.

Budaya kewarganegaraan (civic culture) wajib dipelihara oleh setiap masyarakat. Hal ini dikarenakan supaya nilai-nilai luhur ini terus ada dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga identitas warga negera bisa tetap terlihat. Selaras dengan yang diungkapkan Winataputra dan Budimansyah (2012: 233) tentang budaya kewarganegaraan (civic culture) sebagai berikut:

Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisiskan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas warganegara.

Dalam menerapkan nilai-nilai luhur yang ada dalam kebudayaan Indramayu, masyarakat menyalurkannya dalam bentuk kegiatan yaitu upacara adat. Upacara adat tersebut merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup bermasyarakat yang didasari atas ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Salah satunya yaitu melalui upacara adat atau adat yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk atau wujud rasa syukur masyarakat terhadap karunia atau nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Adat „Ngarot‟ ini merupakan salah satu adat yang masih dilesatrikan


(13)

Lelea kabupaten Indramayu. Adat „Ngarot‟ juga merupakan salah satu adat yang hanya di miliki oleh Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu. „Ngarot‟ sendiri

merupakan salah satu adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat Lelea secara turun-temurun hingga sekarang denga tidak terputus-putus. Berkenaan dengan hal tersebut, Samian (2003: 54) mengemukakan bahawa:

„Ngarot‟ berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Ngawurat yang artinya membersihkan diri dari segala dosa akibat kesalahan tingkah laku seserang atau sekelompok orang pada masala lalu. Sedangkan menurut

bahasa Sunda Kuno „Ngarot‟ mempunyai arti minum, yang dilakukan oleh kasinoman (anak muda).

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa „Ngarot‟ bertujuan untuk mengumpulkan para pemuda-pemudi yang akan diserahi tugas pekerjaan program pembangunan di bidang peratanian sambil menikamati hiburan kesenian dibalai desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan saling bermaafan apabila

ada kesalahan diantara mereka. Selain itu „Ngarot‟ juga bertujuan memberikan

peringatan kepada para pemuda-pemudi bahwa tidak lama lagi mereka akan turun ke sawah, bekerja dan mengolah sawah bersama-sama, gotong royong saling bahu membahu secara sukarela, dan acara peringatan tersebut dinamakan durugan. Di

samping itu juga „Ngarot‟ bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar

para pemuda-pemudi saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai budaya.

Berkenaan dengan nilai Kupperman dalam Mulyana (2001: 9) nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif. Berdasarkan uraian tersebut adat „Ngarot‟ merupakan suatu metode atau cara untuk menggalang dan menumpuk rasa persatuan dan kesatuan dikalangan para pemuda-pemudi khususnya dan masyarakat pada umumnya. Upacara adat „Ngarot‟ juga merupakan suatu upaya untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Indonesia. Oleh karena itu

upacara adat „Ngarot‟ tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Disamping itu juga adat „Ngarot‟ mempunyai manfaat di bidang budaya kesenian tradisional karena pelaksanaan „Ngarot‟ pada dasarnya suatu hiburan,


(14)

4

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pesta kesenian untuk pemuda-pemudi yang dimeriahkan oleh berbagai tontonan kesenian tradisional seperti topeng, ronggeng ketuk, dan tanjidor. Selain di bidang

budaya kesenian „Ngarot‟ mempunyai manfaat di bidang sosial karena pada

perayaan puncak adat „Ngarot‟ merupakan suatu proses sosialisasi antara generasi

tua yang diwakili oleh kuwu atau kepala desa dan para pemuda yang diwakili oleh kasinoman (remaja putra dan remaja putri peserta „Ngarot‟). Kemudian „Ngarot‟ juga mempunyai manfaat sebagai upaya generasi muda mempertebal ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti, berkarya, berpartisipasi kepada pembangunan, kerjasama, gotong royong, menghargai orang lain, serta meningkatkan persatuan dan kesatuan sesama warga.

Peserta adat „Ngarot‟ terdiri dari semua remaja putra dan remaja putri yang belum menikah atau masih perjaka dan gadis. Pakain remaja putra dan remaja putri ditetapkan corak dan warnanya lewat suatu musyawarah. Peserta jejaka mengenakan pakaian komboran hitan dan celana pangsit dan peserta gadis memakai kebaya, kain batik, selendang juwana dan perhiasan emas, kemudian sebagai tutup kepala dihiasai berbagai jenis bunga-bungaan seperti kenanga, melati, cempaka, karniyem pudak dan kembang kertas buatan sendiri. Sedangkan ibu kuwu atau isteri kepala desa berpakaian baju kebaya (bordil atau songket), kain batik trusmi, selendang, topi buatan majalaya (tutup kepala) dan perhiasan emas, dan para pamong desa berpakaina seragam batik, juga isteri pamong desa menggunakan pakaian seragam kebaya, kain batik dan selendang.

Waktu pelaksanaan adat „Ngarot‟ secara turun temurun dan jatuh pada hari

rabu wekasan yaitu antara bulan oktober dan November, dilaksanakan satu kali pada setiap tahunnya selama sehari semalam penuh. Keunikan yang ada dalam upacara Pesta „Ngarot‟ ini yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan guna dijadikan sebuah penelitian tentang nilai budaya dalam kaitanya dengan civic culture sebagai wujud pelestarian kebudayaan Indonesia.

Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai budaya yang terdapat dalam upacara adat „Ngarot‟ yang masih dilakukan masyarakat Lelea. Sebab melihat kondisi masyarakat Indonesia pada sekarang yang sedang menuju ke arah modernisasi di segala bidang, ternyata masih ada yang tersisa


(15)

upacara-upacara seperti pesta adat „Ngarot‟ yang dianggap oleh sebagian orang sudah kuno. Disamping ingin mengakji nilai-nilai budaya yang terdapat dalam adat ini,

penulis juga ingin meneliti adat „Ngarot‟ ini kaitannya dengan civic culture atau budaya kewarganegaan sebagai wujud pelestarian kebudayaan indonesia. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis menjadikannya sebuah masalah yang berjudul “NILAI BUDAYA ADAT NGAROT KAITANNYA

DENGAN CIVIC CULTURE SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN

KEBUDAYAAN INDONESIA (Studi Kasus Masyarakat Lelea Kabupaten Indramayu)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi fokus permasalahan secara umum. Masalah yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah “mengetahui nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam budaya adat Ngarot kaitannya dengan civic culture sebagai wujud pelestarian kebudayaan oleh masayarakat desa Lelea”.

Untuk lebih memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam bentuk sub-sub masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot?

2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam adat Ngarot dalam kaitanya dengan civic culture?

3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya adat Ngarot?

4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai budaya adat Ngarot?

5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam

pelestarian budaya adat „Ngarot‟? C. Tujuan Penelitian


(16)

6

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui mengapa Adat

„Ngarot‟ ini masih di pertahankan oleh Masyarakat Lelea. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot.

2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam adat Ngarot dalam kaitanya dengan civic culture.

3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya adat Ngarot.

4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai budaya adat Ngarot.

5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam

pelestarian budaya adat „Ngarot‟.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan lebih bermakna bila bermanfaat baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan, maupun bagi kehidupan masyarakat. Maka dari itu, penelitian ini mempunyai manfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan sumbangan konsep-konsep baru, yang diharapkan akan menunjang terhadap pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, yang kaitannya dalam mempertahankan nilai-nilai budaya dan budaya kewarganegaraan (civic culture).

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini mampu memberikan gambaran tentang budaya „Ngarot‟, dan kaitannya dalam mempertahankan nilai-nilai budaya dan budaya kewarganegaraan (civic culture) sebagai wujud pelestarian kebudayaan Indonesia.


(17)

b. Bagi masyarakat, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan budaya daerah yang benar-benar memberikan arah yang positif terhadap pembangunan sikap dan mental manusia agar berfikir rasional serta dapat melihat manfaat dari kegiatan upacara adat tersebut yang tidak berlawanan dengan kaidah dan hukum yang berlaku.

c. Bagi pemerintah daerah, untuk dijadikan bahan referensi tentang adat daerah, khususnya di daerah Indramayu. Hal ini dilakukan supaya pemerintah lebih memperhatikan dan mempertahankan tentang kekayaan budaya yang di miliki masyarakatnya, serta mengingatkan pemerintah daerah dalam membukukan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan budaya daerah.

E. Struktur Organisasi Skripsi

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB I Skripsi ini berisi uraian tentang Pendahuluan yang berisikan:

a. Latar belakang penelitian : latar belakang ini dimaksudkan untuk menjelaskan alas an mengapa masalah tersebut di teliti, dan pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut, baik dari segi teoritis maupun praktis.

b. Identifikasi dan perumusan masalah : bagian ini rumusan dan analisis masalah sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta definisi operasionalnya. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat Tanya setelah di dahului uraian tentang masalah penelitian, variable-variabel yang di teliti, dan kaitan antara satu variable dengan variable lainnya.

c. Tujuan penelitian : tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Oleh sebab itu, rumusan tujuan harus konsisten dengan rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitiannya.


(18)

8

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

d. Metode penelitian : mengenai metode apa yang akan di gunakan dalam meneliti penelitian yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

e. Manfaat / Signifikansi Penelitian : mengenai manfaat apa saja yang di peroleh peneliti maupun pihak yang di teliti dengan adanya penelitian yang akan dilakukan dilapangan.

f. Stuktur Organisasi Skripsi : mengenai urutan penulisan dari setiap bab dalam skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis. Kajian pustaka berisikan tentang:

a.

Konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil/hukum-hukum/model-model/rumus/rumus utama dan turunannya dalam bidang yang dikaji. b. Penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti,

termasuk prosedur, subjek, dan temuannya. 3. BAB III Metode Penelitian

Berisikan tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini terdiri dari dua hal utama, yaitu :

a. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, dan tujuan penelitian.

b. Pembahasan atau analisis temuan. 5. BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan peaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu berada di desa Lelea kecamatan Lelea kabupaten Indramayu provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena keberadaan adat Ngarot yang hanya berada di kecamatan Lelea dan di desa lelea juga sejarah adat Ngarot tersebut dimulai.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi atas permasalahan yang penulis teliti. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah sesepuh Ngarot, tokoh agama, aparat desa Lelea, dan Masyarakat Lelea. Sesepuh Ngarot yang dimaksud adalah seseorang yang dituakan di desa tersebut, yang mengetahui sejarah Ngarot dan pelestarian adat Ngarot dari tahun ke tahun. Tokoh agama adalah seseorang yang di anggap paling mengerti mengenai agama di desa Lelea. Aparat desa adalah kuwu atau kepala desa, sekretaris desa, seksi pemerintahan, lebe, dan seksi kemasyarakatan. Kemudian masyarakat yang dulunya perna menjadi peserta Ngarot, maupun yang sekarang anak atau cucunya diikutsertakan dalam upacara adat Ngarot.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisa data, dan secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar. Selain itu, penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian (Moleong, 2012: 27).


(20)

39

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pendapat Moleong di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 9) yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat menyelami dan memahami makna interaksi antar-manusia secara mendalam. Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat utama adalah peneliti itu sendiri, hal ini disebabkan penelitian dapat dilakukan secara akurat dan memperoleh data secara mendalam.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif ini karena pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian mengenai nilai budaya adat „Ngarot‟ pada masyarakat Lelea ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya kontekstual dan aktual. Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Melalui penelitian ini,

peneliti ingin mngetahui nilai budaya yang terkait dalam adat „Ngarot‟ ini dan

bagaimana keterkaitannya dengan civic culture secara langsung, kemudian berinteraksi dan ikut ke dalam kegiatan-kegiatan yang ada pada adat ngarot melalui pra-penelitian dan disusul dengan penelitian yang sesungguhnya, guna

supaya peneliti lebih mendalami mengenai adat „Ngarot‟ yang akan peneliti amati,

karena sebelumnya peneliti tidak mengetahui sama sekali mengenai adat tersebut. Hal ini dimaksudkan supaya penelitian akan mudah dilakukan, dengan cara terjun langsung sehingga hasil penelitian akan maksimal. Ketiga, dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti sendiri, maka pendekatan kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, karena pendekatan kualitatif mempunyai adaptasi yang tinggi, sehingga memungkinkan peneliti untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat melakukan penelitian secara maksimal dan mendapatkan data yang akurat terhadap pelaksanaan adat „Ngarot‟, sehingga hasil penelitian yang penulis


(21)

lakukan di lapangan pada waktunya nanti menjadi penelitian yang ilmiah dan empirik.

2. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut Arikunto (1980: 215):

“Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya”

Menurut Danial (2009: 63) metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas dari kajiannya.

Dengan menggunkan metode ini diharapkan peneliti dapat memperoleh infomasi yang mendalam tentang nilai budaya adat „Ngarot‟ kaitannya dengan

civic culture sebagai wujud pelestarian kebudayaan Indinesia, khusunya di daerah

Indramayu, kecamatan Lelea, desa Lelea. Dalam penelitian ini, penulis merupakan instrument penting yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2012: 132) bahwa:

Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.

Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Selain itu penulis juga berusaha untuk mendapatkan


(22)

41

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pandangan dari orang di luar sistem dari subjek penelitian, atau dari pengamat, untuk menjaga subjektifitas hasil penelitian.

C. Definisi Operasional.

1. Nilai budaya

Nilai budaya merupakan salah satu unsur yang menyangkut penilaian tentang yang baik dan yang buruk, yang indah dan tidak indah, yang positif dan negatif, terutama berhubungan dengan kehidupan masyarakat yang bersifat

universal. Kedudukan nilai dalam setiap kebudyaan sangat penting, Sehingga

pemahaman mengenai sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya tersebut juga perlu diperhatikan dalam konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan sebagai pewarisan untuk menyampaikan sistem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang memilikinya. Nilai budaya tersebut seperti nilai kebersamaan, nilai kekeluargaan, dan nilai gotong royong.

2. Adat Ngarot

Ngarot berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Ngawurat yang artinya membersihkan diri dari segala dosa akibat kesalahan tingkah laku seserang atau sekelompok orang pada masala lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda Kuno

„Ngarot‟ mempunyai arti minum, yang dilakukan oleh kasinoman (anak muda).

Ngarot bertujuan untuk mengumpulkan para pemuda-pemudi yang akan di serahi tugas pekerjaan program pembangunan di bidang peratanian sambil menikamati hiburan kesenian dibalai desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan saling bermaafan apabila ada kesalahan diantara mereka. Disamping itu juga Ngarot merupakan sarana silatirahmi terhadap warga agar terjalinnya rasa kekeluargaan, gotong royong dan kebersamaan dalam melestarikan kebudayaan Indonesia.


(23)

3. Budaya kewarganegaraan (Civic Culture)

Budaya kewarganegaraan (civic culture) merupakan budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisiskan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas warganegara. Bangsa yang baik adalah Bangsa yang setiap warganegaranya harus memiliki sebuah Identitas, karena dengan identitas, bangsa memiliki ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. budaya kewarganegaraan (civic culture) ini lah yang mampu menopang warganegaranya untuk bisa memunculkan identitas diri sebagai warganegara tersebut. Identitas warganegara tersebut seperti rasa gotong royong, kebersamaan, dan kekeluargaan.

4. Pelestarian Kebudayaan.

Pelestarian merupakan upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Pelestarian kebudayaan merupakan upaya mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu wilayah atau negara yang mempunyai kebudayaan tersebut. Oleh karena itu pelestarian kebudayaan Indonesia merupakan upaya melindungi, mengembangkan dan mempertahankan kebudayaan yang ada di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai budaya dan rasa memiliki budaya tersebut. Kemudian kita sebagai penerus bangsa wajib ikut serta dalam melestarikan budaya-budaya bangsa yang sudah ada sejak dulu, dengan cara, mengenal, mempelajari dan mengembangkan dan memperkenalkan budaya Indonesia agar tetap ada dan mampu dikenal penerus bangsa.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengambilan langsung yang dilakukan peneliti terhadap subyek yang diteliti dengan melihat, mengamati dan ikut terlibat dalam lingkungan dan kondisi lapangan untuk mengumpulkan dalam studi sebagai partisipan saja.


(24)

43

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2011: 145)

bahwa “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.” Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan cara mengamati langsung kegiatan adat

„ngarot‟ yang berlokasi di desa Lelea kecamatan Lelea kabupaten Indramayu. 2. Wawancara

Wawancara dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara peneliti dengan responden sesuai dengan pedoman wawancara, wawancara dilakukan dengan berbicara dan berhadapan dengan responden serta mengajukan pertanyaan dalam memperoleh data. Hal ini sesuai dengan pendapat Danial (2009: 71) sebagai berikut:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai di suatu tempat, di lapangan, di kantor, di bengkel, di kebun, atau dimana saja.

Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu

pada pelaksanaan upacara adat „Ngarot‟ untuk melihat perwujudan nilai-nilai

budaya yang ada pada upacara adat „Ngarot‟ khususnya yang berkaitan dengan

budaya kewarganegaraan (civic culture) di desa Lelea.

Wawancara yang dilakukan peneliti ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Bagaimana proses pelaksanaan adat Ngarot?

2. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam adat Ngarot dalam kaitanya dengan civic culture?

3. Upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan nilai-ni;ai budaya adat Ngarot?

4. Kendala apa saja yang ditemui dalam proses pelestarian nilai-nilai budaya adat Ngarot?

5. Solusi apa saja yang diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala dalam


(25)

Menurut Sugiyono (2011: 231) mengemukakan bahwa “Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.”

Berdasarkan pendapat diatas maka untuk melakukan wawancara yang lebih mendalam dan lebih akurat, peneliti harus memperhatikan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk responden agar sesuai dengan apa yang peneliti harapkan. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam mengumpulkan data, pada konteks ini catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti analisis dokumen dan studi literatur. Dalam hal ini peneliti harus bertanya secara rinci kepada responden dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan responden hanya menjawab “ya”

atau “tidak” dan berusaha menghubungkan keseluruhan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan penelitian yang direncanakan ini diharapkan dalam merespon pertanyaan responden lebih bebas dan terbuka, sehingga pertanyaan/ proses tanya jawab mengalir seperti pada percakapan sehari-hari.

3. Studi Literature

Menurut Danial, Endang (2009: 80) “Studi literature adalah teknik penelitian

yang dilakukan oleh penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku,

majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.” Berkaitan dengan studi literature dalam penelitian ini penulis membaca, mempelajari dan mengkaji literature-literature yang berhubungan dengan Nilai budaya adat

„Ngarot‟ kaitannya dengan civic culture. Studi literature dimaksudkan untuk

memperoleh data teoritis sehingga dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian.

Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik


(26)

45

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara adat „Ngarot‟.

4. Studi Dokumentasi

Danial (2009: 79) mengemukakan bahwa “Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.” Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi peneliti selain wawancara dan observasi. Studi dokumentasi yang diambil oleh penulis yaitu berupa gambar atau foto kegiatan upacara adat „Ngarot‟ dan keadaan desa Lelea, kemudian gambar atau foto ketika peneliti mengadakan wawancara dengan responden.

E. Validitas Data

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal). Menurut Nasution (1996: 114-118) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:

1. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan dimulia dengan pra penelitian yaitu pata tanggal 28 november 2012.


(27)

2. Pengamatan yang terus menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang cermat dan terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang berkaitan dengan nilai budaya adat ngarot kaitanya dengan civic culture sebagai wujud kebudayaan Indonesia.

3. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)

Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik, pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya.

4. Menggunakan bahan referensi

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

5. Mengadakan member check

Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member chek pada akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuan member chek ialah agar informasi yang penulis peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.

F. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data merupakan hal pokok dalam mengadakan suatu penelitian, sehingga untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti maka harus melakukan prosedur penelitian yang sudah ditentukan. Adapaun langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut.


(28)

47

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian yang dilakukan yaitu:

a. Memilih masalah, yaitu merupakan suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian.

b. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti.

c. Merumuskan masalah penelitian.

d. Menentukan judul dan lokasi penelitian. e. Menyusun proposal penelitian.

f. Mengajukan surat permohonan ijin pra penelitian kepada jurusan pendidikan kewarganegaraan dan fakultas ilmu pengetahuan sosial.

Kemudian pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan pra penelitian ke desa Lelea kecamatan Lelea kabupaten Indramayu pada bulan November 2012. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi secara umum dari desa Lelea terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan upacara adat Ngarot di desa tersebut, disamping itu juga pada tanggal 28 November dilaksanakannya uacara adat Ngarot. Oleh karena itu peneliti menggunakan pra penelitian untuk mengikuti berjalannya upacara adat tersebut. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data tentang bagaimana nilai-nilai budaya yang terkandung dalam upacara adat Ngarot dan seperti apa proses pelaksanaannya.

Setelah mengadakan pra penelitian selanjutnya peneliti mengajukan rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian. Kemudian peneliti memilih dan menentukan lokasi yang dijadikan sebagai sumber data atau lokasi penelitian yang disesuaikan dengan keperluan dan kepentingan fokus penelitian. Setelah lokasi penelitian ditetapkan, selanjutnya penulis mengupayakan perizinan dari instansi yang tekait, prosedur perizinan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut :

a. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada ketua jurusan PKn, FPIPS UPI Bandung.


(29)

b. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan penelitian, dari Dekan FPIPS UPI Bandung c.q Pembantu Dekan I untuk disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.

c. Rektor UPI Bandung c.q Pembantu Rektor I mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada kepala Kesbang dan Polinmas kabupaten Indramayu

d. Kepala Kesbang dan Polinmas kabupaten Indramayu mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada kepala kecamatan Lelea kabupaten Indramayu.

e. Kepala Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada kepala desa Lelea.

f. Kepala desa Lelea memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menekankan bahwa instrumen yang utama adalah peneliti sendiri (key instrument). Peneliti sebagai instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara peneliti dengan responden. Pedoman wawancara yang penulis persiapkan untuk sesepuh Ngarot, tokoh agama, pemerintah desa, jajaka dan gadis yang telah di Ngarotkan baik akan di Ngarotkan dan masyarakat Lelea.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang tidak dapat penulis ketahui. Setiap selesai melakukan penelitian di lapangan, peneliti menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan, dengan tujuan supaya dapat mengungkapkan data secara menditail dan lengkap.


(30)

49

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Pengolahan dan Analisi Data

Pengolahan dan analisis data merupakan langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2006: 244) mengemukakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Jadi proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yang telah digunkan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dari awal proses penelitian sampai pada akhir penelitian. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Nasution (Sugiyono, 2011: 245)

bahwa “Analisis data telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,

sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian”. Ada beberapa tahapan dalam analisis data, menurut Sugiyono (2011:246) bahwa “Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification.” Ketiga jenis aktivitas dalam

analisis data tersebut merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak diantara tiga sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, setelah itu bergerak pada kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Untuk lebih jelas alur kegiatannya, akan dilihat pada gambar berikut.

Gambar. 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model) (Sugiyono, 2011: 247)

1. Reduksi Data (Data Reduction) Data

Data

Conclusions: drawing/


(31)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti dalam mereduksi data memfokuskan pada pandangan masyarakat dan aparat desa mengenai nilai budaya yang terkait di dalam tradisi adat Ngarot, kemudian adakah kaitanya dengan civic culture?. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti memahami data yang telah terkumpul dan hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Menurut Sugiyono (2011: 249) mengemukakan bahwa “Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.” Dengan mendisplay data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Penyajian data diawali dari hasil pengumpulan data yang terperinci dan menyeluruh kemudian dicari pola hubungannya dengan rumusan masalah sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Verifikasi dan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan upaya yang memungkinkan dapat menjawab rumusan masalah. Upaya yang dilakukan ini dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Jadi kesimpulan harus senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat tentang jawaban dari rumusan masalah mengenai nilai budaya adat Ngarot kaitanya dengan civic culture sebegai wujud pelestarian kebudayaan Indonesia.


(32)

51

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian, proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi data. Setelah data yang terkumpul direduksi, selanjutnya data dianalisis, diverifikasi dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang telah dianalisis oleh peneliti dan dikaji dengan berbagai pendapat para ahli yang relevan, dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Pelaksanaan adat Ngarot jatuh pada hari rabu wekasan yaitu antara bulan oktober dan November, dilaksanakan satu kali pada setiap tahunnya selama sehari semalam penuh. Upacara adat Ngarot pada intinya merupakan pesta atau upacara penanda bahwa musim menanam padi sudah dimulai. Tahapan proses pelasanaan adat Ngarot yaitu: a). dilakukan rapat sebanyak dua kali, yang intinya penetapan waktu dan kepanitiaan dilaksanakannya Ngarot. b).pada saat pelaksanaan adat Ngarot yang pertama dilakukan adalah pawai atau arak-arakan yang dimulai dari rumah kepala desa, keliling desa melalu tanah sawah adat Ki Buyut Kapol kemudian terakhir singgah di balai Desa. c).acara inti yaitu penyerahan seperangkat alat pertanian secara simbolis oleh aparat desa kepada perwakilan remaja putra dan putri Ngarot. d). upacara adat Ngarot seleai pada malam hari sekitar jam Sembilan sampai sepuluh malam setelah upacara penutupan. Kemudian Upacara adat Ngarot dilakukan oleh seluruh masyarakat desa Lelea. Yaitu mulai dari remaja sebagai peserta Ngarot, pamong desa beserta karang taruna sebagai panitia adat Ngarot dan selurh masyarakat Lelea sebagai pengikut upacara adat Ngarot.

2. Dalam tradisi adat Ngarot terdapat nilai budaya yang berkaitan dengan budaya kewarganegaraan (civic culture) yaitu nilai kebersamaan, nilai kekeluargaan dan nilai gotong royong yang tercermin dalam kegiatan durugan, pembuatan tenda dan rajeg (pagea), dan dalam kegiatan pembuatan materi arak-arakan. Proses pelestarian nilai budaya pada adat Ngarot dari


(34)

93

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

generasi ke generasi berikutnya dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat Lelea.

3. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan nilai budaya adat Ngarot dilakukan oleh orang tua di keluarga, masyarakat, dan lembaga pemerintah Desa Lelea serta pemerintah daerah Indramayu. Upaya yang dilakukan orang tua yaitu dengan memberikan pengetahuan kepada anak tentang perjuangan tokoh-tokoh yang telah berjasa dan nilai-nilai luhur yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Upaya yang dilakukan masyarakat yaitu dengan berpartisipasi setiap individu terhadap pelaksanaan adat Ngarot, baik partisipasi materil maupun moril dan upaya yang dilakukan lembaga pemerintah desa dan pemerintah daerah yaitu dengan mengupayakan pelaksanaan adat Ngarot ini ada setiap tahun, dengan cara memberikan dana serta ijin melaksanakan adat Ngarot.

4. Kendala-kendala yang di peroleh dalam pelestarian nilai-nilai budaya adat Ngarot ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu kurang pahamnya generasi penerus terhadap makna yang sesungguhnya dari adat Ngarot itu sendiri dan kurangnya kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai-nilai budaya adat Ngarot kepada anaknya. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya pengaruh budaya luar, dalam bentuk tayangan-tayangan di televisi, pergaulan hidup sehari-hari dan akses internet yang mudah dan bebas.

5. Solusi dalam mengatasi kendala pelestarian nilai budaya adat Ngarot sebgai wujud pelestarian kebudayaan Indonesia, yaitu dengan menyatukan kembali perayaan adat Ngarot di desa Lelea sebelum adanya Pengembangan desa. Dan pemerintah Lelea maupun pemerintah kabupaten Indramayu lebih mengenalkan lagi budaya adat Ngarot ke seluruh Nusantara supaya seluruh Nusantara Mengetahui jika budaya adat Ngarot merupakan salah saru budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Selain itu juga pemerintah pusat dan desa bekerjasama membangun sebuah kampung adat agar setiap kegiatan adat di desa Lelea ini bisa lebih terorganisir dengan baik.kemudian untuk lembaga pendidikan hendaknya menjadikan budaya adat Ngarot ini menjadi salah satu teori atau materi dalam pembelajaran baik itu dalam pelajaran seni dan


(35)

budya, maupun muatan lokal. Karena pengenalan budaya adat Ngarot melalui sekolah sangat bagus, karena sekolah merupakan sarana yang bagus untuk mengetahui dan mengenalkan nilai budaya adat Ngarot ke generasi muda (siswa).

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil penelitian baik dilapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi atau saran adalah sebagai berikut

1. Kepada pemerintah desa Lelea, yaitu:

a. Agar lebih meningkatkan daya tarik terhadap pelaksanaan upacara adat Ngarot dalam rangka meningkatkan kepariwisataan sehingga adat Ngarot ini bisa diketahui oleh seluruh Nusantara, jika di Indonesia terdaat budaya yang patut dilestarikan yaitu budaya adat Ngarot. Salah satunya dengan mempromosikan budaya adat Ngarot ini baik melalui media masa, media eltronik, maupun pameran-pameran budaya.

b. Aparat desa juga harus lebih meningkatkan ketertiban pada saat berlangsungnya upacara adat Ngarot sehingga tidak menimbulkan keributan demi kenyamanan masyarakat, dengan melibatkan komponen keamanan yang ada seperti kepolisian, TNI, dan aparat keamanan Desa. 2. Kepada tokoh masyarakat, yaitu:

a. Hendaknya dapat memberikan bimbingan bagi masyarakat dalam melaksanakan tradisi adat Ngarot yang sesuai dengan nilai-nilai budaya daerah.

b. Khusus kepada tokoh agama, hendaknya dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dalam melaksanakan budaya adat Ngarot dapat meminimalisir terjadinya cara-cara kemusyrikan.


(36)

95

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3. Kepada masyarakat Lelea, yaitu:

a. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya dapat lebih meningkatkan rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan, dan rasa gotong royong sehingga dapat lebih mempererat tali silaturahmi.

b. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya masyarakat mengamalkan nilai-nilai budaya adat Ngarot dalam kehidupan sehari-hari misalnya kerja bakti secara gotong royong.

4. Kepada orang tua, yaitu

a. Memberikan pengarahan dan pemahan mengenai budaya adat Ngarot ini bukan hanya mengenai tuah yang akan di terima terhadap anak-anaknya

saja, yaitu mengenai “bunga yang dikenakan di kepala si gadis akan layu jika sudah tidak perawan lagi”, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya adat Ngarot itu sendiri.

b. Orang tua memberikan ijin dan membujuk anak-anaknya supaya mengikuti upacara adat Ngarot ini, supaya budaya adat Ngarot ini tetap dilestarikan dan akan tetap ada.

5. Kepada generasi muda, yaitu:

a. Hendaknya dapat menyaring pengaruh budaya luar yang merugikan yang masuk dalam pergaulan hidup sehari-hari.

b. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya generasi muda lebih memahami nilai-nilai budaya adat Ngarot dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

6. Kepada Sekolah (Lembaga pendidikan).

Hendaknya menjadikan nilai budaya adat Ngarot ini menjadi salah satu materi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti dalam pembelajaran seni dan budaya atau muatan lokal. Karena sekolah merupakan sarana yang bagus untuk mengenalkan dan melestarikan nilai budaya adat Ngarot kegenerasi muda (siswa), khususnya di kabupaten Indramayu.

7. Peneliti Selanjutnya.

Untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti adat Ngarot, hendaknya menggunakan metode penelitian kuantitatif, hal ini digunakan supaya dalam


(37)

penelitian selanjutnya itu diketahui berapa banyak responden yang menginginkan budaya ini tetap ada dan berapa banyak yang sudah tidak perduli dalam melestarikan budaya adat Ngarot tersebut. Kemudian berapa banyak masyarakat yang mengetahui nilai budaya yang terkandung didalamnya, dan berapa banyak yang hanya ikut berpartisipasi meramaikan saja.


(38)

97

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA 1. SUMBER BUKU

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Budimansyah, Dasim, et. Al. 2004. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT. Genesindo

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Danial, Endang dan Wasriah. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidika Indonesia

Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung: Labolatorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Djahiri, A. Kosasih. (1996). Menelusuri Dunia Afektif. Bandung: Labolatorium Pengajaran Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan Negara FPIPS IKIP Bandung.

Kalidjernih, Freddy K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif

Sosiologikal dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

(2009). Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan Bandung: Widya Aksara Press.

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia

Mulyana, Rahmat. (2001). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta

Marzali, Amri. (2005). Antropologi dan Pembangungan Indonesia. Jakarta: PT Kencana.

Moleng, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(39)

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Sami’an. (2003). Buku Sejarah Desa Lelea. Indramayu: Tidak diterbitkan.

Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajawali Pers.

(2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(1983). Pribadi dan masyarakat . Bandung: Offset Alumni (2010). Ilmu Sosial Dasar: suatu teori. Bandung: PT Refika Aditama

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Winataputra Udin dan Dasim Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional: Konteks, Teori, dan Profile Pembelajaran. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

2. SKRIPSI/TESIS TERDAHULU

Anggraeni, R.venny (2010). Kajian Tentang Nilai-Nilai Budaya Pelaksanaan

Tradisiupacara Tolak Bala Di Desanagrak Kabupaten Sumedang.

Bandung: Tidak diterbitkan

Al-Rakhman, Riza (2008). Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Civic

Culture Indonesia melalui pendidikan Kewarganegaraan PKn di Lingkungan Paguyuban Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

As’ary, Denis (2011). Suatu Kajian Tentang Nilai Budaya Pesta Pecung Di Masyarakat Kasugengan Kidul Kabupaten Cirebon Ditinjau Dari Civic Culture.Bandung: Tidak diterbitkan

Al-rakhman riza (2006) pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) indonesia melalui pendidikan kewarganegaraan (PKn) di lingkungan paguyuban pasundan (studi deskriptif pda SMA Pasundan Bandung).


(40)

99

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Iswandi, Haris. (2004). Membentuk Karakter Warga Negara Melalui Lingkungan

Seni dan Budaya Daerah di Kampus. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

3. SUMBER INTERNET

Abubakar, Azmi. (2010). Nilai Kebersamaan Untuk Para Generasi. [Online]. Tersedia:http://www.theglobejournal.com/kategori/politik/nilaikebersamaa n-untuk-para-generasi.php [9 Juli 2010].

Arifin, Masyuri. (2009). Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://www.anakkendari.co.cc/2009/03/pengertian-kebudayaan-menurut-para-ahli/ [29 Maret 2009].

Carsidiawan, Didi. (2009). Budaya Nusantara. [Online]. Tersedia: http://www.wiziq.com/tutorial/41378-Budaya-Nusantara [2009].

Catatan Artikel Seni dan Budaya (2012). Definisi Upacara Adat [Online]. Tersedia: http://www.catatanartikelsenidanbudaya.htm

Gunari, Muhamad. (2010). Menakar Nilai Gotong Royong. [Online]. Tersedia: http://www.harian.global.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=30001%3Amenakar-nilai-gotong-royong&Itemid=55 [27 Januari 2010].

Muslikhatun. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com/2010/11/pewarisan-budaya.html [21 November 2010].

Supriyanto. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://gurumuda.com/bse/pewarisan-budaya [2010].

Wikipedian Indonesia. (2013). Pengertian budaya Indonesia [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia [14 april 2013]

4. SUMBER LAIN

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Undang-Undang Nomor 28 Tentang Bangunan Gedung


(1)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

budya, maupun muatan lokal. Karena pengenalan budaya adat Ngarot melalui sekolah sangat bagus, karena sekolah merupakan sarana yang bagus untuk mengetahui dan mengenalkan nilai budaya adat Ngarot ke generasi muda (siswa).

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil penelitian baik dilapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi atau saran adalah sebagai berikut

1. Kepada pemerintah desa Lelea, yaitu:

a. Agar lebih meningkatkan daya tarik terhadap pelaksanaan upacara adat Ngarot dalam rangka meningkatkan kepariwisataan sehingga adat Ngarot ini bisa diketahui oleh seluruh Nusantara, jika di Indonesia terdaat budaya yang patut dilestarikan yaitu budaya adat Ngarot. Salah satunya dengan mempromosikan budaya adat Ngarot ini baik melalui media masa, media eltronik, maupun pameran-pameran budaya.

b. Aparat desa juga harus lebih meningkatkan ketertiban pada saat berlangsungnya upacara adat Ngarot sehingga tidak menimbulkan keributan demi kenyamanan masyarakat, dengan melibatkan komponen keamanan yang ada seperti kepolisian, TNI, dan aparat keamanan Desa. 2. Kepada tokoh masyarakat, yaitu:

a. Hendaknya dapat memberikan bimbingan bagi masyarakat dalam melaksanakan tradisi adat Ngarot yang sesuai dengan nilai-nilai budaya daerah.

b. Khusus kepada tokoh agama, hendaknya dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dalam melaksanakan budaya adat Ngarot dapat meminimalisir terjadinya cara-cara kemusyrikan.


(2)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

3. Kepada masyarakat Lelea, yaitu:

a. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya dapat lebih meningkatkan rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan, dan rasa gotong royong sehingga dapat lebih mempererat tali silaturahmi.

b. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya masyarakat mengamalkan nilai-nilai budaya adat Ngarot dalam kehidupan sehari-hari misalnya kerja bakti secara gotong royong.

4. Kepada orang tua, yaitu

a. Memberikan pengarahan dan pemahan mengenai budaya adat Ngarot ini bukan hanya mengenai tuah yang akan di terima terhadap anak-anaknya saja, yaitu mengenai “bunga yang dikenakan di kepala si gadis akan layu jika sudah tidak perawan lagi”, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya adat Ngarot itu sendiri.

b. Orang tua memberikan ijin dan membujuk anak-anaknya supaya mengikuti upacara adat Ngarot ini, supaya budaya adat Ngarot ini tetap dilestarikan dan akan tetap ada.

5. Kepada generasi muda, yaitu:

a. Hendaknya dapat menyaring pengaruh budaya luar yang merugikan yang masuk dalam pergaulan hidup sehari-hari.

b. Dengan dilaksanakannya budaya adat Ngarot, hendaknya generasi muda lebih memahami nilai-nilai budaya adat Ngarot dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

6. Kepada Sekolah (Lembaga pendidikan).

Hendaknya menjadikan nilai budaya adat Ngarot ini menjadi salah satu materi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti dalam pembelajaran seni dan budaya atau muatan lokal. Karena sekolah merupakan sarana yang bagus untuk mengenalkan dan melestarikan nilai budaya adat Ngarot kegenerasi muda (siswa), khususnya di kabupaten Indramayu.

7. Peneliti Selanjutnya.

Untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti adat Ngarot, hendaknya menggunakan metode penelitian kuantitatif, hal ini digunakan supaya dalam


(3)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

penelitian selanjutnya itu diketahui berapa banyak responden yang menginginkan budaya ini tetap ada dan berapa banyak yang sudah tidak perduli dalam melestarikan budaya adat Ngarot tersebut. Kemudian berapa banyak masyarakat yang mengetahui nilai budaya yang terkandung didalamnya, dan berapa banyak yang hanya ikut berpartisipasi meramaikan saja.


(4)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

DAFTAR PUSTAKA 1. SUMBER BUKU

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Budimansyah, Dasim, et. Al. 2004. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT. Genesindo

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Danial, Endang dan Wasriah. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidika Indonesia

Darwis Ranidar. (2008). Hukum Adat. Bandung: Labolatorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Djahiri, A. Kosasih. (1996). Menelusuri Dunia Afektif. Bandung: Labolatorium Pengajaran Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan Negara FPIPS IKIP Bandung.

Kalidjernih, Freddy K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif

Sosiologikal dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

(2009). Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan Bandung: Widya Aksara Press.

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia

Mulyana, Rahmat. (2001). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta

Marzali, Amri. (2005). Antropologi dan Pembangungan Indonesia. Jakarta: PT Kencana.

Moleng, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(5)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Sami’an. (2003). Buku Sejarah Desa Lelea. Indramayu: Tidak diterbitkan.

Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajawali Pers.

(2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(1983). Pribadi dan masyarakat . Bandung: Offset Alumni (2010). Ilmu Sosial Dasar: suatu teori. Bandung: PT Refika Aditama

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Winataputra Udin dan Dasim Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional: Konteks, Teori, dan Profile Pembelajaran. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

2. SKRIPSI/TESIS TERDAHULU

Anggraeni, R.venny (2010). Kajian Tentang Nilai-Nilai Budaya Pelaksanaan

Tradisiupacara Tolak Bala Di Desanagrak Kabupaten Sumedang.

Bandung: Tidak diterbitkan

Al-Rakhman, Riza (2008). Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Civic

Culture Indonesia melalui pendidikan Kewarganegaraan PKn di Lingkungan Paguyuban Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

As’ary, Denis (2011). Suatu Kajian Tentang Nilai Budaya Pesta Pecung Di Masyarakat Kasugengan Kidul Kabupaten Cirebon Ditinjau Dari Civic Culture.Bandung: Tidak diterbitkan

Al-rakhman riza (2006) pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) indonesia melalui pendidikan kewarganegaraan (PKn) di lingkungan paguyuban pasundan (studi deskriptif pda SMA Pasundan Bandung).


(6)

Siti Fatimah, 2013

Nilai Budaya Adat Ngarot Kaitannya Dengan “Civic Culture” Sebagai Wujud Pelestarian

Kebudayaan Indonesia (Studi kasus masyarakat lelea Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu)

Iswandi, Haris. (2004). Membentuk Karakter Warga Negara Melalui Lingkungan

Seni dan Budaya Daerah di Kampus. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

3. SUMBER INTERNET

Abubakar, Azmi. (2010). Nilai Kebersamaan Untuk Para Generasi. [Online]. Tersedia:http://www.theglobejournal.com/kategori/politik/nilaikebersamaa n-untuk-para-generasi.php [9 Juli 2010].

Arifin, Masyuri. (2009). Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://www.anakkendari.co.cc/2009/03/pengertian-kebudayaan-menurut-para-ahli/ [29 Maret 2009].

Carsidiawan, Didi. (2009). Budaya Nusantara. [Online]. Tersedia: http://www.wiziq.com/tutorial/41378-Budaya-Nusantara [2009].

Catatan Artikel Seni dan Budaya (2012). Definisi Upacara Adat [Online]. Tersedia: http://www.catatanartikelsenidanbudaya.htm

Gunari, Muhamad. (2010). Menakar Nilai Gotong Royong. [Online]. Tersedia: http://www.harian.global.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=30001%3Amenakar-nilai-gotong-royong&Itemid=55 [27 Januari 2010].

Muslikhatun. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com/2010/11/pewarisan-budaya.html [21 November 2010].

Supriyanto. (2010). Pewarisan Budaya. [Online]. Tersedia: http://gurumuda.com/bse/pewarisan-budaya [2010].

Wikipedian Indonesia. (2013). Pengertian budaya Indonesia [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia [14 april 2013]

4. SUMBER LAIN

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Undang-Undang Nomor 28 Tentang Bangunan Gedung


Dokumen yang terkait

Kontribusi tradisi lokal terhadap solidaritas masyarakat (studi kasus tradisi ngarot di desa Lelea Indramayu)

1 10 87

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Ngarot Di Desa Lelea Kabupaten Indramayu (Studi Etnografi Komunikasi Upacara Adat Ngarot dalam Melestarikan Budaya Penanaman Padi di Desa Lelea Kabupaten Indaramayu)

0 13 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Ngarot Di Desa Lelea Kabupaten Indramayu (Studi Etnografi Komunikasi Upacara Adat Ngarot dalam Melestarikan Budaya Penanaman Padi di Desa Lelea Kabupaten Indaramayu)

0 5 1

PENGEMBANGAN “KAMPUNG LELE” SEBAGAI USAHA MANDIRI WARGA MASYARAKAT DESA KORIPAN NAMBUHAN.

0 3 21

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN RUMAH ADAT KARO SEBAGAI CAGAR BUDAYA DI DESA LINGGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO.

0 2 22

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪB DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT : Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea Kabupaten Indramayu.

0 4 55

UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN.

5 33 60

KONSEP REGENERASI BERTANI DALAM LEKSIKON UPACARA ADAT NGAROT KECAMATAN LELEA, KABUPATEN INDRAMAYU: SEBUAH KAJIAN ETNOLINGUISTIK.

1 16 43

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪB DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT : Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea Kabupaten Indramayu - repository UPI T PAI 1303062 Title

0 0 5

THE FUNCTION OF NGAROTS FOR LELEA SOCIETY

0 1 16