PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA : Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 15 Bandung.
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Nama: Genta Buana Raya. NIM: 0805457. Judul: Perbedaan Pengaruh Permainan Tradisional Gobag Sodor Dan Bebentengan Dalam Pembentukan Disiplin Dan Kerjasama Siswa. Pembimbing I: Dr. Uhamisastra, MS. AIFO Pembimbing II: Helmy Firmansyah, M.Pd
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh permainan tradisional gobag sodor dan bebentengan dalam pembentukan disiplin dan kerjasama. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain pretest-posttest group. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 68 siswa/siswi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan yaitu angket dengan berpacu pada pendapat para ahli. Setelah mengukur disiplin dengan melakukan permainan gobag sodor didapat dari daftar distribusi t taraf nyata 0,05 dengan (dk) = 33 didapat t t-tabel 1,697 dari penghitungan nilai t hitung didapat (6,73), maka hipotesisnya (Ho) ditolak. Permainan bebentengan dalam mengukur disiplin didapat dari daftar distribusi t taraf nyata 0,05 dengan (dk) = 33 didapat t-tabel 1,697 dari penghitungan nilai t hitung didapat (10,11), maka hipotesisnya (Ho) ditolak. Sedangkan dalam mengukur kerjasama ternyata permainan gobag sodor didapat dari daftar distribusi t taraf nyata 0,05 dengan (dk) = 33 didapat t t-tabel 1,697 dari penghitungan nilai t hitung didapat (8,993), maka hipotesisnya (Ho) ditolak. Permainan tradisional bebentengan dalam mengukur kerjasama didapat dari daftar distribusi t taraf nyata 0,05 dengan (dk) = 33 didapat t-tabel 1,697 dari penghitungan nilai t hitung didapat (5,263), maka hipotesisnya (Ho) ditolak. Dan untuk mengetahui perbedaan pengaruh mengukur disiplin dalam permainan gobag sodor dengan bebentengan didapat dari daftar distribusi t taraf nyata 0,05 dengan (dk) = 66 didapat t tabel 1,671 dari penghitungan nilai t hitung didapat (-0,887), maka hipotesisnya (Ho) diterima. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh mengukur kerjasama dalam permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan didapat dari daftar distribusi t taraf nyata 0,05 dengan (dk) = 66 didapat t tabel 1,671 dari penghitungan nilai t hitung didapat (0,885), maka hipotesisnya (Ho) diterima. Ditarik dari pernyataan di atas maka kesimpulannya adalah permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan disiplin dan kerjasama siswa.
(2)
Genta Buana Raya, 2014
Health and Recreation Education Department, Physical and Health Education Faculty, Indonesia University of Education
Abstrak
This essay ad to know the defferences in the effect of traditional games gobag sodor and bebentengan in students dicipline and cooperation forming. The metods used experiment methods with pretest-postest group design. the sample in this research was 68 students of grade VII. Sampling with random sampling technic. The instrument used questionnaire which reference to the experts income. After a disciplinary measure with do the gobag sodor games, it available from t definite level distribution list 0.05 with (dk) = 33, t-table 1,697 and calculation t aritmathic value (6,73), so the hypothesis (Ho) rejected. The bebentengan games in a disciplinary measure was got from t definite level distribution list 0,05 with (dk) = 33, t-table 1,697 and from calculation t aritmathic value (10,11), so the hypothesis (Ho) rejected. While on a cooperation measure, prove that the gobag sodor games was got from t definite level distribution list 0,05 with (dk) = 33, t-table 1,697, and calculation t aritmathic value (8,993), so the hypothesis (Ho) rejected. The traditional games bebentengan on a cooperation measure was got from t definite level distribution list 0,05 with (dk) = 33, t-table 1,697 and calculation of t aritmathic value (5,263), so the hypethesis (Ho) rejected. And to know defferences in the effect of a disciplinary measure in gobag sodor and bebentengan games were got from t definite level distribution list 0,05 with (dk) = 66, t-table 1,671, and calculation of t aritmathic value (-0,887), so the hypothesis (Ho) accepted. While on defferences in the effect of a cooperation measure in traditional games gobag sodor and bebentengan was got from t definite level distribution list 0,05 with (dk) = 66, t-table 1,671, and calculation of t aritmathic value (0,885), so the hypothesis (Ho) accepted. Drawn from the statement above, so the conclusion is traditional games gobag sodor and bebentengan can give influence in the student discipline and cooperation forming.
(3)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pengembangan pendidikan kesehatan, olahraga dan rekreasi tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terlebih pada generasi muda. Pendidikan formal seperti SD, SMP maupun SMA diarahkan pada tujuan untuk menghasilkan generasi yang memiliki karakter, keterampilan dan ketakwaaan. Pendidikan olahraga kesehatan dan rekreasi yang diajarkan di sekolah yang bercirikan kegiatan fisikal tidak hanya agar siswa memiliki kemampuan motorik namun diarahkan pada pengetahuan serta nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Pada aspek sikap diharapkan para siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Pada aspek pengetahuan yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata. Sedangkan pada aspek keterampilan para siswa harus memiliki kemampuan berpikir yang efektif dan bertindak kreatif dalam ranah abstrak serta konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang akan diterapkan dalam pendidikan formal termasuk di tingkat SMP kelas I (kelas VII). Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menyeimbangkan muatan lokal dengan muatan nasional.
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan adalah muatan lokal sehingga isi maupun proses penilaian dikembangkan sesuai dengan karakteristik lokal tanpa mengurangi keberadaan penjasorkes sebagai bagian dari kurikulum sekolah. Pada dasarnya pendidikan jasmanai merupakan pelajaran untuk membentuk karakter
(4)
siswa yang memiliki kompetensi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya perencanaan pendidikan yang sesuai, proses maupun evaluasi sesuai tujuan pendidikan. Pengembangan penjasorkes sebagai muatan lokal dapat dilakukan dengan mengacu pada karakteristik lingkungan termasuk budaya. Maka dari itu penjasorkes dapat dikembangkan pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan lokal seperti budaya.
Saat ini perkembangan nilai-nilai positif di kalangan para siswa semakin menghawatirkan. Sering terdengan para siswa bolos, mencuri bahkan sampai tawuran hanya karena saling ejek, sehingga banyak siswa yang membawa senjata tajam dengan alasan keamanan. Kejadian tersebut cukup mencoreng nama pendidikan. Guru merasa bertanggung jawab terhadap adanya penyimpangan perilaku siswa. Pihak sekolah perlu mengadakan suatu evaluasi terhadap kurikulum yang dikembangkannya.
Guru sebagai pengajar memiliki kewajiban untuk mengembangkan pembelajaran di sekolah agar dapat menghasilkan perubahan sikap di kalangan para siswa. Namun kenyataannya persoalan tersebut tidak mudah dilaksanakan. tidak banyak anak-anak yang keluar dari keluarga dan rumah tangga hampir tidak memiliki watak dan karakter. Banyak dari anak yang alim dan bijak di rumah, tetapi nakal di sekolah, terlibat tawuran dan mengkonsumsi obat terlarang. Untuk
itu guru penjasorkes harus memiliki inisiatif dan kreatif untuk mengembangkan pembelajaran agar tujuan pendidikan tercapai.
Dari peristiwa di atas menunjukan bahwa betapa pentingnya disiplin dan kerjasama itu untuk diterapkan. Sebab tanpa adanya disiplin dan kerjasama semua yang akan dituju tidak akan tercapai sesuai apa yang diharapkan.
Nilai–nilai kerjasama yang tumbuh dari seorang anak adalah nilai-nilai kerjasama yang memiliki nilai kesetaraan status, fungsi, dan peran dalam melakukan sesuatu yang bersifat positif. Nilai-nilai kerjasama bagi anak-anak sangat penting dalam rangka mengemban tugas-tugas perkembangannya di masyarakat. Kuatnya nilai-nilai kerjasama seorang anak untuk berinteraksi dalam kelompok bermain menunjukan karakter anak.
(5)
3
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk itu antara disiplin dan kerjasama sangat erat kaitanya karena dalam disiplin sangat membutuhkan kerjasama begitu pula kerjasama. Dalam melakukan aktivitas itu sangat penting sekali menerapkan aspek disiplin dan kerjasama agar apa yang dituju itu bisa tercapai dan memiliki karakter.
Beragam permainan dimiliki oleh setiap masyarakat termasuk di kota Bandung. Salah satu bentuk pendekatan pembelajaran penjasorkes yang dapat dikembangkan adalah melalui permainan tradisional yang bersumber dari budaya setempat. Pendekatan pembelajaran penjasorkes dapat menggunakan permainan tradisional seperti gobag sodor, englek gunung maupun bebentengan dan masih banyak permainan tradisional yang lainnya untuk meningkatkan kualitas kompetensi siswa. Melalui permainan tradisional, para siswa diajarkan untuk disiplin, jujur, mengikuti aturan, kerjasama, serta bertanggung jawab terhadap anggotanya. Selain itu permainan tradisional seperti gobag sodor dengan bebentengan memilik kesesuaian dengan ciri penjas yang lebih dominan dengan kegiatan fisik.
Hasil observasi terhadap para siswa kelas VII dan proses pembelajaran penjasorkes di SMP Negeri 15 Bandung peneliti memperoleh gambaran bahwa perlu adanya suatu proses pembelajaran penjasorkes yang menarik minat belajar siswa yang lebih nyata dan kaya dengan interaksi sosial di lingkungannya.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran penjasorkes menunjukan bahwa para siswa terlihat bosan, enggan untuk mengikuti pelajaran penjasorkes terlebih dalam cuaca yang cukup panas. Selain itu untuk meningkatkan kebugaran jasmaninya para guru cenderung membiarkan para siswa bermain di lapangan tanpa bimbingan. Sehingga proses pembelajaran tersebut kurang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran penjasorkes.
Hasil belajar penjasorkes dianggap kurang maksimal. Para siswa kurang memahami arti nilai-nilai yang diajarkan dalam pelajaran sehingga pola perilaku moral siswa dalam interaksinya di lingkungan sekolah kurang mencerminkan pola perilaku moral yang sesuai dengan pemahaman kognitifnya tentang nilai tersebut. Kata-kata yang berhubungan dengan perilaku moral sulit dipahami dan masih abstrak. Beberapa siswa agak sulit memberikan contoh nilai–nilai moral seperti
(6)
kejujuran, percaya diri, empati, mampu mengontrol diri dan kerendahan hati dalam kegiatan belajar. Pendidikan moral atau karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru pelajaran PKn. Semestinya semua mata pelajaran memberikan perhatian terhadap karakter siswa begitu pula pelajaran penjasorkes.
Dalam keseharian di sekolah para siswa merasa kesulitan memberikan contoh tentang nilai-nilai seperti jujur, disiplin, percaya diri, dan kerja sama. Nilai moralitas seperti disiplin, kejujuran, empati dan kerja sama sangat penting dalam kerangka membangun generasi muda yang berkualitas harus dikembangkan sejak dini di sekolah. Pendidikan karakter melalui pembelajaran penjasorkes dapat dilakukan dengan pendekatan permainan tradisional diantaranya melalui permainan gobag sodor dan bebentengan.
Pembelajaran penjasorkes dapat dilakukan melalui permainan tradisional dengan cara berkelompok. Dalam kelompok tersebut para siswa belajar disiplin, kerjasama, berinteraksi, memahami, menghargai, berlaku adil, dan toleransi. Kelompok bermain anak-anak memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan perilakunya. Kebiasaan memperlakukan orang lain sesuai dengan norma atau peraturan seperti dalam permainan akan membuat para siswa sadar betapa pentingnya nilai-nilai tersebut.
Olahraga adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Bermain gobag sodor dan bebentengan dapat menjadi sarana belajar guna mengembangkan perilaku moral atau karakter siswa.
Permainan gobag sodor adalah permainan beregu yang dilakukan oleh 2 tim. Tim yang berjaga dan tim yang mencoba menembus penjagaan. tim yang bertugas menembus penjagaan berdiri di luar garis yang paling depan dan berusaha menerobos garis-garis yang telah dijaga tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh tim yang menjaga, serta tim yang berjaga bertugas untuk menyentuh pemain yang akan menembus penjagaan sesuai dengan alur garis yang telah ditentukan.
Permainan bebentengan adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua kelompok atau regu yang bertujuan untuk mengambil alih pertahanan demi menguasai markasnya atau bentengnya dan setiap tergu terdiri dari 6 sampai 10 orang. permainan tersebut memiliki peraturan hampir sama dengan gobag sodor
(7)
5
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan tetapi dalam bebentengan, siapa yang tersentuh dan lebih dulu meninggalkan bentengnya orang tersebut akan menjadi tawanan. Oleh karena itu rekan tim atau regu yang menjadi tawanan bertugas tidak hanya mengambil alih benteng musuh akan tetapi berusaha membebaskan rekannya yang tertawan.
Melalui permainan tradisional anak-anak dapat belajar, bermain dan berolahraga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara bersama-sama. Sehingga suasana pembelajaran tidak terkesan membosankan dan siswa tetap dalam pantauan guru agar pembelajaran tersebut dapat terarah.
Beberapa manfaat yang diperoleh dengan memberikan pembelajaran pendidikan jasmani melalui permainan tradisional adalah anak-anak memahami kerjasama dan tanpa disadari anak bermain sambil belajar untuk disiplin mentaati peraturan sehingga membuat anak senang agar tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Anak lebih mudah memahami arti pentingnya kerjasama. Melalui penerapan pembelajaran kerjasama dengan permainan, siswa akan dilatih mengimplementasikan nilai tersebut secara nyata dalam bentuk yang sederhana.
Nilai lain yang diharapkan dapat terbentuk melalui permainan tradisional adalah disiplin. Disiplin tidak hanya ditunjukan dengan sikap positif siswa. Disiplin ditunjukan dengan mengikuti peraturan, menghargai waktu untuk datang tepat waktu, dan belajar sesuai dengan jam pelajaran. Untuk mengikuti kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah, disiplin sangat penting diterapkan oleh siswa. Hal ini untuk menunjang keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Tanpa adanya disiplin sulit bagi siswa untuk mencapai prestasi atau diterima dalam pergaulannya.
Berkaitan dengan pengaruh permainan terhadap perkembangan aspek sosial siswa dijelaskan oleh Sukintaka (1980, hlm. 4) sebagai berikut:
Permainan yang diberikan kepada siswa bukan saja bentuk permainan yang menyenangkan melainkan juga mempunyai nilai-nilai yang penting yaitu sebagai penunjang sosialisasi. Di dalam kegiatan tersebut anak belajar bagaimana bergaul dengan anak lain, bekerjasama dalam berbagai kegiatan dan memainkan peranan sebagai pemimpin dan sebagai pengikut serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dengan membandingkan diri dengan kemampuan teman sebayanya.
(8)
Penelitian tentang permainan gobag sodor dan bebentengan merupakan suatu upaya untuk mengangkat nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu sumber belajar untuk membentuk disiplin dan kerjasama. Para siswa akan lebih mengenal nilai yang terkandung dalam permainan tradisional. Melalui permainan gobag sodor dan bebentengan para siswa tanpa sadar sedang belajar tentang makna disiplin dan kerjasama.
Oleh karena itu berdasarkan pemaparan materi di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Perbedaan Pengaruh Permainan Tradisional Gobag Sodor dan Bebentengan Dalam Pembentukan Disiplin dan Kerjasama Siswa.
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi ada beberapa masalah yang sesuai dengan peneliti dapatkan dari salah satu guru pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung fakta yang terjadi di lapangan yaitu, pola hidup jaman sekarang yang terkesan individualis serta kurangnya interaksi masyarakat sehingga berdampak terbawanya pengaruh tersebut menjadi kurang berkembangnya disiplin dan kerjasama antar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga menjadi terhambatnya tujuan yang ingin dicapai oleh guru pendidikan jasmani. Adapun beberapa indikator yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMP N 15 Bandung antara lain, (1) Datang terlambat pada saat jam pelajaraan dimulai, (2) Tidak mendengarkan apa yang diinstruksikan oleh guru, (3) Meninggalkan jam pelajaran pada saat jam pelajaran belum selesai, (4) Keterlibatan siswa selama pembelajaran masih kurang, (5) Mengacuhkan pada saat teman meminta bantuan, (6) Melanggar peraturan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan identifikasi penelitian tersebut pendekatan pembelajaran yang monoton membuat anak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran ditambah kurang pahamnya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran serta
(9)
7
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemberian tugas gerak ketika proses pembelajaran berlangsung tidak variatif. Hal ini menjadi pokok permasalahan tidak tercapainya tujuan pembelajaran, sehingga kondisi seperti ini mengakibatkan tidak maksimalnya proses pembelajaran pendidikan jasmani sebagai medium pendidikan dalam rangka membentuk karakter guna mengembangkan pribadi anak seutuhnya serta menanamkan sikap disiplin dan kerjasama siswa khususnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung.
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil dari permasalahan penelitian yang timbul. Berangkat dari tujuan penelitian maka peneliti membatasi ruang penelitian agar dapat terfokus serta jelas maksud dan tujuan pada suatu masalah. Adapun pembatasan masalah diantaranya:
1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan dalam pembentukan disiplin dan kerjasama siswa. Sehingga yang menjadi variabel bebas adalah permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah disiplin dan kerjasama.
2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 15 Kota Bandung. Sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 15 Kota Bandung. 3. Instrument penelitian ini adalah angket.
4. Lokasi tempat penelitian ini di SMP Negeri 15 Kota Bandung.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, Peneliti mencoba merumuskan masalah penelitian yang terjadi yaitu sebagai berikut:
1. Apakah permainan tradisional gobag sodor memberikan pengaruh yang signifikan dalam pembentukan disiplin siswa?
2. Apakah permainan tradisional gobag sodor memberikan pengaruh yang signifikan dalam pembentukan kerjasama siswa?
3. Apakah permainan tradisional bebentengan memberikan pengaruh yang signifikan dalam pembentukan disiplin siswa?
(10)
4. Apakah permainan tradisional bebentengan memberikan pengaruh dalam pembentukan kerjasama siswa?
5. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan dalam pembentukan disiplin?
6. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan dalam pembentukan kerjasama?
D.Tujuan Penelitian
Di dalam sebuah penelitian harus memiliki tujuan yang akan dicapai. Maka dari itu tujuan sangat penting kedudukannya, sehingga dapat berguna untuk menghasikan informasi dan hasil-hasil yang benar. Berdasarkan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional gobag sodor dalam pembentukan disiplin siswa?
2. Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional gobag sodor dalam pembentukan kerjasama siswa?
3. Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional bebentengan dalam pembentukan disiplin siswa?
4. Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional bebentengan dalam pembentukan kerjasama siswa?
5. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan dalam pembentukan disiplin.
6. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan dalam pembentukan kerjasama.
E.Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitian ini tercapai, Penulis berharap hasil penelitian nanti dapat digunakan sebagai berikut:
(11)
9
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengembangkan teori atau pendekatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan pembentukan disiplin dan kerjasama siswa dengan pendekatan permainan tradisional gobag sodor. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu referensi bagi pengembangan kurikulum pendidikan penjasorkes kelas VII untuk membentuk perilaku disiplin dan kerjasama serta menjadi sumbangan pikiran untuk bahan pengajaran guna mendidik siswa agar lebih belajar disiplin dan kerjasama secara positif.
2. Secara Praktis
a. Bagi tenaga pendidik terutama pendidik penjasorkes, hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan pendekatan pembelajaran keterampilan mental disiplin dan kerjasama. Selain itu hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan permainan tradisional dalam rangka mendorong proses belajar mengajar penjasorkes yang interaktif dan menarik bagi siswa.
b. Peserta didik, pengalaman belajar dengan pendekatan permainan akan meningkatkan partisipasi aktif dan pemahaman tentang nilai –nilai yang terkandung dalam permainan.
c. Pihak Sekolah yaitu hasil penelitian dapat dijadikan salah satu referensi bagi pengembangan kurikulum bermuatan lokal dalam rangka mencapai kompetensi yang sesuai dengan kurikulum.
F. Struktur Organisasi Penulisan
Penyusunan skripsi ini terdiri atas lima bab. Adapun uraian mengenai isi dari penulisan setiap babnya adalah sebagai berikut:
1. Dalam BAB I Pendahuluan berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan awal dari penyusunan skripsi ini. Bab ini tersusun atas latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian mengenai perbedaan pengaruh permainan tradisional gobag sodor dan bebentengan dalam pembentukan disiplin dan kerjasama siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung, dan struktur organisasi skripsi.
(12)
2. Selanjutnya BAB II mengenai Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis tentang perbedaan pengaruh permainan tradisional gobag sodor dan bebentengan dalam pembentukan disiplin dan kerjasama. Bab ini berfungsi untuk landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan. 3. Kemudian BAB III Metode Penelitian, berupa tentang penjabaran secara rinci
mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti, lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang didapat.
4. Selanjutnya BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang dua hal utama, yaitu pengolahan dan analisis data (untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan. untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian) serta pembahasan atau analisis temuan (untuk mendiskusikan hasil temuan yang dikaitkan dengan dasar teoritis yang telah dibahas dalam BAB II). 5. Dan BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian mengenai perbedaan pengaruh permainan tradisional gobag sodor dengan bebentengan dalam pembentukan disiplin dan kerjasama siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Kemudian saran atau rekomendasi yang ditulis, ditujukan kepada para pengguna hasil penelitian, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.
(13)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Tempat yang dijadikan penelitian ini adalah di SMPN 15 Bandung dengan subjek penelitian siswa-siswi kelas VII. Alasan pemilihan lokasi penelitian di SMP Negeri 15 Bandung dikarenakan peneliti sebagai guru PPL disekolah tersebut.
Deskripsi Objek Penelitian
a. Profil SMP Negeri 15 Bandung
Alamat :
Jalan : Jl. Dr. Setiabudhi no. 89
Desa : Kelurahan Gegerkalong, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Provinsi : Jawa Barat
Website : www.smpn15bandung.sch.id b. Visi dan Misi
Visi:
Membentuk sumber daya manusia unggul, berprestasi, dengan mengembangkan IPTEK dan IMTAQ menuju sekolah hijau dan berstandar nasional
Misi:
a) Meningkatkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif.
b) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik berbasis Iptek dan Imtaq.
c) Meningkatkan layanan bagi tenaga pendidik dan kependidikan menjadi profil personal yang profesional.
d) Meningkatkan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan sehat sebagai wawasan wiyatamandala yang potensial.
(14)
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
Waktu : 8 Mei 2014 s/d 31 Mei 2014, frekuensi pertemuan perminggu sebanyak 2 kali dalam seminggu.
Penelitian 12 x pertemuan. Menurut pendapat Sarwono dan Ismaryati (1999,
hal. 43) bahwa: “frekuensi jumlah waktu ulangan latihan yang baik adalah
dilakukan 5-6 per sesi latihan atau 2-4 kali perminggu.” 5 sesi x 2 kali perminggu = 10 kali pertemuan. (minimal) 5 sesi x 3 kali perminggu = 15 kali pertemuan. (sedang) 5 sesi x 4 kali perminggu = 20 kali pertemuan. (maksimal)
Penelitian ini dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan. Dengan catatan melihat dari hasil peningkatan pembelajaran sisiwa. Apabila selama 12 kali pertemuan tersebut siswa telah mengalami perubahan atau peningkatan yang siap untuk di tes akhir.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah sejumlah siswa yang memiliki karakteristik yang sama dilihat dari tingkat kerjasama, tingkat kelas serta memiliki status kelas yang sama. Furqon (2009, hlm. 146) menyatakan tentang populasi yaitu: ”populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik yang sama.” Arikunto (1997) yang dikutip dari Sita Febriyan (2011, hlm. 66) menjelaskan bahwa „Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian polpulasi.‟ Sudjana (1989, hlm. 6) menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif atau kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.”
(15)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Berdasarkan pendapat para ahli maka populasi dalam penelitian ini disimpulkan bahwa sekelompok siswa yang memiliki karakteritik hampir sama dalam pemahaman dan melakukan permainan tradisional gobag sodor dan bebentengan berada pada kelas VII SMP Negeri 15 Bandung dengan jumlah kelas yaitu 10 kelas, setiap kelas terdiri dari 34-35 orang siswa, dan secara keseluruhan populasi kelas VII yaitu 340 orang siswa.
2. Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010, hlm. 81):
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambildari populasi tersebut.
Sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel penelitian. Arikunto (2002, hlm. 109) menjelaskan bahwa, “Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.” Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung yang berjumlah 68 siswa didapat 20% dari jumlah populasi yang selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok sama banyak. 34 siswa untuk kelompok permainan tradisional gobag sodor dan 34 siswa untuk permainan tradisional bebentengan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006, hlm. 12) yang mengemukakan bahwa:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No. Kelompok Jumlah Siswa
1. Eksperimen A 34 orang
2. Eksperimen B 34 orang
(16)
B.Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Pretest -Posttest Design”. Peneliti menggunakan desain “Pretest-Posttest Design” dalam penelitian ini karena disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, maka penulis menggunakan Pretest-Posttest Design sebagai desain penelitiannya.
Dengan adanya pretest, data awal sebelum diberikan perlakuan agar dapat terlihat apabila dibandingkan dengan posttest sehingga perlakuan yang diberikan dapat diketahui lebih akurat. Dan setelah tes akhir terkumpul maka data tersebut disusun, diolah, dan dianalisa secara statistik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil perlakuan dan perbedaannya.
Mengenai desain penelitian ini Arikunto (1993, hlm. 79) menggambarkan dalam pola desain penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:
E1 : Kelompok eksperimen 1
E2 : Kelompok eksperimen 2
X1 : Treatment berupa Permainan Tradisional Gobag Sodor X2 : Treatment berupa Permainan Tradisional Bebentengan O1 dan 03 : Tes awal atau Angket awal
O2 dan 04 : Tes akhir atau Angket akhir
Selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggambarkan rancangan tersebut ke dalam sebuah bagan sehingga penelitian ini dapat terstruktur penyusunannya
E1 O1 X1 O2
(17)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
dan juga dapat lebih jelas melakukan setiap langkah-langkah penelitian tersebut. Adapun bagan dan langkah-langkah yang disusun adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2
Langkah-Langkah Penelitian
Adapun prosedur dari rancangan penelitian di atas dari sebelum sampai akhir penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahapan I
a. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian. b. Menentukan sekolah yang akan diteliti.
c. menghubungi sekolah dan pihak yang bersangkutan. d. Membuat surat izin.
e. Menyiapkan angket dan lembar observasi. f. Menguji alat ukur.
Populasi Sampel
Kesimpulan
Pengolahan dan Analisis Data
Posttest : Tes angket mengukur Disiplin dan Kerjasama Treatment atau Perlakuan
Kelompok A
Permainan Tradisional Gobag Sodor
Kelompok B
Permainan Tradisional Bebentengan Prettest : Tes angket mengukur Disiplin dan Kerjasama
(18)
g. Menentukan sampel penelitian 2. Tahapan II
a. Membagi sampel kedalam dua kelompok.
b. Memberikan pretest pada sampel penelitian gobag sodor untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan.
c. Memberikan pretest pada sampel penelitian bebentengan untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan.
d. Memberikan perlakuan melalui permainan tradisional Gobag sodor dan Bebentengan pada sampel penelitian guna membentukan disiplin dan kerjasama.
e. Memberikan posttest pada sampel penelitiaan untuk mengetahui apakah ada peningkatan disiplin dan kerjasama setelah diberikan perlakuan dibandingkan dengan pretest.
3. Tahapan III
a. Pengumpulan data
b. Mengolah data dan menganalisis data hasil penelitian. c. Menganalisis hasil penelitian.
d. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian guna menjawab permasalahan.
C.Metode Penelitian
Menurut Surakhmand (1998: 181) menjelaskan tentang metode, yaitu:
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.
Sudjana (2005: 52) mengungkapkan bahwa:
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.
Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010, hlm. 203) menjelaskan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
(19)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data ilmiah dalam waktu yang lama dengan menggunakan aturan-aturan yang berlaku.
Untuk mencapai tujuan penelitian harus menggunakan metode yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Karena tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional gobag sodor dalam pembentukan disiplin siswa.
2. Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional gobag sodor dalam pembentukan kerjasama siswa.
3. Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional bebentengan dalam pembentukan disiplin siswa.
4. Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional bebentengan dalam pembentukan kerjasama siswa.
5. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh permainan tradisional gobag sodor dan bebentengan dalam pembentukan disiplin dan kerjasama siswa.
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 107) “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”
D.Definisi Operasional Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan. Penelitian adalah keadaan yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam suatu penelitian.
Pada penelitiaan ini variabel yang digunakan ada dua yaitu: 1. Gobag sodor dengan bebentengan (X) sebagai variabel bebas
a. Gobag sodor adalah permainan tradisional yang dimainkan secara beregu yang terdiri dari 3-5 orang dengan inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa melewati garis secara bolak balik.
(20)
b. Bebentengan adalah permainan beregu yang terdiri dari dua regu yang bertanding dengan pemain berjumlah 4-8 orang yang mempunyai inti permainan yaitu menguasai benteng lawan dan menawan anggota lawan sebanyak-banyaknya dengan benteng berupa tiang.
2. Disiplin dan Kerjasama (Y) sebagai variabel terikat
a. Disiplin menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002, hlm. 268): Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan kepada tata tertib, dan sebagainya).
b. Kerjasama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas/tugas besar, dan dibagi menjadi kecil yang dilakukan secara bersama guna mencapai suatu tujuan tertentu.
E.Instrumen Penelitian
Agar penelitian menjadi lebih konkrit, maka perlu ada data. Data tersebut diperoleh pada awal eksperimen sebagai data awal dan pada akhir eksperimen sebagai data akhir. Tujuannya agar dapat mengetahui perbandingan perlakuan yang merupakan tujuan akhir dari eksperimen.
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian terutama berkaitan dengan proses pengumpulan data. Instrument penelitian digunakan sebagai alat bantu di dalam melaksanakan penelitian dan sebagai alat untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Berkaitan dengan penelitian ini, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket dimana dalam angket tersebut terdiri dari komponen atau variabel yang dijabarkan melalui komponen, indikator-indikator, dan pertanyaan. Butir-butir pertanyaan atau pernyataan tersebut merupakan gambaran tentang sikap disiplin dan kerjasama. Bentuk angket yang digunakan adalah bentuk angket tertutup. Dimana angket tertutup tersebut penyusunan butir pertanyaan atau pernyataannya secara alternatif sudah tersedia jawabannya. Sehingga responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban yang telah tersedia. Dan jawaban tersebut
(21)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
dikemukakan oleh responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau suatu hal yang dialaminya.
Langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:
1. Melakukan spesifikasi data
Maksudnya untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang mengacu pada pendapat para ahli tentang disiplin dan kerjasama diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket Mengukur Disiplin Mengukur Disiplin
Variabel
Sub
Variabel Indikator Sub Indikator
Definisi Konsep
Definisi Operasional Menurut
kamus besar Bahasa
Indonesia
(2002, hlm.
268): Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan kepada tata tertib, dan sebagainya).
Disiplin adalah ketaatan
terhadap peraturan atau tunduk kepada pengawasan dan
pengendalian guna
mematuhi dan mendukung ketentuan tata tertib
peraturan, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku
Ciri-ciri 1. Ketaatan a) Ketaatan Terhadap Peraturan
Permainan
Slameto (2010): Disiplin adalah merupakan suatu sikap yang
menunjukan kesediaan untuk
b) Ketaatan Terhadap Perintah Guru
(22)
menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan tata tertib
peraturan, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku. Dengan
demikian, disiplin
bukanlah suatu yang dibawa sejak awal tetapi
merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan. Sumarmo
(2005, hlm.
18-19)
mengemukaka n bahwa : Disiplin
adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma
kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang
dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena
2. Kepatuhan a) Patuh terhadap tata tertib permainan
(23)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
sanksi dan rasa takut tehadap Tuhan Yang Maha Esa.
Starwaji (2009): Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk kepada pengawasan dan
pengendalian serta disiplin dijadikan sebagai latihan yang bertujuan mengembangk an diri agar dapat berlaku tertib.
b) Patuh terhadap guru
Menurut Hurlock (dalam Darmajari, 2010, hlm. 25) Lebih
menegaskan lagi bahwa : disiplin belajar disekolah adalah suatu cara
masyarakat untuk
mengajar anak berprilaku moral yang disetujui kelompok. Adapun
3. Kesetiaan a) Kesetiaan terhadap aturan permainan
(24)
indikator disiplin belajar disekolah menurut Hurlock adalah sebagai berikut : 1) Patuh dan
taat terhadap taat tertib belajar di sekolah 2) Persiapan
belajar 3) Perhatian
terhadap kegiatan pembelajar an
4) Menyelesai kan tugas pada waktunya. Unsur-unsur disiplin yang yang
diungkapkan oleh
Supriyono (2009)
http://priyonop h.wordpress.c om/artikel/ dalam artikelnya adalah sebagai berikut : a)Peraturan, b)hukuman, c)Penghargaan d) Konsistensi.
b) Kesetiaan terhadap tim
c) Kesetiaan terhadap guru
Susilowati yang dikutip
4. Keteraturan a) Teratur dalam satuan kegiatan
(25)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
(Darmajari, 2010, hlm. 23-24) Individu yang memiliki nilai
kedisiplinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Ketaatan 2. Kepatuhan 3. Kesetiaan 4. Keteraturan 5. Ketertiban 6. Komitmen 7. Konsisten
5. Ketertiban a) Tertib waktu b) Tertib tugas c) Tertib bermain 6. Komitmen a) Komitmen sebagai
siswa
b) Komitmen sebagai anggota tim
7. Konsisten a) Konsisten dalam menjalankan aturan/tata tertib permainan
b) Konsisten dalam melaksanakan perintah guru Tabel 3.3
Kisi-Kisi Angket Mengukur Kerjasama Mengukur Kerjasama
Variabel Sub
Variabel
Indikator
Definisi Konsep Definisi
Operasional Kuswan mengungkapkan dalam
buku Leadership dan teamwork (2013, hlm. 46) Kerjasama menurut Andrew Carnegie yang dikutip Bull (2010, hlm. 24) adalah kemampuan bekerja sama mencapai visi bersama mengarahkan pencapaian individu terhadap tujuan kerjasama tim merupakan bahan bakar yang memungkinkan orang biasa mencapai hasil yang luar biasa.
Kerjasama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas/tugas besar, dan dibagi menjadi kecil yang dilakukan secara bersama guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Unsur-unsur 8. Membantu teman
Sankers (2012, hlm. 35) kerjasama adalah hubungan sinergis yang terbentuk ketika dua entitas/orang atau lebih yang bekerja sama menghasilkan sesuatu yang jauh lebih besar dari pada penjumlahan kemampuan dan kontribusi masing-masing individu.
9. Kerjasama meraih tujuan
(26)
H. Kusnadi (2009) dalam situs http://id.shoovng.com/1943506-pengertian-kerja-sama
menjelaskan bahwa Kerjasama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu.
10.Menerima pendapat
Soekanto (2012:66) Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.
Soekanto (2012, hlm. 66) terdapat lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut:
1) kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong,
2) _enture_ng, yaitu pelaksanaan perjanjian 3) kooptasi (cooptation), yakni
suatu proses penerimaan _entur-unsur baru 4) koalisi (coalition), yakni
kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang memepunyai tujuan-tujuan yang sama.
5) joint _enture, yaitu kerja sama dalam mencapai tujuan
11.Bermain secara terkendali
Joe Landsberger (2009) dalam situs
http://www.stdudygs.net/melayu manado/cooplearn.htm
menjelaskan bahwa:
Kerjasama adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk
12.Hormat pada orang lain
(27)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
mencapai suatu hasil mufakat. Kerjasama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim, anda:
1) Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah 2) Sumbangkan pemahamanmu
tentang permasalahan: pertanyaan, wawasan, dan pemecahan
3) Tanggap terhadap dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan penyelesaian 4) Setiap anggota memperkuat
yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan
menentukan kontribusi (sumbangan) mereka
5) Bertanggung jawab terhadap orang lain, dan mereka bertanggung jawab pada anda 6) Bergantung pada yang lain,
dan mereka bergantung pada anda.
Suherman (2001, hlm. 86)
menyebutkan unsur penting dalam kerjasama adalah:
1) Mengikuti aturan
2) Membantu teman yang belum bisa
3) Ingin semua teman bermain dan berhasil
4) Memotivasi orang lain
5) Bekerjakeras menerapkan skill 6) Hormat terhadap orang lain 7) Mengendalikan tempramen 8) Memperhatikan perasaan
orang lain
9) Kerjasama meraih tujuan 10) Menerima pendapat orang
lain
11) Bermain secara terkendali
13.Memotivasi orang lain 14.Memperhatika
n perasaan orang lain
(28)
2. Penyusunan Angket
Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi tersebut di atas selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Butir-butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala sikap yakni skala Likert.
Riduwan (2013, hlm. 16) menjelaskan bahwa:
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifikasi oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Untuk memudahkan dalam menjawab dalam angket peneliti membentuk instrument penelitian ini adalah bentuk checklist. Hal ini bertujuan untuk menjabarkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka peneliti menuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang mengacu pada pendapat para ahli tentang perilaku disiplin dan kerjasama.
Tabel 3.4
Kategori Pemberian Alternatif Untuk Jawaban Angket
Alternatif Jawaban Pernyataan dan Skor Alternatif Jawaban
Positif (+) Negatif (-)
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS)
1 5
Pada angket ini alternatif jawaban yang digunakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Neteral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam dua bentuk yaitu Pernyataan positif
(29)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
dengan skor SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Pernyataan negatif dengan skor SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, dan STS = 5.
Perlu penulis jelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut, maka pernyataan-pernyataan itu disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakhmad (1998, hlm. 184) sebagai berikut:
a. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya b. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh
responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif c. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif
d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain
e. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi
Dari uraian tersebut, maka dalam menyusun pernyataan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas dan tegas.
.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Angket Mengukur Disiplin Siswa Variabel Sub
Variabel Indikator Sub Indikator
No. Soal (+) (-) Disiplin Ciri-ciri
Ketaatan
Ketaatan terhadap peraturan permainan 12, 49, 51, 63, 73 24, 29, 34, 47, 48 Ketaatan terhadap perintah
guru 18, 55, 67, 70, 74 2, 7, 13, 16, 62 Kepatuhan
Patuh terhadap tata tertib permainan
6, 8, 17, 42, 45,
66
11, 20, 25, 50, 53, 68 Patuh terhadap guru 5, 65, 72 36, 43,
58
Kesetiaan
Kesetiaan terhadap aturan permainan
15 56
Kesetiaan terhadap tim 54 22 Kesetiaan terhadap guru 35, 57,
69
10, 14, 71 Keteraturan Teratur dalam satuan kegiatan 21, 23
37, 59
4, 27, 31, 61
(30)
Ketertiban
Tertib waktu 52 40
Tertib tugas 32 26
Tertib bermain 28 3
Komitmen
Komitmen sebagai siswa 60 41 Komitmen sebagai anggota
tim
30 39
Konsisten
Konsisten dalam menjalankan aturan atau tata tertib
permainan
1, 44 9, 33
Konsisten dalam menjalankan perintah guru
46, 64 19, 38
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Angket Mengukur Kerjasama Siswa Variabel Sub
Variabel
Indikator No. Soal
(+) (-)
Kerjasama Unsur-unsur Dapat membantu teman 7, 28, 35, 49, 51
3, 12, 18, 33, 47 Dapat bekerja sama meraih tujuan 1, 11, 16,
41, 46, 55
17, 26, 29, 30, 37, 45 Dapat menerima pendapat orang lain 32, 38,
58, 59, 62
19, 23, 39, 48, 60 Dapat bermain secara terkendali 2, 34, 36,
43, 50
20, 27, 42, 44, 53 Dapat hormat pada orang lain 5, 6, 8,
25, 56
13, 21, 24, 52, 61 Dapat memotivasi orang lain 9, 10, 57 22, 40, 54 Memperhatikan perasaan orang lain 14, 15 4, 31
3. Uji Coba Angket
Sebelum sebuah instrumen digunakan dalam sebuah penelitian, instrumen terlebih dahulu diuji dan harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel. Oleh sebab itu peneliti harus mampu menyusun instrumen penelitian dan mampu untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Setelah butir soal angket tersebut diuji dan didapat validitas dan reliabelnya maka angket yang memenuhi syarat dan angket tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini.
(31)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
Uji coba angket ini dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014-17 April 2014 di SMPN 15 Bandung terhadap siswa kelas VII. Angket tersebut diberikan kepada para siswa yang bukan termasuk dalam kelompok eksperimen penelitian. Kelompok uji coba angket sebanyak 30 orang untuk gobag sodor dan 30 orang untuk bebentengan total keseluruhan 60 siswa uji coba angket. Sebelum para sampel mengisi angket tersebut, penulis memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisiannya.
Langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen tersebut adalah:
a. Analisis Validitas Instrumen
a) Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan terendah
b) Menentukan 27% responden yang memperoleh skor tinggi dan 27% yang memperoleh skor rendah.
c) Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tinggi disebut kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor rendah disebut kelompok bawah.
d) Mencari nilai rata-rata (X) setiap butir pernyataan kelompok atas dan nilai rata-rata (X) setiap butir kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
X : nilai rata-rata yang dicari Xi : Jumlah skor
n : Jumlah responden
Xi
X =
(32)
e) Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
S : simpangan baku yang dicari
∑(X – X)2 : jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata n - 1 : jumlah sampel dikurangi satu
f) Mencari variansi gabungan (S2) untuk setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
S2 : varians gabungan
S1 : Simpangan baku kelompok satu
S2 : Simpangan baku kelompok dua
n : sampel
g) Mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
t : nilai t yang dicari
X : rata-rata suatu kelompok S : Simpangan baku gabungan n : Jumlah sampel
(X– X)2
S =
n - 1
(n1-1) S12 + (n2 -1) S22
S2 =
n1 + n2 - 2
X
1–
X
2t =
(33)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
h) Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dalam taraf nyata 0.05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Instrumen penelitian ini memiliki tingkat kebebasan n1+ n2 – 2 = 8 + 8 – 2 = 14, nilai t-tabel
menunjukkan harga 1.761.
Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan pendekatan signifikansi, yaitu jika t-hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, tetapi jika sebaliknya, jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka pernyataan tersebut tidak signifikan, dengan kata lain pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data.
Adapun hasil uji validitas butir angket adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Pengujian Validitas Butir Angket Permainan Gobag Sodor Mengukur Disiplin
t-tabel (dk=14 dan =0,05) = 1,761
No. Soal t-hitung No. Soal t-hitung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1,19* 2,44 2,47 2,24 1,17* 1,80 2,02 0,62* 0,33* 2,09 2,11 2,92 2,86 2,84 1,35* 2,38 1,18* 3,14 1,82 2,92 3,32 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 3,25 1,90 2,22 2,02 -0,54* 2,80 1,89 0,67* 1,80 2,58 0,81* 2,22 0,84* 0,00* 2,33 0,82* 4,29 2,64 1,92 2,22 1,78
(34)
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 2,71 1,90 0,29* 2,47 3,93 2,02 3,06 0,57* 3,61 1,33* 4,51 3,97 3,37 4,00 2,38 3,13 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 2,43 0,91* 1,13* 2,53 1,19* 2,24 3,11 0,33* 2,81 3,25 2,51 2,71 2,02 1,89 2,09 0,64* Keterangan: * = butir soal tidak valid
Berdasarkan Tabel 3.7 menunjukkan bahwa butir angket untuk mengukur disiplin dalam permainan gobag sodor seluruhnya berjumlah 74 butir. Terdapat 20 butir soal yang tidak valid dan 54 butir soal yang dinyatakan valid dan signifikan. Sehingga data yang valid dijadikan sebagai alat pengumpul data.
Tabel 3.8
Hasil Pengujian Validitas Butir Angket Permainan Gobag Sodor Mengukur Kerjasama
t-tabel (dk=14 dan =0,05) = 1,761
No. Soal t-hitung No. Soal t-hitung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1,84 1,92 1,92 1,42* 2,81 1,76 2,02 0,38* 3,73 4,29 0,27* 2,02 2,64 2,71 1,08* 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 3,33 2,26 3,25 2,81 3,97 1,95 2,51 7,38 1,11* 3,33 4,69 1,92 1,18* 2,31 2,77
(35)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 2,43 3,81 -1,18* 1,82 1,24* 2,96 1,90 1,77 2,64 1,87 4,51 1,18* 1,78 1,89 2,81 2,81 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 2,02 4,15 1,89 2,80 1,89 3,65 1,33* 0,78* 1,22* 3,13 2,54 2,64 1,95 1,78 3,82 1,89 Keterangan: * = butir soal tidak valid
Berdasarkan Tabel 3.8 menunjukkan bahwa butir angket untuk mengukur kerjasama dalam permainan gobag sodor seluruhnya berjumlah 62 butir soal. Terdapat 12 butir soal yang tidak valid dan 50 butir soal yang dinyatakan valid dan signifikan. Sehingga data yang valid dijadikan sebagai alat pengumpul data.
Tabel 3.9
Hasil Pengujian Validitas Butir Angket Permainan Bebentengan Mengukur Disiplin
t-tabel (dk=14 dan =0,05) = 1,761
No. Soal t-hitung No. Soal t-hitung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1,80 2,11 4,82 0,70* 1,92 2,16 2,08 -0,85* -0,68* 6,55 2,04 1,89 2,81 3,45 3,61 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 1,43* 0,00* 2,47 8,42 -0,20* 3,13 1,92 2,26 0,58* 1,24* 1,08* 0,27* 1,15* 2,77 2,93
(36)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 2,09 3,32 4,72 4,73 -0,48* 3,14 0,38* 2,02 1,29* 3,61 4,36 0,38* 2,39 0,75* 2,12 1,78 2,72 2,09 0,94* 1,89 2,21 1,06* 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 2,38 2,80 4,15 3,42 3,00 2,92 2,19 1,79 0,70* 1,83 2,00 3,12 7,38 1,92 2,24 2,15 2,53 3,61 5,11 3,55 0,60* 1,98 Keterangan: * = butir soal tidak valid
Berdasarkan Tabel 3.9 menunjukkan bahwa butir angket untuk mengukur disiplin dalam permainan bebentengan seluruhnya berjumlah 74 butir. Terdapat 20 butir soal yang tidak valid dan 54 butir soal yang dinyatakan valid dan signifikan. Sehingga data yang valid dijadikan sebagai alat pengumpul data.
Tabel 3.10
Hasil Pengujian Validitas Butir Angket Permainan Bebentengan Mengukur Kerjasama
t-tabel (dk=14 dan =0,05) = 1,761
No. Soal t-hitung No. Soal t-hitung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1,86 1,92 2,92 0,52* 2,51 2,18 0,94* 2,19 2,33 32 33 34 35 36 37 38 39 40 2,72 1,36* 2,24 -0,70* 2,21 2,77 2,81 2,51 1,89
(37)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 2,92 2,19 2,11 2,51 1,78 2,44 2,18 2,90 2,58 2,77 2,65 2,65 2,00 2,06 2,72 1,79 3,00 2,06 2,33 0,40* 2,19 2,43 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 1,82 2,53 4,47 1,86 -0,90* 2,65 2,93 0,20* 2,51 2,24 1,92 3,43 0,29* 2,90 1,89 2,51 2,80 0,73* 0,21* 2,02 2,18 2,47 Keterangan: * = butir soal tidak valid
Berdasarkan Tabel 3.10 menunjukkan bahwa butir angket untuk mengukur kerjasama dalam permainan bebentengan seluruhnya berjumlah 62 butir soal. Terdapat 10 butir soal yang tidak valid dan 52 butir soal yang dinyatakan valid dan signifikan. Sehingga data yang valid dijadikan sebagai alat pengumpul data.
b. Analisis Reliabilitas Instrumen
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, penulis dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah Internal Consistency dengan metode tes belah dua (Split Half Test) sebagai berikut:
a) Membagi butir pernyataan menjadi dua bagian pernyataan yang bernomor genap dan bernomor ganjil
b) Skor dari butir pernyataan yang bernomor genap dikelompokkan menjadi variabel x dan skor dari butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dijadikan variabel y.
(38)
c) Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Person Product Moment sebagai berikut:
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi yang dicari XY : jumlah perkalian skor x dan skor y ∑X : jumlah skor x
∑Y : jumlah skor y
n : jumlah banyaknya soal
d) Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
rii : koefisien yang dicari 2. r : dua kali koefisien korelasi 1 + r : satu tambah koefisien korelasi
e) Menguji signifikansi korelasi, yaitu dengan rumus yang dikembangkan oleh Sudjana (2001) sebagai berikut:
Keterangan:
t : nilai t-hitung yang dicari r : koefisien seluruh tes
n - 2 : Jumlah soal/pernyataan dikurangi dua n (XY) – (X) (Y) rxy =
{n X2– (X)2}{n Y2– (Y)2}
2. r xy rii =
1 + r xy
r n - 2 t =
(39)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
Hasil penghitungan teknik korelasi Pearson Product Moment dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown, kemudian untuk menentukan nilai t-hitung, nilai r-seluruh item tes yang dihasilkan.
Adapun hasil uji reliabilitas butir soal adalah sebagai berikut:
1. Permainan Gobag Sodor
a) Mengukur Reliabilitas Disiplin
Dari hasil penghitungan permainan gobag sodor dalam mengukur disiplin tersebut diperoleh rxy = 0.287107 dan rii = 0.446128, sedangkan pada r-tabel product moment diketahui bahwa dengan n = 52 dan taraf signifikan 5% = 0.279. Dengan demikian maka rii lebih besar dari r-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel. Hasil dari uji signifikansi korelasi menunjukkan t-hitung = 2,119384, sedangkan t-tabel pada taraf nyata 0.05 dan dk (52) = 1.671. Dengan demikian t-hitung lebih besar dari t-tabel, ini menunjukkan bahwa korelasi 0.446128 mempunyai reliabilitas yang signifikan.
b) Mengukur Reliabilitas Kerjasama
Dari hasil penghitungan permainan gobag sodor dalam mengukur kerjasama tersebut diperoleh rxy = 0.2626 dan rii = 0.4159, sedangkan pada r-tabel product moment diketahui bahwa dengan n = 48 dan taraf signifikan 5% = 0.284. Dengan demikian maka rii lebih besar dari r-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel. Hasil dari uji signifikansi korelasi menunjukkan t-hitung = 1,8455, sedangkan t-tabel pada taraf nyata 0.05 dan dk (48) = 1.684. Dengan demikian t-hitung lebih besar dari t-tabel, ini menunjukkan bahwa korelasi 0.4159 mempunyai reliabilitas yang signifikan.
(40)
2. Permainan Bebentengan a) Mengukur Reliabilitas Disiplin
Dari hasil penghitungan permainan bebentengan dalam mengukur kerjasama tersebut diperoleh rxy = 0,243551 dan rii = 0,391703, sedangkan pada r-tabel product moment diketahui bahwa dengan n = 52 dan taraf signifikan 5% = 0.279. Dengan demikian maka rii lebih besar dari r-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel. Hasil dari uji signifikansi korelasi menunjukkan t-hitung = 1,810798, sedangkan t-tabel pada taraf nyata 0.05 dan dk (52) = 1,671. Dengan demikian t-hitung lebih besar dari t-tabel, ini menunjukkan bahwa korelasi 0,391703 mempunyai reliabilitas yang signifikan.
b) Mengukur Reliabilitas Kerjasama
Dari hasil penghitungan permainan bebentengan dalam mengukur kerjasama tersebut diperoleh rxy = 0.2509 dan rii = 0.4012, sedangkan pada r-tabel product moment diketahui bahwa dengan n = 50 dan taraf signifikan 5% = 0.279. Dengan demikian maka rii lebih besar dari r-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel. Hasil dari uji signifikansi korelasi menunjukkan t-hitung = 1,8328, sedangkan t-tabel pada taraf nyata 0.05 dan dk (50) = 1.671. Dengan demikian t-hitung lebih besar dari t-tabel, ini menunjukkan bahwa korelasi 0.4012 mempunyai reliabilitas yang signifikan.
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Instrumen yang telah dinyatakan valid dan reliabel dalam arti instrumen itu dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini penulis memperbanyak angket untuk disebarkan kepada sampel penelitian yang merupakan sumber data dalam penelitian. Angket tersebut disebarkan kepada para sampel mulai tanggal 8 Mei 2014 sampai dengan 31 Mei 2014.
(41)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
G. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data dari tes awal dan tes akhir terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis secara. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menghitung skor rata-rata (X) kelompok sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: X = Skor rata-rata suatu kelompok yang dicari ∑Xi = Jumlah Nilai dari seluruh data
n = Jumlah sampel
2. Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut: ∑(X-X)2
S =
n – 1
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku yang dicari n = Jumlah sampel
(X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn
dengan menggunakan rumus: Xi – X
Z1 =
(42)
(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini
dinyatakan S(Zi), maka:
Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi
S (Zi) =
n
d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo
dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh
dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan menurut adalah sebagai berikut:
Variansi terbesar F =
Variansi terkecil
Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (α)
= 0,05.
5. Pengujian signifikansi peningkatan hasil pembelajaran, menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:
S2 =
21 1
2 1
2 2 2 2 1 1
n n
S n S n
2 2 2 1
2 1
2 1
n
S
n
S
X
X
t
(43)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
Keterangan dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku
n1 = Jumlah Sampel Kelompok 1
n2 = Jumlah Sampel Kelompok 2
X1 = Rata-rata Kelompok 1
X2 = Rata-rata Kelompok 2
S1² = Varian Kelompok 1 S2² = Varian Kelompok 2
Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika t > t1 – a. Untuk
harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0.95 dan derajat kebebasan (dk) = (n1+n2-2).
6. Uji Determinsi, untuk mengetahui seberapa besar perbedaan pengaruh kedua permainan tradisional dalam pembentukan disiplin dan kerjasama
Mencari r-Hitung
Menguji signifikansi dengan rumus t
Kaidah pengujiannya :
jika thitung ≥ ttabel, maka tolak Ho artinya signifikan jika thitung ≤ttabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan
(44)
Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Furqon (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Joko Sumarmo. (2008). Minimalisai Pelanggaran Pendidikan di Sekolah Melalui
Efektifitas Kinerja Tim Kedisiplinan. Jurnal SMPN Bobot Sari Purbalingga. Hlm. 1 – 8.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Jakarta : Alfabetha.
Lembaga Ketahanan Nasional. (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Oktaviani F. (2012). Penerapan permainan tradisional dalam rangka meningkatkan hasil belajar gerak dasar lompat. Skripsi. UPI Bandung. Prijodarminto, Soegeng. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : Abadi ,
cet. IV.
Riduwan, dkk. (2013). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sadiman. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Sakinah. (2013). Manfaat Disiplin Dalam Pendidikan. Tersedia.
http://mutiasakinah22.blogspot.com/2013/11/manfaat-disiplin-dalam-pendidikan.html?m=1
Sarwono dan Ismaryati (1999:43), dalam Gantara, Ega. (2012). Perbandingan Antara Model Pembelajaran Langsung Dan Model Pembelajaran
(45)
86
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kooperatif Terhadap Penguasaan Gerak Lompat Jauh Di Kelas VII SMP Karya Pembangunan Baros Kabupaten Bandung. Bandung: UPI.
Siswandi. (2009). Disiplin dan Belajar. Tersedia. http://nazwdzulfa.wordpress.com
Sita, Febriyan. (2011). Perbandingan Metode Keseluruhan Dengan Metode Bagian Pada Pembelajaran Pencak Silat. Bandung: UPI.
Slameto. (2003). “Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Jakarta : Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sofchah , Sulistyowati. (2001). Disiplin Belajar. Bandung : Pustaka Setia. Starawaji. (2009). Pengertian Kedisiplinan. Tersedia.
http://nazwadzulfa.wordpress.com
Sudjana, Nana. (1989) . Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, (2001). “Metode Statistika”. Bandung: PT.Tarsito. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung : PT. Tarsito. Sudrajat. (1986). Psikologi Pendidikan. Jakarta.
Sugiyono (2009). “Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&B”. Bandung : CV.Alfabeta.
Sugiyono (2009). “Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&B”. Bandung : CV.Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman, Adang. Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga.
Sukintaka. (1980). Permainan. Jakarta: P dan K.
Sukintaka. (1992). Teori Bermain Untuk D2 PGSD PENJASKES. Jakarta: Depdikbud-Ditjendikti-PPTK
(46)
Genta Buana Raya, 2014
http://priyonoph.wordpress.com/artikel/
Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta. Tarsito.
Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Perestasi Siswa. Jakarta : Grasindo.
Uhamisastra. (2010). Modul Olahraga Tradisional. Bandung. FPOK UPI. http://id.shoovng.com/1943506-pengertian-kerja-sama
http://ndrakbar.blogspot.com/2013/11/pengertian-disiplin-belajar.html http://www.stdudygs.net/melayumanado/cooplearn.htm
(1)
66
G. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data dari tes awal dan tes akhir terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis secara. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menghitung skor rata-rata (X) kelompok sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: X = Skor rata-rata suatu kelompok yang dicari ∑Xi = Jumlah Nilai dari seluruh data
n = Jumlah sampel
2. Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut: ∑(X-X)2
S =
n – 1
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku yang dicari
n = Jumlah sampel
(X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan menggunakan rumus:
Xi – X Z1 =
(2)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini dinyatakan S(Zi), maka:
Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi S (Zi) =
n
d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan menurut adalah sebagai berikut:
Variansi terbesar F =
Variansi terkecil
Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05.
5. Pengujian signifikansi peningkatan hasil pembelajaran, menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:
S2 =
2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 n n S n S n 2 2 2 1 2 1 2 1
n
S
n
S
X
X
t
(3)
68
Keterangan dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku
n1 = Jumlah Sampel Kelompok 1 n2 = Jumlah Sampel Kelompok 2 X1 = Rata-rata Kelompok 1 X2 = Rata-rata Kelompok 2 S1² = Varian Kelompok 1 S2² = Varian Kelompok 2
Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika t > t1 – a. Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0.95 dan derajat kebebasan (dk) = (n1+n2-2).
6. Uji Determinsi, untuk mengetahui seberapa besar perbedaan pengaruh kedua permainan tradisional dalam pembentukan disiplin dan kerjasama
Mencari r-Hitung
Menguji signifikansi dengan rumus t
Kaidah pengujiannya :
jika thitung ≥ ttabel, maka tolak Ho artinya signifikan jika thitung ≤ttabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan
(4)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Furqon (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Joko Sumarmo. (2008). Minimalisai Pelanggaran Pendidikan di Sekolah Melalui
Efektifitas Kinerja Tim Kedisiplinan. Jurnal SMPN Bobot Sari
Purbalingga. Hlm. 1 – 8.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Jakarta : Alfabetha.
Lembaga Ketahanan Nasional. (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Oktaviani F. (2012). Penerapan permainan tradisional dalam rangka
meningkatkan hasil belajar gerak dasar lompat. Skripsi. UPI Bandung.
Prijodarminto, Soegeng. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : Abadi , cet. IV.
Riduwan, dkk. (2013). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sadiman. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Sakinah. (2013). Manfaat Disiplin Dalam Pendidikan. Tersedia.
http://mutiasakinah22.blogspot.com/2013/11/manfaat-disiplin-dalam-pendidikan.html?m=1
Sarwono dan Ismaryati (1999:43), dalam Gantara, Ega. (2012). Perbandingan
(5)
86
Kooperatif Terhadap Penguasaan Gerak Lompat Jauh Di Kelas VII SMP Karya Pembangunan Baros Kabupaten Bandung. Bandung: UPI.
Siswandi. (2009). Disiplin dan Belajar. Tersedia. http://nazwdzulfa.wordpress.com
Sita, Febriyan. (2011). Perbandingan Metode Keseluruhan Dengan Metode
Bagian Pada Pembelajaran Pencak Silat. Bandung: UPI.
Slameto. (2003). “Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Jakarta :
Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sofchah , Sulistyowati. (2001). Disiplin Belajar. Bandung : Pustaka Setia. Starawaji. (2009). Pengertian Kedisiplinan. Tersedia.
http://nazwadzulfa.wordpress.com
Sudjana, Nana. (1989) . Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Sudjana, (2001). “Metode Statistika”. Bandung: PT.Tarsito.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung : PT. Tarsito. Sudrajat. (1986). Psikologi Pendidikan. Jakarta.
Sugiyono (2009). “Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&B”. Bandung :
CV.Alfabeta.
Sugiyono (2009). “Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&B”. Bandung :
CV.Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman, Adang. Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga.
Sukintaka. (1980). Permainan. Jakarta: P dan K.
Sukintaka. (1992). Teori Bermain Untuk D2 PGSD PENJASKES. Jakarta: Depdikbud-Ditjendikti-PPTK
(6)
Genta Buana Raya, 2014
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DAN BEBENTENGAN DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN DAN KERJASAMA SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu http://priyonoph.wordpress.com/artikel/
Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta. Tarsito. Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Perestasi Siswa. Jakarta :
Grasindo.
Uhamisastra. (2010). Modul Olahraga Tradisional. Bandung. FPOK UPI. http://id.shoovng.com/1943506-pengertian-kerja-sama
http://ndrakbar.blogspot.com/2013/11/pengertian-disiplin-belajar.html http://www.stdudygs.net/melayumanado/cooplearn.htm