PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG.

(1)

PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP

KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gerlar Sarjana Pendidikan Pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah

Oleh: Indra Hendiyana

1000600

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA

KOTA BANDUNG

Oleh. Indra Hendiyana

1000600

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah

© Indra Hendiyana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

Komputer Desain Grafis Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Pelatihan Di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung

Saat ini, tuntutan untuk memiliki kompetensi yang tinggi menjadi suatu tantangan dalam mengahadapi persaingan global. Permasalah tersebut menuntut peserta pelatihan untuk terus mengembangkan diri dan berinovasi yang kemudian akan membantu peserta pelatihan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Kemandirian belajar ini dirasa sangat penting, karena pada dasarnya orang yang mandiri adalah orang yang mampu menghadapi situasi dilingkungannya. Kemandirian belajar merupakan outcome yang ingin dimunculkan dalam pelatihan. Pentingnya kemandirian dalam belajar diharapkan dapat menjadi pendorong bagi individu tersebut untuk selalu berkembang dan mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Kemandirian belajar yang dikaji adalah kondisi peserta pelatihan yang selalu mengembangkan dirinya malalui aktivitas belajar yang dilakukan setelah mengikuti pelatihan komputer desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika. Kemandirian belajar ini bisa peserta dapatkan melalui proses pembelajaran yang dikembangkan melalui tahapan-tahapan dalam pelatihan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengaruh latar belakang peserta terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung, 2) Pengaruh pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung, dan 3) Pengaruh latar belakang peserta & pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Populasi dari penelitian ini adalah peserta pelatihan komputer desain grafis dengan sampel 20 orang menggunakan teknik sampel jenuh. Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Latar belakang peserta berpengaruh terhadap kemandirian belajar namun tidak signifikan, 2) Pelatihan komputer desain grafis memiliki pengaruh yang signifikan dalam mendorong terciptanya kemandirian belajar, 3) Latar belakang dan pelatihan komputer desain grafis, secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan dalam mendorong terciptanya kemandirian belajar peserta pelatihan.

Kata Kunci: Latar Belakang Peserta, Pelatihan Komputer Desain Grafis,


(5)

Indra Hendiyana (1000600), Influence of Participants Background and Graphic Design Computer Training Against Training Participant’s Self-Directed In Learning at LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Kota Bandung

Currently, the demand to have high competence is being a challenge in facing global competition. These problems require trainees to continue developing themselves and innovate which then will assist the trainee in solving the problems

they’re facing. Self-Directed In Learning is considered very important, because basically an independent person is the one who is able to deal with situations in their environment. Self-Directed In Learning is the outcome which wanted to be appeared in the training. The importance of independency in studying is expected to be the driving force for such individuals to always evolving and able to adapt to the progress of time. Self-Directed In Learning studied is the condition of trainees which is always develop itself through learning activities undertaken after graphic design computer training at LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika. This Self-Directed In Learning can the participants get through the learning process that was developed through the stages in training. The aim of this study was to determine 1) Effect of participants’ background towards self-Directed In Learning of trainee at LKP Citra Sarana Language & Information Technology Bandung, 2) Effect of graphic design computer

training to trainee’s Self-Directed In Learning at LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika Bandung, and 3) Effect of participants’ background and graphic design computer training against self-Directed In Learning of trainee at LKP Citra Sarana Informatika Language and Bandung. This research uses descriptive method with quantitative approach. The technique of collecting data is using questionnaires. Population of this study is the trainee of graphic design computer training with a sample of 40 people using saturated sampling techniques. Based on the results of the study can be concluded as follows: 1) background of the participants affected the independence of the study but not significant, 2) Graphic design computer training has a significant influence in encouraging the creation of self-Directed In Learning, 3) Background and graphic design computer training, collectively has a significant influence in encouraging the creation of participants’ self-Directed In Learning.

Keywords: Participant Background, Graphic Design Computer Training,


(6)

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix`

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pelatihan ... 9

1. Pengertian Pelatihan ... 9

2. Tujuan Pelatihan... 10

3. Manfaat Pelatihan... 11

4. Prinsip-Prinsip Pelatihan ... 12

5. Manajemen Pelatihan ... 13

B. Konsep Kemandirian Belajar ... 20

1. Batasan Kemandirian Belajar ... 22

2. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar... 20

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar ... 23

4. Dimensi Kemandirian Belajar ... 24

C. Kerangka Pemikiran ... 26

D. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Partisipan ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31


(7)

A. Temuan Hasil Penelitian ... 48

1. Profil Lembaga dan Pelatihan Komputer Desain Grafis ... 48

2. Analisi Data ... 49

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... xi

LAMPIRAN ... xii


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk relatif lebih banyak dibandingkan dengan Negara berkembang lainnya. BPS mencatat bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 245.546.712 jiwa dan merupakan negara ke-4 yang memiliki jumlah penduduk terbanyak setelah Amerika Serikat, India dan China (sumber:www.BPS.co.id). Hampir 44.98% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan penduduk usia produktif. Seiring dengan semakin banyaknya jumlah pendukuk usia produktif, kemampuan yang dimiliki tidak diiringi dengan kemampuan pengembangan diri dalam rangka memenuhi kebutuhan masa mendatang. Hal tersebut yang mendasari terjadinya masalah-masalah sosial ekonomi seperti pengangguran.

Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya (Sukirno, 2004, hlm.28). Pengangguran merupakan masalah yang kompleks yang mendasari terjadinya masalah sosial ekonomi lain seperti kriminalitas, kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan lain-lain, sehingga penyelesaian masalah ini haruslah multi-disiplin dan multi pendekatan.

Pendidikan dianggap sebagai hal yang mendasar dan paling strategis dalam memecahkan permasalahan yang ada. Melalui pendidikan, individu diharapkan dapat membangun sikap, kompetensi, dan keterampilan untuk menjadi landasan dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Dalam buku undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 (2013, hlm.3) dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia

Makna yang terkandung dalam pengertian pendidikan tersebut adalah bahwa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, pelaksanaan pendidikan harus dilaksanakan secara sadar dan proses pembelajaran yang dilakukan harus


(9)

direncanakan secara matang agar peningkatan potensi peserta didik dapat dilakukan.

Bukan menjadi rahasia bahwasanya pendidikan di Indonesia belum mampu mencetak manusia-manusia unggul yang siap untuk terjun ke kehidupan yang selanjutnya. Sistem pendidikan yang dibuat, terutama dalam bidang pendidikan formal hanya terbatas pada pengembangan pengetahuan dan peningkatan wawasan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan masa mendatang individu harus memiliki keterampilan-keterampilan khusus yang menjadi bekal dalam menghadapi tuntutan masa depan.

Pelatihan merupakan jawaban yang paling tepat untuk mendukung ketercapaian tujuan dimasa depan. Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang mampu memberikan sumbangsih bagi ketercapaian tujuan pendidikan. Pelatihan dianggap mampu memberikan kecakapan-kecapakan praktis, karena memiliki banyak kelebihan seperti muatan pembelajaran yang terkandung terfokus pada keterampilan atau kompetensi yang ingin dimiliki, waktu pembelajaran relatif singkat dan lain sebagainya. Hal tersebut dipertegas oleh Edwin B. Flippo (1971) (dalam Kamil, 2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa

training is the act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job” yang artinya adalah pelatihan merupakan tindakan untuk meningkatkan keterampilan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.

Karena pelatihan yang baik adalah pelatihan yang mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka dalam mencapai tujuan pelatihan tersebut, perlu ada prosedur yang sistematis. Prosedur sistematis yang dimaksud dalam hal ini adalah manajemen atau pengelolaan pelatihan.

Pengelolaan atau manajemen pelatihan yang baik diharapkan akan mampu mendorong tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Prosedur atau pengelolaan pelatihan dirancang sedemikian rupa, dan disesuaikan agar hasil yang diharapkan mudah untuk dicapai. Keberhasilan pelatihan dirasa maksimal, apabila memberi sebuah dorongan yang akan mengakomodir peserta pelatihan untuk terus melakukan pengembangan diri. Pengembangan diri ini dapat diciptakan melalui proses pembelajaran terstruktur yang diberikan oleh pengelola dan pembelajaran tidak terstruktur yang dilakukan oleh peserta pelatihan itu sendiri.


(10)

Kemampuan peserta untuk terus dapat mengembangan diri dan potensi dirinya dalam bidang yang telah dilatih melalui aktivitas belajar adalah outcome yang ingin dimunculkan agar peserta tersebut mampu mengembangkan potensi diri secara mandiri. Untuk mewujudkannya perlu adanya sikap dalam diri peserta untuk kembali mengembangkan kompetensi yang dimilikinya dengan melakukan pembelajaran tidak terstruktur yang dilakukan sendiri oleh peserta dalam bentuk kemandirian belajar.

Menurut Masrun (1986) (dalam Avan, 2010) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Sedangkan Djamarah (2002, hlm.13) menjelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan aktifitas pembelajaran yang dilakukan individu berdasarkan dorongan individu itu sendiri tanpa bantuan orang lain dalam upaya meningkatkan kemampuannya untuk penyelesaian suatu tugas dan tuntutan masa depan. Hal ini serupa dengan apa yang dipaparkan oleh Dimyanti (2006) yang menjelaskan bahwa

“Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya

lebih didorong atas kemauan diri sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawabnya

sendiri dari pembelajar”.

Saat ini, tuntutan untuk memiliki kompetensi yang tinggi menjadi suatu tantangan tersendiri dalam mengahadapi persaingan global. Permasalahan tersebut menuntut peserta pelatihan untuk terus mengembagkan diri dan berinovasi yang kemudian akan membantu peserta pelatihan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan penuh tanggung jawab. Kemandirian belajar ini dirasa sangat penting, karena pada dasarnya orang yang mandiri adalah orang yang mampu menghadapi situasi dilingkungannya, sehingga individu pada ahirnya


(11)

akan mampu berfikir dan bertindak sendiri. Mu’tadin (2002) (dalam Pantau, 2015, hlm.72)

Orang yang memiliki kemampuan tersebut akan mampu mengarahkan dirinya untuk selalu mengembangkan diri dan potensi diri. Proses kemandirian belajar ini bisa peserta dapatkan melalui aktivitas belajar yang kemudian dikembangkan agar kemampuan atau kompetensi yang dimiliki meningkat. Dengan adanya kemandirian belajar diharapkan akan berpengaruh kepada peningkatan kompetensi yang dimiliki peserta. Perlunya pengembangan dalam kemandirian belajar pada individu didukung oleh beberapa hasil studi temuan antara lain adalah: Individu yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; mengatur belajar dan waktu secara efisien, dan memperoleh skor yang tinggi dalam sains. (Hargis, dalam Sumarmo 2010).

Kemandirian belajar merupakan outcome yang ingin dimunculkan dalam pelatihan. Pentingnya kemandirian belajar yang dimunculkan ini diharapkan dapat menjadi pendorong bagi individu tersebut untuk selalu berkembang dan mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Kemandirian belajar yang dikaji adalah kondisi peserta pelatihan yang selalu mengembangkan dirinya malalui aktivitas belajar mandiri yang dilakukan setelah mengikuti pelatihan komputer desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika yang merupakan dampak yang dihasilkan dari pelatihan tersebut.

Berdasarkan studi pendahuluan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika dalam pelaksanaan pelatihan desain grafis, LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika merupakan lembaga pelatihan yang memiliki kualitas dalam proses penyelenggaraan pelatihan. Pelatihan yang dilaksanakan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika, dilakukan dengan kaidah dan prosedur pelatihan pada umumnya. Prosedur tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sebagi tolak ukur keberhasilan suatu pelatihan. Tujuan yang diharapkan dari pelatihan desain grafis dirumuskan dan dijadikan sebagai patokan dalam penyelenggaraan pelatihan. Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, pengelolaan pelatihan mulai merencanakan aktivitas pendukung pelatihan seperti,


(12)

sarana prasana, bahan ajar, metode pembelajaran, jadwal pembelajaran dan sarana pendukung lainnya untuk mempermudah pada tahap pelaksanaan, kemudian diukur untuk menentukan apakah pelatihan yang dibuat dapat mencapai tujuan yang sebelumnya dirumuskan.

Proses pelatihan yang dilaksanakan oleh pengelola, dirasa tidak maksimal apabila tidak ada dorongan dalam individu untuk terus menggali dan mengembangkan keterampilan dalam bidang yang telah dilatih. Oleh karena itu dorongan berupa inisiatif dalam belajar atau kemandirian belajar sangatlah penting, agar dapat mengahasilkan kinerja yang baik. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa orang yang memiliki kemampuan dalam belajar mandiri akan mampu mengembangkan dirinya sendiri dengan kekuatannya sendiri.

Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian berkenaan dengan Pengaruh Pelatihan Komputer Desain Grafis Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Pelatihan Di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika.

B. Rumusan Masalah

Pelatihan yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan layanan berupa pembentukan sikap, penambahan wawasan, serta peningkatan kemampuan dalam meningkatkan mutu sumberdaya manusia. Begitupun dengan latar belakang peserta pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin berkualitas juga pola berpikirnya. Kualitas pola pikir yang dimiliki oleh individu pada akhirnya akan dipengaruhi oleh kematangan individu dilihat dari faktor usia. Dengan kata lain latar belakang peserta & pelatihan diharapkan dapat mendorong sumberdaya manusia untuk terus berinovasi dan meningkatkan kemampuannya melalui kemandirian belajar yang dimiliki setelah mengikuti pelatihan

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada peserta pelatihan desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika, maka penulis memperoleh informasi sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan program pelatihan pada lembaga kursus dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di dalamnya untuk dapat menanamkan nilai-nilai kemandirian belajar


(13)

2. Lulusan pelatihan perlu kompetensi yang mampu mendorong mereka untuk selalu mengembangkan diri melalui proses belajarnya, namun pada kenyataannya masih ada warga belajar yang belum mampu mengembangkan kemampuannya lebih lanjut dengan kemandirian

3. Pembelajaran pada proses pelatihan diarakan pada kemandirian peserta didik untuk dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri, namun pembelajaran yang selama ini masih bersifat pada

teacher centerserta

4. Hasil pelatihan yang diselenggarakan menuntut kemandirian para lulusan untuk bisa mengembangkan pengetahuan dan kemampuan yang telah diperoleh

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah latar belakang peserta & pelatihan komputer desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika berpengaruh terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan?” Lebih khusus masalah penelitian ini dibatasi dalam

menjawab pertanyaan berikut:

1. Bagaimana pengaruh latar belakang peserta terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan?

2. Bagaimana pengaruh pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar?

3. Bagaimana pengaruh latar belakang peserta & pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika?

C. Batasan Masalah

Konsep mengenai latar belakang peserta, pelatihan komputer desain grafis, dan kemandirian belajar merupakan masalah yang luas, dan sulit membuat penelitian yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Hal ini disebebkan karena keterbatasan waktu, dana dan tenaga. Oleh karena itu penulis mencoba untuk membatasi penelitian ini dengan uraian sebagai berikut:

Pertama, latar belakang peserta pelatihan hanya dibatasi pada tingkat


(14)

Kedua, manajemen merupakan ativitas yang dilakukan sebagai sarana dalam

mencapai suatu tujuan. Para ahli yang berkecimpung dalam bidang pelatihan mulai merumuskan konsep manajemen pelatihan yang efektif dan efisien agar tujuan dari pelatihan mudah untuk dicapai. Dalam konteks ini, penulis merumuskan manajemen pelatihan berdasarkan 3 tahapan pengelolaan pelatihan yaitu perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan.

Ketiga, kemandirian belajar peserta pelatihan dirumusakan dalam konteks

yang beragam. Dalam hal ini, batasan dari kemandirian belajar yang diteliti hanya pada aspek yang Candy (1991) jelaskan yaitu a) otonomi pribadi (personal

autonomy b) manajemen diri dalam belajar (self-manajement in learning) c)

meraih kebebasan untuk belajar (the independent pursuit of learning) dan d) Kendali/penguasaan pebelajar terhadap pembelajaran (learner-control of

instruction), sehingga dalam penelitian ini kemandirian belajar peserta pelatihan

dapat dilihat sebagai satu kondisi yang didasari atas keempat dimensi tersebut.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang peserta pelatihan dan pelatihan komputer desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh latar belakang peserta terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan komputer desain grafis di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika 2. Pengaruh pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar

peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika

3. Pengaruh latar belakang peserta & pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan studi keilmuan pendidikan luar sekolah dalam bidang pelatihan serta sebagai referensi penelitian yang mungkin akan dilaksanakan


(15)

mengenai Pengaruh Latar Belakang & Pelatihan Komputer Desain Grafis terhadap kemandirian belajar peserta di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika

2. Manfaat Praktik

a. Pengembangan keilmuan pendidikan luar sekolah dalam bidang pelatihan

b. Sebagai bahan kajian bagi pihak yang bersangkutan yaitu pengelola program pelatihan

c. Sebagai bahan kajian bagi penelitian lain yang beminat meneliti objek yang sama menurut dimensi lain

d. Sebagai masukan bagi pihak lembaga dalam meningkatkan proses pengelolaan dimasa mendatang

F. Struktur Penelitian

Untuk mempermudah dalam penyusunan hasil penelitian, maka peneliti akan memberikan gambaran umum tentang isi materi yang akan disusun dan dibahas. Adapun urainnya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Merupakan uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian BAB II : Kajian Teori. Merupakan landasan atau kerangka berfikir untuk

menyelesaikan sebuah masalah yang mencakup konsep pelatihan, konsep kemandirian belajar

BAB III : Metode Penelitian yang terdiri dari Populasi dan Sampel, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Membahas mengenai hasil penelitian, pengolahan data hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.


(16)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian adalah usaha sistemasis yang dilakukan untuk menjawab rasa penasaran peneliti dengan berbagai prosedur yang telah ditentukan. Sependapat dengan peneliti, Wiratha (2006, hlm.15) menjelaskan bahwa penelitian adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sistemasis dan teliti. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prosedur yang dilakukan dalam penelitian haruslah detail dan mencakup semua prosedur penelitian agar permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipecahkan.

Dalam mencapai tujuan yang diharapkan tentu perlu sebuah tools atau alat yang mampu memecahkan permasalah penelitian ini. Iskandar (2003, hlm.5) menyebutkan bahwa melakukan penelitian pada intinya menggiring kita pada mencari solusi (jalan keluar) penyelesaian masalah secara metode ilmiah. Dengan metode ilmiah peneliti akan mendapatkan kesimpulan yang rasional, empiris, dan sistematis. Metode penelitian secara umum menurut Sugiyono (2014, hlm.3) adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan demikian metode penelitian merupakan komponen yang digunakan dalam memecahkan masalah-masalah penelitian yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriftif menggunakan pendekatan kuantitatif. Wirartha (2006, hlm.154) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, penelitian ini hanya menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel. Kemudian Wirartha (2006, hlm.140) menerangkan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Dengan metode ini peneliti mengupayakan untuk menyajikan suatu fakta-fakta penelitian dengan mengungkapkan fakta-fakta yang ada dilapangan kemudian dirangkum dan


(17)

31

digambarkan sebagai suatu konsep atau fenomena yang kemudian dapat dipecahkan.

Penelitian ini dilakukan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika. Proses pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli - September 2015. Penelitian ini dibagi kedalam tiga tahap penelitian yaitu, tahap perencanaan, tahap pengambilan dan pengolahan data, dan tahap penyusunan laporan.

Adapun ruang lingkup penelitian ini dibahas pada variabel sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

B. Partisipan

Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan beberapa partisipan yang akan dilibatkan dalam pengumpulan data, yaitu pengelola, pendidik, dan peserta pelatihan komputer desain grafis. Partisipan yang dianggap paling berperan adalah peserta pelatihan desain grafis yang dengan langsung akan menjadi subjek dan responden dalam penelitian. Sedangkan pengelola dan pendidik dijadikan sebagai informan dengan beberapa pertimbangan seperti, mendampingi peserta pelatihan dalam mengikuti pelatihan desain grafis. Mengetahui kondisi real pembelajaran dilapangan, dan mengetahui kondisi real peserta pelatihan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Arikunto (2013, hlm. 173) menjelaskan bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan Sugiyono (2014, hlm. 117) menjelaskan bahwa Populasi adalah wilayah


(18)

32

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dari definisi populasi diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang ditentukan oleh peneliti yang mencakup subyek/obyek dengan syarat tertentu untuk kemudian dipelajari. Dalam Hal ini yang menjadi populasi penelitian adalah peserta pelatihan komputer desain grafis.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan komputer desain grafis tahun 2015 sebanyak 2 angkatan dengan jumlah 40 orang. 2. Sampel

Arikunto (2013, hlm. 174) menyebutkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Sugiyono (2014, hlm. 118) dalam menjelaskan bahwa Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian yang mampu mewakili populasi penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menentukan sampel dengan teknik sampling total dikarenakan populasi yang terbatas. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 40 orang sampel.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian pada umumnya adalah proses mengukur data lapangan yang telah didapat dalam tahapan pengumpulan data yang kemudian dianalisa menggunakan metode serta strategi yang telah ditetapkan agar data yang dihasilkan tidak biasa. Untuk mencapai tujuan tersebut, penggunaan instrument penelitian yang tepat merupakan bagian yang terpenting sebagai suatu alat penelitian yang dijadikan pedoman pengumpulan data yang diperuntukan untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti. Adapun instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuisioner.

Untuk menyusun kuisioner/angket dalam mengumpulkan data, mula-mula peneliti membuat intrumen penelitian yang kemudian dijabarkan kedalam tabel dibawah ini:


(19)

33 Tabel 3.1

Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Penelitian

Variabel Aspek Indikator

Latar Belakang Peserta Pelatihan

(X1)

Identitas peserta pelatihan

1. Usia

2. Tingkat pendidikan Pelatihan Komputer

Desain Grafis (X2)

Perencanaan 1. Identifikasi Kebutuhan 2. Perumusan tujuan pelatihan 3. Penyusunan program

pelatihan

Pelaksanaan 1. Media Pembelajaran 2. Bahan Ajar

3. Tutor 4. Waktu

5. Sarana Prasarana 6. Metode Pelatihan 7. Peserta Didik Evaluasi 1. Jenis Evaluasi

2. Tahapan Evaluasi Kemandirian Belajar

Berkelanjutan (Y)

Otonomi Pribadi 1. Mampu membuat rencana 2. Bebas dalam membuat

pilihan

3. Memiliki kekuatan dan kemampuan

4. Berdisiplin diri

5. Mempunyai motivasi diri Manajemen Diri 1. Kemauan mengelola diri

2. Kemampuan mengelola diri Meraih Kebebasan

Dalam Belajar

1. Memiliki kebutuhan belajar 2. Sadar manfaat belajar 3. Paham cara belajar 4. Memiliki kebutuhan

meningkatkan diri

5. Berorientasi kemasa depan Kontrol Pebelajar

Terhadap Pembelajaran

1. Mengorganisir tujuan belajar

2. Mengorganisir materi belajar


(20)

34

3. Mengembangkan langkah-langkah belajar

4. Mengembangkan metodologi belajar 5. Memiliki peran dalam

mengevaluasi belajar (Sumber: Dokumen Peneliti, 2015)

Skala pengukuran yang digunakan dalam pembuatan instrument adalah skala likert dan instrument dibuat dalam benatuk checklis. Menurut Sugiyono (2014, hlm.134) “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, dalam skala likert variabel yang akan di ukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator-indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan”.

Dalam melakukan analisis kuantitatif, maka diberikan skor pada setiap pernyataan. Adapun untuk skor setiap pernyataan adalah sebagai berikut

Sering Sekali 4

Sering 3

Jarang 2

Tidak Pernah 1

(Sumber: Sugiyono, 2014. Hlm.135)

Setelah instrument dibuat, proses selanjutnya yang dilakukan adalah dengan menguji validitas dan Reliabilitas. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui kevalid-an suatu data dan keterpercayaan suatu data. Hal ini dilakukan karena instrumen yang baik adalah instrument yang masuk kedalam kategori valid dan reliebel.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan SPSS versi 20.0 sebagai alat bantu untuk mempermudah perhitungan, dan uji validitas tersebut. Suatu item pertanyaan dikatakan valid, apabila koefisien korelasi product moment

> r-tabel (Siregar, 2014)

1. Uji Validitas Angket

Uji validitas digunakan sebagai sarana untuk mengukur kevaliditasan suatu angket. Artinya, angket yang sudah diuji validitas diharapkan dapat mengukur apa


(21)

35

yang mau diukur. Siregar (2014, hlm.46) menjelaskan bahwa validitas adalah menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Rumus yang digunakan dalam pengujian validitas ini adalah sebagai berikut:

rhitung = ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ √ ∑ ∑

Keterangan:

n = Jumlah responden x = Skor variabel

Y = Skor total dari variabel

(Sumber: Siregar, 2014, hlm.48)

Dalam pengolah data validitas, peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 20.0. Taraf signifikansi α = 0,05 Corrected Item Total Correlation (rhitung) kemudian dibandingkan dengan rtabel. Apabila rhitung > rtabel maka data dapat

dikatakan valid, sebaliknya Apabila rhitung ≤ rtabel maka data tersebut tidak valid.

Derajat kebebasan (n-2) dimana menjelaskan banyaknya jumlah responden. Adapun, hasil perhitungan menggunakan bantuan SPSS Versi 20.0 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Pengujian Validitas Variabel Pelatihan Komputer Desain Grafis No

Item

Corrected Item Total

Correlation ( r-hitung) r-tabel Keterangan

1 0.797

0.374

Valid

2 0.825 Valid

3 0.671 Valid

4 0.787 Valid

5 0.762 Valid

6 0.670 Valid

7 0.607 Valid

8 0.763 Valid

9 0.742 Valid

10 0.714 Valid

11 0.848 Valid

12 0.740 Valid

13 0.800 Valid

14 0.105 Tidak Valid

15 0.738 Valid

16 0.819 Valid


(22)

36

18 0.861 Valid

19 0.754 Valid

20 0.779 Valid

21 0.059 Tidak Valid

22 0.376 Valid

23 0.740 Valid

24 0.854 Valid

25 0.717 Valid

(Sumber: Pengolahan data penelitian dengan SPSS Versi 20.0)

Dari hasil uji validitas variabel pelatihan desain grafis sejumlah 25 item soal, 2 item soal dinyatakan tidak valid karena rhitung > rtabel Kelima item soal

tersebut kemudian tidak digunakan. Meskipun demikian, 23 item soal yang valid, bisa digunakan dalam penelitian karena hasil ujinya menyatakan valid, artinya instrument tersebut bisa mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan hasil perhitungan validitas untuk variabel Kemandirian Belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kemandirian Belajar No

Item

Corrected Item Total

Correlation ( r-hitung) r-tabel

Keterangan

1 0.734

0.374

Valid

2 0.654 Valid

3 0.062 Tidak Valid

4 0.643 Valid

5 0.663 Valid

6 0.713 Valid

7 0.666 Valid

8 0.596 Valid

9 0.691 Valid

10 0.625 Valid

11 0.822 Valid

12 0.543 Valid

13 0.610 Valid

14 0.646 Valid

15 0.588 Valid

16 0.603 Valid

17 0.523 Valid

18 0.659 Valid

19 0.661 Valid

20 0.751 Valid


(23)

37

22 0.506 Valid

23 0.246 Tidak Valid

24 0.661 Valid

25 0.326 Tidak Valid

26 0.311 Tidak Valid

27 0.394 Valid

28 0.407 Valid

29 0.603 Valid

30 0.603 Valid

31 0.671 Valid

32 0.393 Valid

33 0.234 Tidak Valid

34 0.734 Valid

35 0.654 Valid

36 0.603 Valid

37 0.502 Valid

38 0.603 Valid

39 0.451 Valid

40 0.713 Valid

41 0.588 Valid

42 0.197 Tidak Valid

43 0.713 Valid

44 0.654 Valid

45 0.713 Valid

46 0.666 Valid

47 0.646 Valid

48 0.603 Valid

(Sumber: Pengolahan data penelitian dengan SPSS Versi 20.0)

Dari hasil uji validitas sejumlah 48 item soal, 5 item soal dinyatakan tidak valid karena r-hitung > r-tabel. Kelima item soal tersebut kemudian tidak digunakan. Meskipun demikian, 43 item soal yang valid, bisa digunakan dalam penelitian karena hasil ujinya menyatakan valid, artinya instrument tersebut bisa mengkur apa yang ingin diukur.

2. Uji Reliabilitas Angket/Kuisioner

Keterpercayaan dan kehandalan suatu alat pengumpul data dapat dilakukan dengan menggunakan uji Reliabilitas. Uji reablitas ini dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach karena bentuk jawaban yang diberikan oleh responden adalah skala. Adapun dalam mengukur ketepatan data yang reliabel dapat dilihat dari tabel dibawah ini:


(24)

38

Nilai Koefisien Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas 0.00-0.199 Sangat Rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.599 Sedang

0.60-0.799 Kuat

0.80-1.00 Sangat Kuat

Sumber: Sugiono (2014, hlm. 257)

Dalam hal ini, penulis menggunakan SPSS Versi 20.0 untuk membantu dalam perhitungan Reliabilitas, adapun hasil perhitungan Reliabilitas variabel pelatihan dan kemandirian belajar adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Reliabilitas Pelatihan Komputer Desain Grafis

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.964 23

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Reliabilitas Kemandirian Belajar

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.962 42

Dari hasil perhitungan Reliabilitas variabel pelatihan menggunakan bantuan SPSS versi 20.0 nilai alpha Cronbach yang diperoleh adalah 0.964, apabila dilihat dari tabel koefisien Reliabilitas maka instrument variabel pelatihan dinyatakan Reliabilitas. Adapun nilai pengujian untuk variabel kemandirian belajar menggunakan SPSS versi 20.0 menghasilkan nilai 0.962, apabila melihat nilai tabel koefisien Reliabilitas, maka instrumen kemandirian belajar dinyatakan Reliabilitas.

E. Prosedur Penelitian

Sebelumnya dalam desain penelitian, peneliti membagi penenelitian ini kedalam tiga tahapan penelitian, yaitu:


(25)

39 1. Perencanaan

Perencanaan adalah tahap awal yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan aktivitas seperti studi pendahuluan untuk mengetahui fenomena-fenomena yang dapat diangkat menjadi sebuh penelitian. Studi pendahuluan tersebut peneliti lakukan dengan membaca penelitian-penelitian terdahulu yang penulis anggap sangat menarik, dan layak diteliti. Setelah dirasa cukup, kemudian peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing untuk menentukan bahan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Setelah disepakati dengan dosen pembimbing, peneliti mulai menyusun instrumen penelitian.

Setelah instrumen dibuat, kemudian penulis mulai menyusun angket/kuisioner yang akan dijadikan sebagai alat pengumpulan data. Hal tersebut peneliti lakukan melalui tahapan pembuatan aturan/petunjuk pengisian, membuat daftar pernyataan sesuai dengan indikator dalam kisi-kisi yang dibuat, dan membuat alternatif pilihan jawaban.

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah merevisi kisi-kisi dan instrument yang telah dibuat. Tahap ini dilakukan dengan cara berkonsultasi dan berdiskusi dengan dosen pembimbing dengan tujuan agar yang menjadi hasil yang diharapkan oleh peneliti bisa dicapai.

Setelah dirasa cukup, peneliti melakukan uji angket/kuisioner untuk mengetahui apakah kuisioner/angket yang dibuat dapat dikatakan valid, sehingga dapat disebar ke responden. Adapun yang menjadi responden dalam pengujian instrument ini adalah responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden penelitian. Dalam uji validitas dan Reliabilitas, peneliti menggunakan SPSS versi 20.0 sebagai alat untuk mengukurnya dengan pertimbangan kemudahan penggunaan.

2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan data a. Tahap Pengumpulan data

Pada tahap ini, kuisioner/angket yang telah di uji validitas dan Reliabilitasnya kemudian disebar ke responden penelitian. Dalam proses penyebaran kuisioner/angket peneliti mula-mula memberikan pengarahan kepada responden tentang tujuan, dan maksud dari angket yang diberikan, kemudian


(26)

40

memberikan pengarahan tentang tata cara pengisian kuisioner/angket ini. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling sensus. Adapun yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah jumlah populasi penelitian dibawah 30 orang. b. Tahap pengolahan data

Pada tahap ini, data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan rumus yang telah ditetapkan. Adapun teknik analisis data yang dilakukan adalah (1) Perhitungan kecenderungan umum skor (2) Uji distribusi normalitas data (3) Pengujian Hipotesis. Hasil dari pengelolah data ini, diharapkan akan membantu dalam proses yang dilakukan selanjutnya.

3. Tahap Pelaporan

Pada tahap ini, data yang telah diolah kemudian dianalisa dan dibahas dalam bab pembahasan penelitian yang dilakukan. Kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakuan peneliti dalam menganalisa data yang telah diperoleh dari responden yang menjadi subjek penelitian yang kemudian ditafsirkan. Dalam analisa data, penulis menggunakan analisa data deskriptif sesuai dengan metode yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam penelitian ini data yang telah didapat kemudian dianalisa dengan cara mendeskripsikan, menggambarkan dan menjelaskan data yang telah didapat dilapangan. Hal ini sependapat dengan Sugiyono (2014, hlm. 207) yang mejelaskan bahwa statistika deskriptif adalah statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku secara umum atau generalisasi.

Lebih lanjut Sugiyono (2014, hlm. 208) mengungkapkan bahwa penyajian data analisis deskriptif melalui tabel, grafik, diagram lingkar, pictogram, perhitungan modus, median, mean, (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, presentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan presentase.


(27)

41

Untuk mendeskripsikan hasil penelitian, dilakukan uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Deskripsi hasil penelitian diantaranya dilakukan dengan cara :

1. Menyeleksi data dan menentukan bobot nilai

Setelah angket di isi oleh seluruh responden, peneliti memeriksa jawaban responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu memilih data yang akan diolah, kemudian data yang telah terkumpul dibentuk dalam bentuk tabel. Selanjutnya menentukan bobot nilai untuk setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala likert dan telah ditentukan skor nya.

2. Transformasi Data Ordinal menjadi Interval melalui (MSI)

Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval (dalam Riduwan dan Kuncoro, 2012, hlm.30) sebagai berikut :

a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebar.

b. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5

c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

d. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.

e. Gunakan tabel distribusi normal, hitung Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

f. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh g. Tentukan nilai skala

h. Tentukan nilai transformasi dengan rumus Y – NS + [1 + (Nsmin)] 3. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang membahas cara pengumpulan dan penyajian data. Statistika dekriptif hanya mereduksi, menguraikan atau memberikan keterangan suatu data, fenomena atau keadaan ke dalam beberapa besaran untuk disajika secara bermakna dan mudah dimengerti. (dalam Susetyo, 2010, hlm.4)

Adapun data pengelohan dan rumus-rumus pengujian adalah sebagai berikut:

a. Menentukan ukuran data statistik yang diperlukan, diantaranya: mean,


(28)

42

b. Mendeskripsikan setiap variabel dan indikator dari penelitian dalam bentuk persentase.

4. Perhitungan kecenderungan umum skor a. Mencari skor rata-rata setiap variabel

X = ∑ Keterangan:

X = Rata-rata skor responden

∑fx = Jumlah skor dari setiap alternative jawaban N = Jumlah responden

(Sumber:Suziani, 2014, hlm.50)

b. Mencari skor ideal setiap variabel

Xid = Bt x Ji Keterangan:

Xid = Skor ideal setiap variabel

Bt = Bobot tertinggi alternative jawaban Ji = Jumlah item untuk stiap variabel (Sumber:Suziani, 2014, hlm.50)

c. Mencari kecenderungan umum skor

Keterangan:

P = Proporsi skor rata-rata X = Jumlah skor hasil penelitian

Xid = Skor ideal adalah skor yang ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden pada setiap pertanyaan memberi jawaban dengan skor tertinggi.

(Sumber:Suziani, 2014, hlm.50) 5. Uji Asumsi Klasik

a. Distribusi Normalitas Data

Pengujian ini dimaksud untuk menentuakan teknik analisis data yang digunakan. Jika data normal teknik yang digunakan adalah statistik parametris tetapi jika data tidak normal maka teknik statistik yang digunakan yaitu statistik nonparametris. Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(29)

43 b. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2011, hlm. 105) Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakan model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independen yang nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas adalah sebagai berikut:

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifkan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antara variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonierita. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

3) Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerace mengukur variabel-variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cotoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai

Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terhadap ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka


(30)

44

disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdadatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).

6. Uji Regresi Linear Sederhana

Regresi linear sederhana adalah salah satu alat yang dapat digunakan dalam memprediksi permintaan di masa akan datang berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas (Independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent) adalah menggunakan regresi linear. (Siregar, 2014, hlm.284)

Adapun model regresi linear sederhana yang dibentuk adalah Y = a+b.X

Keterangan:

Y = Variabel terikat a dan b = Konstanta X = Variabel Bebas

(Sumber: Siregar, 2014, hlm. 284)

Kemudian harga a dan b dapat dicari dengan rumus:

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

∑ ∑

(Sumber: Sugiyono (2014, hlm. 262)) 7. Uji Regresi Linear Berganda

Arikunto (2013, hlm. 339) menjelaskan bahwa regresi berganda adalah analisis tentang hubungan antara satu dependent variabel dengan dua atau lebih

dependent variabel. Lebih lengkap, Siregar (2014, hlm. 301) menjelaskan bahwa

Regresi berganda adalah pengembangan dari regresi linear sederhana, yaitu sama-sama alat yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di masa akan datang berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent).


(31)

45

Adapun model regresi berganda yang dibentuk adalah Y = b0 + b1X1 + b2X2

Keterangan:

Y = Variabel terikat b0,b1,b2 = Konstanta

X1 = Variabel Bebas ke-1

X2 = Variabel Bebas ke-2 (Sumber: Siregar, 2014, hlm. 301)

8. Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui besar pengaruh yang terjadi pada variabel X1 terhadap Variabel Y dan Variabel X2 terhadap

variabel Y. adapun rumus yang digunakan adalah

∑ ∑ ∑

√( ∑ ) ∑

(Sumber: Siregar, 2014, hlm. 284)

Untuk dapat memberikan penafsiran pada koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, makan berpedoman pada ketentuan sebagai berikut

Table 3.7

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

(Sumber: Sugiyono, 2014, hlm. 257)

Selanjutnya mencari koefisien determinasi dengan rumus KD = r2 x 100%

(Sumber:Suziani, 2014, hlm.53) Langkah selanjutnya adalah mencari t-hit dengan rumus

(Sumber:Sugiyono, 2014, hlm.257) Interval Koefisien Tingkat Korelasi 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat


(32)

46

Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan t-tabel. Jika t-hit > t-tab maka terdapat korelasi yang signifikan dan sebaliknya jika t-hit < t-tab maka tidak ada korelasi yang signifikan.

9. Analisis Koefisien Korelasi Ganda

Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel dependen bersama-sama atau lebih dengan satu variabel dependen (sugiyono, 2011, hlm. 232). Adapun rumus yang digunakan adalah

Keterangan

Ry12 : Korelasi antara X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y Ryx1 : Korelasi Product Moment anatar X1 dengan Y

Ryx2 : Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y (Sumber:Sugiyono, 2014, hlm.266)

Untuk dapat memberikan penafsiran pada koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, makan berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:

Table 3.8

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

(Sumber: Sugiyono, 2014, hlm. 257)

Selanjutnya mencari koefisien determinasi dengan rumus KD = R2 x 100%

Keterangan:

KD = koefisien determinasi yang dicari R2 = koefisien korelasi

(Sumber:Suziani, 2014, hlm.53)

Langkah selanjutnya adalah mencari f-hit dengan rumus Interval Koefisien Tingkat Korelasi 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat


(33)

47

Keterangan:

R = Koefisien Korelasi Ganda k = Jumlah Variabel Independent n = Jumlah Anggota Sampel

(Sumber: Sugiyono, 2014, hlm.266)

Hasil perhitungan f-hit dibandingkan dengan f-tab dengan (dk=2), (dk=n-k-1) pada tingkat kepercayaan 95%. Kriteria pengujian adalah jika f-hit > f-tab maka terdapat korelasi yang signifikan dan jika f-hit < f-tab maka tidak ada korelasi yang signifikan.


(34)

85 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan penelitian. Adapun masalah yang dibahas adalah pengaruh latar belakang peserta dan pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar.

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat

disimpulkan bahwa latar belakang peserta berpengaruh namun tidak siginifikan terhadap kemandirian belajar. Latar belakang peserta pelatihan dilihat dari usia dan tingkat pendidikan, memiliki pengaruh dalam mendorong terciptanya kemandirian belajar. Hal ini disebabkan karena kualitas diri dapat diperoleh melalui proses pendidikan yang ditempuhnya dan pola pikir dipengaruhi oleh usia individu tersebut. Namun perlu diingat bahwa peserta pelatihan merupakan individu yang unik dan memiliki perbedaan artinya setiap tindakan yang yang ingin dimunculkan pada peserta tersebut, dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri seperti minat, kemauan dan motivasi diri untuk selalu berkembang, artinya latar belakang memiliki pengaruh terhadap kemandirian belajar namun tidak signifikan.

2. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat disimpulkan bahwa pelatihan komputer desain grafis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian belajar. Untuk menunjukkan tinggi atau rendahnya hubungan antara dua variabel atau lebih menggunakan uji koefisien korelasi. Koefisien korelasi antara variabel pelatihan komputer desain grafis dengan kemandirian belajar peserta pelatihan di LPK Citra Sarana Bahasa & Informatika tergolong pada klasifikasi korelasi sangat kuat. Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu ada manajemen pelatihan yang baik yang diorganisir sehingga setiap aktivitas pelatihan dapat


(35)

86

dikontrol. Aktivitas tersebut adalah manajemen pelatihan. Manajemen pelatihan disusun dengan sedemikian rupa disesuaikan dengan fungsi-fungsi manajemen pada umumnya. Pada akhirnya manajemen pelatihan yang baik dan matang akan mampu mendorong terciptanya kemandirian belajar. 3. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat

disimpulkan bahwa latar belakang dan pelatihan komputer desain grafis secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika. Untuk menunjukan tinggi atau rendahnya hubungan antara dua variabel atau lebih menggunakan uji koefisien korelasi. Koefisien korelasi antara variabel latar belakang dan pelatihan Komputer Desain Grafis dengan kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bina Informatika tergolong pada klasifikasi korelasi sedang.

B. Saran

Adapun saran yang diajukan untuk pihak-pihak terkait diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk lembaga yang melaksanakan pelatihan

Untuk lembaga yang melaksanakan kegiatan pelatihan sebaiknya mengontrol segala aktivitas belajar peserta setelah mengikuti pelatihan. Hal ini sangat dianjurkan, untuk mengetahui apakah materi yang telah dipelajari mampu dikembangkan oleh peserta pelatihan, dan untuk mengetahui sejauh mana peserta mampu mengaplikasikan materi yang telah diperoleh.

2. Untuk penelitian selanjutnya

Untuk peneliti yang berminat menggali dan meneliti lebih dalam mengenai kemandirian belajar, dapat mengembangkan kembali penelitian ini dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain dalam kemandirian belajar dengan menggunakan metode dan treatment yang berbeda agar hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan yang ingin dicapai.


(36)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Abdulhak, Ishak. (2000). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. (2005). Psikologi Remaha

Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Atmanti, Hastari Dwi. (2005). Dinamika Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta Dimyanti. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Direktorat Jendral Pendidikan

Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Iskandar. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.

Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta

Kartika, Ikka. (2011). Mengelola pelatihan partisipatif. Bandung: Alfabeta

Marzuki, Saleh. (2012). Pendidikan Nonformal. Dimensi dalam Keaksaraan

Fungsional, Pelatihan dan Pndragogi. Bandung: Rosdakarya

Mudjiman, Haris. (2007). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press

Prihatin, Eka. (2011). Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Riduwan dan Sunarto. (2013). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Simamora, Henry. (2004). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: STE YKPN

Siregar, Sopyan. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Sudjana, Djuju (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Rosdakarya

Sudjana, Djuju. (2010). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Azas. Bandung: Falah

Production

Sudjana, (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung: Falah Production


(37)

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukirno, Sadono. (2004). Makro ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sukmadinata, Nana S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syarifudin, Tatang. (2010). Landasan Pendidikan. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Walgito, Bimo (1997). Pengantar Psikolagi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Wiratha, I Made (2006). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi

Offset

Sumber Lain:

___________ (2013). UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun 2003). Jakarta:Sinar Grafika

Bachri, Bachtiar Sjaiful. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Non

Diretif-Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiwa. Disertasi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Darwis, R (1993). Transformasi Nilai-Nilai Tradisi Kekeluargaan Dalam

Pendidikan Kewirausahaan (Studi Kasus Pengembangan SDM dalam Pengelolaan Majan Minang. Disertasi. Upi Bandung : Tidak diterbitkan

Hanapiah, Ali. (2010). Analisis Investasi Modal Manusia Dalam Perspektif

Pendidikan dan Pelatihan. Jurnal IPDN

Pantaw, Inri Suryani (2015). Pembentukan prilaku berwirausaha pasca program

pelatihan kewirausahaan masyarakat (PKM) pada peserta kursus menjahit di LKP Dress Making Kota Cimahi. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik serta kemandirian belajar sisw sekolah menengah atas. Disertasi. Upi Bandung : Tidak diterbitkan


(38)

Sumber Dari Internet:

Aristo (2008). Kemandirian Belajar Siswa SMP Terbuka. [online]. Tersedia:

http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/31/kemandirian-belajar-siswa-smp-terbuka/1 september 2015

Avan. A (2010). Kemandirian. [online]. Tersedia:

http://tugasavan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.htmz 1 september 2015 Miarso (1998). Otonomi Belajar. [online]. Tersedia:

http://www.slideshare.net/otonomibelajar 1 september 2015

Nuryamsinar (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. [online]. Tersedia:

https://nursyamsinar.wordpress.com/2012/07/30/faktor-faktor-y/ 1 september 2015

Sembel (2008). Self-Monitoring. [online]. Tersedia:

http://www.Sinarharapan.co.id.html 1 september 2015

Sumarmo, Utari (2010). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana

Dikembangkan Pada Peserta Didik.[online]. Tersedia: http://math.sps.upi.edu/?p=611 september 2015


(1)

47

Indra Hendiyana, 2015

PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG

Keterangan:

R = Koefisien Korelasi Ganda

k = Jumlah Variabel Independent

n = Jumlah Anggota Sampel

(Sumber: Sugiyono, 2014, hlm.266)

Hasil perhitungan f-hit dibandingkan dengan f-tab dengan (dk=2), (dk=n-k-1) pada tingkat kepercayaan 95%. Kriteria pengujian adalah jika f-hit > f-tab maka terdapat korelasi yang signifikan dan jika f-hit < f-tab maka tidak ada korelasi yang signifikan.


(2)

85

Indra Hendiyana, 2015

PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan penelitian. Adapun masalah yang dibahas adalah pengaruh latar belakang peserta dan pelatihan komputer desain grafis terhadap kemandirian belajar.

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat

disimpulkan bahwa latar belakang peserta berpengaruh namun tidak siginifikan terhadap kemandirian belajar. Latar belakang peserta pelatihan dilihat dari usia dan tingkat pendidikan, memiliki pengaruh dalam mendorong terciptanya kemandirian belajar. Hal ini disebabkan karena kualitas diri dapat diperoleh melalui proses pendidikan yang ditempuhnya dan pola pikir dipengaruhi oleh usia individu tersebut. Namun perlu diingat bahwa peserta pelatihan merupakan individu yang unik dan memiliki perbedaan artinya setiap tindakan yang yang ingin dimunculkan pada peserta tersebut, dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri seperti minat, kemauan dan motivasi diri untuk selalu berkembang, artinya latar belakang memiliki pengaruh terhadap kemandirian belajar namun tidak signifikan.

2. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat disimpulkan bahwa pelatihan komputer desain grafis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian belajar. Untuk menunjukkan tinggi atau rendahnya hubungan antara dua variabel atau lebih menggunakan uji koefisien korelasi. Koefisien korelasi antara variabel pelatihan komputer desain grafis dengan kemandirian belajar peserta pelatihan di LPK Citra Sarana Bahasa & Informatika tergolong pada klasifikasi korelasi sangat kuat. Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang mampu mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu ada manajemen pelatihan yang baik yang diorganisir sehingga setiap aktivitas pelatihan dapat


(3)

86

Indra Hendiyana, 2015

PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG

dikontrol. Aktivitas tersebut adalah manajemen pelatihan. Manajemen pelatihan disusun dengan sedemikian rupa disesuaikan dengan fungsi-fungsi manajemen pada umumnya. Pada akhirnya manajemen pelatihan yang baik dan matang akan mampu mendorong terciptanya kemandirian belajar. 3. Berdasarkan pengujian model yang dikembangkan dalam studi ini, dapat

disimpulkan bahwa latar belakang dan pelatihan komputer desain grafis secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bahasa & Informatika. Untuk menunjukan tinggi atau rendahnya hubungan antara dua variabel atau lebih menggunakan uji koefisien korelasi. Koefisien korelasi antara variabel latar belakang dan pelatihan Komputer Desain Grafis dengan kemandirian belajar peserta pelatihan di LKP Citra Sarana Bina Informatika tergolong pada klasifikasi korelasi sedang.

B. Saran

Adapun saran yang diajukan untuk pihak-pihak terkait diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk lembaga yang melaksanakan pelatihan

Untuk lembaga yang melaksanakan kegiatan pelatihan sebaiknya mengontrol segala aktivitas belajar peserta setelah mengikuti pelatihan. Hal ini sangat dianjurkan, untuk mengetahui apakah materi yang telah dipelajari mampu dikembangkan oleh peserta pelatihan, dan untuk mengetahui sejauh mana peserta mampu mengaplikasikan materi yang telah diperoleh.

2. Untuk penelitian selanjutnya

Untuk peneliti yang berminat menggali dan meneliti lebih dalam mengenai kemandirian belajar, dapat mengembangkan kembali penelitian ini dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain dalam kemandirian belajar dengan menggunakan metode dan treatment yang berbeda agar hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan yang ingin dicapai.


(4)

Indra Hendiyana, 2015

PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdulhak, Ishak. (2000). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. (2005). Psikologi Remaha Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Atmanti, Hastari Dwi. (2005). Dinamika Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta Dimyanti. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Direktorat Jendral Pendidikan

Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Iskandar. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.

Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta

Kartika, Ikka. (2011). Mengelola pelatihan partisipatif. Bandung: Alfabeta

Marzuki, Saleh. (2012). Pendidikan Nonformal. Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan dan Pndragogi. Bandung: Rosdakarya

Mudjiman, Haris. (2007). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press

Prihatin, Eka. (2011). Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Riduwan dan Sunarto. (2013). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Simamora, Henry. (2004). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: STE YKPN

Siregar, Sopyan. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Sudjana, Djuju (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Rosdakarya

Sudjana, Djuju. (2010). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Azas. Bandung: Falah Production

Sudjana, (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung: Falah Production


(5)

Indra Hendiyana, 2015

PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukirno, Sadono. (2004). Makro ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sukmadinata, Nana S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syarifudin, Tatang. (2010). Landasan Pendidikan. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Walgito, Bimo (1997). Pengantar Psikolagi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Wiratha, I Made (2006). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi

Offset

Sumber Lain:

___________ (2013). UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun 2003). Jakarta:Sinar Grafika

Bachri, Bachtiar Sjaiful. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Non Diretif-Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiwa. Disertasi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Darwis, R (1993). Transformasi Nilai-Nilai Tradisi Kekeluargaan Dalam Pendidikan Kewirausahaan (Studi Kasus Pengembangan SDM dalam Pengelolaan Majan Minang. Disertasi. Upi Bandung : Tidak diterbitkan Hanapiah, Ali. (2010). Analisis Investasi Modal Manusia Dalam Perspektif

Pendidikan dan Pelatihan. Jurnal IPDN

Pantaw, Inri Suryani (2015). Pembentukan prilaku berwirausaha pasca program pelatihan kewirausahaan masyarakat (PKM) pada peserta kursus menjahit di LKP Dress Making Kota Cimahi. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik serta kemandirian belajar sisw sekolah menengah atas. Disertasi. Upi Bandung : Tidak diterbitkan Universitas Terbuka. (2004). Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Jakarta: U-T


(6)

Indra Hendiyana, 2015

PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber Dari Internet:

Aristo (2008). Kemandirian Belajar Siswa SMP Terbuka. [online]. Tersedia: http://aristorahadi.wordpress.com/2008/03/31/kemandirian-belajar-siswa-smp-terbuka/1 september 2015

Avan. A (2010). Kemandirian. [online]. Tersedia:

http://tugasavan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.htmz 1 september 2015 Miarso (1998). Otonomi Belajar. [online]. Tersedia:

http://www.slideshare.net/otonomibelajar 1 september 2015

Nuryamsinar (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. [online]. Tersedia:

https://nursyamsinar.wordpress.com/2012/07/30/faktor-faktor-y/ 1

september 2015

Sembel (2008). Self-Monitoring. [online]. Tersedia:

http://www.Sinarharapan.co.id.html 1 september 2015

Sumarmo, Utari (2010). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik.[online]. Tersedia:

http://math.sps.upi.edu/?p=611 september 2015


Dokumen yang terkait

Pengaruh Media Iklan dan Sikap Siswa terhadap Keputusan Mendaftar di Citra Sarana Bahasa dan Informatika di Kota Bandung

0 8 82

PENGARUH PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT TERHADAP KEMANDIRIAN ALUMNI PESERTA DIDIK DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) CITRA ILMU KABUPATEN SEMARANG

4 24 108

PENGARUH METODE BUILDING LEARNING COMMITMENT DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA PELATIHAN PRAJABATAN : Studi Terhadap Peserta Pelatihan pada Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto.

0 10 13

PENGELOLAAN PELATIHAN SABLON DISTRO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA WARGA BELAJAR PAKET C DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA (CSBI) KOTA BANDUNG.

1 8 33

PENGARUH EVALUASI PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KEPUASAN PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI PUSDIKLAT GEOLOGI BANDUNG.

6 9 70

PENGARUH MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KEPUASAN PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI SENTRA PENDIDIKAN BRI BANDUNG.

0 2 58

PENGARUH PERAN PELATIH TERHADAP MOTIVASI PESERTA PELATIHAN BELADIRI PUTERI GADING DI KOTA BANDUNG.

0 2 45

PENGELOLAAN PELATIHAN SABLON DISTRO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA WARGA BELAJAR PAKET C DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA (CSBI) KOTA BANDUNG - repositoryUPI S PLS 1106232 Title

0 0 3

PENGARUH LATAR BELAKANG PESERTA DAN PELATIHAN KOMPUTER DESAIN GRAFIS TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI LKP CITRA SARANA BAHASA DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG - repositoryUPI S PLS 1000600 Title

0 1 3

Peserta Pelatihan Bahasa Inggris

0 0 1